Anda di halaman 1dari 9

TINJAUAN PUSTAKA PENDIDIKAN

Tugas Kelompok Bahasa Indonesia

Kelompok 1:

 Azzara putri nabilla


 Lutfiah kalsuma adinda
 M.Dzaky efendi
 Aditya rizky

KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga tinjauan
pustaka ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan
terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik pikiran maupun materinya.

Penulis sangat berharap semoga tinjauan pustaka ini dapat menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar tinjauan
pustaka ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami.
Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca
demi kesempurnaan tinjauan pustaka ini.

Bandar Lampung, 8 Februari 2023

Penulis
Daftar Isi
Kata Pengantar .............................................................................i
Daftar Isi .......................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
Judul ........................................................................................... 2
Abstrak ........................................................................................... 2
Pendahuluan .................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAAN
Tujuan ........................................................................................... 3
Pembahasaan ................................................................................. 3
BAB III PENUTUP
Penutup ......................................................................................... 4
Daftar Pustaka .................................................................................. 4

PEMBENTUKAN KARAKTER ANAK DI LINGKUNGAN SEKOLAH

Abstark

Pendidikan merupakan salah satu upaya potensial dalam mengatasi krisis lingkungan yang
terjadi saat ini dan masa yang akan datang. Pendidikan yang disampaikan dilingkungan sekolah
akan lebih efektif dan melekat pada diri peserta didik jika karakter anak yang dibentuk
berpotensi pada hal yang memicu dengan sifat dan tingkah laku nya. Pendidikan lingkungan
hidup di lingkungan sekolah yang efektif merupakan modal dasar dari pembentukan karakter
anak ada lintas generasi yang akan datang.

Kata kunci: etika dan prilaku anak, pembentukan karakter, lingkungan sekolah, pendidikan,
sekolah
A. Pendahuluan
Karakter merupakan watak, sifat, akhlak, ataupun kepribadian yang membedakan
seorang individu dan individu lainnya. Dikatakan sebagai karakter jika apa yang ada pada
diri seseorang individu melekat pada ciri-ciri khusus, Jika sesekali saja dilakukan belum
bisa dikatakan sebagai karakter.

Karakter dibentuk melalui proses yang panjang. Lintasan pikiran yang sering muncul
pada seseorang lama kelamaan akan menjadi sebuah tindakan. Tindakan yang terus
dilakukan secara berulang maka akan di identifikasikan sebagai karakter, maka untuk
mewujudkan sebuah karakter dapat dipengaruhi oleh situasi diluar diri individu itu
sendiri seperti lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat disekitarnya.

Sekolah merupakan salah satu komponen utama dalam kehidupan seorang anak selain
keluarga dan lingkungan sekitar mereka. Secara umum sekolah merupakan tempat
dimana seorang anak distimulasi untuk belajar di bawah pengawasan guru.

Melalui proses belajar mengajar yang bermuatan pendidikan lingkungan hidup,


penyediaan lingkungan sekolah yang asri dan ditunjang dengan fasilitas sekolah yang
memungkinkan atau menunjang kearah menyadarkan, mengarahkan dan membimbing
siswa menuju terbentuknya etika lingkungan.

B. Tujuan
Tujuan dibuatnya tinjauan pustaka ini sebagai bahan bacaan bagi siswa/ siswi serta
guru dalam peranan pembentukan karakter anak di lingkungan sekolah.

