Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

HOMOFILI-HETEROFILI DALAM PENYEBARAN INOVASI

Disusun

Oleh:

Kelas 01

Kelompok 11

Siti Aisyah (1942040013)

Susianti (1942041030)

PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
berkah dan rahmat-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas makalah
ini dengan judul “Homofili-Heterofili dalam Penyebaran Inovasi”. Adapun tujuan
dari penyusunan dalam tugas makalah ini yaitu untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah “Divusi dan Inovasi”.

Dalam penyusunan makalah ini penyusun menyadari bahwa, makalah ini tidak
akan selesai dengan lancar dan tepat waktu tanpa adanya bantuan dari teman-
teman kelompok, penyusun menyadari bahwa makalah ini masih banyak
kekurangan yang perlu diperbaiki maka penyusun meminta kritik dan saran yang
sifatnya membangun. Semoga makalah ini bermanfaat dan dapat menambah
wawasan bagi kita semua didalam dunia pendidikan.

Makassar, 14 Mei 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI...........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................2
C. Tujuan Penulisan...........................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3

A. Pengertian Homofili-Heterofili.....................................................................3
B. Homofili-Heterofili dalam Penyebaran Inovasi...........................................5
C. Homofili dan Agen Pembaru.........................................................................7
D. Homofili dan Tokoh Masyarakat..................................................................9

BAB III PENUTUP..............................................................................................13

A. Kesimpulan.................................................................................................13
B. Saran…........................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................14
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tiap waktu kita tidak bisa terlepas dari komunikasi, karena komunikasi
merupakan kegiatan yang selalu dilakukan dalam kehidupan sehari-hari
manusia.Bahkan semenjak kita lahir kita telah berkomunikasi dengan pesan-pesan
nonverbal. Komunikasi merupakan usaha manusia dalam menyampaikan
isipernyataan kepada manusia lain. Dalam definisi komunikasi terdapat kata
usaha,ini berarti bahwa manusia harus berusaha agar komunikasi berjalan dengan
efektifdan sesuai dengan tujuan yang diharapkan.Suatu komunikasi selalu terdapat
suatu hambatan, hambatan tersebut bisaterdapat pada unsur-unsur komunikasi
yaitu pada komunikator, isi pesan,komunikan, media, dan feedback.
Namun seorang komunikator harus bisa mengatasi semua itu untuk mencapai
komunikasi yang efektif terhadap seorang komunikan yang ditujunya.
Sebagaimana kita tahu bahwa komunikasi akan berjalan efektif jika antara satu
pihak dan pihak lainnya memiliki sesuatu yang kurang lebih sama, baik tujuan,
latar belakang maupun pengalaman. Selain itubudaya-budaya yang berbeda juga
bisa menjadi hambatan dalam berkomunikasi. Salah satu cabang ilmu komunikasi
adalah komunikasi antar budaya seperti yang akan penulis bahas pada saat ini.
Komunikasi Antar Budaya dalam pandangan (Tubbs, Moss:1996) mengandung
pengertian: “Komunikasi antar budaya adalah komunikasi yang terjadi di antara
orang-orang yang memiliki kebudayaan yang berbeda (bisa beda ras, etnik, atau
sosio ekonomi, atau gabungan dari semua perbedaan ini. Kebudayaan adalah cara
hidup yang berkembang dan dianut oleh sekelompok orang serta berlangsung dari
generasi ke generasi. Komunikasi lintas budaya adalah komunikasi yang terjadi di
antara orang-orang yang memiliki kebudayaan yang berbeda (bisa beda ras,
etnik, atau sosio ekonomi, atau gabungan dari semua perbedaan ini”.
Menurut Stewart L. gitu banyak. Jadi, komunikasi antar budaya menurut
Samovar dan Porter (1972) yaitu komunikasi antar budaya terjadi manakal bagian
yang terlibat dalam kegiatan komunikasi tersebut membawa latar belakang budaya
pengalaman yang berbeda yang mencerminkan nilai yang dianut oleh
kelompoknya berupa pengalaman, pengetahuan dan nilai. Dalam suatu
komunikasi antar budaya Homofili dan Heterofili termasuk kedalam prinsip
komunikasi antar budaya. Dimana prinsip-prinsip tersebut merupakan sebuah
proses komunikasi yang dijalankan oleh manusia-manusia antara budaya sehingga
bisa mencapai suatu tujuan komunikasi.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai
berikut:
1. Apakah pengertian dari homofili-heterofili?
2. Bagaimanakan homofili-heterofili dalam penyebaran inovasi?
3. Bagaimanakah Homofili dan Agen Pembaru?
4. Bagaimanakah Homofili danTokoh Masyarakat?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penulisan makalah ini adalah
sebagai berikut:
1. Untuk Mengetahui Pengertian dari Homofili-Heterofili
2. Untuk Mengetahui Homofili-Heterofili dalam Penyebran Inovasi
3. Untuk Mengetahui Homofili dan Agen Pembaru
4. Untuk Mengetahui Homofili dan Tokoh Masyarakat
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Homofili-Heterofili

