Anda di halaman 1dari 48

RENCANA ANGGARAN BIAYA PENDIDIKAN SEKOLAH

DI SMKN 2 KUPANG
diajukan sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas kelompok pada
mata kuliah Perancaan Pendidikan
Dosen Pengampu
Yanatan Foeh, M.Pd.

Disusun oleh :
Kelompok 4
1. Trodina nabuasa 1.03.2022.008
2. Yoris Taneo 1.03.2022.0106
3. Delila A.W. Selle 1.03.2022.0084
4. Oriance Missa 1.03.2022.0088
5. Yoksan H. Hanas 1.03.2022.0104

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN KRISTEN


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN KRISTEN
INSTITUT AGAMA KRISTEN NEGERI (IAKN) KUPANG

i
KATA PENGANTAR
Kami panjatkan puji syukur kehadirat Tuhan, yang telah melimpahkan rahmat-
Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Rencana Anggaran Biaya Pendidikan di SMKN 2 Kupang” ini tepat pada waktunya.
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Perencanaan Pendidikan, selain itu makalah ini dibuat untuk memperdalam
pemahaman tentang implementasi kepemimpinan yang ada di lingkungan pendidikan
dengan baik dan benar.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Yonatan Foeh, M.Pd, selaku
Dosen mata kuliah Perencanaan Pendidikan yang telah memberikan bimbingan dan
dorongan sehingga kami dapat menambah pengetahuan dan wawasan.
Demikian makalah ini kami buat, kami berharap semoga makalah ini dapat
menambah pengetahuan bagi para pembaca. Kami menyadari bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu,
kami menerima segala bentuk kritik dan saran dari pembaca agar kedepannya kami
dapat memperbaiki isi atau bentuk makalah menjadi lebih baik lagi.

Kupang, 30 Oktober 2022

Tim Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan.....................................................................................................2
D. Manfaat Penulisan..................................................................................................3
1.Manfaat Teoritis...................................................................................................3
2.Manfaat Praktis....................................................................................................3
BAB II LANDASAN TEORI.......................................................................................4
A. Biaya Pendidikan Sekolah.....................................................................................4
1.Pengertian Biaya Pendidikan Sekolah...............................................................4
2.Jenis – Jenis Biaya Pendidikan Sekolah............................................................4
3.Konsep Biaya Pendidikan Sekolah....................................................................8
4.Fungsi Biaya Pendidikan Sekolah...................................................................10
5.Faktor yang Mempengaruhi Biaya Pendidikan Sekolah...............................10
B. Sumber Anggaran Pendidikan Sekolah..............................................................11
C. Konsep Peanggaran..............................................................................................12
1.Anggaran (Budgeting).......................................................................................12
2.Akuntansi (Accounting)....................................................................................18
3.Pengawasan (Auditing).....................................................................................19
D. Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah (RAPBS).....................21
1.Pengertian...........................................................................................................21
2.Fungsi..................................................................................................................22
3.Bentuk.................................................................................................................22
4.Prinsip.................................................................................................................25

1
5.Langkah..............................................................................................................25
E. Bantuan Operasional Sekolah (BOS).................................................................28
1.Pengertian...........................................................................................................28
2.Tujuan.................................................................................................................28
3.Prosedur..............................................................................................................29
4.Permasalahan yang Biasa Terjadi....................................................................34
BAB III PEMBAHASAN..........................................................................................45
A. Pengelolaan Keuangan Sekolah..........................................................................45
B. Sumber Keuangan Sekolah..................................................................................46
C. Implementasi Perencanaan dan Pengelolaan Keuangan Sekolah....................46
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN....................................................................48
A. Kesimpulan............................................................................................................48
B. Saran.......................................................................................................................48
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................49

2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Biaya pendidikan merupakan salah satu komponen penting dalam
melaksanakan aktivitas yang ada disekolah,karena biaya pendidikan merupakan
instrumental input. Dalam setiap upaya pencapaian tujuan pendidikan baik tujuan
yang berifat khusus maupun umum,dan kuantitatif maupun kualitatif, biaya
pendidikan memiliki peranan yang sangat penting. Hampir tidak ada upaya
pendidikan yang dihasilkan tanpa biaya pendidikan.
Sekolah sebagai insitusi (lembaga) pendidikan, merupakan wadah tempat
proses pendidikan dilakukan, memiliki system yang kompleks dan dinamis.
Dalam kegiatannya, sekolah adalah tempat yang bukan hanya sekedar tempat
berkumpul guru dan murid, melainkan berada dalam satu tatanan system yang
rumit dan saling berkaitan, oleh karena itu sekolah dipandang sebagai suatu
organisasi yang membutuhkan pengelolaan.
Sekolah merupakan lingkungan yang sangat kompleks. Pertama, karena
konsep sekolah itu sendiri sukar untuk dipahami jika menggunakan perspektif
tunggal.  Kedua,karena terdapat beberapa perbedaan acuan yang dapat
mengakibatkan kesulitan dalam mendefinisikan sekolah. Ketiga,karena sekolah
selalu berkaitan dengan unsur manusia, yaitu guru dan siswa. Karena faktor
manusia itulah maka sekolah sukar untuk dikelola secara efektif dan efisien.
Hal yang paling penting dalam implementasi manajemen adalah manajemen
terhadap komponen-komponen sekolah itu sendiri. Sedikitnya ada tujuh
komponen sekolah yang harus dikelola dengan baik dalam rangka manajemen
berbasis sekolah, yaitu Manajemen Kurikulum dan program Pengajaran,
Manajemen Tenaga Kependidikan, Manajemen Kesiswaan, Manajemen
Keuangan, Manajemen Sarana Prasarana pendidikan, Manajemen Pengelolaan
Hubungan

3
Sekolah dan Masyarakat (Humas), Manajemen Pelayanan Khusus Lembaga
Pendidikan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan biaya pendidikan sekolah?
2. Apa saja jenis-jenis biaya pendidikan sekolah?
3. Apa saja konsep biaya pendidikan sekolah?
4. Apa saja fungsi biaya pendidikan sekolah?
5. Faktor apa saja yang mempengaruhi biaya pendidikan sekolah?
6. Bagaimana konsep penganggaran dalam biaya pendidikan sekolah?
7. Apa yang dimaksud dengan rancangan anggaran pendapatan dan belanja
sekolah?
8. Apa saja fungsi,prinsip,bentuk serta langkah dalam pembuatan rancangan
anggaran pendapatan dan belanja sekolah?
9. Apa yang dimaksud dengan bantuan operasional sekolah?
10. Bagaimana prosedur dalam bantuan operasional sekolah?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian biaya pendidikan sekolah.
2. Untuk mengetahui jenis-jenis biaya pendidikan sekolah.
3. Untuk mengetahui konsep biaya pendidikan sekolah.
4. Untuk mengetahui fungsi biaya pendidikan sekolah.
5. Untuk mengetahui faktor dalam biaya pendidikan sekolah.
6. Untuk mengetahui konsep penganggaran dalam biaya pendidikan sekolah.
7. Untuk mengetahui pengertian rancangan anggaran pendapatan dan belanja
sekolah.
8. Untuk mengtahui fungsi,prinsip,bentuk dan langkah dalam pembuatan
RAPBS.
9. Untuk mengetahui pengertian bantuan operasional sekolah.

4
10. Untuk mengetahui prosedur dalam pelaksanaan bantuan operasional sekolah.
D. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Teoritis
a. Dapat memahami definisi biaya pendidikan sekolah
b. Dapat memahami konsep penganggaran
c. Dapat memahami alur RAPBS
d. Dapat memahami Prosedur dalam pengeluaran dana BOS
2. Manfaat Praktis
a. Manfaat bagi penulis
Dapat menambah wawasan tentang biaya pendidikan sekolah serta sumber
dana yang diperoleh oleh sekolah
b. Manfaat bagi mahasiswa
Selain dapat memberikan informasi dan pengetahuan penyusunan makalah
ini bermanfaat bagi mahasiswa khususnya dijadikan referensi mahasiswa
lain untuk membuat makalah
c. Manfaat bagi dosen atau pengajar
Penyusunan makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan ajar dosen atau
pengajar untuk menunjang kegiatan pembelajaran.
d. Manfaat bagi sekolah
Sebagai masukan bagi sekolah khususnya kepala sekolah dan sebagai
upaya peningkatan kualitas pendidikan di sekolah

5
BABII
LANDASAN TEORI
A. Biaya Pendidikan Sekolah
1. Pengertian Biaya Pendidikan Sekolah
Dalam melaksanakan kegiatan sekolah,pastinya sekolah
membutuhkan sebuah biaya,Biaya pendidikan adalah seluruh pengeluaran
baik yang berupa uang meupun bukan uang sebagai ungkapan rasa
tanggung jawab semua pihak (masyarakat, orang tua, dan pemerintah)
terhadap pembangunan pendidikan agar tujuan pendidikan yang dicita-
citakan tercapai secara efektif dan efisien, yang harus terus digali dari
berbagai sumber, dipelihara, dikonsolidasikan, dan ditata secara
administratif sehingga dapat digunakan secara efektif dan efisien
(Diding,N.,2019;202-203)
Pembiayaan sekolah adalah proses dimana pendapatan dan
sumberdaya tersedia digunakan untuk memformulasikan dan
mengoperasionalkan sekolah di berbagai wilayah geografis dan tingkat
pendidikan yang berbeda-beda. Pembiayaan sekolah ini bekaitan dengan
bidang politik pendidikan dan program pembiayaan pemerintah serta
administrasi sekolah. Beberapa istilah yang sering digunakan dalam
pembiayaan sekolah, yakni school revenues, school expenditures, capital
dan current cost. Dalam pembiayaan sekolah tidak ada pendekatan tunggal
dan yang paling baik untuk pembiayaan semua sekolah karena kondisi tiap
sekolah berbeda. (Menurut Levin,1987,hlm.2)
2. Jenis – Jenis Biaya Pendidikan Sekolah
Ada beberapa jenis dan golongan biaya pendidikan, yaitu:
a. Biaya langsung (direct cost)

