Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PERANAN GURU DAN PRILAKU MURID

Mata Kuliah : sosiologi pendidikan

Dosen Pengampu : Dr. Mesran , M.Pd.I

Disusun Oleh :

MUHAMMAD HAIKAL WILDAN (2001010233)

BUNGA INDAH (2001010030)

ANANDA SYAPUTRA (2001010019)

UNIVERSITAS ALWASHLIYAH (UNIVA) MEDAN

FAKULTAS AGAMA ISLAM

PROGRAM STUDI PENNDIDIKAN AGAMA ISLAM


KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih saya panjatkan kehadirat Allah SWT. Tuhan Yang Maha
Esa karena atas berkat, rahmat dan karunia-Nya sampai saat ini saya masih menghirup nafas
kehidupan dan merasakan anugerah akal. Atas kuasa-Nya saya dapat menyelesaikan tugas
makalah ini dengan judul “PERANAN GURU DAN PRILAKU MURID” yang diberikan
oleh dosen kami Bapak Dr. Mesran , M.Pd.I selaku dosen pengampu mata kuliah Sosiologi
Pendidikan tepat pada waktunya. Tulisan ini saya buat untuk memenuhi tanggung jawab saya
mengenai tugas individu yang telah diberikan.

Terima kasih saya ucapkan kepada para orang tua kami yang telah memberikan
fasilitas semaksimal mungkin sebagai wujud dukungan penyelesaian makalah ini. Kami juga
berterima kasih kepada Bapak Dr. Mesran , M.Pd.I selaku dosen pengampu yang
memberikan bimbingan serta membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini.

Mungkin dalam makalah yang sudah saya selesaikan ini terdapat kesalahan-kesalahan
yang belum saya ketahui. Karena tidak ada manusia yang luput dari kesalahan serta
kekurangan. Dengan segala kerendahan hati sebagai manusia biasa, saran-saran dan kritik
yang sifatnya membangun tentu saja saya harapkan dari para pembaca, terutama dosen guna
peningkatan kualitas makalah-makalah lain di waktu mendatang.

Medan, 20 Desember 2022

Muhammad Haikal Wildan

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... ii

DAFTAR ISI ........................................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ...................................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................. 1
1.3 Tujuan .................................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Jenis Jenis Hubungan Guru Dan Murid .............................................................. 2

2.2 Reaksi Murid Terhadap Peranan Guru ............................................................... 3

2.3 Hubugan Antara Hasil Belajar Murid Dengan Prilaku Guru ........................... 5

2.4 Peranan Guru Dalam Masyarakat Dan Respon Murid ..................................... 7

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan .................................................................................................................... 8

3.2 Saran .............................................................................................................................. 8

Daftar Pustaka .................................................................................................................... 9

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat tidak pernah terlepas dari seorang guru.
Peranan guru sangat besar dalam pendidikan. Guru adalah orang yang memberikan
pengetahuan kepada anak didik. Sementara anak didik adalah setiap orang yang menerima
pengaruh dari pribadi atau sekelompok orang yang menjalankan kegiatan pendidikan.
Keduanya merupakan unsur paling vital dalam proses belajar mengajar. Peranan guru sangat
mempengaruhi proses belajar mengajar . Peranan guru harus dapat mempengaruhi murid dan
membuat murid menjadi lebih baik.

Dalam segi kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Guru harus mampu


mempengaruhi kelakuan murid dan harus bisa menjadi teladan bagi murid. Guru memiliki
cara yang berbeda dalam menjalankan perannya sebagai guru. Hal ini juga mempengaruhi
kelakuan murid terhadap guru itu sendiri. Oleh karena itu tak jarang murid memperlakukan
guru yang satu berbeda dengan guru yang lainnya. Hal ini yang perlu dibahas secara
mendalam. Oleh karena itu penulis membuat makalah yang berjudul Peranan Guru dan
Peilaku Murid.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka kami merumuskan masalah yaitu “Bagaimana
peranan Guru dan Peilaku Murid?”

