DOSEN PENGAMPU :
1. Prof.Dr.Nasrun,Ms
2. Ishaq Matondang
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT. Tuhan Yang Maha Esa atas segala
limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman
bagi pembaca dalam Mata Kuliah Sosio – Antropologi Pendidikan.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................1
C. Tujuan...................................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................2
A. Sejarah Bahasa Indonesia.....................................................................................................2
B. Kedudukan Bahasa Indonesia...............................................................................................2
C. Fungsi Bahasa Indonesia......................................................................................................3
BAB III PENUTUP.........................................................................................................................6
A. Kesimpulan...........................................................................................................................6
B. Saran.....................................................................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................7
ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Modal Sosial sangatlah berguna terutapa di dunia endidikan pada saaat ini perannya yang
dilatarbelakangi kepercayaaan menjadi tonggak keberhasilan. Konsep tentang modal
budaya telah menerima perhatian luas di seluruh dunia, mulai dari teoritisi hingga para
peneliti. Konsep ini sebagian besar digunakan dalam hubungannya dengan sistem
pendidikan dan diskursus tertentu. Penggunaan konsep modal budaya Bourdieu dapat
diurai ke dalam beberapa kategori dasar. Pertama, adalah mereka yang mengekplorasi
teori ini sebagai alat eksplanasi kerangka kerja untuk penelitian. Kedua, adalah mereka
yang menggunakannya untuk membangun atau memperluas teori. Ketiga, adalah mereka
yang mencoba menyangkal temuan Bourdieu, dan mencari teori alternatif. Sebagian besar
peneliti menggunakan teori Bourdieu untuk mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan
pendidikan, dan sebagian kecil menerapkan teorinya dalam kasus-kasus ketimpangan
dalam masyarakat.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang itu Konsep dan Makna Modal Sosial ?
2. Apa saja Unsur Modal Sosial ?
3. Bagaimana Konsep Modal Budaya ?
4. Bagaimana Modal Sosial Dalam Pendidikan Karakter ?
5. Bagaimana Modal Sosial Dalam Perbaikan Mutu Sekolah ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Konsep dan Makna Modal Sosial
2. Untuk mengetahui Unsur Modal Sosial
3. Untuk mengetahui Konsep Modal Budaya
4. Untuk mengetahui Bagaimana Modal Sosial Dalam Pendidikan Karakter
5. Untuk mengetahui Bagaimana Modal Sosial Dalam Perbaikan Mutu Sekolah
1
BAB II PEMBAHASAN
2
harus memutuskan apakah ia akan menaruh kepercayaan atau tidak dan juga trustee
memiliki pilihan apakah akan menjaga kepercayaan atau akan mengkhianati kepercayaan
yang diberikan. Seorang pemberi kepercayaan (trustor) umumnya adalah agen rasional.
Biasanya ia akan memberikan kepercayaan kepada penerima kepercayaan (trustee) ketika
rasio peluang perolehan dengan peluang kekalahannya lebih besar daripada rasio jumlah
potensi kerugian dengan jumlah potensi keuntungan. Trustee yang menerima
kepercayaan akan mengubah relasi asimetris menjadi relasi simetris, ketika ia merasakan
ada keuntungan timbal balik yang diperoleh dan diharapkan dari si trustor. Ketika
penerima kepercayaan (trustee) melakukan tindakan yang jauh lebih menguntungkan dari
sekedar membalas kewajiban, maka penerima kepercayaan (trustee) telah menunaikan
kewajiban sekaligus menciptakan kewajiban bagi pemberi kepercayaan (trustor).
Kewajiban ini tercipta jika balasan kewajiban tersebut tidak hanya bernilai dan
menguntungkan si pemberi kepercayaan (trustor), tetapi juga menuntut pengorbanan dari
si penerima kepercayaan (trustee) melebihi nilai kebaikan awal yang diterimanya.
