Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH

KOMUNIKASI PERSUASIF

Dosen Pengampu:
Deasy Chrisnia, SE.,MM.

Disusun oleh:

MANAJEMEN PERHOTELAN
PROGRAM PENDIDIKAN VOKASI
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Semester Genap 2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas
limpahan anugerah-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas makalah
yang berjudul Komunikasi Persuasif dengan tepat waktu.

Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Komunikasi
Hotel yang diberi oleh Deasy Chrisnia, SE.,MM.. Penyusun menyadari bahwa
makalah ini masih banyak kekurangan baik dalam isi maupun sistematikanya. Hal ini
disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan wawasan penyusun. Oleh karena itu,
penyusun mengaharapkan kritik dan saran demi penyempurnaan makalah ini.

Akhir kata, penyusun mengharapkan semoga dari makalah Komunikasi Hotel


tentang Komunikasi Persuasif ini dapat diambil hikmah dan manfaatnya sehingga
dapat memberikan inspirasi terhadap pembaca. Terima kasih.

Malang, 01 Mei 2109

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................1
DAFTAR ISI............................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................3
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................4
1.3 Tujuan......................................................................................................................4
1.4 Manfaat....................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................6
2.1 Pengertian Komunikasi Persuasif.............................................................................6
Komunikasi Persuasif menurut Para Ahli.......................................................................6
2.2 Unsur-unsur Komunikasi Persuasif..........................................................................7
2.3 Ruang Lingkup Komunikasi Persuasif.....................................................................8
2.4 Bentuk-bentuk Komunikasi Persuasif......................................................................8
2.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Komunikasi Persuasif.....................................9
2.6 Tujuan Komunikasi Persuasif...................................................................................9
2.7 Manfaat mempelajari Komunikasi Persuasif...............................................................10
2.8 Cara komunikasi Persuasif untuk Komunikasi Efektif...........................................11
2.9 Prinsip Komunikasi Persuasif.......................................................................................13
3.0 Hambatan Dalam Komunikasi Persuasif......................................................................18
3.0.1 Strategi Dalam Mengatasi Hambatan....................................................................25
BAB III PENUTUP...............................................................................................................29
3.1 Kesimpulan............................................................................................................29
3.2 Saran......................................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................30

2
3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kehidupan sehari-hari setiap orang tentu dipengaruhi oleh komunikasi diri


sendiri dengan orang lain, bahkan oleh pesan yang berasal dari orang yang tidak kita
kenal. Karena komunikasi merupakan salah satu hal yang sangat kompleks, dan oleh
sebab itu banyak para ahli yang mengatakan bahawa sulit untuk didefinisikan.
Sementara itu, menurut Everett M. Rogers yang dikutip oleh Suranto A. W (2005, p.
15), bahwa komunikasi ialah proses yang di dalamnya terdapat suatu gagasan yang
dikirimkan dari sumber kepada penerima dengan tujuan untuk merubah perilakunya.

Komunikasi dapat ditentukan berhasil atau tidaknya tergantung bagaimana


komunikator dapat mempengaruhi komunikan, sehingga komunikan dapat bersikap
dan perilaku atau bertindak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh komunikator.
Namun, permasalahannya adalah komunikator sangat perlu mengetahui pesan, dan
saluran yang bagaimana yang dapat mengubah sikap dan perilaku komunikan.

Dalam ilmu komunikasi, kita mengenal adanya komunikasi persuasif, yaitu


komunikasi yang bersifat mempengaruhi audience atau komunikan, sehingga
bertindak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh komunikator. Menurut K.
Andeerson (Mulyana, 2005, p. 115) komunikasi persuasif didefinisikan sebagai
perilaku komunikasi yang mempunyai tujuan mengubah keyakinan, sikap atau
perilaku individu atau kelompok lain melalui transmisi beberapa pesan. Mengingat
pentingnya peran komunikasi persuasif dalam kehidupan sehari-hari, khususnya
dalam suatu organisasi, maka disusunlah makalah ini untuk menambah wawasan
mengenai komunikasi persuasif.

4
1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang terdapat dalam makalah ini adalah sebagai berikut:

a. Apa pengertian komunikasi persuasif?


b. Apa saja unsur-unsur komunikasi persuasif?
c. Bagaimana ruang lingkup komunikasi persuasif?
d. Apa saja bentuk-bentuk komunikasi persuasif?
e. Apa saja tujuan komunikasi persuasif?
f. Apa saja manfaat memperlajari komunikasi persuasif?
g. Apa saja cara komunikasi persuasif agar dapar menjadi komunikasi yang
efektif?
h. Apa saja prinsip komunikasi persuasif?
i. Bagaimana hambatan komunikasi persuasif ?

1.3 Tujuan

Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui pengertian komunikasi persuasif.


b. Untuk mengetahui unsur-unsur komunikasi persuasif?
c. Untuk mengetahui ruang lingkup komunikasi persuasif?
d. Untuk mengetahui bentuk-bentuk komunikasi persuasif?
e. Untuk mengetahui tujuan komunikasi persuasif?
f. Untuk mengetahui manfaat memperlajari komunikasi persuasif?
g. Untuk mengetahui cara komunikasi persuasif agar dapar menjadi
komunikasi yang efektif?
h. Untuk mengetahui prinsip komunikasi persuasif?
i. Untuk mengetahui hambatan komunikasi persuasif serta strategi untuk
mengatasinya?

5
1.4 Manfaat

Manfaat dari penyusunan makalah ini adalah untuk menambah wawasan atau
pengetahuan dalam Komunikasi mengenai Komunikasi Persuasi, dan dapat dijadikan
sebagai bahan referensi tambahan dalam pembelajaran khususnya bagi penyusun dan
umumnya bagi pembaca.

6
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Komunikasi Persuasif

Komunikasi persuasif ini merupakan jenis komunikasi yang memiliki tujuan


untuk memberikan perngaruh kepada komunikan dari komunikator terhadap
kepercayaan, sikap, hingga perilaku komunikan. Di mana komunikasi ini akan
memberikan dampak yang membuat komunikan ini bertindak sesuai dengan apa yang
diminta oleh sang komunikator.
Di dalam sebuah komunikasi pasti melibatkan dua atau lebih individu dalam
berinteraksi informasi. Sehingga, akan ada sikap-sikap individu yang berbeda-beda
dengan berbagai komponen. Ketiga komponen itu di antaranya:

1. Kognitif- Individu mencapai tingkat “tahu” pada objek yang diperkenalkan.


2. Afektif- Individu mempunyai kecenderungan untuk suka atau tidak suka pada
objek.
3. Konatif- Perilaku ini sudah sampai tahap hingga individu melakukan sesuatu
tindakan terhadap objek.