6
Biaya langsung yaitu pengeluaran uang yang secara langsung
membiayai penyelenggaraan pendidikan, pengajaran, penelitian dan
pengabdian kepada masyarakat.Berikut ini salah satu contoh
biayayang merupakan bagian dari biaya langsung (direct
cost)yaitu,Biaya rutin (recurrent cost), merupakan biaya yang
digunakan untuk mem- biayai kegiatan operasional pendidikan selama
satu tahun anggaran. Biaya ini digunakan untuk menunjang
pelaksanan program pengajaran, pembayaran gaji guru, dan personil
sekolah, administrasi kantor, pemeliharaan dan perawatan sarana dan
prasarana.(Ferdi, 2013)
b. Biaya tidak langsung (indirect cost)
Biaya yang meliputi hilangnya pendapatan peserta didik karena
sedang mengikuti pendidikan (earning foregone by students),
bebasnya sewa perangkat sekolah yang tidak dipakai secara langsung
dalam proses pendidikan serta penyusutan sebagai cermin pemakaian
perangkat sekolah yang sudah lama tidak digunakan. Adapun jenis
yang termasuk dalam biaya tidak langsung, yaitu:
1) Biaya pribadi; biaya yang dikeluarkan keluarga untuk membiayai
sekolah anaknya .
2) Biaya masyarakat; biaya sekolah yang dibayar oleh masyarakat.
3) Monetary cost, monetary cost adalah semua bentuk pengeluaran
dalam bentuk uang, baik langsung maupun tidak langsung yang
dikeluarkan untuk kegiatan pendidikan.
(Ferdi, 2013)
Adapun menurut Nanang Fatah dalam bukunya Standar Pembiayaan
Pendidikan, terdapat jenis-jenis biaya pendidikan yang dibagi menjadi:
a. Biaya Uang vs Biaya Oportunitas

7
Input dari pendidikan dapat diukur dalam bentuk uang, dapat juga
diukur dari seluruh sumber daya riil yang digunakan dalam proses
pendidikan (waktu guru/dosen, waktu murid, waktu staf, buku,
material, peralatan, gedung). Meskipun tidak dapat diukur secara
langsung dengan uang, tetapi sumber daya ini memiliki nilai karena
dapat digunakan di bidang lainnya, sehingga dinamakan opportunity
costs.
Konsep opportunity costs lebih luas daripada konsep money
cost/ expenditure karena tidak hanya mencakup uang saja, tetapi pada
sumber daya riil yang direpresentasikan dengan pengeluaran uang
walaupun tidak dibeli/dijual.
Opportunity costs dari pendidikan dapat diukur sebagai biaya
kepada individu (private cost), seperti biaya pendidikan, buku, dan
peralatan dan biaya kepada masyarakat (social cost) seperti biaya gaji
guru dan staf, buku, peralatan, bahan mentah, dan gedung.Kebanyakan
analisa biaya pendidikan dikosentrasikan pada pengeluaran uang
daripada opportunity cost, padahal keduanya sama pentingnya.
b. Biaya Modal vs Biaya Operasional/Rutin
Biaya operasional meliputi semua pengeluaran pada barang-
barang konsumtif seperti buku, stationary, bahan bakar, dan jasa
lainnya yang dapat membawa keuntungan dalam jangka menengah
atau pendek.Capital costs atau expenditure meliputi
pembelian durable assets seperti gedung atau perlengkapan yang
diharapkan memberikan keuntungan untuk jangka panjang. Pembelian
barang-barang capital/ modal ini dapat dikatakan sebagai suatu
investasi.Baik current maupun capital expenditure dapat diukur secara
actual atau current price atau dalam tingkat harga yang
konstan/ constant purchasing power.

8
c. Biaya Rata-Rata dan Biaya Marginal
Analisis biaya ini merupakan analisis biaya yang berkaitan
dengan total biaya pendidikan atau dengan unit cost (biaya per murid).
Untuk menunjukkan hubungan antara biaya-biaya dengan output atau
skala operasional suatu usaha dan melihat keterkaitannya dengan biaya
total, biaya rata-rata dan biaya marginal adalah dengan
memperhatikan fungsi biaya.
Perhitungan tiap-tiap fungsi biaya dilakukan sebagai berikut:
Biaya total per tahun adalah biaya tetap ditambah biaya
variabel, dan (biaya variabel ini tergantung dengan jumlah murid),
sedangkan biaya rata-rata adalah biaya total dibagi dengan
jumlah output. Maka, biaya rata-rata akan rendah bila jumlah siswa
tinggi. Biaya marginal adalah tambahan biaya yang terjadi karena ada
penambahan biaya per murid yang mendaftar.
Ada tiga macam bentuk biaya rata-rata dan biaya Marginal, yaitu:
a. Constant return to scale (AC=MC, dimana AC sama, tidak tergantung
jumlah unit).
b. Economies of scale (average cost menurun akibat jumlah unit
bertambah, sehingga MC<AC)
c. Diseconomies of scale/decreasing returns to scale (MC>AC, sehingga
AC meningkat bila jumlah unit bertambah.
Walaupun penghitungan MC di sektor pendidikan sulit diukur secara
tepat, juga kompleksitas kaitan antara ukuran dan biaya, konsep-
konsep AC dan MC serta FC dan VC sangat penting dalam
menganalisis biaya.
d. Biaya Privat vs Biaya Sosial Pendidikan
Perbedaan antara biaya privat dan biaya sosial ditentukan oleh
besarnya subsisdi pemerintah terhadap pendidikan, seperti di beberapa

9
negara di mana pendidikan dasar dan menengah diberikan secara
gratis, sehingga direct private cost atau yang juga disebut biaya
personal hanya terbatas untuk membeli buku, seragam, dan
transportasi. Jika jenis pendidikan tersebut bersifat wajib, tidak
ada private opportunity cost dalam bentuk pendapatan yang hilang
karena melanjutkan pendidikan, paling hanya dari biaya pajak yang
dikenakan pemerintah secara implisit. Hal ini umumnya tidak berlaku
untuk post compulsory education dimana earnings dan output
forgone menjadi faktor penting yang dipertimbangkan pemerintah bila
akan mengubah kebijakan minimum school-leaving age.
e. Biaya Privat vs Biaya Sosial Pendidikan
Perbedaan antara biaya privat dan biaya sosial ditentukan oleh
besarnya subsisdi pemerintah terhadap pendidikan, seperti di beberapa
negara di mana pendidikan dasar dan menengah diberikan secara
gratis, sehingga direct private cost atau yang juga disebut biaya
personal hanya terbatas untuk membeli buku, seragam, dan
transportasi. Jika jenis pendidikan tersebut bersifat wajib, tidak
ada private opportunity cost dalam bentuk pendapatan yang hilang
karena melanjutkan pendidikan, paling hanya dari biaya pajak yang
dikenakan pemerintah secara implisit. Hal ini umumnya tidak berlaku
untuk post compulsory education dimana earnings dan output
forgone menjadi faktor penting yang dipertimbangkan pemerintah bila
akan mengubah kebijakan minimum school-leaving age.
3. Konsep Biaya Pendidikan Sekolah
a. Joint Cost Pendidikan
Konsep ini muncul untuk menilai implikasi dari berbagai
produk yang dihasilkan oleh pendidikan
(seperti cognitive dan noncognitive outputs) atau oleh pendidikan

10
tinggi (teaching dan research) karena sulit
diukur singlecost untuk single output/product. Contoh:
beberapa input menghasilkan dua atau lebih output, seperti misalnya
bangunan-bangunan sekolah, administrasi pusat, perpustakaan-
perpustakaan, dan lain-lain.
b. Pendekatan Kecukupan (Adequacy Approach)
Pengukuran biaya pendidikan seringkali menitikberatkan
kepada ketersediaan dana yang ada, tetapi secara bersamaan seringkali
mengabaikan adanya standar minimal untuk melakukan pelayanan
pendidikan. Konsep pendekatan kecukupan menjadi penting karena
memasukkan berbagai standar kualitas dalam perhitungan pembiayaan
pendidikan, sehingga berdasarkan berbagai tingkat kualitas pelayanan
pendidikan tersebut dapat ditunjukkan adanya variasi biaya pendidikan
yang cukup ideal untuk mencapai standar kualitas tersebut.
Perhitungan biaya pendidikan berdasarkan pendekatan
kecukupan ditentukan oleh beberapa faktor, di antaranya:
1) Besar kecilnya sebuah institusi pendidikan;
2) Jumlah siswa
3) Tingkat gaji guru
4) Rasio siswa dibandingkan jumlah guru
5) Kualifikasi guru
6) Tingkat pertumbuhan populasi penduduk;
7) Perubahan dari pendapatan (revenue theory of cost).
c. Konsep Produksi: Kaitan antara input dan output dalam pendidikan.
Konsep produksi di bidang pendidikan sebenarnya tidak
berbeda dengan konsep produksi di perusahaan manufaktur. Hanya
perbedaan dari  a set of inputs (seperti waktu siswa dan guru, buku,
jasa dari capital asset seperti bangunan sekolah) dan  a set of

