Disusun oleh :
Assalamualaikum Wr. Wb
Allhamdulillah segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang melimpahkan
rahmat serta inayah-Nya sehingga kami mampu menyelesaikan penulisan makalah “Homophily
dan Heterophily” ini dan kami tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada Dosen pengampu
mata kuliah Filsafat komunikasi Bapak Ihsan yang telah membimbing dalam pembuatan maklah
ini dan teman-teman yang ikut berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini. Hal ini dengan tujuan
untuk membantu para mahasiswa untuk mengetahui, memahami, bahkan menerapkannya.
Namun demikian, dalam penulisan makalah ini masih terdapat kelemahan dan kekurangan.
Oleh karena itu, saran dan kritik dari berbagai pihak sangat diharapkan.
Akhirul kalam, semoga yang tersaji ini dapat memberikan bantuan kepada para mahasiswa
dalam menyelenggarakan proses belajar mengajar dikampus. Amin
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................................................................. 2
BAB 1 ........................................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ....................................................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang .................................................................................................................................. 4
1.2 Rumusan masalah ............................................................................................................................. 4
1.3 Tujuan penulisan .............................................................................................................................. 5
2.1 Pengertian dan Prinsip Homophily ................................................................................................. 6
2.1.1 Contoh Prinsip Homophily ....................................................................................................... 9
2.2 Pengertian dan Prinsip Heterophily ................................................................................................ 9
2.2.1 Contoh Prinsip Homophily ..................................................................................................... 13
BAB III....................................................................................................................................................... 14
PENUTUP .................................................................................................................................................. 14
3.1 Kesimpulan ...................................................................................................................................... 14
3.1.1 Homophily ................................................................................................................................ 14
3.1.2 heterophily ................................................................................................................................ 14
3.2 Saran ................................................................................................................................................ 14
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................ 15
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tiap waktu kita tidak bisa terlepas dari komunkasi, karena komunikasi merupakan
kegiatan yang selalu dilakukan dalam kehidupan sehari-hari manusia. Bahkan semenjak
kita lahir kita telah berkomunikasi dengan pesan-pesan verbal. Komunikasi merupakan
usaha manusia dalam menyampaikan isi pernyataan kepada manusia lain. Dalam definisi
komunikasi terdapatkata usaha, ini berarti bahwa manusia harus berusaha agar komunkasi
berjalan dengan efektif dan sesuia dengan tujuan yang diharapkan.
Suatu komunikasi selalu terdapat hambatan, hambatan tersebut bisa terdapat pada unsur-
unsur komunikasi yaitu pada komunikator, isi pesan, komunikan, media, dan feedback.
Namun seorang komunikator harus bisa mengatasi semua itu untuk mencapai komunikasi
yang efektif terhadap seorang komunikan yang diujunya. Sebagaimana kita tahu bahwa
komunkasi akan berjalan efektif jika antara satu pihak dan pihak lainnya memiliki sesuatu
yang kurang lebih sama, baik tujuan, latar belakang maupun pengalaman. Selain itu
budaya-budaya yang berbeda juga bisa menjadi hambatan dalam berkomunikasi.
Dalam suatu komunikasi antar budaya Homophily dan Heterophily termasuk ke dalam
prinsip komunikasi antar budaya. Dimana prinsip-prinsip tersebut merupakan sebuah
proses komunikasi yang dijalankan oleh manusia-manusia antara budaya sehingga bisa
mencapai suatu tujuan komunikasi. Masalah mengenai homophily dan heterophily juga
menjadi salah satu alasan mengapa penulis ingin membahasnya dalam makalah ini.
PEMBAHASAN
Secara etimologis istilah homophily berasal dari Bahasa Yunani “homois” yang berarti
“sama”. Pengertian secara harfiah homophily berarti komunikasi dengan orang yang sama.
Homophily suatu suatu keadaan yang menggambarkan derajat pasangan perorangan yang
berinteraksi yang memiliki kesamaan dalam sifat (attribute), seperti dalam kepercayaan,nilai,
Pendidikan, status sosial, dan sebagainya. Prinsip Homophily adalah sejauh mana pasangan yang
berinteraksi itu mirip dalam ciri-ciri tertentu. Dalam suatu situasi orang-orang saling berinteraksi
yang komunikator bebas memilih seorang dari sejumlah komunikan, maka akan terdapat
kecenderungan yang kuat untuk memilih komunikan yang lebih menyamai si komunikator.
Menurut Lazarfeld dan Merton (1964:23) keberadaan perilaku homophily telah dicatat
setengah abad yang lalu oleh Tarde (1903:64): “Hubungan sosial, saya ulang, lebih erat antara
orang-orang yang serupa satu sama lain dalam pekerjaan dan pendidikannya”. Homophily terjadi
begitu sering karena komunikasi itu lebih efektif bila sumber dan penerima sepadan.
