Anda di halaman 1dari 39

intah telah merumuskan empat jenis kompetensi guru, sebagaimana tercantum dalam

penjelasan Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional


Pendidikan, yaitu: kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial dan profesional.

Guru diharapkan dalam menjalankan tugasnya secara profesional dengan memiliki


dan menguasai keempat kompetensi tersebut. Kompetensi yang harus dimiliki
pendidik sungguh sangat ideal sebagaimana tergambar dalam peraturan pemerintah
tersebut.

baca juga pengertian kompetensi guru

Ada empat kompetensi yang hendak dimiliki oleh guru, sesuai dengan Standar
Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir a, b, c, dan d, yaitu:

1) Kompetensi Pedagogik
Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir a
dikemukakan bahwa kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola
pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik,
perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan
pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasi berbagai potensi yang
dimilikinya.

Terdapat sepuluh indikator keberhasilan guru dalam bidang pedagogis yaitu sebagai
berikut:
1. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial,
kultural, emosional,dan intelektual.
2. Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik.
3. Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang diampu.
4. Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik.
5. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan
pembelajaran.
6. Memfalisitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan
berbagai potensi yang dimiliki.
7. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik.
8. Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar.
9. Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran.
10. Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran.

2) Kompetensi Kepribadian
Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir b
dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi kepribadian adalah
kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi
teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.
Ada lima indikator yang menunjukan keberhasilan guru dalam bidang kompetensi
kepribadian sebagai berikut:
1. Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional
Indonesia.
2. Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi
peserta didik dan masyarakat.
3. Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantab, stabil, dewasa, arif dan berwibawa.
4. Menunjukan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru
dan rasa percaya diri.
5. Menjunjung tinggi kode etik profesi guru.

3) Kompetensi Profesional
Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir c
dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi profesional adalah
kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang
memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang
ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan.

Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan meteri pembelajaran secara


luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta didik memenuhi
standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan. Terdapat
lima indikator guru yang memiliki kompetensi profesional sebagai berikut:
1. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung
mata pelajaran yang diampu.
2. Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang
diampu.
3. Mengembangkan materi pembelajaran secara kreatif.
4. Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan
tindakan reflektif.
5. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk mengembangkan diri.

4) Kompetensi Sosial
Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir d
dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi sosial adalah kemampuan
guru sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif
dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtua atau wali
peserta didik, dan masyarakat sekitar.

Ada empat indikator yang menunjukan keberhasilan guru dalam bidang sosial yaitu
sebagai berikut:
1. Bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif karena pertimbangan
jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi.
2. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik,
tenaga kependidikan, orangtua, dan masyarakat.
3. Beradaptasai di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia yang
memiliki keragaman sosial budaya.
4. Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan
tulisan atau bentuk lain.

Keempat kompetensi di atas bersifat holistik dan integratif dalam kinerja guru. Secara
utuh sosok kompetensi guru meliputi:
1. pengenalan peserta didik secara mendalam;
2. penguasaan bidang studi baik disiplin ilmu (disiplinary content) maupun bahan
ajar dalam kurikulum sekolah (pedagogical content);
3. penyelenggaraan pembelajaran mendidik yang meliputi perencanaan dan
pelaksanaan pembelajaran, evaluasi proses, hasil belajar, serta tindak lanjut untuk
perbaikan dan pengayaan;
4. pengembangan kepribadian dan profesionalitas secara berkelanjutan.

-------------------------------------------------------------------------------
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 Tentang Standar
Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru, adapun macam-macam kompetensi yang harus dimiliki oleh tenaga
guru antara lain: kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional dan sosial yang diperoleh melalui pendidikan
profesi. Keempat kompetensi tersebut terintegrasi dalam kinerja guru.
1) Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogik meliputi pemahaman guru terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan
pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai
potensi yang dimilikinya. Secara rinci setiap subkompetensi dijabarkan menjadi indikator esensial sebagai
berikut;
 Memahami peserta didik secara mendalam memiliki indikator esensial: memahami peserta didik dengan
memanfaatkan prinsip-prinsip perkembangan kognitif; memahami peserta didik dengan memanfaatkan
prinsip-prinsip kepribadian; dan mengidentifikasi bekal ajar awal peserta didik.
 Merancang pembelajaran, termasuk memahami landasan pendidikan untuk kepentingan pembelajaran
memiliki indikator esensial: memahami landasan kependidikan; menerapkan teori belajar dan pembelajaran;
menentukan strategi pembelajaran berdasarkan karakteristik peserta didik, kompetensi yang ingin dicapai,
dan materi ajar; serta menyusun rancangan pembelajaran berdasarkan strategi yang dipilih.
 Melaksanakan pembelajaran memiliki indikator esensial: menata latar (setting) pembelajaran; dan
melaksanakan pembelajaran yang kondusif.
 Merancang dan melaksanakan evaluasi pembelajaran memiliki indikator esensial: merancang dan
melaksanakan evaluasi (assessment) proses dan hasil belajar secara berkesinambungan dengan berbagai
metode; menganalisis hasil evaluasi proses dan hasil belajar untuk menentukan tingkat ketuntasan belajar
(mastery learning); dan memanfaatkan hasil penilaian pembelajaran untuk perbaikan kualitas program
pembelajaran secara umum.
 Mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensinya, memiliki indikator esensial:
memfasilitasi peserta didik untuk pengembangan berbagai potensi akademik; dan memfasilitasi peserta didik
untuk mengembangkan berbagai potensi nonakademik.
2) Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil,
dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. Secara rinci
subkompetensi tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:
 Kepribadian yang mantap dan stabil memiliki indikator esensial: bertindak sesuai dengan norma hukum;
bertindak sesuai dengan norma sosial; bangga sebagai guru; dan memiliki konsistensi dalam bertindak
sesuai dengan norma.
 Kepribadian yang dewasa memiliki indikator esensial: menampilkan kemandirian dalam bertindak sebagai
pendidik dan memiliki etos kerja sebagai guru.
 Kepribadian yang arif memiliki indikator esensial: menampilkan tindakan yang didasarkan pada kemanfaatan
peserta didik, sekolah, dan masyarakat serta menunjukkan keterbukaan dalam berpikir dan bertindak.
 Kepribadian yang berwibawa memiliki indikator esensial: memiliki perilaku yang berpengaruh positif terhadap
peserta didik dan memiliki perilaku yang disegani.
 Akhlak mulia dan dapat menjadi teladan memiliki indikator esensial: bertindak sesuai dengan norma religius
(iman dan taqwa, jujur, ikhlas, suka menolong), dan memiliki perilaku yang diteladani peserta didik.
3) Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta
didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Kompetensi
ini memiliki subkompetensi dengan indikator esensial sebagai berikut:
 Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik memiliki indikator esensial:
berkomunikasi secara efektif dengan peserta didik.
 Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan sesama pendidik dan tenaga kependidikan.
 Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan orang tua/wali peserta didik dan masyarakat
sekitar.
4) Kompetensi Profesional
Kompetensi profesional merupakan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam, yang
mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi
materinya, serta penguasaan terhadap stuktur dan metodologi keilmuannya. Setiap subkompetensi tersebut
memiliki indikator esensial sebagai berikut:
 Menguasai substansi keilmuan yang terkait dengan bidang studi memiliki indikator esensial: memahami
materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah; memahami struktur, konsep dan metode keilmuan yang
menaungi atau koheren dengan materi ajar; memahami hubungan konsep antar mata pelajaran terkait; dan
menerapkan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari.
 Menguasai struktur dan metode keilmuan memiliki indikator esensial menguasai langkah-langkah penelitian
dan kajian kritis untuk memperdalam pengetahuan/materi bidang studi.
Keempat kompetensi tersebut di atas bersifat holistik dan integratif dalam kinerja guru. Oleh karena itu, secara
utuh sosok kompetensi guru meliputi (a) pengenalan peserta didik secara mendalam; (b) penguasaan bidang
studi baik disiplin ilmu (disciplinary content) maupun bahan ajar dalam kurikulum sekolah (c) penyelenggaraan
pembelajaran yang mendidik yang meliputi perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi proses dan
hasil belajar, serta tindak lanjut untuk perbaikan dan pengayaan; dan (d) pengembangan kepribadian dan
profesionalitas secara berkelanjutan. Guru yang memiliki kompetensi akan dapat melaksanakan tugasnya secara
profesional (Ngainun Naim, 2009:60).

------------------------------------

 Pengertian Kompetensi Guru


Guru sebagai seseorang yang berwenang untuk mengajar dan mendidik peserta didik harus
memiliki kualifikasi dan kompetensi yang baik agar upaya dalam mengkondisikan lingkungan
belajar dapat merubah perilaku peserta didik menjadi lebih baik secara efektif dan efisien.
Menurut Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, kompetensi
adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati,
dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Kompetensi
merupakan syarat yang harus dimiliki guru agar dapat melaksanakan tugas dengan
profesional sehingga mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.

Kompetensi dalam Bahasa Indonesia merupakan serapan dari bahasa


Inggris, competence yang berarti kecakapan dan kemampuan (Musfah, 2015:27).
Kompetensi adalah kumpulan pengetahuan, perilaku, dan keterampilan yang harus dimilki
guru untuk mencapai tujuan pembelajaran dan pendidikan. Kompetensi berarti kemampuan
mewujudkan sesuatu sesuai dengan tugas yang diberikan kepada seseorang. Kompetensi
juga terkait dengan standar dimana seseorang dikatakan kompeten dalam bidangnya jika
pengetahuan, keterampilan, dan sikap serta hasil kerjanya sesuai standar (ukuran) yang
ditetapkan dan/atau diakui oleh lembaganya/pemerintah. Musfah (2015:27) hakikat
kompetensi adalah kekuatan mental dan fisik untuk melakukan tugas atau keterampilan
yang dipelajari melalui latihan dan praktek. Dari hal ini maka suatu kompetensi dapat
diperoleh melalui pelatihan dan pendidikan.

Dalam buku yang ditulis oleh Mulyasa (2013:38) dari seorang tokoh bernama Gordon
terdapat enam aspek yang terkandung dalam konsep kompetensi yaitu pengetahuan,
pemahaman, kemampuan, nilai, sikap dan minat. Pengetahuan yaitu suatu kemampuan
dalam aspek kognitif, contohnya guru mengetahui kebutuhan belajar dari peserta didiknya.
Pemahaman yaitu kedalaman aspek kognitif dan afektif dimana seorang guru mengetahui
pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta didik. Kemampuan yaitu dapat
melakukan tugas atau pekerjaan yang dibebankan kepada guru dengan disiplin. Nilai yaitu
standar perilaku yang diyakini dan tertanam dalam individu setiap guru. Sikap yaitu refleksi
dari adanya rangsangan yang datangnya dari luar. Minat yaitu kecenderungan untuk
melakukan suatu kegiatan. Maka dapat disimpulkan bahwa kompetensi merupakan
kemampuan seseorang yang meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap, yang dapat
diwujudkan dalam hasil kerja nyata yang dapat bermanfaat bagi diri sendiri dan
lingkungannya.

Pengertian kompetensi guru berdasarkan Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 adalah


kompetensi guru dapat dimaknai sebagai kebulatan pengetahuan, keterampilan dan sikap
yang berwujud tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab dalam melaksanakan tugas
sebagai agen pembelajaran. Menurut Mulyasa (2013:27) Kompetensi guru merupakan
perpaduan antara kemampuan personalia, keilmuan, teknologi, sosial, dan spiritual yang
membentuk kompetensi standar profesi guru, yang mencakup penguasaan materi,
pemahaman terhadap peserta didik, pembelajaran yang mendidik, pengembangan pribadi
dan profesionalitas. Kompetensi guru lebih merujuk pada kemampuan guru untuk mengajar
dan mendidik sehingga menghasilkan perubahan perilaku belajar dari peserta didik.
Kemampuan guru yang dimaksud adalah tidak hanya dari segi pengetahuan saja tetapi juga
dari segi kepribadian, sosial dan profesional sebagai guru.

Kompetensi guru berdasarkan Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 yang selanjutnya


diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, guru harus mempunyai
kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial dan profesional. Dimana masing-masing
kompetensi sangat penting untuk seorang guru dalam melakukan tugas dan kewajibannya
untuk mencerdaskan kehidupan bangsa melalui pendidikan. Guru dituntut untuk menguasai
semua kompetensi guru agar dapat menjadi panutan bagi peserta didik. Mushaf (2015:29)
membagi kompetensi guru dlam tiga bagian yaitu bidang kognitif, sikap, dan perilaku yang
ketiganya ini tidak dapat berdiri sendiri karena saling berhubungan dan mempengaruhi satu
sama lain. Dari penjelasan tersebut maka dapat disimpulkan kompetensi guru adalah
perpaduan antara pengetahuan, keterampilan, serta sikap yang harus dimilki oleh guru
dalam menjalankan tugas dan kewajibannya secara profesional.

 Kompetensi Pedagogik
Guru sebagai seseorang yang berwenang untuk mengajar dan mendidik peserta didik agar
dapat mencapai keberhasilan di masa depan maka guru harus bisa memberikan apa yang
dibutuhkan peserta didik dalam proses pembelajaran sesuai dengan karakteristik peserta
didik. Siswoyo (2013:118) mengemukakan bahwa kompetensi pedagogik itu bukan hanya
bersifat teknis belaka, yaitu “kemampuan mengelola pembelajaran kelas ...” (yang
dirumuskann dalam PP RI No. 19 Tahun 2005. Kompetensi pedagogik tidak hanya
mencakup perencanaan, pelaksanaan dan penilaian pembelajaran namun juga menguasai
ilmu pendidikan. Ilmu pendidikan diperlukan karena seorang guru haarus mengetahui
wawasan tentang pendidikan yang ada sehingga guru dapat mempersiapkan strategi yang
efektif dan efisien yang sebaiknya digunakan. Menurut Musfah (2015:30) kompetensi
pedagogik adalah kemampuan dalam pengelolaan peserta didik yang meliputi (a)
pemahaman wawasan atau landasan kependidikan; (b) pemahaman tentang peserta didik;
(c) pengembangan kurikulum atau silabus; (d) perancangan pembelajaran; (e) pelaksanaan
pembelajaran yang mendidik dan dialogis; (f) evaluasi hasil belajar; dan (g) pengembangan
peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan merupakan kompetensi pedagogik yang


harus dimiliki guru karena guru harus memahami konsep pendidikan. Guru memiliki latar
belakang pendidikan keilmuan sehingga memiliki keahlian secara akademik dan intelektual
dibidangnya masing-masing. Guru harus mengetahui fungsi dan peran lembaga pendidikan
serta sistem pendidikan nasional yang nantinya diharapkan guru dapat menginovasi
pendidikan. Sistem pembelajaran dalam pendidikan berdasarkan mata pelajaran
sehingga guru harus memiliki kesesuian antara latar belakang keilmuan dengan subjek
(mata pelajaran) yang diampu, selain itu, guru memiliki pengetahuan dan pengalaman
dalam penyelenggaraan pembelajaran dikelas sehingga guru dapat menyesuaikan diri
dalam menghadapi peserta didik.