11
outputs (seperti kemampuan kognitif, sosialisasi, ilmu baru).
Transformasi input menjadi output ini jelas bukan tanpa biaya, baik
dari sisi pengeluaran dalam bentuk uang (monetary expenditures)
maupun kesempatan yang dikorbankan agar transformasi ini terjadi
padahal dapat dipakai untuk alternatif penggunaan yang lain
(opportunity cost: seperti pendapatan yang seharusnya diperoleh bila
siswa tidak melanjutkan pendidikan tinggi dan biaya modal
dari durable assets
4. Fungsi Biaya Pendidikan Sekolah
Pendidikan merupakan salah satu faktor penting untuk meningkatkan
sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Fungsi biaya merupakan
alat bantu dalam mengarahkan suatu lembaga menempatkan organisasi
dalam posisi yang kuat atau lemah. Biaya juga berfungsi sebagai tolak
ukur keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai sasaran yang telah
ditetapkan,disamping itu dapat juga dijadikan alat mempengaruhi atau
memotivasi pimpinan dan karyawan untuk bertindak efisien dalam
mencapai sasaran lembaga. Apabila dilihat dari perkembangannya biaya
memiliki fungsi sebagai alat penaksir,alat otorisasi pengeluaran dana dan
sebagai alat efisiensi.(Pendidikan, 2009).
5. Faktor yang Mempengaruhi Biaya Pendidikan Sekolah
Faktor-faktor yang mempengaruhi biaya dan pembiayaan pendidikan
sekolah hal ini dipengaruhi oleh:
a. Kenaikan harga (rising prices)
b. Perubahan relatif dalam gaji guru (teacher’s sallaries)
c. Perubahann dalam populasi dan kenaikannya prosentasi anak
disekolah negeri
d. Meningkatnya standard pendidikan (educational standards)

12
e. Meningkatnya tuntutan terhadap pendidikan lebih tinggi (higher
education)
(Simkins, 2013,hlm. 1).
A. Sumber Anggaran Pendidikan Sekolah
Sumber dana pendidikan adalah semua pihak-pihak yang memberikan
bantuan subsidi dan sumbangan yang diterima oleh lembaga pendidikan, baik
dari lembaga sumber resmi pemerintah (pusat dan daerah) ataupun dari
masyarakat sendiri secara teratur,berikut penjelasannya :
1. Sumber Biaya Dari Pemerintah
Pendanaan dari pemerintah pusat bersumber dari Aggaran Pendapatan
Belanja Negara (APBN) baik untuk membiayai kegiatan rutin yang
tercantum dalam Daftar Isian Kegiatan (DIK) maupun untuk membiayai
kegiatan pembangunan yang tercantum dalam Daftar Isian Proyek (DIP).
Selain itu juga terdapat bantuan dana dari pemerintah pusat berupa Bantuan
Operasional Sekolah (BOS) yang sudah ditentukan jumlahnya berdasarkan
pada jumlah siswa dan jenjang pendidikannya. BOS adalah program
pemerintah untuk penyediaan pendanaan biaya nonpersonalia bagi satuan
pendidkan dasar dan menengah sebagai pelaksana program wajib belajar
dari 9 tahun sekarang sudah berada pada angka 12 Tahun.
Di samping itu dana dari pemerintah daerah berasal dari APBD tingkat
Provinsi, kabupaten/kota. Dana dari APBD digunakan untuk mendukung
kegiatan- kegiatan bidang pendidikan yang ada di daerah yang bersangkutan
baik untuk kegiatan rutin maupun untuk kegiatan pembangunan.
Pendanaan yang disediakan oleh pemerintah, baik pusat maupun daerah
merupakan amanat dari dalam Undang Dasar 1945 pasal 31 Tiap-tiap warga
Negara berhak mendapat pengajaran. Dana pendidikan dialokasikan minimal
20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) pada sektor
pendidikan juga mewajibkan pemerintah daerah Provinsi, Kabupaten dan

13
Kota juga menganggarkan dana pendidikan minimal 20% dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). (Toyamah & Usman, 2004)
2. Sumber Biaya Dari Masyarakat
Sumber dana dari masyarakat dalam berbagai bentuk sumbangan
seperti Corporate Social Responsibility (CSR), Hibah, Wakaf adalah bentuk
pertanggungjawaban dan kepedulian dunia usaha dan dunia kerja terhadap
lingkungan sekitar dengan membantu sektor pendidikan. Sederhananya bahwa
setiap bentuk kepedulian dunia kerja dan lembaga lainnya tentu bagian dari
tanggung jawab korporasi untuk mengembangkan lingkungan sekitarnya
melalui program-program sosial, yang ditekankan adalah program pendidikan
dan lingkungan (Toyamah & Usman, 2004)
Adapun sumber dana dari orang tua siswa berasal dari SPP
(Sumbangan Pembinaan Pendidikan) atau menggunakan istilah lainnya yang
selanjutnya menjadi dana pembinaan pendidikan (DPP). Termasuk
sumbangan dari organisasi persatuan orang tua murid dan guru (POMG) atau
dana komite sekolah, alumni yang sudah sukses dan pihak-pihak lainnya
(Mustaqim, M., 2016).
B. Konsep Peanggaran
1. Anggaran (Budgeting)
a) Pengertian
Istilah Penganggaran (Budgeting), menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) adalah:
1) Proses mengikhtisarkan rancangan pengeluaran dan penerimaan
keuangan selama jangka (waktu) tertentu
2) Kegiatan mengalokasi sumber daya untuk mencapai sasaran usaha
dalam jangka (waktu) tertentu. Penyusunan anggaran pendidikan
itu dikenal dengan istilah penganggaran pendidikan.

14
Menurut (Fatah, 1999) penyusunan anggaran (budget) merupakan
rencana operasional yang dinyatakan secara kuantitatif dalam bentuk
satuan uang yang digunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan
kegiatan-kegiatan lembaga dalam kurun waktu tertentu. Oleh karena
itu dalam anggaran tergambar kegiatan yang akan dilaksanakan suatu
institusi atau lembaga.
Pemerintah pusat memiliki anggaran yang diatur dalam Undang-undang Nomor 8
Tahun 2016 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Pasal 1 ayat (39)
mendefinisikan Anggaran
Pendidikan adalah alokasi anggaran pada fungsi pendidikan
yang dianggarkan melalui kementerian negara/lembaga, alokasi
anggaran pendidikan melalui transfer ke daerah dan dana desa, dan
alokasi anggaran pendidikan melalui pengeluaran pembiayaan,
termasuk gaji pendidik, tetapi tidak termasuk anggaran pendidikan
kedinasan, untuk membiayai penyelenggaraan pendidikan yang
menjadi tanggung jawab Pemerintah.
Sedangkan di tingkat Provinsi, kabupaten dan kota masing-
masing juga memiliki sumber anggaran, yang dikenal dengan
anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD). Dalam APBN dan
APBD dialokasikan anggaran untuk sektor pendidikan, yang dikenal
dengan anggaran pendidikan dan turunannya Dari berbagai uraian di
atas kita bisa memahami bahwa anggaran pendidikan merupakan
sejumlah uang yang dialokasikan untuk menyelenggarakan layanan
pendidikan. Baik bagi sekolah-sekolah negeri, pemerintah (pusat dan
daerah) adalah pihak yang berwenang atas penggunaan anggaran
sebagaimana ditetapkan oleh undang-undang. Pada tingkat nasional,
Kemendikbud dan Kemenristek Dikti adalah pihak yang berwenang
menetapkan anggaran pendidikan, sumber dan tujuan penggunaannya.

15
Pada tingkat daerah, masing-masing pemerintah daerah
Provinsi, Kabupaten dan Kota melalui satuan kerja (Satker) Dinas
Pendidikan akan merencanakan dan memantau penggunaan anggaran
pendidikan dalam yurisdiksi dan diskresi masing-masing. Sedangkan
di tingkat sekolah anggarannya direncanakan dan dilaksanakan oleh
kepala sekolah beserta warga sekolah mulai dari perencanaan dan
implementasi program sekolah yang sudah disepakti untuk dibiayai
(Nur Jannah, 2016).
b) Fungsi Anggaran
Anggaran pendidikan memiliki banyak fungsi, antara lain sebagai alat
untuk perencanaan, pengendalian dan juga alat bantu bagi manajemen
dalam mengarahkan suatu lembaga pendidikan dalam posisi yang kuat
atau lemah (Nanang Fattah, 2002;49). Di samping anggaran
pendidikan berfungsi sebagai:
1) Perencanaan, fungsi ini bisa membantu unit kerja mengetahui arah
kebijakan yang akan dilaksanakan ke depannya sesuai dengan
ketersediaan anggaran
2) Pengendalian, fungsi dapat menghindari pengeluaran yang
berlebihan (pemborosan) serta dapat menghindari penggunaan
anggaran yang tidak proporsional, yakni tidak tepat guna, tidak
efisien dan tidak efektif sebagaimana mestinya dapat merugikan
proses layanan pendidikan
3) Alat koordinasi dan komunikasi, dokumen anggaran yang
komprehensif bisa mendeteksi dan mengkoordinir tugas apa saja
yang harus dijalankan oleh unit-unit kerja atau bagian-bagian
lainnya. Sehingga tidak ada tupoksi yang ganda atau tidak ada
urusan yang tidak terdistribusi dengan baik ke semua lini dalam
organisasi