Komunikasi yang efektif seperti itu menyenangkan orang-orang yang terlibat di dalamnya.
Bila dua orang bertukar makna, kepercayaan yang sama dan bahasa yang mereka pergunaan sama,
komunikasi antar mereka cenderung lebih lancar. Hal tersebut di atas sesuai dengan pendapat
Homas yang mengemukakan bahwa :”lebih dekat kesamaannya sejumlah orang dalam tingkatan
sosial, lebih sering mereka berinteraks satu sama lain.”. komunikasi akan lebih sering terjadi ketika
timbul banyak persamaan kepada orang yang saling berinteraksi satu sama lain.
Dalam hal demikian, prinsip homophily ini akan menimbulkan sikap egosentris dari
seorang komunikator dalam memilih lawan bicaranya, karena komunikator yang bersifat
homophily tidak terbuka dengan lawan bicara yang tidak sepadan atau memiliki persamaan
dengannya.
Kebanyakan orang menyukai kenikmatan berinteraksi dengan orang lain yang sangat mirip
dengannya. Berbincang dengan orang yang sangat berbeda dengan diri kita sendiri memerlukan
usaha keras agar komunikasi itu lancar. Komunikasi yang heterofilus bisa menyebabkan keadaan
psikologis yang tidak mengenakkan. Homophily dan komunikasi yang efektis itu saling
mendukung. Semakin sering terjadi komunikasi antara anggota suatu pasangan, semakin
cenderung mereka menjadi homofilus. .
Dalam kajian ilmu komunikasi dan psikologi tingkat kesamaan itu adalah tingkat
keterpaduan antarpribadi dan kelompok yang mana dalam tingkat kesamaan (homophily) semakin
adanya kesamaan kerangka pengalaman antar komunikator dan komunikan maka komunikasi akan
semakin efektif. Kerangka acuan itu dapat berupa nilai agama, nilai Pendidikan dan lain-lain, yang
pernah dialami komunikator dan komunikan
Terdapat beberapa factor yang bisa menyebabkan seorang atau komunikatif melakukan
prinsip homophily dalam kehidupan sehari-harinya. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya
homophily sebagai berikut :
Dalam suatu sistem, homophily dapat menjadi rintangan bagi lajunya pembaharuan yang
cepat ide-ide baru biasanya masuk melalui anggota-anggota masyarakat yang statusnya lebih
tinggi dan lebih bewenang. Jika terdapat homophily yang bertaraf tinggi, orang-orang elit ini
terutama berinteraksi dengan sesamanya, hanya saja sedikit saja penemuan baru yang sampai pada
penduduk non elite.
Menurut hasil penelitian yang dilakukan Rogers dan svenning berkesimpulan bahwa desa-
desa tradisional di Columbia ditandai oleh homophily dalam penyebaran antara pribadi
(interpersonal diffusion) yang bertaraf lebih tinggi. Hanya bila norma-norma desa menjadi lebih
modern, penyebaran menjadi lebih heterophilous. Santi Prya Bose telah mengadakan penelitian
pada tahun 1967` di India menjumpai adanya homophily yang bertaraf sangat tinggi pada
penduduk desa di India berdasarkan kasta, Pendidikan, dan ukuran kebun yang dimiliki. Tetapi
dekat Calcuta kasta tidak begitu penting bagi pola interaksi, sebaliknya pendapatan (upah/gajih)
yang sangat penting.
Dengan demikian ciri yang pasti dalam hubungan dengan homophily ini variasi dengan
sifat sistem masyarakat dan dengan sifat inovasi. Selanjutnya hasil penelitian Everett M. Rogers
dan Dilip K. Bhowmik menyatakan bahwa :”sistem yang lebih tradisional ditandai oleh derajat
homophily yang lebih tinggi dalam komunikasi antar pribadi dan kalua norma-norma desa yang
menjadi lebih modern menjadi lebih bersifat heterophily.”
Homophily dapat pula bertindak sebagai penghalang tersamar terhadap kecepatan arus
inovasi kedalam suatu sistem sosial. Ide-ide baru biasanya masuk ke dalam suatu sistem sosial
melalui anggota yang status sosialnya lebih tinggi dan lebih inovatif. Hal ini mungkin karena agen
pembaru lebih suka berkomunikasi dengan mereka atau mereka itu memang lebih suka mencari
inovasi.