Pemahaman terhadap peserta didik adalah kemampuan yang harus guru miliki karena guru
harus mengerti dan mengenal peserta didik agar mengetahui sejauh mana peserta didik
dapat mengikuti pembelajaran yang dilaksanakan guru. Selain guru juga paham terhadap
perkembangan yang dicapai peserta didik agar mengetahui tindak lanjut yang harus
dilakukan. Mulyasa (2008:79) menyebutkan sedikitnya ada empat hal yang harus dipahami
guru dari peserta didiknya, yaitu tingkat kecerdasan, kreativitas, cacat fisik dan
perkembangan kognitif. Guru harus selalu belajar mengenai karakter siswa agar mengetahui
bagaimana menghadapi karakter tersebut sehingga langkah yang diambil tidak akan
merugikan peserta didik di masa yang akan datang. Apalagi terdapat tuntutan dari
masyarakat bahwa seorang guru hendaknya menjadi pribadi yang baik dan dapat
membimbing siswanya pada arah yang positif. Guru harus dapat mengendalikan beban atau
masalah yang dihadapi agar tetap terjaga komunikasi atau interaksi yang baik dan bijaksana
dengan peserta didik saat pembelajaran.

Pengembangan kurikulum atau silabus adalah kemampuan guru dalam mengembangkan


kurikulum pendidikan nasional yang disesuaikan dengan kondisi spesifik lingkungan
sekolah. Pengembangan kurikulum yang dilakukan oleh guru haru sesuai dengan kultur
sekolah supaya tujuan pembelajaran dapat tercapai secara efektif dan efisien. Dengan
mengembangkan kurikulum atau silabus maka guru diharapkan dapat mengkombinasikan
bahan ajar yang digunakan dalam proses pembelajaran. Menurut Musfah (2015:35) dari
tokoh yang bernama Miller dan Seller, proses pengembangan kurikulum mencakup tiga hal,
yaitu (1) menyusun tujuan umum dan tujuan khusus; (2) mengidentifikasikan materi yang
tepat; (3) memilih strategi belajar mengajar.

Perancangan pembelajaran merupakan kegiatan awal guru dalam rangka mengidentifikasi


segala komponen yang akan digunakan pada saat pelaksanaan pembelajaran.
Perancangan pembelajaran diperlukan untuk menumbuhkan kepercayaan peserta didik
dengan guru, memberikan pengetahuan baru kepada peserta didik dan menumbuhkan rasa
penasaran siswa terhadap pembelajaran yang akan diberikan oleh guru. Sedikitnya ada tiga
kegiatan yang mendukung perancangan pembelajaran ini, yaitu identifikasi kebutuhan,
perumusan kompetensi dasar, dan penyusunan program pembelajaran.

Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis maksudnya adalah guru memiliki
perencanaan sistem pembelajaran yang memanfaatkan sumber daya yang ada
direncanakan secara strategis, termasuk antisipasi masalah yang kemungkinan dapat timbul
dari skenario yang direncanakan. Kegiatan belajar dan mengajar akan berhasil jika guru
memberikan kesempatan peserta didik untuk bertanya. Proses pembelajaran yang dua arah
akan lebih memberikan pemahaman peserta didik sehingga guru mengetahui apa yang
belum dikuasai oleh peserta didik. Komunikasi dalam belajar merupakan hal yang penting.
Jika guru mendapati peserta didik dengan karakter yang kurang baik sehingga terkendala
dalam komunikasi maka guru harus melakukan pembelajaran yang mencerahkan dan
menunjukkan sikap menyayangi semua siswa tanpa membedakan keadaan kepribadian dan
fisik mereka.

Evaluasi hasil belajar adalah kemampuan guru dalam mengevaluasikan pembelajaran yang
dilakukan meliputi perencanaan, respon siswa, hasil belajar siswa, metode dan pendekatan.
Untuk dapat mengevaluasi guru harus dapat merencanakan penilaian yang tepat,
melakukan pengukuran dengan benar, dan membuat kesimpulan dan solusi secara akurat.
Guru harus kreatif menggunakan penilaian dalam pengajaran. Menurut Musfah (2015:40)
Penilaian merupakan hal yang penting karena penilaian menegaskan pada siswa hasil yang
ingin dicapai, penilaian menyediakan dasar informasi untuk siswa, orang tua, guru, dan
pembuat kebijakan, penilaian memotivasi siswa untuk mencoba, penilaian dapat menyaring
siswa di dalam atau diluar program dan memberikan pelayanan khusus serta menyediakan
dasar evaluasi guru.

Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki.


Pengembangan peserta didik dapat dilakukan oleh guru melalui berbagai cara, antara lain
kegiatan ekstrakurikuler, pengayaan dan remedial, serta bimbingan konseling (BK). Guru
memiliki kemampuan untuk membimbing siswa dan menciptakan wadah bagi siswa untuk
mengenali potensinya dan melatih untuk mengaktualisasikan potensi yang dimiliki.

Menurut E. Mulyasa (2008: ) menambah cakupan kompetensi pedagogik yaitu pemanfaatan


teknologi pembelajaran. Dalam penyelenggaraan pembelajaran guru menggunakan
teknologi sebagai media. Menyediakan bahan ajar dan mengadministrasikan dengan
mengunakan teknologi informasi. Membiasakan peserta didik berinteraksi dengan
menggunakan teknologi.

Menurut Jahiriansyah (2013) mengemukakan bahwa terdapat kualifikasi akademik dan


kompetensi pedagogik (yang dirumuskan dalam Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007
Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru) bahwa kompetensi pedagogik
terdiri dari: 1) Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial,
kultural, emosional, dan intelektual, 2) Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip
pembelajaran yang mendidik, 3)Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata
pelajaran, 4) Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik, 5) Memanfaatkan teknologi
informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran, 6) Memfasilitasi pengembangan
potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki, 7)
Berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun dengan peserta didik.

Kompetensi pedagogik merupakan syarat yang harus dimiliki oleh seorang guru.
Kompetensi pedagogik diperlukan guru untuk berinteraksi dengan siswa pada saat
pembelajaran, mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, evalasi hingga tindak lanjut dari
suatu pembelajaran. Apabila guru tidak bisa menguasi kompetensi pedagogik maka akan
mengalami permasalahan dalam pembelajaran.

Contoh permasalahan kurangnya kompetensi pedagogik Guru Sekolah Dasar Kecamatan


Gunung Teluh Kabupaten Pasaman Barat. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh
Rifma (2013) kompetensi pedagogik pada guru Sekolah Dasar di Kecamatan Gunung Tuleh
Kabupaten Pasaman Barat mengalami problematika karena guru kurang menguasai
kompetensi pedagogik. Permasalahannya adalah guru Sekolah Dasar di daerah tersebut
tidak melaksanakan perencanaan, pelaksanaan bahkan penilaian pembelajaran secara
efektif dan efisien. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Silabus dibuat buakan
untuk dijadikan pedoman saat pembelajaran melainkan hanya untuk kelengkapan
administrasi semata. Alasan mereka tidak membuat RPP dan Silabus untuk dijadikan
pedoman pembelajaran karena sudah membuat silabus dan RPP di kelas yang sama 3
tahun lalu. Maka RPP dan silabus yang dibuat 3 tahun lalu tentunya tidak ada pembaharuan
yang disesuaikan dengan perkembangan zaman sehingga tidak relevan lagi untuk dipakai.
Mereka juga kurang memahami bagaimana cara membuat RPP dan silabus serta tidak
adanya kesempatan mereka untuk membuat program tahunan, program semester, silabus
dan RPP. Pada saat pelaksanaan pun akan mengalami permasalahan seperti kurangnya
keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran karena metode yang digunakan oleh guru
tersebut tidak menarik peserta didik. Hal ini berlanjut pada saat penilaian kegiatan belajar
dimana guru tidak mempunyai hasil yang tinggi untuk tingkat keberhasilan belajar karena
guru tidak memiliki soal yang akan diujikan kepada peserta didik dan hanya mengambil soal
yang tercantum dalam buku ajar. Dari semua tahap pembelajaran mulai dari perencanaan,
pelaksanaan hingga evaluasi tidak berjalan dengan efektif dan efisien karena guru Sekolah
Dasar di Kecamatan Gunung Teluh Kabupaten Pasaman Barat memiliki kompetensi
pedagogik yang rendah. Sehingga perlu adanya peningkatan pelaksanaan pembinaan
kompetensi pedagogik guru yang dilakukan oleh Kepala Sekolah dan Pengawasa Sekolah.

Manfaat yang diperoleh baik guru maupun siswa dengan adanya kompetensi pedagogik
adalah sebagai berikut.

1. Bagi Guru
2. Guru dapat memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip perkembangan
kognitif siswa
3. Guru dapat memahami prinsip-prinsip perkembangan kepribadian siswa dan merefleksikannya
dalam proses pembelajaran
4. Guru mampu menyusun rancangan dan melaksanakan strategi pembelajaran yang sesuai dengan
kompetensi, karakteristik dan kebutuhan siswa dalam belajarnya.
5. Bagi Siswa
Jika guru dapat memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip
perkembangan kognitif siswa maka:

1. Siswa dapat terpenuhi rasa ingin tahunya.


2. Siswa memiliki keberanian berpendapat dan kemampuan menyelesaikan masalah.
3. Siswa dapat lebih nyaman dalam kegiatan belajarnya.

 Kompetensi Kepribadian
1. Konsep Kompetensi Kepribadian
Dalam jurnal Pengembangan Kepribadian Guru (Nursyamsi, 2014) Kartono (2005:9)
menjelaskan bahwa kepribadian itu secara langsung berhubungan dengan kapasitas psikis
seseorang ; berkaitan dengan nilai-nilai etis atau kesusilaan dan tujuan hidup. Kepribadian
itu manusia itu juga selalu mengandung unsur dinamis, yaitu ada kemajuan-kemajuan atau
progress menuju suatu integrasi baru tapi system psikofisis tersebut tidak pernah akan
sempurna bisa terintegrasi dengan sempurna. Kepribadian ini mencakup kemampuan
adaptasi (menyesuaikan diri) yang karakteristik terhadap lingkungan.

“Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasaan pasal 28 ayat (3) butir b, dikemukakan
bahwa yang dimaksud dengan kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian
yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, mejadi teladan bagi peserta didik, dan
berakhlak mulia” (Mulyasa, 2013:117).

Kompetensi kepribadian memiliki andil yang sangat besar bagi pembentukkan kepribadian
dan karakter peserta didik. Dalam pendidikan, guru menjadi sosok yang paling penting
dalam membentuk kepribadian siswa, karena manusia memiliki naluri untuk mencontoh
orang lain. Maka secara tidak langsung ketika guru seorang guru semakin dekat dengan
siswanya maka semakin besar kemungkinan siswa tersebut akan mencontoh kepribadian
guru tersebut. Sehubungan dengan uraian tersebut maka setiap guru dituntut untuk
memiliki kompetensi yang baik dan memadai agar dapat membentuk kepribadian peserta
didik menjadi baik. Selain itu, kompetensi kepribadian juga menjadi landasan terhadap
kompetensi-kompetensi lainnya. Guru sebagai pendidik tidak hanya mentransfer ilmu tetapi
juga harus membentuk kepribadian siswa menjadi individu yang baik.

1. Pentingnya Kompetensi Kepribadian


Guru sebagai pendidik tentunya harus memiliki kepribadian yang memadai. Kompetensi
guru sangat penting bagi keberlangsungan dalam pembelajaran sebab penampilan guru
bisa membuat peserta didik senang belajar dan juga tidak senang dalam belajar. Agar
peserta didik senang belajar dan juga betah dikelas maka guru harus memiliki kepribadian
yang baik. Kompetensi kepribadian yang dimiliki guru akan dicontoh dan menjadi tauladan
bagi peserta didiknya. Jadi, apabila guru memiliki kepribadian yang buruk maka peserta
didik juga tidak akan nyaman berada di kelas dan akan memberikan efek negatif bagi
kepribadian peserta didik. Oleh karena itu, memiliki kompetensi kepribadian yang baik dan
memadai sangat penting bagi guru. Berikut penjabaran kompetensi kepribadian yang harus
dimiliki oleh guru:

1. Kepribadian yang Mantap, Stabil, dan Dewasa


“Agar dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, professional dan dapat
dipertanggungjawabkan, guru harus memiliki kepribadian yang mantap, stabil dan dewasa.
Hal ini penting, karena banyak masalah pendidikan yang disebabkan oleh faktor kepribadian
guru yang kurang mantap, kurang stabil, dan kurang dewasa” (Mulyasa, 2007:121). Kondisi
kepribadian yang belum mantap sering membuat guru melakukan tindakan-tindakan yang
kurang baik, tidak profesional, tercela dan bahkan tindakan tidak senonoh sehingga
merusak citra guru. Salah satu kasus guru yang berpekribadian buruk misalnya ada guru
yang menghamili siswanya, ada guru yang melakukan pelecehan seksual kepada peserta
didiknya. Oleh karena itu diperlukan kepribdian guru yang mantap, stabil dan dewasa agar
kejadian-kejadian yang dapat merusak citra guru tidak terjadi lagi.

Ujian guru dalam membentuk kepribadian yang mantap, stabil dan dewasa adalah
emosinya. Ketika guru mendapat rangsangan yang memancing emosinya maka guru akan
mengendalikan emosinya. Namun apabila guru tidak dapat mengendalikan emosinya maka
ia tentunya akan bertindak sesuai perasaan yang ia rasakan. Tidakan baik maka akan
berdampak baik, namun ketika guru bertindak tidak baik maka akan berdampak tidak baik
pula. Misalnya ketika guru mengajar lalu ada siswa yang tidak sengaja menyinggung
perasaan guru, apabila guru tersebut tidak mampu mengendalikan emosinya lalu berkata
kasar atau bahkan bertindak kekerasan maka guru tersebut memiliki kepribadian yang
belum stabil, mantap dan dewasa.

Dalam membentuk kepribadian guru yang mantap, stabil dan dewasa pelatihan mental.
Apabila guru memiliki kepribadian yang mantap, stabil dan dewasa sehingga mampu
menjaga sikap dan perilaku serta emosinya maka peserta didik juga akan nyaman dengan
guru tersebut sehingga proses pembelajaran akan berlangsung dengan baik.

