Anda di halaman 1dari 19

Metode penelitian kuantitatif

pengaruh covid-19 terhadap harga pangan masyarakat

di ajukan untuk memenuhi tugas prasyarat mata kuliah metode penelitian kuantitatif

Dosen pengampuh : : Aryadilah S.Sos.I, MM, M. Ikom

Disuusun oleh :
Fikri Alfian 44218310024
Fakiultas Ilmu Komunikasi
Public Relations
UNIVERSITAS MERCU BUANA
Jl. Raya Kranggan No.6 Jatisampurna Bekasi
Kata pengantar
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME atas limpahan nikmat rahmat
dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “pengaruh
covid-19 terhadap harga pangan masyarakat” ini dengan lancar. Penulisan makalah ini
bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh dosen pengampu mata kuliah
Metode Penelitian Kuantitatif
Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data-data sekunder yang penulis peroleh dari
internet, serta infomasi dari media massa yang berhubungan dengan penelitian ini, tak lupa
penyusun ucapkan terima kasih kepada pengajar mata kuliah Metode Penelitian Kuantitatif atas
bimbingan dan arahan dalam penulisan makalah ini. Juga kepada rekan-rekan mahasiswa yang
telah mendukung sehingga dapat diselesaikannya makalah ini.
Penulis harap, dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua,
dalam hal ini dapat menambah wawasan kita terhadap dampak dari sebuah wabah terhadap harga
pangan, khususnya bagi penulis. Memang makalah ini masih jauh dari sempurna, maka penulis
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang lebih baik.

Bogor, 17 mei 2020


ii
DAFTAR ISI

Kata pengantar.................................................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................................iii
BAB I................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...............................................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah.......................................................................................................1
B. Rumusan masalah...................................................................................................................2
C. Tujuan makalah.......................................................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................................3
Pembahasan...................................................................................................................................3
2.1 Pengertian pangan................................................................................................................3
2.2 beberapa harga pangan yang naik dan turun.......................................................................6
2.3 Daya beli masyarakat dalam pandemic..............................................................................10
BAB III............................................................................................................................................14
KESIMPULAN.................................................................................................................................14
Kesimpulan................................................................................................................................14
Saran.........................................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................................15
iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pandemi koronavirus 2019-2020 merupakan pandemi penyakit coronavirus yang sedang


berlangsung 2019 (COVID-19) yang disebabkan oleh sindrom pernafasan akut yang parah
coronavirus 2 (SARS-CoV-2). Wabah itu diidentifikasi di Wuhan , Cina, pada bulan Desember
2019. Organisasi Kesehatan Dunia menyatakan wabah itu sebagai Kesehatan Masyarakat Darurat
dari Kepedulian Internasional pada 30 Januari 2020, dan kemudian diakui sebagai pandemi pada
11 Maret 2020. Pada 18 April 2020, lebih dari 2,25 juta kasus COVID-19 telah dilaporkan di 210
negara dan wilayah , yang mengakibatkan lebih dari 154.000 kematian . Lebih dari 571.000
orang telah pulih.
Virus ini terutama menyebar di antara orang-orang selama kontak dekat, sering melalui tetesan
kecil yang dihasilkan oleh batuk, bersin, atau berbicara. Sementara tetesan ini diproduksi saat
bernafas, mereka biasanya jatuh ke tanah atau ke permukaan daripada menular pada jarak jauh .
Orang juga dapat terinfeksi dengan menyentuh permukaan yang terkontaminasi dan kemudian
menyentuh mata, hidung, atau mulut mereka. Virus ini dapat bertahan di permukaan hingga 72
jam. Penyakit ini paling menular selama tiga hari pertama setelah timbulnya gejala, meskipun
penyebaran mungkin terjadi sebelum gejala muncul dan pada tahap selanjutnya penyakit. Gejala
umum termasuk demam , batuk , dan sesak napas . Komplikasi mungkin termasuk pneumonia
dan sindrom gangguan pernapasan akut . Waktu dari paparan hingga timbulnya gejala biasanya
sekitar lima hari, tetapi dapat berkisar dari dua hingga empat belas hari. Tidak ada vaksin yang
diketahui atau pengobatan antivirus khusus . Pengobatan primer adalah terapi simtomatik dan
suportif .
Langkah - langkah pencegahan yang direkomendasikan termasuk mencuci tangan ,
menutup . Pandemi telah menyebabkan gangguan sosial ekonomi global yang parah , penundaan
atau pembatalan acara olahraga, agama, politik dan budaya dan kekurangan pasokan yang meluas
yang diperburuk oleh pembelian panik. Pandemi ini telah menyebabkan resesi global terbesar
dalam sejarah, dengan lebih dari sepertiga populasi global dikurung Pandemic ini memberikan
dampak yang besar bagi perubahan perekonomian secara drastic khsusnya harga pangan.
Naiknya dan turunya beberapa harga pangan di tengah masyarakat yang mengakibatkan
keresahan bagi sebagian masyarakat, karenanya adanya ketidakstabilan antara daya beli dengan
hasil panen, dan lagi peraturan PSBB yang membatasi mobilitas di berbagai daerah. Sehingga
Tentu hal ini berdampak pada penjualan sejumlah sembako dan bumbu dapur. Bukan hanya di
pasar yang mengalami kenaikan harga, pedagang kelontong rumahan pun menjerit karena harga
semakin naik, penjualan menurun

1
B. Rumusan masalah
1. apa yang di maksud dengan pangan ?.

2, bagaimana harga pangan menjadi naik dan turun di dalam pandemic ini?

