Anda di halaman 1dari 3

Nama : Dawamur Rozaq

NIM : 22010644082
Kelas : PGSD 2022C
Kurikulum Sekolah Dasar

Seminar Pendidikan

“ Penguatan Peran Calon Pendidik yang Inovatif dan


Berkarakter di Sekolah Dasar”
Oleh : Prof. Dr. Fahrurrozi, M.Pd. ( Dekan FIP UNJ)

Terdapat setidaknya 3 katta kunci seorang guru professional, yaitu peran calon
pendidik, inovatif, serta berkarakter. Diera sekarang, guru harus dituntut menjadi seseorang
yang sangat inovatif. Ke inovatifan ini merupakan salah satu bentuk mendorong keberhasilan
sebuah pengajaran serta penyesuaian terhadap siswa yang diajar. Ke inovatifan ini bukan
merupakan hal yang instan, inovatif ini merupakan hasil dari berbagai macam proses yang
sangat panjang.

Dalam berinovasi, dibutuhkan tiga hal ini, yaitu berpikir, bernalar, dan
berkomunikasi. Banyak tipe-tipe pembelajaran yang diajarkan oleh dosen kepada
mahasiswanya. Namun, tie pembelajaran yang baik ialah ketika dimana para mahasiswanya
mampu berpikir dan bernalar. Ketika para mahasiswanya sudah terbiasa berpikir dan
bernalar, maka nanti akan bisa dihasilkan sebuah produk yang bernama inovasi. Inovasi jika
diibaratkan, ialah sebuah buah yang sudah matang dan siap dipanen, namun dalam perjalanan
mendapatkan itu diperlukan waktu dan proses yang cukup panjang. Dosen yang baik, ialah
ketika dosen mendidik mahasiswanya menjadi seorang konveksi bukan penjahit. Makna
tersebut cuku dalam, dimana dimaksudkan adalah konveksi ialah hal yang sangat besar jika
hanya dibandingkan dengan penjahit, begitu juga mahasiswa harus serba bisa serta cekatan
dalam semua bidang.

Indonesia adalah negara besar, namun system pendidikannya selalu meniru negara
lain. Padahal di negara-negara lain memiliki banyak perbedaan dengan Indonesia, misalnya
budaya, karakter masyarakat dan masih banyak lagi. Seharusnya sebagai negara yang besar,
negara ini mampu membuat sistem pendidikannya sendiri. Kita selalu iri terhadap negara
dengan pendidikan yang sangat bagus, contohnya d Jepang. Namun pada kenyataannya,
terdapat perbedaan mendasar ketika kita ingin terinspirasi dari sistem pendidikan di Jepang.
Pendidikan yang sangat baik, namun pada kenyataannya tingkat bunuh diri disana sangat
tinggi. Perbedaan mendasar yang membedakan Indonesia dan Jepang ialah masalah
ketuhanan, budaya, dan masih banyak lagi. Tentunya dari contoh Jepang saja, kita tahu
bahwa kita tidak bisa hanya langsung meniru dan melaksanakan sistem dari negara lain
begitu saja.

Banyak sekali ironi di pendidikan Indonesia, salah satunya ialah mengenai otak kiri
dan kanan. Para siswa di Indonesia sejak kecil sudah diajarkan untuk memakai otak kanan.
Otak kanan sendiri ialah otak yang lebih menekankan kepada penalaran secara imajinatif dan
berperasaan, sedangkan otak kiri lebh kepada imajinatif kongret dan ilmiah. Bisa diingat
Kembali, ketika kita masih kecil, pastinya kita dituntut untuk memahami serta menghafalkan
sebuah materi yang ternyata masuknya ialah kepada otak kanan. Hal yang mungkin menjadi
dampak dari pembiasaan otak kanan ini, salah satunya dapat dilihat saat membaca buku
ilmiah atau novel. Kita akan lebih senang ketika membaca novel, diakarenakan bahasa yang
ringan. Alasan lain mengapa berbagai buku seperti novel banyak lebih disukai dan lebih
mudah dipahami ialah karena penggunaan bahasa populer. Sedangkan untuk buku ilmiah,
biasa menggunakan bahasa ilmiah, ialah bahasa yang menggunaakan kaidah-kaidah kata
kebahasaan. Contohnya ada pada kalimat ini “Guru menganggap ujian nasional hal yang
biasa-biasa saja” bandingkan dengan “Guru menganggap ujian nasional merupakan hal yang
lazim”. Dari kedua kalimat itu, kalimat kedua menggunakan bahasa ilmiah, yang terkesan
akan lebih susah, dikarenakan kata tersebut biasanya bermakna dan harus diartikan.