2. Kepribadian yang Disiplin, Arif, dan Berwibawa


Dalam pendidikan, untuk mendisiplinkan peserta didik maka harus dimulai dengan pribadi
guru yang disiplin, arif, dan berwibawa. Guru sebagai teladan berarti guru juga harus
memberikan contoh kedisiplinan kepada peserta didiknya agar terbentuk peserta didik yang
disiplin. Jika guru hanya menyuruh tanpa memberi contoh maka peserta didik juga tidak
akan disiplin. Kedisplinan membantu peserta didik untuk menemukan jati diri, menciptakan
suasana pembelajaran yang menyenangkan dan mencegah timbulnya masalah terkait
kedisiplinan. Oleh karena itu kedisiplinan penting bagi guru. Walaupun guru harus
mendisiplinkan peserta didiknya namun guru tidak boleh menggunakan kekerasan dalam hal
itu, guru harus mendisiplinkan peserta didiknya dengan kasih sayang. Untuk mencapai
kedisiplinan, guru harus mampu melakukan hal-hal berikut:

1. Membantu peserta didik mengembangkan pola perilaku diri sendiri


2. Membantu peserta didik meningkatkan standar perilakunya
3. Menggunakan pelaksanaan aturan sebagai alat untuk menegakkan kedisiplinan.
4. Menjadi Teladan bagi Peserta Didik
Guru adalah teladan bagi peserta didik dan orang-orang yang mengganggap ia sebagai
guru. Profesi sebagai seorang guru mengharuskan guru memiliki kepribadian yang baik
karena menjadi teladan bagi peserta didiknya. Menjadi teladan bagi orang lain bukanlah hal
yang mudah karena setiap tindakan yang guru lakukan akan dinilai dan dicontoh oleh
peserta didiknya.

Menurut Mulyasa dalam bukunya yang berjudul Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru
(2013:127), “Sebagai teladan, tentu saja pribadi dan apa yang dilakukan guru akan
mendapat sorotan peserta didik dan orang-orang di sekitar lingkungannya yang
menganggap atau mengakuinya sebagai guru. Sehubungan itu, beberapa hal di bawah ini
perlu mendapat perhatian dan bila perlu didiskusikan dengan guru:

1. Sikap dasar: postur psikologis yang akan nampak dalam masalah-masalah penting, seperti
keberhasilan, kegagalan, pembelajaran, kebenaran, hubungan antar manusia, agama, pekerjaan,
permainan dan diri.
2. Bicara dan gaya bicara: penggunaan bahasa sebagai alat berpikir.
3. Kebiasaan bekerja: gaya yang dipakai oleh seseorang dalam bekerja yang ikut mewarnai
kehidupannya.
4. Sikap melalui pengalaman dan kesalahan: pengertian hubungan antara luasnya pengalaman dan
nilai serta tidak mungkinnya mengelak dari kesalahan.
5. Pakaian: merupakan perlengkapan pribadi yang amat penting dan menampakkan ekspresi seluruh
kepribadian.
6. Hubungan kemanusiaan: diwujudkan dalam semua pergaulan manusia, intelektual, moral,
keindahan, terutama bagaimana berperilaku.
7. Proses berpikir: cara yang digunakan oleh pikiran dalam menghadapi dan memecahkan masalah.
8. Perilaku neurotis: suatu pertahanan yang dpergunakan untuk melindungi diri dan bisa juga untuk
menyakiti orang lain.
9. Selera: pilihan yang secara jelas merefleksikan nilai-nilai yang dimiliki oleh pribadi yang
bersangkutan.
10. Keputusan: keterampilan rasional dan intuitif yang dipergunakan untuk menilai setiap situasi.
11. Kesehatan: kualitas tubuh, pikiran dan semangat yang merefleksikan kekuatan, prespektif, sikap
tenang, antusias, dan semangat hidup.
12. Gaya hidup secara umum: apa yang dipercaya oleh seseorang tentang setiap aspek kehidupan dan
tindakan untuk mewujudkan kepercayaan itu.
13. Berakhlak Mulia
Guru sebagai pendidik seharusnya memiliki akhlak yang mulia. Guru sebagai pendidik tidak
hanya mengajar tetapi juga sebagai penasehat peserta didik maupun orang tua wali peserta
didik ketika mereka memiliki masalah dengan pembelajaran. Guru sebagai penasihat harus
memiliki akhlak mulia agar mampu menasihati peserta didiknya sehingga peserta didik
mampu mengambil keputusan dengan baik. Guru sebagai penasihat berarti menjadi orang
kepercayaan bagi peserta didiknya karena ketika peserta didik mempunyai masalah maka
mereka akan lari kepada guru mereka dan berusaha untuk meminta solusi.

Semakin efektif guru mampu menangani masalah yang peserta didik hadapi maka semakin
banyak kemungkinan peserta didik akan datang kepada gurunya untuk mendapatkan solusi
dari permasalahan yang mereka hadapi.
Agar guru menyadari perannya sebagai penasihat dan orang kepercayaan maka sebagai
guru harus memahami psikologi kepribadian dan ilmu kesehatan mental, dan juga akhlak
mulia. Dengan memiliki akhlak yang mulia maka guru diharapkan memiliki sikap percaya diri
dan tidak tergoyahkan agar mampu menyelesaikan setiap permasalahan peserta didik
dengan baik. Agar memiliki akhlak yang mulia maka niat guru dalam mendidik haruslah
ikhlas, tidak semata-mata untuk mencari keuntungan, tetapi untuk membentuk peserta didik
menjadi manusia yang berkualitas dan berkepribadian bagus.

 Kompetensi profesional
1. Konsep Profesional
Dalam jurnal Meningkatkan Profesionalisme Guru: Sebuah Harapan (Ali Muhson, 2004)
Profesionalisme merupakan paham yang mengajarkan bahwa setiap pekerjaan harus
dilakukan oleh orang yang profesional. Orang yang professional itu sendiri adalah orang
yang memiliki profesi. Muchtar Luthfi (1984: 44) menyebutkan bahwa seseorang disebut
memiliki profesi bila ia memenuhi kriteria sebagai berikut:

1. Profesi harus mengandung keahlian, artinya suatu profesi itu mesti ditandai oleh suatu keahlian
yang khusus untuk profesi itu. Keahlian itu diperoleh dengan cara mempelajari secara khusus
karena profesi bukanlah sebuah warisan.
2. Profesi dipilih karena panggilan hidup dan dijalani sepenuh waktu. Profesi juga dipilih karena
dirasakan sebagai kewajiban sepenuh waktu, maksudnya bukan bersifat part time.
3. Profesi memiliki teori-teori yang baku secara universal. Artinya, profesi itu dijalani menurut
aturan yang jelas, dikenal umum, teori terbuka dan secara universal pegangannya itu diakui.
4. Profesi adalah untuk masyarakat, bukan untuk diri sendiri.
5. Profesi harus dilengkapi dengan kecakapan diagnostik dan kompetensi aplikatif. Kecakapan dan
kompetensi itu diperlukan untuk meyakinkan peran profesi itu terhadap kliennya.
6. Pemegang profesi memiliki otonomi dalam melakukan tugas profesinya. Otonomi ini hanya dapat
diuji atau dinilai oleh rekan-rekannya seprofesi.
Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (2006:88) dalam buku Peningkatan
Kompetensi Guru Melalui Pelatihan dan Sumber Belajar Teori dan Praktik (Musfah, 2015:54)
kompetensi professional adalah:

“Kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam meliputi; (a)
konsep, struktur, dan metode keilmuan/teknologi/seni yang menaungi/koheren dengan
materi ajar; (b) materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah; (c) hubungan konsep antar
mata pelajaran terkait; (d) penerapan konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari; dan (e)
kompetensi secara profesional dalam konteks global dengan tetap melestarikan nilai budaya
nasional.”

1. Karakteristik Kompetensi Profesional


Menurut (Hamalik, 2009: 38) dalam bukunya Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan
Kompetensi guru adalah seseorang yang melakukan fungsinya di sekolah. Dari pengertian
tersebut terkandung suatu konsep bahwa guru professional yan bekerja melaksanakan
fungsi dan tujuan sekolah harus memiliki kompetensi-kompetensi yang dituntut agar guru
mampu melaksanakan tugasnya dengan baik. Guru dinilai professional apabila:

1. Guru tersebut mampu mengembangkan tanggungjawab dengan sebaik-baiknya.


2. Guru tersebut mampu melaksanakan peranan-peranannya secara berhasil.
3. Guru tersebut mampu bekerja dalam usaha mencapai tujuan pendidikan (tujuan instruksional)
sekolah.
4. Guru tersebut mampu melaksanakan perannya dalam proses mengajar dan belajar di kelas.
1. Upaya Meningkatkan Kompetensi Profesional
Guru sebagai pendidik harus memiliki kompetensi professional yang baik. Seorang guru
dapat mengajar, mentrasfer kebudayaan dan membentuk kepribadian peserta didik dengan
baik apabila ia memiliki kompetensi professional yang baik pula. Namun kenyataannya
masih banyak guru yang memiliki kompetensi professional yang rendah. Oleh karena itu,
untuk meningkatkan kompetensi professional guru maka perlu dilakukan beberapa upaya
yaitu:

1. Memahami tuntutan standar profesi yang ada


Memahami tuntutan standar profesi yang ada sangatlah penting bagi seorang guru. Guru
harus memahami tuntutan standar profesi yang ada karena dengan persaingan global
memungkinkan adanya mobilitas guru lintas negara dan juga harus mengikuti tuntutan
masnyarakat terhadap pendidikan yang lebih baik sehingga guru harus mampu mencapai
standar profesi yang telah ditentukan. Untuk mampu mencapai tuntutan standar profesi yang
ada maka seorang guru harus terus belajar sepanjang hayat, mengikuti perkembangan
teknologi dan mau menerima masukan dari orang lain.

1. Mencapai kualifikasi dan kompetensi yang telah dipersyaratkan


Guru akan menjadi guru yang professional apabila telah mencapai kualifikasi dan
kompetensi yang telah dipersyaratkan. Untuk mencapai kualifikasi dan kompetensi yang
telah dipersyaratkan, guru dapat mengikuti in-service training dan sertifikasi.

1. Membangun hubungan kesejawatan yang baik dan luas termasuk lewat organisasi
Untuk menjadi guru yang memiliki kompetensi pprofesional yang baik maka diperlukan
banyak pengalaman. Berbagai pengalaman dapat diperoleh guru melalui organisasi. Guru
dapat membangun jaringan dengan mitra sejawat dan saling membantu untuk
mengembangkan kompetensi diri.

1. Mengembangkan etos kerja atau budaya kerja yang mengutamakan pelayanan bermutu tinggi
kepada konstituen
Dalam era global, setiap profesi dituntut untuk memberikan hasil terbaik. Hal tersebut juga
berlaku bagi guru, guru dituntut untuk memberikan pelayanan terbaik kepada peserta didik,
orang tua, dan sekolah. Oleh karena itu, untuk memberikan hasil terbaik diperlukan
kompetensi professional yang baik pula. Untuk memberikan hasil terbaik seorang guru harus
bekerja keras dan mempertanggungjwabkan tugasnya kepada publik.

1. Mengadopsi inovasi atau mengembangkan kreativitas dalam pemanfaatan teknologi komunikasi


dan informasi
Dengan mengadopsi inovasi dan teknologi yang baru maka suasana pembelajaran menjadi
tidak membosankan. Guru dapat menggunakan teknologi baru seperti penggunaan power
point saat pembelajaran, menggunakan audio, video, audio visual maupun teknologi lainnya
sehingga mampu meningkatkan kualitas pembelajaran.

Dalam mencapai kompetensi professional maka upaya tersebut tidak akan berguna tanpa
adanya tindakan, oleh karena itu setiap guru diharapkan untuk bertindak aktif dalam upaya
pengembangan kompetensi profesionalnya.

 Kompetensi sosial
Membaca kata “sosial” membuat pikiran terarah kepada suatu hubungan. Hubungan yang
dimaksud ialah kemampuan seseorang untuk melakukan interaksi dengan orang lain
dimana hal tersebut menandakan bahwa manusia merupakan makhluk sosial yang tidak
dapat hidup sendiri. Sehingga manusia dijuluki dengan zoon politicon dimana setiap
manusia pasti membutuhkan bantuan orang lain dalam setiap kegiatan. Berkaitan dengan
pendidikan, aspek sosial ini sangat diperlukan dalam kompetensi seorang guru, karena di
era abad ke- 21 nanti guru dituntut lebih cakap dalam berkomunikasi baik dengan peserta
didik ataupun orang tua/ wali. Kemampuan berkomunikasi ini masuk dalam kompetensi guru
yaitu kompetensi sosial. Menurut Siswoyo (2013) kompetensi sosial adalah kemampuan
yang harus dimiliki oleh pendidik di sekolah untuk berkomunikasi dan berinteraki secara
efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru, orangtua/ wali peserta didik, dan
masyarakat sekitar. Kompetensi ini diukur dengan portofolio kegiatan, prestasi dan
keterlibatan dalam berbagai aktivitas. Sedangkan dalam Standar Nasional Pendidikan Pasal
28 ayat (3) butir d dikemukakan pengertian kompetensi sosial adalah kemampuan guru
sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan
peserta didik, sesama pendidik, tenaga pendidikan, orang tua/wali peserta didik, dan
masyarakat sekitar. Kompetensi sosial yang dimiliki guru minimal memiliki kemampuan
untuk,

1. Berkomunikasi secara lisan, tulisan, maupun isyarat


2. Mengoperasikan teknologi komunikasi dan informasi
3. Bergaul secara efektif dan efisien
4. Bergaul yang sesuai dengan nilai norma masyarakat
Guru merupakan tokoh dalam masyarakat yang dianggap mampu untuk melakukan banyak
hal, tokoh yang bisa dijadikan panutan, dan tokoh yang di pandang pantas untuk dicontoh.
Menurut Abduhzen dalam Mulyasa (2009: 174) mengungkapakan bahwa: Imam Al- Ghazali
menempatkan profesi guru pada posisi tertinggi dan termulia dalam berbagai tingkat
pekerjaan dalam masyarakat. Guru dalam pandangan Al- Ghazali mengemban dua misi
sekaligus, yaitu tugas keagamaan, ketika guru melakukan kebaikan dengan menyampaikan
ilmu pengetahuan kepada manusia sebagai makhluk termulia di muka bumi ini. Sedangkan
yang termulia dalam tubuh manusia adalah hatinya. Guru bekerja menyempurnakan,
membersihkan, menyucikan, dan membawakan hati itu mendekat Allah Azza wa
Jalla. Kedua tugas sosiopolitik (kekhalifahan), dimana guru membangun, memimpin, dan
menjadi teladan yang menegakan keteraturan, kerukunan, dan menjamin keberlangsungan
masyarakat, yang keduanya berujung pada pencapaian kebahagiaan akhirat. Oleh karena
itu guru harus memiliki standar kualitas pribadi tertentu, yang mencakup tanggung jawab,
wibawa, mandiri, dan disiplin.

Bicara mengenai tanggung jawab, guru harus mengetahui nilai norma yang ada dalam
masyarakat dan berperilaku sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku. Guru memiliki
tanggung jawab atas tindakan yang dilakukan baik dalam pembelajaran di sekolah maupun
dalam masyarakat. Guru memiliki wibawa yang ditunjukan ketika merealisasikan nilai – nilai
pada pribadinya serta kemampuan memahami ilmu pengetahuan sesuai dengan bidangnya
yang sesuai dengan mata pelajaran yang menjadi tanggungjawabnya. Guru juga harus
memiliki kemandirian dalam mengambil keputusan secara sepihak dalam pembelajaran dan
menentukan kompetensi, dan bertindak sesuai keadaan peserta didik dan lingkungannya.
Selain ketiga hal tersebut, masih ada satu standar kualitas yang harus dimiliki seorang guru
yaitu disiplin. Menjadi seorang guru harus mentaati tata tertib dan aturan yang berlaku
dengan konsisten, penuh kesadaran, dan profesional. Guru adalah pendidik yang mampu
mentransfer karakter. Penanaman kedisiplinan pada peserta didik adalah tanggungjawab
seorang guru. Sehingga sebelum seorang guru mendisiplinkan peserta didik, maka guru
harus mendisiplinkan dirinya sendiri.

