Anda di halaman 1dari 20

UJIAN TENGAH SEMESTER GASAL 2022/2023

Nama : Muji Iriyani


NIM : 2220110076
Mata kuliah : Pendidikan Karakter Ke-SD/MI-an
Semester/Kelas : I/C
Prodi : Magister Pendidikan Dasar
Hari / Tanggal : Jumat, 28 Oktober 2022
Waktu : 15.15 s.d. 17.15
Sifat soal : Open Book/Internet
Pengampu : Dr. H. Wakhudin, M.Pd.

PETUNJUK:
- Bacalah soal secara teliti dan cermat. Jawablah dengan jelas menggunakan bahasa
Indonesia yang baik dan benar;
- Utamakan jawaban menggunakan pemikiran sendiri yang logis dan dapat
dipertanggungjawabkan, serta jawablah sesuai kenyataan yang Ada di tempat Anda
bekerja. Sebutkan di mana Anda bekerja, termasuk jika menjadi Kepala Sekolah;
- Boleh membuka buku teks dan internet. Tapi cantumkan sumbernya, sebagaimana cara
penulisan ilmiah.
- Selamat melaksanakan tugas dengan baik.

SOAL
1. Jelaskan secara ringkas bagaimana Anda mengembangkan karakter agar menjadi
budaya di sekolah! (Sebutkan nama sekolah di mana Anda mengajar/Bobot Nilai
20%);
2. Jelaskan secara ringkas bagaimana Anda membangun budaya kelas berkarakter
(Memungkinkan mendeskripsikan segala problematika kelas/Bobot nilai 20%);
3. Jelaskan bagaimana proses Anda menyiapkan pembelajaran berbasis karakter, seperti
menyangkut kurikulum, desain pembelajaran, dan strategi pengembangan
pembelajaran. (Bobot Nilai 20%);
4. Jelaskan secara detail tentang pendidikan karakter yang Anda lakukan terhadap peserta
didik di tempat Anda bekerja (Bobot nilai 40%).
- Berapakah jumlah siswa di kelas yang Anda ajar? Jika perlu sebutkan nama-
namanya.
- Dari 18 karakter baik, nilai karakter manakah yang paling Anda tekankan kepada
peserta didik?
- Bagaimana teknik Anda mengembangkan pendidikan karakter kepada peserta
didik?
- Apakah Anda sering menemukan masalah yang berkaitan dengan karakter peserta
didik? Bagaimana Anda mengatasinya?
- Jika Anda melakukan penilaian diri sendiri, berapa nilai yang pantas untuk Anda
dalam melakukan pendidikan karakter terhadap peserta didik Anda?
- Bagaimana Anda bekerja sama dengan guru lain, dan kepala sekolah dalam
melakukan pendidikan karakter?
- Bagaimana Anda melakukan kerja sama dengan orang tua siswa dalam
membangun karakter peserta didik?

JAWABAN:
1. Jelaskan secara ringkas bagaimana Anda mengembangkan karakter agar menjadi
budaya di sekolah
Saya menjadi Kepala Sekolah di SD Negeri 1 Banjarkulon sejak menerima SK
pengangkatan KS Maret 2021. Saat saya masuk ke SD N 1 Banjarkulon, banyak sekali
PR untuk saya mulai dari masalah yang paling disorot yaitu jumlah siswa yang sedikit,
hanya 33 siswa pada saat itu. Kekurangan guru juga menjadi masalah tersendiri.
Kemudian regroup SD N 2 Banjarkulon bergabung ke SD N 1 Banjarkulon menjadi
titik tolak perencanaan sekolah yang lebih terarah dengan program-program yang lebih
terencana. Ini semua juga didukung perubahan guru dan tenaga pendidik yang
membuat atmosfer di SD N 1 Banjarkulon berubah kearah lebih baik. Salah satu
program yang saya tekankan adalah pengembangan karakter di sekolah. Bukan hanya
karakter guru, tetapi juga siswanya. Yang akan saya bahas disini lebih ke
pengembangan karakter siswa yang tentu saja harus di contoh dari guru-gurunya,
berarti karakter guru harus bagus untuk menjadi model bagi siswa-siswanya. Karena
lewat program ini nanti, selain membangun karakter anak maka imbasnya masyarakat
akan percaya kembali kepada SD Negeri 1 Banjarkulon.
Proses pembentukan karakter di awali dengan pembiasaan. Proses pembiasaan
inilah yang kita kenal dengan budaya atau pembudayaan. Budaya sekolah dimaknai
dengan tradisi sekolah yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan spirit dan nilai-
nilai yang dianut di sekolah. Artinya, budaya sekolah ini berisi kebiasaan-kebiasan
yang disepakati bersama untuk dijalankan dalam waktu yang lama. Jika kebiasan
positif ini sudah membudaya, maka nilai-nilai karakter yang diharapkan akan
terbentuk.
Selain menyisipkan dalam kegiatan pembelajaran di kelas, saya
mengembangkan karakter disekolah dengan beberapa program :
1. Program Pembiasaan di sekolah
2. Kegiatan Ekstrakurikuler
3. Kegiatan Literasi di sekolah
4. Tata tertib di sekolah
Saya bersama dengan rekan guru di sekolah saya bersepakat menjalankan
beberapa program di sekolah yang bisa membangun karakter anak, antara lain :
1. Pembiasaan
1) Upacara bendera setiap hari senin dan peringatan hari tertentu (hari besar
nasional)
2) Berdoa di awal dan akhir pembelajaran
3) Shalat duhur berjamaah untuk kelas 3-6
4) Hafalan surat pendek setiap pagi sebelum pembelajaran
5) Shalat duha, dilanjutkan infak jumat dan makan Bersama
6) Membiasakan salam dengan teman dan guru
7) Senam pagi setiap hari Rabu dan Sabtu
8) Sabtu untuk bersih-bersih lingkungan sekolah
9) Pemeriksaan badan, kebersihan dan kerapian ( kuku, rambut, gigi)
10) Membuang sampah pada tempatnya
2. Kegiatan Ekstrakurikuler
Kegiatan ekstrakurikuler yang di pilih untuk dilaksanakan adalah
1) Pramuka
2) Komputer /TIK
3) Rebana
4) BTA ( Baca Tulis Al Quran)
3. Kegiatan Gerakan Literasi Sekolah
Perpustakaan mengatur jadwal kunjungan siswa sesuai kelas, guru kelas
mendampingi karena tidak ada petugas perpustakaan. Siswa wajib meminjam buku
minimal 1 dalam 1 minggu. Guru bisa menindaklanjuti di dalam kelas misal untuk
membahas buku apa yang di pinjam dan apa isi buku tersebut. Buku yang dipinjam
juga bisa untuk mengawali membaca 15 menit sebelum pembelajaran. Kegiatan ini
dilaksanakan untuk menumbuhkan minat baca peserta didik serta meningkatkan
keterampilan membaca agar pengatahuan dapat dikuasai secara lebih baik.
4. Tata Tertib di Sekolah
Tata tertib di buat untuk mengatur supaya semua siswa bisa tertib dan disiplin. Jika
ada yang dilanggar berarti ada konsekuensi yang harus ditanggung. Dengan begitu
anak akan lebih bertanggung jawab. Untuk peraturan di dalam kelas maka guru dan
siswa bisa membuat aturan yang disepakati bersama.
Dengan program-program tersebut diharapkan nantinya mampu membuat karakter
bisa menjadi budaya yang baik disekolah.