Komunikasi Persuasif Secara Umum


Terkadang kepercayaan seseorang tentang sesuatu yang dipercayainya dapat
memberikan dampak sikap pada diri mereka. Sehingga dapat mempengaruhi perilaku
atau tindakan mereka terhadap sesuatu. Dengan kata lain, mengubah pengetahuan
seseorang tentang sesuatu yang dipercayainya dapat mengubah perilaku mereka.
Walaupun ada kaitan antara kognitif, afektif, dan konatif yang memiliki keterkaitan
yang tidak selalu berlaku lurus atau langsung. Contohnya seperti kalimat di bawah
ini.
“Didi tahu (kognitif) kalau motor Ninja R itu motor yang mahal. Ia juga
suka (afektif) melihat bentuk motor tersebut ketika berjalan.
Namun, Didi tidak akan membeli motor tersebut (konatif), karena ia belum
punya uang.”

Komunikasi Persuasif menurut Para Ahli

Komunikasi persuasif ini juga telah didefinisikan oleh beberapa para ahli di
antaranya:

1. Kenneth E. Anderson (1972:218), menyatakan bahwa komunikasi persuasif


merupakan proses komunikasi antar individu. Komunikasi tersebut terjadi di mana
komunikator mengunakan simbol-simbol untuk mempengaruhi pikiran si penerima

7
sebagai dengan sendirinya, komunikator dapat merubah tingkah laku dan perbuatan
audiens.
2. Erwin P. Betinghaus dalam bukunya yang berjudul “Persuasif
Communication” tahun 1973, halaman 10. Di sana dijelaskan bahwa komunikasi
persuasif ini dapat mempengaruhi pemikiran dan perbuatan seseorang, hubungan
aktivitas antara pembicara dan pendengar dimana pembicara berusaha mempengaruhi
tingkah laku pendengar melalui perantara pendengaran dan penglihatan.
3. Lain halnya dalam buku yang ‘Komunikasi Antarmanusia’ yang dijelaskan
oleh De Vito. De Vito menyatakan bahwa komunikasi persuasif merupakan
komunikasi bertujuan untuk menengahkan pembicaraan yang sifatnya memperkuat.
Kemudian, memberikan ilustrasi dan menyodorkan informasi kepada khalayak. Akan
tetapi, tujuan pokoknya adalah menguatkan atau mengubah sikap dan perilaku,
sehingga penggunaan fakta, pendapat dan himbauan motivasional harus bersifat
memperkuat tujuan persuasifnya. Dari penjelasan tersebut, De Vito mengemukakan
terdapat dua macam tujuan atau tindakan yang ingin dicapai dalam melakukan
komunikasi persuasif. Tujuan tersebut dapat berupa untuk mengubah sikap atau
perilaku receiver atau untuk memotivasi perilaku receiver.

2.2 Unsur-unsur Komunikasi Persuasif

Komunikasi persuasif akan dapat terbentuk dengan baik, jika terdapat unsur-
unsur seperti yang akan dipaparkan di sini. Aristoteles pernah berpendapat bahwa
komunikasi itu dibangun oleh tiga unsur yang fundamental (persuader/komunikator).
Tiga unsur tersebut bersifat sebagai sumber komunikasi, materi pembicaraan yang
dihasilkannya (pesan), dan orang yang  mendengarkannya (komunikan). Persuader
merupakan orang atau individu yang menyampaikan pesan di mana pesan tersebut
memberikan pengaruh sikap, pendapat, hingga perilaku orang lain secara verbal
maupun non verbal.

Di dalam komunikasi persuasif, peran seorang komunikator sangatlah penting


dan berpengaruh. Sehingga, ia harus memiliki nilai performa yang tinggi. Seorang
komunikator yang memiliki nilai performa yang tinggi dapat dicirikan dari kesiapan,
kesungguhan, ketulusan, kepercayaan, ketenangan, keramahan
hingga kesederhanaannya dalam menyampaikan pesan.

Komunikan merupakan individu yang menjadi tujuan pesan itu disampaikan


oleh komunikator baik secara verbal maupun non verbal. Kepribadian pada seorang
komunikan juga mampu memberikan pengaruh terhadap penerimaan
pesan, bahkan persepsi dan pengalaman juga mampu mempengaruhi.

2.3 Ruang Lingkup Komunikasi Persuasif

8
Di dalam komunikasi persuasif, terdapat beberapa ruang lingkup yang di antaranya
sebagai berikut:

1. Komunikator/Sumber pesan atau informasi.


2. Content of the communication/pesan yang disampaikan. Pesan yang
disampikan ini bisa berupa:

 Motivating Appeals  (pesan yang mendorong, membangun, dan memotivasi).


 Organization of persuasive arguments (pesan yang mengandung argumen atau
opini).

3. Audience Predispositions/komunikan atau individu yang menerima pesan.

 Group conformity motives/penerima pesan bisa berupa grup atau organisasi.


 Individual personality factors/penerima pesan sebagai individu.

4. Media sebagai perantara yang digunakan untuk menyampaikan pesan.


5. Responses, yang merupakan tangapan dari seorang komunikan terhadap pesan
yang disampaikan.
6. Konteks situasional. Ruang lingkup inilah yang merupakan suasana atu situasi
yang ad ketika pesan disampaikan.

2.4 Bentuk-bentuk Komunikasi Persuasif

Terdapat beberapa bentuk komunikasi persuasif, diantaranya:

1. Iklan, Di dalam iklan, komunikasi persuasfi sering kali komunikasi jenis ini


dimanfaatkan sebagai bentuk kegiatan pemasran. Karena, iklan sendiri
merupakan bagian dari jenis promosi. Sehingga, iklan merupakan bagian kecil
dari aktivitas promosi yang lebih luas. Iklan inilah yang menggunakan
komunikasi persuasif sebagai bahasa mengajak para calon pelanggan untuk
menggunakan produknya.
2. Dakwah, Dakwah merupakan aktivitas yang bersifat menyerukan seperti
layaknya orasi namun sifatnya mengajak orang-orang untuk berjalan ke jalan
yang benar. Sehingga, aktivitas ini memerlukan bahasa persuasif yang dapat
membuat orang yang mendengar pesan tersebut menjadi ikut pengaruh dalam
bahasa dan kata-kata yang disampaikan. Aktivtas inilah yang kerap kali
dilupakan kalau menggunakan persuasif tapi bukan dogmatis.
3. Pamflet, Pamflet merupakan bentuk komunikasi persuasif secara verbal yang
berbentuk tulisan. Bentuk ini sebenarnya masuk ke dalam kategori iklan. Namun,

9
pada umumnya di jaman sekarang menjadi paradigma dalam bentuk audio visual.
Di dalam pamflet pastinya berunsur iklan yang bersifat mengajak, sehingga
pamflet merupakan salah satu bentuk komunikasi persuasif. 