Guru yang mempunyai kompetensi sosial, mampu melakukan komunikasi dan bergaul
secara efektif. Dalam bermasyarakat guru harus bisa berbaur dengan masyarakat melalui
kemampuan yang dimiliki seperti dalam bidang kepemudaan/organisasi, keagamaan, dan
olah raga. Keluwesan dalam bergaul dengan masayarat menjadikan guru mudah diterima
dalam masyarakat. Begitu pula dengan peserta didik dan teman sejawat. Komunikasi yang
efektif akan memudahkan seorang guru untuk bergaul dan berbaur dengan teman sejawat
dan peserta didik. Guru adalah tokoh yang selalu di awasi oleh peserta didik, teman sejawat,
dan masyarakat. Dalam saat – saat tertentu akan ada penilaian yang dilakukan dengan
membicarakan kebaikan ataupun keburukan guru, sehingga menjadi seorang guru adalah
suatu profesi yang tidak ringan. Dalam Mulyasa (2008: 176) ada tujuh kompetensi sosial
dalam berkomunikasi dan bergaul secara efektif yang harus dimiliki seorang guru sebagai
berikut;

1. Memiliki pengetahuan tentang adat istiadat baik sosial maupun agama


2. Memiliki pengetahuan tentang budaya dan tradisi
3. Memiliki pengetahuan tentang inti demokrasi
4. Memiliki pengetahuan tentang estetika
5. Memiliki apresiasi dan kesadaran ekonomi
6. Memiliki sikap yang benar terhadap pengetahuan dan pekerjaan
7. Setia terhadap harkat dan martabat manusia.
Dalam kehidupan bermasyarakat dan sekolah guru mempunyai peran yang penting dalam
menjalin hubungan antara sekolah dan masyarakat. Sehingga guru harus memiliki
kompetensi untuk melakukan beberapa hal menyangkut dalam membangun hubungan ini.
Dalam Mulyasa (2008: 181) ada beberapa hal yang dapat dilakukan seorang guru, yaitu;

1. Membantu sekolah dalam melaksanakan teknik – teknik Husemas. Husemas adalah suatu proses
komunikasi antara sekolah dengan masyarakat untuk meningkatkan pengertian masyarakat
tentang kebutuhan dan kegiatan pendidikan serta mendorong minat dan kerjasama dalam
peningkatan dan pengembangan sekolah. Dalam pelaksanaan Husemas yang menjadi pengelola
utama adalah kepala sekolah. Namun, kepala sekolah tidak bisa sendirian, dia memperlukan
bantuan dari guru – guru sekolah. Guru tertugas melaksanakan perintah dari kepala sekolah dalam
pelaksanaan Husemas ini seperi kunjungan ke rumah siswa ataupun melakukan program yang
dapat meningatkan citra sekolah dimata masyarakat.
2. Membuat dirinya lebih baik lagi dalam bermasyarakat. Guru adalah tokoh milik masyarakat.
Tingkah laku yang dilakukan guru di sekolah dan di masyarakat menjadi sesuatu yang sangat
penting. Mengingat guru merupakan tokoh masyarakat yang menjadi teladan. Dengan begitu,
guru harus memperlihatkan perilaku yang sesuai dengan nilai dan norma sehingga mereka akan
dengan mudah diterima dalam masyarakat. Dengan diterimanya keberadaan guru dalam suatu
masyarakat, maka akan berdampak pada keberadaan sekolah yang selalu di dukung oleh
masyarakat.
3. Dalam melaksanakan semua itu guru harus melaksanakan kode etiknya. Kode etik guru adalah
seperangkat aturan atau rambu – rambu yang perlu diiikuti dan tidak boleh dilanggar oleh guru.
Kode etik mengatur guru untuk berperilaku terpuji di mata masyarakat. Karena kode etik
merupakan cerminan kehendak masyarakat terhadap guru, maka menjadi suatu kewajiban guru
untuk melaksanakan atau mengikutinya.
Kompetensi sosial guru merupakan kemampuan guru untuk mendidik peserta didik untuk
menjadi bagaian dari masyarat yang berperilaku sesuai dengan nilai dan norma sehingga
peserta didik nantinya dapat diterima di dalam masyarakat. Selain itu, guru mempersiapakan
peserta didik untuk mejadi anggota masyarakat yang mampu membimbing masyarakat
dalam situasi dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam Mulyasa (2008:182) ada peran guru
di masyarakat dalam kaitanya kompetensi sosial, yaitu:

1. Guru sebagai petugas kemasyarakatan


Guru sebagai petugas kemasyarakatan bertugas membina masyarakat agar masyarakat
berpartisipasi aktif dalam pembangunan.

2. Guru di mata masyarakat


Di mata masyarakat guru manjadi seorang teladan yang seharusnya perperilaku baik.
Karena setiap gerak gerik guru akan selalu di awasi oleh masyarakat. Ketika guru
melakukan suatu kebaikan itu adalah hal biasa, namun ketika guru melakukan perilaku
menyimpang walaupun kecil itu akan sangat terlihat bahkan menjadi bahan hujatan untuk
guru. Segala sesuatu yang terjadi khususnya terhadap peserta didik, masyarakat
memandang itu tanggung jawab guru. Baik buruknya karakater peserta didik adalah hasil
didikan guru. Padahal lingkungan keseharian peserta didik tidak hanya di sekolah saja.
Sehingga guru harus mempunyai kemampuan komunikasi yang baik dan mampu bergaul
dengan masyarakat serta menjaga emosi dan perilaku yang kurang baik.

3. Tanggungjawab sosial guru


Tugas seorang guru bukan hanya memberikan pembelajaran di kelas, namun guru masih
mempunyai tugas untuk bekerja sama dengan pengelola pendidikan lain di lingkungan
masyarakat. Sehingga guru harus lebih banyak melibatkan diri dalam kegiatan luar sekolah.

Dalam Mulyasa (2008:184) UNESCO mengungkapakan bahwa guru adalah agen


perubahan yang mampu mendorong terhadap pemahaman dan toleransi, dan tidak sekedar
hanya mencerdaskan peserta didik tetapi mampu mengembangkan kepribadaian yang utuh,
berakhlak, dan berkarakter. Kecerdasan sosial yang dimiliki guru dapat ditularkan kepada
peserta didik di sekolah. Dengan penanaman kecerdasan sosial di sekolah, peserta didik
diharapakan memiliki hati nurani, rasa peduli, empati, simpati terhadap sesama. Sikap sosial
yang dimiliki peserta didik harus diimbangi dengan pegetahuan yang luas, sehingga dalam
bersosial tidak asal – asalan. Dalam mewujudakan peserta didik yang memiliki kecerdasan
sosial, ada bebrapa cara yang dapat dilakukan seorang guru yaitu berdiskusi, bermain
peran, dan kunjungan langsung ke masyarakat. Cara tersebut dapat berjalan efektif apabila
dilakukan secara berkelanjutan. Dengan kecerdasan sosial yang dimiliki peserta didik akan
menjadikan peserta didik yang peduli dengan kondisi lingkungan sekitarnya dan ikut serta
dalam memecahkan permasalahan yang terjadi dalam masyarakat.

BAB III

PENUTUP

 Kesimpulan
1. Kompetensi guru adalah seperangkat kemampuan, ketrampilan, pengetahuan, dan sikap seorang
guru yang dilakukan secara sadar untuk melakukan tugas secara nyata di lingkungan sekolah
terhadap warga sekolah dan di masyarakat terhadap warga masyarakat dengan memberikan
teladan yang baik.
2. Kompetensi pedagogik merupakan memampuan seorang guru untuk merencanakan,
melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran ditambah lagi dengan penguasaan ilmu
pengetahuan yang akan diajarkan. Dengan strategi pembelajaran yang tepat dan transfer ilmu
yang luas akan menghasilkan suasana pembelajaran yang diharapkan.
3. Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan seorang guru untuk bersikap secara profesional
dalam pembelajaran. Sikap tersebut meliputi sikap berwibawa, arif, dewasa, mantap, stabil, dan
berakhlak mulia sehingga pantas untuk dijadikan teladan.
4. Kompetensi profesional merupakan kemampuan seorang guru untuk melakasankan tugasnya
sesuai dengan peraturan dan kode etik. Kompetensi profesional hanya bisa dilakukan oleh orang
yang mempunyai profesi, sehingga guru yang profesioanal ialah guru yang menguasai materi
pembelajaran untuk ditrasfer kepada peserta didik untuk memenuhi standar kompetensi yang telah
ditetapkan.
5. Kompetensi sosial merupakan kemampuan seorang guru untuk melakukan komunikasi dan
interaksi secara efektif dan efisien kepada peserta didik, teman sejawat, orang tua/ wali peserta
didik, dan juga masyarakat sekitar. Kemampuan komunikasi dan interaksi yang baik ditambah
dengan mudahnya berbaur dengan lingkungan akan berdampak pada diterimanaya keberadaan
sekolah di lingkungan sekitarnya.

-----
KOMPETENSI GURU
A. Kompetensi Guru

1. Pengertian Kompetensi Guru

Kompetensi merupakan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang dikuasai oleh


seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya sehingga dapat melakukan aktivitas kerja otak dengan
sebaik-baiknya. Pengertian kompetensi secara bahasa adalah "kewenangan atau kekuasaan untuk
melakukan suatu hal". Sedangkan pengertian kompetensi secara istilah "segenap kemampuan yang
dimiliki oleh seseorang untuk mendidik yang di dalamnya mencakup ilmu pedagogik (ilmu mendidik,
bagaimana cara mengasuh dan membesarkan seorang anak), didaktik (pengetahuan tentang interaksi,
belajar mengajar secara umum, persiapan pembelajaran dan bernilai hasil pembelajaran), dan metodik
(pengetahuan tentang cara mengajarkan suatu bidang pengetahuan kepada anak didik)".

Kompetensi adalah suatu hal yang menggambarkan kualifikasi atau kemampuan seseorang, baik
yang kualitatif maupun yang kuantitatif. Pengertian ini mengandung makna bahwa kompetensi itu
dapat digunakan dalam dua konteks, yakni: pertama sebagai indikator kemampuan yang menunjukkan
kepada perbuatan yang diamanah. Kedua sebagai konsep yang mencakup aspek-aspek kognitif, afektif
dan perbuatan tahap-tahap pelaksanaan secara utuh.

Kompetensi dan profesional merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang guru karena
seorang guru harus memiliki keahlian di bidang mengajar yakni menguasai bahan yang akan diajarkan
siswa, profesi sebagai guru harus memiliki keahlian khusus di bidang yang menjadi tanggung jawab.

Piet A. Suhertian menyatakan: "yang dimaksud dengan kompetensi guru adalah kemampuan
dalam menguasai akademik (mata pelajaran / yang diajarkan, dan terpadu dengan kemampuan
mengajarnya sekaligus, sehingga guru itu memiliki wibawa akademis".

Kompetensi guru (teacer competency) menurut Ballow sebagaimana dikutip oleh Muhibbin Syah,
"kompetensi guru berasal dari bahasa Inggris" Teacher Competency" ialah the abilility of a teacher to
responsibly perfom his or her duties appropriately, artinya kompetensi guru merupakan kemampuan
seorang guru dalam melaksanakan kewajiban secara bertanggung jawab dan layak.

Untuk melaksanakan tugas-tugas dengan baik, guru memerlukan kemampuan. Seorang guru
harus memiliki kemampuan merencanakan pengajaran, mengelola proses belajar mengajar, dan
mengevaluasi hasil belajar. (http://shinta1792.blogspot.com/2012/06/hubungan-antara-4-
kompetensi-guru.html)

Kompetensi berasal dari bahasa Inggris, yaitu “competence”, yang berarti kecakapan, kemampuan.
Menurut Zein, kompetensi adalah kewenangan atau hak untuk menentukan atau memutuskan sesuatu
(Zein, 1996: 709). Dengan demikian tidaklah berbeda dengan kompetensi yang dikemukakan oleh
Houston dalam Bakri, mengatakan bahwa “competence ordinary is is define as adquence for a task “or
as” possessions of quins knowledge, skills and abilities” yang dapat diartikan bahwa kompetensi
sebagai suatu tugas yang memakai atau pemilikan pengetahuan, keterampilan dan kemampan yang
dituntut oleh jabatan seseorang (Bakri, 1994: 33).

Kompetensi guru dapat diartikan sebagai kemampuan dan kewenangan guru dalam menjalankan
profesinya. Guru sebagai tenaga pendidik atau pengajar merupakan salah satu faktor penentu
kesuksesan atau keberhasilan siswa. Menurut Manning dan Khaterina guru yang baik adalah guru yang
tidak hanya paham dan terampil dalam penyampaian materi, tetapi harus mampu menangani atau
mengelola proses belajar siswa (Manning dan Bucher, 2000: Vol. 77 No. 1)

Proses belajar mengajar merupakan proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan
siswa atau dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif yang mencapai tujuan
tertentu. Interaksi dalam peristiwa belajar mengajar mempunyai arti yang lebih luas, tidak sekedar
hubungan antar guru dengan siswa, tetapi berupa interaksi edukatif dalam hal ini bukan hanya
penyampaian pesan berupa pengajaran melainkan penanaman sikap dan nilai diri pada diri arah yang
sedang belajar (Usman, 1995: 4).
Banyak hal yang bisa dilakukan guru untuk bisa meningkatkan kualitas mengajarnya, beberapa
diantaranya dengan meningkatkan kegiatan belajar siswa secara aktif dalam proses pengajaran.
Disiplin waktu dalam memulai dan mengakhiri pelajaran. Selain itu hendaknya guru mampu
merencanakan program pengajaran dan secara tidak langsung mampu melaksanakannya dalam bentuk
pengolahan kegiatan belajar di kelas.

Kompetensi diartikan sebagai spesifikasi dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dimiliki
seseorang serta penerapannya di dalam pekerjaan sesuai dengan standar kinerja yang dibutuhkan oleh
lapangan. Sehingga kompetensi yang dimiliki seorang guru akan menunjukkan kualitas guru yang
sebenarnya. Kompetensi tersebut akan terwujud dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan
maupun sikap profesional dalam menjalankan fungsi sebagai guru. ( Depdiknas, 2004: 3-4)

Dalam arti umum kompetensi memiliki arti yang hampir sama dengan life skill yaitu kecakapan-
kecakapan, keterampilan untuk menyatakan, memelihara, menjaga dan mengembangkan diri.
Kecakapan dan keterampilan-keterampilan tersebut tidak sekedar berkenaan aspek fisik-biologis,
tetapi juga aspek-aspek intelektual, sosial, dan apektif. (Sukmadinata, 2005: 26)

Broke and Stone (dalam Mulyasa, 2008: 25-26) mengemukakan bahwa kompetensi guru
merupakan gambaran kualitatif tentang hakikat perilaku guru yang penuh arti. Hakikat perilaku guru
yang penuh arti ini memiliki makna keteladanan bagi peserta didik. Keteladanan seorang guru
digambarkan secara kualitatif yaitu dengan menganalisis perilaku positif guru dalam mengelola proses
belajar mengajar, keterampilan, penampilan, dan sikap profesionalnya sebagai guru.

