OlEH :
Kelompok 2
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala Rahmat, sehingga saya dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang mungkin sangat
sederhana.
Makalah ini berisikan tentang komunikasi lintas budaya yang efektif. Semoga makalah
ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman dan juga berguna
untuk menambah pengetahuan bagi para pembaca.
Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki
sangat kurang. Oleh karena itu saya harapkan ke pada para pembacauntukmemberikanmasukan-
masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.................................................................................................... ii
BAB I “ PENDAHULUAN “
1.1..................................................................................................................Latar Belakang
................................................................................................................. 1
1.2..................................................................................................................Rumusan Masalah
`............................................................................................................... 2
1.3..................................................................................................................Tujuan
.................................................................................................................2
BAB II “ PEMBAHASAN “
2.1..................................................................................................................Definisi
Komunikasi............................................................................................. 3
2.2..................................................................................................................Pengertian
2.3..................................................................................................................Peran Perawat
1.1..................................................................................................................Kesimpulan
................................................................................................................. 16
1.2..................................................................................................................Saran
.................................................................................................................16
Daftar Pustaka
BAB I
iii
PENDAHULUAN
Oleh karena itu, masyarakat harus siap untuk menghadapi situasi-situasi baru dengan
keberagaman kebudayaan atau lainnya. Antara komunikasi dan interaksi
harus berjalan antara satu dengan yang lainnya. Dalam berkomunikasi dengan konteks
keberagaman kebudayaan sering kali menemui masalah atau hambatan-
hambatan bahkan dapat memicu terjadnya konflik, misalnya saja dalam penggunaan bahasa,
lambang-lambang, nilai atau norma-norma masyarakat dan lain sebagainya. Pada halsyarat untuk
terjalinya hubungan itu tentu saja harus ada saling pengertian dan pertukaran informasi atau
makna antara satu dengan lainnya.
Komunikasi dan budaya mempunyai hubungan timbal balik. Budaya menjadi bagiandari
prilaku komunikasi dan pada gilirannya komunikasi pun turut menentukan memelihara,
mengembangkan atau mewariskan budaya. Pada satu sisi, komunikasi merupakan suatu
mekanisme untuk mensosialisasikan norma-norma budaya masyarakat, baik secara horizontal
dari suatu masyarakat kepada masyarakat lainnya,ataupun secara vertikal dari suatu generasi ke
generasi berikutnya.
Dari latar belakang masalah diatas maka dapat dirumuskan masalah, sebagai berikut:
1.3 TujuanPenulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui tentangkomunikasi
lintas budaya yang efektif di Indonesia dan pengaplikasiannya dalamkehidupan sehari-hari
serta untuk pemenuhan tugas mata kuliah Komunikasi LintasBudaya.
BAB II
KAJIAN TEORI
Menurut Effendi (1995) komunikasi itu sendiri bisa diartikan sebagai suatu proses
penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberikan atau untuk mengubah
sikap, pendapat atau perilaku baik secara langsung (lisan) maupun tak langsung.
Jadi komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh penyampai atau pengirim
pesan (komunikator) kepada penerima pesan (komunikan) yang berisi informasi, untuk
memberitahu atau untuk mengubah sikap, perilaku, atau pendapat baik langsung secara lisan,
atau pun tak langsung melalui media seperti surat kabar, majalah, radio, atau televisi. Dalam
komunikasi pesan yang disampaikan harus mengandung informasi. Sedangkan komunikasi
keperawatan adalah suatu seni penyampaian serangkaian pesan atau informasi yang berkenaan
dengan kegiatan keperawatan (kegiatan terapeutik keperawatan) yang dilakukan oleh seorang
perawat (sekelompok) perawat dengan pasien atau klien
Komponen komunikasi
4
3
Komunikasi lintas budaya adalah proses dimana dialihkan ide atau gagasan suatu budaya
yang satu kepada budaya yang lainnya dan sebaliknya, dan hal ini bisa antar dua kebudayaan
yang terkait ataupun lebih, tujuannya untuk saling memengaruhi satu sama lainnya,baik itu untuk
sebuah kebaikan kebudayaan maupun untuk menghancurkan suatu kebudayaan, atau bisa jadi
tahap awal dari proses akulturasi (penggabungan dua kebudayaan atau lebih yang menghasilkan
kebudayaan baru)
Berbicara mengenai komunikasi antar budaya, maka kita harus melihat dulu beberapadefenisi
yang dikutip oleh Ilya Sunarwinadi (1993:7-8) berdasarkan pendapat paraahli antara lain :
Perilaku dapat terjadi baik secara sadar maupun tidak sadar. Prilaku tidak sadar terutama pada
non verbal Seringkali prilaku juga terjadi tanpa ada maksud tertentu dari pelakunya,
tetapidipersepsikan dan diberikan makna oleh orang lain
Dari berbagai definisi tentang KAB seperti yang telah dibahas sebelumnya,
dampak bahwa unsur pokok yang mendasari proses KAB ialah konsep tentang“Kebudayaan”
dan “Komunikasi”. Hal ini pun digaris bawahi oleh Sarbaugh (1979:2) dengan pendapatnya
bahwa pengertian tentang komunikasi antar budaya memerlukan suatu pemahaman tentang
konsep-konsep komunikaasi dan kebudayaan serta saling ketergantungan antara keduanya.