Kepercayaan memiliki tiga aras yaitu:
(a) pada aras individu, dimana kepercayaan merupakan bagian dari moralitas yang selalu
melekat pada karakter setiap individu. Kepercayaan pada aras ini terbentuk apabila
seorang dapat memenuhi harapa orang lain sesui janji (keeping promise) sesuai yang
telah disepakati
(b) kepercayaan pada atas kelompok atau lembaga, yang menjadi karakter moral
kelompok dan institusi. Kepercayaan pada aras ini termasuk kepercayaan pada regulasi
dan beragam bentuk institutional agreement yang digunakan dalam rangka menjaga
amanah di tingkat kelompok sosial secara efektif
(c) kepercayaan pada sistim yang abstrak seperti ideologi dan religi yang membantu
setiap individu dalam mengopreasionalisasikan kepercayan dalam hubungan
bermasyarakat.
B. Jaringan
Saputro mengatakan bahwa jaringan sosial merupakan sebuah hubungan sosial yang
terpola atau disebut juga sebagai pengorganisasian sosial. Jaringan sosial juga
3
menggambarkan hubungan antar perkumpulan orang yang saling terkait baik langsung
maupun tidak langsung. Calcoun menjelaskan bahwa jaringan sosial terbentuk tidak lepas
dari komunikasi yang dibangun dan terjalin antar individu. Komunikasi yang intensif ini
difokuskan pada pertukaran informasi dalam maksud untuk mencapai tujuan bersama,
kesepakatan bersama dan pengertian bersama.
C. Norma
Saputro menjelaskan bahwa norma merupakan elemen penting untuk menjaga agar
hubungan sosial (jejaring) dalam suatu sistim sosial (masyarakat) dapat terlaksana sesuai
dengan apa yang diharapkan. Gagasan tentang norma sosial sebagai salah satu komponen
dalam modal sosial di kemukakan oleh Homans dan Nee yang menyebutkan bahwa
norma sosial merupakan pertanda moral, khsususnya sebuah pertana dalam mendukung
keberadaan trust. Modal Sosial dibentuk dari norma-norma informal berupa aturan-aturan
yang sengaja dibuat untuk mendukung terjadinya kerjasama diantara dua atau lebih
individu.Norma yang membentuk modal sosial dapat bervariasi dari hubungan timbal
balik antara dua teman sampai pada hubungan kompleks dan kemudian terelaborasi
menjadi doktrin.Selain terbentuk oleh aturan-aturan tertulis, dalam sebuah interaksi
sosial, interaksi itu juga bisa bersandar pada norma-norma atau nilai-nilai yang mengakar
dalam kehidupan masyarakat, yang biasanya bentuknya lebih banyak tidak tertulis.Nilai-
nilai yang dimaksud misalnya adalah kejujuran, sikap menjaga komitmen, pemenuhan
kewajiban, dan ikatan timbal balik lainnya.
4
mendukung satu sama lain. Modal sosial tidak hanya didapati pada kelompok-kelompok
masyarakat yang sudah maju atau mapan.
C. Rasa percaya adalah suatu bentuk keinginan untuk mengambil resiko dalam
hubungan-hubungan sosial yang didasari perasaan yakin bahwa orang lain akan
melakukan sesuatu seperti yang diharapkan dan akan selalu bertindak dalam suatu pola
yang saling mendukung. Rasa percaya menjadi pilar kekuatan dalam modal sosial. Rasa
percaya dapat membuat orang bertindak sebagaimana yang diarahkan oleh orang lain
karena ia meyakini bahwa tindakan yang disarankan orang lain tersebut merupakan salah
satu bentuk pembuktian kepercayaan yang diberikan kepadanya.
D. Norma Sosial, Norma-norma sosial merupakan seperangkat aturan tertulis dan tidak
tertulis yang disepakati oleh anggota-anggota suatu komunitas untuk mengontrol tingkah
laku semua anggota dalam komunitas tersebut. Norma sosial berlaku kolektif.
E. Nilai, Nilai adalah suatu ide yang dianggap benar dan penting oleh anggota komunitas
dan diwariskan secara turun temurun”. Nilai-nilai tersebut antara lain mengenai etos
kerja (kerja keras), harmoni (keselarasan), kompetisi dan prestasi. Selain sebagai ide,
nilai-nilai juga menjadi motor penggerak bagi anggota-anggota komunitas.
