Dosen pembimbing :
Alhamdulilah segala puji syukur kehadirat Allah Swt., atas rahmat dan hidayahnya
karena kami dapat menyelesaikan tugas ini tepat pada waktunya.
Penulisan dan pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas kuliah kami,
yaitu mata kuliah Sosiologi Pendidikan. Adapun yang kami bahas dalam makalah
sederhana ini mengenai “Peranan Guru dan Perilaku Murid.”
Kami sangat membutuhkan saran dan kritik dari pembaca, jika dalam penulisan
makalah ini terdapat kesalahan demi membangun kesempurnaan penulis makalah ini.
Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
penyusunan makalah ini khususnya kepada dosen Humaidah Fatimah Parapat.M.Pd,.
Halaman
KATA PENGANTAR..............................................................................................1
DAFTAR ISI.............................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................3
B. Rumusan Masalah..............................................................................3
C. Tujuan Masalah..................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
A. Peranan Guru dalam Kelas.................................................................4
B. Hubungan Murid dengan Murid........................................................7
C. Hubunga Murid dengan Murid..........................................................9
D. Hubungan antara hasil belajar Murid dengan Kelakuan Murid.........12
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat tidak pernah terlepas dari seorang guru. Peranan
guru sangat terasa oleh masyarakat. Guru merupakan seseorang yang sangat berjasa dalam
mendidik dan mencerdaskan kehidupan bangsa, dimana guru harus dapat memberi contoh dan
teladan kepada murid serta masyarakat.
Peranan guru sangat mempengaruhi proses belajar mengajar. Peranan guru harus bisa
mempengaruhi murid dan membuat murid menjadi lebih baik. Dalam segi kognitif, afektif,
maupun psikomotorik. Guru harus mampu mempengaruhi kelakuan murid dan harus bisa
menjadi teladan bagi murid.
Guru memiliki cara berbeda dalam menjalankan peranannya sebagai guru. Hal ini juga
mempengaruhi kelakuan murid terhadap guru itu sendiri. Oleh karena itu tak jarang murid
memperlakukan guru yang satu berbeda dengan guru yang lainnya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja Peranan Guru Dalam Kelas?
2. Bagaimana Hubungan Peranan Guru dan Perilaku Murid?
3. Apa Hubungan Murid Dengan Murid?
4. Bagaimana Hubungan antara hasil belajar murid dengan kelakuan guru?
C. Tujuan Masalah
1. Menjelaskan apa saja Peranan Guru Dalam Kelas.
2. Mendeskripsikan Hubungan Peranan Guru dan Perilaku Murid.
3. Menjeaskan apa saja Hubungan Murid Dengan Murid.
4. Mendeskripsikan Hubungan antara hasil belajar murid dengan kelakuan guru.
BAB II
PEMBAHASAN
3
Gunawan, H. Ari, Sosiologi Pendidikan: Suatu Analisis sosiologi tentang berbagai problem pendidikan, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2000).Hlm.56-67
4
Dr. Ravik Karsidi, Sosiologi Pendidikan, (Surakarta : UNS Press, 2008)h.81
5
Muhammad Riifa’i, Sosiologi Pendidikan, (Yogyakarta : Ar-Ruzz Media, 2011)h. 103
6
Prof.Dr.S. Nasution, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta : Bumi Aksara, 2004)h.115
7
Ibid, h.130
dengan guru, karena murid tidak nyaman dengan guru. Hal ini mempengaruhi kelakuan murid
terhadap guru tersebut.
Sebaliknya guru yang ramah akan dekat dengan muridnya. Murid-murid suka meminta dia
turut serta dalam kegiatan rekreasi dan membicarakan soal pribadi, namun mungkin dianggap
kurang berwibawa. Murid merasa nyaman dan senang berada di dekat guru. Murid cenderung
semangat kepada guru dan patuh terhadap guru, murid pun dengan senang hati membantu guru
jika guru dalam kesusahan dan senang jika murid diperlukan oleh guru tersebut.
Tipe guru yang murni, yang sepenuhnya otoriter dan sepenuhnya ramah tentu tidak ada.
Tiap guru akan mempunyai kedua sifat itu dalm taraf tertentu. Akan tetapi kedua tipe itu dapat
dijadikan analisis hubungan antara guru dan murid. Peranan yang dijalankan oleh guru dalam
hubungan dengan muridnya akan mendekati salah satunya tipe itu dalam taraf berbeda-beda.