Saling ketergantungan ini terbukti, menurut Serbaugh, apabila disadari bahwa:
a. Pola-pola komunikasi yang khas dapat berkembang atau berubah dalam suatu kelompok
kebudayaan khusus tertentu.
b. Kesamaan tingkah laku antara satu generasi dengan generasi berikutnya hanya
dimungkinkan berkat digunakannya sarana-sarana komunikasi.
Dalam banyak hal, hubungan antara budaya dan komunikasi bersifat timbal
balik.Keduanya saling mempengaruhi. Apa yang kita bicarakan, bagaimana kita
membicarakannya, apa yang kita lihat, kita perhatikan, abaikan, bagaimana
kita berfikir, apa yang kita pikirkan dipengaruhi oleh budaya. Budaya takkan hidup tanpa
komunikasi, dan komunikasi pun takkan hidup tanpa budaya. Masing-masing takdapat berubah
tanpa menyebabkan perubahan pada yang lainnya. Masalah utama dalam komunikasi antar
budaya adalah kesalahan dalam persepsi sosial yangdisebabkan oleh perbedaan-perbedaan
budaya yang mempengaruhi proses persepsi.
Dengan demikian, kita akan memilih berbicara dengan rekan sekelas yang banyak
kemiripannya dengan kitta dibandingkan orang yangsangat berbeda. Tetapi memperluas
pergaulan kita mungkin akan memberikan kepuasan yang ebih besar setelah beberapa waktu.
Kedua, bila kita mendapatkan hasilyang positif , kita terus melibatkan diri dalam komunikasi dan
meningkatkankomunikasi kita. Bila kita memperoleh hasil negative, kita akan menarik diri dan
mengurangi komunikasi. Ketiga, kita membuat prediksi tentang mana perilaku kitayang akan
memberikan hasil positif. Dalam komunikasi, kita berusaha memprediksi hasil, misalnya dari
pilihan topik, posisi yang kita ambil, perilaku nonverbal yang kitatunjukkan, banyak
pembicaraan yang kita lakukan, disbanding dengan tindakanmendengarkann, dan sebgainya.
Namun dalam prosesnya komunikasi antar budaya terjadi sebuah hambatan dan masalah
yang sama seperti yang dihadapi oleh bentuk-bentuk komunikasi yang lain.Dalam menciptakan
sebuah keefektifan komunikasi antar budaya, komunikasi akanlengkap bila penerima pesan yang
dimaksud mempersepsi atau menyerap perilakuyang disandi, memberi makna kepadanya dan
terpengaruh olehnya. Dalam transaksi komunikasi harus dimaksukkan semua syimuli sadar-tak
sadar, sengaja-tak sengaja,verbal, nonverbal yang kontekstual yang berperan sebagai isyarat-
isyarat kepada sumber dan penerima tentang kualitas dan kredibilitas pesan. Dalam proses
interaksi antar budaya sama halnya dengan harus memperhatikan delapan unsur komunikasi,
kedelapan unsur tersebut yaitu, sumber (source), penyandian (ecoding), pesan(message), saluran
(chanel), penerima (receiver), penyandian balik (decoding), respon penerima (receiver response)
10
dan yang terakhir umpan balik(feedback).