Secara etimologis istilah homofili berasal dari Bahasa Yunani “homoios”yang


berarti “sama”. Pengertian secara harfiah homofili berarti komunikasidengan orang
yang sama. Homofili adalah suatu keadaan yang menggambarkanderajat pasangan
perorangan yang berinteraksi yang memiliki kesamaan dalamsifat (attribute),
seperti dalam kepercayaan, nilai, pendidikan, status sosial, dansebagainya. Prinsip
Homofili adalah sejauh mana pasangan yang berinteraksi itumirip dalam ciri-ciri
tertentu.Dalam suatu situasi orang-orang yang salingberinteraksi yang
komunikator bebas memilih seseorang dari sejumlahkomunikan, maka akan
terdapat kecenderungan yang kuat untuk memilihkomunikan yang lebih
menyamai si komunikator.
Menurut Lazarfeld dan Merton (1964:23) keberadaan perilaku homofilitelah
dicatat setengah abad yang lalu oleh Tarde (1903:64): ‘’Hubungan sosial, saya
ulang, lebih erat antara orang-orang yang serupa satu sama lain dalampekerjaan
dan pendidikannya’’. Homofili terjadi begitu sering karena komunikasiitu lebih
efektif bila sumber dan penerima sepadan.
Komunikasi yang efektif seperti itu menyenangkan orang-orang yangterlibat di
dalamnya. Bila dua orang bertukar makna, kepercayaan yang sama danbahasa yang
mereka pergunakan sama, komunikasi antar mereka cenderung lebihlancar. Hal
tersebut di atas sesuai dengan pendapat Homans yang mengemukakanbahwa :
“lebih dekat kesamaannya sejumlah orang dalam tingkatan sosial, lebihsering
mereka berinteraksi satu sama lain”. Komunikasi akan lebih sering terjadiketika
timbul banyak persamaan kepada orang yang saling berinteraksi satu
samalain.Dalam hal demikian, prinsip homofili ini akan menimbulkan
sikapegosentris dari seorang komunikator dalam memilih lawan bicaranya,
karenakomunikator yang bersifat homofili tidak terbuka dengan lawan bicara yang
tidaksepadan atau tidak memiliki persamaan dengannya Kebanyakan orang
meyukai kenikmatan berinteraksi dengan orang lainyang sangat mirip
dengannya. Berbincang dengan orang yang sangat
berbada dengan diri kita sendiri memerlukan usaha keras agar komunikasi itu
lancar.Komunikasi yang heterofilus bisa menyebabkan ketakserasian pandangan
karenaseseorang dihadapkan pada pesan yang pesan yang tidak cocok
dengan kepercayaan-kepercayaan yang ada, menyebabkan keadaan psikolgis yang
tidakmengenakkan. Homofili dan komunikasi yang efektif itu saling
mendukung.semakin sering terjadi komunikasi antara anggota suatu pasangan,
semakin cenderung mereka menjadi homofilus.
Istilah heterofili merupakan kebalikan dari homofili. Heterofili adalah suatu
keadaan gambaran derajat pasangan orang-orang yang berinteraksi dalam proses
komunikasi yang berbeda dalam sifat-sifat tertentu. Faktor yang menyebabkan
