Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

ISLAM dan KESENIAN

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Budaya dan Seni Islam

Dosen pengampu: Erfan Effendi, M.Pd.I

Disusun Oleh :

1. Abdul Rosyid T20181313


2. Maya Izzatus Sofa T20181317
3. Siti Aminatus Sholehah T20181340
4. Tata Safana T20181325

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUTE AGAMA ISLAM NEGERI JEMBER

TAHUN AJARAN 2020/2021


KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahiim…

Segala puji syukur kami panjatkan kepada Alloh swt. Atas rahmat dan karunia-Nya kami dapat
menyelesaikan tugas penulisan makalah mata kuliah “pengembangan seni dan budaya islam”
tepat waktu. Dan tidak lupa kepada sholawat serta salam kita curahkan kepada baginda Nabi
Muhammad saw, yang telah memberikan banyak syafaat dan karunianya.

Penulisan makalah berjudul “ islam dan kesenian” dapat diselesaikan karena bantuan berbagai
pihak. Kami berharap makalah ini dapat menjadi refrensi bagi pihak yang tertarik pada karya
kelompok kami. Selain itu, kami juga berharap agar pembaca mendapatkan sudut pandang baru
setelah membaca makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih memerlukan penyempurnaan terutama pada bagian
isi. Kami menerima segala bentuk kritik dan saran pembaca demi penyemurnaan makalah,
apabila terdapat kesalahan pada makalah ini kami mohon maaf.

Demikian yang dapat kami sampaikan akhir kata. Semoga makalah islam dan kesenian ini bisa
bermanfaat bagi para pembaca.

Banyuwangi, 05 oktober 2020

Penyusun
Daftar Isi

Kata Pengantar.....................................................................................................................

Daftar Isi..............................................................................................................................

BAB 1 PENDAHULUAN..................................................................................................

A. Latar Belakang.........................................................................................................
B. Rumusan Masalah....................................................................................................
C. Tujuan Penulisan.....................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................

A. Mengidentifikasi Kesenian Dari Perspektif Islam...................................................


B. Pandangan Para Tokoh/Ulama’ Terhadap Kesenian...............................................
C. Adab Kesenian Dalam Islam...................................................................................
D. Ruang Lingkup Kesenian Islam..............................................................................
E. Ciri-Ciri Utama Kesenian Islam..............................................................................
F. Hubungan Kesenian dan Dakwah ...........................................................................
G. Karya Seni dan Adab Penggunaannya dalam Islam................................................

BAB III PENUTUP...........................................................................................................

A. Kesimpulan..............................................................................................................
B. Saran........................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Islam merupakan agama yang luas dan fleksibel. Islam mengkaji banyak hal.
Kajian ilmu dalam islam tidak hanya pada inti ajaran islam itu sendiri, melainkan juga
pada ilmu lain yang relevan terhadap ajaran islam. Semua aspek dan hal dalam kehidupan
manusia diatur oleh islam. Cakupan kajian islam sangatlah luas karena tidak ada satupun
hal yang tidak diatur dan dibahas dalam islam, mulai dari keindahan dalam hal ini seni
dan budaya, ilmu pengetahuan, hingga cara berpikir dengan filsafat. Islam agama yang
mencintai keindahan sehingga dalam islam terdapat aspek hubungan islam dengan seni
dan budaya. Islam merupakan agama yang berkembang, fleksibel dan dapat
menyesuaikan dengan perkembangan jaman. Namun hal ini perlu dipikirkan secara lebih
mendasar, logis dan menyeluruh sehingga perkembangan yang terjadi tidak bertentangan
dengan inti ajaran islam. Islam adalah agama yang sangat menghargai seni. Hampir
dalam setiap masa penyebaran islam diberbagai belahan dunia, seni selalu dianggap
sebagai cara dakwah yang paling tepat. Karena masyarakat akan lebih mudah memahami
nilai-nilai yang dibawa oleh agama islam melalui seni tanpa perlu ada kekerasan. Setelah
agama islam diterima hampir diseluruh dunia, timbul lah banyak jenis kebudayaan islam.
Jenis kebudayaan disetiap daerah berbeda-beda. Namun, saat ini seluruh kebudayaan
islam tersebut telah mengalami perkembangan yang sangat signifikan dan semakin baik.
Hal yang sangat mempengaruhi perkembangan kebudayaan islam adalah adanya konsep
pengembangan budaya islam. Kebudayaan Islam adalah peradaban yang berdasarkan
pada nilai-nilai ajaran islam. Nilai kebudayaan Islam dapat dilihat dari tokoh-tokoh yang
lahir di bidang ilmu pengetahuan agama dan bidang sains dan teknologi. Semua itu di
ilhami oleh ayat-ayat Al Quran dan sunnah.
Islam adalah agama yang diturunkan oleh Allah SWT kepada manusia sebagai
rahmatan lil alamin atau rahmat bagi alam semesta. Hal itu membuat ajaran Islam tampil
sebagai solusi dari segala permasalahan yang menimpa umat manusia. Upaya Islam
sebagai agama rahmatan lil alamin dibuktikan dengan peran wali songo yang begitu besar
dalam penyebaran Islam khususnya di pulau Jawa. Salah satu cara yang digunakan wali
songo adalah pendekatan melalui kebudayaan, misalnya kesenian. Hal itu menunjukkan
bahwa wali songo mengutamakan jalan yang menjadikan masyarakat tertarik dan sarat
dengan ajakan yang baik daripada mengedepankan hal-hal yang bersifat normatif dan
tekstual. Islam adalah agama yang diturunkan kepada manusia sebagai rahmat bagi alam
semesta dan selalu membawa kemaslahatan bagi kehidupan manusia di dunia ini.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Mengidentifikasikan Kesenian Dari Prespektif Islam?
2. Bagaimana Pandangan Para Tokoh/Ulama Terhadap Kesenian?
3. Bagaimana Adab Kesenian Dalam Islam?
4. Bagaimana Ruang Lingkup Kesenian Islam?
5. Bagaimana Ciri-Ciri Utama Kesenian Islam?
6. Bagaimana Hubungan Kesenian Dan Dakwah?
7. Bagaiamana Karya Seni dan Adab Penggunaannya Dalam Islam?
C. Tujuan Penulisan