16
4) Alat penilaian kinerja, bisa dijadikan barometer setiap unit apakah
sudah bekerja sesuai target dan sasaran kerja atau tidak. Hal ini
disebabkan dalam penyusunan rencana kerja telah disesuaikan
dengan anggaran yang dibutuhkan, sehingga efektif atau tidaknya
pelaksanaan program terlihat dari penyerapan atau belanja
anggaran atau pemanfaatan anggaran dalam menuntaskan
kegiatan/program.
5) Alat efisien atau motivasi, anggaran pendidikan dapat menantang
hal- hal yang realistis (masuk akal) untuk dikerjakan secara efisien.
Suatu anggaran hendaknya tidak terlalu tinggi sehingga sulit untuk
dibiayai atau dibelanjakan, akan tetapi juga jangan terlalu rendah
sehingga sulit dilaksanakan. Dengan demikian ketepatan anggaran
bisa menjadi motivasi bagi pegawai untuk bekerja karena
didukung dengan anggaran yang memadai (proporsional).
6) Alat otorisasi Dengan berbagai fungsi anggaran pendidikan yang
disebutkan di atas, maka pengelola pendidikan bisa mengestimasi
anggaran yang dibutuhkan secara ideal, sehingga mudah untuk
membelanjakan dan mempertanggungjawabkan. Nanti di
kemudian hari tentu tidak aka nada aspek hukum yang menantinya.
Karena ketidakjelian pengelola dalam menyusun anggaran
pendidikan bisa menjadi pintu masuk pihak berwajib memberikan
label ada unsur kesengajaan atau terencana untuk melakukan
tindakan koruptif yang dapat mengantarkan pengelola anggaran
pendidikan ke ―hotel prodea‖ (penjara). Untuk itu dihindari
dengan kehati-hatian dalam menyusun anggaran pendidikan yang
akan dilaksanakan (Tim Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan,
2010; 250-251).

17
c) Prinsip Anggaran
Prinsip-prinsip anggaran di lembaga pendidikan memiliki
fungsi sebagai alat dalam perencanaan maupun pengendalian, maka
anggaran pendidikan harus disusun berdasarkan prinsip- prinsip
sebagai berikut:
1) Adanya pembagian wewenang dan tanggung jawab yang jelas
dalam sistem manajemen dan organisasi lembaga pendidikan.
2) Adanya sistem akuntansi yang memadai dalam melaksanakan
anggaran pendidikan
3) Adanya penelitian dan analisis untuk menilai kinerja organisasi
pendidikan.
4) Adanya dukungan dari pelaksana mulai dari tingkat atas sampai
yang paling bawah. (Nanang Fattah, 2006, hlm. 50).
Keempat butir di atas dapat tercipta jika organisasi dan manajemennya
berbentuk kategori yang sehat. Persoalan penting dalam menyusun
anggaran adalah bagaimana memanfaatkan dana secara efisien,
mengalokasikan secara tepat, sesuai dengan skala prioritas. Itulah
sebabnya dalam prosedur penyusunan anggaran memerlukan tahapan-
tahapan yang sistematik.
d) Prosedur
Prosedur dalam penyusunan anggaran,yaitu :
1) Mengidentifikasi kegiatan – kegiatan yang dilakukan selama
periode anggaran tersebut
2) Mengidentifikasi sumber – sumber yang dinyatakan dalam
uang,jasa dan barang
3) Semua sumber dinyatakan dalam bentuk uang,sebab anggaran
pada dasarnya merupakan pernyataan finansial

18
4) Memformulasikan anggaran dalam bentuk format yang telah
disetujui dan dipergunakan oleh instansi tertentu
5) Menyusun usulan anggaran untuk memperoleh persetujuan dari
pihak yang berwenang
6) Melakukan revisi usulan anggaran
7) Persetujuan revisi usulan angaran
8) Pengesahan anggaran
(Haryati, 2012)
e) Bentuk Anggaran
Anggaran pendidikan terdiri dari berbagai bentuk seperti di jelaskan
Imron, M.J. (2016) antara lain:
1) Anggaran butir per-butir, merupakan bentuk anggaran pendidikan
yang paling simpel dan banyak digunakan para perencana
anggaran pendidikan. Dalam bentuk ini, setiap pengeluaran
dikelompokkan berdasarkan kategori- kategori, misalnya gaji,
upah, honor menjadi satu kategori satu nomor atau satu butir.
2) Anggaran program merupakan bentuk anggaran yang dirancang
untuk mengidentifikasi biaya setiap program layanan pendidikan.
Pada anggaran biaya butir per-butir dihitung berdasarkan jenis
butir item yang akan dibeli atau layanan yang dikerjakan,
sedangkan pada anggaran program biaya dihitung berdasarkan
jenis program. Misalnya, jika dalam anggaran butir-per butir
disebut gaji guru (item 01), sedangkan dalam anggaran laporan
disebut gaji untuk perencanaan pengajaran IPA hanyalah satu
komponen.
3) Anggaran berdasarkan hasil merupakan bentuk anggaran yang
dirancang sesuai dengan namanya, bentuk anggaran ini

19
menekankan hasil (performance) kerja, layanan, atau fisik yang
dibuat dan bukan pada keterperincian dari suatu alokasi anggaran.
2. Akuntansi (Accounting)
a) PengertianAccounting
Accounting atau pembukuan adalah pencatatan transaksi keuangan
yang meliputi pengeluaran dan pemasukan dalam bentuk laporan
keuangan. Tujuannya untuk membantu pimpinan dalam mengambil
keputusan. Pembukuan dalam pengelolaan keuangan berarti
penggunaan uang sekolah yang dapat di pertanggungjawbkan sesuai
dengan perencanaan yang telah ditetapkan.
b) Fungsi Akuntansi
Fungsi akuntansi dalam dunia pendidikan adalah menyediakan
informasi kuantitatif terutama yang bersifat keuangan agar beguna
dalam pengambilan sebuah keputusan ekonomi.

c) Komponen Sistem Akuntansi


1) Bagan Perkiraan (Akun)
Dalam pencatatatannya dibagi menjadi 5 kategori,yaitu :
(a) Akitva
(b) Utang
(c) Aktiva Bersih
(d) Pendapatan
(e) Belanja
2) Buku Besar

20
Buku besar mengklasifikasi informasi pencatatan,dimana
bagan perkiraan yang bertindak sebagai daftar isi buku besar.
Dalam sistem manual,ringkasan total dari seluruh jurnal
dimasukkan ke dalam buku besar setia bulannya dimana hal ini
dilakukan selama satu tahun dan dilaporkan pada tanggal neraca.
3) Jurnal
Jurnal digunakan untuk mencatatan semua transaksi
akuntansi,sebelum diklasifikasikan ke buku besar. Jurnal
mengatur informasi secara kronologis dan sesuai dengan jenis
transaksi,contoh :
(a) Jurnal untuk mencatatan transaksi pengeluaran kas
(b) Jurnal untuk mencatatan transaksi pemasukan kas
(c) Jurnal untuk mencatat transaksi gaji
(d) Jurnal untuk mencatat piutang kas
(Fatah, 1999)
3. Pengawasan (Auditing)
a) Pengertian Auditing
Auditing adalah semua kegiatan yang menyangkut
pertanggungjawaban penerimaan, penyimpanan, dan pembayaranatau
penyerahan uang yang dilakukan bendahara kepada pihak pidak yang
berwenang (Diding,N.,2019;200-201). Atau bisa disebut juga Auditing
adalah proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti tentang
informasi yang dapat diukur mengenai suatu entitas ekonomi yang
dilakuan seorang yang kompeten dan independent untuk dapat
menentukan dan melaporkan kesesuaian informasi yang dimaksud
dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan.
b) TujuanAuditing. (Tim Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan, 2010;
266-267).