terjadinya heterofili adalah karena ada perubahan dan perkembangan
masyarakatyang menyebabkan banyak nilai-nilai berubah tapi ada yang
tetap mempertahankan nilai lama. Disamping itu perkembangan masyarakat
tersebut tidak memberikan kesempatan yang merata bagi seluruh anggota
masyarakatnya dalam hal pendidikan maupun peningkatan penghasilan, hanya
untuk orang-orang yang mempunyai potensi dan pandai memanfaatkan peluang
dan kesempatan saja.
Menurut Rogert dan Kincaid, heterofili adalah derajat perbedaan dalam
beberapa hal tertentu antara pasangan-pasangan individu yang berinteraksi. Sejalan
dengan pemikiran tersebut, dapat juga dikemukakan suatu konsep tentang
equifinality dalam “teori sistem” yang menyatakan bahwa dalam suatusistem
tertentu manapun akan dapat dicapai tujuan yang sama, walaupun
telahdipergunakan titik tolak dan proses-proses yang berbeda. Demikian pula
dalamhubungan antar manusia, suatu gagasan yang tidak jauh berbeda
menyebutkanbahwa dua orang akan bertindak sama, meskipun mereka telah
menerima ataumengalami stimuli yang sangat berbeda (Bennet, 1979).
Terutama dalam masyarakat “modern” (istilah dari Dodd), orang mencari
individu-individu yang secara teknis lebih ahli yang dapat menunjukkan derajat
inovatif yang meningkat. Orang yang mengingkari homofili dan berusaha untuk
berkomunikasi dengan orang yang berbeda dengannya dapat dikecewakan oleh
komunikasi yang tidak efektif. Misalnya seorang change agent pada penduduk
petani di negara-negara yang sedang berkembang menjumpai masalah-masalah
yang disebabkan komunikasi dengan penduduk yang jauh berbeda dengannya.
Perbedaan dalamkemampuan teknis, status sosial, sikap, dan kepercayaan,
kesemuanya itu menyebabkan adanya heterofili dalam bahasa dan pengertian,
yang selanjutnya menyebabkan pesan yang disampaikan kepada mereka diabaikan.
Heterofili seperti tersebut di atas seringkali menjurus ke komunikasi yangtidak
efektif antara komunikator dan komunikan, antara change agent dengan penduduk,
dan juga menyebabkan gagalnya suatu kampanye penyebaran inovasi.
Salah satu akibat dari heterofili yang tinggi derajatnya dalam penyebaran adalah
bahwa change agent cenderung untuk berinteraksi paling efektif dengan penduduk
yang secara relatif sangat menyamai change agent dalam daya pembaharuan, status
sosial, dan kepercayan. Untuk menjembatani jurang heterofili antara change agent
dan penduduk maka change agent harus mengkonsentrasikan usahanya terlebih
dahulu padapemuka pendapat (opinion leader). Tetapi jika pemuka pendapat tadi
terlaluberdaya-inovasi maka heterofili (dan komunikasi yang mengikutinya)
kini terdapat antara pemuka pendapat dengan penduduknya. Hal lainnya
untukmengatasi heterofili tersebut adalah dengan berusaha menumbuhkan empati.