1. Untuk Mengatahui Bagaimana Mengidentifikasikan Kesenian Dari Prespektif Islam


2. Untuk Mengatahui Bagaimana Pandangan Para Tokoh/Ulama Terhadap Kesenian
3. Untuk Mengatahui Bagaimana Adab Kesenian Dalam Islam
4. Untuk Mengatahui Bagaimana Ruang Lingkup Kesenian Islam
5. Untuk Mengatahui Bagaimana Ciri-Ciri Utama Kesenian Islam
6. Untuk Mengatahui Bagaimana Hubungan Kesenian Dan Dakwah
7. Untuk Mengatahui Bagaimana Karya Seni dan Adab Penggunaannya Dalam Islam
BAB II

PEMBAHASAN

A. Mengidentifikasi Kesenian Dalam Perdpektif Islam


Keindahan itu sebahagian dari seni. Ini bermakna Islam tidak menolak kesenian.
Al-Quran sendiri menerima kesenian manusia kepada keindahan dan kesenian sebagai
salah satu fitrah manusia semulajadi anugerah Allah kepada manusia. Seni membawa
makna yang halus, indah dan permai. Dari segi istilah, seni adalah sesuatu yang halus dan
indah dan menyenangkan hati serta perasaan manusia. Konsep kesenian mengikut
perspektif Islam ialah membimbing manusia ke arah konsep tauhid dan pengabdian diri
kepada Allah. Seni dibentuk untuk melahirkan manusia yang benar-benar baik dan
beradab. Motif seni bertuju kepada kebaikan dan berakhlak. Selain itu, seni juga
seharusnya lahir dari satu proses pendidikan bersifat positif dan tidak lari dari batas-batas
syariat. Seni Islam ialah seni yang bertitik tolak dari akidah Islam dan berpegang kepada
doktrin tauhid yaitu pengesaan Allah dan seterusnya direalisasikan dalam karya-karya
seni. Ia tidak bertolak dari akidah, syarak dan akhlak.
Perbedaan di antara seni Islam dengan seni yang lain ialah niat atau tujuan dan
nilai akhlak yang terkandung di dalam sesuatu hasil seni itu. Ini berbeda dengan
keseniaan barat yang sering mengenepikan persoalan akhlak dan kebenaran. Tujuan seni
Islam ialah untuk Allah karena ia memberi kesejahteraan kepada manusia. Dengan ini,
seni Islam bukanlah seni untuk seni dan bukan seni untuk sesuatu tetapi sekiranya
pembentukan seni itu untuk tujuan kemasyarakatan yang mulia, itu adalah bersesuaian
dengan seni Islam. Kesenian Islam dicetuskan dengan niat untuk mendapat keredaan
Allah sedangkan kesenian yang tidak 3 Thoriq, Beda Seni di Mata Barat, berbentuk Islam
diciptakan untuk tujuan takbur, riak, menaikkan nafsu syahwat, merusakkan nilai syarak
dan akhlak. Karya seni dikehendaki mengandungi nilai-nilai murni yang melambangkan
akhlak, atau paling tidak bersifat natural yaitu bebas daripada sifat negatif. Jika sekiranya
terdapat nilai-nilai negatif walaupun yang menciptakannya itu beragama Islam, maka ia
terkeluar daripada kategori seni Islam. Berbagai gambaran Al-Qur‟an yang menceritakan
begitu banyak keindahan, seperti surga, istana dan bangunan-bangunan keagamaan kuno
lainnya telah memberi inspirasi bagi para kreator untuk mewujudkannya dalam dunia
kekinian saat itu. Istana Nabi Sulaiman as, mengilhami lahirnya berbagai tempat para
khalifah atau pemerintahan muslim membentuk pusat kewibawaan, istana dengan
berbagai “wujud fasilitas ruang” di atas kebiasaan rakyat biasa. Asmaasma Allah SWT,
seperti al-Jamiil secara theologis sangat membenarkan para kreator seni untuk
memanifestasikannya dalam banyak hal. Seni adalah sebahagian daripada kebudayaan.
Din al-Islam meliputi agama kebudayaan, maka dengan sendirinya kesenian merupakan
sebahagian din al-Islam. Ia juga diturunkan untuk menjawab fitrah, naluri atau keperluan
asasi manusia yang mengarah kepada keselamatan dan kesenangan. Firman Allah yang
artinya “ Wahai anak-anak Adam, pakailah perhiasan kamu ketika waktu sembahyang.
Makanlah dan minumlah dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah
tidak mengasih orang yang berlebih-lebihan. Katakanlah “siapakah yang mengharamkan
perhiasan Allah yang dikeluarkanNya untuk hambahambaNya dan rezeki yang baik.” (al-
A‟raf, ayat 31-32).Namun pada sisi yang lain, berbagai larangan Nabi SAW dan para
ulama mereka untuk melukis dan menggambar mahluk hidup yang bernyawa/bersyahwat
dalam mewujudkan corak keindangan ruangan meskipun hal ini tidak ditemukan teks-nya
secara langsung dalam Al-Qur’an, kegiatan mereka dalam mewujudkan gagasan
keindahan, tak pernah kehilangan arah. Kreasi dan potensi seni mereka, kemudian
dialihkannya pada berbagai bentuk kaligrafi Islam, dengan pola dan karaktersitik yang