3, bagaimana daya beli masyarakat

C. Tujuan makalah
1. mengetahui apa yang di maksud dengan pangan

2. mengetahui harga pangan menjadi naik dan turun dalam pandemic ini

3. bagaimana daya beli masyarakat

2
BAB II
Pembahasan

2.1 Pengertian pangan


Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk pertanian, perkebunan,
kehutanan, perikanan, peternakan, perairan, dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah yang
diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan
tambahan Pangan, bahan baku Pangan, dan bahan lainnya yang digunakan dalam proses
penyiapan, pengolahan, dan/atau pembuatan makanan atau minuman (Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 18 Tahun 2012). Karsin (2004) Pangan merupakan kebutuhan dasar yang
paling esensial bagi manusianuntuk mempertahankan hidup dan kehidupan. Pangan sebagai
sumber zat gizi (karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan air) menjadi landasan utama
manusia untuk mencapai kesehatan dan kesejahteraan sepanjang siklus kehidupan. Janin dalam
kandungan, bayi, balita, anak, remaja, dewasa maupun usia lanjut membutuhkan makanan yang
sesuai dengan syarat gizi untuk mempertahankan hidup, tumbuh dan berkembang, serta
mencapai prestasi kerja.
Pangan telah dikelompokkan menurut berbagai cara yang berbeda dan berikut merupakan salah
satu cara pengelompokannya, yakni :
1) Padi-padian
2) Akar-akaran, umbi-umbian dan pangan berpati
3) Kacang-kacangan dan biji-bijian berminyak
4) Sayur-sayuran
5) Buah-buahan
6) Pangan hewani
7) Lemak dan minyak
8) Gula dan sirop
Ada beberapa hal penting dalam mengatasi permasalahan pangan di Indonesia
(Purwaningsih:2008:3) yaitu :
1) Ketersediaan pangan Negara berkewajiban untuk menjamin ketersediaan pangan dalam
jumlah yang cukup (selain terjamin mutunya) bagi setiap warga negara, karena pada dasarnya
setiap warga negara berhak atas pangan bagi keberlangsungan hidupnya. Penyediaan pangan
dalam negeri harus diupayakan melalui produksi dalam negeri dari tahun ke tahun meningkat
seiring dengan adanya pertumbuhan penduduk.
2) Kemandirian pangan

3
Kemandirian pangan suatu negara dalam memenuhi kebutuhan rakyatnya merupakan indikator
penting yang harus diperhatikan, karena negara yang berdaulat penuh adalah yang tidak
tergantung (dalam bidang politik, keamanan, ekonomi, dan sebagainya) pada negara lain.
3) Keterjangkauan pangan
Keterjangkaun pangan atau aksesibilitas masyarakat (rumah tangga) terhadap bahan sangat
ditentukan oleh daya beli, dan daya beli ini ditentukan oleh besarnya pendapatan dan harga
komditas pangan.
4) Konsumsi pangan Konsumsi pangan berkaitan dengan gizi yang cukup dan seimbang. Tingkat
dan pola konsumsi pangan dan gizi dipengaruhi oleh kondisi ekonomi,sosial, dan budaya
setempat.
Pemenuhan kebutuhan pangan merupakan hak negara dan bangsa yang secara mandiri
menentukan kebijakan Pangan yang menjamin hak atas Pangan bagi rakyat dan yang
memberikan hak bagi masyarakat untuk menentukan sistem pangan yang sesuai dengan potensi
sumber daya lokal. Studi pustaka yang dilakukan oleh IFPRI (1999) diperkirakan terdapat 200
definisi dan 450 indikator tentang ketahanan pangan (Weingärtner, 2000). Berikut disajikan
beberapa definisi ketahanan pangan menurut Hanani (2009) dalam (Purwaningsih, 2011: 5) :
1) Undang-Undang Pangan No.7 Tahun 1996 yang diperbaharui dalam Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2012 kondisi terpenuhinya kebutuhan pangan bagi rumah
tangga yang tercermin dari tersedianya pangan secara cukup, baik dari jumlah maupun mutunya,
aman, merata dan terjangkau.
2) USAID (1992) : kondisi ketika semua orang pada setiap saat mempunyai akses secara fisik
dan ekonomi untuk memperoleh kebutuhan konsumsinya untuk hidup sehat dan produktif.
3) FAO (1997) : situasi dimana semua rumah tangga mempunyai akses baik fisik maupun
ekonomi untuk memperoleh pangan bagi seluruh anggota keluarganya, dimana rumah tangga
tidak beresiko mengalami kehilangan kedua akses tersebut.
4) FIVIMS (2005) : kondisi ketika semua orang pada segala waktu secara fisik, social dan
ekonomi memiliki akses pada pangan yang cukup, aman dan bergizi untuk pemenuhan
kebutuhan konsumsi dan sesuai dengan seleranya (food preferences) demi kehidupan yang aktif
dan sehat.
5) Mercy Corps (2007) : keadaan ketika semua orang pada setiap saat mempunyai akses fisik,
sosial, dan ekonomi terhadap terhadap kecukupan pangan, aman dan bergizi untuk kebutuhan
gizi sesuai dengan seleranya untuk hidup produktif dan sehat.
Adanya ketahanan pangan maka diharapkan Masyarakat dapat mewujudkan kemandirian
pangan, dimana arti kemandirian pangan itu sendiri Menurut UU RI No. 18 Tahun 2012 adalah
kemampuan produksi pangan dalam negeri yang didukung kelembagaan ketahanan pangan yang
mampu menjamin pemenuhan kebutuhan pangan yang cukup di tingkat rumah tangga, baik
dalam jumlah, mutu, keamanan, maupun harga yang terjangkau, yang didukung oleh sumber-

4
sumber pangan yang beragam sesuai dengan keragaman lokal. Strategi yang diterapkan dalam
rangka keberhasilan pembangunan ketahanan pangan (Hanafie, 2010: 275) adalah sebagai
berikut :
1) Pemberdayaan ketahanan pangan masyarakat.
2) Pengembangan sistem dan usaha agrobisnis.
3) Mewujudkan kebersamaan antara masyarakat sebagai pelakudan pemerintah
sebagai fasilitator.
4) Menumbuhkan ketahanan pangan pada tingkat rumah tangga, mengelola
produksi pangan dengan baik dalam memenuhi kebutuhan konsumsi keluarga, dan
mampu menyalurkan kelebihan produksi pangan untuk memperoleh harga yang wajar.
Kesadaran masyarakat akan pentingnya penganeragaman pangan dengan mutu pangan
yang dikonsumsi harus semakin meningkat dalam mewujudkan ketahanan pangan pada
tingkat rumah tangga
5) Pemantapan koordinasi dan sinkronisasi pihak-pihak terkait dalam
perencanaan, kebijakan, pembinaan, dan pengendalian.