2. Jelaskan secara ringkas bagaimana Anda membangun budaya kelas berkarakter


Budaya kelas berkarakter harus di mulai dari guru yang memiliki karakter baik
terlebih dahulu. Dari guru tersebut lah yang akan menjadi contoh untuk peserta
didiknya. Walau tidak berarti siswa yang karakternya buruk berasal dari guru yang
buruk, namun sedikit banyak karakter guru akan di lihat dan di contoh oleh siswa.
Sehingga sebagai guru maka kita harus memperhatikan bagaimana sikap, tingkah laku
dan ucapan kita kepada anak didik. Guru adalah model bagi siswa. Setelah berawal
dari guru kemudian berlanjut ke kegiatan di dalam kelas yang di bawa guru tersebut.
Kegiatan-kegiatan seperti apa saja yang bisa di lakukan untuk membangun budaya
kelas berkarakter? Ada banyak kegiatan yang bisa kita lakukan, ini adalah beberapa
hal yang pernah saya lakukan, dan juga masih di lakukan di sekolah saya sekarang
adalah
1. Pembiasaan di dalam kelas seperti berdoa sebelum dan sesudah pembelajaran,
hafalan surat-surat pendek, menyanyikan lagu wajib.
2. Membagi kelas dalam kelompok kecil untuk diskusi atau kegiatan pembelajaran
supaya melatih kerja sama siswa
3. Menanamkan sikap toleransi dan menghargai orang lain
4. Mengunjungi teman yang sakit
5. Membantu teman yang kesusahan, misal meminjamkan pensil atau berbagi
makanan
6. Lapor jika menemukan uang tak bertuan
7. Disiplin waktu
8. Membuat kesepakatan dengan siswa jika membuat aturan di dalam kelas
9. Musyawarah saat menentukan pengurus kelas dan jadwal piket
10. Mengikuti jadwal shalat duhur berjamaah dan kegiatan shalat duha
11. Infak jumat, dan di kelas ada kas kelas yang bisa digunakan untuk kebutuhan
kelas.
12. Membuat pojok baca untuk kegiatan literasi
13. Membiasakan anak untuk mengerjakan tugasnya sendiri, boleh bertanya pada
teman tapi tidak menyalin jawaban.
Itu adalah beberapa hal yang pernah saya laksanakan di dalam kelas. Walaupun
bukan berarti semua bisa berjalan lancar. Misalnya untuk membiasakan anak
mengerjakan tugasnya sendiri terkadang masih ada yang lebih suka menyalin tugas
teman sama persis sampai dengan huruf yang kurang. Ini jelas sekali anak tersebut
benar-benar tidak mau berusaha mengerjakan sendiri. Biasanya langsung saya tegur
dan tidak saya nilai supaya lain kali mau berusaha.
Ada juga anak yang sering terlambat, masuk sekolah sudah jam 8 yang
pembelajaran sudah berlangsung. Ternyata anak tersebut susah bangun pagi, saya pun
menghubungi orang tuanya, menanyakan penyebabnya dan meminta perhatian untuk
anak tersebut di bangunkan supaya tidak kesiangan dan juga saya minta temannya
untuk setiap pagi menjemput ke rumah anak tersebut. Sering setiap pagi saya papasan
dengan anak yang menjemput anak yang sering kesiangan, ini menunjukan ada
kepedulian dengan sesama.
Terkadang yang agak sulit untuk menenangkan anak yang emosinya tinggi,
bertengkar dengan teman sampai susah dipisahkan. Anak tersebut biasanya saya
dudukan, saya tanyakan awal penyebab masalah tersebut dan panjang lebar nasihat
seorang guru untuk membuat anak tersebut paham bahwa yang dia lakukan tidak baik
walau terkadang butuh waktu lama untuk membuat anak tersebut emosinya turun dan
mau mendengarkan. Dan kasus seperti ini akan sering dijumpai sebagai pendidik.
Bercanda kebablasan akhirnya bertengkar, tapi untuk skala anak-anak masih tarafnya
masih yang sebentar kemudian saling minta maaf dan selesai.
Yang terkadang membuat guru bingung dan saya sebagai KS juga bingung itu
untuk menghadapi anak yang terlalu manja dan masalahnya orang tua atau keluarga
anak tersebut yang terlalu memanjakannya hingga kami sebagai pendidik susah untuk
membangun karakternya. Disekolah di arahkan untuk seperti ini dan seperti itu tapi
terkadang malah pihak keluarga tidak mendukung atau terlalu melindungi ke arah
yang tidak mendidik. Contohnya anak belum bisa calistung, kemampuan masih sangat
kurang. Orang tua menghendaki harus naik kelas tapi dirumah tidak dibantu belajar, di
sekolah anak susah di arahkan bahkan malas-malasan mengikuti kegiatan
pembelajaran. Di konfirmasi dengan orang tua, tapi orang tua merasa anaknya
dirumah sudah bisa, tapi kenyataan di sekolah tidak bisa mengikuti pembelajaran.
Anak tersebut juga mudah emosi, mudah menangis dan terkadang tidak mau
melakukan apa-apa disekolah. Kami masih kesulitan koordinasi dengan orang tua
karena orang tua tidak merasa anaknya memiliki permasalahan tersebut. Anak tersebut
seperti selalu minta diperhatikan karena dirumah perhatian semuanya tertuju
kepadanya dan selalu di bela oleh orang tua dan kakek neneknya. Banyak
problematika di dalam kelas yang harus diselesaikan dan sebagai pendidik harus
selalu mencoba menyelesaikan dengan baik dan memberi contoh yang baik.