1.3 Tujuan

Untuk mengetahui apa yang menjadi rumusan masalah.

iv
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Jenis-jenis Hubungan Guru dan Murid

Guru merupakan seseorang yang sangat berjasa dalam hal mencerdaskan kehidupan
bangsa. Guru dipandang sebagai sumber keteladanan dan dituntut berperilaku ideal secara
normatif. Peranan guru terhadap murid-muridnya merupakan peran vital dari sekian banyak
peran yang harus ia jalani. Hal ini dikarenakan komunitas utama yang menjadi wilayah tugas
guru adalah di dalam kelas untuk memberikan keteladanan, pengalaman serta ilmu
pengetahuan kepada mereka. Seorang guru harus bisa menempatkan dirinya sebagai seorang
yang mempunyai kewibawaan dan otoritas tinggi, guru harus bisa menguasai kelas dan bisa
mengontrol anak didiknya. Hal ini sangat perlu guna menunjang keberhasilan dari tugas guru
yang bersangkutan yakni belajar dan mengajar..

Di dalam kelas, guru memiliki daya utama yang menentukan norma-norma di dalam
kelasnya dan otoritas guru sukar dibantah. Guru menentukan apa yang harus dilakukan oleh
murid agar ia belajar. Hal-hal yang bersifat pemaksaan kadang perlu digunakan demi tujuan
di atas. Misalnya pada saat guru menyampaikan materi belajar padahal waktu ujian sangat
mendesak, pada saat bersamaan ada seorang murid ramai sendiri sehingga mengganggu
suasana belajar mengajar di kelas, maka guru yang bersangkutan memaksa anak tadi untuk
diam sejenak sampai pelajaran selesai dengan cara tertentu.

Tiap guru mempunyai hubungan yang berbeda menurut pribadi dan situasi yang
dihadapi. Untuk mempelajarinya dapat berpegang pada tipe-tipe guru, misalnya guru yang
otoriter yang menjaga jarak dengan murid dan guru yang ramah, yang dekat dan akrab
dengan muridnya. Guru yang otoriter tak mengizinkan anak melewati batas atau jarak sosial
tertentu. Guru itu tak ingin murid menjadi akrab dengan dia. Juga dalam situasi rekreasi ia
mempertahankan jarak. Guru tetap merasa berkuasa dan berhak ditaati. Guru yang otoriter
ini, yang mungkin dianggap kurang ramah tiak akan diajak oleh murid-murid dalam kegiatan
santai. Murid juga tidak akan mudah membicarakan hal pribadi dengan dia. Jadi antara guru
dan murid tidak terdapat hubungan yang akrab.

Guru dan murid saling menjaga jarak. Murid cenderung takut untuk mendekati guru
dan enggan berlama-lama dengan guru tersebut. murid merasa tidak leluasa dan merasa

v
terkekang dengan guru, karena murid tidak nyaman dengan guru. Hal ini mempengaruhi
kelakuan murid terhadap guru tersebut. Sebaliknya guru yang ramah akan dekat dengan
muridnya. Murid-murid suka meminta dia turut serta dalam kegiatan rekreasi dan
membicarakan soal pribadi, namun mungkin dianggap kurang berwibawa. Murid merasa
nyaman dan senang berada di dekat guru. Murid cenderung semangat kepada guru dan patuh
terhadap guru, murid pun dengan senang hati membantu guru jika guru dalam kesusahan dan
senang jika murid diperlukan oleh guru tersebut.

Tipe guru yang murni, yang sepenuhnya otoriter dan sepenuhnya ramah tentu tidak
ada. Tiap guru akan mempunyai kedua sifat itu dalm taraf tertentu. Akan tetapi kedua tipe itu
dapat dijadikan analisis hubungan antara guru dan murid. Peranan yang dijalankan oleh guru
dalam hubungan dengan muridnya akan mendekati salah satunya tipe itu dalam taraf berbeda-
beda. Respons murid terhadap peranan guru itu merupakan faktor uatama yanag menentukn
efektivitas guru. Tipe guru yang dominatif menguasai murid, menentukan, mengatur
kelakuan murid dan menginginkan murid seperti yang guru inginkan. Guru ini sering
mencampuri apa yang dilakukan murid dalam hal ini apat menimbulkan konflik antara dia
dan murid. Sebaliknya guru yang integratif membolehkan ank untuk menentukan sendri apa
yang disarankan oleh guru. Murid diajak berunding dam merencanakan bersama apa yang
dikerjakan untuk mencapai tujuan yang ditentukan bersama.

