Anda di halaman 1dari 10

1. A.

Salah satu cita-cita bangsa Indonesia yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945 adalah
mencerdaskan kehidupan bangsa uang kemudian Pendidikan tersebut diatur UUD 1945 pasal 31
ayat 1-2 dan dan pasal 32. Kemudian berdasarkan UU SIsdiknas No. 20 tahun 2003 yang menyatakan
bahwa Pendidikan merupakan upaya yang terencana untuk menciptakan tempat belajar dalam
proses pembelajaran dimana peserta didik aktif untuk mengembangkan kemampuan dirinya
membentuk kemapuan spiritual yang ada dalam dirinya, pengenalan diri, kepribadian, kecerdasan,
berahlak mulia serta ketrampilan yang dapat berguna untuk lingkungannya.

Guru merupakan ujung tombak dalam mewujudkan tujuan dari pendidikan. Di tengah
perkembangan zaman yang semakain modern pada era digitalisasi ini, peningkatan kompetensi guru
harus terus diupayakan agar dapat menciptakan pembelajaran yang berkualitas. Untuk itu
kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, dan
social ) harus mampu diimplementasikan di lingkungan sekolah. Melalui program merdeka belajar
kemendikbud diharapkan dapat mewujudkan pembelajaran yang menyenangkan dengan di
damping oleh guru yang kompeten.

Salah satu implementasi dari program Merdeka belajar kemendikbud adalah program guru
penggerak. Bapak/ibu guru di Kota Pekalongan memperoleh kuota untuk mengikuti program Guru
penggerak di angkatan yang ke 6. Awalnya tertarik apa itu guru penggerak itu, setelah memperoleh
beberapa referansi tentang guru penggerak dan mendapatkan informasi bahwa di Pekalongan
dibuka kuota untuk calon guru penggerak saya mencoba mendaftar melalui SIMPKB Kemendikbud.
Ternyata saya mendapatkan undangan dari Dindik Pekalongan untuk mengikuti Coaching tentang
guru pengerak, Adapun tahapan yang harus dilalui ada 3 tahap; Tahap pertama yaitu registrasi,
penilaian biodata dan penilaian esay. Tahap 2 simulasi mengajar dan tahap 3 wawancara. Apabila
lulus ketiga tahap tersebut akan mengikuti diklat. Melalui tahap 1 untuk ini saya belajar menganalisa
diri saya sendiri sejauh mana wawasan saya sebagai guru, seberapa besar kontribusi saya sebagai
guru yang sudah saya lakukan di lingkungan tempat saya mengajar. Apabila lolos di Tahap 1 saya
akan mencoba apakah selama ini RPP yang saya buat sudah sesuai dan cara mengajar saya sudah
tepat atau belum. Dari Awalnya motivasi mengikuti Guru penggerak adalah rekan-rekan saya yang
begitu antusis untuk mengikuti program guru penggerak ini. Saya merasa tertarik karena kebetulan
juga saat ini saya juga masih kuliah untuk PGSD. Saya berfikir apa salahnya mencoba hal yang baru
untuk lebih meningkatkan lagi kemampuan saya sebagai pengajar di SD terutama di kelas rendah.
Melalui Program guru penggerak ini saya ingin menggali potensi diri untuk dapat berbagi praktik di
lingkungan sekolah, kemudian saya juga ingin mengembangkan kemampuan dalam melakukan
kepemimpinan dalam pembelajaran di kelas terutama di kelas di mana saya mengajar. Apabila diberi
kesampatan juga saya ingin menjadi bagian perubahan pendidikan ke arah lebih baik; Yang
terpenting bagi saya melalui guru penggerak ini saya ingin meningkatkan kualitas diri sehingga dapat
menjadi pribadi maupun guru yang bermanfaat bagi lingkungan sekitar. Dalam program guru
penggerak ini saya juga berharap mendapatkan tempat untuk belajar lebih tentang program yang
masih dielu-elukan Mas Menteri yaitu untuk memerdekakan pembelajaran; Melalui guru penggerak
ini saya juga ingin belajar untuk bisa menganalisa kelebihan dan kekurangan yang terjadi di
lingkungan saya mengajar. Yang paling memotivasi saya untuk ikut guru penggerak ini adalah saya
ingin mengembangan diri dan memperoleh pengalaman baru berkaitan dengan kegiatan guru
penggerak.

B. Saya yang dulunya bersuara kurang gesit, dengan melihat kesabaran saya. Kepala sekolah selalu
memberi tugas untuk mengampu di kelas rendah. Peserta didik kelas rendah masih banyak
membutuhkan perhatian karena focks konsentrasinya masih kurang, perhatian terhadap kecepatan
dan aktivitas belajar juga masih kurang. Hal ini memerlukan kegigihan guru dalam menciptakan
proses belajar yang lebih menarik dan efektif.. Peserta didik kelas 1 berasal dari mereka yang
sebelumnya sudah mengenyam pendidikan di Taman Kanak-kanak atau PAUD. Berbagai macam sifat
dan karakter sangat melekat padi diri masing-masing peserta didik. Kebanyakan peserta didik di
tingkat kelas 1 adalah mereka yang masih keibuan dalam arti mereka masih sering apa apa bersama
ibunya, mereka inginnya bermain dan masih susah untuk diberikan pengertian tentang suatu hal.
Mengajar murid-murid kelas 1 SD membutuhkan suara dan tenaga ekstra karena karakteristik anak
di kelas ini umumnya masih senang bermain dan baru mengenal suasana pendidikan formal. Selain
itu, masih ada anak-anak yang belum bisa membaca atau menulis.

