Anda di halaman 1dari 8

A.

Pengertian Komunikasi Nonverbal


 Komunikasi nonverbal adalah suatu bentuk komunikasi selain dengan bahasa lisan
maupun tulisan.
 Segala bentuk komunikasi tanpa menggunakan lambang-lambang verbal seperti
kata-kata, baik melalui percakapan langsung atau melalui tulisan. Misalnya saja
gerakan tangan, warna, ekspresi wajah, dan lainnya.
 Melalui komunikasi nonverbal kita bisa mengetahui
suasana emosional seseorang, apakah ia sedang bahagia, marah,
bingung, atau sedih.
 Bahasa nonverbal sealur dengan bahasa verbal, contohnya saja ketika kita
mengatakan “ya” pasti kepala kita mengangguk.
 Sebuah studi yang dilakukan Albert Mahrabian (1971) yang menyimpulkan bahwa
tingkat kepercayaan dari pembicaraan orang hanya 7% berasal dari bahasa verbal,
38% dari vocal suara, dan 55% dari ekspresi muka. Ia juga menambahkan bahwa
jika terjadi pertentangan antara apa yang diucapkan seseorang dengan perbuatannya,
orang lain cenderung mempercayai hal-hal yang bersifat nonverbal.

Komunikasi nonverbal adalah suatu bentuk komunikasi isyarat atau bahasa diam
(silent language) yang bisa saja berupa gerakan tangan, ekspresi wajah, warna, atau hal
apapun yang tidak bersifat kata-kata baik lisan maupun tulisan yang berisi
informasi/pesan antara komunikator dengan komunikan.

B. Fungsi Komunikasi Nonverbal

Mark Knapp (1978) menyebut bahwa kode nonverbal dalam berkomunikasi


memiliki fungsi untuk:

1. Repeating (Repetisi), yaitu mengulang kembali pesan yang


disampaikan secara verbal. Contohnya mengangguk kepala ketika
mengatakan ‘Iya’ dan menggelengkan kepala ketika mengatakan ‘Tidak’.
2. Substituting (Substitusi), yaitu mengantikan lambang-lambang verbal.
Contohnya menggoyangkan tangan anda dengan telapak tangan
menghadap depan sebagai penganti kata ‘Tidak’ saat pedagang
menghampiri anda. Kita tidak perlu secara verbal menyatakan kata
"menang", namun cukup hanya mengacungkan dua jari kita
membentuk huruf `V' (victory) yang bermakna kemenangan.
Menyatakan rasa haru tidak dengan kata-kata, melainkan dengan mata
yang berlinang-linang.
3. Contradicting (Kontradiksi), yaitu menolak pesan verbal atau
memberikan makna lain terhadap pesan verbal. Contohnya seorang
suami mengatakan ‘Bagus’ ketika dimintai komentar istrinya mengenai
baju yang baru dibelinya sambil matanya terus terpaku pada koran
yang sedang dibacanya.
4. Complementing (Komplemen), yaitu melengkapi dan memperkaya
pesan maupun makna nonverbal. Contohnya melambaikan tangan saat
mengatakan selamat jalan.
5. Accenting (Aksentuasi), yaitu menegaskan pesan verbal atau mengaris
bawahinya. Contohnya Mahasiswa membereskan buku-bukunya atau
melihat jam tangan ketika jam kuliah berakhir atau akan berakhir,
sehingga dosen sadar diri dan akhirnya menutup kuliahnya.