indah dan rumit. Mereka membentuk corak ragam hias ruangan, benda-benda antik
seperti gelas atau guci, karpet, dan sebagainya dengan berbagai ornamen bunga-bungaan
atau tumbuhtimbuhan yang dianggap bukan sejenis hewan atau manusia. Allah Swt
menciptakan manusia dengan memberikan akal yang dapat menciptakan sesuatu yang
bisa disebut dengan seni atau budaya. Manusia juga diberikan rasa atau perasaan untuk
menghayati dan merasakan sesuatu. Akal manusia memiliki daya berpikir dan perasaan,
dengan akal manusia membentuk pengetahuan dengan konsep. Manusia juga diciptakan
dengan anggota tubuh yang lengkap, dimana akal dan anggota tubuh bisa menghasilkan
bentuk-bentuk yang menyenangkan yang bersifat estetika yaitu seni.
Dalam seni, keindahan merupakan unsur penting, sehingga dalam Islam nilai
keindahan merupakan nilai yang sangat penting yang sejajar dengan nilai kebenaran dan
kebaikan. Alam yang diciptakan Allah adalah suatu keindahan seperti langit yang dihiasi
bintang-bintang adalah suatu penciptaan Tuhan yang dapat dinikmati oleh manusia
sebagai suatu keindahan. Allah Swt meyakinkan manusia tentang ajarannya dengan
menyentuh seluruh totalitas manusia, termasuk menyentuh hati mereka melalui seni yang
ditampilkan di dalam Al-Qur’an yaitu melaui kisah-kisah nyata dan simbolik yang dipadu
oleh imajinasi melalui gambar-gambar konkrit. Di dalam Islam, prinsip dari seni adalah
ketauhidan, kepatuhan dan keindahan. Syeikh Yusuf Qardhawi telah menjelaskan sikap
Islam terhadap seni. Jika ruh seni adalah perasaan terhadap keindahan maka Al Qur‟an
sendiri telah menyebutkan dalam surat As-Sajadah ayat 7 yang artinya “Yang membuat
segala sesuatu, yang Dia ciptakan sebaikbaiknya dan yang memulai menciptakan
manusia dari tanah”. Rasulullah saw. juga telah menjelaskan kepada beberapa sahabat
yang mengira bahwa kecintaan terhadap keindahan bisa menafikan iman, dan menjadikan
pelakunya terperosok dalam kesombongan, sebagiamana diceritakan sebuah hadist.
Rasulullah bersabda,”Tidak akan masuk sorga siapa yang di hatinya ada rasa sombog,
walau sebesar biji sawi.” Maka berkatalah seorang lelaki, “Sesungguhnya ada seorang
lelaki menyukai agar baju dan sandalnya menjadi bagus.” Maka bersabda Rasulullah
saw., “Sesungguhnya Allah Maha Indah dan menyukai keindahan.” (HR. Muslim).
Seni yang sahih adalah seni yang bisa mempertemukan secara sempurna antara
keindahan dan al haq, karena keindahan adalah hakikat dari ciptaan ini, dan al haq adalah
puncak dari segala keindahan ini. Oleh karena itu Islam membolehkan penganutnya
menikmati keindahan, karena hal itu adalah wasilah untuk melunakkan hati dan
perasaan.8 Lingkungan Islam yang lebih terbuka terhadap seni ini adalah para sufi dan
filosof. Banyak para filosof Islam yang benar-benar menguasai musik dan teorinya,
beberapa diantaranya seperti Al-Farabi dan Ibnu Sina, dimana mereka ahli-ahli teori
musik terkemuka.9 Beberapa tabib muslim menggunakan musik sebagai sarana
penyembuhan penyakit baik jasmani maupun rohani. Bagi para sufi, seni adalah jalan
untuk dapat menangkap dimensi interior Islam, dimana seni terkait langsung dengan
spriritual. Al-Ghazali sebagai tokoh sufi mengatakan bahwa mendengar nada-nada vokal
dan instrumen yang indah dapat membangkitkan hal-hal dalm kalbu yang disebut Al-
Wujud atau kegembiraan hati.1

1
Dr. Abdurrahman al-Baghdadi, Seni Dalam Pandangan Islam, (Jakarta : Gema Insani Press), hal. 13-14
B. Pandangan Para Tokoh/Ulama Terhadap Kesenian
Salah satu ulama’ yang memiki perhatian dan minat besar terhadap kesenian
adalah Muhammad bin Muhammad Al-Ghazali (W 1111). Al-ghazali menyisahkan satu
bab khusus pembahasan soal kesenian, khususnya seni suara dan music. Al-ghazali
mengumpulkan, menganalisis, serta memberikan kritik dan penilaian terhadap pendapat
dan komentar para ulama tentang music.
Dalam menghukumi music al-ghozali dan para ulama lainnya berbeda pendapat.
Diantaranya: Qadi abu tayyib al-tabari, Syafii, Malik, Abu hanifah dan Sofyan.

Bahwa semua nama-nama beliau tersebut menyatakan bahwa music hukumnya haram.

1) Al syafii

Sebagaimana perkataan imam syafii “menyanyi hukumnya makhruh dan menyerupai


kebatilan”, barang siapa sering bernyanyi maka tergolong safeh (orang bodoh). Karena
itu syahadahnya (kesaksiannya) ditolak.

