Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

Homophily dan Heterophily

Mata kuliah : Filsafat Komunikasi

Dosen pengampu : Ihsan Abdul Fatah S.Sos.I.M.Si.

Disusun oleh :

1. Siti Luthfiatunnisa (202006275)


2. Wilda Fitriya (202006277)

INSTITUT UMMUL QURO AL-ISLAMI BOGOR


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI ISLAM
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM
2021/2022
BOGOR
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb
Allhamdulillah segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang melimpahkan
rahmat serta inayah-Nya sehingga kami mampu menyelesaikan penulisan makalah “Homophily
dan Heterophily” ini dan kami tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada Dosen pengampu
mata kuliah Filsafat komunikasi Bapak Ihsan yang telah membimbing dalam pembuatan maklah
ini dan teman-teman yang ikut berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini. Hal ini dengan tujuan
untuk membantu para mahasiswa untuk mengetahui, memahami, bahkan menerapkannya.

Namun demikian, dalam penulisan makalah ini masih terdapat kelemahan dan kekurangan.
Oleh karena itu, saran dan kritik dari berbagai pihak sangat diharapkan.

Akhirul kalam, semoga yang tersaji ini dapat memberikan bantuan kepada para mahasiswa
dalam menyelenggarakan proses belajar mengajar dikampus. Amin

Bogor,12 Novemnber 2021

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................................................................. 2
BAB 1 ........................................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ....................................................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang .................................................................................................................................. 4
1.2 Rumusan masalah ............................................................................................................................. 4
1.3 Tujuan penulisan .............................................................................................................................. 5
2.1 Pengertian dan Prinsip Homophily ................................................................................................. 6
2.1.1 Contoh Prinsip Homophily ....................................................................................................... 9
2.2 Pengertian dan Prinsip Heterophily ................................................................................................ 9
2.2.1 Contoh Prinsip Homophily ..................................................................................................... 13
BAB III....................................................................................................................................................... 14
PENUTUP .................................................................................................................................................. 14
3.1 Kesimpulan ...................................................................................................................................... 14
3.1.1 Homophily ................................................................................................................................ 14
3.1.2 heterophily ................................................................................................................................ 14
3.2 Saran ................................................................................................................................................ 14
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................ 15
BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Tiap waktu kita tidak bisa terlepas dari komunkasi, karena komunikasi merupakan
kegiatan yang selalu dilakukan dalam kehidupan sehari-hari manusia. Bahkan semenjak
kita lahir kita telah berkomunikasi dengan pesan-pesan verbal. Komunikasi merupakan
usaha manusia dalam menyampaikan isi pernyataan kepada manusia lain. Dalam definisi
komunikasi terdapatkata usaha, ini berarti bahwa manusia harus berusaha agar komunkasi
berjalan dengan efektif dan sesuia dengan tujuan yang diharapkan.

Suatu komunikasi selalu terdapat hambatan, hambatan tersebut bisa terdapat pada unsur-
unsur komunikasi yaitu pada komunikator, isi pesan, komunikan, media, dan feedback.
Namun seorang komunikator harus bisa mengatasi semua itu untuk mencapai komunikasi
yang efektif terhadap seorang komunikan yang diujunya. Sebagaimana kita tahu bahwa
komunkasi akan berjalan efektif jika antara satu pihak dan pihak lainnya memiliki sesuatu
yang kurang lebih sama, baik tujuan, latar belakang maupun pengalaman. Selain itu
budaya-budaya yang berbeda juga bisa menjadi hambatan dalam berkomunikasi.

Dalam suatu komunikasi antar budaya Homophily dan Heterophily termasuk ke dalam
prinsip komunikasi antar budaya. Dimana prinsip-prinsip tersebut merupakan sebuah
proses komunikasi yang dijalankan oleh manusia-manusia antara budaya sehingga bisa
mencapai suatu tujuan komunikasi. Masalah mengenai homophily dan heterophily juga
menjadi salah satu alasan mengapa penulis ingin membahasnya dalam makalah ini.