21
Tujuan Auditing atau biasa disebut pengawasan sendiri adalah
1) Memastikan kelengkapan artinya audit dilakukan
untukmemastikan bahwa semua transaksi telah dicatat atau
dimasukan kedalam jurnal.
2) Untuk memastikan ketepatan artinya memastikan semua transaksi
dan saldo telah dijumlahkan dengan benar dan tepat juga
memastikan tanggal transaksi sudah sesuai atau belum.
Seorang audit atau auditor memiliki tanggung jawab yang sangat
besar. Bila ada kesalahan dalam laporan keuangan ataupun ecurangan
dalam pembuatan laporan keuangan makan akan mempengaruhi
keputusan pengguna laporan keuangan.

c) Jenis jenis Audit


1) Audit keuangan
adalah audit yang dilakukan pada laporan keuangan suatu lembaga
atau organisasi yang akan menghasilkan pendapat atau opini dari
pihak ketiga mengenai akurasi dan kelengkapan laporan tersbut

2) Audit operasional
adalah pengkajian atas setiap nagian organisasi terhadap prosedur
operasi standar dan metode yang diterapkan suatu organisasi
dengan tujuan untuk mengevaluasi efisiensi, efektivitas dan
keekonoisan.
3) Audit ketaatan
adalah proses kerja yang menentukan audit sudah sesuai dengan
standar juga aturan yang ditetapkan oleh pihak yang berwenang
4) Audit Investigasi

22
adalah untuk menguji secara detail informasi dan fakta untuk
mengungkap sebuah kejadian dalam rangka pembuktian
(Tim Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan, 2010; 268-269).
d) Tahapan (Prosedur) dalam melaksanakan audit
1) Merencanakan dan merancang pendekatan audit
Auditor harus mengumpulkan bukti audit yang cukup kompeten
untuk memenuhi tanggungjawab auditor.
2) Melaksanakan uji pengendalian dn uji subtantif atas transaksi
Auditor harus melakukan evaluasi atas pencatatan berbagai
transaksi yang dilakukan oleh klien dengan memverifikasi nilai
moneter dari berbagai transaksi.
3) Melaksanakan prosedur analitis dan uji rincian saldo
Analisis rincian saldo ditujukan untuk menguji akun dalam laporan
keuangan
4) Melengkapi proses audit dan menerbitkan laporan audit
Menggabungkan semua informasi yang diperoleh saat proses audit,
kemudian laporan siap untuk dterbitkan. (Triwiyanto, 2013)

C. Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah (RAPBS)


1. Pengertian
RAPBS (Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah) adalah
anggaran terpadu antara penerimaan dan penggunaan dana serta
pengelolaannya dalam memenuhi seluruh kebutuhan sekolah selama satu
tahun pelajaran berjalan. Dimana sumber dananya berasal dari pemerintah
pusat, pemerintah daerah, masyarakat, dan orangtua / wali peserta didik.
Sumber dana perolehan dan pemakaian dana dipadukan dengan kondisi
objektif kepentingan sekolah dan penyandang dana.

23
(Abuddinata,2003,hlm. 102). RAPBS juga menggambarkan alokasi dan
distribusi sumber-sumber keuangan kepada setiap bagian aktifitas sekolah.
RAPBS setidaknya meliputi penganggaran untuk kegiatan pengajaran,
materi kelas, pengembangan profesi guru, renovasi bangunan sekolah,
pemeliharaan, buku, meja dan kursi.
2. Fungsi
Secara garis besar, kegiatan RAPBS dilakukan agar rencana penerimaan
dan pengeluaran dana sekolah/madrasah dapat dikontrol dengan baik
(Abuddinata,2003,hlm. 103).
Adapun secara rinci, RAPBS berfungsi untuk:
a) Pedoman pengumpulan dana dan pengeluarannya
b) Menggali dana secara kreatif dan maksimal
c) Menggunakan dana secara jujur dan terbuka
d) Mengembangkan dana secara produktif
e) Mempertanggung-jawabkan dana secara objektif
(Qomar,M.,2010,hlm. 170)

3. Bentuk
1) Anggaran Pendapatan
Sumber keuangan atau pembiayaan pada suatu sekolah secara garis
besar dapat dikelompokkan menjadi beberapa sumber, yaitu:
a) Dana dari Pemerintah
Baik dana dari pemerintah pusat, pemerintah daerah, maupun
keduanya. Dan dana tersebut diperuntukkan bagi kepentingan
pendidikan.
b) Dana dari Orang Tua Siswa

24
Pendanaan dari orang tua siswa ini dikenal dengan istilah iuran
Komite. Besarnya sumbangan dana yang harus dibayar oleh orang
tua siswa ditentukan oleh rapat Komite sekolah.
(Suryobroto,2004,hlm. 92). Pada umumnya dana Komite terdiri
atas:
(1) Dana tetap tiap bulan sebagai uang kontribusi yang harus
dibayar oleh orang tua setiap bulan selama anaknya
menjadi siswa di sekolah
(2) Dana insidental yang dibebankan kepada siswa baru yang
biasanya hanya satu kali selama tiga tahun menjadi siswa
(pembayarannya dapat diangsur).
(3) Dana sukarela yang biasanya ditawarkan kepada orang tua
siswa terterntu yang dermawan dan bersedia memberikan
sumbangannya secara sukarela tanpa suatu ikatan apapun.
(4) Dana dari Masyarakat
Dana ini biasanya merupakan sumbangan sukarela yang tidak
mengikat dari anggota-anggota masyarakat sekolah yang menaruh
perhatian terhadap kegiatan pendidikan di suatu sekolah.
Sumbangan sukarela yang diberikan tersebut merupakan wujud
dari kepeduliannya karena merasa terpanggil untuk turut
membantu kemajuan pendidikan. Dana ini ada yang diterima dari
perorangan, dari suatu organisasi, dari yayasan ataupun dari badan
usaha baik milik pemerintah maupun milik swasta.
(5) Dana dari Alumni
Dana ini merupakan bantuan dari para Alumni untuk
membantu peningkatan mutu sekolah yang tidak selalu dalam
bentuk uang (misalnya buku-buku, alat dan perlengkapan belajar).
Namun dana yang dihimpun oleh sekolah dari para alumni

25
merupakan sumbangan sukarela yang tidak mengikat dari mereka
yang merasa terpanggil untuk turut mendukung kelancaran
kegiatankegiatan demi kemajuan dan pengembangan sekolah.
Dana ini ada yang diterima langsung dari alumni, tetapi ada juga
yang dihimpun melalui acara reuni atau lustrum sekolah.
(6) Dana dari Peserta Kegiatan
Dana ini dipungut dari siswa sendiri atau anggota masyarakat
yang menikmati pelayanan kegiatan pendidikan tambahan atau
ekstrakurikuler, seperti pelatihan komputer, kursus bahasa Inggris
atau keterampilan lainnya.
c) Dana dari Kegiatan Wirausaha Sekolah
Ada beberapa sekolah yang mengadakan kegiatan usaha untuk
mendapatkan dana. Dana ini merupakan kumpulan hasil berbagai
kegiatan wirausaha sekolah yang pengelolaannya dapatj dilakukan
oleh staf sekolah atau para siswa misalnya koperasi, kantin
sekolah, bazar tahunan, wartel, usaha fotokopi, dll.
2) Anggaran Belanja (Pengeluaran)
Secara garis besar, pengeluaran dari suatu sekolah/madrasah dapat
dibagi menjadi dua, yaitu:
a) Pembiayaan rutin
Pembiayaan rutin adalah biaya (anggaran) yang harus
dikeluarkan secara rutin dan pasti dari tahun ke tahun, seperti gaji
pegawai (guru dan non-guru), biaya operasional, biaya
pemeliharaan gedung, fasilitas dan alat pengajaran.
b) Pembiayaan pembangunan
Pembiayaan pembangunan misalnya biaya pembelian atau
pengembangan tanah, pembangunan gedung, perbaikan gedung,
penambahan furnitur, dll. (Qomar,M., 2010,hlm. 170)

26
Selain penggunaan dua macam dana di atas, ada satu lagi yang
harus dialokasikan, yaitu anggaran untuk kebutuhan atau
kepentingan sosial, baik bantuan sosial ke dalam maupun ke luar.
Bantuan ke dalam dapat berupa dana untuk warga sekolah sendiri.
Sementara itu, bantuan sosial ke luar seperti untuk bencana alam,
perayaan HUT RI, permohonan sumbangan dari luar, dan
sebagainya. (Qomar,M., 2010,hlm. 88)
4. Prinsip
Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah (RAPBS) harus
berdasarkan pada rencana pengembangan sekolah dan merupakan bagian
dari rencana operasional tahunan. RAPBS setidaknya meliputi
penganggaran untuk kegiatan pengajaran, materi kelas, pengembangan
profesi guru, renovasi bangunan sekolah, pemeliharaan, buku, meja dan
kursi. Penyusunan RAPBS tersebut harus melibatkan kepala sekolah,
guru, komite sekolah, staf TU dan komunitas sekolah. RAPBS perlu
disusun pada setiap tahun ajaran sekolah dengan memastikan bahwa
alokasi anggaran bisa memenuhi kebutuhan sekolah secara optimal. (Tim
Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan
Indonesia,2012,hlm. 257)
Prinsip-prinsip dalam penyusunan RAPBS adalah:
a) RAPBS harus benar-benar difokuskan pada peningkatan pembelajaran
murid secara jujur, bertanggung jawab, dan transparan.
b) RAPBS harus ditulis dalam bahasa yang sederhana dan jelas, dan
dipajang di tempat terbuka di sekolah.
c) Dalam menyusun RAPBS, sekolah sebaiknya secara saksama
memprioritaskan pembelanjaan dana sejalan dengan rencana
pengembangan sekolah.

27
(Baharuddin dan Makkin,2019,hlm. 88).
Hal penting yang harus diperhatikan dalam penyusunan
RAPBS adalah harus adanya pemenuhan biaya yang diperlukan untuk
melaksanakan kegiatan sekolah/madrasah setiap tahunnya. RAPBS ini
pun dituntut mencakup semua anggaran kegiatan rutin dan biaya
penting lainnya, agar kesemuanya itu dapat dilaksanakan satu tahun.