Untuk membedakannya, pangan diklasifikasi menjadi tiga yakni:

a. Pangan Segar

Pangan segar yang dimaksud disini adalah pangan yang belum mengalami pengolahan, yang
dapat dikonsumsi langsung atau dijadikan bahan baku pengolahan pangan. Misalnya beras,
gandum, segala macam buah, ikan, air segar.

b. Pangan Olahan

Makanan atau pangan olahan tertentu adalah pangan olahan yang diperuntukkan bagi kelomjpok
tertentu dalam upaya memelihara dan meningkatkan kualitas kesehatan kelompok tersebut.

c. Pangan Siap Saji

Pangan siap saji adalah makanan atau minuman yang sudah diolah dan bisa langsung disajikan di
tempat usaha atau di luar tempat usaha atas dasar pesanan.
Pangan yang dikonsumsi secara teratur setiap hari tidak hanya sekedar memenuhi ukuran
kuantitas saja namun juga harus memenuhi unsur kualitas. Unsur kuantitas sering dikaitkan
dengan jumlah makanan yang harus dikonsumsi. Bagi mereka, ukuran cukup mungkin adalah
kenyang, atau yang penting sudah makan. Sedangkan ukuran kualitas adalah terkait dengan nilai
- nilai intrinsik dalam makanan tersebut seperti keamanannya, gizi dan penampilan makanan
tersebut.

5
2.2 beberapa harga pangan yang naik dan turun
Dengan adanya pademi yang terjadi di dunia dan Indonesia tentunya, berdampak pada
beberapa harga pangan yang mengalami kenaikan dan penurunan. Jumlah hasil panen petani
dengan daya jumlah pembeli tidak se imbang, belum lagi peraturan pemerintah PSBB
mengurangi mobilitas dalam mengirim hasil panen yang tentunya akan merugikan petani jika
sampai hasil panennya tidak terjual
Beberapa berita melaporkan adanya kenaikan dan penurunan harga pangan salah satunya
berita dari detik.com pada saat wawancara dengan pedagang
“Sudah semingguan ini harga sembako dan bumbu dapur meningkat hampir 20 persen karena
virus corona, dan ini kerasa sekali penurunan daya jual. Para pembeli makin sepi, kalau biasanya
meski naik ada saja pembeli kalo ini turun drastis,” ungkap Suryani, Senin (23/3/2020). “
Dari 68 postingan terkait COVID-19, satu di antaranya terkait harga pangan di Pasar
Mitra Tani/ TTIC pesan via Gofood. Beras Rp8.880 per kilogram (kg), ayam Rp30.000/kg,
minyak goreng Rp11.000/kg, gula Rp12.500/kg, cabai rawit Rp35.000/kg, cabai panjang
Rp25.000/kg, daging Rp75.000/kg, telur Rp22.000/kg, dan bawang merah Rp35.000/kg. Jika
melihat harga yang ditetapkan Kementerian Pertanian, angka tersebut bisa membuat petani
tersenyum. Tapi realitasnya tidak demikian, para petani hortikultura dan peternak ayam ras
menjerit karena hasil panen yang melimpah tidak dibarengin dengan permintaan pasar.
Kondisi ini terjadi karena dampak wabah virus COVID-19 menghantam pertani dan
peternak ayam di pulau Jawa. Sholeh Iskandar, petani cabai Desa Kiarasari, Bogor mengatakan
wabah virus COVID-19 berdampak pada jadwal operasional Pasar Bogor yang biasanya 24 jam,
kini dibatasi hanya 10 jam. Dari jam 4 sore sampai dengan jam 2 pagi. Sebelum wabah, harga
cabai merah keriting dipatok Rp40-50 ribu per kilogram. Tapi saat ini harga cabai turun drastis
menjadi Rp10 ribu per kilogram. "Dengan harga murah saat ini petani juga kesulitan untuk
menjual hasil pertaniannya. Sebab minimnya permintaan. Apalagi setelah ada pembatasan waktu
operasional pasar," kata Sholeh saat dihubungi Tirto, Sabtu (11/4/2020). Penjualan hasil panen
cabai petani akan bertambah sulit ketika Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) untuk
wilayah Kabupaten Bogor dan Kota Bogor diberlakukan pada Rabu (15/4/2020). Memang,
wilayah kabupaten Bogor tidak menerapkan PSBB di seluruh wilayah, PSBB hanya berada di 11
dari 40 kecamatan yang masuk zona merah penyebaran COVID-19. Sholeh menambahkan harga
cabai turun Rp10 ribu per kilogram pada tingkat petani karena tengkulak yang mematok
harganya. Beberapa petani terpaksa menjual ke tengkulak karena akses lokasi pasar yang jauh
dengan desa dan khawatir merugi lebih besar. Jarak Desa Kiarasari, tempat Sholeh menanam