Pada tahun Pelajaran baru, saya mengenalkan sekolah kepada para murid selama lima hari melalui
Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS). Selama lima hari itu, orang tua masih boleh
menunggui anak-anak mereka di luar kelas. Saya mengajak anak-anak berkeliling sekolah dan
memberi tahu nama tiap ruangan. Saya juga mengajak mereka bermain game untuk
memperkenalkan diri dan saling mengenal. Kegiatan terakhir dari MPLS adalah saya mengetes
kemampuan para murid dalam membaca dan menulis.

Bermacam karakter unik peserta didik kelas 1, namun tidak menyurutkan semangat saya menjadi
guru kelas 1 di SD Satyawiguna dalam mendampingi dan mencerdaskan mereka. Memang lebih
susah mengajari peserta didik kelas 1 daripada peserta didik kelas 6. Apa yang dilakukan bapak ibu
guru akan selalu teringat dan menjadi contoh buat peserta didik kelas 1. Maka dari itu, menjadi guru
kelas 1 juga diperlukan skill dan kompetensi yang baik. Bukan hanya sekedar menguasai kompetensi
tentang materi saja, namun harus punya sikap dan kepribadian yang baik, kesabaran tingkat tinggi,
mengerti terhadap karakter peserta didik, harus selalu ceria dll.

C. Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan berbagai usaha telah dilakukan oleh pemerintah,
usaha-usaha itu antara lain dengan menyempurnakan kurikulum, melengkapi sarana dan prasarana
pendidikan serta meningkatkan kualitas tenaga pendidik.

Pengembangan kurikulum merupakan bagian yang essensial dalam proses pendidikan. Sasaran yang
dicapai bukan semata-mata memproduksi bahan pelajaran melainkan lebih dititikberatkan pada
peningkatan kualitas pendidikan. Pengembangan kurikulum merupakan suatu proses merencanakan
dan menghasilkan suatu alat yang lebih baik dengan didasari hasil pengkajian terhadap kurikulum
yang telah berlaku sehingga dapat memberi kondisi belajar mengajar lebih baik dan berkualitas.

guru adalah penilaian hasil belajar peserta didik atau yang biasa juga disebut dengan evaluasi
pembelajaran. Penilaian pembelajaran adalah salah satu hal yang sangat penting di dalam proses
pembelajaran ,karena dari penilaian tersebut kita bisa mengetahui sudah sejauh mana pencapaian
pengetahuan peserta didik. Dengan penilaian guru juga bisa melakukan refleksi mengenai kualitas
pembelajaran yang telah dilakukan. Penilaian hasil belajar diharapkan memudahkan peserta didik
untuk meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi (HOTS). Karena berpikir tingkat tinggi akan
membuat peserta

didik mampu mengungkapkan argumentasi, melakukan refleksi dan memberikan keputusan yang
tepat. Kemampuan berpikir tingkat tinggi (HOTS) adalah kemampuan yang harus dimiliki oleh siswa.
Kemampuan berpikir tingkat tinggi akan membuat siswa memiliki kemampuan berpikir. Siswa yang
memiliki kemampuan berpikir adalah siswa yang mampu menerapkan pengetahuan yang telah
diketahui danmengembangkannya menjadi keterampilan Penilaian hasil dan prestasi belajar dapat
membantu siswa dalam meningkatkan kemampuan berpikir tinggi (HOTS), karena berpikir tingkat
tinggi dapat mendorong siswa untuk berpikir secara luas dan mendalam tentang materi
pelajaran.Soal HOTS merupakan instrumen pengukuran yang digunakan untuk mengukur
kemampuan berpikir tingkat tinggi, yaitu kemampuan tidak hanya mengingat

(recall), nyatakan kembali (restate), atau rujuk tanpa melakukan pengolahan(recite). Pertanyaan
HOTS dalam konteks penilaian mengukur kemampuan, mentransfer satu konsep konsep lain,
mengolah dan menerapkan informasi, mencari koneksi dari berbagai jenis informasi, menggunakan
informasi untuk memecahkan masalah, dan kritis memeriksa ide-ide dan informasi. Meskipun
pertanyaan Berbasis HOTS tidak berarti pertanyaan yang lebih sulit daripada pada mengingat. Dalam
mengembangkan instrumen untuk menulis pertanyaan HOTS sebenarnya hampir sama dengan soal-
soal biasa digunakan oleh guru pada umumnya. Hal-hal penting dalam Penulisan soal HOTS harus
sangat dikuasai guru bahan ajar, memiliki keterampilan menulis soal, dan kreativitas guru dalam
memilih pertanyaan sesuai dengan situasi dan kondisi wilayah sekitar satuan pendidikan. Formulir
pertanyaan harus beragam. Format instrumen yang disarankan, yaitu bentuk soal pilihan seperti
pilihan ganda atau menjodohkan, pertanyaan esai, dan pertanyaan penjelasan. Untuk itu penulis
berupaya agar rekan- rekan guru yang lain juga dapat meningkatkan kemampuannya dalam menulis
soal HOTS, maka penulis menyampaikan maksud dan tujuan tersebut kepada pihak yayasan untuk
mengadakan in-House Training. Pihak yayasan pun menyetujuinya.