Dan beliau berkata lagi (imam syafii) memukul-mukul dengan tongkat hukumnya
makruh. Permainan music seperti itu biasanya dilakukan oleh orang-orang zindiq. Imam
syafii mengutip sebuah hadis bahwa permainan dadu adalah salah satu jenis permainan
yang paling dimakhruhkan disbanding permainan-permainan yang lain. Dan beliau sangat
membenci permainan catur. Bahkan semua jenis permainan apapun sebab permainan
bukanlah aktifitas ahli agama dan orang-orang yang memiliki harga diri (muru’ah).2

2) Al malik

Pendapat Al- malik beliau guru al-syafii ini sangat melarang keras mengenai soal
kesenian pada music. Menurutnya “ jika seseorang membeli budak perempuan, dan
ternyata budak tersebut seorang penyanyi maka pembeli berhak untuk mengembalikan

2
Abi hamid Muhammad bin Muhammad Al-Ghazali, ihya’ ulumuddin, Libanon: Dar fikr, tt, hal.267
budak tersebut (karena termasuk cacat). Pendapat imam malik ini secara tidak disadari
diikuti mayoritas ulama madina kecuali ibnu sa’id.3

3) Abu hanifah

Abu hanifah mengatakan bahwa seni music adalah makhruh, dan mendengarkannya
termasuk perbuatan dosa. Pendapat abu hanifah ini didukung olrh sebagian besar ulama
kuffah seperti sofyan at-tsauri, himad, Ibrahim, syu’bi dan ulama lain. Pendapat-pendapat
diatas dinukil dari Al-Qadi abu tayyib At-tabari.4

Adapun pendapat ulama’ yang memperbolehkan dalam melakukan kesenian.

Menurut pendapat Abu Thalib Al-Maliki dan para sahabat nabi seperti abdulloh
bin ja’far, abdulloh bin Zubair, mughirah bin syu’bah, dan mu’awiyah. Beliau sangat
suka mendengarkan musik. Menurutnya mendengarkan music atau nyanyian hamper
sudah menjadi tradisi dikalangan ulma salaf atau para tabi’in. bahkan abu thalib
mengatatakan bahwa ketika beliau berada di kota mekkah pada peringatan hari besar
orang-orang hijaz merayakan dengan pagelaran musik.5 Tradisi seperti itu juga dilakukan
oleh kalangan omasyarakat Madinah. Dan beliau mengakui bahwa ia pernah melihat Qadi
Marwan memerintahkan budak perempuannya untuk bernyanyi dihadapan orang-orang
sufi.

C. Adab Kesenian Dalam Islam


Islam merupakan agama tauhid, dalam arti bahwa tauhid merupakan intisari
ajaran Islam, yang sekaligus merupakan esensi dari seluruh ajaran Islam. Al-Faruqi
menyatakan: “There can be no doubt that essence of Islamic civilication is Islam; or that
the essence of Islam is tawhid” (Dapat dipastikan bahwa esensi dari seluruh peradaban
Islam adalah Islam, dan esensi dari Islam adalah tauhid). Ini menunjukkan bahwa
kesenian dalam Islam harus selaras dengan nilai-nilai tauhid. kesenian dalam Islam bukan
hanya sekedar mengajarkan moral, tetapi harus mengandung moral. Artinya, untuk
menyampaikan pesan-pesan moral melalui kesenian, harus tetap dalam koridor moral.

3
Mughni al-muhtaj, hal 2, vol 3
4
Abi hamid Muhammad bin Muhammad Al-Ghazali, ihya’ ulumuddin, Libanon: Dar Al-fikr, tt, hal 268
5
Abi Al abbas Ahmad bin Muhammad, Kaf Al-Ria’, hal 273
Seni Islam merupakan hasil dari keesaan dalam bidang keanekaragaman. Ia harus
merefleksikan kandungan prinsip keesaan ilahi. Seni Islam harus mewujudkan, dalam
taraf fisik yang secara langsung dapat dipahami oleh pikiran yang sehat, realitasrealitas
dasar dan perbuatan-perbuatan sebagai tangga bagi pendakian jiwa dari tingkat yang
dapat dilihat dan didengar menuju yang ghaib.
Ada beberapa norma yang harus dipegang dalam berkesenian menurut Islam,
yaitu:
1. Dilarang melukis lukisan yang bersifat pornografi, serta melukis hal-hal yang
bernyawa.
2. Dilarang menciptakan hikayat yang menceritakan dewa-dewa, kebiasaan pengarang
yang mengkritik Tuhan.
3. Dilarang menyanyikan lagu-lagu yang berisikan kata-kata yang tidak sopan atau cabul.
4. Dilarang memainkan musik yang merangsang kepada gerakangerakan sensual.
5. Dilarang berpeluk-pelukan antara laki-laki dan perempuan atas nama tarian.
6. Dilarang menampilkan drama dan film yang melukiskan kekerasan, kebencian dan
kekejaman.
7. Dilarang memakai pakaian yang memamerkan aurat
Dengan demikian, segala bentuk kesenian di atas, dilarang oleh Islam. Islam
memiliki konsep kesenian yang sesuai dengan naluri manusia yang mengarah kepada
keselamatan dan kesenangan. Islam diturunkan untuk menuntun dan memberi
petunjuk kepada manusia bagaimana mewujudkan salam di dunia dan akhirat.

