Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

MODAL SOSIAL BUDAYA DALAM PENDIDIKAN

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Antropologi Sosiologi
Pemdidikan
Dosen Pengampu: Ana Dwi Wahyuni, S.pd.I., M.pd.I

Disusun oleh:

May Hesti Nor Alfiani 21014478

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM YOGYAKARTA
2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah Ta’ala atas segala limpahan rahmat,
inayah, taufik dan hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan
makalah “MODAL SOSIAL BUDAYA DALAM PENDIDIKAN" ini tepat pada
waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Ibu Ana Dwi
Wahyuni S.pd.I., M.pd.I pada mata kuliah Antropologi Sosiologi Pendidikan. Selain
itu makalah ini juga bertujuan untuk menambambah wawasan tentang materi
pengembangan kurikulum, bagi para pembaca dan juga bagi penulis, serta menjadi
salah satu acuan belajar bagi para mahasiswa di perpustakaan.
Saya mengucapkan terimakasih kepada IbuA Dwi Wahyuni S.pd.I., M.pd.I
selaku dosen mata kuliah Antropologi Sosiologi Pendidikan yang telah memberikan
tugas ini, sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang
studi yang saya tekuni.
Saya juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari bahwa makalah yang saya tulis, masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, saya mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan makalah ini.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Playen, 27 Mei 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...............................................................................................i


KATA PENGANTAR .............................................................................................ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................2
C. Tujuan ............................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Modal Sosial................................................................................3
B. Unsur-Unsur Modal Sosial…………………...……………………………..4
C. Pengertian Modal Budaya .............................................................................7
D. Peran Modal Sosial Dan Budaya Dalam Pendidikan.....................................8

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan....................................................................................................12
B. Saran...............................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................13

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Konsep modal sosial merupakan unsur terpenting yang diharapkan mampu
membentuk untuk meningkatkan kualitas sekolah karena memuat, nilai-nilai,
norma-norma, kepercayaan, kerjasama, jringan sosial dan partisipasi. Dalam hal
ini, kualitas sekolah dipengaruhi oleh bagaimana sekolah dapat memanfaatkan
peran modal sosial budaya yang telah dimiliki oleh sekolah. Kunci keberhasilan
suatu negara ditentukan oleh sejauh mana masyarakat dengan sekolah
bekerjasama dalam meningkatkan kualitas sekolah. Orang berhubungan melalui
serangkain jaringan dan mereka cenderung memiliki kesamaan nilai dengan
anggota lain dalam jaringan tersebut. Jaringan tersebut akan menjadi sumber
daya, dan nantinya dapat dipandang sebagai modal. Selain dapat memberi
manfaat langsung, modal-modal ini seringkali bisa dimanfaatkan dalam latar
yang lain. Jadi semakin banyak jaringan yang kita bangun (mengenali satu sama
lain) maka semakin banyak kita memiliki kesamaan cara pandang dengan
mereka, sehingga semakin banyak modal sosial kita.
Dalam pendidikan sekolah modal sosial sangat dibutuhkan untuk membangun
jejaring antar sesama komunitas atau kelompok (sekolah lain).

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian modal sosial ?
2. Apa saja unsur-unsur modal sosial ?
3. Apa yang dimaksud dengan modal budaya ?
4. Bagaimana peran modal sosial dan budaya dalam pendidikan ?

