Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

KOMUNIKASI LINTAS BUDAYA YANG EFEKTIF

OlEH :

Kelompok 2

1. Ni Kadek Ayu Astari ( 17089014013)

2. Ni Kadek Ayu Krisma Meitha Dewi (17089014014)

3. Putu Indah Wahyu Lestari (17089014036)

4. Kadek Apriyanti Ariesta (17089014008)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BULELENG

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala Rahmat, sehingga saya dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang mungkin sangat
sederhana.

Makalah ini berisikan tentang komunikasi lintas budaya yang efektif. Semoga makalah
ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman dan juga berguna
untuk menambah pengetahuan bagi para pembaca.

Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki
sangat kurang. Oleh karena itu saya harapkan ke pada para pembacauntukmemberikanmasukan-
masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Singaraja, 17 Maret 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.................................................................................................... ii

Daftar Isi ............................................................................................................. iii

BAB I “ PENDAHULUAN “

1.1..................................................................................................................Latar Belakang

................................................................................................................. 1

1.2..................................................................................................................Rumusan Masalah

`............................................................................................................... 2

1.3..................................................................................................................Tujuan

.................................................................................................................2

BAB II “ PEMBAHASAN “

2.1..................................................................................................................Definisi

Komunikasi............................................................................................. 3

2.2..................................................................................................................Pengertian

Komunikasi Lintas Budaya..................................................................... 4

2.3..................................................................................................................Peran Perawat

Antar Lintas Budaya .............................................................................. 14

BAB III “ PENUTUP “

1.1..................................................................................................................Kesimpulan

................................................................................................................. 16

1.2..................................................................................................................Saran

.................................................................................................................16
Daftar Pustaka

BAB I
iii
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang heterogen dalam berbagai


aspekseperti keberagaman suku, agama, bahasa, adat istiadat dan sebagainya. Sementara
itu, perkembangan dunia yang semakin pesat menuntut manusia harus berinteraksi
dengan pihak lain yang menuju kearah global, sehingga tidak memiliki lagi batas-batas,sebagai
akibat dari perkembangan teknologi.

Oleh karena itu, masyarakat harus siap untuk menghadapi situasi-situasi baru dengan
keberagaman kebudayaan atau lainnya. Antara komunikasi dan interaksi
harus berjalan antara satu dengan yang lainnya. Dalam berkomunikasi dengan konteks
keberagaman kebudayaan sering kali menemui masalah atau hambatan-
hambatan bahkan dapat memicu terjadnya konflik, misalnya saja dalam penggunaan bahasa,
lambang-lambang, nilai atau norma-norma masyarakat dan lain sebagainya. Pada halsyarat untuk
terjalinya hubungan itu tentu saja harus ada saling pengertian dan pertukaran informasi atau
makna antara satu dengan lainnya.
Komunikasi dan budaya mempunyai hubungan timbal balik. Budaya menjadi bagiandari
prilaku komunikasi dan pada gilirannya komunikasi pun turut menentukan memelihara,
mengembangkan atau mewariskan budaya. Pada satu sisi, komunikasi merupakan suatu
mekanisme untuk mensosialisasikan norma-norma budaya masyarakat, baik secara horizontal
dari suatu masyarakat kepada masyarakat lainnya,ataupun secara vertikal dari suatu generasi ke
generasi berikutnya.

1.2 Rumusan Masalah 1

Dari latar belakang masalah diatas maka dapat dirumuskan masalah, sebagai berikut:

1.Apakah yang dimaksud dengan Efektivitas Komunikasi Antarbudaya?

2.Apakah yang dimaksud dengan Hambatan-Hambatan dan Langkah Solutif?

3.Kategori apa yang menjadi kebiasaan berkomunikasi yang efektif?

1.3 TujuanPenulisan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui tentangkomunikasi
lintas budaya yang efektif di Indonesia dan pengaplikasiannya dalamkehidupan sehari-hari
serta untuk pemenuhan tugas mata kuliah Komunikasi LintasBudaya.
BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Definisi Komunikasi

Menurut Effendi (1995) komunikasi itu sendiri bisa diartikan sebagai suatu  proses
penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberikan atau untuk mengubah
sikap, pendapat atau perilaku baik secara langsung (lisan)  maupun tak langsung. 

Menurut (Barelson dan Steiner, 1964)Komunikasi adalah proses penyampaian informasi,


gagasan, emosi, keahlian dan lain-lain melalui penggunaan simbol-simbol seperti kata-kata,
gambar-gambar, angka-angka dan lain-lain.