C. Pembahasan
Faktor dari Sekolah Berbeda dengan keluarga, sebuah instansi sekolah merupakan
peran kedua dalam pembentukan karakter anak. Dimulai dari jenjang atau tingkat PAUD
hingga SMA. Dalam proses jenjang tersebut, anak akan mengalami proses pendewasaan
dan penemuan jati diri. Penemuan jati diri tersebut biasanya terlihat jelas pada jenjang
SMA, dimana semua murid baik laki-laki maupun perempuan mulai meniru gaya-gaya
artis idolanya. Kondisi ini membuat para guru khawatir jika seorang anak tidak lagi
mencintai bahkan menyayangi dirinya sendiri. Oleh karena itu, peran guru dalam
memberikan ilmu tentang sikap dan moral diperlukan. Sebagai contoh sebagai guru
agama, perintah yang hukumnya wajib seperti sholat yang tidak boleh ditinggalkan begitu
saja atau lalai dalam menjalankan, kemudian sebagai guru PPKN yang mengajarkan
muridnya pentingnya pendidikan yang mengatur perilaku warganya. Terkadang, anak di
sekolah berperilaku tidak sopan atau melanggar aturan, berbeda saat ia di rumah bersama
orangtuanya yang berperilaku baik seakan akan ia bertemu orang yang ditakutinya.
Karena saat di rumah mungkin orangtua mendidik anaknya dengan cara kekerasan seperti
memukul dengan sapu. Tetapi, dengan cara seperti itu akan membuat anak merasa takut,
tidak percaya diri, dan selalu berpikiran negatif terhadap sekitar. Dalam lingkup sekolah,
pastinya ada peraturan yang harus ditaati siswa. Jika melanggar, siswa akan mendapat
hukuman yang sesuai dengan apa yang telah diperbuatnya. Jika siswa masih saja
melanggar yang terjadi adalah dikeluarkan dari sekolah karena perbuatan yang
diperbuatnya berkali-kali.

Sekolah bisa dikatakan adalah rumah kedua bagi anak/peserta didik. Hal ini
disebabkan begitu banyak waktu yang dihabiskan oleh anak di sekolah. Jika dikalkukasi,
waktu beraktivitas anak sebagian besar dilakukan di sekolah. Terlebih di sekolah yang
menerapkan sistem full day school. Anak berangkat sekolah pagi dan pulang di sore hari.
Malam lebih banyak digunakan untuk istirahat. Maka, membahas peran atau kontribusi
apa yang bisa dilakukan oleh sekolah terhadap pembentukan karakter anak tentu sangat
beralasan. Tinjauan pustaka ini fokus pada kemungkinan-kemungkinan apa saja yang
dapat dilakukan oleh pihak sekolah, dan tentu saja para guru, dalam rangka pembentukan
karakter anak, terlebih di era kecinggihan teknologi seperti sekarang.

Sekolah bukan saja tempat untuk belajar dari segi ilmu akademis, melainkan banyak
hal yang dapat dilakukan oleh sekolah atau para guru untuk memberikan materi
pembelajaran yang bersifat nonakademis, seperti yang kita kenal dengan istilah life skill.
Banyak sekolah yang memasukkan materi life skill dalam kurikulum pendidikan mereka.
Life skill dapat dimaknai sebagai keterampilan atau kecakapan hidup. Dalam arti, bekal-
bekal keterampilan yang penting untuk dimiliki seseorang dalam menghadapi persoalan-
persoalan kehidupan. Life skill menjadi materi yang penting untuk diajarkan di sekolah,
di samping materi utama pelajaran yang sudah termasukkan dalam mata pelajaran yang
baku/standar.

Figur guru adalah salah satu figur yang paling banyak berinteraksi dengan peserta
didik di sekolah. Guru adalah orang tua kedua bagi peserta didik. Sebelum membentuk
karakter peserta didik, tentu pembentukan karakter guru seharusnya lebih dulu dilakukan.
Hal sederhana, guru yang ideal tentu harus menjadi contoh yang baik bagi peserta didik,
terutama dalam hal yang paling standar dan kasat mata. Misalnya adab bergaul,
berbicara, kesantunan, berpakaian, kejujuran, kedisiplinan, dan lain-lain. Jika hal-hal
yang demikian tidak ada pada guru, tentu untuk membentuk karekter positif pada peserta
didik juga tidak mudah.