Respons murid terhadap peranan guru itu merupakan faktor uatama yanag menentukn
efektivitas guru.8
Tipe guru yang dominatif menguasai murid, menentukan, mengatur kelakuan murid dan
menginginkan murid seperti yang guru inginkan. Guru ini sering mencampuri apa yang
dilakukan murid dalam hal ini apat menimbulkan konflik antara dia dan murid. Sebaliknya
guru yang integratif membolehkan ank untuk menentukan sendri apa yang disarankan oleh
guru. Murid diajak berunding dam merencanakan bersama apa yang dikerjakan untuk
mencapai tujuan yang ditentukan bersama.9
Untuk peran guru dalam situasi informal, yang mana situasinya berbeda dengan situasi di
dalam kelas. Seorang guru dapat mengendorkan hubungan formal dan jarak sosial. Misalnya
sewaktu rekreasi, berolah raga, berpiknik atau kegiatan lain yang di luar kelas (formal). Murid-
murid biasanya menyukai guru yang pada saat itu dapat bergaul dengan lebih akrab dengan
mereka, dapat tertawa dan bermain terlepas dari pangkat keformalan. Jadi guru itu harus bisa
menyesuaikan diri atau perannya terhadap situasi sosial yang sedang dihadapi. Dan peran ini
hanya bisa di lakukan ketika berada pada situasi yang informal, jika dilakukan di dalam kelas
(formal) maka akan menimbulkan kesulitan kedisiplinan bagi muri itu sendiri.
Pada satu pihak seorang guru memang harus bersikap otoriter untuk mengontrol kelakuan
murid dan mendidik anak agar bersikap disiplin. Tetapi dilain pihak seorang guru harus
bersikap bersahabat dengan murid dan memberikan kebebasan kepada murid dalam
8
Ibid, h.132
9
Ibid, h.135
menentukan arah pikirannya. Tetapi kalau kita lihat realita yang ada kebanyakan guru lebih
bersikap otoriter dari pada demokratis kepada muridnya. Untuk itu perlu kiranya ada sebuah
sosialisasi dari semua pihak yang terkait agar sikap-sikap yang terlalu otoriter dari guru ini
dapat di minimalisir sedemikian rupa, sehingga peran guru tidak dicap sebagai orang yang
jelek, menyeramkan dimata muridnya.
10
Batubara, Muhyi, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: Ciputat Pers, 2004).hlm.87
Ikut banyak terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang menggangu tetapi tidak terlalu asyik
dengannya.
Membina arus perubahan kegiatan
Mengelola resitasi dengan cara yang bisa membuat murid sibuk (misalnya, menciptakan
ketidakpastian tata aturan yang mewajibkan murid)
Guru akan lebih banyak mempengaruhi kelakuan murid bila dalam memberikan pelajaran
dalam kelas hubungan itu tidak sepihak tetapi harus hubungan secara interaktif dengan
partisipasi yang sebanyak-banyaknya dari pihak murid. Hubungan itu akan lebih efektif dalam
kelas yang kecil daripada di kelas yang besar.
Ada beberapa jenis hubungan yang terjadi antara guru dan murid, dimana hubungan itu
saling mempengaruhi antara yang satu dengan yang lain, yaitu:
Hubungan antara hasil belajar murid dengan kelakuan guru; dalam suatu penelitian
ternyata bahwa pertambahan pengetahuan murid dalam pelajaran rendah korelasinya
dengan taraf disukainya guru itu oleh murid. Jadi guru yang disukai, yang ramah, suka
bergaul dengan murid, yang sering dimintai nasehat mengenai soal-soal pribadi, ternyata
bukan guru yang efektif dalam menyampaikan ilmu.
Kelakuan murid berhubungan dengan kelakuan guru; pada umumnya perbuatan anak
sebagai reaksi terhadap kelakuan guru dapat bersifat menurut atau tidak menurut,
menyesuaikan diri dengan perintah guru atau menentangnya. Anak yang menunjukkan
kerjasama, turut memberikan sumbangan fikiran, memberi bantuan dan dengan demikian
memperlancar kegiatan pelajaran. Tidak semua kelakuan guru berhubungan dengan
kelakuan murid. Tetapi kalau kita melihat sebuah realita dalam dunia pendidikan kita,
terlihat bahwa jika seorang guru melakukan dominatif dalam kelas (dominasi) terhadap
muridnya maka kelakuan dari murid menunjukkan sikap tidak bekerjasama. Dan guru
yang melakukan dominatif terhadap murid akan ditiru oleh murid dengan melakukan
dominatif terhadap murid yang lainnya.11
Secara singkatnya, walaupun dalam banyak aspek peranan guru dan murid tidak seimbang,
konseptualisasi interaksi antara guru dan murid berasumsi bahwa guru dan murid saling
mempengaruhi satu dengan yang lainya. Guru dan murid memberikan reaksi terhadap struktur
peranan kelas dengan aneka ragam cara, dan banyak guru lebih menggantungkan pada otoriter
11
Ahmadi, Abu, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta 2000).hlm.49.
dari pada personal resource. Guru memberikan tugas seenaknya saja tanpa memahami kondisi
anak, bahkan ketika anak melakukan tindakan yang salah menurut guru langsung dipukul tanpa
memberikan kesempatan kepada anak untuk menjelaskan yang terjadi maupun membela diri.
12
Robinson, Philip, Beberapa Persfektif Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers, 1986).hlm.90
tinggi mereka merasa dirinya adalah orang bawahan sebagai adik dan harus menunjukkan ras
hormat dan patuh. Sebaliknya terhadap kelas yang bawah mereka merasa sebagai atasan.