Jadi komunikasi adalah proses penyampaian suatu pesan oleh penyampai atau pengirim
pesan (komunikator) kepada penerima pesan (komunikan) yang berisi informasi, untuk
memberitahu atau untuk mengubah sikap, perilaku, atau pendapat baik langsung secara lisan,
atau pun tak langsung melalui media seperti surat kabar, majalah, radio, atau televisi. Dalam
komunikasi pesan yang disampaikan harus mengandung informasi. Sedangkan komunikasi
keperawatan adalah suatu seni penyampaian serangkaian pesan atau informasi yang berkenaan
dengan kegiatan keperawatan (kegiatan terapeutik keperawatan) yang dilakukan oleh seorang
perawat (sekelompok) perawat dengan pasien atau klien

Komponen komunikasi

 Komunikator    : orang ataulembaga yang menyampaikan  pesan.


 pesan               : pernyataan yang didukungolehlambang yang mempunyaiarti .
 komunikan       : orang yang menerimapesan .
 media              : saranaatausaluran yang mendukung proses penyampaianpesan .
 efek            : dampakatauakibat yang ditimbulkanolehpesan

4
3

2.2 Pengertian komunikasi Lintas Budaya

Komunikasi lintas budaya adalah proses dimana dialihkan ide atau gagasan suatu budaya
yang satu kepada budaya yang lainnya dan sebaliknya, dan hal ini bisa antar dua kebudayaan
yang terkait ataupun lebih, tujuannya untuk saling memengaruhi satu sama lainnya,baik itu untuk
sebuah kebaikan kebudayaan maupun untuk menghancurkan suatu kebudayaan, atau bisa jadi
tahap awal dari proses akulturasi (penggabungan dua kebudayaan atau lebih yang menghasilkan
kebudayaan baru)

Berbicara mengenai komunikasi antar budaya, maka kita harus melihat dulu beberapadefenisi
yang dikutip oleh Ilya Sunarwinadi (1993:7-8) berdasarkan pendapat paraahli antara lain :

a. Sitaram (1970)Seni untuk memahami dan saling pengertian antara khalayak yang berbeda


kebudayaan.
b. Samovar dan Poter (1972) Komunikasi antar budaya terjadi manakalah bagian yang
terlibat dalam kegiatankomunikasi tersebut membawa serta latar belakang budaya
pengalaman yang berbedayang mencerminkan nilai yang dianut oleh kelompoknya
berupa pengalaman, pengetahuan, dan nilai.
c. Rich (1974) Komunikasi lintas budaya terjadi ketika orang-orang berbeda kebudayaan.
d. Stewart(1974) Komunikasi antara budaya yang mana terjadi dibawah suatu kondisi
kebudayaan yang berbeda bahasa, norma-norma, adat istiada dan kebiasaan
e. Carley H. Dood (1982) Komunikasi antar budaya adalah pengiriman dan penerimaan
pesan- pesan dalamkonteks perbedaan kebudayaan yang menghasilkan efek-efek yang
berbeda.
f. Young Yun Kim (1984) Komunikasi antar budaya adalah suatu peristiwa yang merujuk
dimana orang-orangyang terlibat di dalamnya baik secara langsung maupun tak tidak
langsung memilikilatar belakang budaya yang berbeda.Seluruh defenisi diatas dengan
jelas menerangkan bahwa ada penekanan pada perbedaan kebudayaan sebagai
faktor yang menentukan dalam berlangsungnya proseskomunikasi antar budaya.
Komunikasi antar budaya memang mengakui danmengurusi permasalahan mengenai
persamaan dan perbedaan dalam karakteristikkebudayaan antar pelaku-pelaku 4
komunikasi, tetapi titik perhatian utamanya tetapterhadap proses komunikasi individu
individu atau kelompok-kelompok yang berbedakebudayaan dan mencoba untuk
melakukan interaksi.
Menurut Liliweri (2004:9) Komunikasi antar budaya terjadi bila produsen
pesanadalah anggota suatu budaya dan penerima pesannya adalah anggota
dari budayayang lain. Jadi komunikasi antar budaya adalah pertukaran makna yang
berbentuksimbol yang dilakukan dua orang yang berbeda latar belakang budayanya.
Lainhalnya dengan Devito (dalam Maulista, 2013:3) Komunikasi antarbudaya
merupakankomunikasi yang terjadi di antara orang- orang dari kultur yang berbeda, yakni
antaraorang-orang yang memiliki kepercayaan, nilai dan cara berperilaku kultural
yang berbeda.
Komunikasi Antarbudaya melibatkan berbagai tingkat perbe-daan
keanggotaankelompok budaya. Komunikasi Antarbudaya melibatkan penyandian
simultan danmenerjemahkan pesan verbal dan nonverbal dalam proses pertukaran makna.
Banyakkomunikasi antarbudaya melibatkan pertemuan makna yang berbeda atau
bertolak belakang. Komunikasi Antarbudaya selalu terjadi dalam konteks. KomunikasiAn
tarbudaya selalu terjadi dalam sistem yang tertanam secara dalam.