3. Jelaskan bagaimana proses Anda menyiapkan pembelajaran berbasis karakter, seperti


menyangkut kurikulum, desain pembelajaran, dan strategi pengembangan
pembelajaran

Menyiapkan pembelajaran berbasis karakter berarti harus di mulai dari merancang


kurikulumnya sebagai dasar untuk mencapai tujuan nasional, kemudian membuat
desain pembelajaran dan strategi pengembangan pembelajarannya. Yang pertama
adalah
A. Hubungan Kurikulum dan Pendidikan karakter.
Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran dan program pendidikan yang
diberikan oleh suatu lembaga penyelenggara pendidikan, berisi rancangan
pelajaran yang akan diberikan kepada peserta didik dalam satu periode jenjang
pendidikan.
Pendidikan karakter adalah suatu penanaman nilai karakter kepada peserta didik
supaya mempunyai karakter yang baik.
Kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan nasional yang harus
dilaksanakan oleh guru dan murid di sekolah agar terlaksana proses belajar
mengajar dengan baik dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.
Jadi hal pertama yang perlu di buat adalah menyusun kurikulum yang didalamnya
memuat segala hal yang dibutuhkan yang memuat semua rancangan yang
dibutuhkan selama 1 tahun. Di dalam kurikulum juga dimasukkan unsur
pendidikan karakter yang akan di tanamkan pada peserta didik, juga dalam
program seperti apa dan desain yang bagaimana supaya nanti akan lebih mudah
dalam penjabaran dan aplikasinya.