1.2 Rumusan masalah


1. Apa yang dimaksud dengan homophily?

2. Apa yang dimaksud dengan heterophily?


1.3 Tujuan penulisan
1. Mengetahui definisi tentang homophily dalam proses komunikasi

2. Mengetahui definisi tentang heterophily dalam proses komunikasi


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dan Prinsip Homophily

Secara etimologis istilah homophily berasal dari Bahasa Yunani “homois” yang berarti
“sama”. Pengertian secara harfiah homophily berarti komunikasi dengan orang yang sama.
Homophily suatu suatu keadaan yang menggambarkan derajat pasangan perorangan yang
berinteraksi yang memiliki kesamaan dalam sifat (attribute), seperti dalam kepercayaan,nilai,
Pendidikan, status sosial, dan sebagainya. Prinsip Homophily adalah sejauh mana pasangan yang
berinteraksi itu mirip dalam ciri-ciri tertentu. Dalam suatu situasi orang-orang saling berinteraksi
yang komunikator bebas memilih seorang dari sejumlah komunikan, maka akan terdapat
kecenderungan yang kuat untuk memilih komunikan yang lebih menyamai si komunikator.

Menurut Lazarfeld dan Merton (1964:23) keberadaan perilaku homophily telah dicatat
setengah abad yang lalu oleh Tarde (1903:64): “Hubungan sosial, saya ulang, lebih erat antara
orang-orang yang serupa satu sama lain dalam pekerjaan dan pendidikannya”. Homophily terjadi
begitu sering karena komunikasi itu lebih efektif bila sumber dan penerima sepadan.

Komunikasi yang efektif seperti itu menyenangkan orang-orang yang terlibat di dalamnya.
Bila dua orang bertukar makna, kepercayaan yang sama dan bahasa yang mereka pergunaan sama,
komunikasi antar mereka cenderung lebih lancar. Hal tersebut di atas sesuai dengan pendapat
Homas yang mengemukakan bahwa :”lebih dekat kesamaannya sejumlah orang dalam tingkatan
sosial, lebih sering mereka berinteraks satu sama lain.”. komunikasi akan lebih sering terjadi ketika
timbul banyak persamaan kepada orang yang saling berinteraksi satu sama lain.

Dalam hal demikian, prinsip homophily ini akan menimbulkan sikap egosentris dari
seorang komunikator dalam memilih lawan bicaranya, karena komunikator yang bersifat
homophily tidak terbuka dengan lawan bicara yang tidak sepadan atau memiliki persamaan
dengannya.
Kebanyakan orang menyukai kenikmatan berinteraksi dengan orang lain yang sangat mirip
dengannya. Berbincang dengan orang yang sangat berbeda dengan diri kita sendiri memerlukan
usaha keras agar komunikasi itu lancar. Komunikasi yang heterofilus bisa menyebabkan keadaan
psikologis yang tidak mengenakkan. Homophily dan komunikasi yang efektis itu saling
mendukung. Semakin sering terjadi komunikasi antara anggota suatu pasangan, semakin
cenderung mereka menjadi homofilus. .

Berdasarkan prinsip homophily, suatu individu cenderung berinteraksi dengan individu-


individu lainnya yang serupa dalam hal karakteristik-karakterisktik sosial dengannya. Dodd
membuat klarifikasi tentang dimensi-dimensi ke dalam hal-hal berikut ini :

1. Homophily dalam penampilan.


2. Homophily dalam latar belakang.
3. Homophily dalam sikap.
4. Homophily dalam nilai.
5. Homophily dalam kepribadian.

Dalam kajian ilmu komunikasi dan psikologi tingkat kesamaan itu adalah tingkat
keterpaduan antarpribadi dan kelompok yang mana dalam tingkat kesamaan (homophily) semakin
adanya kesamaan kerangka pengalaman antar komunikator dan komunikan maka komunikasi akan
semakin efektif. Kerangka acuan itu dapat berupa nilai agama, nilai Pendidikan dan lain-lain, yang
pernah dialami komunikator dan komunikan

Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Homophily

Terdapat beberapa factor yang bisa menyebabkan seorang atau komunikatif melakukan
prinsip homophily dalam kehidupan sehari-harinya. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya
homophily sebagai berikut :

➢ Orang-orang yang sama lebih mungkin termasuk kelompok yang sama.