D. Ruang Lingkup Kesenian Islam


Berkaitan dengan seni dan budaya yang sedang berkembang saat ini, jadi kesenian
islam memilki segenap aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam perkembangan serta
memilki batasan-batasan yang telah terdapat dalam Al-Qur’an dan hadist. Ruang lingkup
seni budaya dalam islam dapat di tinjau dari berbagai perspektif , budaya dan seni adalah
dua hal yang sudah lama menjadi bagian dari kehidupan manusia. Seni dan budaya selalu
berkembang setiap zamannya, islam sebagai agama Rahmatan Lil Alamin juga menjadi
salah satu bagian dari perkembangan budaya dan seni. Banyak seni yang memasukkan
nilai-nilai islam dalam karya seninya, misalnya seni kaligrafi, nasyid, dan lainnya. Dalam
setiap karya yang di hasilkan, nilai-nilai islam yang juga merupakan sebagai syair islam
di kehidupan bermasyarakat. Budaya pun berkembang dengan nilai-nilai islam di
dalamnya. Kalau melihat sejarah , kita akan tahu bahwa kesenian juga punya banyak
peran dalam agama islam , hamper tidak ada agama yang tidak punyas ekspresi seni,
mulai tembaganya, nadanya, mantranya, sampai azan dan qira’at. Hal ini dikarenakan ia
menyatu dengan kultur, budaya, dan situasi manusia setempat.
Agama islam mendukung kesenian selama tidak melenceng dari nilai-nilai agama.
Sebaliknya, apabila seni itu bertentangan dengan ajaran agama dilarang secara keras .
Kesenian dalam islam diwujudkan dalam seni bangunan, arsitektur, lukis, ukir, suara,
tari, dan berbagai macam seni lainnya. Apabila seni membawa manfaat bagi manusia ,
memperindah hidup dan hiasannya yang dibenarkan agama, mengabadikan nilai-nilai
luhur dan menyucikannya, serta mengembangkan dan memperluas rasa keindahan dalam
jiwa manusia, maka sunnah Nabi mendukung, tidak menentangnya. Karena ketika itu ia
telah menjadi salah satu nikmat Allah yang dilimpahkan kepada manusia. Karena itu,
baik anjuran maupun larangan, keduanya harus juga ada batasanya, dan tidak boleh
berlaku secara mutlak, kuncinya antara krsenia dengan islam harus ada keterkaitan.
E. Ciri-Ciri Utama Kesenian Islam
Seni dijadikan sebagai alat menyebarkan agaman islam dan memperkukuhkan
amal kebajikan dan kebaikan dikalangan ummat. Dengan bakat yang ada para seniman
muslim ternyata mampu menggunakannya dengan teknik, bentuk seni yang terbuka di
tempat yang berlainan ke dalam daerah seni dan budaya islam , berikut beberapa ciri-ciri
kesenian dalam islam:
1. Mengandung Unsur Keindahan
Artinya keindahan bukan hanya terletak pada objek seni tersebut samata-mata,
sebaliknya ia mampu menimbulkan rasa menyenangkan atau gembira serta kepuasan
kepada pencinta dan penikmat objek.
2. Mengandung Unsur Moral/Akhlak
Seni islam adalam seni yang berkaitan dengan nilai-nilai akhlak ataupun moral. Ia
hendaknya diciptakan untuk tujuan yang baik serta bebas dari nilai-nilai yang negatif
sebagaimana yang telah di gariskan dalam ajaran islam.
3. Mempunyai Pesan Spiritual
Sesuai dengan tujuan seni dalam islam setiap karya seni selalu mengandung pesan-
pesan spiritual , baik berupa pengetahuan,kisah sejarah, maupun nasehat. Melalui
karya seni pesan spiritual lebih mudah tersampaikan dari pada jika disampaikan
secara langsung.
4. Menghormati nilai susila
Kesenian islam juga sanggat menjaga kesopanan dan hubungan baik sehingga tidak
menimbulkan perpecahan, seperti menghindari sifat kebencian dan timbulnya fitnah.
Karya-karyanya juga selalu memilki makna dan nilaipendidikan sehingga bukan
merupakan karya yang kosong.
5. Tidak meniru ritual agama lain
Islam sanggat menghargai agama lain, termasuk adat kebiasaanya, namun demikian
seni dalam islam tetap menghindari unsur-unsur ritual yang ada di agama lain, hal ini
dipengang teguh sehingga kekhasan dan keunikan kesenian islam tetap terjaga.
6. Memiliki sifat universal
Islam merupakan agama yang universal dan mengutamakan kerukunana hidup
bermasyarakat sehingga karya-karyanya tidak terlalu menjurus kepada sebuah
kalangan saja.6