6
cabai ke Agen Pupuk di kecamatan Sukajaya harus menempuh jarak 21 kilometer, sedangkan ke
ibu kota kabupaten sekitar 90 kilometer.
"Petani enggak mau cabainya busuk, tapi dijual harganya murah banget," kata Sholeh
yang memiliki luas lahan 2 hektare. Ia menambahkan hasil pertanian yang dijual ke Tengkulak
dikirimkan ke Pasar Bogor, Pasar Rakyat Leuwisadeng dan Pasar Lama Cigudeg. Tiga lokasi
pasar tersebut berada di Kabupaten Bogor dan Kota Bogor. Petani di wilayah Bogor Barat ini
pun menyiasati penjualan cabai secara online agar rugi tidak bertambah besar. Pada 13 Januari
2020, Sholeh berhasil menjual 80 kilogram cabai merah kepada warga satu desa dengan harga di
bawah pasar yakni Rp20 ribu per kilogram. Jumlah tersebut kecil bila dibandingkan dengan
penyerapan di pasar tradisional, tapi sebagai petani skala kecil, Sholeh tak punya pilihan lagi.
Namun berbanding terbalik dengan harga di pasaran, harga di pasaran relative naik
seperti bumbu-bumbu dapur dan lain lain, ini di karenakan kurangnya supply dari distributor
sehingga menyebabkan kelangkaan yang membuar harga naik, walupun pemerintah
mengecualikan jasa pengangkutan pangan, namun realitanya ada beberapa tempat yang me
lockdown daerahnya sendiri dilarang adanya lalu lalang dari luar kedalam, belum lagi akibat
pandemic ini banyak yang khawatir keluar rumah sehingga supply pangan ke pasar mengalami
hambatan. kelangkaan pangan dan kebiasaan bekerja dari keluarga, berpengaruh pula terhadap
pola makanan (Harper, et.al, 1986) ada beberapa cara agar harga pangan tetap stabil yaitu :
1) Meningkatkan daya beli masyarakat miskin dengan menaikkan tingkat produksi
pangan secara keseluruhan. Peningkatan supply pangan dan daya beli masyarakat
merupakan hal yang tidak mudah karena terkait dengan kebijakan yang akan
dilakukan oleh suatu negara.
2) Pendistribusian kembali supply pangan dari daerah ke daerah defisit pangan dengan
menggunakan mekanisme yang dapat meningkatkan daya beli masyarakat, khususnya
masyarakat miskin yang kekurangan pangan, selain menaikkan insentif untuk
meningkatkan produksi pangan dalam jangka panjang.

dan juga agar harga pangan stabil bias juga menerapkan Program Desa Mandiri Pangan
(Demapan) Menurut Pedoman Umum Demapan (2012:2) Desa Mandiri Pangan adalah
desa/kelurahan yang masyarakatnya mempunyai kemampuan untuk mewujudkan ketahanan
pangan dan gizi melalui pengembangan subsistem ketersediaan, subsistem distribusi, dan
subsistem konsumsi pangan dengan memanfaatkan sumberdaya setempat secara berkelanjutan.
Progam aksi desa mandiri pangan dapat dilakukan melalui pemberdayaan masyarakat desa,
pembentukan kelompok tani dan afinitas, posdaya, lembaga keuangan desa, dan tim pangan desa.
Prinsip Pengembangan model desa mandiri pangan (Naiggolan, 2007) adalah sebagai berikut :
1) Kemampuan pengelolaan ketahanan pangan di tingkat desa.
2) Kemampuan upaya pemanfaatan sumber daya yang dimiliki untuk meningkatkan kualitas
pemenuhan kebutuhan pangan.

7
3) Kemampuan menangani masalah kelebihan atau kekurangan pangan dan ketidakmampuan
masyarakat dalam mengakses pangan.
4) Prinsip-prinsip pemberdayaan ketahanan pangan secara partisipatif dan berkelanjutan.
. Dasar Pelaksanaan Progam Aksi Demapan Menurut Pedoman Umum Demapan (2012:9)
pelaksanaan kegiatan demapan dilaksanakan melalui 4 tahapan yaitu sebagai berikut :
1) Persiapan
Tahap persiapan dilaksanakan pada tahun pertama kegiatan Demapan, dengan kegiatan
mempersiapkan aparat pelaksana dan masyarakat melalui : a) Seleksi Lokasi Sasaran
(1) Kabupaten/Kota, dengan syarat merupakan kabupaten rentan pangan,memiliki unit
kerja ketahanan pangan, terbentuk Dewan Ketahanan Pangan Kabupaten/Kota; dan
adanya partisipasi masyarakat/Pemerintah Daerah setempat untuk pengentasan
kemiskinan.
(2) Kecamatan, dengan syarat adanya kelembagaan ekonomi dalam mendukung
pengembangan ketahanan pangan (pasar, KUD, dan lainnya), dan memiliki SDM aparat
(penyuluh) yang dapat mendukung pelaksanaan program.
(3) Desa, dengan syarat desa rawan pangan yang memiliki penduduk lebih dari 30 persen
RTM berdasarkan survei data dasar rumah tangga memiliki potensi sumberdaya alam dan
sumberdaya manusia yang belum dikembangkan, aparat desa dan masyarakat bersedia
menerima dan mendukung kegiatan Demapan. Desa yang telah terpilih ditetapkan oleh
Kepala Badan/Dinas/Kantor/Unit kerja yang menangani Ketahanan Pangan
Kabupaten/Kota yang dikuatkan melalui Surat Keputusan Bupati/Walikota.
b) Penetapan Pendamping Pendamping ditetapkan dengan SK Kepala Badan/Dinas/
Kantor/Unit kerja yang menangani Ketahanan Pangan Kabupaten/Kota.
c) Penetapan Koordinator Pendamping Koordinator pendamping ada di provinsi dan
kabupaten/kota, yang ditetapkan dengan SK Kepala Badan/Dinas/Kantor/Unit kerja yang
menangani Ketahanan Pangan.
d) Penyusunan Data Dasar Desa Penyusunan data dasar desa berupa karakteristik rumah
tangga, pemetaan potensi wilayah desa lokasi kegiatan, profil kelompok, dan profil desa.
e) Penetapan Kelompok Afinitas Kelompok afinitas adalah anggota kelompok yang
diikat dengan rasa kesatuan dan kebersamaan oleh jaringan persahabatan dan keluarga
untuk melaksanakan kegiatankegiatan usaha ekonomi secara bersama-sama. Anggota
kelompok afinitas adalah RTM hasil survei data dasar rumah tangga, yang dibina melalui
kegiatan Demapan. Kelompok afinitas ditetapkan oleh Kepala Badan/Dinas/Kantor/Unit
kerja yang menangani ketahanan pangan Kabupaten/ Kota.
f) Penetapan Tim Pangan Desa (TPD) TPD adalah lembaga yang ditumbuhkan oleh
masyarakat sebagai penggerak pembangunan ketahanan pangan di perdesaan. Jumlah
anggota TPD tahun 2012 terdiri dari unsurunsur pewakilan: aparat desa; penggerak PKK;
tokoh masyarakat; perwakilan KK Miskin kelompok afinitas. TPD ditetapkan oleh
Kepala Badan/Dinas/Kantor/Unit kerja yang menangani Ketahanan Pangan
Kabupaten/Kota. Tugas TPD mengarustamakan pengentasan kemiskinan dan