5. Langkah
Suatu hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan RAPBS adalah
harus menerapkan prinsip anggaran berimbang, artinya rencana pendapatan
dan pengeluaran harus berimbang diupayakan tidak terjadi anggaran
pendapatan minus. Dengan anggaran berimbang tersebut maka kehidupan
sekolah akan menjadi solid dan benar-benar kokoh dalam hal keuangan, maka
sentralisasi pengelolaan keuangan perlu difokuskan pada bendaharawan
sekolah, dalam rangka untuk mempermudah pertanggung jawaban keuangan.
Penyusunannya hendaknya mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
a) Menginventarisasi rencana yang akan dilaksanakan
b) Menyusun rencana berdasarkan skala prioritas pelaksanaannya
c) Menentukan program kerja dan rincian program
d) Menetapkan kebutuhan untuk pelaksanaan rincian program
e) Menghitung dana yang dibutuhkan
f) Menentukan sumber dana untuk membiayai rencana
(Fattah,N.,2004,hlm. 124)
Rencana tersebut setelah dibahas dengan pengurus dan komite
sekolah, maka selanjutnya ditetapkan sebagai anggaran pendapatan dan
belanja sekolah (APBS). Pada setiap anggaran yang disusun perlu dijelaskan
apakah rencana anggaran yang akan dilaksanakan merupakan hal baru atau

28
kelanjutan atas kegiatan yang telah dilaksanakan dalam periode sebelumnya
dengan menyebut sumber dana sebelumnya. (Fattah,N.,2004,hlm. 124).
Dalam setiap anggaran yang disusun untuk kegiatan-kegiatan di
lingkungan sekolah, paling tidak harus memuat 6 hal atau informasi sebagai
berikut:
a) Informasi rencana kegiatan: sasaran, uraian rencana kegiatan, penanggung
jawab, rsencana baru atau lanjutan.
b) Uraian kegiatan program, program kerja, rincian program
c) Informasi kebutuhan: barang/ jasa yang dibutuhkan, volume kebutuhan
d) Data kebutuhan harga satuan, jumlah biaya yang dibutuhkan untuk seluruh
volume kebutuhan
e) Jumlah anggaran: jumlah anggaran untuk masing-masing rincian program,
program, rencana kegiatan, dan total anggaran untuk seluruh rencana
kegiatan
f) Sumber dana: total sumber dana, masing-masing sumber dana yang
mendukung pembiayaan program.
Di dalam pembuatan rencana anggaran pendapatan belanja sekolah
(RAPBS) melibakan beberapa unsur diantaranya:
a) Pihak sekolah
b) Orang tua murid dalam wadah Komite Sekolah
c) Dinas Pendidikan Kota
d) Pemerintah kota.
(Fattah,N.,2004,hlm. 127)
Semua komponen ini adalah pihak-pihak yang terkait langsung
dengan operasional sekolah sesuai kependudukan dan kapasitas.
Langkah-langkah penyusunan RAPBS menjadi APBS:
a) RAPBS disusun oleh sekolah dan pengurus BP3/komite sekolah

29
b) Setelah selesai dirumuskan selanjutnya RAPBS dikirim ke kantor
Departemen Pendidikan nasional kota atau Dinas Pendidikan Kota
untuk mendapatkan persetujuan
c) Oleh pemerintah RAPBS diteliti di Kandep Diknas oleh pengawas
dan kasubag keuangan serta kasubag PRP, serta subag yang relefan,
kemudian di kirim kembali ke sekolah setelah mendapat revisi.
d) Sekolah mengadakan rapat dengan BP3 atau komite sekolah
e) RAPBS disetujui oleh sekolah setelah mendapat kesepakatan dalam
rapat anggota BP3 atau komite sekolah
f) RAPBS berubah menjadi APBS setelah disyahkan oleh Kepala
Kandep Diknas kota atau Kepala Dinas Pendidikan kota
g) APBS yang sudah sisyahkan dikirim kembali ke sekolah dan APBS
ini yang dijadikan acuan pembiayaan sekolah
h) Rekapitulasi ini dikirim ke wali kota dan
i) Rekapitulasi di kirim ke Diknas provinsi.
(Fattah,N.,2004,hlm. 127-128).

D. Bantuan Operasional Sekolah (BOS)


1. Pengertian
Bantuan operasional sekolah (BOS) adalah program pemerintah untuk
penyediaan pendanaan biaya operasi non personalia bagi satuan
pendidikan dasar sebagai pelaksana program wajib belajar.Menurut PP 48
Tahun 2008 Tentang Pendanaan Pendidikan, biaya non personalia adalah
biaya untuk bahan atau peralatan pendidikan habis pakai, dan biaya tak
langsung berupa daya, air, jasa telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan
prasarana, uang lembur, transportasi, konsumsi, pajak dan lain-lain.
(Azizah, n.d.)

30
2. Tujuan
Secara umum program BOS bertujuan untuk meringankan beban
masyarakat terhadap pembiayaan pendidikan dalam rangka wajib belajar 9
tahun yang bermutu. Selain daripada itu, diharapkan program BOS juga
dapat ikut berperan dalam mempercepat pencapaian standar pelayanan
minimal di sekolah.(Azizah, n.d.). Sehingga Bantuan Operasional Sekolah
bertujuan untuk meringankan beban masyarakat dan mengurangi angka
anak putus dan berguna untuk menyediakan fasilitas-fasilitas yang
dibutuhkan agar proses belajar-mengajar dapat berjalan dengan efektif
serta untuk pengembangan tenaga pendidik agar kualitas pendidikan
semakin baik. Sehingga berdampak pada meningkatnya kesadaran
masyarakat akan pendidikan yang dapat dilihat dari bertambahnya peserta
didik disetiap tahunnya
3. Prosedur
a) Prosedur pendataan dalam pelaksanaan BOS,yaitu :
1) Sekolah menggandakan (fotocopy) formulir data pokok pendidikan
(BOS-01A, BOS-01B dan BOS-01C) sesuai dengan kebutuhan.
Biaya fotocopy formulir dapat dibebankan dari dana BOS,
2) Sekolah melakukan sosialisasi ke seluruh peserta didik, pendidik
dan tenaga kependidikan tentang cara pengisian formulir
pendataan.
3) Sekolah membagi formulir kepada individu yang bersangkutan
untuk diisi secara manual dan mengumpulkan formulir yang telah
diisi.
4) Sekolah memverifikasi kelengkapan dan kebenaran/kewajaran data
individu peserta didik, pendidik dan tenaga kependidikan

31
5) Kepala sekolah menunjuk tenaga operator pendataan dengan
menerbitkan surat tugas sebagai penanggung jawab di tingkat
sekolah
6) Tenaga operator sekolah memasukkan data ke dalam aplikasi
pendataaan yang telah disiapkan oleh Kemdikbud kemudian
mengirim ke server Kemdikbud secara online.
7) Sekolah yang telah memiliki sarana yang memadai dan petugas
pegawai sekolah yang telah dibiayai pemerintah, pemasukan data
harus dilakukan di sekolah sebagai bagian pekerjaan rutin dan
tanpa membebankan biaya tambahan pemasukan data dari dana
BOS.
8) Sekolah harus selalu mem-backup secara lokal data yang telah
dientri
9) Formulir yang telah diisi secara manual oleh peserta
didik/pendidik/ tenaga kependidikan/sekolah harus disimpan di
sekolah masingmasing untuk keperluan monitoring dan audit.
10) Melakukan update data secara regular ketika ada perubahan data,
minimal satu kali dalam 1 semester.
11) Data yang dikirim oleh sekolah akan dijadikan sebagai dasar
kebijakan pemerintah/pemerintah daerah untuk berbagai jenis
program, misalnya alokasi BOS, tunjangan PTK, Bantuan Siswa
Miskin, Rehabilitas, dll.
12) Sekolah dapat berkonsultasi dengan dinas pendidikan setempat
mengenai operasional penggunaan aplikasi pendataan dan
memastikan data yang di-input sudah masuk ke dalam server
Dikdas.
13) Tim Manajemen BOS Kabupaten/Kota bertanggung jawab
terhadap proses pendataan bagi sekolah yang memiliki

32
keterbatasan sarana dan sumber daya manusia yang tidak
memungkinkan melakukan pendataan sendiri. (Azizah, n.d.,hlm.
28)
b) Pengambilan Dana
1) Pengambilan dana BOS dilakukan oleh bendahara sekolah atas
persetujuan Kepala Sekolah dan dapat dilakukan sewaktu-waktu
sesuai kebutuhan dengan menyisakan saldo minimum sesuai
peraturan yang berlaku. Saldo minimum ini bukan termasuk
pemotongan. Pengambilan dana tidak diharuskan melalui sejenis
rekomendasi/persetujuan dari pihak manapun;
2) Dana BOS harus diterima secara utuh oleh sekolah dan tidak
diperkenankan adanya pemot
3) ongan atau pungutan biaya apapun dengan alasan apapun dan oleh
pihak manapun;
4) Dana BOS dalam suatu periode tidak harus habis dipergunakan
pada periode tersebut. Besar penggunaan dana tiap bulan
disesuaikan dengan kebutuhan sekolah sebagaimana tertuang
dalam Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS). (Azizah,
n.d.,hlm. 36)
c) Laporan pertanggung jawaban
Secara umum, hal-hal yang dilaporkan oleh pelaksana program
adalah yang berkaitan dengan statistik penerima bantuan, penyaluran,
penyerapan, pemanfaatan dana, pertanggungjawaban keuangan serta
hasil monitoring evaluasi dan pengaduan masalah. Laporan harus
memenuhi unsur-unsur sebagai berikut:
1) Setiap kegiatan wajib dibuatkan laporan hasil pelaksanaan
kegiatannya.