F. Hubungan Kesenian dengan Dakwah


Kegiatan dakwah sudah ada sejak adanya tugas dan fungsi yang harus diemban
oleh manusia dibelantara kehidupan dunia ini. Hal itu dilakukan dalam rangka
menyelamatkan seluruh alam, termasuk di dalamnya manusia itu sendiri. Namun,
kegiatan dakwah sering kali difahami, baik oleh masyarakat awam ataupun masyarakat
terdidik, sebagai suatu kegiatan yang sangat praktis, sama dengan tabligh (ceramah).
Kegiatan dakwah itu terbatas hanya di majelis-majelis taklim, masjid dan mimbar
keagamaan lainnya. Dakwah pada hakikatnya merupakan risalah bagi setiap mukmin,
perintah Rasulullah yang menuntut tanggung jawab pelaksanaannya sepanjang masa
dalam berbagai keadaan. Pada tingkat realisasi, dakwah tetap erat kaitannya dengan lima
unsur, yakni juru dakwah (da’i), sasaran (masyarakat atau mad’u), materi, metode dan
media dakwah.
6
Abd-ur-Rahman Al-Baghdadi, SENI DALAM PANDANGAN ISLAM (Seni Vokal, Musik dan Tari), Ref. internet 3-12-
2008
Dalam hal ini, seni merupakan salah satu media dakwah yang cukup efektif dalam
menyentuh kesadaran bagi sasaran dakwah. Dalam Al Quran surat Ali Imron ayat 110
Allah menegaskan predikat manusia sebagai khaira ummatin (umat terbaik), jika mereka
mampu tampil di tengah-tengah masyarakat, beramar ma’ruf nahi mungkar serta beriman
kepada Allah. Kegiatan ini menuntut ketrampilan dan penampilan sesuai dengan
pluralitas masyarakat. Pilihan metode Hikmah, Mau’idzah Hasanah ataupun Mujadalah
menjadi penting, melalui media-media yang mudah dijangkau untuk mendukung strategi
dakwah.
Oleh karena itu, dakwah haruslah dikemas dengan cara dan metode yang tepat
dan pas, dakwah harus tampil secara aktual dalam arti memecahkan masalah yang
kekinian dan hangat di tengah masyarakat. Faktual dalam arti kongkrit dan nyata, serta
konstektual dalam arti relevan dan menyangkut problema yang sedang dihadapi oleh
masyarakat.Penggunaan metode atau cara yang benar merupakan bagian dari
keberhasilan dakwah itu. Sebaliknya bila metode dan cara yang dipergunakan dalam
menyampaikan sesuatu tidak sesuai dan tidak pas akan mengakibatkan sesuatu yang tidak
diharapkan atau tidak memenuhi target yang diharapkan. Dalam berbagai macam literatur
dakwah, pembahasan tentang metode secara dasar merujuk sepenuhnya kepada firman
Allah SWT dalam Al Quran Surah Al Nahl 125 yang artinya Seruhlah (manusia) kepada
jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan
cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang
tersesat di jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat
petunjuk. Sampai saat ini metode-metode yang dijelaskan dalam Al Quran ini dipakai
dalam berbagai aktivitas dakwah yang dilakukan tidak hanya di masjid, pesantren, dan
majlis ta’lim, tetapi juga di rumah sakit, perusahaan, hotel, radio, televisi bahkan
internet.2 Namun demikian, aktivitas dakwah tampaknya belum berhasil secara penuh
merubah keadaan masyarakat menjadi lebih baik. Ada banyak faktor yang menjadi
penyebabnya, salah satunya adalah karena dakwah yang selama ini dilakukan bisa jadi
cenderung kering, impersonal dan hanya bersifat informatif belaka, belum menggunakan
teknik-teknik komunikasi yang efektif. Situasi ini mengindikasikan dakwah yang belum
berpijak pada 2 Asep Muhyidin dan Agus Ahmad Safei, realitas sosial yang ada. Padahal
dakwah dan realitas sosial memiliki hubungan interdependensi yang sangat kuat. 3
Beberapa hal yang penting diketahui dalam dakwah adalah, bahwa ada dua segi dakwah
yang tidak dapat dipisahkan, tetapi dapat dibedakan yaitu menyangkut isi dan bentuk,
substansi dan forma, pesan dan cara penyampaiannya, esensi dan metode. Proses dakwah
menyangkut keduaduanya sekaligus dan tidak dapat dipisahkan. Hanya saja perlu perlu
disadari bahwa isi, substansi, pesan dan esensi senantiasa mempunyai dimensi universal
yang tidak terikat oleh ruang dan waktu.
Dalam hal ini substansi dakwah adalah pesan keagamaan itu sendiri, itulah sisi
pertama dalam dakwah. Sisi kedua, meskipun tidak kurang pentingnya dalam dakwah
yakni sisi bentuk, forma, cara penyampaian dan metode.4 Selain hal diatas, sebuah media
dakwah juga penting untuk dimengerti di dalam proses komunikasi dakwah. Media
dakwah yang dipilih tentunya tidak lepas dari metode yang diterapkan dalam dakwah.
Pengembangan metode dakwah sangat berkait dengan media yang harus menyertainya.
Seorang da’i misalnya harus mampu memilih media dakwah yang relevan dengan kondisi
mad’u yang telah dipelajari secara konprehensif dan berkesinambungan. Kegiatan
dakwah yang dilakukan dengan 3 Yunan Yusuf, Metode Dakwah Sebuah Pengantar
Kajian mempertimbangkan kondisi audiens tersebut akan lebih memberikan hasil yang
jelas.5 Tentu saja seorang da’i hendaklah memilih metode dan media yang dari masa ke
masa terus berkembang seperti mimbar, panggung, media cetak atau elektronik (radio,
internet, televisi, komputer). Kemudian dengan mengembangkan media atau metode
kultural dan struktural yakni pranata sosial, seni dan karya budaya. Juga dengan
mengembangkan dan menyesuaikan metode dan media seni budaya masyarakat setempat
yang relevan seperti wayang, drama, musik, lukisan dan lain sebagainya. Seni adalah
ekspresi yang bernuansa Indah. Apakah itu ucapan atau ungkapan, lukisan atau tulisan,
pendek kata dalam segala aspek kehidupan. Dengan ilmu segalanya menjadi mudah,
dengan seni segalanya menjadi indah. 7
Dalam pengertian yang luas, dakwah punya kaitan simbiosis dengan seni, dimana
makna dan nilai-nilai Islam dapat dipadukan. Narnun dalam hal ini perlu adanya konsep
dakwah yang lebih strategis lagi, dengan pengelolaan secara profesional yang mampu
mengakomodasi segala permasalahan sosial. Di sini, seni dapat menjadi metode atau
media dakwah, namun juga menjadi sasaran antara bagi dakwah Islamiyah itu sendiri.

