Anda di halaman 1dari 7

TUGAS PAPER

MATA KULIAH PSIKOLOGI PENDIDIKAN

Dosen Pengampu : Moh. Iqbal Mabruri, S. Psi., M. Si.

HAKIKAT PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN GURU SEBAGAI AGEN


PEMBELAJARAN

Oleh :

Nama : Ayu Prasetyowati


Rombel : Rombel Psikologi Pendidikan Umum (R120)
NIM : 6101417082
Jurusan : Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


SEMARANG
2020
Pendidik sebagai Agen Pembelajaran

1. Hakikat Pendidik Profesional


Banyak orang beranggapan bahwa pendidik yang baik adalah yang
memiliki rasa humor tinggi, berkepribadian hangat, dan peduli kepada peserta
didik. Sebagian lain beranggapan bahwa pendidik yang baik yaitu pendidik
yang bekerja keras dan memiliki disiplin tinggi. Sebagian lainnya ada juga
yang berpandangan bahwa pendidik yang baik yaitu pendidik yang suka
belajar dan memiliki kemampuan berkomunikasi secara efektif. Pada dasarnya
pandangan tersebut tidak salah, namun juga tidak seluruhnya benar, karena
pendidik yang baik harus memiliki persyaratan akademik dan kompetensi
tertentu.
Pendidik merupakan jabatan profesional dan memberikan layanan ahli
yang menuntut persyaratan kemampuan yang secara akademik dan paedagogis
maupun secara professional dapat diterima oleh pihak di mana pendidik
bertugas, baik penerima jasa layanan secara langsung maupun pihak lain
terhadap siapa pendidik bertanggung jawab.
Pendidik sebagai penyandang jabatan profesional harus disiapkan melalui
program pendidikan yang relatif panjang dan dirancang berdasarkan standar
kompetensi pendidik. Oleh karena itu diperlukan waktu dan keahlian untuk
membekali para lulusannya dengan kompetensi, yaitu penguasaan bidang
studi, landasan keilmuan dari kegiatan mendidik, maupun strategi
menerapkannya secara profesional di lapangan.
Sebagai pendidik profesional, penguasaan bidang studi tidak bersifat
terisolasi. Dalam melaksanakan tugasnya penguasaan bidang studi terintegrasi
dengan kemampuan memahami peserta didik, merancang pembelajaran,
melaksanakan proses pembelajaran yang mendidik, dan mengevaluasi proses
dan hasil pembelajaran. Sebagai seorang profesional, pendidik harus mengenal
siapa dirinya, kekuatan, kelemahan, kewajiban dan arah pengembangan
dirinya. Dunia yang selalu berubah menyebabkan tuntutan yang dinamis pula
terhadap kecakapan pendidik. Karenanya pendidik harus pandai memilih
strategi yang efektif untuk mengembangkan diri secara terus menerus.
Kepribadian pendidik merupakan hasil pembentukan pengalaman belajar
yang bukan hanya terjadi dalam proses pembelajaran secara langsung, tetapi
terintegrasi dari dampak ikutan (nurturant effect) kegiatan pembelajaran dan
pengalaman pengalaman panjang sebelumnya. Kemampuan pendidik
berinteraksi dengan peserta didik adalah suatu proses transaksional yang
sangat khas dan non rutin. Hal ini berbeda dengan interaksi pendidik dengan
sejawat, orang tua, dan masyarakat sekitar yang bersifat kontekstual. Sifat dan
kualitas interaksi antara pendidik dengan peserta didik menuntut kecakapan
memilih strategi yang relevan karena sifat interaksi berkembang secara
dinamis. Sementara karakteristik subjek dengan siapa ia berkomunikasi
berbeda satu dengan lainnya baik karena faktor budaya, usia dan
kedudukannya. Dengan demikian pendidik yang bermutu memungkinkan
lulusannya:
1. Menunjukkan seperangkat kompetensi sesuai dengan standar yang
berlaku.
2. Mampu bekerja dengan menerapkan prinsip-prinsip keilmuan dan
teknologi dalam memberikan layanan seorang ahli.
3. Mematuhi kode etik profesi pendidik yang memintanya bertindak
sesuai norma kepatutan.
4. Bekerja dengan penuh dedikasi.
5. Membuat keputusan secara mandiri maupun secara bersama.
6. Menunjukkan akuntabilitas kinerjanya kepada pihak-pihak terkait.
7. Bekerja sama dengan sejawat dan pihak lain yang relevan.
8. Secara berkesinambungan mengembangkan diri baik secara
mandiri maupun melalui asosiasi profesi.
Agar calon pendidik mampu melakukan hal-hal tersebut,
diperlukan bukan saja persiapan yang bersifat akademik, namun juga
pengalaman intensif dalam menerapkan prinsip-prinsip akademik tersebut
dalam situasi nyata di sekolah.
Kompetensi pendidik merupakan sesuatu yang utuh, sehingga
proses pembentukannya tidak bisa dilakukan secara instan, karena
pendidik merupakan profesi yang akan menghadapi individu-individu,
yakni pribadi unik yang mempunyai potensi untuk tumbuh dan
berkembang. Pembentukan kompetensi pendidik merupakan kegiatan
pengkajian, latihan, dan pembiasaan, yang memerlukan kecakapan
mengambil keputusan dalam situasi transaksional.
2. Kompetensi Pendidik
Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standard Nasional
dan Undang-undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
menyatakan bahwa pendidik wajib memiliki kualifikasi akademik,
kompetensi, sertifikat pendidik, pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta
memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Kualifikasi akademik tersebut diperoleh melalui pendidikan tinggi program
sarjana atau program diploma empat. Kemudian kompetensi pendidik yang
dimaksud yaitu meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,
kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui
pendidikan profesi.
1) Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran
peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan
dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan
peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
Kompetensi pedagogik tersebut selanjutnya dijabarkan secara rinci dalam
bentuk kompetensi inti sebagai berikut:
1) Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial,
kultural, emosional, dan intelektual.
2) Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang
mendidik.
3) Menguasai kurikulum yang terkait dengan bidang pengembangan yang
diampu.
4) Terampil melakukan kegiatan pengembangan yang mendidik
5) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan
penyelenggaraan kegiatan pengembangan yang mendidik.
6) Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki.
7) Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta
didik.
8) Terampil melakukan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar.
9) Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan
pembelajaran.
10) Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas
pembelajaran.