Bila dua orang murid SMA yang sama-sama berstatus pelajar bertemu dalam sebuah
seminar, kemudian berkomunikasi dan berbagi pengetahuan menurut keyakinan, bahasa,
pengalaman yang telah mereka alami maka komunikasi menjadi efektif dikarenakan mereka
mengalami homophilous (keadaan dalam kondisi homofili). Namun pembahasan antara dua orang
yang berinteraksi dalam homofili ini hanya seputar masalah yang diketahui saja.
Orang yang mengingkari homophily dan berusaha untuk berkomunikasi dengan orang
yang berbeda dengannya dapat dikecewakan oleh komunikasi yang tidak efektif. Misalnya seorang
change agent pada penduduk petani di negara-negara yang sedang berkembang menjumpai
masalah-masalah yang disebabkan komunikasi dengan penduduk yang jauh berbeda dengannya.
Perbedaan dalam kemampuan teknis, status sosial, sikap, dan kepercayaan, kesemuanya itu
menyebabkan pesan yang disampaikan kepada mereka diabaikan.
Heterophily seperti tersebut di atas seringkali menjurus ke komunikasi yang tidak efektif
antara komunikator dan komunikan, antara change agent dengan penduduk, dan juga
menyebabkan gagalnya suatu kampanye penyebaran inovasi. Salah satu akibat dari heterophily
yang tinggi derajatnya dalam penyebaran adalah bahwa change agent cenderung untuk
berinteraksi paling efektif dengan penduduk yang secara relative sangat menyamai change agent
dalam daya pembaharuan, situasi sosial, dan kepercayaan.
Untuk menjembatani jurang heterophily antara change agent dan penduduk maka change
agent harus mengkonsentrasikan usahanya terlebih dahulu pada pemuka pendapat (opinion leader).
Tetapi jika pemuka pendapat tadi terlalu berdaya-inovasi maka heterophily (dan komunikasi yang
mengikutinya) kini terdapat antara pemuka pendapat dengan penduduknya. Hal lainnya untuk
mengatasi heterophily tersebut adalah dengan berusaha menumbuhkan empati.
Empati
Seperti yang telah disebutkan di atas salah satu upaya untuk mengatasi permasalah
perbedaan komunikasi dalam heterophily adalah dengan berusaha menumbuhkan empati. Tetapi
dalam diri komunikator atau change agent mungkin akan mudah, tetapi bagi komunikan dalam
menumbuhkan empati ini tidaklah mudah memerlukan upaya Pendidikan komprehensif yang
memakan waktu yang cukup lama.
Evert M. Rogers & Dilip K. Bhowmik mendefenisikan empati sebagai kemampuan seorang
untuk memproyeksikan dirinya kepada peranan atau kondisi orang lain. Menurut Sigmund Freud
bahwa : “ Empathy dianggap sebagai memahami orang lain yang tidak mempunyai arti emosional
bagi kita”. Kemudian menurut Stotland Dumn, Zender, dan Natsoulas menyatakan bahwa : “
Empati sebagai keadaan ketika pengamat bereaksi secara emosional karena ia menanggapi orang
lain mengalami atau siap mengalami suatu emosii”.
Berempati artinya membayangkan diri kita pada kejadian yang menimpa orang lain.
Dengan empati kita berusaha melihat seperti orang lain melihat, merasakan seperti orang lain
merasakannya. Apabila komunikator atau komunikan atau kedua-duanya (dalam situasi
heterophily) mempunyai kemampuan untuk melakukan empati satu sama lain maka kemungkinan
besar akan dapat terdapat komunkasi yang efektif.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.1.1 Homophily
Homophily adalah suatu keadaan yang menggambarkan derajat pasangan perorangan
yang berinteraksi yang memiliki kesamaan dalam sifat (attribute), seperti dalam kepercayaan,
nilai, pendidikan, status sosial, dan sebagainya.
3.1.2 heterophily
Istilah heterophily merupakan kebalikan dari homophily. Heterophily adalah suatu
keadaan gambaran derajat pasangan orang-orang yang berinteraksi dalam proses komunikasi
yang berbeda dalam sifat-sifat tertentu.
3.2 Saran
Demikian makalah ini kami susun, yang mana tentunya tak lepas dari kekurangan baik
dalam penyusunan maupun penyajian. Karena kami pun menyadari tak ada gading yang tak retak.
Untuk itu kritik dan saran pembaca sekalian sangat kami harapkan demi perbaikan dan evaluasi
dari apa yang kami usahakan. Harapan kami semoga bermanfaat. Amiin
DAFTAR PUSTAKA
https://123dok.com/document/oy89gj4q-bab-pembahasan-homofili-dan-heterofili.html
https://www.academia.edu/7289632/BAB_2_pembahasan_homofili_dan_heterofili