B. Desain Pembelajaran Pendidikan Karakter


           Dalam membuat desain pembelajaran yang memuat pendidikan karakter
berarti kita membuat desain yang di dalamnya memuat pelaksanaan kurikulum
berbasis karakter. Di dalam desain pembelajaran tersebut memuat proses
pembelajaran di sekolah yang dilaksanakan mulai dari tahap perencanaan,
pelaksanaan, hingga evaluasi pembelajaran pada semua mata pelajaran. Tahap-
tahap ini bisa diuraikan seperti berikut ini.
1. Tahap Perencanaan
 Tahap perencanaan dimulai dengan analisis SK/KD. Analisis SK/KD
dilakukan untuk mengidentifikasi nilai-nilai karakter yang secara substansi
dapat diintegrasikan pada SK/KD yang bersangkutan.
 pengembangan silabus berkarakter,
 Menyusun RPP berkarakter
 Menyiapkan bahan ajar berkarakter.
2. Pelaksanaan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran dimulai dari tahapan pendahuluan, inti dan
penutup. Kegiatan di rancang untuk mempraktikan nilai-nilai karakter yang
ditargetkan.
a. Pendahuluan
Pada tahap pendahuluan, yang perlu disiapkan adalah :
1) menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses
pembelajaran.
2) mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan
sebelumnya dengan materi  yang akan dipelajari.
3) menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai.
4) menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai
silabus.
Ada sejumlah cara yang dapat dilakukan untuk mengenalkan nilai,
membangun kepedulian akan nilai, dan membantu internalisasi nilai atau
karakter pada tahap pembelajaran ini. Berikut adalah beberapa contoh. 
1) Guru datang tepat waktu (contoh nilai yang ditanamkan: disiplin).
2) Guru mengucapkan salam dengan ramah kepada siswa ketika memasuki
ruang  kelas (contoh nilai yang ditanamkan: santun, peduli)
3) Berdoa sebelum membuka pelajaran (contoh nilai yang ditanamkan:
religius)
4) Mengecek kehadiran siswa (contoh nilai yang ditanamkan: disiplin, rajin)
5) Mendoakan siswa yang tidak hadir karena sakit atau karena halangan
lainnya  (contoh nilai yang ditanamkan: religius, peduli)
6) Memastikan bahwa setiap siswa datang tepat waktu (contoh nilai yang
ditanamkan: disiplin)
7) Menegur siswa yang terlambat dengan sopan (contoh nilai yang
ditanamkan: disiplin, santun, peduli)
8) Mengaitkan materi/kompetensi yang akan dipelajari dengan karakter dengan
merujuk pada silabus, RPP, dan bahan ajar, menyampaikan butir karakter
yang hendak dikembangkan selain yang terkait dengan SK/KD.
b. Inti
Kegiatan inti pembelajaran terbagi atas tiga tahap, yaitu eksplorasi,
elaborasi, dan konfirmasi.
1) Eksplorasi
tahap eksplorasi peserta didik difasilitasi untuk memperoleh pengetahuan
dan keterampilan dan mengembangkan sikap melalui kegiatan
pembelajaran yang berpusat pada siswa
2)  Elaborasi
Pada tahap elaborasi, peserta didik diberi peluang untuk memperoleh
pengetahuan dan keterampilan serta sikap lebih lanjut melalui sumber-
sumber dan kegiatan-kegiatan pembelajaran lainnya sehingga
pengetahuan, keterampilan, dan sikap peserta didik lebih luas dan dalam
3) Konfirmasi
Pada tahap konfirmasi, peserta didik memperoleh umpan balik atas
kebenaran, kelayakan, atau keberterimaan dari pengetahuan, keterampilan,
dan sikap yang diperoleh oleh siswa

c. Penutup
Beberapa hal yang bisa dilakukan dalam kegiatan penutup adalah :
1) Bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat
rangkuman/simpulan pelajaran (contoh nilai yang ditanamkan: mandiri,
kerjasama, kritis, logis);
2) Melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah
dilaksanakan secara konsisten dan terprogram (contoh nilai yang
ditanamkan: jujur, mengetahui kelebihan dan kekurangan);
3) Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran (contoh
nilai yang ditanamkan: saling menghargai, percaya diri, santun, kritis,
logis);
4) Merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi,
program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik
tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta
didik; dan
5) Menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.
3. Evaluasi Pembelajaran
Evaluasi  atau  penilaian  merupakan  bagian  yang  sangat  penting
dalam  proses pendidikan. Dalam pendidikan karakter, penilaian harus
dilakukan dengan baik dan benar. Penilaian tidak hanya menyangkut
pencapaian kognitif peserta didik, tetapi juga pencapaian afektif dan
psikomorotiknya. Dalam penilaian karakter, bisa membuat instrumen penilaian
yang dilengkapi dengan rubrik penilaian untuk menghindari penilaian yang
subjektif, baik dalam bentuk instrumen penilaian pengamatan (lembar
pengamatan) maupun instrumen penilaian skala sikap (misalnya skala Likert)