In-House Training adalah sebuah bentuk program pelatihan, dimana materi pelatihan, waktu serta
tempat pelatihan ditentukan sesuai dengan permintaan peserta, dilakukan berdasar pemikiran
bahwa sebagian kemampuan dalam meningkatkan kompetensi dan karier guru tidak harus dilakukan
secara eksternal, namun dapat dilakukan secara internal oleh guru sebagai trainer yang memiliki
kompetensi yang belum dimiliki oleh guru lain. Umumnya pelatihan dalam bentuk in-house ini
dilaksanakan oleh Sekolah dalam rangka meningkatkan kualitas SDM di tempatnya.

In-House training dilaksanakan pada tanggal 5 Januari 2022 di Ruang Serbaguna Yayasan Pendidikan
Satyawiguna. IHT ini diikuti oleh seluruh bapak/Ibu guru yang mengajar di YPS.

2. A. Peristiwa ini terjadi kurang lebih 3 tahun yang lalu, Seperti biasa saya mengampu kelas 1 dan
harus mengenal karekter setiap siswa baru. Pada tahun Pelajaran baru, saya mengenalkan sekolah
kepada para murid selama lima hari melalui Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS). Selama
lima hari itu, orang tua masih boleh menunggui anak-anak mereka di luar kelas. Saya mengajak
anak-anak berkeliling sekolah dan memberi tahu nama tiap ruangan. Saya juga mengajak mereka
bermain game untuk memperkenalkan diri dan saling mengenal. Kegiatan terakhir dari MPLS adalah
saya mengetes kemampuan para murid dalam membaca dan menulis. Selama MPLS Semua perserta
didik baru semua tampak sama tidak ada yang menunjukkan sesuatu kelainan. dimana waktu itu ada
seoang Peserta Didik baru yang berbeda dengan teman - temannya. Peserta didik yang satu ini
secara fisik sama dengan yang lainnya. Peserta didik ini cenderung diam dan sibuk dengan dirinya
sendiri, ketika diajak komunikasi dia juga kurang respon. Ketika menyalin kalimat dari papan tulis
peserta didik ini menulis dari arah kanan kearah kiri seperti menulis huruf arab, karena sebagai guru
saya tidak punya latar belakang tentang ABK. Saya sendiri tidak tahu apa yang terjadi dengan anak
ini. Setiap kali saya arahkan anak ini kurang merespon. Setelah saya amati terus menerus saya
berfikir ada sesuatu dengan anak ini, kemudian saya panggil orang tuanya dan saya ceritakan
keadaan peserta didik di kelas. Ketika saya menceritakan kejadian tersebut orang tuanya tidak
terima. Orang tua marah kepada saya dan akan mencabut anaknya untuk bersekolah di sekolah lain.
Dia juga melaporkan saya kepada kepala sekolah. Saya pun dipanggil oleh kepala Sekolah. Saya
menjelaskan kejadian tersebut ke kepala sekolah.

B. Ketika saya menceritakan kejadian tersebut orang tuanya tidak terima. Orang tua marah kepada
saya dan akan mencabut anaknya untuk bersekolah di sekolah lain. Dia juga melaporkan saya
kepada kepala sekolah. Saya pun dipanggil oleh kepala Sekolah. Saya menjelaskan kejadian tersebut
ke kepala sekolah.
Saya meminta maaf kepada orang tua apabila pernyataan saya tidak berkenan. Saya kemudian
mengumpulkan hasil tugas anak tersebut. Orang tua anak tersebut tidak terima karena selamama di
TK tidak pernah ada keluhan seperti yang saya sampaiakn. Waktu di TK justru orangtua hanya
mendapat laporan kalau anak ini anak nakal tidak nurut (gleleng istilah bahasa jawanya) Kemudian
saya berusaha menemui ibu dari anak tersebut, saya berfikiran mungkin kalao berbicara dengan
seorang perempuan lebih bisa dekat.
Saya sampaikan pelan-pelan kepada ibunya, Ibu anak tersebut pun sedikit demi sedikit dapat
menerima. Dan akhirnya saya menyarankan untuk menemui dokter THT barangkali ada kelainan
pada telinganya. Setelah beberapa kali cek ke THT dan mendapat keterangan daro Dokter THT
ternyata anak tersebut tidak ada kelainan pada telingannya. Telinganya ternyata bisa berfungsi
normal. Tidak sampai di sini saya masih terus mengapa anak tersebut, dan sering menunjukkan hasil
belajarnya anak dan hamper setiap hari. Pada akhirnya saya memberanikan diri untuk meminta
orang tua untuk mencoba membawa anak ini ke psikiater. Dan dari hasil psikiater dan hasilnya
memang anak tersebut membutuhkan penanganan khusus. Anak tersebut ternyata mengalami
disleksia terbalik, jadi selama ini yang harusnya dari kiri dia melakukannya dari kanan. Jika
perintahnya mengurutkan dari kecil dia mengurutkannya dari yang besar. Kemudian orang tuanya
pun membawa anak ini ke ahli terapi anak khusus disleksia.