Paul Ekman mengungkapkan bahwa fungsi dari pesan nonverbal antara lain:

1. Emblem
Emblem adalah tanda-tanda yang akan menggantikan kata-kata atau frase-frase
secara langsung. Misalnya, tanda setuju dengan lingkaran ibu jari, tanda perdamaian
dengan membentuk huruf “V” dengan jari, ajakan dengan melambaikan tangan.
2. Ilustrator
Ilustrator berhubungan dengan upaya untuk menggambarkan suatu pesan.
Contohnya, apabila kita ingin menggambarkan bola dunia kita memberikan ilustrasi
dengan tangan yang membentuk lingkaran. Bentuk-bentuk nonverbal yang bersifat
menggambarkan ini, biasanya lebih universal bagi semua orang. Komunikasi
nonverbal ini lebih umum dibandingkan tanpa-tanda (emblem). Tetapi, penggunaan
bentuk komunikasi ini berkaitan dengan kehalusan sifat dan kepribadian seseorang.
Orang Jawa atau Sunda mungkin tetap memegang tata krama bahwa di saat berbicara
selalu menjaga diri dari perilaku yang atraktif.
3. Regulator
Regulator adalah jenis perilaku nonverbal, yang bersifat mengatur (monitor,
menjaga, atau mengontrol) dalam pembicaraan dengan orang lain. Seperti, di dalam
percakapan kita tidak pasif, menatap mata, menggelengkan kepala dan
mengganggukan kepala, mengatupkan bibir, memfokuskan tubuh dan membuat
berbagai paralaguage seperti suara “mm...,cck.... Cck....” Jenis-jenis nonverbal ini
lebih terikat pada budaya dan tidak bersifat umum. Jadi, dalam suatu percakapan,
sikap-sikap regulator akan mempengaruhi ucapan-ucapan dari orang yang berbicara.
Misalnya, orang akan senang berbicara apabila apa yang akan dikatakan
diperhatikan dengan baik.
4. Adaptor (Penyesuaian)
Adaptor adalah perilaku verbal yang dilakukan untuk menciptakan rasa nyaman
dalam memenuhi kebutuhan tertentu. Misalkan merokok, pada saat menghadapi
ujian, menggaruk kulit yang gatal, membetulkan letak kaca mata. Perilaku ini bisa
disadari atau tidak disadari. Tetapi dalam
keadaan tertentu kita sulit menebak perilaku ini. Misalnya seseorang yang
menggaruk kulit kepalanya. Apakah karena gatal atau sedang memikirkan sesuatu
atau yang lainnya, sulit dipastikan.
5. Effect Display
Effect display adalah gerakan-gerakan wajah yang mengekspresikan makna- makna
emosi, marah, ketakutan, bahagia, kaget, hasrat, atau kelelahan. Dibandingkan
dengan emblem dan bentuk ilustrator, penampilan afeksi sering disadari seperti aktor
di dalam memainkan peran tertentu. Namun, penampilan bisa pula dilakukan dengan
tanpa disadari.