2.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Komunikasi Persuasif

Segala sesuatu pasti ada sebab-musababnya. Sama halnya komunikasi


persuasif yang memiliki penyebabnya. Penyebabnya ini yang dinamakan sebagai
faktor-faktor yang mempengaruhi. Komunikasi persuasif yang berhasil diterapkan,
pasti memiliki beberapa faktor. Dan faktor-faktor itu di antaranya :

1. Seorang komunikator yang mempunyai kredibilitas tinggi merupakan seorang


komunikator yang mempunyai pengetahuan tentang apa yang disampaikannya.
Sehingga pesan akan tersampaikan secara jelas dan teratur.
2. Pesan haruslah masuk akal agar dapat diterima oleh seorang komunikan yang
sebenarnya belum dipahami sama sekali olehnya.
3. Pengaruh lingkungan pun juga dapat mempengaruhi berhasil atau tidaknya
kegiatan komunikasi persuasfi ini. Karena, pengaruh lingkungan akan memberikan
atmosfir yang mana atmosfir tersebut dapat mempengaruhi pola pikir seseorang, yaitu
seorang komunikan.
4. Pengertian dan kesinambungan suatu pesan. Itu sebabnya, pesan harus masuk
di akal atau logika yang benar.

2.6 Tujuan Komunikasi Persuasif

Segala sesuatu, pasti ada maksud dan tujuan tertentu. Tujuan inilah nantinya yang
digunakan sebagai target suatu kegiatan. Sehingga terbentuklah perencanaan untuk
menuju tujuan tersebut. Sebenarnya, komunikasi persuasif ini merupakan bentuk
teknik dalam berkomunikasi. Sehingga, tujuan adanya komunikasi persuasif ini di
antaranya :

 Perubahan sikap (attitude change), komunikasi persuasif ini diharapkan dapat


mengubah pola pikir yang mana pola pikir ini membuat komunikan mengubah
sikapnya terhadap pesan apa yang diterimanya.
 Perubahan pendapat (opinion change), seorang komunikan pastinya memiliki
pendapat atau anggapan yang berbeda dari seorang komunikator. Sehingga, perlu
adanya komunikasi persuasif ini sebagai alat mengubahnya pola pikir komunikan

10
yang membuat komunikan ini mengikuti pendapat atau anggapan yang disampaikan
oleh seorang komunikator. Baca juga: Etika Komunikasi
 Perubahan perilaku (behavior change), perubahan sikap ini sebenarnya masuk
ke dalam kategori perubahan sikap. Namun, perilaku ini merupakan suatu dampak
dari sikap. Ketika sikap berubah, maka perilaku pada seseorang atau komunikan pun
juga ikut berubah mengikuti pola pikir dari pesan yang ia terima.
 Perubahan sosial (sosial change). Perubahan sosial inilah yang merupakan
salah satu dampak dari adanya bahasa yang persuasif. Komunikator yang berbahasa
persuasif akan membawa perubahan dalam lingkungan masyarakat, pola pikir, hingga
perilaku masayarakat. Hal ini dapat ditemukan pada seorang Lurah yang
menyampaikan informasi persuasif agar masyarakat desa mengikuti program
pemerintah. Dengan adanya bahasa yang persuasif yang bersifat mengajak ini, dapat
mampu mengubah pola pikir masyarakat desa untuk mengikuti program pemerintah
yang disampaikan seorang Lurah sebagai komunikator.

2.7 Manfaat mempelajari Komunikasi Persuasif


Dengan kita mempelajari komunikasi persuasif ini, membuat kita mampu
memberikan pengaruh pola pikir individu yang sedang berbicara dengan kita. Maka
dari itu, seorang komunikan yang sedang berbicara dengan seorang komunikator yang
menggunakan teknik komunikasi persuasif ini akan lebih cenderung mengikuti pola
pemikiran apa yang disampaikan oleh komunikator ini. Sehingga, seorang
komunikator ini mampu dan berhasil mengajak seorang komunikan untuk mengikuti
apa yang ia sampaikan atau apa yang ia harapkan sebelumnya.

Komunikasi persuasif ini sangatlah menguntungkan jika seorang komunikator


memiliki teknik ini. Karena, teknik ini merupakan teknik yang dapat mempengaruhi
psikis seseorang ketika mendengar pesan dari komunikator yang menggunakan teknik
komunikasi persuasif. Teknik ini pada umumnya digunakan oleh para marketing,
sales, bahkan promotor atau public relation untuk mengajak klien atau konsumen
menggunakan produk atau jasa yang ia tawarkan. Sehingga, komunikasi persuasif ini
sangatlah penting bagi mereka yang tugasnya menjual atau menawarkan sesuatu.

2.8 Cara komunikasi Persuasif untuk Komunikasi Efektif


Berikut ini merupakan cara komunikasi persuasif:

11
1. Mengetahui perilaku komunikan

Seorang komunikator dalam melakukan komunikasi persuasif yang pertama adalah


mengetahui perilaku komunikan. Seorang komunikator yang telah mengetahui
perilaku komunikan biasanya tidak memiliki kesulitan untuk berbicara kepada
komunikannya. Selain itu, komunikator juga dapat dengan mudah membujuk
komunikan untuk melakukan hal-hal yang positif. (Baca juga: Model Komunikasi
Persuasif)

2. Bersikap humoris

Sebagian besar komunikan memiliki selera humor yang tinggi. Seorang komunikator
yang bersikap humoris biasanya lebih mudah untuk mendekatkan diri kepada
komunikan melalui pendekatan tersebut seorang komunikator dapat membujuk
komunikan dengan menggunakan kata-kata lelucon yang sebenarnya bermakna
persuasif.

Ketertarikan komunikan dengan humor memberikan peluang besar kepada


komunikan agar dengan mudah mengikuti bujukan si komunikator. (Baca
juga: Teknik Komunikasi Persuasif)

3. Terampil dalam berkomunikasi

Seorang komunikator yang ingin menyampaikan pesan secara persuasif tentu


memiliki kemampuan dalam berkomunikasi. Keterampilan dalam berkomunikasi
membuat komunikan dapat percaya kepada komunikator, sehingga komunikator
dengan mudah mempengaruhi seorang komunikan untuk melakukan hal-hal yang
positif.

4. Memiliki wawasan yang luas

Seorang komunikator harus terlihat pintar dengan memiliki wawasan yang luas.
Wawasan yang luas tidak hanya berhubungan dengan materi pembicaraan, tetapi
wawasan yang luas dapat dilakukan sebagai obrolan-obrolan santai yang akan
dibicarakan oleh komunikator kepada komunikan.