C. Memanggil orang tua perempuan perserta didik tersebut. Dan berusaha menyampaikan pelan-
pelan kepada ibunya, Ibu anak tersebut pun sedikit demi sedikit dapat menerima. Dan akhirnya saya
menyarankan untuk menemui dokter THT barangkali ada kelainan pada telinganya. Setelah
beberapa kali cek ke THT dan mendapat keterangan daro Dokter THT ternyata anak tersebut tidak
ada kelainan pada telingannya. Telinganya ternyata bisa berfungsi normal. Tidak sampai di sini saya
masih terus mengapa anak tersebut, dan sering menunjukkan hasil belajarnya anak dan hamper
setiap hari.
Pada akhirnya saya memberanikan diri untuk meminta orang tua untuk mencoba membawa anak ini
ke psikiater. Dan dari hasil psikiater dan hasilnya memang anak tersebut membutuhkan penanganan
khusus. Anak tersebut ternyata mengalami disleksia terbalik, jadi selama ini yang harusnya dari kiri
dia melakukannya dari kanan. Jika perintahnya mengurutkan dari kecil dia mengurutkannya dari
yang besar. Kemudian orang tuanya pun membawa anak ini ke ahli terapi anak khusus disleksia.
Menurut Psikolog berdasarkan informasi dari anak tersebut memang benar, anak tersebut
mengalami disleksia. Disleksia tidak bisa disembuhkan, namun hanya bisa membaik. Orang tuanya
sangat berterimakasih karena bisa deteksi disleksia sejak dini pada anak tersebut dari bantuan
gurunya. Orang tuanya berharap kerjasama guru di kelas supaya anak tersebut mendapat
penanganan yang baik sehingga akan memperoleh hasil yang baik juga. Menurut Psikolg jika tidak
cepat dideteksi maka akan berakibat pada gangguan social dan emosional. Gangguan social dan
emosional ini dapat menumbuhkan sikapnya yang kurang percaya diri, labil, mudah tersinggung,
merasa dirinya bodoh dan menjadi korban bullying teman-temannya. Untuk itu orang tua juga
berharap guru bisa membantu memberi pengertian kepada teman-temannya.Ternyata disleksia
dapat ditegakkan pada usia anak 7 tahun, dan proses diagnosisnya memerlukan seorang psikolog
atau dokter ahli syaraf. Dan anak ini sudah mendapatkan penangan yang tepat. Karena dapat
terdeteksi saat di kelas 1.
Identifikasi awal akan memberikan manfaat yang besar antara lain: biaya intervensi yang jauh lebih
murah, anak belum terganggu self esteemnya dan lebih fleksibel dalam mernerima metode
pembelajaran. Untuk itu guru berusaha menggunakan metode yang tepat dalam pembelajaran di
kelas.

D. Pada dasarnya kesulitan belajar tidak hanya dialami oleh siswa Disleksia saja. Kesulitan belajar
juga dapat dialami oleh siswa yang berkampuan ratarata (normal) disebabkan oleh faktorfaktor
tertentu yang menghambat tercapainya kinerja akademik sesuai dengan harapan.
Sebagai guru juga berusaha mencari informasi bagaimana cara mengatasi kesulitan belajar pada
anak disleksia. Kesulitan dapat juga disebabkan oleh faktorfaktor nonintelegensi. Dengan demkian,
IQ yang tinggi belum tentu menjamin keberhasilan belajar. Oleh karena itu, dalam rangka
memberikan bimbingan yang tepat kepada setiap anak didik, para pendidik perlu memahami
masalahmasalah yang berhubungan dengan kesulitan belajar. Fenomena kesulitan belajar seorang
siswa biasanya tampak jelas dari menurunnya kinerja akademik atau belajarnya. Kesulitan belajar
juga dapat dibuktikan dengan munculnya kelainan prilaku (missbehavior) siswa seperti kesukaan
berteriak di dalam kelas, mengusik teman, berkelahi, sering tidak masuk sekolah dan sering minggat
dari sekolah. Menurut para ahli pendidikan, hasil belajar yang dicapai oleh para peserta didik
dipengaruhi oleh dua faktor utama, yakni faktor yang terdapat dalam diri peserta didik itu sendiri
yang disebut faktor internal, dan yang terdapat di luar diri peserta didik yang disebut dengan faktor
eksternal. Tiga solusi untuk mengatasi hal tersebut adalah: 1) assesment; 2) treatment; 3) terapi
Khusus. Anak dengan disleksia membutuhkan pengajaran secara individu dan pengobatan untuk
disleksia sering melibatkan program pendidikan multisensor. Dukungan moral dari orang tua juga
menjadi bagian yang penting. Pengobatan yang terbaik adalah instruksi langsung, yang
menggabungkan pendekatan multisensorik. Jenis pengobatan ini terdiri atas pengajaran suara
dengan berbagai isyarat, biasanya terpisah dan (jika memungkinkan) merupakan bagian dari
program membaca. Instruksi tidak langsung juga bisa diterapkan. Biasanya terdiri atas pelatihan
pengucapan kata atau pemahaman membaca. Anak diajari cara pengolahan bunyi dengan
mencampur bunyi untuk membentuk kata, dengan memisahkan kata ke dalam huruf dan dengan
mengenali posisi bunyi dalam kata, (misalnya dalam mengenali bagian-bagian atau pola dan
membedakan berbagai jenis suara) atau masalah dengan ingatan, percakapan, pemikiran serta
pendengaran.
Dari upaya upaya yang telah dilaksanakan akhirnya guru mendapatkan pelajaran yang berharga
yaitu bahagimana mengatasi anak disleksi dalam melaksanakan pembelajaran di kelas. Untuk
mengatasi anak disleksia harus dilakukan dengan memahami terlebih dahulu cara belajar anak
disleksia. Hal ini karena anak disleksia cenderung melihat huruf dengan cara yang berbeda dari anak
normal. Anak disleksia memiliki cara pandang dan melihat huruf secara terbalik dan lebih mudah
memahami sesuatu dalam bentuk gambar. Untuk itu, bisa memanfaatkan cara belajar anak disleksia
untuk mengatasi kesulitan belajar yang dialaminya.
Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi kesulitan belajar pada anak disleksia.
Berikut beberapa cara yang bisa dijadikan referensi untuk mengatasi kesulitan belajar pada anak
disleksia. Menggunakan media belajar Cara mengatasi kesulitan belajar pada anak disleksia yang
pertama adalah dengan menggunakan media belajar. Seperti yang telah disebutkan di atas, anak
disleksia cenderung lebih mudah memahami sesuatu dengan gambar. Untuk itu bisa menggunakan
media belajar berupa gambar untuk membantu memudahkan dalam mengenalkan huruf,
membedakan huruf hingga akhirnya anak disleksia mampu membaca dan menulis dengan lancar.
Guru berusaha meningkatkan motivasi belajar pada anak dengan membacakan sebuah cerita atau
dongeng, kemudian memberitahukan segala manfaat dan keuntungan yang bisa diperoleh dengan
membaca dan menulis. Dengan demikian anak akan termotivasi dan terdorong untuk bisa membaca
dan menulis sendiri. Meningkatkan rasa percaya diri pada anak disleksia dengan mengembalikan
dan meningkatkan rasa percaya diri anak. Supaya anak disleksia memiliki semangat belajar yang
lebih tinggi untuk mengatasi kesulitan belajar yang dialaminya. Tidak menyalahkan anak atas kondisi
yang dialaminya. Mendampingi anak dalam belajar. Dengan selalu melakukan pendampingan dalam
belajar, anak akan lebih mengingat apa yang dipelajarinya. Selain itu pendampingan belajar secara
rutin juga dapat meningkatkan rasa percaya diri dan meningkatkan motivasi anak untuk selalu
belajar.