➢ Berdiam lebih berdekatan satu sama lain terhadap orang-orang yang banyak
memiliki persamaan.
➢ Tertarik oleh kepentingan yang sama
Seterusnya komunikasi yang lebih efektif terjadi apabila komunikator dan komunikan
terdapat persamaan dalam pengertian, sikap, dan bahasa, maka komunikasi di antara mereka itu
lebih akan efektif. Terlebih lagi, kesamaan antara orang-orang itu menimbulkan kemungkinan
untuk berkomunkasi, dan kemudian pada gilirannya lebih besar kemungkinan komunikasi menjadi
lebih berarti.

Opinion Leader adalah individu yang memiliki pengetahuan informal untuk


mempengaruhi sikap dan perilaku individu lain terhadap proses keputusan inovasi, baik individu
maupun kelompok. Change Agent adalah individu atau kelompok yang memiliki kemampuan
professional dalam melakukan perubahan-perubahan yang bersifat formal yang mampu
mempengaruhi kliennya guna mengadopsi inovasi pembelajaran.

Kekurangan Prinsip Homophily

Dalam suatu sistem, homophily dapat menjadi rintangan bagi lajunya pembaharuan yang
cepat ide-ide baru biasanya masuk melalui anggota-anggota masyarakat yang statusnya lebih
tinggi dan lebih bewenang. Jika terdapat homophily yang bertaraf tinggi, orang-orang elit ini
terutama berinteraksi dengan sesamanya, hanya saja sedikit saja penemuan baru yang sampai pada
penduduk non elite.

Menurut hasil penelitian yang dilakukan Rogers dan svenning berkesimpulan bahwa desa-
desa tradisional di Columbia ditandai oleh homophily dalam penyebaran antara pribadi
(interpersonal diffusion) yang bertaraf lebih tinggi. Hanya bila norma-norma desa menjadi lebih
modern, penyebaran menjadi lebih heterophilous. Santi Prya Bose telah mengadakan penelitian
pada tahun 1967` di India menjumpai adanya homophily yang bertaraf sangat tinggi pada
penduduk desa di India berdasarkan kasta, Pendidikan, dan ukuran kebun yang dimiliki. Tetapi
dekat Calcuta kasta tidak begitu penting bagi pola interaksi, sebaliknya pendapatan (upah/gajih)
yang sangat penting.

Dengan demikian ciri yang pasti dalam hubungan dengan homophily ini variasi dengan
sifat sistem masyarakat dan dengan sifat inovasi. Selanjutnya hasil penelitian Everett M. Rogers
dan Dilip K. Bhowmik menyatakan bahwa :”sistem yang lebih tradisional ditandai oleh derajat
homophily yang lebih tinggi dalam komunikasi antar pribadi dan kalua norma-norma desa yang
menjadi lebih modern menjadi lebih bersifat heterophily.”

Homophily dan Tokoh masyarakat

Homophily dapat pula bertindak sebagai penghalang tersamar terhadap kecepatan arus
inovasi kedalam suatu sistem sosial. Ide-ide baru biasanya masuk ke dalam suatu sistem sosial
melalui anggota yang status sosialnya lebih tinggi dan lebih inovatif. Hal ini mungkin karena agen
pembaru lebih suka berkomunikasi dengan mereka atau mereka itu memang lebih suka mencari
inovasi.

Difisi interpersonal yakni penyebaran inovasi yang menggunakan saluran komunikasi


interpersonal, pada umumnya lebih homofilius. Misalnya orang-orang yang paling tinggi status
sosialnya dalam sistem sosial jarang sekali berintraksi langsung dengan orang-orang yang paling
rendah status sosialnya.