Dari dua pendapat diatas, fungsi komunikasi nonverbal dapat dirangkum sebagai
berikut:
1. Menekankan
Menekankan adalah gerakan yang mempertegas ekspresi dari seseorang. Misalnya
saja menggebrak meja saat sedang marah.
2. Melengkapi
Komunikasi nonverbal berfungsi sebagai pelengkap pernyataan yang dikatakan
secara lisan. Misalnya saja saat seorang bos mengatakan waktu rapat akan dimulai
kepada karyawannya sambil menunjuk jam tangannya.
3. Menunjukkan Kontradiksi
Gerakan yang menyatakan ketidaksesuaian (kontradiksi) terhadap apa yang
dikatakan (secara verbal). Misalnya saja saat seseorang mengatakan suatu gagasan
namun ia sambil mengedipkan sebelah matanya yang menunjukkan bahwa gagasan
yang ia katakan tidaklah benar.
4. Mengatur
Misalnya seseorang yang menempelkna jari telunjuk ke bibir yang berarti menyuruh
orang lain diam.
5. Mengulangi
Saat mengatakan “tidak” biasanya seseorang sa mengelengkan kepala, atau
mengatakan “ya” sambil menganggukkan kepala.
6. Mengantikan
Seseorang bisa mengatakan setuju hanya dengan mengangguukkan kepala,
sementara itu ia juga menggelengkan kepala untuk menunjukkan
ketidaksetujuannya.
7. Melihat Kejujuran
Dari kebiasaan seseorang dapat terlihat bagaimana saat ia setuju atau senang
terhadap sesuatu dan bagimana saat ia tidak setuju atau tidak senang terhadap
sesuatu. Sehingga dapat dilihat dari kebiasaannya apakah ia jujur atau tidak ketika
mengungkapkan setuju atau tidak.
C. Ciri Komunikasi Nonverbal
Joseph A. Devito(2011) pernah mengungkapkan ada enam ciri dari komunikasi
nonverbal sebagai berikut:
1. Pesan Nonverbal Bersifat Komunikatif
Komunikatif, yaitu perilaku yang disengaja/tidak disengaja untuk
mengkomuniasikan sesuatu sehingga pesan yang ada bisa diterima secara sadar.
Contoh mahasiswa memandang keluar jendela saat kuliah yang menunjukkan
perasaan bosan.
2. Pesan Nonverbal itu Kontekstual
Konstektual, yaitu bahasa nonverbal terjadi dalam suatu konteks. membantu
tentukan makna dari setiap perilaku non verbal. Misalnya, memukul meja saat pidato
akan berbeda makna dengan memukul meja saat dengar berita kematian.
3. Pesan Non Verbal itu sebuah Paket
Paket, yaitu bahasa nonverbal merupakan sebuah paket dalam satu kesatuan. Paket
nonverbal jika semua bagian tubuh bekerjasama untuk komunikasikan makna
tertentu. Harus dilihat secara keseluruhan (paket) dari perilaku tersebut Contoh : ada
cewek lewat kemudian kedipkan mata. Gabungan paket verbal dan nonverbal,
misalnya marah secara verbal disertai tubuh & wajah menegang, dahi berkerut. Hal
yang wajar jadi tidak diperhatikan. Dikatakan tidak satu paket bila menyatakan
“Saya senang berjumpa dengan anda” (verbal) tapi hindari kontak mata atau melihat/
mencari orang lain (non verbal).
4. Pesan Nonverbal Dapat Dipercaya
Dapat dipercaya, Pada umumnya kita cepat percaya perilaku non verbal. Verbal &
non verbal haruslah konsisten. Ketidak konsistenan akan tampak pada bahasa
nonverbal yang akan mudah diketahui orang lain. Misalnya seorang pembohong
akan banyak melakukan gerakan-gerakan tidak disadari saat ia berbicara.
5. Pesan Nonverbal dikendalikan oleh aturan
Dikendalikan oleh aturan, sejak kecil kita belajar kaidah-2 kepatutan melalui
pengamatan perilaku orang dewasa. Misalnya: Mempelajari penyampaian simpati
(kapan, dimana, alasan) atau menyentuh (kapan, situasi apa yang boleh atau tidak
boleh)
6. Pesan Nonverbal Bersifat Metakomunikasi
Meta (berasal dari bahasa Yunani berarti”luar” atau “samping”. Jika digabungkan
“di samping komunikasi”, juga bisa berarti komunikasi tentang