Dengan demikian, seorang komunikan tidak merasa bosan ketika seorang


komunikator melakukan komunikasi persuasif dan mudah percaya untuk
berpartisipasi terhadap bujukan sang komunikator. (Baca juga: Efek Media Massa
dalam Komunikasi Persuasif)

5. Menguasai materi

12
Penguasaan materi menjadi cara komunikasi persuasif berikutnya. Seorang
komunikator yang profesional tentu saja tidak ingin terlihat bodoh didepan
komunikannya. Komunikator yang dapat menguasai materi terlihat kompeten dalam
melakukan komunikasi persuasif kepada komunikan. Penguasaan materi yang baik
membuat seorang komunikan tertarik untuk bergabung dengan komunikator. (Baca
juga: Contoh Komunikasi Persuasif dalam Pembangunan)

6. Percaya diri

Percaya diri pada diri seorang komunikator dapat terlihat dari bagaimana seorang
komunikator berbicara dengan komunikan. Komunikator yang percaya diri dapat
mempengaruhi seorang komunikan agar terbujuk dengan rencana si komunikator.

Percaya diri itu sendiri berkaitan dengan keterampilan komunikator dalam berbahasa
dan berbicara di depan public, serta teknik penguasaan materi yang akan dibahas oleh
komunikator. Percaya diri menjadi unsur terpenting dan mendasar dalam komunikasi
persuasif.

7. Bersikap tenang

Sikap tenang menjadi cara komunikasi persuasif selanjutnya. Seorang komunikator


dituntut untuk dapat menjawab semua pertanyaan yang dilontarkan oleh komunikan.
Jika ada pertanyaan atau pernyataan yang tidak sesuai oleh komunikan maka seorang
komunikan akan melakukan perdebatan dengan berbagai argumen. Sikap seorang
komunikator tidak boleh mudah tersulut emosi.

Oleh karena itu, sikap tenang harus dimiliki oleh setiap komunikator. Sikap tenang
memberikan efek positif terhadap kesuksesan komunikasi persuasif. (Baca
juga: Contoh Komunikasi Persuasif dalam Iklan)

8. Mudah bersosialisasi

Seorang komunikator lebih mudah mendekatkan diri kepada komunikan.


komunikator yang mudah bersosialisasi akan cepat menjalin komunikasi persuasif
yang harmonis kepada komunikan. Komunikan akan merasa nyaman ketika seorang
komunikator mudah bersosialisasi.

2.9 Prinsip Komunikasi Persuasif


Terdapat empat prinsip utama yang dapat dimanfaatkan dalam komunikasi
persuasif. Prinsip tersebut dapat digunakan sebagai landasan untuk keberhasilan

13
mengubah sikap, kepercayaan, dan mengajak sasaran persuasi untuk berbuat sesuatu
sesuai yang dikehendaki persuader.

Menurut Littlejohn dan Jabusch [ CITATION Jos10 \p 447 \l 1033 ]


mengungkapkan bahwa prinsip persuasif terdiri dari:

1. Prinsip Pemaparan Selektif


Prinsip ini menerangkan bahwa para pendengar (seluruh khalayak) mengikuti
hukum pemaparan selektif. Hukum ini setidaknya memiliki dua bagian.
a. Pendengar akan secara aktif mencari informasi yang mendukung opini,
kepercayaan, nilai, keputusan dan perilaku mereka.
b. Pendengar akan secara aktif menghindari informasi yang bertentangan dengan
opini, kepercayaan, sikap, nilai dan perilaku mereka yang sekarang.

Apabila informasi yang didapatkan khalayak sesuai dengan yang mereka


harapkan, maka khalayak akan cenderung tertarik dengan pesan persuasif yang
disampaikan persuader. Begitu pula sebaliknya, apabila khalayak mendapatkan
informasi yang bertolak belakang dengan yang mereka harapkan, maka sasaran
persuasif tidak akan tertarik bahkan menolak pesan persuasi dari komunikator
atau persuader.

2. Prinsip Partisipasi Khalayak


Khalayak yang dimaksudkan disini adalah sasaran persuasi atau komunikan.
Komunikasi persuasif akan lebih efektif apabila khalayak turut berpartisipasi
dalam proses komunikasi. Persuasi bersifat transaksional dimana pembicara dan
pendengar saling terlibat. Dengan demikian, komunikasi persuasif dapat
dikatakan berhasil apabila pesan persuasif yang disampaikan oleh persuader
mendapatkan berbagai respon positif dari sasaran persuasi, kemudian persuader
dapat melayani respon-respon tersebut sehingga akan terjadi interaksi yang
melibatkan kedua belah pihak karena adanya partisipasi aktif dari khalayak.
3. Prinsip Inokulasi

14
Prinsip ini berbicara tentang menghadapi sasaran persuasi yang terinokulasi
sasaran yang telah mengetahui posisi persuader dan telah menyiapkan senjata
berupa argumen untuk menentangnya (persuader). Sasaran persuasi memiliki
berbagai macam karakter yang berbeda-beda. Dengan kata lain , persuader
memiliki kemungkinan besar menghadapi khalayak yang terinokulasi baik secara
disengaja ataupun tidak. Apabila seoarang persuader menghadapi sasaran persuasi
yang terinokulasi, maka persuader memerlukan persiapan yang matang, seperti
beberapa argumen yang dapat membalas atau menjawab argumen dari sasaran
persasi yang bersifat menentang dalam proses komunikasi yang akan dilakukan.
4. Prinsip Besaran Perubahan
Prinsip ini mengatakan bahwa semakin besar dan semakin penting perubahan
yang diinginkan persuader, maka semakin besar tantangan dan tugas persuader
untuk mencapai tujuan persuasi, yaitu mengubah sikap, opini, atau perilaku
sasaran persuasi. Sehingga persuasi diarahkan untuk melakukan perubahan kecil
atau sedikit demi sedikit terlebih dahulu dan diperlukan untuk periode yang cukup
lama.

Keempat prinsip tersebut mempunyai peran penting dalam proses persuasi


karena akan membantu keefektivan mempengaruhi khalayak. Prinsip-prinsip diatas
menitikberatkan kepada kepentingan sasaran persuasi yang harus diperhatikan oleh
persuader dalam melakukan komunikasi persuasif.

Sedangkan dalam skripsi (Karlinda D., 2013) terdapat 5 (lima) prinsip


komunikasi persuasif, diantaranya:

1. Membujuk demi konsistensi


Khalayak lebih memungkinkan untuk mengubah perilaku mereka apabila
perubahan yang dianjurkan sejalan dengan kepercayaan, sikap, dan nilai sat ini.
Sikap didefenisikan sebagai predisposisi mengenai suka atau tidak suka. Nilai
sebagai pernyataan terakhir yang lebih abadi dari eksistensi atau mode yang luas
dari perilaku. Kepercayaan adalah tingkat keyakinan.

15
2. Membujuk demi perubahan-perubahan kecil

Khalayak lebih memungkinkan untuk mengubah perilaku mereka apabila


perubahan yang dianjurkan khalayak merupakan perubahan kecildan bukan
perubahan besar perilaku mereka.