o Dimensi Komunikasi Antar Budaya


Ada tiga dimensi yang perlu diperhatikan dalam komunikasi lintas budaya antara lain:

a. Tingkat keorganisasian kelompok budaya Istilah kebudayaan telah digunakan untuk


menunjuk pada macam-macam tingkat lingkungan dan kompleksitas dari organisasi
sosial. Umumnya istilah kebudayaan mencakup :
1. Kawasan - kawasan di dunia, seperti : budaya timur/barat.
2. Sub kawasan-kawasan di dunia, seperti : budaya Amerika Utara/Asia Tenggara.
3. Nasional/Negara, seperti, : Budaya Indonesia/Perancis/Jepang
4. Kelompok-kelompok etnik-ras dalam negara seperti : budaya orang Amerika
Hutam,budaya Amerika Asia, budya Cina Indonesia
5. Macam-macam subkelompok sosiologis berdasarkan kategorisasi jenis
kelaminkelas sosial. Countercultures (budaya Happie, budaya orang dipenjara, 5
budayagelandangan, budaya kemiskinan).
b. Konteks SosilMacam komunikasi antar budaya dapat lagi diklasifikasi berdasarkan
konteks sosialdari terjadinya. Yang biasanya termasuk dalam studi komunikasi antar
budaya:
1. Bisnis
2. Organisasi
3. Pendidikan
4. Akulturasi imigran
5. Politik
6. Penyesuain perlancong/pendatang sementara
7. Perkembangan aalih teknologi/ pembangunan/ difusi inovasi
8. Konsultasi terapisKomunikasi dalam semua konteks merupakan persamaa dalam
hal unsur-unsur dasardan proses komunikasi manusia (transmitting,
receiving,processing).Tetapi
adanya pengaruh kebudayaan yang tercakup dalam latar belakang pengalaman ind
ividumembentuk pola-pola persepsi pemikiran. Penggunaan pesan-pesan
verbal/nonverbalserta hubungan-hubungan antaranya. Maka variasi kontekstual,
merupakan dimensitambahan yang mempengaruhi prose-proses komunikasi antar
budaya.
c. Saluran komunikasiSaluran komunikasi dapat dbagi menjadi:
1). Antar pribadi/interpersonal/person-person
2). Media masa

o Prinsip-prinsip Komunikasi yang berkaitan dengan kebudayaan


Setelah melihat secara umum peta situasi dalam bidang ilmu komunikasi saat ini,kiranya
perlu ditinjau secara lebih rinci apa hakekat pokok komunikasi. Tinjauan bisa dilihat dengan
suatu asumsi dasar bahwa komunikasi memang benar ada hubungan nya
dengan prilaku manusia dan pemenuhan kebutuhan untuk berinteraksi dengan makhluklainny
(communication hunger) . Hampir setiap orang butuh untuk mengadakan kontak sosial
dengan orang lain. Kebutuhan ini dipenuhi melalui saling pertukaran 6
pesan yang dapat menjembatani individu-individu agar tidak terisolir. Pesan-pesan
diwujudkan melalui prilaku manusia. Dalam hal demikian maka ada dua persyaratan yang
harus dipenuhi:
a. Perilaku apapun harus diamati oleh orang lain 
b. Perilaku tersebut harus menimbulkan makna bagi orang lain. Implikasi
dari pernyataan ini adalah:
 Kata “apapun” mengandung arti bahwa baik perilaku komunikasi verbal maupun non
verbal dapat berfungsi sebagai pesan. Pesan-pesan verbal terdiri dari kata-kata terucapkan
maupun tertulis, sedangkan pesan-pesan non verbal merupakankeseluruhan perilaku-
perilaku sisanya,yang tidak termasuk verbal, tetapi juga dapat dilekatkan makna padanya.

Perilaku dapat terjadi baik secara sadar maupun tidak sadar. Prilaku tidak sadar terutama pada
non verbal Seringkali prilaku juga terjadi tanpa ada maksud tertentu dari pelakunya,
tetapidipersepsikan dan diberikan makna oleh orang lain

 Dengan pengertian lain maknakomunikasi dapat dirumuskan secara umum sebagai : “…


sesuatu yang terjadi bila makna dilekatkan pada prilaku atau pada hasil/akibat dari
prilaku tersebut”. Ini berarti bahwa setiap saat seseorang memperhatikan prilaku atau
akibat dari prilaku kita serta memberikan makna padanya, maka komunikasi telah terjadi,
tanpa harus dibatasi apakah prilaku itu dilakukan dengan sengaja atau tidak sengaja,
dengan maksud atau tanpa maksud. Jika hal ini kita renungkan lebih dalam lagi, maka
nampaknya tidak mungkin bagi kita untuk bertingkah laku. Dan jika tingkah laku
memiliki kemampuan komunikasi,tentunya tidak mungkin pula bagi kita untuk
berkomunikasi (“We cannotnotcommunicate”).
o Dimensi Komunikasi Lintas Budaya
Dalam suatu kebudayaan yang ada, pasti memiliki ciri-ciri kebudayaan yang satu berbeda
dengan ciri-ciri budaya di daerah lain. Ciri-ciri budaya antara lain:
a. budaya bukan bawaan tetapi dapat dipelajari 
b. budaya dapat disampaikan dari orang keorang, kelompok ke kelompok
dan darigenerasi ke generasi.
c. budaya berdasarkan symbold. 7
d.  budaya bersifat dinamis, suatu system yang terus berubah sepanjang waktu.
e.  Budaya bersifat selektif, merprentasikan pola-pola perilaku pengalaman manusia
yang jumlahnya terbatas
f.  berbagai unsur budaya saling berkaitan

