Anda di halaman 1dari 6

Tugas 1: Refleksi Pengalaman Bersekolah

• Pengalaman apa yang membuat Anda menjadi rindu bersekolah, atau, pengalaman
apa yang membuat Anda kehilangan motivasi untuk bersekolah? (pilih salah satu)
Pengalaman yang membuat saya kehilangan motivasi:
Saat itu saya kelas 8 SMP. Saya bersekolah di SMPN 4 Klaten. Hal yang paing membuat
saya merasa sangat kehingalan motivasi belajar di sekolah adalah kalau bertemu dengan
mata pelajaran Bahasa Inggris. Jujur saya akui bahkan sampai saat ini, guru bahasa
Inggris saya saat itu sangat terkena galak dan killer. Cara mengajarnya pun juga
memaksakan kemampuan murid. Setiap pelajaran bahasa Inggris dengan guru itu, murid
diwajibkan untuk mentranslatekan kalimat dari bacaan yang ada dibuku. Sedangkan saat
itu sangatlah sulit bagi saya bahwa bagi teman-teman saya juga dikelas. Jadi proses
belajar, cara guru menyampaikan materi, cara guru mengajar dengan memaksa itu tadi
yang menyebabkan saya merasa takut berangkat ke sekolah.

• Peristiwa apa yang membuat Anda merasa berkembang dan belajar sebagai
seorang pembelajar?
Saya pernah mengalami peristiwa unik ketika kelas 10 SMA. Saat itu saya sedang
pelajaran bahasa Indonesia. Saat itu saya belum mengerjakan PR disaat teman-teman
yang lain sudah mengumpulkan di depan. Saat itu saya diajak untuk mengobrol oleh guru
bahasa Indonesia yaitu Ibu Iin. Beliau memberikan motivasi kepada saya agar besok
mengerjakan PR lebih awal. Salah satu kalimat beliau waktu itu adalah “setiap orang
diberikan waktu yang sama oleh Tuhan yaitu 24 jam. Jika teman kamu bisa
memanfaatkan waktu itu buat mengerjakan semua kewajibannya maka kamu juga bisa”.
Dari situ saya termotivasi untuk lebih bersemangat mengerjakan PR. Bahkan saya
jadikan pegangan hidup untuk bisa semaksimal mungkin menjalani setiap hari-hari yang
saya lalui.

• Siapa sosok guru yang menginspirasi Anda?


Saya memiliki salah satu guru yang menurut saya menjadi guru favorit. Beliau bernama
Ibu Ambar, dan juga merupakan salah satu wali kelas saya saat waktu SMA. Ketika
duduk di bangku SMA kelas saya (IPS 2) merupakan kelas yang nakal dan juga susah
diatur. Nah uniknya ketika setiap guru yang masuk merasa sangat keberatan untuk bisa
menangani kelas saya. Tapi ketika diajar oleh Ibu Ambar kelas saya lebih tertata.

• Apa pengalaman yang berkesan bersama guru tersebut?


Menurut saya karena treatment yang diberikan oleh guru itu sendiri yang berbeda.
Penanganan dari Ibu Ambar ketika ada anak yang rame dan berbuat onar di kelas
berbeda. Ketika guru lain memarahi dan melakukan hukuman langsung di depan kelas
(agar siswa itu jera dan malu), tapi justru dengan metode itu membuat siswa merasa lebih
berontak. Berbeda dengan pendekatan yang dilakukan oleh Ibu Ambar, beliau lebih
menekankan pendekatan dari hati ke hati. Waktu itu kelompok yang berbuat onar diajak
untuk ke kantin dan justru ditraktir makan siang. Sembari itu, kami diajak untuk bercerita
(sharing-sharing) kenapa melakukan/berbuat onar. Dari situ mulai ditemukan akar
masalahnya yang sebetulnya karena kurang perhatian dan diberikan "pengakuan".
Setelah moment itu saya pribadi menjadi kagum dengan Ibu Ambar, dan menjadikan
beliau sebagai idola.