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen,
dijelaskan bahwa: “Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang
harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas
keprofesionalan.”

Hal ini menunjukkan bahwa seorang guru atau dosen dituntut untuk memiliki seperangkat
pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh guru atau
dosen dalam melaksanakan tugasnya secara professional. Kompetensi mengacu pada kemampuan
melaksanakan sesuatu yang diperoleh melalui pendidikan, kompetensi guru menunjuk kepada
performance (perilaku nyata) dan perbuatan yang rasional (memiliki arah dan tujuan) untuk
memenuhi spesifikasi tertentu didalam pelaksanaan tugas-tugas pendidikan.

Kompetensi guru (teacher competency) merupakan kemampuan seorang guru dalam


melaksanakan kewajiban secara bertanggung jawab dan layak. (Usman, 1995: 14). Dari pendapat
tersebut dapat disimpulkan bahwa kompetensi guru merupakan kemampuan guru dalam
melaksanakan tugas-tugas sebagai pengajar yang dilakukan secara bertanggung jawab dan layak
sehingga peserta didik dapat memperoleh pembelajaran dengan sebaik-baiknya.

Kompetensi yang dimiliki oleh setiap guru akan menunjukkan kualitas guru dalam mengajar.
Kompetensi tersebut akan terwujud dalam bentuk penguasaan pengetahuan dan profesional dalam
menjalankan fungsinya sebagai guru. Kompetensi yang diperlukan oleh seseorang tersebut dapat
diperoleh baik melalui pendidikan formal maupun pengalaman.

2. Macam-Macam Kompetensi

Kompetensi guru adalah seperangkat penguasaan kemampuan yang harus ada pada diri guru agar
dapat mewujudkan kinerjanya secara tepat dan efektif. Untuk dapat menjadi guru yang memiliki
kompetensi, maka diharuskan memiliki kemampuan untuk mengembangkan empat aspek kompetensi
yang ada pada dirinya. Sebagaimana yang tercantum dalam Undang-Undang Guru dan Dosen No. 14
Tahun 2005 pasal 10 ayat 1, yaitu meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi
sosial dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.

Menurut Depdikbud (dalam Uno, 2011: 69) macam-macam kompetensi guru yang harus dimiliki
oleh tenaga guru antara lain:
a. Kompetensi Pedagogik, dalam Undang-undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen dikemukakan kompetensi pedagogik adalah “kemampuan mengelola pembelajaran peserta
didik”. Depdiknas (2004:9) menyebut kompetensi ini dengan “kompetensi pengelolaan pembelajaran.
Kompetensi ini dapat dilihat dari kemampuan merencanakan program belajar mengajar, kemampuan
melaksanakan interaksi atau mengelola proses belajar mengajar, dan kemampuan melakukan
penilaian.

Seorang guru harus memenuhi beberapa syarat dalam proses ngajar mengajar yang dibekali
dengan berbagai ilmu keguruan sebagai dasar, disertai pula seperangkat latihan keterampilan
keguruan, dan pada kondisi itu pula ia belajar memersonalisasikan beberapa sikap keguruan yang
diperlukan. Semua itu akan menyatu dalam diri seorang guru sehingga merupakan seorang
berkepribadian, sikap dan keterampilan keguruan serta pengusaaan beberapa ilmu pengetahuan yang
akan ia transformasikan pada anak didik atau siswanya, sehingga mampu membawa perubahan di
dalam tingkah laku siswa itu.

b. Kompetensi professional, artinya guru harus memiliki pengetahuan yang luas dari subject
matter (bidang studi) yang akan diajarkan serta penguasaan metodologi dalam arti memiliki konsep
teoritis mampu memilih metode dalam proses belajar mengajar.

Kemampuan profesional seorang guru adalah kemampuan yang mendukung terlaksananya tugas
seorang guru dalam mencerdaskan anak didik. Dalam kemampuan profesional tersebut, mencakup hal-
hal seperti: penguasaan mata pelajaran, pemahaman landasan dan wawasan keguruan, penguasaan
materi, pembelajaran dan evaluasi.

Guru yang berprofesionalisme tinggi, pada dasarnya profesionalisme itu merupakan motivasi
intrinsik sebagai pendorong untuk mengembangkan dirinya ke arah perwujudan professional.

PP Nomer 74 tahun 2008 menjabarkan bahwa kompetensi Profesional guru merupakan


kemampuan guru dalam menguasai pengetahuan bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni
dan budaya yang diampunya yang sekurang-kurangnya meliputi penguasaan :

1) Menguasai materi pelajaran secara luas dan mendalam sesuai dengan isi program satuan pendidikan,
mata pelajaran, dan/atau kelompok mata pelajaran yang akan diampu

2) Menguasai konsep dan metode disiplin keilmuan, teknologi, atau seni yang relevan, yang secara
konseptual menaungi atau koheren dengan program satuan pendidikan, mata pelajaran, dan/atau
kelompok mata pelajaran yang akan diampu. (Anonim. 2006. macam-macam-kompetensi-guru-
dalam-uu-no. Tidak tersedia. http://macam-macam-kompetensi-guru-dalam-uu-no.html)

c. Kompetensi personal, atinya sikap pribadi yang mantap sehingga mampu menjadi sumber intensifikasi
bagi subjek. Dalam hal ini berarti memiliki kepribadian yang pantas diteladani, mampu melaksanakan
kepemimpinan seperti yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara, yaitu “Ing Ngrasa Sung Tulada,
Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani”.

Kemampuan personal guru adalah kemampuan internal yang berhubungan dengan


kepribadiannya dalam menunjang tugas-tugas pembelajaran. Hal ini sangat berkaitan dengan
kemampuan sosial seperti diuraikan sebelumnya. Karena kepribadian sebagai cermin individu
merupakan media utama dalam melakukan komunikasi dan sosialisasi kepada masyarakat dan
terutama anak didik.

Seorang guru yang tidak memiliki kemampuam personal yang baik, maka sudah tentu kemampuan
sosialpun akan cacat, dan pada gilirannya akan mengganggu kinerja sebagai guru yang profesional,
kemampuan personal yang penting bagi guru adalah berpikir positif, bermuka manis, dan senantiasa
tersenyum, optimis, bertutur kata yang baik dan benar, berpenampilan menarik, dan memberi motivasi
dan inspirasi kepada orang lain. Sebagaimana yang tercantum dalam Undang-Undang Guru dan Dosen
No. 14 Tahun 2005 pasal 10 ayat 1, kompetensi personal adalah kemampuan kepribadian yang mantap,
berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan bagi peserta didik.

Kemampuan personal lebih menyangkut jati diri seorang guru sebagai pribadi yang baik, tanggung
jawab, terbuka, dan terus mau belajar untuk maju. Kemampuan kepribadian (personal) mencakup
kepribadian yang utuh, berbudi luhur, jujur, dewasa, peka, objektif, berwawasan luas, dapat
berkomunikasi dengan orang lain. Kemampuan mengembangkan profesi seperti berpikir kreatif, kritis,
reflektif dan mau belajar sepanjang hayat.

Guru itu bermoral dan beriman, hal ini jelas merupakan kompetensi yang sangat penting karena
salah satu tugas guru adalah membantu anak didik bertaqwa dan beriman serta menjadi anak yang
baik. Bila guru sendiri tidak beriman kepada Tuhan dan tidak bermoral, maka menjadi sulit untuk
dapat membantu anak didik beriman dan bermoral.

Guru harus mempunyai aktualisasi diri yang tinggi, Aktualisasi diri yang sangat penting adalah
sikap bertanggung jawab. Seluruh tugas pendidikan dan bantuan kepada anak didik memerlukan
tanggung jawab yang besar. Pendidikan yang menyangkut perkembangan anak didik tidak dapat
dilakukan seenaknya, tetapi perlu direncanakan/perlu dikembangkan, perlu dilakukan dengan
tanggung jawab.

Sikap mau terus mengembangkan pengetahuan. Guru bila tidak ingin ketinggalan zaman dan juga
dapat membantu anak didik terus terbuka terhadap pengetahuan, mau tidak mau harus
mengembangkan sikap ingin terus maju dengan terus belajar.

d. Kompetensi sosial, artinya guru harus menunjukkan atau mampu berinteraksi sosial, baik dengan
murid-muridnya maupun dengan sesama guru dan kepala sekolah, bahkan dengan masyarakat luas.

Kompetensi sosial seorang guru adalah kemampuan yang menunjang pelaksanaan tugasnya
sehari-hari. Hal ini karena secara fungsional tugas keguruan adalah tugas yang berhubungan dengan
manusia bukan barang atau material yang bersifat statis. Dan seorang guru juga harus mampu
menguasai kelas dan sekolah tempat ia mengajar, karena tanpa kemampuan sosial, maka efektifitas
pencapaian tujuan pendidikan yakni memanusiakan manusia akan sia-sia. Dalam kemampuan sosial
ini, mencakup hal-hal seperti: berempati kepada anak didik, beradaptasi dengan orang tua murid, turut
terlibat dalam kegiatan kemasyarakatan di lingkungan sekitar sekolah, dan menjadi teladan bagi anak-
anak serta masyarakat.

Sebagaimana yang tercantum dalam Undang-Undang Guru dan Dosen No. 14 Tahun 2005 pasal
10 ayat 1 kompetensi sosial adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara
efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga pendidikan, orang tua peserta didik dan
masyarakat sekitar.

Guru juga menjadi agen perubahan dalam masyarakat lewat dunia pendidikan dan juga gagasan.
Hal ini dapat dilakukan bila guru peka terhadap masyarakat, menjadi kritis terhadap apa yang terjadi
terlebih dalam persoalan ketidak adilan, kebenaran, hak asasi dan lain-lain. Guru lewat pembelajaran
dan sikap hidupnya dapat membantu siswa menjadi agen perubahan masyarakat, tetapi mereka sendiri
juga dapat melakukan secara aktif, terutama dalam masyarakat pedesaan dan juga masyarakat
tradisional, seorang guru begitu dihargai dan diterima masyarakat. Guru banyak ditanyai warga
masyarakat, diminta pertimbangan oleh warga, dan bahkan dijadikan panutan.

Selain itu ada beberapa macam kompetensi diantaranya yaitu:

a. Kompetensi dasar, adalah kecakapan, kebisa-an atau keterampilan-keterampilan awal dan esensial
yang harus dikuasai siswa untuk menguasai kompetensi-kompetensi yang lebih tinggi (Pengembangan
diri).

Berbicara, membaca, menulis dan berhitung permulaan di kelas satu, merupakan kompetensi
dasar bagi penguasaan kompetensi yang lebih tinggi dalam Bicalistung di kelas-kelas selanjutnya dan
Bicalistung merupakan kompetensi dasar bagi penguasaan mata-mata pelajaran IPS, Bahasa, IPA,
Matematika, dsb, di SD, SLTP, SLTA, dan perguruan tinggi.

Dalam konsep ini kompetensi dasar tidak hanya kompetensi yang harus dikuasai oleh anak untuk
belajar lebih lanjut, tetapi juga yang harus dikuasai anak, remaja, dan orang dewasa untuk eksistensi
dirinya.

b. Kompetensi umum, merupakan penguasaan kecakapan dan keterampilan dalam kehidupan, baik
dalam kehidupan keluarga, di sekolah, di masyarakat, ataupun di lingkungan kerja.
Contohnya seperti kecakapan menyebrang di tempat penyebrangan, dan mengendarai sepeda,
dsb. Dalam Era Global, penguasaan komputer, bahasa Inggris, informasi terbaru merupakan
kompetensi umum yang harus dikuasai masyarakat saat ini karena ketidaktahuan dalam penguasaan
kompetensi tersebut dapat mengakibatkan ketertinggalan.

c. Kompetensi akademik, merupakan kemampuan, kecakapan, keterampilan mengaplikasikan atau


menerapkan teori, konsep, kaidah, prinsip model di dalam kehidupan.

Kompetensi ini berkenaan dengan penerapan dan pengembangan kecakapan keterampilan


berfikir tahap tinggi yang meliputi berfikir analitis, sintesis, evaluatip, pemecahan masalah dan
kreatifitas. Tidak hanya dituntut mengetahui teori, dan konsep-konsep yang diterima dalam berbagai
bidang ilmu (IPA, IPS, Matematika, Bahasa, dsb) lebih dari itu juga harus mampu menerapkan dan
menggunakannya dalam kehidupan, mampu mencari penyebab dan memecahkan masalah yang
dihadapi, dan kalau mungkin mereka mampu menemukan hal-hal baru dengan demikian perlu
ditegaskan bahwa kompetensi akademik tidak hanya dikembangkan pada jenjang pendidikan tinggi
tetapi juga pada pendidikan menengah, bahkan pendidikan mendasar. Tentunya disesuaikan dengan
tahap perkembangan dan kemampuan para siswa pada usianya.

Pengembangan kompetensi akademik membutuhkan banyak latihan sehingga guru-guru dituntut


lebih kreatif dan inovatif menggunakan pendekatan dan metode-metode pembelajaran aplikatif.
Latihan-latihan tersebut digunakan dalam mata pelajaran yang bersifat teoritis baik di sekolah umum,
madrasah, atau sekolah kejuruan.

d. Kompetensi vokasional, merupakan kompetensi yang berkenaan dengan pengembangan kecakapan


dan keterampilan praktis dalam satu bidang pekerjaan.

Bisa berkenaan dengan penguasaan kecakapan dan keterampilan kerja pada tahap pra kejuruan,
dan tahap vokasional yang pengembangannya dilaksanakan dalam program pengajaran atau mata
pelajaran praktik, di sekolah menengah kejuruan, program diploma maupun pendidikan dan latihan.

Kompetensi vokasional yang harus dikuasai pada lulusan kejuruan, diploma dan diklat harus lah
kompetensi standar yang sesuai dengan standar kerja karena pengembangan kompetensi vokasional
diarahkan pada penguasaan kompetensi kerja, dan perkembangan tuntutan kerja yang semakin tinggi.

e. Kompetensi professional, merupakan penguasaan kecakapan kebisa-an, keterampilan akademik dan


vokasional tingkat tinggi. Kompetensi ini berkenaan dengan penguasaan kemampuan intelektual,
sosial, motorik tingkat tinggi, seperti proses berfikir abstrak, analisis-sintesis, evaluatif, pemecahan
masalah, dan kreatifitas seperti keterampilan berkomunikasi, dan memimpin, keterampilan
mengoprasikan alat berteknologi tinggi, dll. Kompetensi profesional dikembangkan melalui program-
program pendidikan profesi dan spesialisasi.(Sukmadinata, 2004: 28-31)

------*******

Sebagaimana telah dijelaskan pada posting sebelumnya bahwa


Pembelajaran abad 21 memiliki cirri yang disebut sebagai 4C, yaitu:
1) Communication
Pada karakter ini, peserta didik dituntut untuk memahami, mengelola, dan
menciptakan komunikasi yang efektif dalam berbagai bentuk dan isi
secara lisan, tulisan, dan multimedia. Peserta didik diberikan kesempatan
menggunakan kemampuannya untuk mengutarakan ide-idenya, baik itu
pada saat berdiskusi dengan teman-temannya maupun ketika
menyelesaikan masalah dari pendidiknya.

