Di Susun Oleh:
Dosen Pengampu:
2022 M/1444 H
KATA PENGANTAR
Penulis
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.........................................................................................................i
Daftar ........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .........................................................................................1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................2
C. Tujuan Pembelajaran ...............................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Teori Pertukaran Sosial .............................................................................3
B. Teori Identitas Sosial.................................................................................6
C. Teori Dramaturgi.......................................................................................9
BAB III PENUTUP
Kesimpulan...................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
membantu manusia berpikir lebih adaptif dalam mencari cara alternatif terbaik untuk
menganalisis sebuah fenomena.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu teori pertukaran sosial?
2. Bagaimana teori identitas sosial?
3. Apa itu teori dramaturgi?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui teori pertukaran sosial.
2. Untuk mengetahui teori identitas sosial.
3. Untuk mengetahui teori dramaturgi.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Sudah sejak lama kita ketahui bahwa manusia bukan hanya sebagai makhluk
individu, melainkan makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial, manusia senantiasa
menciptakan interaksi dan membangun hubungan-hubungan dengan manusia lain
yang ditemuinya. Teori pertukaran sosial adalah model ekonomis yang memusatkan
perhatian pada dinamika hubungan, termasuk bagaimana hubungan-hubungan
terbentuk, bagaimana hubungan dijaga keberlangsungannya, dan apakah hubungan
tersebut akan berakhir.
Asumsi yang paling mendasar dari teori ini adalah bahwa orang termotivasi
oleh kepentingan pribadi atau self-interest (Thibaut dan Kelley: 1959). Sehingga
dengan kata lain, pertukaran sosial atau social exchange berasumsi bahwa individu
ingin memaksimalkan perolehan pribadinya dengan pengorbanan seminimal mungkin
dalam suatu hubungan.1 Asumsi tersebut bersifat objektif, karena manusia adalah
sepenuhnya makhluk yang rasional.
1
Retno Pandan Arum Kusumowardhani. “Strategi Pemeliharaan Hubungan dan Kepuasaan Dalam Hubungan:
Sebuah Meta Analisis, (Retrieved From https://media.neliti.com/media/publications/126482-ID-strategi-
pemelihaan-hubungan-dan-kepuasa.pd f, 2 november 2022)
2
YD Puspitasari. 2013. “Teori Pertukaran Sosial”, (Retrieved From http://eprints.ums.ac.id/
27364/2/04._BAB_I.pdf, 6 november 2022)
3
harapan sebelumnya. Pengalaman dan harapan yang terjadi di masa lalu
individu ini kemudian dijadikan sebagai tolak ukur untuk menentukan
seberapa puas seseorang terhadap sebuah hubungan. Individu-individu
yang menjalani hubungan interpersonal dengan adanya kesadaran akan
norma-norma sosial dan menjadikannya sebagai pengalaman. Pengalaman
terhadap apa yang dirasakan individu dalam hubungan interpersonal
tersebut merupakan sesuatu yang layak dan realistis. Hal tersebut juga
penting dan dapat dijadikan sebagai suatu penilaian terhadap munculnya
tingkat kecenderungan yang tinggi terhadap hubungan itu sendiri.
1. Ganjaran
3
Ronald, Sebatelli. “Social Theory Exchange: Major Contemporary Concepts”, (Retrieved From
https://family.jrank.org/pages/1595/Social-Exchange-Theory-Major-Contemporary-Concepts.html, 10
November 2022)
4
Ambar. 2017. “Teori Pertukaran Sosial – Asumsi – Konsep – Kritik”, (Retrieved From
https://pakarkomunikasi.com/teori-pertukaran-sosial, diakses pada 10 November 2022)
4
Dikarenakan konsep ganjaran ini berisfat relatif, maka kerap
terjadi perubahan sesuai dengan orang dan waktu dimana
terjadinya hubungan itu.