33
2) Laporan penggunaan dana BOS di tingkat sekolah meliputi laporan
realisasi penggunaan dana per sumber dana (Formulir BOS-K7 dan
BOS-K7a) dan surat pernyataan tanggung jawab yang menyatakan
bahwa dana BOS yang diterima telah digunakan sesuai NPH BOS.
3) Buku Kas Umum, Buku Pembantu Kas, Buku Pembantu Bank, dan
Buku Pembantu Pajak beserta bukti serta dokumen pendukung
bukti pengeluaran dana BOS (kuitansi/faktur/ nota/bon dari
vendor/toko/supplier) wajib diarsipkan oleh sekolah sebagai bahan
audit.
4) Seluruh arsip data keuangan, baik yang berupa laporanlaporan
keuangan maupun dokumen pendukungnya, disimpan dan ditata
dengan rapi dalam urutan nomor dan tanggal kejadiannya, serta
disimpan di suatu tempat yang aman dan mudah untuk ditemukan
setiap saat.

d) Hal yang perlu dilaporkan oleh Tim Manajemen BOS Sekolah sebagai
berikut:
1) Rekapitulasi penggunaan dana BOS (Formulir BOS-K7A) harus
dilaporkan oleh setiap sekolah tiap triwulan melalui laman
www.bos.kemdikbud.go.id. Laporan lengkap penggunaan dana
BOS triwulanan disimpan di sekolah untuk bahan pemeriksaan.
2) Lembar pencatatan pertanyaan/kritik/saran.
3) Lembar pencatatan pengaduan.
Laporan kegiatan dan pertanggungjawaban triwulanan disampaikan
kepada SKPD Pendidikan Kabupaten/Kota.(Azizah, n.d.,hlm. 39)
e) Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memanfaatan dana BOS agar
maksimal dan efektif :

34
1) Tim pengelola harus menggunakan prinsip keterbukaan dan
ekonomis dalam menentukan barang/jasa dan tempat
pembeliannya,
2) Tim pengelolah harus memperhatikan kualitas barang/jasa, serta
ketersediaan, dan kewajaran harga,
3) Tim pengelolah harus selalu membandingkan harga penawaran
dari penyedia barang/jasa dengan harga pasar dan melakukan
penawaran harga kepada penyedia barang, apabila harga
penawaran lebih tinggi dari harga pasar, maka pengelola harus
mampu melakukan penawaran,
4) Terkait dengan biaya untuk perawatan ringan/pemeliharaan
bangunan sekolah, Tim pengelola harus menerapkan prinsip-
prinsip berikut:
(a) Membuat rencana kerja,
(b) Memilih satu atau lebih pekerja untuk melaksanakan pekerjaan
tersebut dengan standar upah yang berlaku di masyarakat.
(c) Membuat laporan penggunaan dana (pembelian barang dan
pembayaran upah) untuk kegiatan perawatan ringan/
pemeliharaan sekolah.” Wawancara (Nasaruddin, 9 Agustus,
2017). (Ahmad,M,N.,2010,hlm. 12)

4. Permasalahan yang Biasa Terjadi


Permasalahan umum yang terjadi dalam pengelolaan dana BOS yaitu
seperti; sekolah SD dan SMP rata-rata tidak memiliki tenaga administrasi
sehingga pengolala dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) harus
dilakukan oleh guru yang mengajar disekolah tersebut, yang rata-rata tidak
memiliki pengetahuan mengenai akuntansi ataupun perpajakan secara
spesifik sehingga sekolah akan menunjuk guru atau staf tata usaha yang

35
tidak berkompoten dalam hal pengelolaan dana BOS. Sedangkan dalam
pengelolaan dana BOS membutuhkan tenaga ahli dikarenakan dana yang
dikelola cukup besar dan menyangkut kepentingan banyak orang dan
kendala lain seperti dalam pembuatan RAPBS, yang dimana sekolah harus
membuat RAPBS sebelum dana BOS dicairkan namun sekolah sering
terlambat dalam penyusunan RAPBS. Terjadinya perselisihan antara guru-
guru dengan pihak-pihak pengelola dana BOS yang menganggap tidak
transparannya selain itu, pengawasan terhadap pengelolaan dana BOS
yang kurang ketat akan menimbulkan kemungkinan adanya
penyelewengan yang terjadi dalam lingkup sekolah.
Selain itu Permasalahan yang berkaitan dengan dana BOS ini timbul
karena adanya penyalahgunaan dana BOS yang dilakukan disekolah-
sekolah tertentu, sehingga penyaluran dana BOS untuk kebutuhan operasi
sekolah tersebut kurang berjalan dengan baik dan akan merugikan negara
maupun sekolah itu sendiri, Serta terjadinya keterlambatan dalam
pencairan dana Bantuan Operasional Sekolah tersebut, memberikan
dampak terhadap pelaksanaan program-program sekolah yang tidak
berjalan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan, dan untuk menutupi
dana yang kurang tersebut sekolah akan mencari sumbangan dana untuk
menutupi kekurangannya dikarenakan sekolah harus tepat waktu dalam
memberikan laporan tentang rincian penggunaan dana tersebut terhadap
Dinas Pendidikan.
a) Penyebab timbulnya masalah-masalah dalam program BOS yaitu:
1) Pengalokasian dana tidak didasarkan pada kebutuhan sekolah tapi
pada ketersediaan anggaran. Hendaknya pengalokasian dana
didasarkan pada kebutuhan sekolah, agar tidak terjadi saling
tumpang tindih antara kebutuhan dengan anggaran yang
disediakan, karena nantinya akan menimbulkan korupsi karena

36
anggaran yang berlebih, sedangkan di sekolah yang kebutuhannya
banyak akan tetap mengalami kekurangan dana karena
kebutuhannya tidak terpenuhi.
2) Alokasi dana BOS yang disama-ratakan di seluruh daerah, padahal
disetiap sekolah memiliki kebutuhan dan masalah yang berbeda.
3) Kepala sekolah menggunakan dana BOS untuk kepentingan
pribadi melalui penggelapan, mark up, atau mark down.
4) Uang yang dikeluarkan oleh orang tua murid cenderung bertambah
mahal walaupun sudah ada dana BOS.
Hal tersebut dapat terjadi karena dalam implementasinya fungsi
pengawasan sangat kurang. Tidak ada partisipasi, transparansi, dan
akuntabilitas dalam proses anggaran di semua tingkat penyelenggara,
Kemendiknas, dinas pendidikan, maupun sekolah. Pada tingkat pusat,
proses penganggaran pun dimonopoli oleh Kemendiknas, akibatnya
kepentingan Kemendiknas yang lebih terpenuhi.

b) Solusi Permasalahan
Ada beberapa langkah yang mungkin bisa diambil oleh pemerintah
untuk menanggulangi permasalahan tersebut, seperti :
1) Peninjauan Kembali Kebijakan
Tidak semua sekolah harus diberikan subsidi untuk pendidikan
karena pada kenyataanya masih terdapat sekolah yang tidak
menerima dana BOS,  tetapi tetap memiliki kualitas yang baik.,
sehingga dibutuhkan peninjauan kembali terhadap pengalokasian
dana tersebut. Peninjauan kembali ini bukan berarti menghapus
program adanya dana BOS, melainkan memperbaharui mekanisme
dalam penyaluran program BOS ini. Pemerintah dapat mengatur
kembali pendanaan untuk sekolah yang sudah maju secara

37
financial dan juga aturan yang khusus untuk warga Negara yang
sudah tidak layak untuk mendapatkan subsidi.
2) Dana Berkeadilan
Diberlakukannya dana keadilan dapat menjadi salah satu solusi
dari permasalah penyaluran dana BOS, karena masih terdapat
peserta didik yang mampu secara ekonominya tetapi mendapatkan
dana BOS, sehingga sekolah harus mendata dengan benar terhadap
peserta didik yang benar-benar harus mendapatkan dana BOS
tersebut.
3) Pengawasan yang Efektif dan Efisien
Pengawasan merupakan tindakan yang berfungsi untuk
memperhatikan kesesuaian antara kondisi yang terjadi di lapangan
dengan rencana yang telah ditentukan. Karena selama ini
pengawasan dalam implementasinya masih belum sesuai antara
yang dilaporkan dengan kenyataan dilapangan. Pihak pengawas,
kantor dinas atau pemerintah, merasa cukup dengan laporan yang
ada diatas kertas saja, padahal jika dilihat di lapangan, belum tentu
sesuai dengan apa yang ada dalam laporan, sehingga disini benar-
benar dibutuhkan pengawasan yang efektif dan efisien untuk
menanggulangi penyalahgunaan wewenang dalam penggunaan
dana BOS.
4) Pendampingan Dari Ahli Yang Kompeten.
Pendampingan bisa dari mahasiswa Administrasi Pendidikan,
atau lembaga sosial lainnya yang dapat menjadi mitra pendamping
bagi sekolah. Hal ini mungkin bisa menekan penyalahgunaan dan
ketidak tepatan penggunaan dana BOS di sekolah, apalagi di
daerah yang kemampuan guru dan tenaga kependidikannya
berbeda dengan sekolah di kota.