Efektif dapat diartikan mencapai sasaran atau tujuan sesuai dengan maksud komunikator.
Dalam komunikasi antarbudaya, bila memiliki tujuan untuk bisa saling memahami pendapat,
sikap, dan tingkah laku komunikasi yang berbeda tersebut,dapat tercapai, maka komunikasi
antarbudaya bisa jadi efektif. Dalam berinterkasi dengan orang lain, seseorang ingin
menciptakan dampak tertentu dan memberikan kesan-kesan tertentu dalam diri orang lain
tersebut.
Kadang-kadang berhasil mencapai semuanya, namun tidak jarang pula gagal. Pengertian
nya yaitu terkadang orang memberikan reaksi terhadap tingkah laku dengan cara yang
sangat berbeda dari yang diharapkan. Keefektifan seseorang dalam hubungan antar pribadi
ditentukan oleh kemampuan seseorang untuk mengkomunikasikan dengan secara jelas apa yang
kita ingin sampaikan, menciptakan kesan yang diinginkan atau mempengaruhi orang lain sesuai
dengan kehendak kita. Efektifitas komunikasi juga bergantung pada siapa, serta cara
penyampaiankomunikasi. Seseorang harus melihat pada siapa dirinya melakukan komunikasi
danmemposisikan diri serta memerankannya. Komunikasi antarbudaya dapat dikatakanefektif
bila proses komunikasi bisa menyenangkan bagi kedua belah pihak,mempunyai suatu kesamaan
dalam suatu kelompok akan menyenangkan bagi kitakomunikasipun akan lancar dan terbuka.
Dan sebaliknya, berkomunikasi denganorang-orang yang tidak sepaham dengan kita akan sangat
membosankan, akanmembuat kita tegang, sesak, dan situasinya pun membuat kita tidak
nyaman.Komunikasi akan lebih efektif bila antara pihak yang terlibat komunikasi
salingmenyenangi satu sama lainnya.
Ketika Adi lulus sekolah menengah atas (SMA), Adi memutuskan untuk melanjutkan
studi ke Jawa Timur, tujuan Adi datang ke daerah Pasuruan. Awalnya ketika Adidatang di
Pasuruan Adi merasa asing, terutama dalam pengucapan bahasa yang mereka pakai sehari-
hari. Dari budaya yang Adi anut, dia memiliki latar belakang budaya orang Jawa Tengah.
Walaupun Adi memiliki latar belakang budaya Jawa Tengah, namun Adi telah lama dan
menetap di Sumatera Selatan, sehingga adat kebudayaan Adi telah banyak mengikuti orang
asliPalembang.
mampu berdialog dengan bahasa Jawa, namun bahasa yang dipakai Adi khas Jawa Tengah.Ke
tika sampai di daerah Pasuaruan ia merasa tidak nyaman, karena ia merasa bahwa ia
mmerasa dikucilkan oleh rekan satu Kos-nya. sesuatu ketika ada rekan satu kosAdi yang sakit,
dengan dialog khas Jawa Tengah Adi membereanikan diri
dengan bersikap tenang dan mengatakan “nak enek konco seng sakit yo di tilik‟. (kalo ada
teman yang sakit ya di jenguk)”. berhubung yang diajak berdialog orang Jawa Timur mereka
semua bingung. Yang mereka ketahui bahasa “menilik‟i”(Jawa Tengah:menjenguk/melihat.
Jawa Timur: mencicipi/mencoba rasa sesuatu). Walaupun aneh mereka semua berusaha
memahami perbedaan pengucapan Adi. Dari contoh kasus diatas jelas bahwa dalam sebuah
komunikasi antar budaya terjadisebuah gangguan (noice), sebenarnya apa yang hendak akan
dilakukan dan disampaikan memang seharusya baik dan benar
namun pada akhirnya bahasa yang diucapkan memiliki arti yang bereda dari makna yang
diharapkan. Hal ini tentu sangat dipengaruhi dengan adanya perbedaan antara
kultur budaya pada suatu daerah tertentu. Pada situasi yang demikian Adi mengalami
sebuah kejutan budaya dan berusaha menempatkan dirinya di budaya yang baru.
Peran perawat adalah segenap kewenangan yang dimiliki oleh perawat untuk
menjalankan tugas dan fungsinya sesuai kompetensi yang dimilikinya (Gaffar, 2005).