c. Kaitan antara Komunikasi dan Kebudayaan

Dari berbagai definisi tentang KAB seperti yang telah dibahas sebelumnya,
dampak bahwa unsur pokok yang mendasari proses KAB ialah konsep tentang“Kebudayaan”
dan “Komunikasi”. Hal ini pun digaris bawahi oleh Sarbaugh (1979:2) dengan pendapatnya
bahwa pengertian tentang komunikasi antar budaya memerlukan suatu pemahaman tentang
konsep-konsep komunikaasi dan kebudayaan serta saling ketergantungan antara keduanya.
Saling ketergantungan ini terbukti, menurut Serbaugh, apabila disadari bahwa:

a. Pola-pola komunikasi yang khas dapat berkembang atau berubah dalam suatu kelompok
kebudayaan khusus tertentu.
b. Kesamaan tingkah laku antara satu generasi dengan generasi berikutnya hanya
dimungkinkan berkat digunakannya sarana-sarana komunikasi.

  Sementara Smith (1966) menerangkan hubungan yang tidak terpisahkan antara


komunikasi dan kebudayaan yang kurang lebih sebagai berikut: Kebudayaan merupakan suatu
kode atau kumpulan peraturan yang dipelajari dan dimiliki bersama untuk mempelajari dan
memiliki bersama diperlukan komunikasi, sedangkan komunikasi memerlukan kode-kode dan
lambang-lambang yang harus dipelajari dan dimiliki bersama.
Hubungan antara individu dan kebudayaan saling mempengaruhi dan saling menentukan.
Kebudayaan diciptakan dan di pertahankan melalui aktifitas
komunikasi para individu anggotanya. Secara kolektif prilaku mereka secara bersama-sama
menciptakan realita (kebudayaan) yang mengikat dan harus dipatuhi oleh individu agar dapat
menjadi bagian dari unit. Maka jelas bahwa antara komunikasi dan kebudayaan terjadi hubungan
yang sangat erat:

 Disatu pihak, jika bukan karena kemampuan manusia untuk menciptakan


bahasasimbolik, tidak dapat dikembangkan pengetahuan, makna, simbol-simbol, nilai-
nilai,aturan-aturan dan tata, yang memberi batasan dan bentuk pada hubungan- 8
hubungan ,organisasi-organisasi dan masyarakat yang terus berlangsung. Demikian pula,
tanpakomunikasi tidak mungkin untuk mewariskan unsur-unsur kebudayaan dari
satugenerasi kegenerasi berikutnya, serta dari satu tempat ke tempat lainnya.
Komunikasi juga merupakan sarana yang dapat menjadikan individu
sadar dan menyesuaikan diridengan subbudaya-subbudaya dan kebudayaan-kebudayaan
asing yang dihadapinya.Tepat kiranya jika dikatakan bahwa kebudayaan dirumuskan,
dibentuk,ditransmisikan daan dipelajari melalui komunikasi.
 Sebaliknya, pola-pola berpikir, berprilaku, kerangka acuan dariindividu-individu
sebahagian terbesar merupakan hasil penyesuaina diri dengan cara-cara khusus yang
diatur dan dituntut oleh sistem sosial dimana mereka berada.Kebudayaan tidak saja
menentukan siapa dapat berbicara dengan siapa, mengenai apadan bagaimana komunikasi
sebagainya berlangsung, tetapi juga menentukan caramengkode atau menyandi pesan
atau makna yang dilekatkan pada pesan dan dalamkondisi bagaimana macam-macam
pesan dapat dikirimkan dan ditafsirkan.Singkatnya, keseluruhan prilaku komunikasi
individu terutama tergantung padakebudayaanya. Dengan kata lain, kebudayaan
merupakan pondasi atau landasan bagikomunikasi. Kebudayaan yang berbeda akan
menghasilkan praktek-praktekkomunikasi yang berbeda pula.
o Komunikasi Antar Budaya Efektif

Dalam banyak hal, hubungan antara budaya dan komunikasi bersifat timbal
balik.Keduanya saling mempengaruhi. Apa yang kita bicarakan, bagaimana kita
membicarakannya, apa yang kita lihat, kita perhatikan, abaikan, bagaimana
kita berfikir, apa yang kita pikirkan dipengaruhi oleh budaya. Budaya takkan hidup tanpa
komunikasi, dan komunikasi pun takkan hidup tanpa budaya. Masing-masing takdapat berubah
tanpa menyebabkan perubahan pada yang lainnya. Masalah utama dalam komunikasi antar
budaya adalah kesalahan dalam persepsi sosial yangdisebabkan oleh perbedaan-perbedaan
budaya yang mempengaruhi proses persepsi.

((Mulyana & Rahmat,2001;34)Semakin besar pebedaan antar budaya, maka semakin


besar pula kesadaran diri(mindfulness) para partisipan komunikasi. Hal ini memiliki konsekuensi
positif dan negative. Positifnya adalah kesadaran diri membuat kita lebih waspada. Ini mencegah
kita mengatakan hal-hal yang mungkin terasa tidak peka atau tidak patut. Adapun negatifnya
9
adalah, hal ini membuat kita tterlalu behati-hati, tidak spontan, dan tidak percaya diri. 