Antara murid-murid yang berbeda tingkat kelasnya terdapat hubungan atasan dan bawahan,
atau kakak-adik. Murid-murid yang tinggi kelasnya mempunyai kekuasaan dan kontrol
terhadap murid-murid yang kelasnya lebih rendah dan usianya lebih muda. Dalam tiap kelas
terdapat pula bermcam-macam kelompok, tetapi kelompok itu hanya terbatas pada struktur
dalam kelas itu saja. Kemudian berbicara tentang kelompok persahabatan di dalam kelas
pembentukkannya itu mudah. Suatu kelompok terbentuk bila dua orang atau lebih saling
merasa persahabatan yang akrab dan karena itu ia banyak bermain bersama, sering bercakap-
cakap, merencanakan dan melakukan kegiatan-kegiatan di dalam maupun di luar kelas. Mereka
merasakan apa yang di alami oleh salah seorang anggota kelompoknya dan saling
menungkapkan apa yang terkandung dalam dirinya (sebagai teman curhat).
Keanggotannya bersifat sukarela dan tak formal. Seorang diterima dan ditolak atas
persetujuan bersama. Walaupun kelompok ini tidak mempunyai peraturan yang jelas tetapi ada
nilai-nilai yang dijadikan dasar dalam melakukan atau menerima anggota. Mereka merasa kuat
dan penuh percaya diri karena rasa persatuan dan kekompakan yang mereka miliki diantara
mereka. Mereka mengutamakan kepentingan kelompok daripada kepentingan individual. Tidak
jarang dengan prinsif yang mereka pegang seperti itu sering terjadi konflik dengan orang tua,
guru, dan yang lainnya. Secara ringkasnya dapat diambil sebuah kesimpulan sementara bahwa
murid yang satu dengan yang lainnya itu memiliki hubungan antara yang satu dengan yang
lainnya dalam sebuah kelas. Dimana hubungan itu memiliki pengaruh terhadap struktur yang
terjadi dalam kelas tersebut. Biasanya pengelompokan yang terjadi dalam sistem sosial kelas
tersebut membawa pengaruh terhadap anggota dalam kelompok tersebut. Pengaruhnya bisa
positif tetapi bisa juga negatif.
13
Dr. Ravik Karsidi, Sosiologi Pendidikan, (Surakarta : UNS Press, 2008)h.63
14
Prof.Dr.S. Nasution, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta : Bumi Aksara, 2004)h.118
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Peranan guru terhadap murid-muridnya merupakan peran vital dari sekian banyak peran
yang harus ia jalani. Seorang guru harus bisa menempatkan dirinya sebagai seorang yang
mempunyai kewibawaan dan otoritas tinggi, guru harus bisa menguasai kelas dan bisa
mengontrol anak didiknya. Hal ini sangat perlu guna menunjang keberhasilan dari tugas guru
yang bersangkutan yakni belajar dan mengajar.
Tiap guru mempunyai hubungan yang berbeda menurut pribadi dan situasi yang dihadapi.
Untuk mempelajarinya dapat berpegang pada tipe-tipe guru, misalnya guru yang otoriter yang
menjaga jarak dengan murid dan guru yang ramah, yang dekat dan akrab dengan muridnya.
Tipe guru yang dominatif menguasai murid, menentukan, mengatur kelakuan murid dan
menginginkan murid seperti yang guru inginkan. Sebaliknya guru yang integratif
membolehkan ank untuk menentukan sendri apa yang disarankan oleh guru.
Murid memiliki reaksi yang berbeda terhadap guru. reaksi tersebut tergantung kepada cara
guru memperlakukannya. Pengetahuan murid dalam pelajaran rendah korelasinya dengan taraf
disukainya guru oleh murid tersebut. Jadi guru yang di sukai, yang ramah, dll ternyata bukan
guru yang efektif dalam menyampaikan ilmu.
DAFTAR PUSTAKA
Nasution,Sosiologi Pendidikan,Jakarta: Bumi Aksara, 1999.
Gunawan, H. Ari, Sosiologi Pendidikan: Suatu Analisis sosiologi tentang berbagai problem
pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2000.
Batubara, Muhyi, Sosiologi Pendidikan, Jakarta: Ciputat Pers, 2004.
Ahmadi, Abu, Sosiologi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta.
Robinson, Philip, Beberapa Persfektif Sosiologi Pendidikan, Jakarta: Rajawali Pers, 1986
Dr. Ravik Karsidi, Sosiologi Pendidikan, (Surakarta : UNS Press, 2008)
Muhammad Riifa’i, Sosiologi Pendidikan, (Yogyakarta : Ar-Ruzz Media, 2011)
Prof.Dr.S. Nasution, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta : Bumi Aksara, 2004)
Prof.Dr.S. Nasution, Sosiologi Pendidikan, (Bandung : Jemmars, 1983)
Sanapiah Faisal, Sosiologi Pendidikan, (Surabaya : Usaha Nasional, 2010)