Menurut (Lokakarya Nasional,1996) Peran perawat adalah sebagai pelaksana
pelayanan keperawatan, pengelola pelayanan keperawatan dan institusi
pendidikan,sebagai pendidik dalam keperawatan, peneliti dan pengembangan
keperawatan. atau peran perawat adalah cara untuk menyatakan aktivitas perawat dalam
praktek,dimana telah menyelesaikan pendidikan formalnya diakui.
Peran perawat menurut konsorium ilmu kesehatan tahun1989 terdiri dari peran
sebagai pemberi asuhan keperawatan, advokad pasien, pendidik, koordinator, konsultan,
dan peneliti yang dapat digambarkan sebagai berikut (Hidayat, 2008)terdiri dari :
a. Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan
Peran ini dapat dilakukan perawat dengan memperhatikan keadaan kebutuhan
dasar manusia yang dibutuhkan melalui pemberian pelayanan keperawatan
dengan menggunakan proses keperawatan.
b. Peran sebagai advokat pasien
Peran ini dilakukan perawat dalam membantu pasien dan keluarganya dalam
menginterpretasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan atau informasi
lain khususnya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan keperawatan yang
diberikan kepada pasien. Juga dapat berperan mempertahankan dan melindungi
hak-hak pasien yang meliputi hak atas pelayanan sebaik-baiknya, hak atas
informasi tentang penyakitnya dan hak atas privasi.
c. Peran edukator
Peran ini dilakukan dengan membantu pasien dalam meningkatkan tingkat
pengetahuan kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan yang diberikan, sehingga
terjadi perubahan perilaku dari pasien setelah dilakukan pendidikan kesehatan.
d. Peran koordinator
Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan serta mengorganisasi
pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga pemberian pelayanan kesehatan
dapat terarah serta sesuai dengan kebutuhan pasien.
15
e. Peran kolaborator
Peran perawat di sini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim kesehatan
yang terdiri dari dokter, fisioterapis, ahli gizi dan lain-lain dengan berupaya
mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan termasuk diskusi atau
tukar pendapat dalam penentuan bentuk pelayanan selanjutnya.
f. Peran konsultan
Di sini perawat berperan sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau
tindakan keperawatan yang tepat untuk diberikan. Peran ini dilakukan atas
permintaan pasien terhadap informasi tentang tujuan pelayanan keperawatan yang
diberikan.
g. Peran pembaharu
Peran ini dapat dilakukan dengan mengadakan perencanaan, kerja sama,
perubahan yang sistematis dan terarah sesuai dengan metode pemberian
pelayanan keperawatan.
Peran perawat pada kasus 2 dapat disimpulkan telah melaksanakan peran sebagai
pemberi asuhan keperawatan dan peran sebagai edukator. Peran perawat sebagai pemberi
asuhan keperawatan karena perawat telah memberikan air dingin untuk memenuhi
kebutuhannya supaya lebih membaik. Sedangkan peran perawat sebagai edukator dapat
dibuktikan bahwa perawat telah menyarankan untuk minum air dingin dan memberi
penjelasan bahwa air dingin dapat membuat kondisinya membaik.
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Komunikasi merupakan aktifitas yang selalu dilakukan oleh manusia selama masihhidup
dan berhubungan dengan manusia lainnya. Dalam proses komunikasi tersebut manusia sangat
mendambakan komunikasi yang lancar dan efektif, agar tidak terjadikesalahpahaman yang
menjurus pada konflik.Dan pada hakekatnya seluruh keberhasilan proses komunikasi pada
akhirnyatergantung pada efektifitas komunikasi. Yakni sejauh mana para partisipan memberi
makna yang sama atas pesan yang dipertukarkan. Pada gilirannya
latar belakang budaya partisipan senantiasa berbeda walau sekecil apapun perbedaan ituakan
sangat menentukan efektivitas itu. Oleh karenanya memahami makna budayadan segala yang
terakit dengan itu merupakan sesuatu yang mutlak dilakukan demitercapainya komunikasi yang
efektif.
3.1 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Alvin Sanjaya. 2013. Hambatan Komunikasi Antar Budaya. Jurnal E Komunikasi, VOL 1< No
3.Bandung: PT RemajaRosdakarya.