Dengan semakin baik kita mengenal, maka perasaan terlalu berhati-hatiakan hilang dan


menjadi lebih percaya diri dan spontan. Hal demikian ini padagilirannya akan menambah
kepuasan dalam komunikasi antarbudaya. Masalah sebenarnya bukan bagaimana menjaga
interaksi dan mengupayakan saling pengertian melainkan, kita ini terlalu mudah menyerah
setelah terjadi kesalahpahamandisaat awal. Perbedaan antarbudaya terutama penting dalam
interaksi awal dan secara berangsur bekurang tingkat kepentingan ketika hubungan menjadi lebih
akrab. Dalam komunikasi antarbudaya kita seharusnya memaksimalkan hasil interaksi. Tiga
konsekwensi yang mengisyaratkan implikasi penting bagi komunikasi antarbudaya.Sebagai
contoh, orang akan berinteraksi dengan orang lain yang mereka perkirakanakan memberikan
hasil yang positif. Karena komunikasi antarbudaya itu sulit, kitamungkin menghindarinya.

Dengan demikian, kita akan memilih berbicara dengan rekan sekelas yang banyak
kemiripannya dengan kitta dibandingkan orang yangsangat berbeda. Tetapi memperluas
pergaulan kita mungkin akan memberikan kepuasan yang ebih besar setelah beberapa waktu.
Kedua, bila kita mendapatkan hasilyang positif , kita terus melibatkan diri dalam komunikasi dan
meningkatkankomunikasi kita. Bila kita memperoleh hasil negative, kita akan menarik diri dan
mengurangi komunikasi. Ketiga, kita membuat prediksi tentang mana perilaku kitayang akan
memberikan hasil positif. Dalam komunikasi, kita berusaha memprediksi hasil, misalnya dari
pilihan topik, posisi yang kita ambil, perilaku nonverbal yang kitatunjukkan, banyak
pembicaraan yang kita lakukan, disbanding dengan tindakanmendengarkann, dan sebgainya.
Namun dalam prosesnya komunikasi antar budaya terjadi sebuah hambatan dan masalah
yang sama seperti yang dihadapi oleh bentuk-bentuk komunikasi yang lain.Dalam menciptakan
sebuah keefektifan komunikasi antar budaya, komunikasi akanlengkap bila penerima pesan yang
dimaksud mempersepsi atau menyerap perilakuyang disandi, memberi makna kepadanya dan
terpengaruh olehnya. Dalam transaksi komunikasi harus dimaksukkan semua syimuli sadar-tak
sadar, sengaja-tak sengaja,verbal, nonverbal yang kontekstual yang berperan sebagai isyarat-
isyarat kepada sumber dan penerima tentang kualitas dan kredibilitas pesan. Dalam proses
interaksi antar budaya sama halnya dengan harus memperhatikan delapan unsur komunikasi,
kedelapan unsur tersebut yaitu, sumber (source), penyandian (ecoding), pesan(message), saluran
(chanel), penerima (receiver), penyandian balik (decoding), respon penerima (receiver response)
10
dan yang terakhir umpan balik(feedback).

Efektif dapat diartikan mencapai sasaran atau tujuan sesuai dengan maksud komunikator.
Dalam komunikasi antarbudaya, bila memiliki tujuan untuk bisa saling memahami pendapat,
sikap, dan tingkah laku komunikasi yang berbeda tersebut,dapat tercapai, maka komunikasi
antarbudaya bisa jadi efektif. Dalam berinterkasi dengan orang lain, seseorang ingin
menciptakan dampak tertentu dan memberikan kesan-kesan tertentu dalam diri orang lain
tersebut.

Kadang-kadang berhasil mencapai semuanya, namun tidak jarang pula gagal. Pengertian
nya yaitu terkadang orang memberikan reaksi terhadap tingkah laku dengan cara yang
sangat berbeda dari yang diharapkan. Keefektifan seseorang dalam hubungan antar pribadi
ditentukan oleh kemampuan seseorang untuk mengkomunikasikan dengan secara jelas apa yang
kita ingin sampaikan, menciptakan kesan yang diinginkan atau mempengaruhi orang lain sesuai
dengan kehendak kita. Efektifitas komunikasi juga bergantung pada siapa, serta cara
penyampaiankomunikasi. Seseorang harus melihat pada siapa dirinya melakukan komunikasi
danmemposisikan diri serta memerankannya. Komunikasi antarbudaya dapat dikatakanefektif
bila proses komunikasi bisa menyenangkan bagi kedua belah pihak,mempunyai suatu kesamaan
dalam suatu kelompok akan menyenangkan bagi kitakomunikasipun akan lancar dan terbuka.
Dan sebaliknya, berkomunikasi denganorang-orang yang tidak sepaham dengan kita akan sangat
membosankan, akanmembuat kita tegang, sesak, dan situasinya pun membuat kita tidak
nyaman.Komunikasi akan lebih efektif bila antara pihak yang terlibat komunikasi
salingmenyenangi satu sama lainnya. 