2.2 Reaksi Murid Terhadap Peranan Guru

Proses pendidikan banyak terjadi dalam interaksi sosial antara guru dan murid. Sifat
interaksi ini Banyak bergantung pada tindakan guru yang ditentukan antara lain oleh tipe
peran guru. Bagaimana reaksi murid terhadap pranan guru dapat diketahui dari ucapan murid
tentang guru itu. Tentang hal ini telah dilakukan sejumlah penelitian. Dalam peneitian ini
diperoleh hasil yang sama dengan metode yang agak berbeda. Murid-murid meminta menilai
guru-guru mengenai kesanggupannya mengajar dan kelakuan guru yang ramah, yang paling
sering ikut serta dalam kegiatan reaksi mereka yang dapat dipercayakan soal-soal pribadi,
dan yang suka membantu dalam pelajaran. Dan kurang disukai ialah guru-guru yang sering
mencela, marah, menggunakan sindiran atau kata-kata yang tajam. Sindiran, kata-kaa yang
tajam dapat membatasi konsep anak tentang dirinya.

Dengan adanya wibawa, diharapkan terjadinya suatu bimbingan aktif, dan orang yang
memiliki wibawa, dalam hal ini adalah pendidik atau orang dewasa. Karena perlu diingat
bahwa walaupun pada diri anak didik tersebut terdapat potensi untuk berkembang sendiri,

vi
tetapi pada diri anak juga terdapat memperoleh keinginan perlindungan, baik secara jasmani
maupun rohani, bersifat ( kodrat ) anak yang membutuhkan pertolongan, diaktualisasikan
Kebutuhan anak didik atas pendidikan disebut homo educadum. Potensi anak didik yang
bersifat laten tersebut perlu yang memungkinkan terdidik, tetapi harus dianggap sebagi
manusia secara mutlak, karena anak didik memang manusia. Sebagai manusia anak didik
memilki potensi akal yang harus dikembangkan agar menjadi kekuatan sebagai manusia yang
berasusila dan berkecakapan sebagai modal kehidupan nyata. Bertalian dengan psikologi
anak didik ini, Davidman ( 1981 ) menekankan bahwa cara belajar anak adalah cara anak
didik mengatur lingkungan yang mereka minati. Davidman berpendapat bahwa para pendidik
mengajar anak didik berdasarkan cara mereka belajar bukan berdasarkan cara pendidik .

Bila anak didik selalu ingin berdekatan dengan guru, tidaklah suka bagi guru untuk
memberikan bimbingan dan motivasi agar anak didik lebih giat belajar, baik di sekolah
maupun di rumah. Oleh karena itu, guru memberikan motivasi dengan memanfaatkan
kebuuhan anak didik yang berminat untuk belajar. Sebaliknya guru bisa memanfaatkan minat
anak sebagai alat motivasi. Bila anak didik berminat terhadap suatu pelajaran dia akan
memperhatikannya dalam jangka waktu tertentu. Perhatian penting dalam interaksi edukatif.
Untuk mengamati sesuatu diperlukan perhatian. Anak didik harus melihat di papan tulis,
mendengarkan apa yang diucapkan guru, dan sebagainya, dan bukan melihat keluar ia ingin
belajar. Untuk itu anak harus diberikan rangsangan yang dapat mempengaruhi kelakuannya
agar terus memberikan perhatian pelajaran. Untuk memupuk perhatian anak didik dianjurkan
dengan penguatan berlebihan berupa gula-gula dan ganjaran simbolis seperti pujian, angka
yang baik, acungan jempol, dan sebagainya. Guru yang biasanya kurang berhasil dalam
mengajar karena kegagalannya memupuk perhatian anak didik. Perhatian disini tentu saja
menyangkut reaksi anak didik secara jiwa dan raga. Diakui, sukar untuk mempertahankan
nerhatian anak didik dalam jangka waktu cukup lama.