8
pengurangan kerawanan pangan di tingkat desa, serta memberikan advokasi kepada
kepala desa.
g) Penumbuhan LKD LKD adalah lembaga yang ditumbuhkan oleh kelompok bersama
masyarakat, yang beranggotakan sub-sub kelompok afinitas untuk mengelola keuangan
sebagai modal usaha produktif perdesaan. Pengurus LKD berasal dari masyarakat
setempat dan merupakan perwakilan dari sub-sub kelompok afinitas yang memiliki
kemampuan dalam pengelolaan keuangan dan administrasi. lembaga ini tetapkan oleh
Kepala Badan/Dinas/Kantor/Unit kerja yang menangani Ketahanan Pangan
Kabupaten/Kota. Tugas LKD mengelola keuangan sebagai modal usaha produktif
kelompok afinitas menjadi lembaga pelayanan usaha produktif masyarakat.
h) Sosialisasi Kegiatan Demapan Sosialisasi kegiatan dilaksanakan di tingkat Pusat,
Provinsi, Kabupaten/Kota, dan desa. Sosialisasi dilakukan oleh Badan/
Dinas/Kantor/Unit Kerja Ketahanan Pangan di wilayah masingmasing
. i) Pendampingan Tenaga pendamping adalah petugas/penyuluh yang bertanggungjawab
untuk melakukan pendampingan dan pemberdayaan masyarakat di lokasi Demapan.
Tugas Pendamping: adalah menyusun rencana kerja pendampingan, menumbuhkan dan
mengembangkan kelompok-kelompok afinitas dan kelompok penyedia protein hewani,
mengembangkan dinamika kelompok afinitas, membina kelompok-kelompok afinitas
dalam merencanakan usaha produktif, dan menumbuhkan lembaga layanan permodalan
bersama-sama dengan TPD dan kelompok-kelompok afinitas.
j) Penyusunan Rencana Pembangunan Wilayah Desa (RPWD) RPWD merupakan
usulan prioritas kegiatan yang disusun oleh kelompok masyarakat secara parsitipatif
bersama wakil-wakil kelompok afinitas, dan tokoh masyarakat. Usulan rencana kegiatan
yang telah disepakati di forum RPWD ditetapkan sebagai kegiatan desa, disampaikan
kepada kecamatan.
k) Pelatihan Untuk mempersiapkan pelaksanaan Kegiatan Demapan dilaksanakan
pelatihan dasar dan pelatihan teknis. Pelatihan dasar kepada: pendamping/ pembina
kemitraan, pamong desa, aparat kabupaten/kecamatan, pengurus LKD dan TPD.
Sedangkan pelatihan teknis kepada kelompok afinitas.
l) Penyaluran Dana Bansos untuk Usaha Produktif Dana Bansos untuk Usaha Produktif
merupakan dana stimulan untuk mendukung usaha kelompok-kelompok afinitas, yang
memiliki kemauan sendiri untuk meningkatkan kemampuan mengelola usaha produktif.
Dana Bansos dikelola oleh LKD untuk pengembangan usaha produktif kelompok
afinitas, yang penggunaannya didasarkan pada keputusan bersama seluruh anggota
kelompok afinitas
2) Penumbuhan Pemberdayaan masyarakat melalui: pelatihan, peningkatan aksessibilitas
masyarakat, dan penguatan kelembagaan. Pengembangan sistem ketahanan pangan untuk
pembangunan sarana cadangan pangan, dan penguatan dasa wisma dalam penganekaragaman
konsumsi. Koordinasi lintas sektor untuk dukungan sarana dan prasarana perdesaan.
a) Pemberdayaan Masyarakat Dilakukan melalui pendampingan, pelatihan-pelatihan,
peningkatan aksesibilitas, dan penguatan kelembagaan. Pendampingan dilakukan untuk:

9
mengembangkan dinamika kelompok afinitas dan menumbuhkembangkan usaha
produktif. Pelatihan-pelatihan dilakukan untuk meningkatkan kapasitas SDM kelompok
afinitas bidang administrasi dan pengelolaan usaha. Peningkatan aksesibilitas masyarakat
di daerah rawan pangan, meliputi akses informasi, sarana prasarana, teknologi,
permodalan, pasar, dan lainnya dilakukan melalui kerjasama dengan stakeholder terkait,
yang dapat memberikan peluang dan kesempatan berusaha kepada masyarakat melalui
proses pendampingan, pembinaan, dan penyuluhan. Penguatan kelembagaan dilakukan
pada Kelompok Kerja (Pokja) Demapan, TPD, kelompok afinitas, dan kelompok
penyedia protein hewani.
b) Pengembangan Sistem Ketahanan Pangan Pada subsistem ketersediaan pangan
dilakukan untuk peningkatan produksi dan pengembangan cadangan pangan masyarakat.
Subsistem distribusi, dilakukan melalui penumbuhan usaha-usaha perdagangan,
pemasaran, dan sistem informasi harga pangan oleh anggotakelompok di tingkat desa.
Subsistem konsumsi, dilakukan untuk peningkatan penganekaragaman pangan berbasis
sumberdaya lokal, perbaikan pola konsumsi keluarga melalui pembinaan dasa wisma,
pemanfaatan pekarangan, srta pengembangan teknologi pengolahan dan produk pangan
olahan.
c) Dukungan Pengembangan Sarana dan Prasarana Diarahkan untuk perbaikan sarana,
prasarana, dan fasilitasi yang dilaksanakan pemerintah untuk pengembangan Demapan
melalui integrasi program kerja lintas sektor.
3) Pengembangan Tahap pengembangan dilaksanakan untuk: penguatan dan pengembangan
dinamika serta usaha produktif kelompok afinitas; serta pengembangan fungsi kelembagaan
layanan modal, kesehatan, pendidikan, sarana usahatani, dan lainnya. Pada tahap ini sudah
terdapat kemajuan sumber pendapatan, peningkatan daya beli, gerakan tabungan masyarakat,
peningkatan ketahanan pangan rumah tangga, peningaktan pola pikir masyarakat, peningkatan
keterampilan, dan pengetahuan masyarakat.
4) Kemandirian Kemandirian pangan tingkat desa memerlukan dukungan program lintas sektor
untuk pembangunan wilayah perdesaan dan pembangunan sarana prasarana perdesaan. Tingkat
kemandirian dicapai dengan berfungsinya sarana fisik yang dibangun secara partisipatif oleh
masyarakat dan fasilitasi pemerintah dengan menggunakan teknologi tepat guna sesuai
kebutuhan masyarakat dan memberikan dampak terhadap kesejahteraan masyarakat dan desa
sekitarnya. Desa-desa yang sudah melalui tahap kemandirian dan mamasuki tahun kelima,
selanjutnya akan mengembangkan Gerakan Kemandirian Pangan, dimana desa-desa yang telah
mandiri berperan sebagai desa inti dan membina desa-desa sekitarnya. Pelaksanaan kegiatan
Gerakan Kemandirian Pangan diatur dalam Pedoman Teknis Gerakan.
Dengan berbagai cara seperti itu di harapkan dapat memenuhi kebutuan pangan setempat
sehingga harga pangan akan stabil dan dapat memenuhi maskyarat setempat

10
2.3 Daya beli masyarakat dalam pandemic
Badan Pusat Statistik mencatat daya beli buruh tani dan bangunan menurun pada Maret 2020,
saat pandemi virus corona merebak di Tanah Air. Penurunan daya beli ini tercermin dari upah riil
buruh tani dan bangunan yang turun meski tipis masing-masing sebesar 0,04% dan 0,05%.
Berdasarkan data BPS, upah riil buruh tani pada Maret 2020 turun dari Rp 52.232 pada bulan
sebelumnya menjadi Rp 52.212. Sementara upah riil buruh bangunan turun dari Rp 85.663
menjadi Rp 85.624
Penjualan industri makanan olahan diperkirakan turun hingga 30% seiring daya beli masyarakat
yang terpukul oleh pandemi virus corona atau Covid-19. Penjualan juga diperkirakan melambat
saat bulan Ramadan dan Idul Fitri. Wakil Ketua Umum Bidang Kebijakan Publik Gabungan
Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) Rachmat Hidayat mengatakan data
tersebut didapatkan setelah melakukan survei kepada para anggotanya beberapa waktu lalu.
Dalam situasi seperti ini, perhitungan angka pasti penurunan belum dapat dilakukan.
Daya beli masyarakat saat ini mengalami penurunan pasalnya, banyak masyarakat yang enngan
dan khawatir untuk keluar rumah, belum lagi masyarakt saat ini banyak yang mengalami putus
kotrak kerja, PHK, dan beberapa perusahaan yang meliburkan pekerjanya sehinnga karyawan
tidak di bayar selama di liburkan. Yang mengakibatkan ketidak stabilan perekonomian
masyarakat yang ahirnya daya beli di masyarakat menurun. Dalam sebuah artikel berita yang di
rilis oleh detik.com mengatakan daya beli masyarakat memlemah jelang lebaran 2020 Jakarta
-

Mantan Wakil Menteri Pertanian Bayu Krisnamurthi memproyeksi daya beli masyarakat
sepanjang Ramadhan dan Lebaran 2020 mendatang bakal melemah. Hal ini sangat mungkin
terjadi mengingat kondisi ekonomi yang belakangan turut mengalami perlambatan.

"Skenario pertama permintaan (daya beli masyarakat) melemah karena ekonomi melambat.
Skenario kedua, permintaan tetap namun pasokannya (pangan) yang terhambat. Akan tetapi,
menurut saya kayaknya yang paling besar skenario pertama," ujar Bayu dalam diskusi bertajuk
Ketahanan Pangan Nasional Berkelanjutan Menuju Indonesia Kuat dan Modern 2045 di Menara
Kadin Indonesia, Jakarta, Kamis (27/2/2020).

Proyeksi perlambatan itu diperkuat dengan adanya peningkatan harga pada beberapa harga
pangan namun di satu sisi harga pangan lainnya stagnan. Kondisi ini menunjukkan adanya
penurunan permintaan pada komoditas pangan tertentu seperti permintaan pada daging sapi.