C. Strategi Mengembangkan Pembelajaran Berbasis Karakter


1. Strategi Peningkatan Tahap Perkembangan Moral
 Strategi Pembelajaran Nilai dan Karakter yang Berorientasi pada Pendekatan
Komprehenshif.
Strategi yang Mementingkan keseimbangan Moral Knowing, Moral
feeling, dan Moral Action. Strategi ini dikembangkan, terinspirasi dengan
pandangan Lickona (1991) bahwa untuk mengembangkan karakter,
komponen-komponen karakter yang perlu dikembangkan secara bersama-
sama (tidak boleh salah satunya) adalah komponen moral knowing, moral
feeling, dan moral action. Persoalan utamanya adalah bagaimana pendidik
nilai dan karakter dapat memberi pengalaman belajar melalui strategi tertentu
sehingga ketiga komponen karakter itu muncul semua dalam satu pengalaman
belajar
Pengembangan strategi pembelajaran yang berorientasi pada
pendekatan komprehensif ini setidak-tidaknya dilakukan dengan langkah-
langkah:
1) peserta didik dilibatkan untuk mengalami/melakukan tindakan moral
tertentu (moral action) dalam situasi kehidupan riil;
2) refleksi dan diskusi terhadap tindakan moral tertentu dalam rangka untuk
meningkatkan kesadaran diri atau mempertajam perasaan moral (moral
feeling);
3) melalui tindakan moral dan refleksi terhadap tindakan moral tersbut
pengetahuan moral (moral knowing) peserta didik juga berkembang. Jika
langkah-langkah pembelajaran tersebut dilakukan, maka pelaksanaan
pembelajaran akan berlaku secara konstruktivistik.
2.  Strategi Pendekatan Kontekstual dalam Penyampaian Kurikulum
Pembelajaran berbasis Karakter
Pendekatan kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu
pendidik mengaitkan antara kurikulum yang diajarkan dengan situasi dunia
nyata peserta didik dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka
sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan pendekatan ini diharapkan
lebih bermakna bagi siswa.
Strategi belajar yang harus diterapkan kepada peserta ddik, yaitu sebagai
berikut:
1. Menekankan pentingnya pemecahan suatu masalah.
2. Mengakui perlunya kegiatan belajar mengajar dilakukan dalam berbagai
konteks seperti rumah dan masyarakat.
3. Mengajarkan dan memantau peserta didik agar dapat belajar mandiri dan
efektif.
4. Menekankan pelajaran pada konteks kehidupan peserta didik yang
berbeda-beda.
5. Mendorong peserta didik untuk belajar dari sesama dan belajar bersama.
Pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar yang membantu
pendidik mengaitkan antara materi kurikulum yang diajarkan dengan situasi
dunia nyata dan peseta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Pembelajaran kontekstual dapat diterapkan umtuk membangun nilai-
nilai karakter siswa melalui pendekatan pembelajaran yang baik. Pendekatan
pembelajaran itu adalah sebagai berikut:
1. Constructivisme,
2. Inquiry
3. Questioning
4. Learning community. 
5. Modelling
6. Reflection. 
7. Authentic assessment
3. Strategi Pengembangan Karakter Dengan Model Pembelajaran Berbasis
Pancasila
a. Perlunya Model Pembelajaran Berbasis Pancasila
Pendidikan merupakan suatu proses untuk menuju ke arah yang
menjadi baik atau lebih baik. Pendidikan juga merupakan sarana dalam
membentuk karakter anak sejak dini dalam rangka menyiapkan generasi
penerus bangsa yang berkualitas dan berkarakter. Upaya-upaya dalam
menerapkan nilai-nilai pendidikan karakter akan lebih mudah ketilka
diwujudkan melalui pembelajaran disekolah. Pembelajaran disekolah ini dapat
mengadopsi nilai-nilai  karakter bangsa yang luhur terutama yang terdapat pada
Pancasila.
b. Proses Pengimplementasian dan Penerapan Model Pembelajaran
Karakter Berbasis Pancasila
Keberagaman nilai pancasila merupakan suatu modal yang sangat besar
dalam penerapan dan pengembangan pembelajaran karakter di dunia
pendidikan. Nilai-nilai dasar Pancasila sangatlah kompleks dalam peroses
pembentukan karakter peserta didik yang kini mulai ditinggalkan. Melalui
pendidikan yang di terapkan di sekolah, pembelajaran berbasis karakter
Pancasila hendaknya ditanamkan melalui sebuah kebiasaan.
Referensi :
Dewi, Rinita Rosalinda. 2015. Pembelajaran Berbasis Karakter.
http://rinitarosalinda.blogspot.com/2015/02/pembelajaran-berbasis-karakter.html. Diakses
pada tanggal 24 Oktober 2022 pukul 13.03

4. Jelaskan secara detail tentang pendidikan karakter yang Anda lakukan terhadap peserta
didik di tempat Anda bekerja

Karena sekarang saya Kepala Sekolah jadi tidak memegang kelas secara khusus,
tetapi kadang saya mengisi kelas yang gurunya sedang berhalangan. Untuk program
pendidikan karakter maka saya merancang untuk lingkup 1 sekolah dan di dalamnya
termasuk untuk kegiatan di dalam kelas yang di implementasikan oleh guru-guru di
sekolah saya. Jumlah siswa di SD Negeri 1 Banjarkulon ada 62 siswa dengan rincian
sebagai berikut :

DATA SISWA SD NEGERI 1 BANJARKULON


NO KELAS JUMLAH SISWA KETERANGAN
L P JML
1 SATU 7 2 9 Fatih, Dirga, Kevin, Rafli, Putra, Nafis,
Tsaqif, Syifa dan Mayang
2 DUA 4 5 9 Rifai, Alul, Difa, Fandi, Zidane, Agis,
Anjani, Hanin, dan Fea
3 TIGA 6 4 10 Syafii, Hafizh, Rama, Naufal, Raziq,
Iqbal, Nisa, Alya, Kirana, dan Zahro,
4 EMPAT 7 3 10 Dimas, Haafidh, Kenzo, Alvin, Fa’I,
Sabil, Zidane, Alika, Dini, dan Saskia
5 LIMA 7 8 15 Bima, Fadli, Yuan, Yasin, Reza, Teguh,
Basit, Syifa, Zia, Tsabita, Vania, Almira,
Rena, Isah, dan Acha
6 ENAM 6 3 9 Ezza, Aji, Rokhim, Fadil, Alwi, Gayuh,
Dea, Azka dan Alya
JMLH 37 25 62