o 4.Hambatan dalam komunikasi lintas budaya

Dalam bukunya Intercultural Business Communication, Chaney dan Martin (2004)


mengungkapkan bahwa : “hambatan komunikasi atau communication barrier adalah segala
sesuatu yang menjadi penghalang untuk terjadinya komunikasi yang efektif. Perbedaan budaya
sendiri merupakan salah satu faktor penghambat dalam komunikasi antar budaya, karenanya
hambatan tersebut juga sering disebut sebagai hambatan komunikasi
antar budaya, sebagai hambatan dalam proses komunikasi yang terjadi karena adanya perbedaan 
budaya antara komunikator dan komunikan. Adapun faktor hambatan komunikasi antar budaya
yang sering terjadi antara lain: fisik, budaya, persepsi,motivasi, pengalaman, emosi, bahasa 11
(verbal), nonverbal, kompetisi.”

Dalam komunikasi antarbudaya, reaksi negatif dan evaluatif individu terhadap


sebuah budaya dapat menciptakan hambatan komunikasi. Evaluasi yang bersifat negatifmenyeba
bkan adanya ketidaksukaan dan penghindaran. Hal ini terjadi karena budayaasing ‟dipandang
menyimpang‟atauberbeda‟dari norma yang kita anut.Hambatan komunikasi tersebut terjadi di
antara dua budaya dan bersifat satu arah,yang mana hal ini mencerminkan adanya
ketidakmampuan untuk memahami normadari budaya yang berbeda (budaya asing). Hambatan
ini juga tidak selalu bersifattimbal balik. Sebuah perbedaan budaya (bersifat tunggal) dapat pula
menjadihambatan bila melanggar salah satu nilai inti komunikator.Tracy Novinger (dalam
malista, 2013) mengemukakan bahwa hambatan komunikasiantarbudaya dapat dibagi dalam tiga
jenis, yakni hambatan persepsi, hambatan verbaldan hambatan nonverbal. Beberapa jenis
hambatan persepsi yang dikemukakan olehTracy Novinger adalah wajah(face), nilai(values), dan
pandangan dunia(worldview). Wajah(face)merupakan nilai atau pertahanan seseorang terhadap
pandangan di depanorang lain. Hal ini menyangkut bagaimana seseorang ingin orang lain
melihatterhadap dirinya, yang dipengaruhi dari interaksi sosial, dan lain sebagainya, sehinggahal
ini bisa diperoleh atau bisa hilang.Adanya perbedaan nilai juga salah satu yang memengaruhi
munculnya hambatan persepsi dalam komunikasi antarbudaya. Nilai agama ermanisfestasi tidak
hanya padadogma, tetapi juga pada pola kehidupan dan pandangan hidup. Ferraro
jugamengungkapkan bahwa pengaruh agama dapat dilihat dari jalinan semua budaya,karena hal
ini bersifat dasar. Nilai agama ini juga berpengaruh pada cara pandang(worldview) seseorang.

Cara pandang(worldview) meliputi bagaimana orientasi budaya terhadap Tuhan, alam,


kehidupan, kematian dan alam semesta, arti kehidupandan keberadaan.Sikap (attitude) juga salah
satu bagian yang termasuk dalam mempengaruhi persepsi.Sikap merupakan ranah psikologis
yang secara jelas memengaruhi perilaku dan menyimpangkan persepsi. Sikap akan menyebabkan
adanya interpretasi dari hal atau kejadian, yang mana hal ini akan pasti bersifat
mempengaruhi persepsi. Sikap mencakup aspek kognitif dan afektif. Aspek kognitif merujuk pad
a keinginan untuk menahan pendapat yang bersifat etnosentris dan kesiapan untuk mempelajari
mengenai isu perbedaan lintas budaya dengan pandangan terbuka. Sedangkan aspek afektif
merujuk pada rasa empati dalam memahami perbedaan kelompok kultural.komitmen emosional
untuk terlibat dalam partisipasi perspektif kultural, dan pengembangan 
12