Gaya - gaya guru dalam mengajar merupakan gabungan dari kedua tingkah laku
(verbal maupun non verbal) tersebut. Kedua tingkah laku itu saling menguatkan bila
diergunakan dengan tepat dan benar. Misalnya, ketika guru mengatakan bahwa di atas ada
langit" tangan guru menari melakukan gerakan ke atas, menunjuk dimana langit yang
dimaksud itu berada, dan disertai dengan gerakkan kepala menengok ke atas. Demikian pula
ketika guru mengatakan di bawah ada bumi, gerakan tangan dan gerakan kepala harus
mendukung apa yang dikatakan itu. Kekakuan dalam mengajar guru akan merasakan bila
tingkah laku verbal kurang didukung dengan tingkah laku non verbal. Dalam menyampaikan

vii
materi pelajaran kepada anak didik sebaiknya guru harus bergerak juga tidak lama-lama
duduk di kursi. Sewaktu-waktu guru juga harus bergerak ke sisi kiri dan ke sisi kanan dari
tempat duduk anak didik, ke depan dan ke belakang, dan pada waktu itu yang tepat berhenti
sebentar Hal ini dimaksudkan untuk saya perkuat konsentrasi anak didik terhadap materi
pelajaran yang diberikan. Stimulus yang tepat dalam mengajar akan mendapat tanggapan
balik dari anak didik. Banyak cara yang dapat dilakukan guru untuk mendapatkan tanggapan
balik dari anak didik. Misalnya, menerapkan keterampilan bertanya dasar maupun bertanya
lanjut, menggunakan metode tanya jawab, memakai prinsip-prinsip mengajar, atau apa saja
yang dapat guru lakukan sebagai upaya mendapatkan tanggapan balik dari anak didik.

2.3 Hubungan Antara Hasil Belajar Murid Dengan Prilaku Guru

Sejumlah orang percaya bahwa tujuan utama pembelajaran seharusnya mendorong


pertumbuhan dan perkembangan pribadi siswa. Berikut cara untuk memperbaiki dan
meningkatkan keterlibatan atau keaktifan siswa dalam belajar adalah sebagai berikut :

a. Abdikan waktu yang lebih banyak untuk kegiatan-kegiatan belajar mengajar.


b. Tingkatkan partisipasi siswa secara aktif dalam kegiatan belajar-mengajar dengan
menuntut respon yang aktif dari siswa. Gunakan berbagai teknik mengajar, motivasi,
serta penguat.
c. Masa transisi antara berbagai kegiatan dalam pengajaran pertandingan dilakukan
secara luwes. Berikanlah pengajaran yang jelas dan tepat sesuai dengan tujuan
pengajaran yang akan dicapai.
d. Usahakan agar pengajar dapat lebih menarik minat murid. Untuk itu guru harus
mengetahui minat siswa dan mengaitkannya dengan bahan dan prosedur pengajaran.

Dengan demikian tingkat ketergantungan kepada guru (peran guru) akan membatasi
angsur berkurang dan meningkatnya tingginya strata pendidikan. Namun demikian peran
guru/dosen/pembimbing tetap sangat penting dan menentukan pada setiap tingkatan
proses pendidikan.

a. Faktor - faktor yang mempengaruhi hasil balajar .