B. Homofili-Heterofili dalam Penyebaran Inovasi

Salah satu prinsip komunikasi antar manusia yang penting adalah bahwa
pengoperan ide-ide lebih sering terjadi antar sumber dan penerima yang sama,
sepadan, homofilius. Homofili adalah suatu tingkat dimana pasangan individu
yang berinteraksi sepadan dalam perangkat tertentu seperti kepercayaan, nilai-
nilai, pendidikan, status sosial dsb. Jika seorang sumber berinteraksi dengan salah
seorang dari banyak orang ada kecenderungan kuat ia akan memilih pa sangan
komunikasi yang paling sepadan dengannya. Sedang kan heterofili adalah suatu
tingkat di mana pasangan indivi. du yang berkomunikasi berbeda dalam ciri dan
sifatnya.
Banyak alasan mengapa prinsip homofili-heterofili in timbul. Individu yang
mempunyai kesamaan cenderung bergabung dalam satu kelompok, hidup
berdampingan dan mengembangkan minat yang sama. Kedekatan fisik dan so sial
ini menyebabkan komunikasi yang homofilius lebih mungkin terjadi. Tetapi
dalam banyak situasi, "kdekatan" ini hanya menerangkan sebagian dari prinsip
homofili. Jika sumber dan penerimanya homofili maka komunikasi akan lebih
efektif; mereka dapat bertukar pikiran, meng gunakan bahasa daerah dan sama
dalam ciri-ciri personal dan sosial lainnya, sehingga pengkomunikasian ide lebih
lancar dan mungkin mempunyai efek lebih besar, lebih banyak pengetahuan yang
diperoleh, pembentukan dan pe. rubahan sikap dan perubahan tingkah laku nyata
juga lebih besar. Jika tercapai kondisi dalam komunikasi maka interak si mungkin
menjadi lebih mengasyikkan.
Banyak contoh yang dapat disebut untuk menunjang pernyataan bahwa ada
hubungan antara homofili dengan komunikasi yang efektif. Dalam kehidupan
sehari-hari, kebanyakan kita biasanya berinteraksi dengan orang lain yang
sepadan baik dalam status sosial, pendidikan maupun ke percayaan; teman-teman
di mana kita bergaul biasanya re latif sepadan kondisinya. Dan suatu saat jika kita
berkomunikasi dengan orang lain yang jauh lebih rendah atau lebih tinggi status
sosialnya, bermasalah yang timbul yang menyebabkan komunikasi menjadi lebih
lancar. Cobalah perhatikan guru SD Inpres dari Jawa yang ditugaskan untuk
mengajar pada sekolah di Madura yang pelosok, seorang pe kerja sosial yang
berusaha merubah perilaku kliennya yang berasal dari golongan rendah, tenaga
asing (luar negeri) yang diperbantukan untuk memperkenalkan inovasi kepada
para petani di pedesaan negara sedang berkembang.
Mereka sering mengalami kesulitan-kesulitan komunikasi dalam me
laksanakan tugasnya. Begitu pula halnya orang yang dari sta tus sosial ekonomi-
rendah yang mencoba mengadakan kon uk dengan orang yang status sosialnya
lebih tinggi, tidak saja mengalami kesulitan bahkan kadang-kadang mengala mi
frustasi.
Salah satu problem dalam proses penyebaran inovasi ialah bahwa sumber
(agen pembaru) sangat heterofili dengan penerimanya (anggota masyarakat).
Petugas penyuluh pertanian secara teknis jauh lebih ahli daripada para petani
kliennya. Hal ini seringkali menyebabkan terjadi ketidak efektifan komunikasi.
Mereka tidak bercakap-cakap dalam bahasa yang sama. Misalnya jika penyuluh
itu adalah seorang insinyur pertanian yang baru lulus, mungkin dalam
percakapannya dengan
para petani yang sedikit makan sekolah itu banyak menggunakan istilah dan
rumus- rumus perguruan tinggi yang teksbook. Maka petani itu hanya akan
terlongong- longong mendengarkan penjelasan si insinyur tanpa mengerti apa
yang dimaksudkan. Sebaliknya apa yang diungkapkan oleh petani dengan
ungkapan yang sehari-hari misalnya dalam menyebut suatu jenis tanaman atau
cara bertanam yang lazim di kampung) si insinyur juga sulit memahami karena
kata-kata itu tak pernah diketemukan dalam buku pelajarannya atau kuliah-
kuliahnya.
Akan tetapi jika antara sumber dan penerima itu mempunyai pemaham an yang
sama tentang inovasi, mereka sangat homofilius, maka tidak terjadi difusi di sana.
Karena itu dalam peranan penyebaran inovasi dituntut setidak-tidaknya ada
beberapa tingkat perbedaan antara sumber dan penerimanya. Yang ideal adalah
kalau mereka homofili dalam semua variabel (seperti pendidikan, status sosial,
nilai-nilai dsb) akan tetapi heterofili dalam penguasaan di bidang inovasi. Yang
terjadi seringkali antara agen pembaru dan kliennya itu heterofili dalam segala
hal, karena antara kompetenssi inovasi, pen didikan, status sosial dsb.nya sangat
berhubungan erat. Jurang heterofili dalam difusi ini: lebih besar lagi ka antara
sumber dan penerima tidak saina latar belakang budayanya, misalnya dalam kasus
penyebaran inovasi teknologi dari negara maju ke negara yang belum maju.