C. Tujuan
1. Dapat mengetahui pengertian modal sosial
2. Dapat mengetahui unsur-unsur modal sosial
3. Dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan modal budaya
4. Dapat mengetahui bagaimana peran modal sosial budaya dalam pendidikan

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Modal Sosial


Modal sosial adalah sumber daya yang dimiliki oleh masyarakat dalam bentuk
norma-norma atau nilai-nilai yang memfasilitasi dan membangun kerja sama melalui
jaringan interaksi dan komunikasi yang harmonis dan kondusif. Modal sosial
memberi kekuatan atau daya dalam beberapa kondisi-kondisi sosial dalam
masyarakat.
Modal sosial timbul dari interaksi antara orang-orang dalam suatu komunitas.
Pengukuran modal sosial dapat dilihat dari interaksi baik indiviual maupun
institusional, seperti terciptanya atau terpeliharanya kepercayaan antar warga
masyarakat.
Berikut ini beberapa pengertian modal sosial dari beberapa sumber buku:
1. Menurut Coleman, modal sosial adalah kemampuan masyarakat untuk bekerja
sama, demi menjadi tujuan tujuan bersama, di dalam berbagai kelompok dan
organisasi.
2. Menurut Burt, modal sosial merupakan kemampuan masyarakat untuk berasosiasi
berhubungan antara satu dengan yang lain dan selanjutnya menjadi kekuatan penting
dalam ekonomi dan aspek eksistensi sosial lainnya.
3. Menurut Prusak L, modal sosial adalah hubungan yang terjadi dan diikat oleh suatu
kepercayaan (trust), saling pengertian (mutual understanding), dan nilai-nilai bersama
(shared value) yang mengikat anggota kelompok untuk membuat kemungkinan aksi
bersama secara efisien dan efektif.
4. Menurut Hasbullah, modal sosial adalah jumlah sumber-sumber daya, aktual atau
virtual (tersirat) yang berkembang pada seorang individu atau sekelompok individu
karena kemampuan untuk memiliki suatu jaringan yang dapat bertahan lama dalam
hubungan-hubungan yang lebih kurang telah diinstitusikan berdasarkan pengetahuan
dan pengenalan timbal balik.

B. Unsur dan Komponen Modal Sosial


Terdapat tiga unsur, komponen, sumber daya dan elemen penting dalam sebuah
modal sosial yaitu kepercayaan (trust), nilai dan norma (norms) dan jaringan
(networks). Penjelasan ketiga komponen modal sosial tersebut adalah sebagai berikut:

5
a. Kepercayaan (Trust)
Menurut Giddens, kepercayaan adalah keyakinan akan reliabilitas seseorang atau
sistem, terkait dengan berbagai hasil dan peristiwa, dimana keyakinan itu
mengekspresikan suatu iman (faith) terhadap integritas cinta kasih orang lain atau
ketepatan prinsip abstrak (pengetahuan teknis)
Sedangkan menurut Fukuyama, kepercayaan adalah harapan yang tumbuh di
dalam sebuah masyarakat yang ditunjukkan oleh adanya perilaku jujur, teratur, dan
kerja sama berdasarkan norma-norma yang dianut bersama.
Kepercayaan berfungsi untuk meminimalisasi bahaya yang berasal dari aktivitas
tertentu. Kepercayaan biasanya terikat bukan kepada risiko, namun kepada berbagai
kemungkinan. Kepercayaan memperbesar kemampuan manusia untuk bekerjasama
bukan didasarkan atas kalkulasi rasional kognitif, tetapi melalui pertimbangan dari
suatu ukuran penyangga antara keinginan yang sangat dibutuhkan dan harapan secara
parsial akan mengecewakan. Kerjasama tidak mungkin terjalin kalau tidak didasarkan
atas adanya saling percaya di antara sesama pihak yang terlibat dan kepercayaan dapat
meningkatkan toleransi terhadap ketidakpastian.
b. Nilai dan Norma (Norms)
Menurut Horton dan Hunt, nilai adalah gagasan tentang apakah pengalaman itu berarti
atau tidak. Nilai merupakan bagian penting dari kebudayaan, suatu tindakan dianggap
sah apabila harmonis dan selaras dengan nilai-nilai yang disepakati dan dijunjung
oleh masyarakat dimana tindakan tersebut dilakukan.
Nilai dan norma adalah hal dasar yang terdapat pada proses interaksi sosial. Nilai
dan norma mengacu pada bagaimana seharusnya individu bertindak dalam
masyarakat. Norma merupakan bagian dari modal sosial yang terbentuknya tidak
diciptakan oleh birokrat atau pemerintah. Norma terbentuk melalui tradisi, sejarah,
tokoh karismatik yang membangun sesuatu tata cara perilaku seseorang atau sesuatu
kelompok masyarakat, didalamnya kemudian akan timbul modal sosial secara spontan
dalam kerangka menentukan tata aturan yang dapat mengatur kepentingan pribadi dan
kepentingan kelompok.
Norma-norma dan nilai-nilai sosial, mencakup kepercayaan budaya yang luas
dan pengaruh kepercayaan yang dimaksud terhadap berfungsinya masyarakat secara
umum. Norma-norma dan nilai-nilai mendukung bentuk-bentuk modal sosial lainnya
sekaligus merepresentasi bentuk paling umum dan paling sulit dari modal sosial.
c. Jaringan Sosial (networks)