7
Yunan Yusuf, Metode Dakwah Sebuah Pengantar Kajian (Jakarta: Prenada Media, 2003), hlm 16-17
Sebagai media atau metode, seni mempunyai proyeksi yang mengarah pada pencapaian
kesadaran kualitas keberagamaan Islam yang pada gilirannya mampu mernbentuk sikap
dan perilaku Islami yang tidak menimbulkan gejolak sosial, tetapi justru makin
memantapkan perkembangan sosial. Sedangkan sebagai sasaran, dakwah diarahkan pada
pengisian makna dan nilai-nilai Islarni yang integratif ke dalam segala jenis seni dan
budaya yang akan dikembangkan. Pada awal era kejayaan Islam, telah lahir tokoh-tokoh
besar dibidang seni musik. Para ilmuwan muslim telah menjadikan musik sebagai media
pengobatan atau terapi. Kegemilangan peradaban Islam ditandai dengan kemajuan ilmu
pengetahuan dan kebudayaan. Kemajuan ilmu pengetahuan dan kebudayaan ini
bersentuhan erat dengan moral Islam, budaya arab dan kebudayaan besar lainnya. Tidak
heran jika pada awal kejayaan Islam telah lahir tokoh-tokoh besar dibidang seni musik.
Ada musisi terkenal yang sangat disegani yaitu Ishaq ibn Ibrahim Al-Mausili (767-
850M). Ada pula pengkaji pengkaji musik yang disegani seperti Yusuf bin Sulaiman Al-
Khatib (wafat tahun 785M). Munculnya seniman dan pangkaji musik di dunia Islam
menunjukkan bahwa umat Islam tidak hanya melihat musik sebagai hiburan. Lebih dari
itu, musik menjadi bagian dari ilmu pengetahuan yang dikaji melalui teori-teori ilmiyah.
Dalam konteks Indonesia, upaya penyampaian ajaran Islam melalui media seni sudah
memiliki umur yang relatif tua. Para Walisongo dengan beberapa keahlian keseniannya
telah mampu menyebarkan agama Islam hingga keberbagai daerah di Nusantara. Sunan
Kalijaga dan Sunan Bonang adalah dua dari sebagian tokoh penyebar Islam yang
menjadikan seni musik sebagai media dakwah. 8 Walisongo muncul saat runtuhnya
dominasi kerajaan Hindu Budha di Indonesia. Kesembilan “wali” yang dalam bahasa
Arab artinya penolong ini merupakan para intelektual yang terlibat dalam upaya
pembaharuan sosial yang pengaruhnya terasa dalam berbagai manifestasi kebudayaan
mulai dari kesehatan, bercocok tanam, berniaga hingga kepemerintahan. Yang menarik
dari kiprah walisongo adalah aktivitas mereka yang menyebarkan Islam di bumi pertiwi
tidaklah dengan armada militer dan pedang, tidak juga menginjak-injak dan menindas
keyakinan lama yang dianut oleh masyarakat Hindu-Budha yang saat itu mulai memudar
pengaruhnya. Namun, mereka melakukannya dengan cara halus dan bijaksana. Mereka
tidak langsung kebiasaan-kebiasaan lama masyarakat namun justru menjadikannya
sebagai cara berdakwah mereka. Salah satu media yang mereka gunakan sebagai media
dakwah adalah wayang.8

G. Karya Seni dan Adab Penggunaannya Dalam Islam


Pengertian Seni Seni menurut Ensiklopedia yaitu penjelmaan rasa indah yang
terkandung dalam jiwa manusia, dilahirkan dengan perantaraan alat komunikasi ke dalam
bentuk yang dapat ditangkap oleh indera pendengar (seni suara), penglihatan (seni lukis),
atau dilahirkan dengan perantaraan gerak (seni tari, drama).
Seni estetika adalah seni halus (fine art) yang meliputi seni lukis, pahat, bina tari,
musik, pentas, film, dan kesusasteraan. Pengertian halus di sini karena ia mewujūdkan
melalui perasaan) yaitu seni musik, seni suara, dan seni tari (Seri buku berikutnya Insya’
Allāh akan dibahas masalah seni panggung yang berupa sandiwara, tonil, opera, pantom,
teather, selain juga akan dibahas pada seri-seri berikutnya berupa seni pahat, seni halus,
dan seterusnya.
Pandangan seni dalam islam, Konsep Seni Dari segi makna literal, seni ialah
halus, indah atau permai. Dari segi istilah, seni ialah segala yang halus dan indah lagi
menyenangkan hati serta perasaan manusia. Dalam pengertian yang lebih padu, ia
membawa nilai halus, indah, baik dan suci : berguna dan bermanfaat serta mempunyai
fungsi dan nilai sosial. Selain itu, keindahan adalah sesuatu yang wujud di luar diri
manusia yang menikmati keindahan itu. Ia dapat dirasa, ditanggapi dan dihayati. Allah
adalah sumber daya dan sumber pemikiran manusia manakala imaginasi dan keupayaan
mencipta yang ada pada manusia adalah percikan dari daya kreatif Allah.
Dengan memperlakukan bahwa seni juga termasuk apa yang dicipta oleh Allah,
itu tidak bermakna kita dapat mencampuradukkan seni ciptaan manusia dengan seni
ciptaan Allah. Sejarah dan Perkembangan Seni Kesenian Islam adalah kesinambungan
daripada kesenian pada zaman silam yang telah berkembang oleh konsep tauhid yang
tinggi kepada Allah S.W.T. Seni atau karya seni itu mestilah baik iaitu yang mempunyai
cirri-cirinya yang khusus. Antaranya ialah tidak merosakkan budi pekerti yang mulia
serta tidak melalaikan orang dari beribadat dan mengingati Allah. Kriteria penolakan seni