3. Membujuk demi keuntungan

Khalayak lebih mungkin mengubah perilakunya apabila perubahan yang


disarankan akan menguntungkan mereka lebih dari biaya yang akan mereka
keluarkan.

4. Membujuk demi pemenuhan kebutuhan

Khalayak lebih mungkin untuk mengubah perilaku mereka apabila perubahan


yang disarankan berhubungan dengan kebutuhan-kebutuhan mereka.

5. Membujuk berdasarkan pendekatan-pendekatan gradual

Bergantung pada penerimaan khalayak terhadap perubahan yang disarankan


pembicara dalam kehidupan mereka. Pendekatan gradual menganjurkan yang
lebih memungkinkan untuk bekerja dibandingkan pendekatan yang meminta
khalayak untuk segera berubah perilakunya.

Kelima prinsip tersebut memang sedikit berbeda dengan prinsip menurut


Littlejohn dan Jabusch, namun pada dasarnya kedua pendapat tersebut memiliki
konsep dan tujuan yang sama dalam kaintannya dengan proses mempengaruhi
khalayak.

Dalam jurnal yang berjudul “Efektifitas Komunikasi dalam Dakwah


Persuasif[ CITATION Sla09 \p 185-186 \l 1033 ] , terdapat empat prinsip dasar dalam
komunikasi persuasif yang dapat menentukan efektivitas dan keberhasilan proses
komunikasi, yakni:

1. Prinsip Pemaparan yang Selektif (The Selective Exposure Principle)

16
Prinsip ini menyatakan bahwa pada dasarnya audiensakan mengikuti hukum
pemaparan selektif (the law of selective exposure), yang menegaskan bahwa
audiens akan secara aktif mencari informasi yang sesuai dan mendukung opini,
keyakinan, nilai, keputusan dan perilaku mereka dan sebaliknya audiens akan
menolak atau menghindari informasi-informasi yang berlawanan ini, keyakinan,
nilai, keputusan dan perilaku mereka.
2. Prinsip Partisipasi Audiens (The Audience Participation Principle)
Prinsip ini menyatakan bahwa daya persuasif suatu komunikasi akan semakin
efektif manakala audiens berpartisipasi secara aktif dalam proses komunikasi
tersebut. Bentuk partisipasi dapat dalam berbagai bentuk dan aktivitas, seperti
dalam menentukan tema, dalam presentasi, membuat slogan, dan lain-lain.
3. Prinsip Suntikan (The Inoculation Principle)
Prinsip ini meyatakan bahwa apabila audien telah memiliki pendapat dan
keyakinan tertentu, maka tehnik pembicaraan biasanya dimulai dengan
memberikan pembenaran dan dukungan atas keyakinan dan pengetahuan yang
dimiliki audiens.
4. Prinsip Perubahan yang Besar (The Magnitude if Change Principle)
Prinsip ini menyatakan bahwa semakin besar, semakin, cepat dan semakin
penting perubahan yang ingin dicapai, maka seorang persuader mempunyai tugas
dan kerja yang lebih besar, sehingga komunikasi yang dilakukan membutuhkan
perjuangan yang lebih besar pula.
Prinsip tersebut sama persis dengan prisip yang telah dikemukakan oleh
Littlejohn dan Jabusch sebelumnya, bahwa dalam melakukan dakwah yang
menggunakan teknik komunikasi yaitu persuasif ternyata ke-empat prinsip persuasif
tersebut digunakan dalam pelaksanaan dakwah yang penyampaiannya bersifat
persuasif.

17
Kemudian dalam buku Opini Publik [ CITATION Hel11 \p 63 \l 1033 ], dijelaskan
bahwa beberapa tahun terakhir sebagai hasil penelitian eksperimental ilmu-ilmu
sosial, diketahui empat prinsip persuasi sebagai berikut.

1. Prinsip Indentifikasi
Pesan yang harus disampaikan harus disusun dengan memperhatikan kepentingan
khalayak. Kebanyakan orang mengabaikan ide, opini, atau sudut pandang orang
lain, sekalipun diketahui akan mempengaruhi hasrat, rasa takut, dan harapan
pribadi seseorang.
2. Prinsip Tindakan
Jarang orang menerima gagsan yagn terpisah dari tindakan, baik tindakan oleh
penganjur ide maupun ide yang diyakini bisa membuktikan kebenaran ide itu.
Walaupun saran tindakan yang diberikan, orang cenderung menganggap enteng
himbauan untuk mengerjakan tindakan itu.
3. Prinsip Familiaritas dan Kepercayaan
Kita hanya menerima ide yang disampaikan orang yang kita percaya atau
organisasi yang kita anggap terperecaya. Sekalipun pendengar mempercayai
pembicara, dia mungkin tidak mendengar dan mempercayai informasi yang
disampaikannya.
4. Prinsip Kejelasan
Untuk berkomunikasi kita harus menggunakan kata-kata atau simbol yang
dipahami dan mendapat respons pendengar.

Berdasarkan beberapa pendapat mengenai prinsip-prinsip yang telah


disebutkan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa keberhasilan komunikator dalam
mengubah sikap dan dalam mengajak komunikan untuk berbuat sesuatu akan
bergantung pada pemanfaatan prinsip-prinsip persuasif. Oleh sebab itu, dalam
melakukan komunikasi persuasif seorang komunikator atau persuader perlu
memahami dengan baik dan mengimplementasikan semua prinsip-prinsip komunikasi
persuasif.

18
Dengan demikian, komunikator dapat menentukan strategi-strategi yang akan
digunakan untuk menghadapi sasaran persuasi sebagai komunikan dengan baik ketika
proses komunikasi persiasi berlangsung, karena prinsip-prinsip tersebut berperan
sangat penting bagi berlangsungnya interaksi komunikasi demi tercapainya tujuan
komunikasi persuasif yang efektif.

Sosialisasi berarti mudah berinterkasi atau beradaptasi kepada orang baru atau
komunikan. Hal ini memberikan dampak positif ketika menjalin komunikasi persuasif
kepada khalayak. 

3.0 Hambatan Dalam Komunikasi Persuasif


Pada umumnya, hambatan komunikasi dapat diselesaikan oleh dua faktor,
yakni faktor mekanistis komunikasi manusia dan faktor psikologis. Selain itu,
hambatan tersebut dapat diselesaikan oleh dogmatisme, stereotipe, dan pengaruh
lingkaran. Kondisi itu pun dapat pula disebabkan oleh faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal dapat berupa persepsi sosial, posisi sosial, dan proses sosial,
sedangkan faktor eksternal dapat disebabkan oleh faktor penguatan (reinforcement)
dan faktor harapan yang diinginkan.