2
Jaringan adalah ikatan antar simpul (orang atau kelompok) yang dihubungkan
dengan media (hubungan sosial) yang diikat dengan kepercayaan. Kepercayaan itu
dipertahankan oleh norma yang mengikat kedua belah pihak. Jaringan adalah
hubungan antar individu yang memiliki makna subjektif yang berhubungan atau
dikaitkan sebagai sesuatu sebagai simpul dan ikatan.
Jaringan terbentuk karena berasal dari daerah yang sama, kesamaan kepercayaan
politik atau agama, hubungan genealogis, dan lain-lain. Pembentukan jaringan
masyarakat untuk mendapatkan modal sosial perlu diorganisasikan dalam suatu
institusi dengan perlakuan khusus.

C. Pengertian Modal Budaya


Dalam sosiologi, modal budaya terdiri dari aset sosial seseorang yang meliputi
pendidikan, kecerdasan, gaya bicara dan pakaian, yang mempromosikan mobilitas
sosial dalam stratifikasi masyarakat. Modal budaya berfungsi sebagai hubungan sosial
dalam praktik ekonomi (sistem pertukaran), yang terdiri dari semua material dan
barang simbolis, tanpa distingsi, apakah masyarakat menganggapnya langka dan
bernilai.
Sebagai hubungan sosial dalam suatu sistem pertukaran, modal budaya merupakan
akumulasi pengetahuan budaya yang memberikan status sosial dan kekuasaan.
Modal budaya terkandung terdiri dari pengetahuan yang diperoleh dengan sadar
dan secara pasif diwariskan, dengan cara sosialisasi lewat budaya dan tradisi. Berbeda
halnya dengan properti, modal budaya jenis ini tidak dapat ditransmisikan, tetapi
diperoleh dari waktu ke waktu, karena bergantung pada habitus (karakter dan cara
berpikir) seseorang, yang pada gilirannya, menjadi lebih mudah menerima pengaruh
budaya serupa. Modal budaya linguistik adalah salah satu contoh modal budaya
terkandung di mana penguasaan bahasa seseorang atas makna ketika berkomunikasi
dan gambaran diri yang diperoleh dari budaya nasional.
Objektifikasi modal budaya terdiri dari barang properti seseorang (misalnya sebuah
karya seni, instrumen ilmiah, dll.) yang dapat ditransmisikan sebagai keuntungan
ekonomi (jual-beli) yang secara simbolis menyampaikan kepemilikan modal budaya
tertentu, karena memiliki barang-barang tersebut. Namun, dalam kepemilikan sebuah
karya seni (objektifikasi modal budaya), seorang pengguna atau pemilik karya seni,
memahami makna dan landasan historis dari modal budaya sebelumnya dengan tepat.
Oleh sebab itu, modal budaya jenis ini tidak dapat ditransmisikan lewat jual-beli