2.1.1 Contoh Prinsip Homophily

Bila dua orang murid SMA yang sama-sama berstatus pelajar bertemu dalam sebuah
seminar, kemudian berkomunikasi dan berbagi pengetahuan menurut keyakinan, bahasa,
pengalaman yang telah mereka alami maka komunikasi menjadi efektif dikarenakan mereka
mengalami homophilous (keadaan dalam kondisi homofili). Namun pembahasan antara dua orang
yang berinteraksi dalam homofili ini hanya seputar masalah yang diketahui saja.

2.2 Pengertian dan Prinsip Heterophily


Istilah heterophily merupakan kebalikan dari homophily. Heterophily adalah suatu keadaan
gambaran derajat pasangan orang-orang yang berinteraksi dalam proses komuniksi yang berbeda
dalam sifat-sifat tertentu. Faktor yang menyebabkan terjadinya heretophily adalah karena ada
perubahan dan perkembangan masyarakat yang menyebabkan banyak nilai-nilai berubah tapi ada
yang tetap mempertahankan nilai lama. Disamping itu perkembangan masyarakat tersebut tidak
memberikan kesempatan yang merata bagi seluruh anggota masyarakatnya dalam hal Pendidikan
maupun peningkatan penghasilan, hanya untuk orang-orang yang mempunyai potensi dan pandai
memanfaatkan peluang dan kesempatan saja.
Menurut Rogert dan Kincaid, heterterophily adalah derajat perbedaan dalam beberapa hal
tertentu antara pasangan-pasangan individu yang berinteraksi. Sejalan dengan pemikiran tersebut,
dapat juga dikemukakan suatu konsep tentang equifinalty dalam “teori sistem” yang menyatakan
bahwa dalam suatu sistem tertentu manapun akan dapat dicapai tujuan yang sama, walaupun telah
di pergunakan titik tolak dan proses-proses yang berbeda. Demikian pula dalam hubungan anta
manusia, suatu gagasan yang tidak jauh berbeda. Menyebutkan bahwa dua orang akan bertindak
sama, meskipun mereka telah menerima atau mengalami stimulasi yang sangat berbeda (Bennet,
1979).

Orang yang mengingkari homophily dan berusaha untuk berkomunikasi dengan orang
yang berbeda dengannya dapat dikecewakan oleh komunikasi yang tidak efektif. Misalnya seorang
change agent pada penduduk petani di negara-negara yang sedang berkembang menjumpai
masalah-masalah yang disebabkan komunikasi dengan penduduk yang jauh berbeda dengannya.
Perbedaan dalam kemampuan teknis, status sosial, sikap, dan kepercayaan, kesemuanya itu
menyebabkan pesan yang disampaikan kepada mereka diabaikan.

Heterophily seperti tersebut di atas seringkali menjurus ke komunikasi yang tidak efektif
antara komunikator dan komunikan, antara change agent dengan penduduk, dan juga
menyebabkan gagalnya suatu kampanye penyebaran inovasi. Salah satu akibat dari heterophily
yang tinggi derajatnya dalam penyebaran adalah bahwa change agent cenderung untuk
berinteraksi paling efektif dengan penduduk yang secara relative sangat menyamai change agent
dalam daya pembaharuan, situasi sosial, dan kepercayaan.

Untuk menjembatani jurang heterophily antara change agent dan penduduk maka change
agent harus mengkonsentrasikan usahanya terlebih dahulu pada pemuka pendapat (opinion leader).
Tetapi jika pemuka pendapat tadi terlalu berdaya-inovasi maka heterophily (dan komunikasi yang
mengikutinya) kini terdapat antara pemuka pendapat dengan penduduknya. Hal lainnya untuk
mengatasi heterophily tersebut adalah dengan berusaha menumbuhkan empati.

Empati

Seperti yang telah disebutkan di atas salah satu upaya untuk mengatasi permasalah
perbedaan komunikasi dalam heterophily adalah dengan berusaha menumbuhkan empati. Tetapi
dalam diri komunikator atau change agent mungkin akan mudah, tetapi bagi komunikan dalam
menumbuhkan empati ini tidaklah mudah memerlukan upaya Pendidikan komprehensif yang
memakan waktu yang cukup lama.