Citra (image) persuader dalam komunikasi persuasif sangat menentukan


dalam mengubah, membentuk dan memperkuat sikap, pendapat dan perilaku sasaran
sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Citra persuader berbanding lurus dengan
kredibilitasnya. Persuader dalam melakukan komunikasinya, akan dihadapkan pada
masalah sikap, nilai, dan kepercayaan sasaran yang bertentangan.Sasaran yang
dihadapi persuader dalam menerima pesannya tidak semata menggunakan pikiran
yang logis saja. Mereka kadangkala menggunakan perasaan, keinginan, serta pilihan-
pilihannya untuk mengambil keputusan. Mereka kadang-kadang bersikap apatis atau
skeptis.

Hambatan komunikasi yaitu meliputi hambatan Internal dan Hambatan


Ekternal :

19
1. Hambatan Internal adalah hambatan yang berasal dari dalam diri individu
yang terkait kondisi fisik dan psikologis.
Contohnya : jika seorang mengalami gangguan pendengeran maka ia akan
mengalami hambatan komunikasi. Demikian pula seseorang yang sedang
tertekan (depresi) tidak akan dapat melakukan komunikasi dengan baik.
2. Hambatan eksternal adalah hambatan yang berasal dari luar individu yang
terkait dengan lingkuungan fisik dan lingkungan sosial budaya.
Contohnya : suara geduh dari lingkungan sekitar dapat menyebabkan
komunikasi tidak berjalan lancar.
Contoh lainnya : perbedaan latar belakang sosial budaya dapat menyebabkan
salah pengertian.
3. Hambatan komunikasi secara Interaksi

Dalam pengenalan komunikasi tentu saja terjadi interaksi. Dalam interaksi


inilah biasanya terjadi hambatan-hambatan yang dapat menyebabkan suatu
komunikasi tidak berhasil dengan baik. Hambatan-hambatan yang biasa
terjadi disebabkan karena adanya ketidak siapan mental, waktu, dan
psykologis seseorang. Selain itu faktor kurang percaya terhadap cerita atau
pesan yang disampaikan oleh komunikator juga menjaddi penghambat dalam
interaksi berkomunikasi, dan pola akhirna proses penyampaian pesan tidak
berhasing dengan baik.

4. Hambatan komunikasi secara situasional


Dalam berkomunkasi, seorang komunikasi hendaknya memperhatikan situasi.
Hambatan yang terjadi yang disebabkan oleh faktor situasi. Yaitu apabila
komunikasi sedang berada pada kondisi yang sedang tidak ingin
mendengarkan sebuah informasi atau pesan. Selain itu seorang komunikator
harus memperhatikan situasi yang berhubungan dengan kondisi seorang
komunikator. Misalnya seorang komunikator hendaknya tidak

20
menyampaikan sebuah pesan yang bersifat mengecewakan apabila situasi
komunikannya sedang tidak sehat atau sakit.
5. Hambatan Internal adalah hambatan yang berasal dari dalam diri individu
yang terkait kondisi fisik dan psikologis.
Contohnya : jika seorang mengalami gangguan pendengeran maka ia akan
mengalami hambatan komunikasi. Demikian pula seseorang yang sedang
tertekan (depresi) tidak akan dapat melakukan komunikasi dengan baik.
6. Hambatan eksternal adalah hambatan yang berasal dari luar individu yang
terkait dengan lingkuungan fisik dan lingkungan sosial budaya.
Contohnya : suara geduh dari lingkungan sekitar dapat menyebabkan
komunikasi tidak berjalan lancar.
Contoh lainnya : perbedaan latar belakang sosial budaya dapat menyebabkan
salah pengertian.
7. Hambatan komunikasi secara Interaksi

Dalam pengenalan komunikasi tentu saja terjadi interaksi. Dalam interaksi


inilah biasanya terjadi hambatan-hambatan yang dapat menyebabkan suatu
komunikasi tidak berhasil dengan baik. Hambatan-hambatan yang biasa
terjadi disebabkan karena adanya ketidak siapan mental, waktu, dan
psykologis seseorang. Selain itu faktor kurang percaya terhadap cerita atau
pesan yang disampaikan oleh komunikator juga menjaddi penghambat dalam
interaksi berkomunikasi, dan pola akhirna proses penyampaian pesan tidak
berhasing dengan baik.

8. Hambatan komunikasi secara situasional

Dalam berkomunkasi, seorang komunikasi hendaknya memperhatikan


situasi. Hambatan yang terjadi yang disebabkan oleh faktor situasi. Yaitu
apabila komunikasi sedang berada pada kondisi yang sedang tidak ingin
mendengarkan sebuah informasi atau pesan. Selain itu seorang komunikator
harus memperhatikan situasi yang berhubungan dengan kondisi seorang

21
komunikator. Misalnya seorang komunikator hendaknya tidak
menyampaikan sebuah pesan yang bersifat mengecewakan apabila situasi
komunikannya sedang tidak sehat atau sakit [ CITATION Sol04 \l 1033 ].

Dalam buku [ CITATION CLB07 \l 1033 ] terdapat beberapa pendapat mengenai


hambatan menurut para ahli.

1. Hambatan menurut Leonard R.S dan George Strauss dalam Stoner james, A.F dan
Charler Wankel.
Komunikasi adalah hal yang sangat penting ketika kita mulai berhubungan
dengan orang lain. Kesuksesan dan kegagalan dalam kehidupan ini sebenarnya
adalah karena faktor komunikasi. Semuanya berhubungan dengan komunikasi,
komunikasi ibarat proses yang menjadi inti dari semua kegiatan yang ada di bumi.
Komuniksi tidak selalu berjalan dengan lancar. Ada beberapa faktor-faktor
yang membuat komunikasi dua pihak menjadi bermasalah. Faktor-faktor tersebut
dinamakan hambatan-hambatan berkomunikasi. Berikut ini hambatan komunikasi
persuasi :
a. Perbedaan Presepsi
Setiap orang memiliki kemampuan yang tidak sama dalam hal
mengertikan sebuah pesan atau ungkapan. Ada orang yang mengartkan
bentakan seseorang sebagai sebuah ketegasan. Namun, ada juga orang yang
mengartikn bentakan tersebut sebagai sebuah kekerjasamaan dan tidak
kekerasa. Perbedaan persepsi inilah yang menjadi alasan mengapa dua pihak
terlibat konflik. Kadang, perkataan yang sama bisa diartikan beda bila
disampaikan pada orang yang berbeda. Setiap orang bisa mengartikan sebuah
garis lurus sebagai tiang bendera, namun orang lainnya bisa mengartikan
berbeda.
b. Budaya
Perbedaan budaya juga menjadi salah satu penghambat dalam
komunikasi, terlebih dari masing-masing pihak tidak mengerti bahwa yang