38
BAB III
PEMBAHASAN
A. Pengelolaan Keuangan Sekolah
Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal membutuhkan uang dalam
mengelola sumber daya sekolah. Keuangan dan pembiayaan sekolah
eratkaitannyadengan manajemen keuangan sekolah yang menjadi salah satu
bagian
dalam manajemen berbasis sekolah (MBS). Suryana (2008) menjelaskan dalam
implementasi MBS, sekolah dituntut untuk merencanakan, melaksanakan, dan
mengevaluasi serta mempertanggungjawabkan pengelolaan dana secara
transparan kepada masyarakat maupun pemerintah.
Keuangan dan pembiayaan merupakanelemen yang menentukan dalam
pelayanan pendidikan di sekolah. Dalam kaitannya dengan sistem manajemen,
pembiayaan dan pengelolaan keuangan merupakan input dan proses untuk
menghasilkan output berupa kualitas pelayanan pendidikan yang diselenggarakan
oleh sekolah. Sumber keuangan dan pembiayaan sekolah dikelompokkan menjadi
tiga, yaitu (1) pemerintah pusat dan daerah yang diperuntukkan bagi kepentingan
pendidikan; (2) orangtua atau peserta didik; (3) masyarakat (Suryana, 2008).
Tujuan pelaksanaan manajemen keuangan sekolah adalah agar
kegiatanoperasional pendidikan semakin efektif dan efisien serta mampu
membantutercapainya tujuan pendidikan yang telah ditetapkan (Sutomo,
2011:68). Selanjutnya, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 48
Tahun 2008tentang Pendanaan Pendidikan menjelaskan bahwa pendanaan
pendidikan menengah merupakan upaya untuk menyediakan sejumlah dana yang
dibutuhkandemi terselenggaranya proses pendidikan di sekolah menengah
.Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa pengelolaan
keuangan sekolah merupakan keseluruhan aktivitas dalam mengatur keuangan

39
sekolah dengan menerima dan membelanjakannya yang direncanakan,
direalisasikan, diawasi, dan dipertanggungjawabkan oleh entitas sekolah dan

40
41

pihak-pihak yang terkait di dalamnya guna menjalankan pelayanan


pendidikan. Kemudian juga dijelaskan mengenai prinsip dalam mengatur rencana
anggaran sekolah yaitu:
1. RAPBS harus benar-benar difokuskan pada peningkatan pembelajaran murid
secara jujur, bertanggung jawab, dan transparan.
2. RAPBS harus ditulis dalam bahasa yang sederhana dan jelas, dan dipajang di
tempat terbuka di sekolah.
3. Dalam menyusun RAPBS, sekolah sebaiknya secara saksama
memprioritaskan pembelanjaan dana sejalan dengan rencana pengembangan
sekolah.
B. Sumber Keuangan Sekolah
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2008 Pasal
51 Ayat 4 tentang Pendanaan Pendidikan menyebutkan bahwa
penyelenggaraan pendidikan yang dilakukan oleh pemerintah dapat
bersumber dari:
1. Anggaran pemerintah
2. Bantuan pemerintah daerah
3. Pungutan dari peserta didik atau orang tua/walinya yang dilaksanakan
sesuai peraturan perundang-undangan
4. Bantuan dari pemangku kepentingan satuan pendidian di luar peserta
didik
atau orang tua/walinya
5. Bantuan dari pihak asing yang tidak mengikat
6. Sumber lainnya yang sah.
A. Implementasi Perencanaan dan Pengelolaan Keuangan Sekolah
Perencanaan keuangan sekolah diimplementasikan dalam bentuk
rencana anggaran pendapatan dan belanja sekolah yang disesuaikan dengan
tujuan, visi, misi, dan tujuan sekolah. Suryana (2008) menjelaskan bahwa
42

anggaran merupakan formula dari rencana dalam periode waktu tertentu, serta
alokasi sumber-sumber kepada setiap bagian kegiatan. Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan mewajibkan sekolah untuk menyusun RAPBS, yakni rencana
kerja tahunan yang memuat rencana anggaran pendapatan dan belanja satuan
pendidikan untuk masa kerja satu tahun. Nata (2007) menjelaskan bahwa
RAPBS adalah anggaran terpadu antara pendapatan dan penggunaan dana
serta pengelolaannya dalammemenuhi seluruh kebutuhan sekolah selama satu
tahun pelajaran berjalan yang bersumber dari pemerintah pusat, pemerintah
daerah, masyarakat, dan orangtua yang dipadukan dengan kondisi objektif
kepentingan sekolah dan penyandang dana.
Berdasarkan teori tersebut, dapat disimpulkan bahwa RAPBS sebagai
bentuk implementasi perencanaan dalam pengelolaan keuangan sekolah harus
dilakukan dengan memperhatikan kondisi tiap sekolah. Selanjutnya, setelah
teori perencanaan dikemukakan, juga dijelaskan teori mengenai realisasi
anggaran.
Setiap dana yang diberikan oleh pemerintah pusat,daerah dan
masyarakat harus ada bentuk pertanggungjawabannya dari pihak
sekolah,sebagai salah satu contohnya dengan membuat laporan
pertanggungjawaban. Dan laporan tersebut dianalisis oleh pengawas dari
pihak internal sekolah maupun pihak eksternal sekolah . Untuk meminimalkan
peristiwa yang tidak diinginkan.
Kendala dari dana pemerintah (BOS) yaitu apabila kita membutuhkan
barang yang mendesak seperti sarana dan prasarana untuk ujian berbasis
online kita harus membayarkan terlebih dahulu menggunakan dari sumber
lain,baru uang dari pemerintah keluar. Harapan dari sekolah untuk dana BOS
semoga tidak dipukul rata biaya ,karena setiap daerah harga untuk membeli
43

peralatan iyu berbeda-beda. Seharusnya pemerintah melihat kebutuhan bukan


keinginansetiapsekolah
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah diuraikan pada
babsebelumnya, maka dapat diperoleh simpulan sebagai berikut.:
1. Perencanaan dalam pengelolaan keuangan sekolah
yangdiimplementasikan telah menggunakan prinsip – prinsip yaitu
transparansi,adil dan bijaksana
2. Realisasi anggaran dalam pengelolaan keuangan sekolah yang dilaporkan
melalui Laporan Pertanggungjawaban yang dilakukan secara efisien dan
mematuhi peraturan yang berlaku
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah peneliti uraikan,
saran yang peneliti rekomendasikan adalah sebagai berikut :
1. Sekolah diharapkan mengklasifikasikan biaya sekolah berdasarkan jurusan
dan jenjang kelas
2. Pengelola dan komite sekolah diharapkan meningkatkan kualitas dalam
mengelolaa keuangan sekolah;
3. Wali murid diharapkan mampu membayar biaya sekolah tepat waktu
setiapbulannya;

44
DAFTAR PUSTAKA

Abuddinata. (2003). Manajemen Pendidikan. Bogor: Kencana.


Amri, Fadhila Nur. 2015. Tahapan dalam audit atas laporan keuangan.
Arwildayanto, Lamatenggo, N, Sumar,W.T. .(2017) .Manajemen Keuangan dan Pembiayaan
Pendidikan. Jakarta: Widya Padjadjaran
Azizah, N. (n.d.). Petunjuk Teknis BOS 2014.
Baharuddin dan Makin. (2010).Manajemen Pendidikan Islam. Malang: UIN Maliki Press.
Fatah, N. (1999). Analisis Hubungan Pembiayaan Pendidikan Sekolah Dasar dengan Mutu
Proses dan Hasil Belajar . Mimbar Pendidikan, 3, 51–56.
Fattah, N. (2004). Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Hlm
127-128
Ferdi, W. . (2013). Pembiayaan Pendidikan; Suatu Kajian Teoritis. Jurnal Pendidikan Dan
Kebudayaan, 19(4), 565–578.
Haryati, S. (2012). Prinsip dan prosedur dalam penyusunan anggaran sekolah.
Matin, (2014), Manajemen Pembiayaan Pendidikan, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Mulyono, (2016), Konsep Pembiayaan Pendidikan, Yogyakarta : Ar Ruzz Media.
Nurdin, D., & Sibaweh, I. (2019). Pengelolaan Pendidikan Dari Teori Menuju Implementasi.
Depok: Raja Grafindo.

Pendidikan, P. (2009). Pembiayaan Pendidikan. Efektifitas Dan Efisiensi Pembiayaan


Pendidikan, 2739–2751.
Riadi, Muclisin. 2013. Definisi dan tujuan audit
Simkins, T. (2013). Educational reform and managerialism: Comparing the experience of
schools and colleges. Educational Management: Major Themes in Education, 2(April), 417–436.
https://doi.org/10.4324/9780203463383
Suryobroto. (2004). Manajemen Pendidikan Di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.hlm. 95
Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia. (2012). Manajemen
Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Hlm. 257

45
Toyamah, N., & Usman, S. (2004). Alokasi Anggaran Pendidikan di Era Otonomi Daerah:
Implikasinya terhadap Pengelolaan Pelayanan Pendidikan Dasar.
http://www.smeru.or.id/id/content/alokasi-anggaran-pendidikan-di-era-otonomi-daerah-
implikasinya-terhadap-pengelolaan
Triwiyanto, T. (2013). Pemetaan mutu manajemen berbasis sekolah mTriwiyanto, T. (2013).
Pemetaan mutu manajemen berbasis sekolah melalui audit manajemen pendidikan.
MANAJEMEN PENDIDIKAN, 24(2), 125–134.elalui audit manajemen pendidikan.
Manajemen Pendidikan, 24(2), 125–134.
Qomar, M.Manajemen Pendidikan Islam. Jakarta: Erlangga

46

Anda mungkin juga menyukai