2
karya seni, kecuali jika kebetulan sang penjual barang-barang tersebut menjelaskan
signifikansi karya seni tersebut kepada pembeli.
Modal budaya seseorang terkait dengan habitus (kecenderungan-kecenderungan
alamiah) dan ranah (posisi sosial) yang dimilikinya, yang dikonfigurasi sebagai
struktur hubungan sosial. Ranah adalah tempat atau posisi sosial yang didasari
konflik-konflik yang terjadi ketika kelompok-kelompok sosial berusaha membangun,
serta mendefinisikan apa yang menjadi 'modal budaya' baginya, dalam ruang sosial
terberi. Oleh karena itu, berdasarkan ranah sosial, suatu jenis modal budaya dapat
sekaligus menjadi sah atau tidak sah. Dengan cara itu, legitimasi (pengakuan sosial)
atas suatu jenis modal budaya dapat berubah-ubah dan diturunkan dari modal
simbolis.

D.Modal Sosial dan Modal Budaya dalam Pendidikan


Kaufman menyebutkan bahwa partner atau mitra pendidikan tidak hanya terdiri
atas guru dan siswa, namun juga para orang tua. Ki Hajar Dewantara menyatakan
bahwa pendidikan itu berlangsung di tiga lingkungan yaitu lingkungan keluarga,
sekolah, dan masyarakat. Hal ini berarti, pendidikan tidak akan berhasil jika ketiga
lingkungan pendidikan itu tidak saling bekerja sama secara harmonis. Hal tersebut
ditegaskan lagi oleh Umar Tirtarahardja & L. La Sulo, bahwa dalam sepanjang
hidupnya, manusia akan selalu memperoleh pengaruh dari tiga lingkungan
pendidikan, yaitu: keluarga, sekolah, dan masyarakat. Ketiga lingkungan pendidikan
tersebut dikenal dengan sebutan tripusat pendidikan. Pandangan tersebut ini selaras
dengan sistem pendidikan “Tripusat” yang diselenggarakan oleh Taman Siswa
sebagaimana dijelaskan dalam Peraturaan Dasar Perguruan Nasional Taman Siswa
(Putusan Kongres X tanggal 5 – 10 Desember 1966) Pasal 15, yang ditetapkan bahwa
untuk mencapai tujuan pendidikan, Taman Siswa melaksanakan kerja sama yang
harmonis antara ketiga pusat pendidikan, yaitu: lingkungan keluarga, perguruan, dan
masyarakat atau pemuda.
Hubungan Keluarga, Sekolah, dan Masyarakat sebagai Modal Sosial Hubungan
antara orang tua, sekolah, dan masyarakat dengan anak dalam aktivitas pendidikan
termasuk sebagai modal sosial. Penjelasan mengenai hubungan keluarga, sekolah, dan
masyarakat dalam pendidikan anak sebagai modal sosial mengacu pada teori modal
sosial yang dikemukakan oleh Coleman, Bourdieu, serta Putnam. Field menegaskan
bahwa teori modal sosial memiliki tesis sentral yang diringkas dalam dua kata yaitu:

2
“soal hubungan”. Maksudnya adalah bahwa dengan membangun hubungan dengan
sesama dan menjaganya agar terus berlangsung sepanjang waktu, orang mampu
bekerja bersama-sama untuk mencapai berbagai hal yang tidak dapat dilakukan
sendirian. Secara umum dapat dikatakan bahwa semakin mengenal orang lain dan
semakin banyak memiliki kesamaan cara pandang dengan mereka, maka semakin
kaya modal sosial. Berikut disajikan uraian pandangan dari tiga tokoh teori modal
sosial, yaitu James Coleman, Pierre Bourdieu, dan Robert Putnam.
Minat Coleman pada modal sosial lahir dari upaya menjelaskan hubungan antara
ketimpangan sosial dengan prestasi akademik di sekolah. Coleman menegaskan
bahwa asal-usul dari bentuk modal sosial yang paling efektif adalah hubungan yang
dibangun sejak lahir. Modal sosial, menurut Coleman, mempresentasikan sumber
daya karena hal ini melibatkan harapan akan resiprositas, dan melampaui individu
manapun sehingga melibatkan jaringan yang lebih luas yang hubungan-hubungannya
diatur oleh tingginya tingkat kepercayaan dan nilai-nilai bersama.