8
Asep Muhyidin, Metode Pengembangan Dakwah (Bandung: Pustaka Setia, 2002), hlm. 212
atau karya seni tersebut buruk jika sei tersebut menurunkan moral, melalaikan diri untuk
beribadah kepada Allah atau juga melupakanNya.
Kesenian dalam Islam dijadikan sebagai alat menyebarkan agama dan
memperkukuhkan amal kebajikan dan kebaikan dikalangan ummat. Hasil seni boleh
menjadi faktor pendorong yang intensif bagi mengingati dan memuji Allah. Daya seni
yang diberikan Allah adalah bertujuan untuk menimbulkan keikhlasan dan kesedaran
dalam diri manusia. Dengan bakat seni yang ada, para seniman muslim ternyata mampu
menggunakannya dengan teknik, bentuk seni yang terbuka di tempat yang berlainan ke
dalam daerah seni dan budaya Islam.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Perbedaan di antara seni Islam dengan seni yang lain ialah niat atau tujuan dan nilai
akhlak yang terkandung di dalam sesuatu hasil seni itu. Ini berbeda dengan keseniaan
barat yang sering mengenepikan persoalan akhlak dan kebenaran. Tujuan seni Islam
ialah untuk Allah karena ia memberi kesejahteraan kepada manusia. Dengan ini, seni
Islam bukanlah seni untuk seni dan bukan seni untuk sesuatu tetapi sekiranya
pembentukan seni itu untuk tujuan kemasyarakatan yang mulia, itu adalah
bersesuaian dengan seni Islam.
2. Dalam menghukumi music al-ghozali dan para ulama lainnya berbeda pendapat.
Diantaranya: Qadi abu tayyib al-tabari, Syafii, Malik, Abu hanifah dan Sofyan .
Bahwa semua nama-nama beliau tersebut menyatakan bahwa music hukumnya
haram.
3. Ada beberapa norma yang harus dipegang dalam berkesenian menurut Islam, yaitu:
- Dilarang melukis lukisan yang bersifat pornografi, serta melukis hal-hal yang
bernyawa.
- Dilarang menciptakan hikayat yang menceritakan dewa-dewa, kebiasaan
pengarang yang mengkritik Tuhan.
- Dilarang menyanyikan lagu-lagu yang berisikan kata-kata yang tidak sopan atau
cabul.
- Dilarang memainkan musik yang merangsang kepada gerakangerakan sensual.
- Dilarang berpeluk-pelukan antara laki-laki dan perempuan atas nama tarian.
- Dilarang menampilkan drama dan film yang melukiskan kekerasan, kebencian
dan kekejaman.
- Dilarang memakai pakaian yang memamerkan aurat
4. Ruang lingkup seni budaya dalam islam dapat di tinjau dari berbagai perspektif ,
budaya dan seni adalah dua hal yang sudah lama menjadi bagian dari kehidupan
manusia. Seni dan budaya selalu berkembang setiap zamannya, islam sebagai agama
Rahmatan Lil Alamin juga menjadi salah satu bagian dari perkembangan budaya dan
seni.
5. Ciri-ciri kesenian dalam islam: Mengandung Unsur Keindahan , Mengandung Unsur
Moral/Akhlak, Mempunyai Pesan Spiritual , Menghormati nilai susila, Tidak meniru
ritual agama lain , Memiliki sifat universal .
6. Dalam hal ini, seni merupakan salah satu media dakwah yang cukup efektif dalam
menyentuh kesadaran bagi sasaran dakwah. Dalam Al Quran surat Ali Imron ayat 110
Allah menegaskan predikat manusia sebagai khaira ummatin (umat terbaik), jika
mereka mampu tampil di tengah-tengah masyarakat, beramar ma’ruf nahi mungkar
serta beriman kepada Allah.
7. Kesenian dalam Islam dijadikan sebagai alat menyebarkan agama dan
memperkukuhkan amal kebajikan dan kebaikan dikalangan ummat. Hasil seni boleh
menjadi faktor pendorong yang intensif bagi mengingati dan memuji Allah. Daya seni
yang diberikan Allah adalah bertujuan untuk menimbulkan keikhlasan dan kesedaran
dalam diri manusia.
B. Saran
Sebagai penutup dari makalah ini, tak luput pula kami ucapkan ribuan terima
kasih pada semua rekan-rekan yang telah banyak membantu dalam pembuatan makalah
ini. Di samping itu, masih banyak kekurangan serta jauh dari kata kesempurnaan, tetapi
kami semua telah berusaha semaksimal munkin dalam pembutan makalah yang amat
sederhana ini. Maka, dari pada itu . kami semua sangat berharap kepada semua rekan-
rekan untuk memberi kritik atau sarannya, sehingga dalam pembuatan makalah
selanjutnya bisa menjadi yang lebih baik.
Daftar Pustaka

Dr. Abdurrahman al-Baghdadi, Seni Dalam Pandangan Islam, (Jakarta : Gema Insani
Press)
Abi hamid Muhammad bin Muhammad Al-Ghazali, ihya’ ulumuddin, Libanon: Dar fikr
Abi Al abbas Ahmad bin Muhammad, Kaf Al-Ria’
Abd-ur-Rahman Al-Baghdadi, SENI DALAM PANDANGAN ISLAM (Seni Vokal, Musik
dan Tari)
Yunan Yusuf, Metode Dakwah Sebuah Pengantar Kajian (Jakarta: Prenada Media, 2003)
Asep Muhyidin, Metode Pengembangan Dakwah (Bandung: Pustaka Setia, 2002)

Anda mungkin juga menyukai