3. A. Peringkat pendidikan Indonesia termasuk rendah dalam perkembangan pendidikan dunia,


yakni rangking 57 dari 65 negara dunia versi Organisation for Economic Cooperation
Development (OECD). Hal ini di karenakan dunia pendidikan Indonesia secara umum masih
bangga memelihara sistem ranking. Sebenarnya tujuan diadakan perangkingan supaya siswa
termotivasi mendapat nilai tinggi dalam semua pelajaran di sekolah dan ranking baik, sehingga
mereka belajar keras. Selama ini sistem kompetisi dalam dunia pendidikan dipercaya akan
menciptakan semangat dan etos belajar siswa. Tapi sistem itu sangat mungkin merugikan siswa-
siswa yang punya masalah belajar beraneka ragam. Sumber daya dan kemampuan siswa
terhadap pelajaran pun beda-beda. Sangatlah tak adil jika memukul rata kemampuan siswa yang
bisa ikut les bermacam-macam pelajaran dan tercukupi gizinya dengan siswa yang kurang
memiliki waktu belajar. Misalnya, karena mereka harus membantu orangtuanya banting tulang.
Apapun akan dilakukan orang tua supaya anaknya mendapat rangking 1. Orang tua mengikutkan
anaknya les dan bimbingan belajar tanpa mempedulikan waktu anak untuk bermain bahkan
untuk beristirahat. Bagi orang tua rangking menjadi keharusan. Mereka menuntut anaknya
supaya menjadi juara kelas. Mereka tidak pernah memberikan anaknya kebebasan dalam
memilih dan berpendapat. Mereka akan kecewa apabila anaknya tidak menjadi juara 1 di
kelasnya.
Hal ini terjadi pada tahun pelajaran 2007/2008, waktu itu saya mengajar kelas 1 SD. Di mana
pada waktu itu masih menggunakan kurikulum2006 dan ranking menjadi ambisi untuk orang
tuanya. Saya sebagai wali kelasnya dianggap mengmark-up nilai salah satu siswa yang
mendapatkan peringkat 1. Sehingga anaknya menjadi peringkat 2. Mereka beranggapan saya
melakukan itu karena orang tua yang anaknya menjadi peringkat 1 ini telah menghibahkan
sebuah etalase piala kepada sekolah. Kebetulan waktu itu saya dalam keadaan hamil. Saya harus
menghadapi tuduhan tentang sekolah yang kolusi apalagi wali kelasnya. Di mana saya harus
berhadapan dengan seorang pengacara yaitu orang tua siswa yang tidak terima kalau anaknya
mendapatkan rangking ke 2. Saya juga harus berhadapan dengan pengurus yayasan yang
mempertanyakan masalah ini.

B. Hal ini terjadi pada tahun pelajaran 2007/2008, waktu itu saya mengajar kelas 1 SD. Di mana
pada waktu itu masih menggunakan kurikulum2006 dan ranking menjadi ambisi untuk orang
tuanya. Saya sebagai wali kelasnya dianggap mengmark-up nilai salah satu siswa yang
mendapatkan peringkat 1. Sehingga anaknya menjadi peringkat 2. Mereka beranggapan saya
melakukan itu karena orang tua yang anaknya menjadi peringkat 1 ini telah menghibahkan
sebuah etalase piala kepada sekolah. Kebetulan waktu itu saya dalam keadaan hamil. Saya harus
menghadapi tuduhan tentang sekolah yang kolusi apalagi wali kelasnya. Di mana saya harus
berhadapan dengan seorang pengacara yaitu orang tua siswa yang tidak terima kalau anaknya
mendapatkan rangking ke 2. Saya juga harus berhadapan dengan pengurus yayasan yang
mempertanyakan masalah ini.

