1. Sebutkan alasan perlunya pembentukan organisasi profesi dan kode etik dalam profesi
guru!
Kode etik guru adalah norma atau asas yang harus dijalankan oleh guru di Indonesia sebagai
pedoman untuk berperilaku dan berperilaku dalam melaksanakan tugas profesinya sebagai
pendidik, anggota masyarakat, dan warga negara.
Pedoman tersebut diharapkan nantinya bisa membedakan perilaku baik atau buruk seorang
guru, memilah-milah mana saja hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan selama
menjalankan tugas sebagai seorang pendidik. Keberadaan kode etik ini bertujuan untuk
menempatkan sosok guru sebagai pribadi yang terhormat, mulia, dan bermartabat.
Dikutip dari buku Etika Profesi Guru oleh Shilphy A. Octavia, adapun fungsi dan tujuan
penetapan kode etik guru adalah sebagai berikut:
Jika seorang guru tidak menjadi anggota organisasi profesi, maka mereka akan kehilangan
banyak kesempatan untuk meningkatkan kualitas profesional dan mengembangkan karier
mereka.
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 14 tahun 2005 pasal 8, kompetensi guru
meliputi kompetensi kepribadian, kompetensi pedagogik, kompetensi sosial, dan
kompetensi profesional yang akan didapatkan jika mengikuti pendidikan profesi.
1. Kompetensi Kepribadian
Kompetensi guru yang pertama adalah kompetensi kepribadian. Kompetensi kepribadian
adalah kemampuan personal yang dapat mencerminkan kepribadian seseorang yang
dewasa, arif dan berwibawa, mantap, stabil, berakhlak mulia, serta dapat menjadi teladan
yang baik bagi peserta didik.
Kepribadian yang stabil dan mantap. Seorang guru harus bertindak sesuai dengan
norma-norma sosial yang berlaku di masyarakat, bangga menjadi seorang guru,
serta konsisten dalam bertindak sesuai dengan norma yang berlaku.
Kepribadian yang dewasa. Seorang guru harus menampilkan sifat mandiri dalam
melakukan tindakan sebagai seorang pendidik dan memiliki etos kerja yang tinggi
sebagai guru.
Kepribadian yang berwibawa. Seorang guru harus mempunyai perilaku yang dapat
memberikan pengaruh positif dan disegani oleh peserta didik.
Memiliki akhlak mulia dan menjadi teladan. Seorang guru harus bertindak sesuai
dengan norma yang berlaku (iman dan taqwa, jujur, ikhlas, suka menolong) dan
dapat diteladani oleh peserta didik.
2. Kompetensi Sosial
Kompetensi guru selanjutnya adalah kompetensi sosial. Kompetensi sosial yaitu kemampuan
yang dimiliki oleh seorang guru untuk berkomunikasi dan bergaul dengan tenaga
kependidikan, peserta didik, orang tua peserta didik, dan masyarakat di sekitar sekolah.
o Guru harus dapat berkomunikasi secara santun, empatik, dan efektif terhadap
sesama guru, tenaga kependidikan, orang tua, serta masyarakat sekitar
3. Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogik yaitu kemampuan seorang guru dalam memahami peserta didik,
perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, pengembangan peserta didik, dan evaluasi
hasil belajar peserta didik untuk mengaktualisasi potensi yang mereka miliki.
Dapat memahami peserta didik dengan lebih mendalam. Dalam hal ini, seorang guru
harus memahami peserta didik dengan cara memanfaatkan prinsip-prinsip kepribadian,
perkembangan kognitif, dan mengidentifikasi bekal untuk mengajar peserta didik.
4. Kompetensi Profesional
Kompetensi guru yang terakhir adalah kompetensi profesional. Kompetensi profesional
yaitu penguasaan terhadap materi pembelajaran dengan lebih luas dan mendalam.
Mencakup penguasaan terhadap materi kurikulum mata pelajaran dan substansi ilmu
yang menaungi materi pembelajaran dan menguasai struktur serta metodologi
keilmuannya.