komunikasi.sepertihalnya meta bahasa berrti bahasa tentang bahasa, jika dikaikan
dengan pesan(metapesan) berarti pesan tentang pesan. Contohnyaseseorag bisa jadi
mengatakan ia tetap tegar dan ikhlas saat orang tuanya meninggal, namun ia terus-
terusna meneteskan air mata dan raut mukanya menunjukkan kesedihan. Raut muka
dan teetsan air mata itu disebut dengan metakomunikasi. Artinya ada pesan di luar
apa yang dikatakan sebagaimana terungkap dalam pesan nonverbalnya.
Metakomunikasi ini akan terungkap jelas jika antara pesan verbal dengan
nonverbalnya berbeda makna.
D. Jenis-Jenis Komunikasi Nonverbal
Bebrapa jenis komunikasi non verbal diantaranya sebagai berikut
1. Kinesik
Kinesik secara sederhana berarti posisi tubuh dan gerakan tubuh, termasuk wajah
(Wood,2013).
a. Isyarat Tangan
Untuk menunjukkna sesuatu yang baik, orang Indonesia akan menunjukkan
jempolnya, yang bisa berarti oke, bagus, baik, lezat dan sesuatu lain yang bukan
sebuah keburukan. Sementara di Amerika untuk mengatakan oke, mereka
mempertemukan telunjuk dengan jempol dalam keadaan melingkar sementara tiga
jarinya berdiri menghadap ke atas. Dalam kultur masyarakat Yogyakarta, acungan
jempol bisa berarti mempersilakan seseorang, misalnya duduk, makan minum atau
lewat terlebih dahulu. Ini menandakan bahwa ekspresi isyarat tangan ini sangat
berbeda antartempat dan sangat bergantung dengan budayanya.
b. Postur Tubuh
Seorang yang percaya diri akan berdiri tegak, sementara orang yang tidak percaya
diri akan cenderung membungkukkan badan. Posisi tubuh juga menunjukkan status
seseorang. Misalnya, jika dua orang bertemu lalu salah satunya membungkukkan
badan maka ia mengekspresikan sebuah ketundukan atau puya status sosial yang
lebih rendah dengan orang yang berdiri tegap. Meskipun membungkukkan badan
juga diartikan simbol rendah hati, namun umumnya menunjukkan status yang lebih
rendah.
c. Ekspresi Muka
Jika diamati ketika seorang dosen memberikan pertanyaan berulang kali, ada
mahasiswa yang menunduk kebawah berarti ia tidak siap menjawab, n. Namun
akan berbeda dengan mahasiswa yang menatap langsung ke arah dosen, berarti ia
siap menjawab atau paling tidak terbua untuk berkomunikasi. Seandainya
penjelasan dosen lucu maka mahasiswa akan tersenyum atau tertawa.
2. Sentuhan
Ilmu mengenai sentuhan disebut haptics. Menurut Heslin (1974), terdapat lima
kategori sntuhan, yaitu:
a. Fungsional-profesional: sentuhan bersifat dingin, berorientasi bisnis. Contohnya
seorang customer service yang menyapa dan mengulurkan tangan untuk mengajak
bersalaman. Sentuhan dengan bersalaman memang karea dia bertugas demikian,
bukan karena ia baik hati dan penyayang.
b. Sosial-sopan: membangun, memperteguh pengharapan, aturan dan praktik sosial.
Contoh jabat tangan dalam kehidupan bermasyarakat.
c. Persahabatan-kehangatan : hubungan akrab. Misalnya samerangkul antara dua
sahabat yang sudah sekian lama berpirah. Atau seorang ibu yang memeluk anaknya
setelah pulang sekolah
d. Cinta-keintiman: keterikatan/ketertarikan emosional. Contohnya saat orangtua
mencium pipi anaknya saat mengantarkan untuk pergi bersekolah
e. Rangsangan seksual: katageorinya sama dengan cinta dan keintiman hanya saja
motifnya bersifat seksual.
3. Prabahasa
Prabahasa memokuskan pada aktivitas agaimana kecepatan suara, pilihan kata yang
dipakai, dialek yang digunakan, vokume suara, dan intonasi. Prabaha mempengaruhi
bagaimana pesan dikirimkan oleh komunikator dan ditangkap komunikan. Contohnya
mereka yang berasal dari kelas bawah nada bicaranya halus, tertata, pilihan kata