Dalam menghadapi masalah ini yang pertama kali saya lakukan adalah menjelaskan kepada
Kepala sekolah, bahwa rangking itu apa adanya tidak ada mark up apapun. Kepala sekolah akan
membantu dan saya harus menyiapkan data dan nilai hasil ulangan dan tugas anak – anak.

Kemudian saya pun menyiapkan daftar nilai, hasil portofolio dan hasil tugas – tugas yang pernah
diberikan. Saya masukkan map kemudian sya serahkan kepada kepala sekolah. Kepala sekolah
juga membantu dengan menunjukkan nota pembelian elatase. Etalase tersebut juga juga
menjadi salah satu alibi tuduhan orang tua ada mark up nilai.

C. Dalam menghadapi masalah ini banyak hal yang perlu saya pertimbangkan,

1. Yayasan,
Saya bertanggung jawab menjaga nama baik, yayasan dimana saya bekerja karena apabila
dengan berbagai tuduhan dan desakan yang dilakukan orang tua tersebut, akan berkembang
menjadi isu-isu yang tidak baik apalagi kaitannya dengan mendekati kegiatan PPDB yang dapat
mempengaruhi penerimaan siswa baru. Hal ini bisa digunakan sekolah saingan untuk dijadikan
senjata dalam penerimaan siswa baru.
2. Kepala Sekolah
Saya juga harus mempertimbangkan Bagaimana Kepala Sekolah apabila masalah ini dilaporkan
ke Dinas. Kepala Sekolah saya adalah PNS yang diperbantukan di Yayasan.
3. Orang tua Murid lainnya
Saya harus mempertimbangkan juga bagaimana saya harus menjelaskan apabila orang tua
murid yang lain mendengar hal tersebut. Mereka juga akan mempertanyakan masalah itu. Bisa-
bisa juga mereka akan beranggapan jika ada marp up nilai terhadap nilai anaknya apabila saya
tidak dapat menyeleaikan masalah ini dengan baik dan sesuai kenyataannya.
4. Keadaan diri Sendiri
Kebetulan keadaan saya masih hamil waktu itu, saya juga harus mempertimbangkan bayi yang
ada dalam kandungan saya, saya harus berusaha sabar dan maslah yang saya hadapi ini tidak
membuat saya stress. Apabila saya stes akan berdampak pada janin saya.

Dalam menyelesaikan maslah ini saya berusaha untuk menghadapinya dengan tenang dan
berdoa kepada Tuhan YME agar semuanya dipermudah, berusaha mengumpulkan data-data
yang dapat menunukkan kebenaran nilai tanpa ada mark up.dan berusaha menyakinkan
kebanaranya berita yang beredar kepada orang tua murid yang lain dengan berbicara hati-hati
tanpa menyinggung.

D. Untuk itu tindakan yang saya lakukan untuk menyelesaikan masalah ini antara lain
1. Saya kumpulkan data nilai yang berkaitan dengan siswa tersebut, PQR dan rapor siswa
2. Melampirkan nota pembelian Elatase
3. Setelah semua data terkumpul, Saya bersama Kepala Sekolah mengundang orang tua siswa
rangking 2
4. Menghadirkan juga orang tua siswa rangking 1 untuk menjelaskan bahwa tidak pernah
memberikan elatase kepada sekolah
5. Memberikan kesempatan kepada Kepala sekolah untuk menjelaskan nilai-nilai tersebut.
6. Berusaha menjelaskan nilai yang sebenarnya berdasarkan data-data yang saya miliki dengan
hati-hati
7. Meminta maaf kepada semuanya apabila ada sikap saya yang menyinggung kepada pihak
manapun dan berharap semuanya menerima dengan lapang dada.

Dengan tindakan yang saya lakukan tersebut, orang tua siswa yang rangking 2 mau menerima
dan memindahkan anaknya ke sekolah lain.

Refleksi merupakan hal yang diberikan kepada seseorang yang berhubungan dengan kegiatan
yang dilakukan oleh orang tersebut. Refleksi dapat berupa umpan balik atau penilaian orang
lain. Refleksi biasanya berupa ungkapan dari orang lain untuk memberikan kesan atau pesan
atas kegiatan yang telah dilakukan. Refleksi bisa berupa tulisan maupun lisan berdasarkan
realita atau kenyataan yang dilihat atau di terima.

Tujuan pemberian refleksi adalah untuk mengekspresikan kesan konstruktif, pesan, harapan,
dan kritik terhadap pembelajaran yang telah diterima siswa kepada guru dengan perasaan jujur
dan tanpa tekanan.

Refleksi dapat membantu tenaga pengajar untuk mengukur kemampuan mengajar masing-
masing guru. Dengan pemberian refleksi guru dapat mengintrospeksi diri untuk terus
meningkatkan kemampuan mengajar hingga dapat mencapai tujuan yang ditetapkan lembaga
sekolah.

Refleksi dapat digunakan untuk mengukur keberhasilan guru berdasar dari hasil belajar siswa.
Refleksi juga berguna untuk mengukur kualitas pendidikan lembaga sekolah dengan
menggabungkan penilaian oleh guru, komite sekolah, dan dinas pendidikan.