5
bagaimana sekolah telah menyumbang kepada reproduksi kelas sosial. Ketidaksamaan
sosial telah dipindahkan dari satu generasi kepada generasi yang lain. Bourdieu
menggambarkan perkembangan dinamis struktur nilai dan cara berpikir yang membentuk
apa yang disebut dengan ‘habitus’, yang menjadi jembatan antara agensi subjektif dengan
objektif. Habitus adalah produk sejarah yang terbentuk sejak manusia lahir dan
berinteraksi dengan masyarakat dalam ruang dan waktu tertentu. Habitus merupakan
hasil pembelajaran lewat pengasuhan, aktivitas bermain, dan juga pendidikan masyarakat
dalam arti yang luas. pengetahuan seseorang memiliki kekuasaan konstitutif
(kemampuan menciptakan bentuk realitas dunia ‘real’. Habitus tidak pernah ‘tak
berubah’, baik melalui waktu untuk soerang individu, maupun dari satu generasi ke
generasi berikutnya. Bourdieu beragurmen bahwa habitus berubah-ubah pada tiap urutan
atau perulangan peristiwa ke suatu arah yang kompromi dengan kondisi-kondisi material.
Menurut Bourdieu, modal budaya dibagi menjadi tiga macam atau jenis, yaitu :
a. modal budaya yang embodied (modal budaya yang terinternalisasi)
c. objectified (modal yang diwujudkan dalam benda),
d. modal budaya yang institutionalized (modal budaya yang diintusionalisasi). Ada juga
yang mengatakan bahwa modal budaya bisa diklasifikasi ke dalam tiga bagian yaitu :
a. embodied dispositions atau warisan yang sudah menyatu
b. cultural good (benda-benda budaya)
c. education qualifications (kualifikasi pendidikan).
Modal budaya adalah berbentuk simbolik tidak seperti modal ekonomi yang berbentuk
material. Oleh itu ilmu pengetahuan adalah modal budaya. Modal budaya mempunyai
tiga sub-jenis yaitu “embodied”, “objectified” and “institutionalized” Modal budaya
“embodied” dibagikan kepada secara sadar diperolehi dan secara pasif diwarisi sifat- sifat
diri sendiri. Modal budaya tidak berpindah serta-merta seperti hadiah atau wasiat,
sebaliknya, ia diperolehi dari masa ke masa
Modal sosial diperlukan dalam proses pendidikan karakter karena interaksi sosial
membutuhkan energi sosial sehingga tujuan pendidikan karakter dapat berhasil optimal
dalam skala besar maupun kecil. Modal sosial yang dibutuhkan dalam pendidikan
6
karakter dengan mengembangkan unsur-unsur pokok dalam modal sosial haruslah
dipahami oleh seluruh warga masyarakat. Modal sosial bisa dilazimkan apabila dikaitkan
dengan upaya mengelola, meningkatkan dan mendayagunakan relasi-relasi sosial sebagai
sumber daya yang diinvestasikan untuk memperoleh keuntungan ekonomi atau manfaat
sosial. Maka premis dari modal sosial itu terletak pada hubungan sosial, sebab dengan
hubungan sosial dapat mendatangkan ah jaringan untuk meningkatkan kualitas sekolah.
7
pelanggaran. Membuat nilai dan norma unggulan yang dapat
dijadikan pembeda dengan sekolah lain adalah nilai dan norma itu
digunakan untuk membangun sumber daya peserta didik dalam
membentuk watak peserta didik.
3. Jaringan Sosial Jaringan sosial diperoleh dengan cara menjalin relasi-relasi sosial
dengan berbagai pihak yang berasal dari berbagai sumber daya
dalam meningkatkan hubungan sosial.
4 Kerja Sama Kerjasama merupakan relasi yang terjalin antara kepala sekolah
dengan guru, guru dengan guru, guru dengan peserta didik sekolah
dengan wali murid dan sekolah dengan masyarakat. Jadi sekolah
harus bisa terus berkembang dalam mengoptimalkan kerjasama
antar sesama.