b. Situasi hidup yang ada ( kondisi keluarga )
c. Kondisi / keadaan pribadi / kesehatan .
d. Tempat belajar
e. Waktu belajar
f. Rencana belajar

viii
Dalam proses pengajaran peserta didik dituntut untuk dapat memehami materi yang
disampaikan oleh pendidik. Dalam proses ini faktor guru, faktor murid, faktor materi
pelajaran, faktor fasilitas pembelajaran dan metode sistem pengajaran merupakan hal-hal
penting yang harus diperhatikan, dan semua faktor-faktor tersebut harus berada pada kondisi
yang optimal agar pembelajaran dapat mencapai sasaran. Integrasi kepribadian ialah pribadi
setiap individu yang terintegrasi pada setiap individu yang terintegrasi pada setiap
pertumbuhan dan perkembangan dirinya. Individu peserta didik ini benar-benar menyadari
bahwa kehidupannya adalah sebuah “proses menjadi”, “proses berubah”, dan “proses
berkembang”. Dalam proses itu seseorang peserta didik terus berusaha secara sadar memilih
berbagai pengalaman yang kondusif atau mendukung perkembangan, perubahan dan
pertumbuhan dirinya tersebut. Karena pilihannya dan kesadarannya itulah si peserta didik
dengan suk rela menerima resiko, menghadapi konflik dan pertentangan dengan
keinginannya. Si peserta didik ini menyadarkari betul bahwa tanpa kerelaan menerima resiko
dan konflik kepentingan perkembangan, pertumbuhan, dan perubahan dirinya akan menjadi
terhambat. Kerelaan menerima resiko ini akan terlihat ketika si peserta didik memilih belajar
dan mengurangi jamnya bermain walaupun tidak ada tekanan dari guru/fasilitator pelatihan
atau orang tua mereka.

Guru/fasilitator pelatihan dan peserta bersama-sama setiap mengevaluasi kemajuan


peserta didik setiap minggu apakah sesuai tujuan. Dalam usaha memenuhi strategi itu,
seorang guru/fasilitator pelatihan harus mulai mendiagnosa tingkat kontekstual rata-rata
peserta didik, memadukan model pembelajaran yang cocok dengan kebutuhan peserta didik.
Perlu diketahui bahwa belum seluruh model pembelajaran telah dimasukkan ke dalam model
pendidikan afektif. Setiap model pembelajaran memungkinkan adanya materi pembelajaran
tertentu. Karenanya model model tersebut dapat membantu guru/fasilitator pelatihan atau
orang tua dalam menyeleksi dan mengembangkan skrip film, dan bahan sumber lainnya.
Peserta didik atau anak-anak dapat menulis solusi atau pemecahannya dan dibandingkan
pendapatnya itu di dalam kelompok-kelompok kecil.

Murid cenderung terlalu santai dan tidak semuanya harus dari diri murid sendiri,
terkadang dalam beberapa segi murid perlu dipaksa dan di sikapi dengan tegas. Karena sifat
murid cenderung malas-malasan dan belum mengetahui pentingnya belajar, mereka
cenderung suka bermain dan bersenang-senang. Guru yang ramah, tidak mau memaksa.
Guru tersebut lebih ingin murid belajar berdasarkan keinginan sendiri, tetapi guru yang
otoriter cenderung memaksa sehingga mau tidak mau murid akan belajar.

ix
2.4 Peranan Guru Dalam Masyarakat dan Respon Murid

Guru mengenal masyarakat agar dapat berusaha menyesuaikan pelajaran dengan


keadaaan masyarakat sehingga relevan. Guru-guru kita diharapkan mengabdi kepada
masyarakat dengan pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya dan dengan demikian
turut memberikan sumbangan kepada pembangunan negara. Di mana saja guru berada,
khususnya di desa, cukup kesempatan baginya untuk berpartisipasi dan berbakti dalam
masyarakat. Keberadaan pendidikan sebagai faktor perubahan sosial, peran guru/pendidik
memiliki peran strategis dalam mewujudkan anak didik agar siap dalam menghadapi
perubahan sosial yang diharapkan. Karena pendidikan, sebagai suatu proses sosial, dan
terdapat banyak jenis masyarakat, suatu kriteria untuk menkritisi dan membangun pendidikan
berimplikasi pada suatu masyarakat yang ideal..

x
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Peran guru terhadap murid-muridnya merupakan peran vital dari sekian banyak peran
yang harus ia jalani. Seorang guru harus bisa menempatkan dirinya sebagai seorang yang
memiliki kewibawaan dan otoritas tinggi, guru harus bisa menguasai kelas dan bisa
mengontrol anak didiknya. Hal ini sangat perlu guna menunjang keberhasilan dari tugas guru
yang bersangkutan yakni belajar dan mengajar. Setiap guru memiliki hubungan yang berbeda
menurut pribadi dan situasi yang dihadapi. Untuk pembelajarannya dapat terikat pada tipe-
tipe guru, misalnya guru yang otoriter yang menjaga jarak dengan murid dan guru yang
ramah, yang dekat dan akrab dengan muridnya.