Dari 18 karakter baik, yang paling saya tekankan kepada peserta didik adalah
religius, jujur, bertanggung jawab, toleransi dan disiplin. Walaupun tentu saja nilai-nilai
yang lain tetap di kembangkan dan kalau bisa tentu saja mencakup 18 karakter itu bisa
diselipkan di bagian mana saja, entah di pembelajaran, pembiasaan, ekstrakurikuler, tata
tertib ataupun dalam keseharian anak. Saya kurang yakin apa saya sudah menggunakan
teknik tertentu atau belum, atau mungkin sudah tapi saya tidak tahu namanya. Yang jelas
seperti yang sudah di jabarkan di atas pada soal nomor 1 tentang mengembangkan karakter
di sekolah, kurang lebih ada kegiatan-kegiatan tersebut yang dilakukan di sekolah saya.
Guru harus menjadi contoh dan teladan yang baik, lalu selain lewat kegiatan
pembelajaran juga di lakukan kegiatan pembiasaan supaya bisa membekas dalam diri anak,
bisa juga dilakukan lewat kegiatan ekstrakurikuler, membuat aturan di sekolah yang di
sepakati bersama ataupun kegiatan keseharian biasa yang menunjukan karakter baik. Saya
sering menasihati kepada anak-anak atau berbicara dengan mereka, “Ibu tidak masalah
kalau nilai matematikamu jelek, tapi sikap kamu, attitude kamu, cara bicara dan karakter
kamu harus baik. Karena kedepannya kamu tidak akan ditanya oleh orang berapa nilai
matematikamu waktu sekolah, tapi orang akan menilai apakah kamu bersikap baik, sopan
dan bagaimana tingkah laku kamu”. Pendidikan karakter adalah salah satu hal yang sedang
saya usung dengan guru-guru disini, bagaimana kami sebagai pendidik di SD Negeri 1
Banjarkulon bisa menanamkan karakter baik pada anak-anak karena saat SD itu salah satu
waktu yang penting untuk membentuk karakter mereka. Kami sering menemukan masalah
karakter peserta didik.
Dari kelas 1, ada Syifa, anak perempuan yang terkadang suka mencari masalah
dengan temannya, tapi saat temannya tidak terima dia akan jengkel, menangis dan
berbohong bahwa temannya nakal padahal masalah awalnya berasal dari dia yang jahil
lebih dulu. Orang tuanya tiba-tiba kesekolah dan marah-marah. Saya ajak bicara Syifa,
saya tanyakan permasalahannya kemudian saya dan guru di sekolah mencari tahu duduk
perkaranya dan kami tanyakan kepada anak-anak kejadian sebenarnya. Kami
komunikasikan dengan orang tua Syifa dan saat dijelaskan kejadian sebenarnya kemudian
orang tuanya minta maaf. Anak yang di Jahili Syifa tidak membalas apa-apa. Jadi Syifa
membuat masalah sendiri, menangis sendiri, mengadu dan berbohong. Pelajaran untuk
orang tua supaya tidak langsung percaya 100% jika anak mengadu sesuatu. Dan ini juga
menjadi perhatian buat kami untuk lebih memperhatikan tingkah laku anak-anak disekolah.
Karena selain Syifa masih ada Hafizh siswa kelas 3 yang terlalu di manja keluarganya
sehingga susah bagi kami di sekolah mengarahkan dia disekolah. Sering semaunya sendiri
dan susahnya karena orang tua tidak bisa di ajak kerjasama. Pihak sekolah sudah berkali-
kali komunikasi langsung dengan orang tuanya tapi dari mereka tidak ada tindak lanjut.
Tidak mengakui anak memiliki masalah sehingga itu sendiri sudah jadi masalah dan ini
masih kami usahakan bagaimana solusinya. Seperti kejadian kemarin di mana Hafizh
emosi dan ngamuk mengejar salah satu anak, dia kelas 3 tapi badannya besar dan gemuk,
bahkan di jaga oleh saya dan wali kelasnya saja kewalahan sampai saya meminta bantuan
guru laki-laki karena saya tidak kuat dan kami paksa bawa ke kantor, duduk, minum,
ditenangkan di kantor. Anak ini yang terlalu di manja keluarga, sering tidak mau mengikuti
pembelajaran, belum bisa calistung dan di komunikasi dengan orang tua tapi kami merasa
orang tua tidak ada tindakan apa-apa di rumah dan cenderung tetap memanjakannya.
Masih di kelas 3 ada kasus yang bener-bener tamparan buat saya yaitu beberapa siswa
mengambil barang di toko dekat sekolah. Pegawai toko menangkap tangan mereka dan
melaporkan kesekolah. Nilai barangnya mungkin kecil, tapi kelakuan mereka bisa jadi
bibit yang buruk. Saya memanggil orang tua dari Syafi’i, Naufal dan Rama ke sekolah
untuk mengabarkan hal yang tidak enak tersebut. Kami meminta perhatian orang tua
supaya mengawasi teman bermain dilingkungannya karena bisa jadi pengaruh dari
lingkungan juga. Sebelumnya Anak-anak juga sudah di ajak bicara, digali informasi
sebanyak mungkin. Kenapa bisa seperti itu? Ada yang di ajak temannya, salah satu