Dalam mendidik seorang siswa, bukan hanya kemampuan akademis saja yang harus
didorong, banyak hal lain juga yang harus didorong. Salah satu hal selain akademik yang
harus didorong kepada siswa adalah mengenai karakter. Karakter ialah sebuah sikap yang
menetap. Terdapat dua langkah menciptakan orang yang berkarakter yaitu dengan
pembiasaan, lalu membudayakan. Awalnya kita harus melakukan pembiasaan kepada siswa
kita bagaimana adalah contoh menjadi siswa berkarakter baik. Ketika pondasi pembiasaan
sudah kokoh, maka pembudidayaan karakter yang baik juga perlu, agar lebih sempurna.

Guru merupakan profesi yang bernilai tinggi. Tinggi dalam kalimat tersebut bukan
hanya simbol materil. Tinggi yang dimaksudkan cukup banyak, seperti tinggi dalam
keuangan, kedudukan, kehormatan, dan lain-lain. Dalam sistem perundang-undangan guru
dan dosen tahun 2003 disebutkan “Guru adalah pekerjaan yang professional”. Artinya
pekerjaan guru ini dianggap setara dengan profesi lainnya.

Menjadi seorang guru, kita harus menjadi seorang guru yang professional. Agar nantinya,
ketika menjadi guru kita telah benar-benar mampu mendidik dan mengajar siswa-siswi kita.
Guru yang professional ialah guru yang mempunyai sikap profesi melalui pendidikan profesi
guru. Pemerintah cenderung akan memberikan tunjangan yang layak kepada guru yang
mempunyai sertifikat keprofesionalitasan sebagai guru dengan dibuktikan melalui sertifikat.
Selain berupa simbol tersebut, terdapat 4 kompetensi yang harus dimiliki seorang guru, yaitu
kompetensi kepribadian, kompetensi pedagogik, kompetensi sosial serta kompetensi
professional.

 Kompetensi kepribadian, berhubungan dengan kemampuan personal kita dalam


menjadi seorang guru, seperti perilaku yang harus diterapan. Menjadi seseorang yang
dewasa, arif, dan berwibawa, mantap, stabil, berakhlak mulia, serta menajdi teladan
yang baik.
 Kompetensi pedagogik, merupakan kompetensi seorang guru yang berhubungan
dengan bagaimana cara memahami peserta didik, perancangan serta pelaksanaan
pembelajaran, pengembangan peserta didik, serta evaluasi peserta didik guna
aktualisasi potensi yang mereka miliki.
 Kompetensi professional, berhubungan dengan ke profesionalisan seorang guru
mengenai dirinya, seperti kemampuannya, penguasaan terhadap materi kurikulum
mata pelajaran dan substansi ilmu yang menaungi materi pembelajaran dan
penguasaan struktur serta metodologi keilmuannya.
 Kompetensi sosial, kompetensi ini tentunya sangat dibutuhkan. Kompetensi ini
merupakan kemampuan berkomunaksi dan bergaul guru dengan tenaga
kependidikan, peserta didik, hingga orang tua peserta didik dan masyarakat luas.
Contohnya ialah bagaimana guru dapat menjalin hubungan sosial yang baik kepada
peserta didiknya, agar peserta didiknya juga merasakan kenyamanan, serta guru juga
dapat mengenal mereka lebih dekat, sehingga guru dapat mengalisa dan
mengembangkan siswanya dengan optimal.

Terdapat 10 sifat yang harus dimiliki oleh seorang guru, meliputi :


1. Membangun hubungan kerja yang positif
2. Melatih
3. Komunikasi yang menarik
4. Pembelajaran Berkelanjutan
5. Pengambilan Keputusan
6. Kedewasaan Bertindak
7. Mengelola Pekerjaan
8. Misi/Tujuan
9. Ketangguhan
10. Menghargai Perbedaan

Anda mungkin juga menyukai