Tempat saya mengajar adalah sekolah swasta, dimana refeksi terhadap proses pembelajaran
dan penilaiannya sering diberikan baik dari pihak yayasan, Kepala Sekolah, siswa itu sendiri
bahkan orang tua siswa langsung. Refleksi dari siswa sering kita terima diakhir proses
pembelajaran. Refleksi dari orang tua siswa yang sangat memperhatikan sekolah anak-anaknya.
Refleksi dari kepala sekolah sering dilakukan ketika kepala sekolah mengadakan supervisi. Dari
Pihak Yayasan juga merefleksi setiap guru untuk kenaikan berkala dengan melihat hasil supervisi
kepala sekolah dan mengumpulkan administrasi siswa.

Adapun Refleksi paling spesifik yang saya terima adalah refleksi dari Yayasan dimana waktu itu
data keterlambatan saya datang kesekolah rata-rata menunjukkan 25 % tiap bulannya. Waktu
itu terjadi ketika rumah saya berjarak urang lebih 7 Km dari sekolah dan saya harus mengantar
kedua anak saya ke tempat orang tua saya dan ke sekolah.

Tidak semua orang menyukai umpan balik. Apalagi umpak bailik yang kurang baik, Apalagi ketika
kita sudah bersusah payah memberikan upaya yang maksimal untuk mendapatkan hasil yang
memuaskan, semuanya seakan sia-sia saat Anda menerima feedback yang negatif.
Tidak hanya itu, kadang kita menerima umpan balik yang diberikan orang lain terhadap mereka.
Mereka akan mengeluh, mengoceh, bahkan menyebarkan negativitas terhadap semua orang
atas feedback yang mereka terima. Kita biasanya akan merasarentan dan takut untuk memulai
hal yang sebelumnya sudah kita lakukan setelah menerima umpan balik yang kurang baik.

Menghadapi permasalahan ini, yang perlu kita lakukan adalah berfikir positif dan mencoba
bersikap terbuka untuk memahami bahwa setiap orang memiliki sudut pandang yang berbeda-
beda. Banyak dari mereka yang berpikir kritis. Kita akan sadar bahwa sebenarnya umpan balik
negatif akan menjadi sangatlah baik untuk perkembangan diri kita.

Dalam menerima umpan balik yang paling terpenting menerima dan menjadikan umpan balik
sebagai informasi berharga walaupun umpan balik itu menyakitkan.

Dalam menanggapi umpan balik yang kurang baik, kita perlu untuk berempati, bahkan jika perlu
meminta maaf dengan sepenuh hati. Ketika menanggapi umpan balik yang kurang baik,
ungkapkan pengertian dan perasaan empati tanpa menyalahkan orang tersebut, dan minta maaf
atas pengalaman yang kurang baik yang mereka rasakan terhadap kita
Berusaha melakukan perbaikan dengan bukan hanya berjanji akan menjadi lebih baik, namun
benar-benar melakukannya. Berusaha berfikir positif bahwa umpan balik merupakan hadiah
yang sangat berharga. Tanpa umpan balik kita tidak akan berubah dan akan terus melakukan
yang sudah kita lakukan padahal itu hal yang kurang baik.

Dengan umpan balik yang saya terima dari yayasan dan konsekuensinya saya ditolak untuk
mengajukan kenaikan berkala, saya mulai berfikir bagaimana bisa dating ke sekolah tepat waktu,
Saya belajar memanage waktu lagi dengan benar.

Kemampuan untuk fokus dan memprioritaskan sebuah tugas adalah kunci untuk sukses dalam
melakukan suatu pekerjaan di manapun. Masing-masing dari kita tentunya memiliki tugas-tugas
yang ingin dan harus dikerjakan dalam beraktivitas sehari-hari. Untuk mencapai target dari
tugas-tugas yang dikerjakan, kita harus paham mengenai manajemen waktu. Manajemen waktu
adalah suatu proses untuk melakukan kontrol atas waktu dengan batas tertentu untuk
melakukan tugas tertentu. Manajemen waktu adalah kemampuan untuk merencanakan dan
menggunakan waktu semaksimal mungkin. Saya sebagai pengajar dan sekaligus sebagai ibu dari
dua orang anak harus bisa membagi waktu untuk menyelesaikan tugas saya baik di rumah
maupun di sekolahan. Dengan dapat memanage waktu kita juga bisa bekerja tanpa grusa-grusu,
sehingga hasilnya akan lebih baik.
Dengan dating ke sekolah lebih awal saya bisa menyiapkan pembelajaran di sekolah dengan
lebih baik, juga bisa mengontrol emosi. Berbeda dengan ketika sering dating ke sekolah
terlambat. Emosi selalu terbawa dalam menghadapi siswa di kelas.

Pandemi Covid 19 mengharuskan proses belajar mengajar dilakukan secara DARING dan
dilaksanakan di rumah. Pemberlakuan sekolah virtual (daring) di SD terpaksa harus dan wajib
menjalankan proses pendidikan dengan jalan virtual.
Salah satu penentu keberhasilan pembelajaran secara virtual adalah kompetensi guru.
Kompetensi dan ketrampilan guru dalam pembelajaran harus dikembangkan hingga memaksa
guru untuk menguasai aplikasi pembelajaran yang memudahkan melaksanakan pembelajaran.
Selama daring Pembelajarn dilaksakana melaui WAG, Zoom, Google Classroom atau aplikasi
membut video lainnya.
Selama proses pembelajaran Google Classroom lah yang saya gunakan dalam proses
pembelajaran di kelas selain menggunakan zoom. Karena kebetulan saya sudah pernah
mengikuti pelatihan penggunaan classroom. Dengan Google Classroom saya lebih mudah
mengkoordinasi siswa dalam memberikan tugas dan menerima hasil tugas mereka. Untuk Guru
lain yang mengajar di kelas juga akan lebih mudah apabila menggunakan Google Classroom.
Saya termotivasi untuk mengajarkan Google classroom hanya kepada guru yang mengajar di
kelas saya. Kemudian saya mengajak rekan sejawat saya yang berminat untuk mengajar Daring
menggunakan Google classroom. Tidak hanya guru yang mengajar kelas saya saja yang berminat
ada 2 teman sejawat saya yang berminat untuk menggunakan Google classroom.