5. Partisipasi Partisipasi adalah pelibatan warga sekolah baik kepala sekolah,
guru, karyawan, peserta didik, orang tua untuk membuat sebuah
keputusan penting dan menumbuhkan rasa memiliki sekolah. Dalam
partisipasi semua elemen sekolah harus mempertahankan dan
mengembangkan apa yang sudah dimiliki supaya satu dengan yang
lainnya tidak miskomunikasi.
8
Selain kurangnya profesionalitas guru, sarana prasarana yang kurang optimal juga
menjadi penyebab mutu pendidikan masih rendah. Dengan keterbatasan sarana dan
prasarana sekolah, sudah tentu mempengaruhi hasil belajar siswa. Dengan kata lain
proses pelaksanaan pendidikan di sekolah dan permasalahan pembelajaran bukan hanya
dihadapi oleh guru yang bersangkutan, tetapi didukung pula oleh keberadaan dan
kelengkapan sarana dan prasarana pendidikan
(Reika Megasari, 2014).
Banyaknya faktor permasalahan pendidikan yang kompleks maka hal ini tidak boleh
dibiarkan begitu saja. Jika kembali melihat pada problematika pendidikan, maka
dibutuhkan suatu penanganan yang tepat terkait untuk memperbaiki mutu pendidikan.
Salah satu cara yang dapat ditawarkan adalah melalui modal sosial. Modal sosial itu
berupa bekal kemampuan yang dimiliki suatu lembaga atau instansi dalam kaitanya
dengan hubungan sosial. Modal sosial sendiri didalamnya terdapat beberapa bentuk
modal antara lain kepercayaan, kerjasama, norma, jaringan, dan partisipasi. Modal sosial
inilah yang nantinya akan membantu dalam perbaikan mutu pendidikan. Jika ditelaah
lebih lanjut, nampaknya sekolah menjadi panggung utama dalam mengimplementasikan
mutu, maka dari itu dengan adanya peran modal sosial ini nantinya diharapkan dapat
membantu sekolah dalam memperbaiki mutu.
9
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Modal sosial adalah suatu serangkaian nilai atau norma-norma informal yang dimiliki
bersama diantara para anggota suatu kelompok masyarakat yang saling terkait, yang
didasarkan pada nilai kepercayaan, norma, dan jaringan sosial. Modal sosial merupakan
suatu kapabilitas yang muncul dari kepercayaan di dalam sebuah masyarakat secara
umum (Fukuyama, 2002). Menurut Putnam Modal Sosial memiliki unsur-unsur modal
sosial antara lain : Kepercayaan, jaringan, norma, dan nilai.Modal sosial diperlukan
dalam proses pendidikan karakter karena interaksi sosial membutuhkan energi sosial
sehingga tujuan pendidikan karakter dapat berhasil optimal dalam skala besar maupun
kecil. Modal sosial yang dibutuhkan dalam pendidikan karakter dengan mengembangkan
unsur-unsur pokok dalam modal sosial haruslah dipahami oleh seluruh warga masyarakat
.Sekolah menjadi panggung utama dalam mengimplementasikan mutu, maka dari itu
dengan adanya peran modal sosial ini nantinya diharapkan dapat membantu sekolah
dalam memperbaiki mutu.
B. Saran
Pada pembaca dimohonkan memberikan kritik dan saran yang membangun sehingga
kedepannya penulis dapat memperbaiki makalah ini.
10
DAFTAR PUSTAKA
S.W. Septiarti, M.SI, dkk. 2017. Sosiologi dan Antropologi Pendidikan. Yogyakarta : UNY Press
Fathy, Rusydan. 2019. Modal Sosial: Konsep, Inklusivitas dan Pemberdayaan Masyarakat.
Jurnal Pemikiran Sosiologi, 6 (1), 1-17.
Fathy, Rusydan. 2019. Modal Sosial: Konsep, Inklusivitas dan Pemberdayaan Masyarakat.
Jurnal Pemikiran Sosiologi. 6 (1) : 1-17.
Sepriarti, Farida Hanum, Sugeng Wahyu Wahyono, dkk. 2017. Sosiologi dan Antropologi
Pendidikan. Yogyakarta : UNY Press.
11