2) Collaboration
Pada karakter ini, peserta didik menunjukkan kemampuannya dalam
kerjasama berkelompok dan kepemimpinan, beradaptasi dalam berbagai
peran dan tanggungjawab, bekerja secara produktif dengan yang lain,
menempatkan empati pada tempatnya, menghormati perspektif berbeda.
Peserta didik juga menjalankan tanggungjawab pribadi dan fleksibitas
secara pribadi, pada tempat kerja, dan hubungan masyarakat,
menetapkan dan mencapai standar dan tujuan yang tinggi untuk diri
sendiri dan orang lain, memaklumi kerancuan.

3) Critical Thinking and Problem Solving


Pada karakter ini, peserta didik berusaha untuk memberikan penalaran
yang masuk akal dalam memahami dan membuat pilihan yang rumit,
memahami interkoneksi antara sistem. Peserta didik juga menggunakan
kemampuan yang dimilikinya untuk berusaha menyelesaikan
permasalahan yang dihadapinya dengan mandiri, peserta didik juga
memiliki kemampuan untuk menyusun dan mengungkapkan,
menganalisa, dan menyelesaikan masalah.

4) Creativity and Innovation


Pada karakter ini, peserta didik memiliki kemampuan untuk
mengembangkan, melaksanakan, dan menyampaikan gagasan-gagasan
baru kepada yang lain, bersikap terbuka dan responsif terhadap
perspektif baru dan berbeda.

Keterampilan abad XXI adalah keterampilan yang diperlukan untuk


menghadapi kehidupan dalam masyarakat global. Beberapa organisasi
telah mendefinisikan dan mengidentifikasi keterampilan abad XXI.
Walaupun penglasifikasian keterampilan abad XXI ini dari beberapa
organisasi berbeda, namun esensinya sama.

The Partnership for 21st Century Skills (P21, 2008) telah


mengidentifikasiKeterampilan Belajar (Kompetensi Siswa) Abad
21 yang sangat diperlukan oleh peserta didik dan lulusan untuk
berprestasi dan berkompetisi di abad XXI. Keterampilan abad XXI ini akan
dapat meningkatkan kemampuan daya jual (marketability), kemampuan
bekerja (employability), dan kesiapan menjadi warga negara (readiness
for citizenship) yang baik. Keterampilan abad XXI yang dimaksud oleh
The Partnership for 21st Century Skills (P21, 2008 ) adalah sebagai
berikut:
(1) Berpikir kritis dan membuat pertimbangan tentang melimpahnya informasi
yang muncul setiap hari apakah dalam web, di media massa, di media
elektronik, di rumah, di tempat kerja, dan di mana saja. Berpikir kritis dan
membuat pertimbangan akan membantu seseorang menilai kredibilitas,
akurasi, dan manfaat informasi, menganalisis dan menilai informasi,
membuat keputusan yang masuk akal, dan mengambil tindakan yang
bertanggung jawab.
(2) Memecahkan masalah kompleks, terbuka, dan multidisiplin bahwa semua
pekerja akan menghadapi masalah. Tantangan yang dihadapi oleh
pekerja adalah mereka tidak akan menghadapi masalah dalam format
tertutup dan juga tidak menghasilkan solusi (jawaban) tunggal, seperti
sering ditemukan dalam kebanyakan buku-buku teks, melainkan mereka
akan menghadapi masalah-masalah dalam format kompleks, tidak
terstruktur, dan memerlukan solusi ganda (jawaban lebih dari satu). Dunia
kerja mengharapkan seorang pekerja yang mampu mengidentifikasi
masalah, mencari solusi dan alternatif, dan menggali pilihan-pilihan baru
jika pendekatan yang diterapkan tidak berhasil.
(3) Kreativitas dan berpikir entreprener, yaitu sejumlah keterampilan yang
berkaitan dengan kreasi pekerjaan. Hampir semua pekerjaan
mengharapkan pekerjanya menguasai keterampilan berpikir kreatif, yaitu
kemampuan berpikir yang tidak biasa, mengajukan pertanyaan yang tidak
biasa, menghasilkan scenario yang baru, dan menghasilkan pekerjaan
yang menakjubkan. Seseorang harus mampu menciptakan pekerjaan
bagi dirinya dan orang lain dengan pola berpikir entreprener, misalnya
kemampuan mengorganisasikan dan mengambil kesempatan dan
keinginan untuk mengambil resiko dan tanggung jawab.
(4) Berkomunikasi dan berkolaborasi dalam tim yang anggotanya berasal dari
orangorang lintas budaya, geografis, dan/atau bahasa. Keterampilan ini
sangat dibutuhkan di tempat kerja dan masyarakat global. Semua orang
harus mampu berinteraksi denganorang lain secara kompeten dan saling
menghormati.
(5) Menggunakan pengetahuan, informasi, dan kesempatan secara inovatif
untuk melakukan pelayanan-pelayanan dan proses-proses baru dan
menciptakan produkproduk baru. Pasar global mengharuskan organisasi
menemukan cara-cara melakukan sesuatu dengan lebih baik secara
cepat dan rutin. Perusahaan menginginkan pekerja yang dapat
memberikan kontribusi sebesar-besarnya bagi kemajuan perusahan.
(6) Memiliki tanggung jawab finansial, kesehatan, dan warga negara dan
membuat pilihan-pilihan yang bijaksana. Setiap warga negara harus
mampu menghemat dananya untuk merencanakan perawatan
kesehatannya. Setiap orang memerlukan keterampilan ini karena pilihan-
pilihan semakin kompleks dan akibat keputusan yang salah dapat
menghasilkan sesuatu yang membahayakan.

Sementara itu, National Education Association (NEA, 2015.)


mengidentifikasi ada empat keloompok Keterampilan Belajar
(Kompetensi Siswa) Abad 21 yang tergolong keterampilan abad XXI.
Keempat kelas keterampilan tersebut adalah keterampilan berpikir kritis,
keterampilan berkomunikasi, keterampilan berkolaborasi, dan kreativitas.
Keempat kelas keterampilan ini disebut sebagai keterampilan 4Cs
(Critical thinking, Communication, Collaboration, dan Creativity). NEA
mengungkapkan bahwa pendidik harus melengkapi semua materi subjek
dengan keterampilan 4 Cs untuk menyiapkan generasi muda menjadi
warga negara yang baik dan agar berhasil bersaing di pasar kerja dalam
masyarakat global.

Keterampilan Belajar (Kompetensi Siswa) Abad 21 yang pertama


menurut NEA (NEA, 2015 ) adalah berpikir kritis. Hubungan antara
berpikir kritis dan pendidikan sangat jelas. Seseorang tidak dapat belajar
dengan baik tanpa berpikir kritis dengan baik. Berpikir kritis memberikan
sumbangan pada kesuksesan dalam studi dan karir. Keterampilan seperti
analisis, interpretasi, ketepatan dan ketelitian, pemecahan masalah, dan
penalaran lebih penting daripada hanya sekadar penguasaan konten
tertentu. Mengajar berpikir kritis dan memecahkan masalah secara efektif
di dalam kelas sangat penting bagi peserta didik. Belajar berpikir kritis
membimbing peserta didik mengembangkan keterampilan yang lain,
seperti level konsentrasi tingkat tinggi, kemampuan menganalisis dan
proses berpikir secara mendalam. Saat ini, setiap warga negara harus
menjadi seorang pemikir kritis, yaitu seorang yang mampu
membandingkan bukti, mengevaluasi klaim, dan membuat keputusan
yang masuk akal. Demikian juga dalam bekerja sehari-hari, pekerja harus
menggunakan berpikir kritis untuk memberikan pelayanan yang lebih baik
kepada pelanggan, dan mengembangkan produk-produk yang lebih baik
(NEA, n.d.).

Keterampilan Belajar (Kompetensi Siswa) Abad 21 yang kedua


menurut NEA (2015.) adalah komunikasi. Peserta didik harus dapat
menganalisis dan memproses sejumlah informasi yang jumlahnya sangat
melimpah dalam kehidupan atau pekerjaan sehari-hari. Peserta didik
harus mampu menilai sumber-sumber informasi yang kredibel dan
bagaimana sumber-sumber informasi ini dapat digunakan secara efektif?
Keterampilan Belajar (Kompetensi Siswa) Abad 21 yang ketiga
menurut NEA (2015) adalah kolaborasi. Umumnya, kolaborasi telah
diterima sebagai keterampilan yang penting untuk mencapai hasil-hasil
belajar maupun pekerjaan yang efektif dan bermakna. Pada dekade
sekarang ini, kolaborasi tidak hanya penting, tetapi juga diperlukan oleh
semua orang. Peserta didik harus mampu berkolaborasi satu sama lain
dalam masyarakat global.

Keterampilan Belajar (Kompetensi Siswa) Abad 21 (XXI) yang


keempat menurut NEA (2015) adalah kreativitas. Dunia sekarang ini dan
ke depan akan diisi oleh orang-orang yang berpikir kreatif. Oleh karena
itu, kita harus dapat menjadi seorang kreator, yaitu seorang yang empati,
pengenal pola, dan embuat makna. Setelah tamat dari institusi
pendidikan, jika lulusan tidak mampu mencipta dan berinovasi secara
kontinyu, maka mereka tidak akan siap menghadapi tantangan di dunia
kerja dan masyarakat global. Dalam dunia kompetisi global dan
automatisi tugastugas sekarang ini, kreativitas dan inovasi menjadi
kebutuhan penting bagi keberhasilan personal dan professional. Dengan
demikian, lulusan harus memiliki kreativitas dan inovasi dengan baik.

The National Research Council (dalam Lai & Viering, 2012) telah
menginisiasi topic-topik pembelajaran dan penilaian keterampilan abad
XXI. Jenis Keterampilan Belajar (Kompetensi Siswa) Abad 21 yang
diperlukan oleh peserta didik agar memiliki kesiapan dalam karir dan
mengikuti pendidikan di perguruan tinggi dan kesiapan karir adalah
1) keterampilan kognitif yang meliputi berpikir kritis, pemecahan masalah
nonrutin, dan berpikir sistem,
2) keterampilan interpersonal yang meliputi komunikasi kompleks,
keterampilan sosial, kerja tim, sensitivitas budaya, dan menerima
perbedaan,
3) keterampilan intrapersonal yang meliputi menejemen diri, menejemen
waktu, pengembangan diri, pengaturan diri, kemampuan beradaptasi,
dan fungsi eksekutif.
The Assessment and Teaching of 21st Century Skills (ATC 21) (Binkley
et al. 2010) telah menawarkan kerangka untuk mengorganisasikan
jenisKeterampilan Belajar (Kompetensi Siswa) Abad 21 yang berbeda.
Kerangka ini meliputi empat kelas keterampilan, yaitu:
1) cara berpikir, meliputi kreativitas dan inovasi, berpikir kritis, pemecahan
masalah, dan pembuatan keputusan, dan metakognisi atau belajar untuk
belajar,
2) cara bekerja, meliputi komunikasi dan kolaborasi atau kerja tim,
3) alat untuk bekerja, meliputi literasi informasi dan literasi teknologi
komunikasi dan informasi (ICT),
4) hidup di dunia, meliputi kewarganegaraan, keterampilan hidup dan karir,
dan tanggung jawab personal dan sosial.

The Educational Testing Service (ETS) (dalam Pacific Policy Research


Center, 2010) mendefinisikan Keterampilan Belajar (Kompetensi
Siswa) Abad 21 sebagai
1) kemampuan mengumpulkan dan memperoleh informasi,
2 ) mengorganisasikan dan mengelola informasi,
3) mengevaluasi kualitas, relevansi dan kegunaan informasi, dan
4) menghasilkan informasi yang akurat melalui penggunaan sumber-sumber
yang ada.
Sedangkan The North Central Regional Education Laboratory (NCREL,
2003) mengidentifikasi Keterampilan Belajar (Kompetensi Siswa)
Abad 21 yang lebih luas sebagai pencapaian belajar abad XXI melalui
literasi digital, berpikir inventif, komunikasi efektif, dan produktivitas tinggi.

Dalam kegiatan pembelajaran yang bercirikan pelaksanaan pembelajaran


abad 21, ada 3 Keterampilan Belajar (Kompetensi Siswa) Abad 21,
yaitu: 1) Life and Career Skills, 2) Learning and innovations Skills – 4Cs,
dan 3) Information, Median and Technologi Skills.

Keterampilan Belajar (Kompetensi Siswa) Abad 21

1. Life and Career Skills


Life and Career skills (keterampilan hidup dan berkarir), meliputi:
 Fleksibilitas dan adaptabilitas: Peserta didik memiliki kemampuan
mengadaptasi perubahan dan fleksibel dalam belajar dan berkegiatan
dalam kelompok
 Memiliki inisiatif dan dapat mengatur diri sendiri: Peserta didik memiliki
kemampuan mengelola tujuan dan waktu, bekerja secara independen
dan menjadi peserta didik yang dapat mengatur diri sendiri.
 Interaksi sosial dan antar-budaya: Peserta didik memiliki kemampuan
berinteraksi dan bekerja secara efektif dengan kelompok yang beragam.
 produktivitas dan akuntabilitas: Peserta didik mampu mengelola projek
dan menghasilkan produk.
 Kepemimpinan dan tanggungjawab: Peserta didik mampu memimpin
teman-temannya dan bertanggungjawab kepada masyarakat luas.

2. Learning and Innovation Skills


Learning and innovation skills (keterampilan belajar dan berinovasi)
meliputi:
 Berpikir kritis dan mengatasi masalah: peserta didik mampu mengunakan
berbagai alasan (reason) seperti induktif atau deduktif untuk berbagai
situasi; menggunaan cara berpikir sistem; membuat keputusan dan
mengatasi masalah
 Komunikasi dan kolaborasi: peserta didik mampu berkomunikasi dengan
jelas dan melakukan kolaborasi dengan anggota kelompok lainnya.
 Kreativitas dan inovasi: peserta didik mampu berpikir kreatif, bekerja secara
kreatif
3. Information Media and Technology Skills
Keterampilan teknologi dan media informasi (Information media and
technology skills), meliputi:
 Literasi informasi: peserta didik mampu mengakses informasi secara
efektif (sumber nformasi) dan efisien (waktunya); mengevaluasi informasi
yang akan digunakan secara kritis dan kompeten; mengunakan dan
mengelola informasi secara akurat dan efektf untuk mengatasi masalah.
 literasi media: peserta didik mampu memilih dan mengembangkan media
yang digunakan untuk berkomunikasi.
 Literasi ICT: peserta didik mampu menganalisis media informasi; dan
menciptakan media yang sesuai untuk melakukan komunikasi.