mengaku di paksa mengambil oleh anak sekolah lain. Ini juga jadi perhatian kami jika hal
tersebut benar, jangan sampai ada kasus bullying apalagi sampai bullying beda sekolah.
Anak tersebut juga mengaku seperti itu kepada orang tuanya sehingga orang tuanya juga
akan mengkonfirmasi kepada orang tua dari anak yang menyuruh tersebut. Supaya ada
kejelasan dari masalah tersebut, apakah anak tersebut membuat alasan palsu atau itu
memang benar. Dari pegawai toko juga melaporkan kalau yang melakukan itu bukan
hanya anak dari sekolah saya tapi dari sekolah yang satunya juga. Selain koordinasi dengan
orang tua, disekolah selain guru kelas memberi arahan dikelas Saya juga langsung
memberi arahan kepada semua siswa tentang kasus tersebut, memberi pengertian kepada
mereka bahwa mencuri itu perbuatan yang salah, juga jika mereka mengalami kasus
bullying untuk langsung minta tolong atau berbicara dengan orang tua, guru atau siapapun
yang dianggap bisa membantu. Dan akhirnya kami membuat aturan baru yaitu larangan
keluar dari lingkungan sekolah tanpa ijin. Ini juga memberi kami ide untuk membuat
kantin disekolah, koperasi yang menyediakan peralatan sekolah sehingga anak-anak tidak
perlu keluar lingkungan sekolah jika ingin membeli kebutuhan mereka. Menyangkut
kedisiplinan siswa, ada anak yang susah bangun pagi sehingga sering kesiangan dan
terlambat. Namanya Ezza, sekarang kelas 6. Saya pernah mengajar sebentar di kelas 5
karena kekurangan guru. Jadi anak tersebut itu rambut di warnai, susah bangun pagi, ada
kabar juga kadang merokok dengan ayahnya, sering membawa motor sampai sudah pernah
jatuh. Untuk siswa SD, di sekolah dia tidak tergolong siswa yang sering berulah/nakal, dia
juga tidak mengganggu anak lain tapi pada perilaku nya itu ada penyimpangan karena
setelah ditelusuri ya ternyata di manja juga oleh keluarganya. Sebenarnya Ezza seharusnya
sudah lulus, tapi memilih ikut kelas di bawahnya karena pada saat itu di kelasnya hanya
ada 3 anak dan dia laki-laki sendirian sehingga memilih tinggal kelas. Berasal dari
keluarga yang berada sama seperti Hafizh yang di manja di kelas 3. Saya cari tahu dengan
orang tuanya, ternyata kalau tidur larut malam, dan pagi susah di bangunkan sehingga
sering terlambat, apalagi waktu covid lama tidak sekolah sehingga membuat anak tambah
malas bangun pagi. Rambut di cat, susah sarapan, anaknya termasuk kurus Sukanya makan
mie instan. Saya juga mendekati anak tersebut, saya nasehati, bicara dari hati ke hati
tentang penyebab dia seperti itu, saya minta jangan tidur terlalu malam supaya bisa bangun
pagi. Saya ingatkan juga pada semuanya kewajiban shalat subuh supaya bangun pagi untuk
shalat. Untuk kasus ini saya juga minta bantuan temannya yang rumahnya dekat untuk
menjemput setiap pagi, dan sering saya berpapasan dengan Aji yang mau menjemput Ezza
kerumahnya. Terkadang Aji mengeluh karena sudah ditunggu tapi Ezza malas-malasan.
Saya tetap koordinasi dengan orang tua supaya anak diperhatikan, alhamdulillah sekarang
sudah lebih baik. Untuk kasus rambut di cat biasanya langsung kami tegur, rambutnya
terus di cat hitam lagi. Ternyata orang tuanya juga rambutnya di cat sehingga anak ikut-
ikutan.
Selain Ezza, ada yang lebih parah yaitu Alwi dan Gayuh. Mereka siswa regroup
dari SD Negeri 2 Banjarkulon yang kemudian regroup dengan SD Negeri 1 Banjarkulon,
jadi saat masuk ke SDN 1 Banjarkulon itu sudah kelas 5 semester 2. Sekarang kelas 6
bareng Ezza. Mereka sering sekali tidak masuk sekolah, hamper setiap hari Jumat dan
Sabtu tidak pernah berangkat sekolah. Saya gali informasi dari guru sekolah asalnya dan
ternyata dari dulu bahkan sebelum covid itu mereka jarang masuk dan kemudian covid
tambah tidak terpantau. Masuk sekolah sering di jemput kerumahnya, bahkan jika
waktunya ujian terkadang saya harus meminta anak tersebut di jemput. Saya sudah
membicarakan hal ini dengan orang tuanya, saya menanyakan penyebabnya, sebenarnya
kenapa? ada yang memberi alasan katanya tanggung hari Jumat, Sabtu dan Minggu. Ada
juga yang beralasan tidak suka memakai baju pramuka, dan sudah saya ijinkan boleh
menggunakan pakaian olah raga atau yang nyaman tapi ternyata saya cek masih sering
Jumat dan Sabtu tidak berangkat. Saya juga koordinasi dengan guru untuk memantau
bagaimana anak tersebut. Anak tersebut tidak tergolong anak yang jadi biang masalah di