C. Homofili dan Agen Pembaru.

Agen pembaru biasanya berbeda dari klien mereka dalam beberapa hal dan
mereka cenderung berinteraksi dengan klien yang ciri-cirinya mirip dengan
mereka sendiri. Penelitian-penelitian empiris baik di negera maju maupun di
negara belum maju menunjukkan kontak agen pembaru dengan anggota
masyarakat lebih sering terjadi dengan yang memili ki ciri: (1) berstatus sosial
lebih tinggi, (2) partisipasi sosial. nya tinggi, (3) lebih tinggi pendidikan dan
tingkat keme lekhurufannya serta,
(4) klien yang lebih kosmopolit.
Hal ini agaknya wajar terjadi, karena dengan anggota masyarakat yang
memiliki ciri-ciri seperti tersebut di atas para agen pembaru itu tidak terlalu jauh
perbedaannya, sehingga antara keduanya lebih mudah saling tukar pengertian dan
mereka lebih mudah memahami minat masing-masing, mereka lebih mudah
berempathi satu sama lain dan yang demikian itu menjadikan komunikasi diantara
mereka bisa efektif. Salah satu ilustrasi tentang sulitnya mengadakan komunikasi
secara efektif dengan klien yang heterofili di berikan seorang agen pembaru yang
berpengalaman. Penduduk di mana saya bekerja agaknya suka sekali dibantu dan
dibimbing. Tetapi respon-respon sepertinya merengut (mung kin karena tidak
paham apa yang saya maksud) dan kadang kadang bahkan tersinggung. Barangkali
tarap berpikir me reka berbeda dengan saya. Kami berbicara dengan bahasa yang
sama tetapi tidak dapat berkomunikasi. Tetapi mencari kontak yang homofili bisa
menimbul kan masalah etik yang penting bagi agen pembaru; mereka gagal
berinteraksi dengan mereka yang sangat membutuhkan bantuan. Karena agen
pembaru memusatkan usaha-usaha mereka terhadap klien yang punya status sosial
lebih tinggi, lebih berpendidikan dan lebih besar pendapatnya (karena dengan
mereka itu ia lebih mudah mengadakan komunikasi), menyebabkan relatif
kelompok elite inilah yang lebih awal mengadopsi inovasi. Akibat yang berikutnya
seringkali orang yang kaya bertambah kaya dan yang miskin tetap saja atau bahkan
bertambah miskin; suatu hal yang jarang sekali diperhatikan oleh lembaga pembaru.
Namun agaknya ke cenderungan agen pembaru untuk berkomunikasi dengan
kelompok elite itu bukan hanya karena dengan mereka itu bisa terjadi komunikasi
yang homofili. Ada semacam te kanan dari lembaga dimana mereka bekerja, agar
agen pem baru itu memperoleh hasil yaitu inovasi yang dipromosikan itu dapat
diadopsi oleh anggota sistem sosial sebanyak banyaknya. Misalnya seorang petugas
lapangan keluarga berencana (PLKB) akan memperoleh insentif dari BKKBN jika
ia berhasil mengajak anggota masyarakat menjadi aseptor, semakin banyak aseptor
yang ia hasilkan semakin besar insentif yang ia akan terima. Begitu pula petugas
per tanian dengan BIMAS, dsb. Hal ini memaksa agen pembaru sangat sering
berinteraksi dengan klien-klien mereka yang paling responsif yaitu mereka yang
lebih tinggi status so sialnya, dan lebih inovatif.
Salah satu implikasi dari konsep keefektifan komunika si yang homofili bagi
lembaga Pembaru ialah bahwa mereka harus memilih agen pembaru yang agak
sederajad dengan klien mereka. Jika sebagian besar klien hanya pernah me
ngalami pendidikan formal beberapa tahun saja, buta huruf atau drop out SD, agen
pembaru
keluaran universitas mung kin akan mengalami kesulitan komunikasi
dibandingkan jika agen pembaru itu berpendidikan SLTA. Bukti yang mendu
kung pernyataan ini datang dari suatu studi oleh Institut Pertanian Allahabat di
India, Agen pembaru yang dilakukan pada tingkat desa yang hanya berpendidikan
SD ternyata lebih efektif dalam menjangkau penduduk desa India yang buta huruf
daripada agen pembaru yang berpendidikan SLA atau perguruan tinggi. Tetapi
homofili-heterofili itu tidak hanya dalam pendidikan, melainkan juga dalam ciri
ciri lainnya seperti usia, ras, status ekonomi dsb. Salah satu masalah bagi agen
pembaru terutama jika ia berhubungan dengan klien yang heterofili, ialah bahwa
mereka (klien) berbeda anggapan mengenai peranan agen pembaru tidak seperti
yang dianggap oleh agen pembaru itu sendiri. Misalnya agen pembaru sering
beranggapan dirinya sebagai dessiminator keahlian teknis, ia hanya berusaha
menularkan keahlian teknis itu (misalnya di bidang perta nian) kepada anggota
masyarakat. Anggapan peribadi ini sering bertentangan dengan anggapan klien
terhadap agen pembaru. Para klien itu mungkin memandang agen pembaru itu
menurut latar belakang etnis, usia, pendidikan, status perkawinan, agama atau ciri-
ciri pribadi lainnya, begitu pula kemampuan teknisnya. Seorang pekerja sosial,
atau penyu luh pertanian yang beragama kristen yang dipekerjakan di masyarakat
yang muslin seringkali dicurigai berusaha me nyebarkan ajaran kristen kepada
penduduk, tidak hanya sekedar mengadakan pembaruan di bidang pertanian.
Salah satu metode yang dapat dipergunakan agen pembaru untuk
menjembatani jurang heterofili dengan kliennya ialah jika mereka dapat bekerja
sama dengan pe muka masyarakat yang ada didalam sistem itu untuk me ngurangi
jarak sosial dengan mayoritas klien. Dengan demi kian heterofili agen pembaru
yang begitu besar dapat di perkecil menjadi dua jurang yang lebih kecil.