2. Wakil masyarakat di sekolah,


artinya guru berperan sebagai
pembawa suara dan
3. Seorang pakar dalam bidangnya,
yaitu menguasai bahan yang harus
diajarkannya.
4. Penegak disiplin, yaitu guru harus
menjaga agar para peserta didik
melaksanakan disiplin.
5. Pelaksana administrasi
pendidikan, yaitu guru bertanggung
jawab agar pendidikan dapat
6. Pemimpin generasi muda,
artinya guru bertanggung jawab
untuk mengarahkan
7. Penterjemah kepada
masyarakat, yaitu guru berperan
untuk menyampaikan berbagai
1. Pekerja sosial (social worker),
yaitu seorang yang harus
memberikan pelayanan kepada
2. Pelajar dan ilmuwan, yaitu
seorang yang harus senantiasa
belajar secara terus menerus
3. Orang tua, artinya guru adalah
wakil orang tua peserta didik bagi
setiap peserta didik di
4. Model keteladanan, artinya guru
adalah model perilaku yang harus
dicontoh oleh mpara
5. Pemberi keselamatan bagi setiap
peserta didik. Peserta didik
diharapkan akan merasa
1. Pakar psikologi pendidikan,
artinya guru merupakan seorang
yang memahami psikologi
2. Seniman dalam hubungan
antarmanusia (artist in human
relations), artinya guru adalah
3. Pembentuk kelompok (group
builder), yaitu mampu
membentuk atau menciptakan
4. Catalyc agent atau inovator, yaitu
guru merupakan orang yang yang
mampu menciptakan
5. Petugas kesehatan mental (mental
hygiene worker), artinya guru
bertanggung
profesi
perkembangan
peningkatan
guru jawab
tidak bagi
kemampuan
zaman.
larut Upaya
dalam
menekankan kepada perbaikan
prof profesional
sosial
ENDIDIKAN merupakan hal yang sangat penting dalam menciptakan peradaban di suatu
negara. Maju atau mundurnya negara ditentukan oleh kualitas pendidikan. Dalam
perkembangannya, pendidikan senantiasa mengalami perubahan. Hal ini disebabkan seiring
dengan semakin berubahnya zaman, yang ditandai dengan pesatnya kemajuan teknologi dan
informasi.
Guru merupakan elemen terpenting dalam sebuah sistem pendidikan karena itu merupakan
ujung tombak. Proses belajar siswa sangat dipengaruhi oleh kualitas pengetahuan guru.
Pernahkah kita sebagai guru membayangkan apa yang akan terjadi di abad 21?

Perkembangan pesat akan terus berlangsung, semisal perkembangan teknologi tidak akan
bisa ditolak dan dihambat, perkembangan masyarakat sosial, perkembangan ekonomi dan
perkembangan yang lainya. Pertanyaanya, kita sebagai guru, sudahkah menyiapakan peserta
didiknya untuk mengahadapi era abad 21? Atau kita berjalan lurus seperti biasa menjalankan
rutinitas?

Dalam pelatihan yang penulis ikuti di Jakarta. Ada 6 keterampilan inti yang wajib dikuasai
oleh Kepala Sekolah, Guru dan Siswa dalam menghadapi abad 21.

I k l a n

Pertama, keterampilan berpikir kritis dan mampu menyelesaikan masalah atau sering dikenal
dengan critical thinking and problem solving. Keterampilan atau kemampuan guru untuk
menciptakan anak berpikir kritis. Maksudnya berpikir kritis adalah mengaplikasikan rasional,
kegiatan berpikir yang tinggi, yang meliputi kegiatan menganalisis, mensintesis, mengenai
permasalahan dan pemecahannya, menyimpulkan seran mengevaluasi. Atau secara
singkatnya berpikir untuk menyelesaikan masalah dengan tujuan untuk menjadi lebih baik.

Lihat Juga: Pasca Lebaran, 2 Kilo Sabu Diselundupkan Lewat Bandara

Kedua, keterampilan bekerjasama dan berkomunikasi dengan baik atau sering dikenal
dengan collaboration and communication. Keterampilan ini merupakan keterampilan dalam
hal bekerjasama dan komunikasi yang baik. Maksud dari komunikasi disini adalah kita
mampu berinteraksi dengan seluruh manusia yang ada di dunia ini, karena Abad 21 tidak ada
lagi sekat negara yang memisahkan. Jadi, setiap siswa harus mampu berbahasa Internasional
dalam menghadapai Abad 21.
Ketiga, Keterampilan berpikir kreatif dan mengembangkan imajinasi atau sering dikenal
dengan creativity and imagination. Guru harus bisa memancing siswa untuk berpikir kreatif
dalam segala bidang yang ada di dunia pendidikan. Setiap siswa mempunyai kemampuan
yang berbeda-beda, guru harus mampu menumbuhkan setiap kreatifitas semua siswa. Yang
mempunyai kreatifitas dan Imaginasi tinggilah yang akan sukses dan menguasai dunia saat
ini.

Lihat Juga: Prestasi Membanggakan "Kopi Bursel" Asal KBB Yang Mendunia

Keempat, keterampilan untuk menjadi warga negara yang baik atau sering dikenal
denan citizenship. Kemajuan Teknologi dan Informasi di abad 21 akan membuat rasa
nasionalis berkurang. Oleh sebab itu, guru harus memberikan doktrin kepada siswa menjadi
warga negara yang baik, dengan cara berkontribusi membangun negara untuk ikut serta
mensejahterakan masyarakat. Jika suatu negara krisis, maka banyak masalah yang akan
muncul.
Kelima, kemampuan atau keterampilan untuk dapat memahami dan menggunakan informasi
dari berbabagai sumber untuk ditampilkan di Internet atau sering dikenal dengan digital
literacy. Berdasarkan catatan UNESCO, digital literacy merupakan kemampuan untuk
mengakses sumber berita dan mengevaluasi secara kritis dan menciptakan informasi melalui
teknologi digital. Melalui digital literacy, seseorang tidak sekedar memiliki kemampuan
untuk mengoperasikan peralatan teknologi, tapi juga harus memiliki kemampuan lain.

Lihat Juga: Sekolah Kebanjiran, UN di Aula Desa

Keenam, kompetensi atau kemampuan untuk mengembangkan potensi siswa atau sering
dikenal dengan student leadership and personal development. Guru harus mampu memahami
potensi setiap siswa dan mengembangkan potensi tersebut. Setiap anak mempunyai potensi
yang berbeda–beda, guru harus mampu meningkatkan rasa percaya diri kepada siswa dalam
mengembangkan potensinya.
Guru–guru di Indonesia pasti mampu menguasai keenam kompetensi inti dalam menghadapi
abad 21, sehingga mampu mempersiapkan generasi yang siap menghadapi era abad 21. Jika
kita tidak menyiapkan siswa dan siswi dalam menghadapai persaingan hidup di abad 21,
maka generasi kita sekarang tidak akan mampu bertahan di masa yang akan datang.***

888888
(1) Learning and Innovation Skills

Fokus pertama dari keterampilan abad 21 adalah keterampilan belajar dan berinovasi yang meliputi:
Critical thinking and problem solving/berfikir kritis dan memecahkan masalah, Communication and
collaboration/komunikasi dan kolaborasi, dan Creativity and innovation/kreativitas dan inovasi. Melalui
keterampilan berfikir kritis dan memecahkan masalah, peserta didik harus mampu:

a) reason effectively, menggunakan berbagai jenis penalaran (induktif, deduktif, dsb) yang sesuai
dengan situasi;
b) use systems thinking, menganalisis bagaimana bagian dari suatu keseluruhan berinteraksi satu
sama lain untuk menghasilkan hasil keseluruhan dalam sistem yang kompleks;

c) make judgments and decisions, mampu mensintesis dan membuat koneksi antar informasi dan
argumen, menafsirkan informasi dan menarik kesimpulan berdasarkan analisis terbaik;

d) Solve problems, menyelesaikan permasalahan pada situasi baru baik secara konvensional maupun
inovatif.

Selanjutnya, melalui keterampilan komunikasi dan kolaborasi, peserta didik harus mampu:

a) communicate clearly, pandai mengeluarkan pikiran dan idenya secara efektif menggunakan
keterampilan lisan maupun tulisan dalam berbagai konteks dan mampu berkomunikasi secara efektif
di lingkungan yang beragam;

b) collaborate with others, menunjukkan kemampuan untuk bekerja secara efektif dengan tim yang
beragam dan mampu bersikap fleksibel untuk membantu dalam pencapaian tujuan bersama.

Keterampilan ketiga adalah kreatif dan inovatif. Melalui keterampilan ini peserta didik harus mampu:

a) think creatively, membuat ide-ide baru;

b) work creatively with others, mampu menyampaikan ide-ide baru kepada orang lain dengan efektif,
bersikap terbuka dan melihat kegagalan sebagai peluang untuk belajar;

c) implement innovations, bertindak berdasarkan ide-ide kreatif untuk membuat kontribusi yang nyata
dan berguna.

Berfikir kritis dan pemecahan masalah, komunikasi dan kolaborasi serta kreativitas dan inovasi
merupakan tiga rangkaian keahlian utama yang harus dimiliki oleh peserta didik dalam belajar, bekerja
dan hidup di abad 21. Menggerakkan keterampilan belajar dan inovasi ini merupakan suatu alat
pengetahuan di masa sekarang.

(2) Information, Media, and Technology Skills

Keterampilan selanjutnya yang harus dimiliki di abad 21 adalah keterampilan teknologi, media dan
informasi. Keterampilan ini meliputi Information literacy/literasi informasi; Media literacy/literasi media;
dan Information and communication technology literacy/literasi TIK. Pada kemampuan literasi informasi
peserta didik harus mampu:

a) access and evaluate information, mampu mengakses informasi secara efektif dan efisien serta
mengevaluasi informasi secara kompeten dan kritis;

b) use and manage information, menggunakan informasi secara akurat dan kreatif.

Keterampilan kedua yang harus dimiliki pada kategori ini adalah literasi media. Di abad 21 ini, peserta
didik perlu memahami cara terbaik menerapkan sumber media yang tersedia untuk pembelajaran dan
menggunakannya untuk menciptakan komunikasi yang menarik dan efektif. Menurut Center for Media
Literacy, kemampuan literasi media memberikan “kerangka untuk mengakses, menganalisis,
mengevaluasi dan menciptakan pesan dalam berbagai bentuk, membangun pemahaman tentang
peran media dalam masyarakat serta mengembangkan keterampilan penting dari inkuiri”. Sehingga
peserta didik harus mampu:

a) Analyze media, peserta harus mampu memahami bagaimana media dibuat dan ditujukan untuk
kepentingan apa dan mampu menerapkan pemahaman mendasar tentang etika mengakses media dan
penggunaan media.
b) Create media products, memahami dengan baik bagaimana memanfaatkan media dalam berbagai
lingkungan multikultural.

Keterampilan selanjutnya adalah literasi TIK. Teknologi informasi dan komunikasi atau TIK merupakan
sarana yang penting di abad 21. Saat ini, dunia internasional telah berusaha menerapkan teknologi ke
dalam berbagai segi kehidupan termasuk dalam bidang pendidikan. Maka dari itu, agar peserta didik
mempunyai keterampilan TIK mereka harus mampu apply technology effectively, yaitu menggunakan
teknologi sebagai alat untuk meneliti, mengevaluasi dan mengkomunikasikan informasi.

(3) Life and Career Skills

Keterampilan hidup dan berkarir meliputi Flexibility and Adaptability/fleksibilitas dan adaptabilitas;
Initiative and Self-Direction/inisiatif dan pengaturan diri; Social and Cross Cultural Interaction/interaksi
sosial dan budaya; Productivity and Accountability/produktivitas dan akuntabilitas; dan Leadership and
Responsibility/kepemimpinan dan tanggung jawab.

Di era saat ini, perubahan sangat sering terjadi dan begitu besar. Kemampuan beradaptasi dan fleksibel
merupakan keterampilan yang penting untuk belajar, bekerja dan hidup berbangsa dan bernegara. Laju
cepat perubahan teknologi memaksa kita untuk beradaptasi dengan cepat terhadap cara
berkomunikasi, belajar, bekerja dan hidup. Kemampuan beradaptasi dan fleksibel dapat dipelajari
dengan cara peserta didik bekerja dalam suatu kelompok untu mengerjakan projek yang menantang.
Mereka akan saling terlibat dalam proses pemecahan masalah dan saling menyampaikan pendapatnya
untuk suatu permasalahan. Hal tersebut akan membimbing peserta didik untuk beradaptasi dan
bersikap fleksibel dalam kondisi yang baru.

Hari ini peserta didik harus mempersiapkan diri perkembangan abad 21. Peserta didik perlu
mengembangkan lagi kemampuan inisiatif dan pengaturan diri. Melalui kemampuan tersebut peserta
didik harus mampu:

a) Manage goals and time, menentukan tujuan dengan kriteria kebehasilan yang nyata, mulai dari
jangka pendek sampai jangka panjang dan mampu memanfaatkan waktu secara efisien.

b) Work independently, bekerja secara mandiri tanpa perlu harus diawasi.

c) Be self-directed learners, menanamkan dalam diri bahwa belajar sebagi proses seumur hidup.

Kemampuan untuk bekerja secara efektif dan kreatif dengan anggota tim dan teman sekelas tanpa
memandang perbedaan dalam budaya dan gaya hidup adalah keterampilan hidup abad ke 21 yang
penting. Memahami dan mengakomodasi perbedaan budaya dan sosial dan menggunakan perbedaan-
perbedaan ini untuk menghasilkan ide-ide dan solusi yang lebih kreatif untuk masalah merupakan hal
penting di abad 21. Melalui keterampilan sosial dan lintas budaya, peserta didik harus mampu:

a) Interact effectively with others, menghargai orang yang sedang berbicara atau menyampaikan
pendapat.

b) Work effectively in diverse teams, menghormati perbedaan budaya atau latar belakang dan bersikap
terbuka untuk pemikiran dan ide-ide yang berbeda.

Selanjutnya kemampuan yang harus dimiliki peserta didik di abad 21 adalah kemampuan mempimpin
dan bertanggung jawab. Melalui kemampuan ini peserta didik harus mampu:

a) Guide and lead others, menggunakan kemampuan interpersonal dan pemecahan masalah untuk
mempengaruhi dan membimbing orang lain mencapai tujuan, dan memberikan teladan yang baik untuk
orang lain.

b) Be responsible to others, bertindak secara tanggung jawab atas tugas yang diberikan.
Kecakapan hidup dan karier yang diuraikan sangat penting untuk bekerja dan belajar di abad 21.
Meskipun keterampilan ini sudah ada sejak lama, namun hal ini tetap menjadi fokus perhatian untuk
menjalani kehidupan saat ini bahkan untuk kehidupan yang akan datang.