"Daging sapi tidak naik terlalu signifikan. Dugaan saya ini adalah tali perilaku konsumen,
mungkin orang yang beli daging sapi sudah paham kali, karena harganya sudah mahal Rp
118.000, jadi nggak mau beli daging sapi deh, beralih ke gula untuk buat kue," paparnya.
Kondisi seperti ini dianggap Bayu perlu segera diantisipasi. Pemerintah diimbau untuk segera
menyiapkan upaya pengendalian harga dan memenuhi kebutuhan masyarakat menjelang Lebaran
nanti.

"Jadi ini sebuah serious alert untuk situasi lebaran yang segera diantisipasi," pungkasnya

11
Tekanan lain yang menghambat pertumbuhan industri makanan minuman juga berasal
dari daya saing industri yang masih rendah dengan biaya produksi tinggi.

Artikel yang tayang di Katadata.co.id


Pemerintah memperkirakan pertumbuhan industri makanan dan minuman pada tahun ini bakal
meleset dari target sebesar 9% menjadi di kisaran 8%. Gabungan Pengusaha Makanan dan
Minuman (Gapmmi) mengatakan, hal ini terjadi karena turunnya pendapatan masyarakat kelas
menengah sehingga melemahkan daya beli. Ketua Gapmmi Adhi S Lukman mengatakan,
"Pendapatan mereka turun sehingga mau tidak mau mereka harus selektif dalam berbelanja. Ini
yang menjadi masalah," kata dia di Kantor Kementerian Perindustrian, Jakarta, Senin (11/11) Di
sisi lain, masyarakat menengah atas, menurutnya cenderung menghabiskan dananya di luar
negeri seiring banyaknya promosi wisata murah. Akibatnya, konsumsi makanan dan minuman
dalam negeri tidak meningkat. Tekanan lain yang menghambat laju pertumbuhan industri
makanan minuman juga berasal dari daya saing industri yang masih rendah dengan biaya
produksi tinggi. Selain itu, biaya logistik di Indonesia dinilai mahal. Ditambah lagi dengan
kenaikan Upah Minimum Provinsi (UMP) di Indonesia terjadi setiap tahun. Bila berkaca dari
negara lain, kenaikan UMP pekerja tidak berjumlah besar serta tidak terjadi setiap tahun.

Karena itu, dia menyarankan kenaikan upah di Indonesia semestinya tidak hanya dihitung
berdasarkan inflasi dan pertumbuhan ekonomi saja, melainkan berdasar tingkat produktivitas.
Dengan demikian, produktivitas dapat meningkat serta biaya produksi dapat lebih efisien. Selain
itu, dia pun mengusulkan pemerintah agar dapat mengalokasikan sisa anggaran untuk mendorong
konsumsi dan pendapatan masyarakat. Misalnya, dengan menggelontorkan dana desa dan
bantuan sosial untuk menggerakkan konsumsi masyarakat. Tahun depan, Adhi memperkirakan
pertumbuhan industri makanan dan minuman mulai meningkat. Namun, pertumbuhannya
kemungkinan belum bisa mencapai double digit. "Paling tidak 8-9% masih bisa tercapai. Tentu
terus berupaya dengan melakukan inovasi, pameran, dan peningkatan ekspor," ujar dia.

Senada dengan Gapmmi, Dirjen Industri Agro Kementerian Perindustrian Abdul Rochim juga
memperkirakan pertumbuhan industri makanan dan minuman tahun ini dapat di atas 8%. "Tapi
agak berat kalau di angka 9%, Perkiraanya 8,1-8,2%," ujar Abdul. Namun, pertumbuhan industri
makanan dan minuman sampai akhir tahun, akan dipengaruhi oleh kondisi semester I. Sebab,
sebagian besar investor menunggu (wait and see) keinginan untuk berinvestasi hingga pemilu
selesai. Abdul melihat pertumbuhan industri makanan minuman mulai menunjukkan perbaikan.
Peningkatan tersebut diperkirakan berasal dari investasi asing langsung yang meningkat. Di sisi
lain, hari raya Natal dan tahun baru diperkirakan dapat mendorong pertumbuhan industri
makanan dan minuman. Meski begitu, perbaikan tersebut tidak cukup untuk menutupi
pertumbuhan di triwulan sebelumnya. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS),
pertumbuan industri makanan dan minuman pada triwulan I 2019 mencapai 6,77%, triwulan II
7,99%, dan triwulan III 8,33%. Secara tahun kalender (year to date), pertumbuhan industri
makanan dan minuman sebesar 7,72%.

12
Untuk mengatasi permasalahan daya beli, seharunya pemerintah perlu melakukan beberapa
langkah. Pertama ialah menjaga stabilisasi harga kebutuhan pokok, hal itu dapat dilakukan bila
pemerintah dapat menjaga alur distribusi agar harga tetap aman dan lancar. Dengan begitu
pemerintah bisa memastikan harga kebutuhan pokok masyarakat itu tetap stabil.
Kedua pemerintah juga perlu menjaga sebisa mungkin agar tidak menaikan harga dari kelompok
barang-barang yang dapat diatur pemerintah, mulai dari listrik, bahan bakar minyak (BBM),
hingga gas. Alhamdulilah kemarin pemerintah telah memberikan kebijakan untuk mendiskon
beberapa kategori pengguna listrik yang bekerja sama dengan PLN, namun untuk seperti gas
memiliki kenaikan harga yang signifikan, permarintah herus terus menjaga ke stabilan harga gas,
mengingat gas begitu penting untuk masyarakt dalam memasak.
Dan juga pemerintah harus menghimbau kepada peusahaan swasta yang tetap beroprasi dalam
pandemic ini tetap memberikan THR agar menajga daya beli masyarakat
Dalam sebuah artike yang di rilis CNN THR Tak Boleh Mundur Agar Daya Beli Tak Kendur
Lawan Corona
Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta Menteri
Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengkaji kembali pemberian Tunjangan Hari Raya (THR) dan
gaji ke-13 ke Pegawai Negeri Sipil (PNS) pada tahun ini. Maklum saja, karena pemerintah sudah
terlalu banyak mengeluarkan belanja untuk penanganan penyebaran pandemi virus corona atau
covid-19 di Indonesia.