D. Homofili dan Tokoh Masyarakat

Walaupun homofili itu memungkinkan komunikasi lebih efektif, ia dapat pula


bertindak sebagai penghalang tersamar terhadap kecepatan arus inovasi ke dalam
suatu sistem sosial. Ide-ide baru biasanya masuk ke dalam sistem sosial melalui
anggota yang status sosialnya lebih tinggi dan lebih inovatif. Hal ini mungkin
karena agen pembaru lebih suka berkomunikasi dengan mereka atau mereka itu
memang lebih suka mencari inovasi. Jika tingkat homofili dalam sistem sosial itu
tinggi, orang-orang elite ini hanya berinteraksi satu sama lain. Dengan demikian
perembesan inovasi kepada anggota sistem sosial lainnya yang tidak termasuk
kelompok elite akan hanya berupa "tetesan-tetesan kecil". fola penyebaran inovasi
yang homofili menyebabkan ga fasan-gagasan baru itu lebih banyak tersebar
secara horison tal dalam suatu sistem. Salah satu implikasi jika terjadi ho mofili
sebagai perintang difusi, maka agen pembaru harus bekerja dengan tokoh
masyarakat yang bermacam-macam sehingga dapat menjangkau seluruh anggota
sistem sosial. Jika suatu sistem diketahui sangat heterofili, seorang agen pembaru
perlu memusatkan perhatiannya hanya salah satu atau beberapa tokoh masyarakat
yang status sosial dan ke inovatifannya mendekati yang paling tinggi.
Difusi interpersonal yakni penyebaran inovasi yang menggunakan saluran
komunikasi interpersonal, pada umumnya lebih homofilius. Misalnya orang-orang
yang pa ling tinggi status sosialnya dalam sistem sosial jarang sekali berinteraksi
langsung dengan orang-orang yang paling ren dah status sosialnya. Begitu pula
inovator jarang sekali ber hubungan dengan laggard. Pola difusi interpersonal
yang homofilik seperti ini memang memperlambat penyebaran inovasi ke dalam
suatu sistem seperti yang telah diuraikan di muka. Tetapi pola seperti itu juga
mendatangkan keuntung an, karena seseorang agen tidak mengadopsi suatu
inovasi begitu saja yang mungkin akan merugikan dirinya. Misal nya seorang
pemuka pendapat yang status sosialnya tinggi mungkin tidak menjadi model
percontohan yang tepat bagi seseorang yang berstatus sosial rendah.
Suatu ilustrasi mengenai keuntungan pola difusi in terpersonal yang homofilik
kita peroleh dari penyelidikan yang dilakukan oleh Van den Ban (1963) di
masyarakat-petani Belanda. Dia menemukan hanya 3% pemuka pendapat yang
memiliki ladang lebih dari 50 are, sedangkan 98% dari semua ladang itu luasnya
kurang dari 50 are. Keputusan pengelolaan tanah yang paling bijaksana bagi
petani besar adalah dengan menggunakan peralatan mekanisasi pertani an seperti
traktor dan mesin penuai sebagai ganti tenaga kerja sewaan. Namun penggunaan
traktor yang secara eko nomis sangat baik itu, bagi petani yang luas ladangnya ku
rang dari
50 are sebaiknya melupakan saja peralatan meka nis itu dan mulai
mengintensifkan pertanian holtikultura.
Ternyata banyak petani yang mengikuti contoh pemuka pendapat yang