sekolah, masalah mereka adalah terlalu sering tidak masuk sekolah dan termasuk anak
yang akademiknya juga jelek. Jika sedang masanya ujian maka guru harus menjemput ke
rumah supay ke dua anak tersebut berangkat. Kami pihak sekolah seringnya kesulitan
membangun karakter anak di saat keluarga dari anak tersebut kurang memberi perhatian
atau dukungan. Jika orang tua juga kalah darai anak, maka koordinasi dengan orang tua
jadi kurang berfungsi padahal di sekolah yang namanya memberi perhatian kepada anak
tersebut tidak kurang-kurang di lakukan. Untuk kasus-kasus tertentu seperti masuk telinga
kanan keluar telinga kiri. Walaupun saat di beri nasehat mendengarkan, berangkat ya… di
jawab iya… ya akhirnya tetap kembali tidak masuk saat hari Jumat dan Sabtu. Mau seperti
apapun usaha kami disekolah jika sumber masalahnya di lingkungan keluarga maka
penanaman karakter itu akan sangat susah. Walaupun sekolah berusaha koordinasi dengan
orang tua tapi saat orang tua tidak memperhatikan permasalahan-permasalahan tersebut, ya
susah berhasilnya.
Saya selalu berkoordinasi dengan guru dan wali siswa jika ada permasalahan di
sekolah, alhamdulillah guru-guru di sekolah saya itu sangat baik dan kompeten menurut
saya. Ada permasalahan apapun maka kami sigap menangani. Saling membantu, tidak
memandang itu permasalahan di kelas siapa atau hanya menyerahkan pada wali kelasnya
tapi saling melengkapi. Untuk permasalahan yang harus koordinasi dengan orang tua,
orang tua memberi perhatian maka ada perubahan yang bagus. Karena itu walaupun saya
Kepala Sekolah dengan usia paling muda diantara semua PNS di sekolah saya, kebetulan
baru mau 34 bulan depan dan hanya ada 3 guru WB yang usianya lebih muda 6 tahun dari
saya tapi kami tim yang solid dan saya bangga dengan guru-guru saya yang siap
menjalankan berbagai program disekolah ditengah segala keterbatasan tapi semua program
bisa tetap berjalan. Kepada guru senior, mereka adalah sumber saya berkonsultasi
permasalahan di sekolah dan musyawarah menemukan solusi. Guru yang masih muda,
mereka sumber semangat sekolah untuk melaksanakan ide kreatif yang bisa dilakukan
disekolah. Banyak kegiatan terlaksana dengan baik berkat semangat dan komitmen serta
ikhlasnya guru muda sebagai penggerak kegiatan seperti kegiatan ekstrakurikuler dan
pembinaan di sekolah. Walau sekolah belum mampu memberi kesejahteraan yang bagus,
tapi insyaAllah dengan keikhlasan mereka Allah akan membuka rejeki dari jalur lain dan
memudahkan urusan mereka. Itu adalah salah satu hal yang saya tanamkan kepada guru
Wiyata di SD saya. Lakukan yang terbaik, jangan berfikir masalah materi, ikhlas, Allah
lebih adil dan rejeki tidak hanya dalam bentuk uang. Melihat mereka sekarang saya rasa
karakter guru-guru saya juga bagus dan pantas menjadi model untuk anak-anak.
Tujuan kami untuk lebih fokus kepada pembentukan karakter anak juga benar-
benar kami laksanakan semampu kami. Kerjasama dengan orang tua, komite, memberi
tahu program-program di sekolah juga meminta dukungannya untuk anak-anak dipantau
perkembangannya. Jika ada permasalahan baik di sekolah maupun di rumah bisa di
konsultasikan dengan sekolah, jika ada yang bisa sekolah lakukan maka kami siap
membantu. Karena memberi pelayanan yang baik kepada wali murid juga menjadi salah
satu agenda saya, seperti yang pernah saya lakukan untuk membantu data kependudukan
anak-anak yang bermasalah bahkan sampai ke dindukcapil. Dari hal seperti itu saya bisa
lebih dekat dengan wali murid dan mudah koordinasi jika ada anak yang mengalami
masalah di sekolah. Saya berharap dengan sekolah memiliki komunikasi yang baik dengan
orang tua, maka koordinasi untuk memberikan pendidikan terbaik untuk anak-anak bisa
tercapai. Jika saya harus memberi penilaian untuk diri saya sendiri terhadap usaha saya
dalam melakukan pendidikan karakter terhadap peserta didik disekolah saya, maka saya
akan memberi nilai 8. Tidak kurang dari 8 karena saya menghargai apa yang sudah saya
buat, rencanakan dan aplikasikan untuk sekolah saya walau ditengah segala keterbatasan
dan kekurangan. Tidak lebih dari 8 karena saya merasa masih kurang, dan usaha saya
masih bisa ditingkatkan lagi kedepannya. Mungkin nanti akan ada ide-ide bagus dari guru-
guru saya yang bisa diaplikasikan dalam pembentukan karakter disekolah saya.

Anda mungkin juga menyukai