2. Biaya
3. Hasil
4. Timgkat perbandingan
5
b. Tingkat Perbandingan Alternatif
Secara epistimologi, kata identitas berasal dari kata identity, yang berarti:
(1) Kondisi atau kenyataan tentang sesuatu yang sama, suatu keadaan yang
mirip satu sama lain.
(2) Kondisi atau fakta tentang sesuatu yang sama di antara dua orang atau
dua benda.
(3) Kondisi atau fakta yang menggambarkan sesuatu yang sama di antara
dua orang (individualitas) atau dua kelompok atau benda.
(4) Pada tataran teknis, pengertian epistimologi di atas hanya sekedar
menunjukkan tentang suatu kebiasaan untuk memahami identitas
dengan kata “identik”, misalnya menyatakan bahwa “sesuatu” itu mirip
satu dengan yang lain.5
5
Alo Liliweri, Makna Budaya Dalam Komunikasi Antar Budaya, (Yogyakarta: PT LkiS Pelangi Angkasa,
2007), hlm. 69.
6
Richard Jenkins, Social Identity, Third Edition, (United Kingdom: Routledge, 2008), hlm. 15.
6
masyarakat, sehingga identitas dibentuk oleh proses-proses sosial.7 Sejak awal
proses identitas setiap individu seluruhnya diresepi oleh sejarah masyarakat, dan
karena itu dari permulaan mengandung dimensi sosial dan budaya.
Identitas dibagi menjadi tiga bentuk yaitu: identitas budaya, identitas sosial
dan identitas diri atau pribadi.
7
Peter L. Berger dan Thomas Lukman, Tafsir Sosial atas Kenyataan Risalah Tentang Sosiologi Pengetahuan,
(Jakarta: LP3ES, 1990), hlm. 235.
8
Cris Barker, Cultural Studies: Teori dan Praktik, (Yogyakarta: PT. Bentang Pustaka, 2003), hlm. 221.
9
Jabal Tarik Ibrahim, Sosiologi Pedesaan, (Malang: UMM Press, 2003), hlm. 64.
7
disposisi yang dianut dan diyakininya serta daya-daya kemampuan
yang dimilikinya. Kesemuanya merupakan kekhasan yang
membedakan orang tersebut dari orang lain dan sekaligus merupakan
integrasi tahap-tahap perkembangan yang telah dilalui sebelumnya.
b. Komponen Pembentuk Identitas Sosial
a. Identification
b. Categorization
8
individu. Sebagai konsekuensi dari categorization, perbedaan persepsi
antara unsur-unsur dalam kategori yang sama berkurang, sedangkan
perbedaan antara kategori (out group) lah yang lebih ditekankan.
Dengan demikian, categorization berfungsi untuk menafsirkan
lingkungan sosial secara sederhana. Sebagai hasil dari proses
categorization, nilai-nilai tertentu atau stereotip yang terkait dengan
kelompok, dapat pula berasal dari individu anggota kelompok itu juga.
Kategorisasi dalam identitas sosial memungkinkan individu menilai
persamaan pada hal-hal yang terasa sama dalam suatu kelompok.
Adanya social categorization menyebabkan adanya self categorization.
Self categorization merupakan asosiasi kognitif diri dengan kategori
sosial yang merupakan keikutsertaan diri individu secara spontan
sebagai seorang anggota kelompok.
c. Social Comparison
C. Teori Dramaturgi
Dramaturgi adalah teori seni teater yang dicetuskan oleh Arestoteles dalam
karya agungnya Poetics (350 SM) yang di dalamnya terdapat kisah paling tragis
Oedipus Rex dan menjadi acuan bagi dunia teater, drama, dan perfilman sampai saat
9
ini. Kemudian dikembangkan oleh Erving Goffman (1959), salah seorang sosiolog
yang paling berpengaruh pada abad 20 telah memperkenalkan dramaturgi dalam
bukunya yang berjudul “The Presentation of Self in Everyday Life”.
10
(back stage) atau kamar rias tempat pemain sandiwara bersantai, mempersiapkan diri
atau berlatih untuk memainkan perannya di panggung depan.
