Anda di halaman 1dari 2

Pertanyaan 1

Bagaimana budaya interaksi Anda sebagai murid dengan guru ketika sekolah dulu?

Semasa sekolah saya mengalami tingkat interaksi yang berbeda-beda sesuai jenjang pendidikan. Semasa

SD interaksi saya cukup baik terutama guru kelas. Dalam keseharian guru kelas percaya dengan

kemampuan saya. Kepercayaan itu dilakukannya dengan mengikutkan saya dalam berbagai lomba

akademik maupun nonakademik.

Interaksi dengan guru mengalami penurunan ketika saya SMP. Hanya guru tertentu saja saya berinteraksi

terutama guru mata pelajaran yang memang saya senangi. Di luar pelajaran saya sering menanyakan

kesulitan pelajaran kepada beliau. Minumnya interaksi membuat prestasi saya menurun saat SMP.

Keadaan berubah ketika menginjak SMA. Saat SMA saya mulai aktif berinteraksi dengan guru, baik wali

kelas maupun guru lain. Interaksi yang terbangun dalam bentuk obrolan di luar kelas. Interaksi ini sedikit

banyak kembali meningkatkan kepercayaan diri untuk mengukir prestasi.

Pertanyaan 2

Bagaimana budaya sekolah Anda memengaruhi karakter Anda?

Budaya sekolah semasa SD kental dengan gotong royong. Mulai kelas 5 dan 6, mulai diterapkan piket

sekolah. Bukan lagi piket sebatas kelas. Saat piket sekolah, saya memilih membersihkan ruang guru

sekaligus perpustakaan. Di sana sambil membersihkan saya mencuri waktu untuk membaca buku. Kadang

saya membawanya pulang tanpa sepengetahuan dan mengembalikan setelah selesai membacanya.

Semasa SMP, yang terlihat budaya pembelajaran berbasis kecakapan hidup. Banyak tugas diberikan terkait

kecakapan hidup, misalnya mencangkok, stek, membuat kerajinan, dll.

Saat SMA mulai mengenal budaya kompetisi yang sehat. Saat SMA sudah mulai ada seleksi kemampuan

murid untuk mengikuti lomba sesuai minat dan bakat. Budaya-budaya di sekolah saya sejak SD sampai

SMA tersebut membentuk karakter saya menjadi seseorang yang gemar membaca, membuka diri

terhadap kerjasama serta kompetitif dan pantang menyerah.

Pertanyaan 3

Dari hasil refleksi pengalaman masa lalu yang dikaitkan dengan filosofi pendidikan Ki Hadjar

Dewantara dan nilai guru penggerak, seperti apakah konsep budaya positif menurut Anda?
Konsep budaya positif ditumbuhkan melalui proses pembiasaan menumbuhkan kesadaran diri murid sesuai

kondisi dan potensinya untuk menjadikan hal tersebut sebagai bagian tak terpisahkan dari kehidupannya.

Budaya Positif

Apakah kita sudah menggunakan momen berkomunikasi tersebut untuk menciptakan peluang

membangun hubungan yang positif dan lebih dekat dengan murid kita?

Secara umum sejauh ini komunikasi dengan murid sudah berjalan dengan baik. Hanya saja belum bisa

dilakukan dengan semua murid. Belum seluruhnya masih sebatas kelas yang diajar dan anggota

ekstrakurikuler yang dibimbing. Ke depannya memerlukan forum komunikasi murid dengan agenda

kegiatan rutin berupa diskusi untuk kemajuan sekolah.

Harapan 1

Apa saja harapan yang ingin Anda tumbuhkan pada diri Anda sebagai seorang pendidik dalam

mengembangkan budaya belajar di sekolah?

Harapan yang ingin ditumbuhkan adalah saya memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam membangun

budaya belajar di sekolah. Ke depannya saya juga memiliki harapan tetap memperoleh dukungan dari

semua pihak dalam pengembangannya.

Harapan 2

Apa saja kegiatan, materi, dan manfaat yang Anda harapkan dalam modul ini?

Kegiatan yang diharapkan adalah adanya bimbingan mandiri dalam mengembangkan budaya positif di

sekolah. Materi yang saya harapkan tentu yang terkait dengan apa itu budaya positif, apa saja contohnya,

bagaimana penerapan di sekolah, dan upaya apa yang bisa dilakukan oleh seorang guru penggerak untuk

mengembangkannya. Berharap banyak manfaat saya peroleh guna implementasi di sekolah.

Dari jawaban atas pertanyaan dan harapan, CGP akhirnya tersadar bahwa masih membutuhkan belajar

banyak hal untuk bisa menciptakan budaya positif. Salah satunya adalah belajar dari interaksi dengan guru

di masa lalu. Terutama interaksi yang memberikan pengaruh terhadap karakter CGP saat ini.

Guru bergerak, Indonesia maju!

Anda mungkin juga menyukai