22
dipergunakan. Meskipun demikian, hal ini bukanlah masalah besar, tidak
sebesar alasan nomor satu karena bisa diakali dengan cara menggunakan
bahasa simbol atau saling mempelajari kebudayaan masing-masing.
c. Karakter dasar
Karakter dasar menusia pada dasarnya ada 4, yaitu koleris, melankolis,
plegmatis, dan sanguinis. Keempatnya memilki krakter yang bersebrangan.
Koleris adalah krakter kuat yang kadang suka menyinggung perasaan.
Melankolis adalah karakter yang lebut dan perasa. Sanguinis adalah karakter
yang santai. Plegmatis adalah karakter yang suka mengalah. Perbedaan
karakter lah yang memang kadang-kadang menjadi penghambat komunikasi.
d. Kondisi
Kondisi saat berkomunikasi dengan kawan bicara juga menjadi sebab
kesalah pahaman terjadi. Bisa saja saat komunikasai antara dua pihak sedang
terjadi, pihak pertama sedang dalam kondisi yang tidak enak. Akibatnya,
kondisi yang tidak enak tersebut mempengaruhi cara menangkap pesan dari
kawan bicara sehingga terjadi kesalah pahaman. Bila sudah tah hambatan-
hambatan yang ada pada komunikasi, kita akan tahu cara mengatasinnya.
2. Hambatan menurut Ron Ludlow & Fergus Panton
Di dalam komuniksi selalu ada hambatan yang dapat mengganggu kelancaran
jalannya proses komuniksi. Sehingga informasi dan gagasan yang disampaikan
tidak dapatt diterima dan dimengerti dengan jelas oleh penerima pesan atau
receiver. Sebagai berikut :
a. Stattus effect
Adanya perbedaan pengaruh status sosial yang dimiliki setiap manusia.
Misalnya karyawan dengan status sosial yang lebih rendah harus tunduk dan
patuh apapun perintah yang diberikan atasan. Maka karyawan tersebut tidak
dapat atau takut mengemukakan aspiransinya atau pendapanya.
b. Sematic Problems

23
Faktor sematic menyangkut bahasa yang dipergunakan komunikasi
sebagi alat unuk menyalurkan pikiran dan perasaannya kepada komunikasi.
Demi kelancaran komunikasi seseorang komunikator harus benar-benar
memperhatikan gangguan sematis ini sebab keasalahan pengucapan atau
kesalahan dalam penulisan dapat menimbulkan salah pengertian. Misalnya
kesalahan pengucapan bahasa dan salah penafsiran seperti contoh :
pengucapan demonstrasi menjadi demokrasi
c. Perceptual distorison
Perceptual distorison dapat disebabkan karena perbedaan cara
pandangan yang sempit pada diri sendiri dan perbedaan cara berfikir serta cara
mengerti yang sempit terhadap orang lain. Sehingga dalam komunikasi terjadi
perbedaan persepsi dan wawasan atau cara pandang antara satu dengan yang
lainnya.
d. Cultur Differnces
Hambatan yang terjadi karena disebabkan adanya perbedaan
kebudayaan, agama dan lingkungan sosial. Dalam suatu organisasi terdapat
beberapa, suku, ras, dan bahasa yang berbeda. Sehingga ada beberapa kata-
kata yang memiliki arti berbeda di tiap suku. Contoh : kata “jangan” dalam
bahasa indonesia artinya tidak boleh, tetapi orang suku jawa mengartikan kata
tersebut suatu jenis makanan berupa sup.
e. Physical Distractions
Hambatan ini disebabkan oleh gangguan lingkungan fisik terhadap
proses berlangsungnya komunikasi. Contohnya : suara riuh orang-orang atau
kebisingan, cahaya yang kurang jelas..
f. Poor Choice of Communacation channels
Gangguan yang disebabkan pada media yang dipergunakan dalam
melancarkan komunikasi. Contoh dalam kehidupan sehari-hari misalnya
sambungan telephone yang terputus-putus, suara radio yang hilang dan
muncul, gambar yang kabur pada pesawat televisi, huruf ketika yang buram

24
pada suara sehingga informasi tidak dapat ditangkap dan dimengerti dengan
jels.
g. No Feed back
Hambatan ini adalah seorang sender mengirimkan pesan keapda
receiver tetapi tidak adanya respon dan tanggapan dari receiver maka yang
terjadi adalah komunikasi satu arah yang sia-sia. Contohnya : seorang manajer
menerangkan suatu gagasan yang ditunjukan kepada para karyawan, dalam
penerapan, gagasan tersebut para karyawan tidak memberikan tanggapan atau
respon dengan kata lain tidak peduli dengan gagasan seseorang manajer.

Dalam jurnal [ CITATION Sla09 \l 1033 ] terdapat beberapa faktor penghambat


komunikasi, diantaranya yaitu:
1. Hambatan sosiologis
Dalam kehidupan masyarakat terjadi dua jenis pergaulan yaitu gemeinschaft dan
gesellschaft. Perbedaan jenis pergaulan tersebutlah yang menjadikan perbedaan
karakter sehingga kadang-kadang menimbulkan perlakuan yang berbeda dalam
komunikasi
2. Hambatan antropologi
Hambatan ini terjadi karena perbedaan pada diri manusia seperti dalam peostur,
warna kulit, dan kebudayaan.
3. Hambatan psikologi
Umumnya disebabkan komunikator dalam melancarkan komunikasi tidak
mengkaji dulu dari komunikan.
4. Hambatan sematik

Hambatan ini menyangkut bahasa yang digunakankomunikar sebagai alat untuk


menyalurkan pikiran dan perasaannya pada komunikan.

5. Hambatan mekanik

25
Hambatan mekanis dijumpai pada media yang dipergunakan dalam melancarkan
komunikasi, yaitu :
1. Sikap tidak percaya
 Tidak menerima artinya tidak menyetujui semua perilaku orang lain,
menilai pribadi orang lain berdasarkan perilakunya yang tidak disenangi
 Tidak empati artinya tidak merasakan apa yang dirasakan orang lain
 Tidak jujur artinya sering menyambunyikan pikiran dan pendapat
2. Sikap tidak suportif
 Evaluasi artinya penilain terhadap orang lain seperti mengecam
 Kontrol artinya berusaha membantu orang lain, mengendalikan
perilakunya, mengubah sikap, pendapat dan tindakannya
 Netralitas artinya memperlakukan orang lain tidak sebagai
personalmelainkan sebagai objek
 Superioritas artinya sikap lebih tinggi lebih baik dari pada orang lain
karena status, kekuasaan, kemampuan intelektual, kekayaan, kecantikan
atau ketampanan
 Kepastian artinya ingin menang sendiri dan melihat pendapatnya sebagai
kebenaran untuk yang tidak dapat diganggu gagal