Evert M. Rogers & Dilip K. Bhowmik mendefenisikan empati sebagai kemampuan seorang
untuk memproyeksikan dirinya kepada peranan atau kondisi orang lain. Menurut Sigmund Freud
bahwa : “ Empathy dianggap sebagai memahami orang lain yang tidak mempunyai arti emosional
bagi kita”. Kemudian menurut Stotland Dumn, Zender, dan Natsoulas menyatakan bahwa : “
Empati sebagai keadaan ketika pengamat bereaksi secara emosional karena ia menanggapi orang
lain mengalami atau siap mengalami suatu emosii”.

Berempati artinya membayangkan diri kita pada kejadian yang menimpa orang lain.
Dengan empati kita berusaha melihat seperti orang lain melihat, merasakan seperti orang lain
merasakannya. Apabila komunikator atau komunikan atau kedua-duanya (dalam situasi
heterophily) mempunyai kemampuan untuk melakukan empati satu sama lain maka kemungkinan
besar akan dapat terdapat komunkasi yang efektif.

Bagi seorang komunikator juka berusaha sedapat mungkin mengetahui bagaimana


perasaan orang lain dalam situasi dan dapat merasakan apa yang dirasakan orang lain itu, ,maka
kemungkinan sekali dapat menyampaikan pesan yang tepat kepada komunikan. Jadi dengan
demikian jika seorang komunikator mempunyai empati yang mendalam dengan komunikan yang
heterophilous, maka komunikator dan komunikan benar-benar berada dalam situasi homophilous
dalam pengertian sosio-psikologis.

Komunikasi heterophilous kurang efektif kurang efektif dibandingkan dengan komunikasi


homophilous, kecuali kalua komunikator mempunyai derajat empati yang lebih tinggi dengan
komunikan.