Selain itu, guru menjadi tempat yang nyaman bagi peserta didik untuk menyampaikan
apa yang dirasakan peserta didik. Jangan sampai, guru di mata peserta didik adalah sosok
yang menakutkan dan peserta didik menjadi enggan untuk mendekat. Jangan sampai ada
peserta didik yang tidak mau ke sekolah sebab takut dengan guru. Tanpa harus
menggugurkan wibawa, seorang guru dapat menjadi ‘teman’ bagi peserta didik untuk
berbagi dan bercerita. Guru sedapat mungkin dapat menjadi pendengar yang baik terkait
apa-apa yang dinginkan peserta didik.

Guru pun dapat berbagi cerita pengalaman yang inspiratif tentang sesuatu yang sudah
dialami guru, meskipun tidak secara langsung berhubungan dengan materi pembelajaran.
Tinggal bagaimana guru mengemasnya. Sekali lagi, celah ini tidak lantas melunturkan
wibawa guru di mata peserta didik.

Guru dapat bersikap kapan tegas dan saat kapan lembut dan sosok yang
menyenangkan bagi peserta didik. Dalam penyampaian materi pembelajaran, banyak
kemungkinan bagi guru untuk mengaitkan materi pembelajan dengan pendidikan karekter
yang dibungkus dengan strategi yang menarik. Pesan-pesan moral kebaikan dapat
diuraikan dengan bahasa yang lebih membumi dan sesuai dengan kehidupan nyata. Guru
tidak sekadar mengejar target materi yang harus selesai atau nilai akhir akademis peserta
didik yang tinggi. Namun, hal-hal yang barangkali selama ini dianggap sepele dan belum
banyak diaplikasikan, seharusnya perlu ditekankan. Hal ini perlu juga diterapkan dalam
metode dan strategi pembelajaran yang variatif, menyenangkan, dan sarat dengan
pembentukan karakter positif.

Guru perlu mencoba hal-hal baru seperti variasi permainan, diskusi yang sarat
pendidikan karakter, dan hal-hal lain yang selama ini belum pernah dilakukan. Tujuannya
agar siswa mendapat penyegaran dan materi lebih efektif untuk disampaikan. Guru
memang banyak tuntutan, misalnya terkait administrasi mengajar, tetapi tidak lantas
menjadikan guru untuk abai pada strategi mengajar yang mementingkan pendidikan
karakter. Sejatinya, hal ini bisa dilakukan tanpa harus membuat kesibukan guru
bertambah atau menyita waktu. Guru perlu melakukan inovasi-inovasi dalam strategi
mengajar. Sebagai contoh, penggunaan media pembelajan perlu diterapkan agar suasana
pembelajaran tidak monoton. Kecenderungan peserta didik yang akrab pada teknologi
komunikasi dan infromasi (Misalnya HP dan internet) bisa diarahkan ke hal positif yang
berkaitan dengan dunia teknologi tersebut.

Generasi muda merupakan aset besar demi memajukan bangsa Indonesia ini, maka
dengan ini selain dengan lingkungan keluarga dan masyarakat sekitar, maka peranan
sekolah yang tertuju pada guru dan strategi pembelajaran yang ada dalam sekolah
berpengaruh penting dalam karakter anak bangsa.

D. Penutup
Karakter anak sejak dini harus dibentuk sebab agar anak nantinya memiliki jati diri
serta pandangan hidup yang baik saat tumbuh dewasa. Oleh karena itu, karakter anak
juga perlu dikembangkan agar anak memiliki pengalaman yang beragam dan kepribadian
yang baik.
Daftar Pustaka
Farah MS., Khairunnisa H. Penaruh Pendidikan Terhadap Pembentukan Karakter
Anak. PBSI FKIB UAD: ISSN 2655-6189
Kartono. Peran Sekolah dalam Pembentukan Karakter Peserta Didik
Rachamat. Penanaman Etika Lingkungan Melalui Sekolah Perduli dan Berbudaya
Lingkungan. 2009. Jurnal Tabularaga PPS Unimed: Vol. 6. No 2.

Anda mungkin juga menyukai