Google Classroom merupakan aplikasi gratis dari Google yang untuk sekolah, yang bertujuan
untuk menyederhanakan membuat, mendistribusikan, dan menilai tugas tanpa harus bertatap
muka. Tujuan utama Google Classroom adalah untuk merampingkan proses berbagi file antara
guru dan siswa.
Dengan keterbasatasan waktu dan aplikasi ini juga harus segera dilaksanakan, Saya coba
membantu rekan sejawat saya dengan praktik secara langsung. Untuk Rekan kerja sebagai wali
kelas, awalnya saya minta tolong untuk meminta email setiap siswa dari orang tuanya dengan
nama siswa sendiri supaya kita lebih mengindentifikasi anak. Kemudian teman rekan sejawat
saya mulai membuat Classroom sesuai kelasnya dan mengundang siswanya sesuai email yang
sudah diberikan orang tuanya, setelah semua siswa diundang, saya sarankan untuk semua guru
yang mengajar diundang ke classroom dengan meminta email setiap guru yang bersangkutan.
Setelah semua masuk ke Classroom, saya membantu guru bagaimana cara membuat Folder
untuk memberikan tugas sesuai mata pelajarannya. Dan bagaimana cara mengecek tugas siswa.
Begitu juga saya membantu rekan kerja yang menjadi wali kelas apabila ingin membuat presensi
di Classroom. Saya dapat membantu mereka setiap kali mereka kesulitan untuk menggunakan
aplikasi Classroom.

Google Classroom merupakan aplikasi gratis dari Google yang untuk sekolah, yang bertujuan
untuk menyederhanakan membuat, mendistribusikan, dan menilai tugas tanpa harus bertatap
muka. Tujuan utama Google Classroom adalah untuk merampingkan proses berbagi file antara
guru dan siswa.
Dengan keterbasatasan waktu dan aplikasi ini juga harus segera dilaksanakan, Saya coba
membantu rekan sejawat saya dengan praktik secara langsung. Dukungan yang dapat diberikan
kepada rekan sejawat untuk belajar aplikasi Classroom antara lain,
1. Meyakinkan kepada mereka bahwa menggunakan Google Classroom lebih efektif untuk
pembelajaran karena siswa bisa lebih efektif.
2. Memotivasi para rekan sejaeat bahwa untuk belajar hal-hal baru itu harus ada niat yang
sungguh-sungguh.
3. Bersedia kapanpun akan membantu saat menemuai kesulitan dalam meggunakan Googe
classroom selagi bisa membantu
4. Meyakinkan bahwa aplikasi Google Classroom mudah dipelajari dan mudah digunakan.

Adapun hambatan-hambatan yang ditemui saat membantu belajar rekan sejawat adalah,

- Keterbatasan waktu, karena saya dan rekan- rekan yang lainnya harus menyiapkan modul
pembelajaran.
- Perangkat yang digunakan kurang mendukung karena tidak semua guru mempunyai laptop.
Sehingga saya juga harus membantu belajar Classroom melalui Anderoid.
- Faktor usia teman sejawat yang sudah berumur sehingga merasa kesulitan untuk belajar.

Upaya yang saya lakukan adalah meyakinkan kepada mereka bahwa untuk belajar sesuatu itu
dibutuhkan niat, dari niat kita akan menjadi semangat.

Seiring dengan perkembangan teknologi yang kian pesat di era digital, memnag guru dipaksa untuk
belajar terutama untuk pembelajaran secara Daring. menggunakan Google Classroom guru merasakan
banyak kemudahan, baik untuk pendidik maupun siswa. Guru-guru merasakan dengan Classroom dapat
lebih praktis dalam memberikan tugas kepada siswa. Guru tidak perlu menyiapkan modul pembelajaran
dan orang tua harus mengambilnya pada hari tertentu. Guru- guru juga menggunakan Classroom lebih
efisien. Guru tidak perlu khawatit terlambat memberikan tugas, karena melalui classroom tugas sudah
bisa di share sesuai jadwalnya. Tidak seperti menggunakan WAG harus mengeshare tugas sesuai
waktunya apabila lupa kita akan terlambat memberikan tugas dan kadang-kadang tugas akan tertumpuk
oleh pesan-pesan yang lain.tkan pengawasan oleh guru selama proses pembelajaran. Mau tak mau,
siswa dituntut lebih aktif dan mandiri agar tidak tertinggal materi pembelajaran. Jika dimaksimalkan
secara tepat, aplikasi ini mampu mengembangkan kemampuan belajar anak. Yang paling penting semua
tugas-tugas guru yang diberikan kepada siswa terarsipkan secara otomatis. Guru yang lainnya yang tidak
tertaik menjadi tertarik menggunakan google classroom.

Anda mungkin juga menyukai