o Contoh Kasus Komunikasi Lintas Budaya

Ketika Adi lulus sekolah menengah atas (SMA), Adi memutuskan untuk melanjutkan
studi ke Jawa Timur, tujuan Adi datang ke daerah Pasuruan. Awalnya ketika Adidatang di
Pasuruan Adi merasa asing, terutama dalam pengucapan bahasa yang mereka pakai sehari-
hari. Dari budaya yang Adi anut, dia memiliki latar belakang budaya orang Jawa Tengah.
Walaupun Adi memiliki latar belakang budaya Jawa Tengah, namun Adi telah lama dan
menetap di Sumatera Selatan, sehingga adat kebudayaan Adi telah banyak mengikuti orang
asliPalembang.
mampu berdialog dengan bahasa Jawa, namun bahasa yang dipakai Adi khas Jawa Tengah.Ke
tika sampai di daerah Pasuaruan ia merasa tidak nyaman, karena ia merasa bahwa ia
mmerasa dikucilkan oleh rekan satu Kos-nya. sesuatu ketika ada rekan satu kosAdi yang sakit,
dengan dialog khas Jawa Tengah Adi membereanikan diri
dengan bersikap tenang dan mengatakan “nak enek konco seng sakit yo di tilik‟. (kalo ada
teman yang sakit ya di jenguk)”. berhubung yang diajak berdialog orang Jawa Timur mereka
semua bingung. Yang mereka ketahui bahasa “menilik‟i”(Jawa Tengah:menjenguk/melihat.
Jawa Timur: mencicipi/mencoba rasa sesuatu). Walaupun aneh mereka semua berusaha
memahami perbedaan pengucapan Adi. Dari contoh kasus diatas jelas bahwa dalam sebuah
komunikasi antar budaya terjadisebuah gangguan (noice), sebenarnya apa yang hendak akan
dilakukan dan disampaikan memang seharusya baik dan benar
namun pada akhirnya bahasa yang diucapkan memiliki arti yang bereda dari makna yang
diharapkan. Hal ini tentu sangat dipengaruhi dengan adanya perbedaan antara
kultur budaya pada suatu daerah tertentu. Pada situasi yang demikian Adi mengalami

sebuah kejutan budaya dan berusaha menempatkan dirinya di budaya yang baru.

Kejutan budaya mengacu pada reaksi psikologis yang dialami seseorang


karena berada ditengah suatu kultur yang sangat berbeda dengan kulturnya sendiri inimembua
t komunikasi lintas budaya tidak efektif. Kebanyakan orang mengalamiapabila memasuki
kultur yang baru dan berbeda. Namun demikian. Sebagian darikejutan ini timbul karena
perasaan terasing menonjol dan berbeda dari yang lain. Bilakita kurang mengenal adat dan
kebiasaan masyarakat baru ini, kita tidak dapat berkomunikasi secara efektif.Hubungan antara 13
budaya dan komunikasi penting dipahami untuk memahamikomunikasi antar budaya, oleh
karena itu melalui komunikasi antar budaya sangatlah pengaruh, karena budayalah orang-
orang belajar komunikasi. Seorang Korea, seorang Mesir atau seorang Amerika belajar berko
munikasi seperti orang-orang lainnya. Perilaku mereka mengandung makna,sebab
perilakutersebut dipelajari dan diketahui dan perilaku tersebut terikat
oleh budaya. Budaya bersifat menyeluruh. Budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas.Banya
k aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif.

((Mulyana &Rahmat,2001;24)Proses vebal merupakan alat utama untuk pertukaran


pikiran dan gagasan, namun proses-proses ini sering dapat diganti oleh proses nonverbal.
Walaupan tidak dapatkesepakatan tentang bidang proses nonverbal ini, kebanyakan ahli setuju
bahwa hal-hal berikut mesti dimasukkan : isyarat, ekspresi wajah, pandangan mata, postur
dangerakan tubuh, sentuhan, pakaian, artefak, diam, ruang, waktu dan suara. Dalam proses-
proses nonverbal yang relevan dengan komunikasi antarbudaya, terdapat beberapa
spek diantaranya perilaku non verbal yang berfungsi sebagai bentuk
bahasadiam.Perbedaan bahasa tidak mengakibatkan perbedaan penting dalam persepsi, pemiki
iran atau perilaku. Perbedaan diantara bahasa terlihat paling besar adalah padawaktu diawal
interaksi. Oleh karena itu, sangatlah penting bahwa kita menggunakantekhnik-tekhnik
komunikasi yang sebisa mungkin untuk efektif. Bahasa itu mencerminkan budaya,
semakin besar perbedaan budaya, semakin besar pula perbedaan komunikasi, baik dalam baha
sa maupun dalam isyarat-isyarat nonverbal. Semakin besar perbedaan budayamaka semakin
sulit komunikasi dilakukan. Kesulitan ini misalnya, lebih banyakkesalahan komunikasi, lebih
banyak kesalahan kalimat, lebih besar kemungkinansalah paham, makin banyak salah
persepsi. Kita perlu sangat peka terhadap hambatan-hambatan yang menghalangi komunikasi
antarbudaya yang bermakna. Begitu juga,kita perlu menggunakan tekhnik-tekhnik yang
membantu kita melestarikan danmeningkatkan komunikasi antarbuddaya.Dilihat dari
fungsinya, bahasa merupakan alat yang dimiliki bersama untukmengungkapkan gagasan
(socially shared), karena bahasa hanya dapat dipahamiapabila ada kesepakatan di antara
anggota-anggota kelompok sosial untukmenggunakannya. Bahasa diungkapkan dengan kata-
kata dan kata-kata tersebut seringdiberi arti arbiter (semaunya). Contoh: terhadap buah pisang
orang Sundamenyebutnya cau dan orang jawa menyebutnya gedang. Kemudian definisi
bahasasecara formal ialah semua kalimat yang terbayangkan dan bisa dibuat
14
menurut peraturan bahasa. Setiap bahasa bisa dikatakan mempunyai tata bahasanya sendiri.