Tipe guru yang dominatif menguasai murid, menentukan, mengatur kelakuan murid
dan menginginkan murid seperti yang guru inginkan. Melawan guru yang integratif
membolehkan anak untuk menentukan sendri apa yang disarankan oleh guru. Murid memiliki
reaksi yang berbeda terhadap guru, reaksi tersebut tergantung kepada cara guru
memperlakukannya. Pengetahuan murid dalam pelajaran rendah korelasinya dengan standar
yang disukainya guru oleh murid tersebut. Jadi guru yang di sukai, yang ramah, dan lain-lain
ternyata bukan guru yang efektif dalam menyampaikan ilmu.

3.2 Saran

Diharapkan untuk guru agar lebih memperhatikan siswa dan kondisi siswa, hal ini
mendorong meningkatkan pembelajaran yang inovatif. Dengan kata lain bahwa guru harus
memiliki kemampuan dan keterampilan untuk lebih meningkatkan keaktifan siswa baik
dalam kognitif (pengetahuan), keterampilan (psikomotor), dan menyangkut nilai, sikap
(afektif). Dengan adanya keterampilan mengajar ini diharapkan membangun pendidikan yang
afektif, inovatif dan menarik maka disinilah peran guru lebih memperhatikan pengelolaan
kelas terutama keterampilan mengajar yang perlu dipersiapkan atau dirancang sebelum
memulai proses belajar mengajar.

xi
DAFTAR PUSTAKA

Langgulung, Hasan. 1988. Pendidikan Islam Menghadapi Abad 21. Jakarta : Pustaka Al
Husna .

Miller , Jhon P. 2002 Cerdas di kelas kepribadian sekolah . Yogyakarta : Kreasi Wacana .
Muhaimin dan Abdul Mujib. 1993 . Pemikiran Pendidikan Islam . Tri Genda Karya.

Nasution , S. 2011. Sosiologi Pendidikan.

Nata, Abudin. 2001. Perspektif Islam Tentang Pola Hubungan Guru Murid (Studi Pemikiran
Tasawuf Al-Ghazali). Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada . 1997. Filsafat
Pendidikan Islam. Jakarta : Logos Wacana Ilmu .

Parkay, Forest.W dan Beverly Hardcastle Stanford. 2011. Menjadi Seorang Guru , (alih
bahasa Wasi Dewanto ) . Jakarta Barat : PT.Indeks.

Affandi, Ridwan. 2006. Ilmu sebagai Lentera kehidupan . Bogor : IPB Press .

Ali, Heri Nur. 1994. Ilmu Pendidikan Islam . Ceti II . Jakarta : PT. Logos Wacana Ilmu .

Burhanuddin, Tamyiz. 2001. Akhlak Pesantren , Pandangan K.H. Hasyim Asy'ari .


Yogyakarta : Ittaka Press .

Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan . 1997. Kamus Besar Bahasa Indonesia, ed. II.
cet . IX. Jakarta : Balai Pustaka.

Gunawan , H.Ari . 2000. Sosiologi Penddikan Suatu Analiis Sosiologi tentang Berbagai
Masalah Pendidikan . Jakarta : PT.Rineka Cipta .

Harefa, Andreas. 2001. Menjadi Manusia Pembelajar : Pemberdayaan Dan Transformasi


Organisasi Dan Masyarakat Lewat Proses Pembelajaran . Cet V. Jakarta : Kompas.

Idi, Abdullah. 2011. Sosiologi Pendidikan Individu, Masyarakat dan Pendidikan. Jakarta :
PT.Raja Grafindo Persa

xii

Anda mungkin juga menyukai