terbatas(untuk menunjukkan ketundukan sementara dari kelas atas pilihan katanya
banyak ( bisa juga dengan istilah-istilah) dan nada bicaranya agak tinggi. Menurut
Joseph A. Devito (2011), “prabahasa itu mengacu pada cara kita mengucapkan, bukan
apa yang kita ucapkan”.
4. Penampilan Fisik
Apa yang dipakai, bagaimana cara berdandan, penampilan fisik yang melekat dalam
tubuh menjadi dasar kesan pertama dan bettahan lama menancap kuat pada orang yang
melihatnya. Jika orang sudah tidak respek pada penampilan seseorang hal demikian
akan terekam dalam memori seseorang yang melihatnya dan semua itu memengaruhi
presepsi yang terbangun dalam benak seseorang itu.
5. Proksemik
Proksemik adalah bahasa nonverbal yang menbahas tentang ruang dan bagaimana kita
menggunakan ruang untuk berkomunikasi.
a. Ruang menandakan status
Orang-orang yang mempunyai jabatan penting biasanya mempunyai ruangan lebih
luas daripada yang jabatannya rendah
b. Setiap budaya mempunyai norma dalam menggunakan ruang
Misalnya pada Kerato Jogya ada adat pisowanan agung (menghadap raja), semua
orag duduk dilantai kecuali raja, tentu ruangannya diciptakan sedemikian rupa
sehingga adat keraton tetap terpelihara.
c. Ruang pribadi ibarat tubuh
Misalnya, saat teman kita sudah meletakkan tas pada sebuah bangku. Lalu kita
datang dan memindahkan tas tersebut, hingga teman tersebut marah karena merasa
ia yang lebih dahulu memiliki bangku tersebut. Dalam hal ini, bangku tersebut
disebut ruang pribadi imajiner, yang jika disentuh orang lain bisa menimbulkan
rasa tidak suka atau bahkan kemarahan.
d. Cara mengatur ruang mencerminkan pribadi seseorang
Misalnya seorang resepsionis, posisi sejajara dengan pengunjung saat duduk bisa
menandakan keterbukaann, sedangkan jika ada meja tinggi yang memisahkan dari
pengunjung bisa menandakan ketertutupan
6. Kronemik
Secara ringkas, kronemik berarti bagaimana kita memepersiapkan dan menggunakan
waktu untuk mengidentifikasikan identitas dan komunikasi. Kronemik
mengekspresikan sebuah budaya masyarakat tertentu. Misalnya, bagi masrakat barat
waktu sanagat berharga, sementara bagi masyarakat timu seperti Indonesia waktu
terkesan tidak dihargai tinggi. Terbukti dengan bagimana masyarakat barat yang
memiliki kebiasaan teapt waktu, sedangkan masyarakat timur biasa saja, atau bahkan
sering terlambat.
7. Keheningan
Seseorang menggunakan keheningan untuk mengomunikasikan sesuatu pada orang
lain. Orang lain tentu akan menangkap makna yang berbeda-beda. Bisa jadi
mengartikan dia sedang amarah, jenkel, menjaga image, memang pendiam atau
sedang sakit gigi. Bisa jadi diamnya seseorang aatas pernuataan atau pertanyaan kita
mengandung arti setuju, tidak setuju atau tidak peduli.
8. Warna
Ada kalanya kita mengidentikkan warna pada klub sepak bola tertentu atau dapat pula
menunjukkan afiliasi politik melalui warna. Warna juga menunjukkan suasana
emosional. Di Indonesia cenderung menggunakan warna hitam saat berkabung, jarena
diidentikkan dengan warna susah.
9. Artefak
Artefak adalah benda apa saja yang dihasilkan kecerdasan manusi yang merupakan
perluasan dar pakaian atau penampilan fisik manusia. Benda seperti cincin akik yang
dipakai seseorang bisa jadi ingin mengomunikasikan agar diangap keren, sangar,
penuh daya magis, dan hanya untuk gagah-gagahan atau mengikuti tren. Cincin kawin
yang dipakai seseorang bisa saja berarti komitmen artefak juga mengekspresikan
identitas etnis. Seperti halnya Indonesia yang terdiri dari beragam suku, bahasa dan
busaya yang setiap daerahnya mempunyai ciri khas benda tertentu.

Anda mungkin juga menyukai