Upaya mempersamakan antara komunikator dan komunikan dengan menegaskan


persamaan dalam kepercayaan, sikap, maksud, dan nilai-nilai sehubungan dengan suatu persoalan.
Hal ini oleh Simons disebut sebagai kesamaan disposisional (dispositional similarity). Misalnya
seorang PLKB supaya 12 upaya memasyarakatkan Keluarga Berencana pada kelompok
masyarakat desa yang sangat kental nilai-nilai tradisionalnya maka dia dapat memulai dengan
menegaskan bahwa ia, seperti pendengar, mengharapkan kesejahteraan keluarga, masa depan yang
lebih baik, dan dapat menyekolahkan anak-anaknya pada jenjang pendidikan tertinggi. Kemudian
apabila berhadapan dengan kelompok (aliran) agama tertentu maka ia menyatakan sama aliran
agamanya sama dengan pendengar. Dalam hal ini petugas PLKB tersebut menggunakan kesamaan
keanggotaan kelompok (membership group similarity). Komunikator yang dipersepsi memiliki
kesamaan dengan komunikan cenderung dapat berkomunikasi lebih efektif. Hal ini alasannya
menurut Herbert W. Simons karena empat faktor, yaitu : a) Kesamaan mempermudah proses
penyandian (decoding), yakni menterjemahkan lambang-lambang yang diterima menjadi
gagasangagasan. Misal bila seorang sarjana administrasi melakukan Komunikasi Interpersonal
pada sarjana administrasi lainnya maka dengan mudah menangkap arti dari kata-kata dan kalimat
yang disampaikan. Tetapi apabila seorang dokter mengadakan Komunikasi Interpersonal pada
sarjana administrasi tentu banyak kata-kata dan kalimat yang tidak dimengerti. Rogers dan
Bhowmik menyatakan bahwa : “interaksi heterophilious (diantara pihak-pihak yang berbeda)
cenderung memerlukan usaha yang lebih berat, menimbulkan distorsi .pesan, penyampaian yang
terhambat, dan pembatasan pada saluran komunikasi). b) Kesamaan membantu membangun
premis yang sama untuk mempermudah proses deduktif. Dalam hal ini berarti bila kesamaan
disposisional relevan dengan topik persuasi, maka komunikan akan terpengaruh oleh komunikator.
c) Kesamaan menyebabkan komunikan tertarik pada komunikator. Kebanyakan orang cenderung
menyukai orang-orang yang memiliki kesamaan disposisional dengan orang tersebut tadi,
Sehingga hal ini kalau dalam proses Komunikasi Interpersonal komunikan akan tertarik 13 pada
komunikator dan komunikan tersebut cenderung menerima gagasan-gagasan komunikator. d)
Kesamaan menumbuhkan rasa hormat dan percaya pada komunikator. Walau dalam hal ini belum
dibuktikan secara meyakinkan dalam penelitian, Simons hanya menyatakan ada hubungan positif
antara kesamaan dengan rasa percaya dan hormat, tetapi hubungannya lemah. Tetapi pada
penelitian yang dilakukan oleh Elaine, Walster, Darcy Abrams dan Elliott Aronson membuktikan
bahwa : “komunikator yang tidak menarik, tidak bermoral, dan tidak memiliki keahlian masih
dapat melakukan komunikasi yang efektif, bila .......”. Maksudnya bila orang yang tidak menarik
ini mengemukakan argumen yang bertentangan dengan kepentingan dirinya. Toleransi terhadap
perbedaan ini dimungkinkan, karena dalam hubungan dua orang yang secara sempurna homofilik,
pengetahuan keduanya tentang inovasi akan sama saja. Sehingga keadaan ideal dalam perolehan
informasi ialah heterofili dalam hal pengetahuan tetapi cukup homofili dalam karakteristik-
karakteristik atau variabel-variabel lain (misalnya status sosial ekonomi). Maka bila
perbedaanperbedaan disadari atau diakui potensi pengaruhnya terhadap komunikasi, masalahnya
kemudian mungkin terletak pada cara-cara, strategi atau teknik komunikasi yang dipakai.
Kesamaan dalam berkomunikasi dapat diibaratkan dua buah lingkaran yang bertindih satu sama
lain. Daerah yang bertindih itu disebut kerangka pengalaman (field of experience), yang
menunjukkan adanya antara A dan B dalam hal tertentu, misalnya bahasa atau symbol.

2.2.1 Contoh Prinsip Homophily


Bila kalangan elit berinteraksi dengan kalangan non-elit, keduanya merasa kurang nyaman,
karena perbedaan derajat yang berbeda jauh. Kalangan non elit akan merasa minder atau kurang
percaya diri dikarenakan merasa memiliki pengetahuan yang lebih rendah dibanding kalangan elit.
Kalangan elit pun akan merasa tidak nyaman berinteraksi dengan orang yang tidak sederajat
dengannya.
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.1.1 Homophily
Homophily adalah suatu keadaan yang menggambarkan derajat pasangan perorangan
yang berinteraksi yang memiliki kesamaan dalam sifat (attribute), seperti dalam kepercayaan,
nilai, pendidikan, status sosial, dan sebagainya.

3.1.2 heterophily
Istilah heterophily merupakan kebalikan dari homophily. Heterophily adalah suatu
keadaan gambaran derajat pasangan orang-orang yang berinteraksi dalam proses komunikasi
yang berbeda dalam sifat-sifat tertentu.

3.2 Saran
Demikian makalah ini kami susun, yang mana tentunya tak lepas dari kekurangan baik
dalam penyusunan maupun penyajian. Karena kami pun menyadari tak ada gading yang tak retak.
Untuk itu kritik dan saran pembaca sekalian sangat kami harapkan demi perbaikan dan evaluasi
dari apa yang kami usahakan. Harapan kami semoga bermanfaat. Amiin
DAFTAR PUSTAKA
https://123dok.com/document/oy89gj4q-bab-pembahasan-homofili-dan-heterofili.html

https://www.academia.edu/7289632/BAB_2_pembahasan_homofili_dan_heterofili

Anda mungkin juga menyukai