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Modal sosial bisa dikatakan sebagai sesuatu yang merujuk pada norma-norma
yang membentuk kualitas hubungan-hubungan yang tercipta, dan merujuk pada
norma-norma yang membentuk kualitas hubungan dalam masyarakat. Modal sosial
bisa dilazimkan apabila dikaitkan dengan upaya mengelola, meningkatkan dan
mendayagunakan relasi-relasi sosial sebagai sumber daya yang di investasikan untuk
memperoleh keuntungan ekonomi atau manfaat sosial. Maka premis dari modal sosial
itu terletak pada hubungan sosial, sebab dengan hubungan sosial dapat mendatangkan
keuntungan-keuntungan melalui dari proses interaksi sosial seperti adanya rasa saling
percaya, sama pandangan dan nilai-nilai yang dianut secara bersama akan membentuk
ikatan sosial yang kuat antar sesama, sehingga dalam pendidikan sekolah modal sosial
dapat dijadikan sebuah jaringan untuk meningkatkan kualitas sekolah.
Pengoptimalisasian modal sosial dalam sekolah sejatinya disetiap sekolah sudah
mempunyai modal sosial masing-masing, tinggal seberapa gereget pihak sekolah

2
untuk mengembangkan dan menguatkan semua modal sosial tersebut. Maka, dalam
mengoptimalisasikan modal sosial di sekolah diperlukannya penguatan semua unsur-
unsur dari modal sosial itu sendiri, yang dianggap sebagai energi sosial sebagai upaya
perbaikan kualitas sekolah.

DAFTAR PUSTAKA

Field, John. 2010. Modal Sosial. Bantul: Kreasi Wacana.


Hasbullah, J. 2006. Social Capital: Menuju Keunggulan Budaya Manusia Indonesia.
Jakarta: MR-United Press.
Partha D., Ismail S. 1999. Social Capital A Multifaceted Perspective. Washington DC:
The World Bank.
Damsar. 2009. Pengantar Sosiologi Ekonomi. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.
Fukuyama, Francis 1996. Trust: The Social Virtues and the Creation of Prosperity.
New York: Free Press Paperback.
Setiadi, Elly M dan Kolip, Usman. 2011. Pengantar Sosiologi. Jakatra: Kencana.
Mawardi, M.J. 2007. Peranan Social Capital Dalam Pemberdayaan Masyarakat.
Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam.
Agus Salim.(2008). Pengantar Sosiologi Mikro.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Agusyanto,R.(2010).Fenomena Dunia Mengecil: Rahasia Jaringan Sosial. Jakarta:
Institut Antropologi Indonesia.
Damsar.(2011). Pengantar Sosiologi Pendidikan. Jakarta:PranadaMedia.
Dwiningrum,S.I.,A.(2014). Modal Sosial Dalam Pengembangan Pendidikan
(Perspektif Teori dan Praktik). Yogyakarta: UNY Press.
Fathy, Rusydan.(2019). Modal Sosial: Konsep, inklusivitas dan Pemberdayaan
Masyarakat. Jurnal Pemikiran Sosiologi.
Haridison, Anyualatha.(2013). “Modal Sosial dalam Pembangunan”.JISPAR: Jurnal
Ilmu Politik, Sosial dan Pemerintahan, 2 (2), 31-40.
Hasbullah,J.(2006).Social Capital (Menuju Keunggulan Budaya Manusia
Indonesia).Jakarta:MR- United Press.

2
2

Anda mungkin juga menyukai