tanahnya luas walaupun contoh itu sebetul nya tidak cocok dengan situasi dirinya
sendiri. Akibatnya mereka itu mengalami kerugian atau setidak-tidaknya ke
untungan itu tidak maksimal. Dalam kasus ini, jika tingkat homofili itu tinggi,
dimana petani kecil berinteraksi dengan pemuka pendapat yang juga petani kecil,
maka proses di fusi itu akan menguntungkan karena pengadopsian atau pe nolakan
inovasi oleh para petani pengikut itu akan lebih sesuai dengan situasi dirinya
sendiri.
Akan tetapi jika difusi interpersonal itu heterofili, anggota masyarakat akan
mencari pemuka pendapat yang (1) status sosialnya lebih tinggi, (2) lebih
berpendidikan, (3) lebih sering bertatap dengan media massa, (4) lebih kos
mopolit,
(5) lebih sering berhubungan dengan agen pem baru, (6) lebih inovatif. Ada
kecenderungan anggota masya rakat untuk mencari keterangan dan meminta
nasehat ke pada pemuka yang mempunyai kompetensi yang lebih tinggi daripada
dirinya sendiri. Namun demikian, yang dicari itu bukan pemuka pendapat yang
terlalu besar selisih kompetensinya.
Misalnya warga masyarakat yang berpendidikan rendah, biasanya mencari
tokoh masyarakat yang pendidikannya sedikit lebih tinggi dari dia sendiri, dan
bukan mencari yang lulusan universitas. Barangkali inilah yang disebut tingkat
heterofili "yang diperkenankan" di mana pasangan sumber penerima cukup
berbeda dalam kompetensi tetapi tidak terlalu jauh bedanya sehingga tidak
menghalanginya menjadi model peranan. Tingkat heterofili yang diperkenankan
ini bisa memberi kekuatan terhadap komunikasi umpan balik dan karenanya
memudahkan komunikasi yang efektif. Namun belum ada penelitian yang
dirancang untuk menentukan seberapa besar heterofili itu dapat diperkenan
Apakah tingkat homofili pada difusi interpersonal itu dalam sistem yang
tradisional dan sistem yang modern? Rogers dan Svenning menemukan bahwa
penduduk desa Kolumbia yang tradisional mempunyai ciri homofili yang lebih
besar dalam difusi interpersonal. Tetapi ketika norma norma desa berubah
menjadi lebih modern, difusi interperonal itu menjadi lebih heterofili. Bose
juga
menemukan tingkat homofili yang tinggi dikalangan penduduk Indian sesuai
dengan rangking golongan, pendidikan dan luasnya pemilikan ladang. Didekat
Kalkuta, kasta tidak berperanan penting dalam penstrukturan pola komunikasi
yang berpeaan justru besarnya pendapatan. Ini menunjukkan bahwa dalam sistem
sosial yang tradisional tingkat homofili penyebaran inovasi melalui saluran
interpersonal itu lebih homo dari pada dalam sistem yang modern. Akan tetapi atri
atribut yang pasti yang menyebabkan terjadinya homo agaknya pada setiap sistem
sosial tidak sama dan untuk ing-masing inovasi berbeda. Pola difusi yang
homofilius perlu didobrak agar memudahkan menetesnya pesan pesan inovasi ke
seluruh anggota sistem.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Homofili adalah suatu keadaan yang menggambarkanderajat pasangan