Lembaga Pendidikan dan Tenaga Kependidikan (LPTK) mempunyai peran


strategis dalam mempersiapkan calon pendidik yang kelak mereka
performansinya memenuhi standar kompetensi yang sudah tertuang dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan. Terkait dengan harapan tersebut, calon pendidik hendaknya sejak
mengikuti perkuliahan sudah dipersiapkan perangkat yang mendukung
pencapaian kompetensi tersebut, khususnya berkaitan dengan proses
pembelajaran.
Beberapa alternatif yang dapat ditempuh untuk pengembangan
kompetensi pedagogik adalah sebagai berikut:
1) Setiap pembelajaran yang berkaitan dengan pembuatan rancangan
pembelajaran, pengembangan kurikulum, teknologi pembelajaran, dan
evaluasi hasil belajar, mahasiswa dituntut melakukan praktik tentang
kajian tersebut dan hasilnya dikaji layaknya dalam uji kompetensi.
2) Pembelajaran dengan nuansa humanis perlu ditekankan pada calon
pendidik, sehingga mereka dapat terbentuk sense of sensitivity
terhadap peserta didik tatkala mengajar di sekolah kelak.
2) Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan yang berkaitan dalam
performa pribadi seorang pendidik, seperti berpribadi mantap, stabil, dewasa,
arif, berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.
Kompetensi kepribadian tersebut selanjutnya dijabarkan secara rinci dalam
bentuk kompetensi inti sebagai berikut:
1) Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan
nasional Indonesia.
2) Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan
teladan bagi peserta didik dan masyarakat.
3) Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif,
dan berwibawa.
4) Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga
menjadi pendidik, dan rasa percaya diri.
5) Menjunjung tinggi kode etik profesi pendidik.
Kepribadian dimaknai sebagai pemikiran, emosi, dan perilaku tertentu
yang menjadi ciri dari seseorang dalam menghadapi dunianya. Kepribadian ini
terbentuk sebagai hasil interaksi antara hereditas, kematangan dan lingkungan
termasuk belajar dan latihan, artinya kepribadian pendidik tidak dapat dibentuk
secara instan, membutuhkan suatu proses hingga terbentuk pribadi pendidik
seperti yang diharapkan sesuai dengan kompetensi. Seperti yang dinyatakan
oleh teori Behavior bahwa perilaku buruk dapat dihilangkan dan perilaku baik
dapat dipelajari (Sahertian, 1994). Terkait dengan pembentukan kepribadian
tersebut, perlu dipersiapkan dalam proses perkuliahan, antara lain:
1) Perguruan tinggi hendaknya membuat program secara periodik yang
berkaitan dengan pengenalan perilaku profesi yang ideal melalui
kegiatan observasi,
2) Pembentukan perilaku profesi dapat dilakukan melalui kegiatan
kemahasiswaan di tingkat fakultas dan jurusan, yang diformat
sedemikian rupa sehingga bentuk kegiatannya dapat mendukung
pembentukan kepribadian profesional.
c. Kompetensi Profesional
Kompetensi profesional merupakan kemampuan penguasaan materi
pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing
peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam standar
nasional.
Kompetensi profesional tersebut selanjutnya dijabarkan secara rinci dalam
bentuk kompetensi inti sebagai berikut:
1) Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang
mendukung mata pelajaran yang diampu.
2) Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata
pelajaran/bidang pengembangan yang diampu.
3) Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif.
4) Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan
melakukan tindakan reflektif.
5) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk
berkomunikasi dan mengembangkan diri.
d. Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial merupakan kemampuan berkomunikasi dan bergaul
secara efektif, dengan: peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan,
orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.
Kompetensi sosial tersebut selanjutnya dijabarkan secara rinci dalam
bentuk kompetensi inti sebagai berikut:
1) Bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif karena
pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang
keluarga, dan status sosial ekonomi.
2) Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama
pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat.
3) Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia
yang memiliki keragaman sosial budaya.
4) Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain
secara lisan dan tulisan atau bentuk lain.