Penguasaan terhadap materi, konsep, struktur dan pola pikir keilmuan yang dapat
mendukung pembelajaran yang dikuasai
Penguasaan terhadap standar kompetensi dan kompetensi dasar setiap mata pelajaran
atau bidang yang dikuasai
3. Berikan masing-masing contoh kasus pelanggaran dan solusi sanksi yang harus diterima
seseorang yang berprofesi guru dalam layanan intruksional & bimbingan konseling, serta
administrasi pendidikan!
Video pendek perkelahian antara sesama guru dalam ruang kelas gegerkan warga Kota
Medan, Sumatera Utara. Kejadian ini terekam kamera amatir salah satu siswa hingga viral di
media sosial.
Informasi yang dirangkum iNews, duel sesama tenaga pengajar ini melibatkan oknum guru
PNS berinisial HM dan guru honorer inisial DP sekaligus anak dari kepala sekolah. Peristiwa
ini terjadi di SMAN 8 Medan. Dalam rekaman video yang beredar luas, tampak guru honorer
mendatangi ruang kelas tempat guru HM sedang mengajar. Mereka adu mulut di hadapan
para siswa. Sejurus kemudian, DP menempeleng HM. Perseteruan keduanya berlanjut
dengan saling dorong dan
adu jotos. Para murid laki-laki yang ada dalam ruang kelas langsung memisahkan keduanya.
Guru DP terdesak hingga keluar kelas. Namun amarahnya belum tuntas. Saat di lokasi
parkiran sekolah, anak kepala sekolah ini melihat motor milik HM dan langsung merusaknya.
Dia juga membanting helm milik HM.
Kasus tersebut sudah jelas melanggar kode etik guru ke-7 yang mana seharusnya guru
memelihara hubungan seprofesi, semangat kekeluargaan dan kesetiakawanan. Selain itu
juga kode etik ke-4 yang berbunyi, guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang
menunjang berhasilnya proses belajar mengajar.
Semua pihak di sekolah terlebih guru atau tenaga pendidik yang seharusnya menjadi teladan
bagi siswa siswinya kini malah sebaliknya menjadi contoh yang tidak baik. Dengan adanya
kejadian tersebut juga dapat menganggu proses belajar mengajar. Hal ini tentu menjadi
kegagalan dalam melaksanakan kode etik profesi guru. Solusi yang tepat untuk kasus diatas
yakni kedua belah pihak yang jika memang memiliki selisih paham antar pribadi sebaiknya
diselesaikan secara pribadi juga dan jangan sampai melibatkan profesi. Disitulah seorang
guru seharusnya menunjukkan tingkat pemahaman dan pemikiran yang mendalam dalam
bertindak dengan memikirkan sebab akibat perbuatannya, yang mana tindakannya dapat
berakibat buruk jika sampai ada murid yang berpikir “guruku saja bisa berkelahi di sekolah,
kenapa aku tidak,"
Supervisi pendidikan adalah pembinaan yang berupa bimbingan atau tuntunan ke arah
perbaikan situasi pendidikan pada umumnya dan peningkatan mutu mengajar dan belajar
dan belajar pada khususnya. Supervisi dapat kita artikan sebagai pembinaan. Sedangkan
sasaran pembinaan tersebut bisa untuk kepala sekolah, guru, pegawai tata usaha. Namun
yang menjadi sasaran supervisi diartikan pula pembinaan guru.
Merumuskan tujuan supervisi pendidikan harus dapat membantu mencari dan menentukan
kegiatan-kegiatan supervisi yang lebih evektif. Kita tidak dapat berbicara tentang efektivitas
suatu kegiatan, jika tujuannya belum jelas. Tujuan supervisi pendidikan adalah:
Selain empat prinsip supervisi diatas, juga terdapat prinsip supervisi menurut Gunawan.
Prinsip fundamental/dasar
Setiap pemikiran, sikap, dan tindakan seorang supervisor harus berdasar / berlandaskan
pada sesuatu yang kukuh, kuat serta dapat dipulangkan kepadannya.
Prinsip praktis
Dalam pelaksanaan sehari-hari seorang supervisor berpedoman pada prinsip positif dan
prinsip negatif.