perorangan yang berinteraksi yang memiliki kesamaan dalamsifat (attribute),
seperti dalam kepercayaan, nilai, pendidikan, status sosial, dansebagainya. Prinsip
Homofili adalah sejauh mana pasangan yang berinteraksi itumirip dalam ciri-ciri
tertentu.Dalam suatu situasi orang-orang yang salingberinteraksi yang
komunikator bebas memilih seseorang dari sejumlahkomunikan, maka akan
terdapat kecenderungan yang kuat untuk memilihkomunikan yang lebih
menyamai si komunikator.
Heterofili adalah suatu keadaan gambaran derajat pasangan orang-orang yang
berinteraksi dalam proses komunikasi yang berbeda dalam sifat-sifat tertentu.
Faktor yang menyebabkan terjadinya heterofili adalah karena ada perubahan dan
perkembangan masyarakatyang menyebabkan banyak nilai-nilai berubah tapi
ada yang tetap mempertahankan nilai lama. Disamping itu perkembangan
masyarakat tersebut tidak memberikan kesempatan yang merata bagi seluruh
anggota masyarakatnya dalam hal pendidikan maupun peningkatan penghasilan,
hanya untuk orang-orang yang mempunyai potensi dan pandai memanfaatkan
peluang dan kesempatan saja.
Salah satu problem dalam proses penyebaran inovasi ialah bahwa sumber
(agen pembaru) sangat heterofili dengan penerimanya (anggota masyarakat).
Petugas penyuluh pertanian secara teknis jauh lebih ahli daripada para petani
kliennya. Hal ini seringkali menyebabkan terjadi ketidak efektifan komunikasi
B. Saran
Saran yang bisa kelompok penulis berikan yaitu Perlu adanya pendalaman
pemahaman tentang bagaimana keterkaitan Homofili-Heterofili dalam Penyebaran
Inovasi. Terlepas dari materi yang telah dipaparkan diatas. Tidak hanya dari kami,
kami berharap ada saran dan kritik yang membangun dari teman-teman sekalian
sebagai bentuk perbaikan makalah untuk kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA

Hanafi, Abdillah. (1981). Memasyarakatkan Ide-ide Baru. Surabaya: Usaha


Nasional
BAB 2 pembahasan homofili dan heterofili (123dok.com)

Anda mungkin juga menyukai