• Pernahkah Anda menduplikasi atau mengadaptasi yang dilakukan oleh guru


tersebut di kelas yang Anda ampu? Apa yang Anda lakukan?
Saya pernah mencoba melakukan hal tersebut pada kelas yang saya ampu saat magang
PLP. Saat itu saya magang di SDN 2 Ketandan karena mengikuti program Kampus
Mengajar. Saat itu ada siswa yang merasa kesulitan mengikuti pelajaran. Dia merasa
sangat tertinggal dengan teman teman sebayanya. Alhasil merasa kurang percaya diri.
Saya mencoba untuk mendekati anak tersebut dari hati ke hati. Anak itu merupakan siswa
kelas 6 SD. Setelah itu saya coba tanyakan masalahnya kenapa dia merasa tertinggal
dengan teman-temannya. Ternyata karena dia kesulitan dalam mengerjakan PR
matematika. Ketika itu saya coba temukan dengan teman saya yang memang dari prodi
matematika. Kami coba berika tambahan agar anak tersebut bisa lebih paham dengan
materi yang diajarkan. Terkait hasilnya seperti apa, jujur saja saya belum menanyakan
kembali pada anak. Tapi terlihat dari yang dilakukan anak tersebut merasa senang.
Berikut adalah pertanyaan panduan tulisan reflektif Anda (Tugas II)
• Siapa saya saat ini?

Saya Ryan Anggara, yang saat ini merupakan salah satu mahasiswa PPG prajabatan yang
berkuliah di Universitas Widya Dharma. Saat ini saya menempuh Program Profesi Guru
untuk meningkatkan kompetensi saya dalam ranah pendidikan dan pedagogis. Selain itu
saya juga ingin menjadi pendidik yang berkualitas bagi anak didik saya.

• Mengapa saya memilih menjadi guru?

Bagi saya menjadi guru merupakan suatu jalan yang menantang. Tidak hanya
dituntut profesionalisme saja dalam bekerja dilingkungan sekolah dan saat mengajar.
Guru juga diperlukan untuk hadir di masyarakat sebagai contoh baik dalam bertingkah
laku.
Bagi saya menjadi guru akan menjadi jalan yang menyenangkan bagi saya untuk
bisa terus mendidik para menerus bangsa. Hal sederhana yang ingin saya lakukan dari
menjadi seorang guru adalah agar tidak ada lagi anak anak yang takut bermimpi
mewujudkan kehidupan yang lebih baik.
Selain itu, bagi saya guru juga merupakan salah satu perpanjangan tangan Tuhan.
Guru merupakan pekerjaan penuh dengan kasih sayang dan juga ikhlas mendidik orang
lain. Hal itu juga memotivasi saya, dengan menjadi guru yang baik dan profesional akan
menjadi jalan bagi saya untuk terus beramal baik bagi sesama.
Keinginan bagi saya untuk bisa berperan dalam masyarakat dan bisa menjadi
sumber hal baik bagi orang lain mendorong saya untuk mantap menjadi guru. Bagi saya,
menjadi guru akan mewujudkan cita-cita saya agar bisa bermanfaat bagi orang lain.
Sebuah cahaya bagi orang lain untuk bisa hidup dengan harapan baik di dalamnya.
Oleh karena itu saya mantap mewujudkan keinginan saya dengan memilih sarjana
S-1 Pendidikan pada perkuliahan tinggi saya. Selain memilih jurusan pendidikan, saya
juga berusaha mengembangkan kemampuan saya agar bisa menjadi guru yang
profesional dengan mengikuti berbagai kegiatan organisasi dan komunitas. Saya juga
berusaha mencari pengalaman dengan bekerja sebelumnya pada perusahan yang
berfokus pada pendidikan dan literasi. Hal ini akan membantu pula bahwa pengalaman
yang saya miliki akan menjadi pengalaman unik untuk bisa ditularkan saat menjadi
seorang guru