3.0.1 Strategi Dalam Mengatasi Hambatan

a. Mengatasi Hambatan-hambatan Internal

Kita sering konflik dengan diri sendiri. Atau muncul keraguan bahkan pikiran-
pikiran negatif yang membuat kita tidak berani melangkah, karena itu agar langkah
kita semakin mantap dalam mencapai cita-cita ataupun tujuan kita, terlebih dahulu
atas hambatan internal sebagai berikut :

1. Rasa takut

26
Rasa takut bisa bermacam-macam. Takut ditolak, takut gagal, atau rasa takut
yang tidak jelas, hanya sekedar takut. Untuk mengatasi rasa takut, mulailah
mengakui ada rasa takut dalam diri anda. Selama rasa takut itu ada di dalam alam
bawah sadar, dengan begitu kekuatannya akan berkurang. Cobalah untuk
berbicara dari hati dengan seorang teman, keluarga.
2. Pikiran negatif
Pikiran anda sering yang meyakiykan bisa menghambata anda. Kita sering
mengirimkan begitu banyak pesan negatif diri sendiri. Mintalah teman dan
kolegan anda untuk membahas setiap komentar kritis yang anda buat tentang diri
anda sendiri untuk membantu anda menjadi lebih sadar terhadap suatu hal.
3. Rasa kewalahan
Atasai setiap tugas besar selangkah demi selangkah. Jangan biarkan kesulitan
atau kebesaran itu mengintimidasi kita. Dengan membagi tugas besar tersebut
menjadi bagian-bagian kecil yang bisa diselesaikan, akan mendatangkan beberapa
kesuksesan.
4. Kebiasaan menunda
Menunda pekerjaan atau tugas adalah hambatan terbesar dalam bidang apa
saja. Mungkin harus membayar mahal untuk akibat yang ditimbulkannya. Rasa
takut mengerjakan suatu tugas menghabiskan lebih banyak waktu dan energi
dibandingkan yang digunakan untuk menyelesaikan tugas itu.

Kemudian dalam sebuah artikel disebutkan bahwa hambatan yang dapat


terjadi dalam proses komunikasi persuasif adalah sebagai berikut:

 Perbedaan Bahasa dan Budaya (Hambatan Antropologis); Proses komunikasi


pada hakekatnya adalah proses transformasi nilai sosial budaya diantara orang
yang terlibat. Komunikasi dapat berjalan lancar, bila dilakukan oleh mereka
yang berlatar budaya sama, dimana penggunaan bahasa dan lambang yang
sama akan mudah dipahami diantara mereka.

 Hambatan Psikologis

27
1) Prasangka; menjadi pembatas dalam berkomunikasi secara terbuka, jujur,
harmonis dan saling menghormati. Prasangka dalam komunikasi sosial
biasanya karena stereotyping.
2) Kepentingan pribadi (hidden agendas); komunikasi tidak berlangsung
alamiah dengan aliran pesan saling pengertian, bila satu pihak memiliki
kepentingan yang tidak mewakili kepentingan bersama.
3) Apriori terhadap perubahan; komunikasi akan terhambat, bila khalayak
apriori terhadap setiap gagasan perubahan yang dirancang sebagai tujuan
komunikasi persuasif. Komunikasi ini harus dibangun atas dasar
keterbukaan dan saling menghargai setiap gagasan inovatif diantara orang
yang berkomunikasi.
4) Pengalaman; Kepribadian dan perilaku umumnya dibentuk oleh
pengalaman, baik yang dialami secara sadar maupun tak disadari. Mereka
yang melalui pengalaman yang berbeda akan mengalami kesulitan dalam
mencapai tujuan komunikasi.

 Hambatan Semantik

Ketidakpahaman terhadap penguasaan perbendaharaan kata dan tata bahasa


dapat menimbulkan miskomunikasi dan mispersepsi diantara orang yang
berkomunikasi. Tujuan komunikasi pun akan mengalami kegagalan karena
adanya kesalahan pemahaman tentang pesan yang disampaikan.

 Hambatan Ekologis

Hambatan ini terjadi karena gangguan lingkungan terhadap proses


berlangsungnya komunikasi. Hindarkan situasi dan kondisi lingkungan yang
bising, tidak nyaman dan mengganggu saat membangun proses komunikasi.

Kemudian dijelaskan pula faktor-faktor yang yang menyebabkan


munculnya penghambatdalam komunikasi persuasi yaitu:

1. Perbedaan Latar Belakang

28
Setiap orang ingin diperlakukan sebagai pribadi, dan memang setiap orang
berbeda, berkaitan dengan perbedaan ini merupakan tanggung jawab
komunikator untuk mengenal perbedaan tersebut dan menyesuaikan ini pesan
yang hendak disampaikan dengan kondisi penerima pesan secara tepat, dan
memilih medi serta saluran komunikasi yang sesuai agar respon yang
diharpkan dapat dicapai. Perbedaan yang mungkin dapat menimbulkan
kesalahan dalam berkomunikasi antara lain :
a. Perbedaan persepsi
b. Perbedaan pengalaman dan latar bealakang
c. Sikap praduga/stereotip
2. Faktor bahasa
Bahasa yang digunakan seseorang verbal maupun nonverbal (bahasa tubuh)
ikut berpengaruh dalam proses komunikasi antara lain :
a. Perbedaan arti kata
b. Penggunaan istilah atau bahasan tertentu
c. Komunikasi nonverbal
3. Sikap pada waktu berkomunikasi
Hal ini berperan bahjan sering menjadi faktor utamaa, sikap-sikap seseorang
yang dapat menghambat komunikasi tersebut yaitu :
a. Mendengar hanya apa yang ingin kita dengar
b. Mengadakan perilaku terhadap pembicara
c. Sibuk mempersiapkan jawaban
d. Bukan pendengar yang baik
e. Pengaruh faktor emosi
f. Kurang percaya diri
g. Gaya/cara bicara dan nada suara
4. Faktor lingkungan
Lingkungan dan kondisi tempat kita berkomunikasi juga ikut menentukan
proses maupun hasil komunikasi tersebut., hal-hal yang berpengaruh yaitu :

29
a. Faktor tempat
b. Faktor status/waktu

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

Dengan adanya makalah ini, disarankan kepada pembaca khususnya yang


berkepentingan dalam bidang komunikasi untuk lebih memahami bagaimana prinsip,
tahap, teknik, hambatan dalam komunikasi persuasif agar dapat dapat diaplikasikan
dalam kehidupan sehari-hari dan tidak terjadi hal-hal yang tidak diharapkan dalam
pencapaian tujuan komunikasi persuasi yang efektif.

30
DAFTAR PUSTAKA
http://digilib.uinsby.ac.id/19424/5/Bab%202.pdf

https://pakarkomunikasi.com/cara-komunikasi-persuasif

https://pakarkomunikasi.com/komunikasi-persuasif

Anda mungkin juga menyukai