Goffman juga melihat bahwa ada perbedaan akting yang besar saat aktor
berada di atas panggung “front stage” dan di belakang panggung “back stage” drama
kehidupan. Kondisi akting di front stage adalah adanya penonton (yang melihat kita)
dan kita sedang berada dalam bagian pertunjukan. Saat itu kita berusaha untuk
memainkan peran kita sebaikbaiknya agar penonton memahami tujuan dari perilaku
kita. Perilaku kita dibatasi oleh oleh konsep-konsep drama yang bertujuan untuk
membuat drama yang berhasil. Sedangkan back stage adalah keadaan dimana kita
berada di belakang panggung, dengan kondisi bahwa tidak ada penonton. Sehingga
kita dapat berperilaku bebas tanpa mempedulikan plot perilaku bagaimana yang harus
kita bawakan. Lebih jelas akan dibahas tiga panggung pertunjukan dalam studi
dramaturgi.
Front Stage (Panggung Depan) Merupakan suatu panggung yang terdiri dari
bagian pertunjukkan (appearance) atas penampilan dan gaya (manner). Di panggung
inilah aktor akan membangun dan menunjukkan sosok ideal dari identitas yang akan
ditonjolkan dalam interaksi sosialnya. Pengelolaan kesan yang ditampilkan
merupakan gambaran aktor mengenai konsep ideal dirinya yang sekiranya bisa
diterima penonton. Aktor akan menyembunyikan hal-hal tertentu dalam pertunjukkan
mereka.
Melalui aspek front stage, back stage, dan aspek middle stage yang menjadi
fokus perhatian dalam penelitian yang mengkaji tentang presentasi diri yang
dikemukakan oleh Goffman, peneliti dapat menganalisa presentasi diri dari pengamen
topeng dalam perspektif dramaturgi. Back Stage (Panggung Belakang) Panggung
belakang merupakan wilayah yang berbatasan dengan panggung depan, tetapi
tersembunyi dari pandangan khalayak. Ini dimaksudkan untuk melindungi rahasia
pertunjukan, dan oleh karena itu khalayak biasanya tidak diizinkan memasuki
panggung belakang, kecuali dalam keaadaan darurat. Di panggung inilah individu
akan tampil “seutuhnya” dalam arti identitas aslinya10.
10
Deddy Mulyana. Komunikasi Efektif “Suatu Pendekatan Lintas Budaya”, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2008), hlm. 107-115.
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam teori pertukaran sosial sedikitnya ada empat konsep dasar, yaitu:
ganjaran, biaya (cost), hasil, dan tingkat perbandingan:
1. Ganjaran
2. Biaya
3. Hasil
4. Timgkat perbandingan
Identitas adalah ciri-ciri atau keadaan khusus seseorang; jati diri”. Sedangkan
kata “sosial” didefinisikan sebagai yang “berkenaan dengan masyarakat”. Dengan
demikian kata identitas sosial sebagai ciri atau keadaan sekelompok masyarakat
tertentu. Identitas menunjukkan cara-cara di mana individu dan kolektivitas-
kolektivitas dibedakan dalam hubungan dengan individu dan kolektivitas lain
12
DAFTAR PUSTAKA
Ambar. (10 November 2022). “Teori Pertukaran Sosial – Asumsi – Konsep – Kritik”.
Retrieved From https://pakarkomunikasi.com/teori-pertukaran-sosial.
Barker, C. (2003). Cultural Studies: Teori dan Praktik. Yogyakarta: PT. Bentang Pustaka.
Liliweri, A. (2007). Makna Budaya Dalam Komunikasi Antar Budaya. Yogyakarta: PT LkiS
Pelangi Angkasa.
Lukman, P. L. (1990). Tafsir Sosial atas Kenyataan Risalah Tentang Sosiologi Pengetahuan.
Jakarta: LP3ES.
Ronald, S. (10 November 2022). “Social Theory Exchange: Major Contemporary Concepts".
Retrieved From https://family.jrank.org/pages/1595/Social-Exchange-Theory-Major-
Contemporary-Concepts.html.
13