Setelah mengeluarkan paket stimulus ekonomi jilid satu dan dua, belakangan, pemerintah bahkan
mau tidak mau harus merogoh kocek lebih dalam mencapai Rp405,1 triliun untuk penanganan
dampak penyebaran virus corona. Kendati belum direalisasikan, namun kebijakan ini setidaknya
sudah membuat geger.

Sebab, pemerintah sampai harus mengeluarkan peraturan pengganti undang-undang (perppu)


karena perlu mengutak-atik Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2020 yang sudah
disiapkan. Bahkan, turut mengubah beberapa aturan lain, seperti amanah pembelian surat utang
kepada Bank Indonesia (BI) hingga melebarkan defisit anggaran dari 3 persen ke 5 persen.
Hal-hal ini yang mungkin menurut Ekonom Center of Reform on Economics (CORE)
Mohammad Faisal menjadi pertimbangan Jokowi untuk mengkaji kembali pemberian THR dan
gaji ke-13 kepada PNS. Toh, di sisi lain, pemerintah tetap memberikan sejumlah bantuan sosial
(bansos) dan insentif kepada masyarakat, baik yang merupakan abdi negara maupun bukan.
Pertama, kebijakan THR dan gaji ke-13 mempengaruhi tingkat pendapatan masyarakat. Sebab,
masyarakat tengah dihadapkan pada situasi serba dari rumah, mulai dari kerja, belajar, sampai
ibadah.

Hal ini membuat sebuah kelompok keluarga sangat bergantung pada sumber pendapatan yang
pasti. Bila pekerja informal belum tentu bisa menikmati THR, bahkan gaji bulanan, maka para
PNS diharapkan bisa tetap mendapat kepastian tersebut. , PNS sejatinya tak melulu ada di

13
kalangan masyarakat menengah ke atas. Banyak juga PNS yang sebenarnya berada di kalangan
menengah ke bawah, khususnya 40 persen penduduk berpenghasilan rendah.
Kedua, bila ada sumber pendapatan yang pasti, maka masyarakat akan tetap terdorong untuk
melakukan konsumsi di tengah pandemi corona. Hal ini sejatinya dibutuhkan agar roda ekonomi
tetap berjalan setelah tekanan tinggi selama pandemi corona berlangsung.
Sementara menurut hitung-hitungan, setidaknya konsumsi masyarakat yang terbantu THR pada
periode sebelum sampai sesudah lebaran bisa mencapai kisaran 3 persen. Menurutnya, laju
konsumsi tersebut setidaknya menjadi modal untuk mencapai rata-rata konsumsi 5 persen pada
kuartal tersebut di waktu normal.

BAB III
KESIMPULAN

Kesimpulan
Dalam pandemic yang terjadi saat ini tidak dapat di pugkiri dengan naik nya harga
pangan dan meruginya para petani karena petani sulit untuk mendistributorkan haasil panenya
karena PSBB dan sejumlah tempat yang me lockdown dari luar wilayah, sedangkan masyarakt
membutuhkan pangan yang ahirnya timbulnya kelangkaan yang di pasaran yang membuat harga
pangan menjadi mahal.
Untuk mensiasati tu di perlukannya menerapkan Program Desa Mandiri Pangan
(Demapan) untuk menutupi kekurangan pangan yang di butuhkan masyarakat. Dan pemerintah
harus teteap menjaga kestabilan harga pangan di pasaran dan memberikan solusi kepada para
petani agar tidak mengalami kerugian, dan dapat mengatur harga yang berada di bawah kendali
pemerintah seperti listrik dan gas, agar perekonomian masyarakt stabil dan daya beli masyarakt
tetap terjaga

Saran
Seharusnya kita jangan sampai melakukan panic buying yang berdampak pada stock di pasaran,
berikan jeda waktu untuk para took agar dapat membeli pangan sehingga tidak ada kelangkaan
pangan yang terjadi di pasaran sehingga harga pangan dapat normal
Lalu berusaha di rumah untuk menanam sayuran yang mudah seperti kangkung, cabai dll agar
ketika di pasaran langka kita dapat mensiasatinya dengan memaneh hasil tani rumahan kita
sendiri. Dan juga hemat dalam penggunaan listrik dan gas agar perekonomian kita cukup samapi
pandemic ini berakhir.

14
DAFTAR PUSTAKA
https://katadata.co.id/berita/2019/11/12/daya -beli-melemah-pertumbuhan-industri-makananterkoreksi

https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-4917309/daya-beli-masyarakat-diprediksi-
melemahjelang-lebaran-2020
https://katadata.co.id/berita/2020/04/11/daya-beli-terpukul-corona-penjualan-makanan-olahan-
diramalanjlok-30
https://katadata.co.id/berita/2020/04/15/daya-beli-buruh-tani-dan-bangunan-turun-di-tengah-
pandemicorona http://e-journal.uajy.ac.id/1589/3/2EP12752.pdf

https://www.indozone.id/news/V6sjkl/cara -pemerintah-jaga-daya-beli-masyarakat-saat-pandemicorona
"Nasib Buram Petani dan Peternak di Tengah Pandemi COVID-19", https://tirto.id/eNpo

15

Anda mungkin juga menyukai