• Bagaimana saya bisa menjadi guru yang berpihak pada peserta didik?
Dimulai dengan mengenai peserta didik yang akan saya ajar. Dengan mengenai peserta
didik, saya bisa lebih paham latar belakang yang ada pada setiap murid. Selanjutnya saya
juga akan berusaha untuk memberikan treatment sesuai dengan apa yang mereka
butuhkan. Pembelajaran yang berdiferensiasi merupakan kunci dalam menjalankan
proses tersebut. Pemetaan kemampuan siswa dengan baik juga menjadi salah satu
komponen penting dalam pembelajaran yang berpihak pada siswa. Saya ingin
memberikan pembelajaran yang adil kepada siswa. Adil dalam artian semua disama
ratakan. Tapi adil sesuai dengan kebutuhan dan keperluan dari siswa. Baru pada tahap
selanjutnya saya berusaha memberikan pembelajaran dengan berbagai variasi model
belajar, metode belajar, dan media belajar sehingga pembelajaran menjadi asik dan
menyenangkan
Tugas III: Komitmen Diri
Mengapa
Point mengapa pada komitmen diri saya berfokus pada alasan mendasar saya
mempelajarai MK FIlosofi Pendidikan dan kaitannya dengan MK Pemahaman
Peserta Didik dan Pembelajarannya. Alasan mendasar saya mempelajari poin ini
adalah untuk mengetahui kaitan antara Mata Kuliah. Mata kuliah Filosofi
Pendidikan memberikan gambaran dan informasi mendasar dari seluk beluk dari
pendidikan di Indonesia. Dari yang bermula pada zaman kolonialisme dan saat
Indonesia masih terjajah sudah memiliki cita-cita pendidikan untuk bisa bebas
memiliki akses pendidikan dan bisa sejajar dengan bangsa-bangsa lain. Selanjutnya
dikembangkan lebih luas pada ranah pembelajaran yang berfokus pada budaya
ketimuran dan juga filaosofi Pancasila yang menjadi ideologi bangsa.
Filososi pendidikan Indonesia pada singkatnya ingin mencetak pada penerus
bangsa yang tidak hanya pintar, akan tetapi juga memiliki karakter dan juga cinta
tanah air. Hal ini juga sejalan dengan MK Pemahaman Peserta Didik dan
Pembelajarannya yang berfokus pada peserta didik yang menjadi fokus utama
pendidikan. Alasan mendasar ini yang saya perlukan pada tahap selanjutnya selama
menempuh program PPG, untuk bisa memahami, mengetahui konsep, dan
kemudian memiliki pegangan pasti dalam mendidik pada kemudian hari jika sudah
selesai pendidikan PPG.

Bagaimana
Point bagaimana sudah pasti akan berfokus pada cara dan langkah-langkah yang
saya lakukan dalam mengikui MK Pemahaman Peserta Didik dan
Pembelajarannya. Sudah pasti yang paling utama adalah mengikuti dan
memperhatikan instruksi dari Dosen sebagai fasilitator dan juga materi yang sudah
diberikan pada LMS. Selain itu wajib pula bagi saya pribadi untuk bisa
mengembangkan lebih lanjut kerangka berpikir saya agar menjadi lebih luas.
Kerangka berpikir ini pula yang akan membuat rasa penasaran untuk bisa mengulik
lebih dalam dan luas pada MK terkait selama program PPG berlangsung.
Saya juga perlu untuk terus melakukan berbagai diskusi dan kerja sama dengan
rekan sejawat dan dosen selama menempuh dan memahami proses pembelajaran
MK terkait. Diskusi dengan rekan sejawat tentunya akan memperkaya pandangan
dan cara pikir dari orang lain mengenai permasalahan subtansional pada MK
terkait, atau bahkan pada pengaplikasiannya saat mengajar

Apa
Refleksi pada poin “apa” menuntun pada langkah kongkrit yang saya lakukan dan
juga kapan saya melakukan perencanaan yang sudah dibuat. Pertama, langkah
kongkrit dimulai ketika MK sudah berlangsung. Ketika pembelajaran MK terkait
sudah berlangsung maka saya juga sudah melaksanakan apa yang sudah menjadi
keinginan pribadi untuk bisa memahami konsepnya. Pengembangan kerangka
berpikir untuk memperluas rasa penasaran akan materi yang diberikan juga dimulai
ketika pembelajaran sudah selesai. Pengembangan tersebut juga ditunjang dengan
melakukan diskusi-diskusi yang diperlukan dengan teman sejawat.

Anda mungkin juga menyukai