2.3 Peran Perawat antar lintas budaya

Peran perawat adalah segenap kewenangan yang dimiliki oleh perawat untuk
menjalankan tugas dan fungsinya sesuai kompetensi yang dimilikinya (Gaffar, 2005).
Menurut (Lokakarya Nasional,1996) Peran perawat adalah sebagai pelaksana
pelayanan keperawatan, pengelola pelayanan keperawatan dan institusi
pendidikan,sebagai pendidik dalam keperawatan, peneliti dan pengembangan
keperawatan. atau peran perawat adalah cara untuk menyatakan aktivitas perawat dalam
praktek,dimana telah menyelesaikan pendidikan formalnya diakui.
Peran perawat menurut konsorium ilmu kesehatan tahun1989 terdiri dari peran
sebagai pemberi asuhan keperawatan, advokad pasien, pendidik, koordinator, konsultan,
dan peneliti yang dapat digambarkan sebagai berikut (Hidayat, 2008)terdiri dari :
a. Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan
Peran ini dapat dilakukan perawat dengan memperhatikan keadaan kebutuhan
dasar manusia yang dibutuhkan melalui pemberian pelayanan keperawatan
dengan menggunakan proses keperawatan.
b. Peran sebagai advokat pasien
Peran ini dilakukan perawat dalam membantu pasien dan keluarganya dalam
menginterpretasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan atau informasi
lain khususnya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan keperawatan yang
diberikan kepada pasien. Juga dapat berperan mempertahankan dan melindungi
hak-hak pasien yang meliputi hak atas pelayanan sebaik-baiknya, hak atas
informasi tentang penyakitnya dan hak atas privasi.
c. Peran edukator
Peran ini dilakukan dengan membantu pasien dalam meningkatkan tingkat
pengetahuan kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan yang diberikan, sehingga
terjadi perubahan perilaku dari pasien setelah dilakukan pendidikan kesehatan.
d. Peran koordinator
Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan serta mengorganisasi
pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga pemberian pelayanan kesehatan
dapat terarah serta sesuai dengan kebutuhan pasien.
15
e. Peran kolaborator
Peran perawat di sini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim kesehatan
yang terdiri dari dokter, fisioterapis, ahli gizi dan lain-lain dengan berupaya
mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan termasuk diskusi atau
tukar pendapat dalam penentuan bentuk pelayanan selanjutnya.
f. Peran konsultan
Di sini perawat berperan sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau
tindakan keperawatan yang tepat untuk diberikan. Peran ini dilakukan atas
permintaan pasien terhadap informasi tentang tujuan pelayanan keperawatan yang
diberikan.
g. Peran pembaharu
Peran ini dapat dilakukan dengan mengadakan perencanaan, kerja sama,
perubahan yang sistematis dan terarah sesuai dengan metode pemberian
pelayanan keperawatan.
Peran perawat pada kasus 2 dapat disimpulkan telah melaksanakan peran sebagai
pemberi asuhan keperawatan dan peran sebagai edukator. Peran perawat sebagai pemberi
asuhan keperawatan karena perawat telah memberikan air dingin untuk memenuhi
kebutuhannya supaya lebih membaik. Sedangkan peran perawat sebagai edukator dapat
dibuktikan bahwa perawat telah menyarankan untuk minum air dingin dan memberi
penjelasan bahwa air dingin dapat membuat kondisinya membaik.

16

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Komunikasi merupakan aktifitas yang selalu dilakukan oleh manusia selama masihhidup
dan berhubungan dengan manusia lainnya. Dalam proses komunikasi tersebut manusia sangat
mendambakan komunikasi yang lancar dan efektif, agar tidak terjadikesalahpahaman yang
menjurus pada konflik.Dan pada hakekatnya seluruh keberhasilan proses komunikasi pada
akhirnyatergantung pada efektifitas komunikasi. Yakni sejauh mana para partisipan memberi
makna yang sama atas pesan yang dipertukarkan. Pada gilirannya
latar belakang budaya partisipan senantiasa berbeda walau sekecil apapun perbedaan ituakan
sangat menentukan efektivitas itu. Oleh karenanya memahami makna budayadan segala yang
terakit dengan itu merupakan sesuatu yang mutlak dilakukan demitercapainya komunikasi yang
efektif.
3.1 Saran

Jadikanlah makalah ini sebagai acuan untuk pemblajaran kedepannya. Jadikanlah


makalah ini penambah wawasan mengenal komunikasi dan lintas budaya dan bisa
mengaplikasikannya pada masyarakat dan klien.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Sihabudin. 2011. Komunikasi Antar Budaya. Jakarta: Bumi Aksara

Alvin Sanjaya. 2013. Hambatan Komunikasi Antar Budaya. Jurnal E Komunikasi, VOL 1< No
3.Bandung: PT RemajaRosdakarya.

Liliweri, Alo. 2004. Dasar-dasar Komunikasi Antar Budaya. Yogyakarta:


PustakaPelajarMulyana, Dedi. 2001. Ilmu Komunkasi Suatu Pengantar. Bandung: PT
RemajaRosdakarya

Natalia, Imanuel V.O. 2007. Model Komunikasi Antar Budaya Ekspatriat Guangdon. Jakarta :


EGC

Anda mungkin juga menyukai