Pengembangan kompetensi sosial ini dapat dilakukan melalui metode


pembelajaran yang dilakukan di kelas. Seorang dosen hendaknya dapat
memilih metode pembelajaran yang aktivitasnya lebih melibatkan dalam
kelompok. Metode yang bisa dipertimbangkan untuk diterapkan adalah:
1) Scaffolding, adalah teknik mengubah dukungan selama pembelajaran.
Orang yang lebih ahli (pendidik atau peserta didik yang lebih pandai)
menyesuaikan jumlah bimbingannya dengan kinerja peserta didik.
Setelah kompetensi peserta didik meningkat, bimbingan dikurangi.
Tatkala pendidik menerapkan teknik ini dengan pertimbangan bahwa
tingkat kebutuhan peserta didik akan dukungan pendidik.
2) Pembelajaran kooperatif, peserta didik bekerja sama dalam kelompok
kecil (kelompok belajar untuk saling membantu dalam belajar. Untuk
efektif dalam pelaksanaan teknik ini, maka perlu diperhatikan dua hal
ini: (1) kelompok diberi penghargaan, sehingga anggota kelompok
dapat memahami bahwa membantu orang lain demi kepentingan diri
mereka sendiri, dan (2) individu peserta didik dimintai
pertanggungjawaban supaya mereka mempunyai semangat membantu
teman yang lain walau mereka yang dibantu tidak banyak memberi
konstribusi. Pembelajaran ini akan meningkatkan ketrampilan dasar
peserta didik seperti pemecahan masalah.
3) Pembelajaran resiprokal, pengajaran ini mensyaratkan peserta didik
mendiskusikan bagian yang kompleks, berkolaborasi, serta berbagi
keahlian dan perspektif mereka tentang suatu topik. Pengajaran ini
melibatkan pendidik dan peserta didik serta interaksi antar peserta
didik. Peserta didik dikelompokkan dalam seminar pengajaran
resiprokal, dalam pengajaran ini setiap peserta didik adalah pakar pada
subtopik tertentu, mengajar bagian itu pada peserta didik lain, dan
berpartisipasi dalam menyusun pertanyaan tes berdasarkan pada sub-
unit.
Rangkuman
Banyak orang beranggapan bahwa pendidik yang baik adalah yang
memiliki rasa humor tinggi, berkepribadian hangat, dan peduli kepada peserta
didik. Sebagian lain beranggapan bahwa pendidik yang baik yaitu pendidik
yang bekerja keras dan memiliki disiplin tinggi. Sebagian lainnya ada juga
yang berpandangan bahwa pendidik yang baik yaitu pendidik yang suka
belajar dan memiliki kemampuan berkomunikasi secara efektif. Pada dasarnya
pandangan tersebut tidak salah, namun juga tidak seluruhnya benar, karena
pendidik yang baik harus memiliki persyaratan akademik dan kompetensi
tertentu.

Anda mungkin juga menyukai