Kecakapan-kecakapan yang harus dimiliki peserta didik menjadi tantangan tersendiri bagi guru.
Tuntutan dunia international terhadap tugas guru memasuki abad 21 tidaklah ringan. Guru diharapkan
mampu dan dapat menyelenggarakan proses pembelajaran yang bertumpu dan melaksanakan empat
pilar belajar yang dianjurkan oleh Komisi Internasional UNESCO untuk pendidikan, yaitu:

1. Learning to know (Belajar untuk Mencari Tahu)

Belajar untuk mencari tahu terkait dengan cara mendapatkan pengetahuan melalui penggunaan media
atau alat yang ada. Media bisa berupa buku, orang, internet, dan teknologi yang lainnya.

2. Learning to do (Belajar untuk Mengerjakan)

Belajar untuk melakukan atau berkarya, hal ini tidak terlepas dari belajar mengetahui karena perbuatan
tidak terlepas dari ilmu pengetahuan. Belajar untuk berkarya merupakan upaya untuk senantiasa
melakukan dan berlatih keterampilan untuk keprofesionalan dalam bekerja. Terkait dengan
pembelajaran di dalam kelas, maka belajar untuk mengerjakan ini sangat diperlukan latihan
keterampilan bagaimana peserta didik dapat menggunakan pengetahuan tentang konsep atau prinsip
mata pelajaran tertentu dalam mata pelajaran lainnya atau dalam kehidupan sehari-hari.

3. Learning to be (Belajar untuk Menjadi Pribadi)

Belajar untuk menjadi atau berkembang utuh, berkaitan dengan tuntutan kehidupan yang semakin
kompleks sehingga dibutuhkan suatu karakter pada diri sendiri. Belajar menjadi pribadi yang
berkembang secara optimal yang memiliki kesesuaian dan keseimbangan pada kepribadiannya baik
itu moral, intelektual, emosi, spiritual, maupun sosial, sehingga dalam pembelajaran guru memiliki
kewajiban untuk mengembangkan potensi sesuai dengan bakat dan minatnya agar peserta didik dapat
menentukan pilihannya.

4. Learning to live together (Belajar untuk Hidup Berdampingan)

Hal ini sangat penting karena masyarakat yang beragam, baik dilihat dari latar belakang, suku, ras,
agama atau pendidikan. Pada pembelajaran peserta didik harus memahami bahwa keberagaman
tersebut bukan untuk dibeda-bedakan, melainkan dipahami bahwa keberagaman tersebut tergabung
dalam suatu lingkungan masyarakat. Oleh karena itu, saling membantu dan menghargai satu sama lain
sangat diperlukan agar tercipta masyarakat yang tertib dan aman, sehingga individu dapat belajar dan
hidup dalam kebersamaan dan kedamaian.

Jika dicermati keempat pilar tersebut menuntut seorang guru untuk kreatif, bekerja secara tekun dan
harus mampu dan mau meningkatkan kemampuannya. Berdasarkan tuntutan tersebut seorang guru
akhirnya dituntut untuk berperan lebih aktif dan lebih kreatif. Guru tidak hanya menguasai ilmu
pengetahuan sebagai produk, tetapi terutama sebagai proses. Guru harus memahami disiplin ilmu
pengetahuan yang ia tekuni sebagai ways of knowing. Guru harus mengenal peserta didik dalam
karakteristiknya sebagai pribadi yang sedang dalam proses perkembangan, baik cara pemikirannya,
perkembangan sosial dan emosional maupun perkembangan moralnya. Guru harus memahami
pendidikan sebagai proses pembudayaan sehingga mampu memilih model belajar dan sistem evaluasi
yang memungkinkan terjadinya proses sosialisasi berbagai kemampuan, nilai, sikap dalam proses
mempelajari berbagai disiplin ilmu.

Menurut International Society for Technology in Education karakteristik keterampilan guru abad 21
dimana era informasi menjadi ciri utamanya, membagi keterampilan guru abad 21 ke dalam lima
kategori, yaitu: mampu memfasilitasi dan menginspirasi belajar dan kreatifitas peserta didik, merancang
dan mengembangkan pengalaman belajar dan penilaian era digital, menjadi model cara belajar dan
bekerja di era digital, mendorong dan menjadi model tanggung jawab dan masyarakat digital, serta
berpartisipasi dalam pengembangan dan kepemimpinan profesional.

888888
SHARE THIS POST
888888

Kenali 4 C, Empat Keterampilan Abad 21 yang Harus Dimiliki Peserta


Didik
Kehidupan abad 21 menuntut adanya keterampilan peserta didik untuk siap menghadapai
tantangan yang ada.

Keterampilan tersebut diistilahkan dengan 4 C, yang merupakan singkatan dari Critical


Thinking atau berpikir kritis, Collaboration atau kemampuan bekerja sama dengan
baik, Communication atau kemampuan berkomunikasi, dan Creativity atau kreatifitas.

1. Critical Thinking (Berpikir Kritis)


Berpikir kritis (critical thinking) merupakan kemampuan untuk memahami sebuah
masalah yang rumit, mengkoneksikan informasi satu dengan informasi lain, sehingga
akan muncul berbagai perspektif, dan menemukan solusi dari suatu permasalahan.

Critical thinking dimaknai juga sebagai kemampuan menalar, memahami dan membuat
pilihan yang rumit; memahami interkoneksi antara sistem, menyusun, mengungkapkan,
menganalisis, dan menyelesaikan masalah.

Keterampilan berpikir kritis merupakan hal yang penting untuk dimiliki peserta didik di
tengah derasnya arus informasi di era digital,

Kemampuan membedakan kebenaran dari kebohongan, fakta dari opini, atau fiksi dari
non-fiksi, merupakan salah satu modal bagi peserta didik untuk mengambil keputusan
dengan lebih bijak sepanjang hidupnya.

Selain itu, kemampuan berpikir kritis juga penting sebagai bekal peserta didik untuk
menjadi pembelajar yang baik.

2. Collaboration (Kolaborasi)
Kolaborasi adalah kemampuan untuk bekerja sama, saling bersinergi, beradaptasi dalam
berbagai peran dan tanggungjawab, bekerja secara produktif dengan yang lain,
menempatkan empati pada tempatnya, dan menghormati perspektif berbeda.

Dengan berkolaborasi, maka setiap pihak yang terlibat dapat saling mengisi kekurangan
yang lain dengan kelebihan masing-masing.

Akan tersedia lebih banyak pengetahuan dan keterampilan secara kolektif untuk
mencapai hasil yang lebih maksimal.

Teknologi yang tersedia saat ini membuat peluang peserta didik untuk berkolaborasi
terbuka lebar tanpa harus dibatasi oleh jarak.

Karena itu, anak-anak kita perlu dibekali dengan kemampuan berkolaborasi sebagai salah
satu keterampilan abad 21 yang mencakup kemamuan bekerja sama secara efektif dalam
tim yang beragam, fleksibel dan mampu berkompromi untuk mencapai tujuan bersama,
memahami tanggung jawabnya dalam tim, dan menghargai kinerja anggota tim lainnya.

3. Communication (Komunikasi)
Communication (komunikasi) adalah kegiatan mentransfer informasi, baik secara lisan
maupun tulisan. Komunikasi merupakan hal penting dalam peradaban manusia.

Tujuan utama komunikasi adalah mengirimkan pesan melalui media yang dipilih agar
dapat diterima dan dimengerti oleh penerima pesan.

Komunikasi dapat berjalan efektif jika pesan yang disampaikan oleh komunikator dapat
diterima dengan baik oleh komunikan, sehingga tidak terjadi salah persepsi.

Hadirnya gadget di era globalisasi dapat dijadikan sebagai media komunikasi yang efektif
bagi anak-anak.

Akan tetapi pengawasan, terutama dari orangtua perlu semakin ditingkatkan terhadap
pemakaian gadget sebagai media informasi bagi anak-anak mereka, agar tidak disalah
gunakan untuk hal-hal yang negatif.

Selain itu, lamanya penggunaan gadget bagi anak-anak juga perlu dibatasi agar
kompetensi sosialnya dengan teman-teman sebaya tetap terjaga.

4. Creativity (Kreativitas)
Creativity (kreatifitas) merupakan kemampuan untuk mengembangkan, melaksanakan,
dan menyampaikan gagasan-gagasan baru kepada yang lain; bersikap terbuka dan
responsif terhadap perspektif baru dan berbeda.

Kreativitas juga didefinisikan sebagai kemampuan seseorang dalam menciptakan


penggabungan baru.

Kreativitas akan sangat tergantung kepada pemikiran kreatif seseorang, yaitu proses akal
budi seseorang dalam menciptakan gagasan baru. Kreativitas yang bisa menghasilkan
penemuan-penemuan baru sering disebut sebagai inovasi.

Era teknologi ditandari dengan semakin banyak pekerjaan yang diambil alih oleh mesin
di masa depan.

Berpikir kreatif dalam menciptakan berbagai inovasi baru adalah salah satu keterampilan
abad 21 yang akan membuat seseorang mampu bertahan dan tidak tergantikan oleh robot
atau mesin di bidang pekerjaannya.

888888
Menurut Pak Wahono, abad 21 sangat memerlukan keterampilan terutama dalam hal-hal berikut :
1. Creativity and Innovation
Manusia yang akan sukses di abad 21 adalah orang-orang yang kreatif dan memiliki keberagaman
ide. Sehingga, dalam dimensi kreatif ini, gurunya pun harus kreatif. Tidak lagi hanya mengharapkan
kemampuan siswa pada level mendeskripsikan sesuatu, namun bagaimana siswa mampu
mengembangkan, melaksanakan, dan menyampaikan gagasan-gagasan baru kepada yang lain;
bersikap terbuka dan responsif terhadap perspektif baru dan berbeda.
2. Critical Thinking and Problem Solving
Yang dimaksud masalah di sini ada dua macam, masalah yang sifatnya akademis dan otentis.
Masalah akademis tentu saja masalah yang terkait pada ranah kognisi yang mereka jalani. Masalah
otentis lebih kepada masalah yang sering mereka jumpai sehari-hari di sekitar mereka. Siswa dituntut
mampu menggunakan kemampuan yang dimilikinya untuk berusaha menyelesaikan permasalahan
yang dihadapinya dengan mandiri, siswa juga memiliki kemampuan untuk menyusun dan
mengungkapkan, menganalisa, dan menyelesaikan masalah.
3. Communication
Di abad 21, siswa yang mampu bertahan adalah yang bisa berkomunikasi dengan berbagai cara,
baik tertulis maupun verbal. Siswa dituntut untuk memahami, mengelola, dan menciptakan
komunikasi yang efektif dalam berbagai bentuk dan isi secara lisan, tulisan, dan multimedia. Siswa
diberikan kesempatan menggunakan kemampuannya untuk mengutarakan ide-idenya, baik itu pada
saat berdiskusi dengan teman-temannya maupun ketika menyelesaikan masalah dari gurunya. Siswa
tidak boleh lagi anti ICT, mereka harus biasa dengan komunikasi yang bertekhnologi. Demikian juga
gurunya.
4. Collaboration
Ternyata juga, hidup di abad 21 tidak tergantung lagi pada persaingan. Justru, orang-orang sukses di
abad ini adalah orang-orang yang bisa bekerja sama atau berkolaborasi dengan berbagai
kepentingan. Siswa harus mampu kemampuannya dalam kerjasama berkelompok dan
kepemimpinan; beradaptasi dalam berbagai peran dan tanggungjawab; bekerja secara produktif
dengan yang lain; menempatkan empati pada tempatnya; menghormati perspektif berbeda. Siswa
juga menjalankan tanggung jawab pribadi dan fleksibitas secara pribadi, pada tempat kerja, dan
hubungan masyarakat; menetapkan dan mencapai standar dan tujuan yang tinggi untuk diri sendiri
dan orang lain; memaklumi kerancuan.

888888

Peraturan Menteri Negara Pedayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi


(Permennegpan dan RB) Nomor 16 Tahun 2009 Tentang Jabatan Fungsional Guru dan
Angka Kreditnya, tinggal14 bulan lebih 7 hari lagi akan diberlakukan secara efektif. Mulai
tahun 2011 ini, pelaksanaan regulasi baru tersebut sedang gencar-gencarnya disosialisasikan,
terutama di tingkat daerah. Tulisan ini dimaksudkanjuga menjadi salah satu bentuk
sosialisasi, sebagai salah satu wujud tanggungjawab penulis yang telah diberikan kesempatan
untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan menyangkut hal tersebut. Sehingga kita dapat
menempatkan sudut pandang pada posisi yang objektif dan realistis.

Dalam buku Pedoman Pelaksanaan Penilaian Kinerja Guru (PK Guru) yang diterbitkan oleh
Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Kementerian
Pendiidkan Nasional (2010), diungkapkan bahwa “Guru adalah pendidik profesional yang
mempunyai tugas, fungsi, dan peran penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa …….
Tidaklah berlebihan kalau dikatakan bahwa masa depan masyarakat, bangsa dan negara,
sebagian besar ditentukan oleh guru. Oleh sebab itu, profesi guru perlu dikembangkan secara
terus menerus dan proporsional menurut jabatan fungsional guru”.

Berangkat dari kerangka berpikir tersebut, berarti guru harus mengembangkan profesinya
secara terus menerus supaya bisa melaksanakan tugas tugas, fungsi, dan perannya secara
profesional. Strategi dan metode baru yang bisa dikembangkan dalam profesi guru, bisa
diperoleh sejalan dengan pengembangan profesi guru secara terus menerus. Pengembangan
semacam itu menjadi sangat strategis mengingat tuntutan dalam Peraturan Pemerintah (PP)
Nomor 74 Tahun 2008 Tentang Guru, yang menjelaskan bahwa “Guru wajib memiliki
Kualifikasi Akademik, kompetensi, Sertifikat Pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta
memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kompetensi Guru
meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi
profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi”. Dalam kompetensi kepribadian,
salah satunya menyangkut tentang “(m) mengembangkan diri secara mandiri dan
berkelanjutan”. Pengembangan profesi guru menjadi sangat penting artinya, sebagai mana
tercermin dari apa yang diungkapkan oleh Saud (2009)bahwa :

Untuk meningkatkan mutu pendidikan saat ini, maka profesionalisasi guru (pendidik)
merupakan suatu keharusan, terlebih lagi apabila kita melihat kondisi objektif saat ini
berkaitan dengan berbagai hal yang ditemui dalam melaksanakan pendidikan, yaitu :
(1) perkembangan Iptek, (2) persaingan global bagi lulusan pendidikan, (3) otonomi
daerah, dan (4) implementasi kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP).

Dengan demikian menjadi jelas bahwa pengembangan kemamuan guru dalam melaksanaan
tugas, fungsi dan peranannya, merupakan suatu kebutuhan yang harus diterima dan
dilaksanakan. Hal ini harus di maknai sebagai konsekwensi dari profesiyang menuntut harus
dilaksanakan secara profesional. Kebutuhan itu, menjadi semakin terasa apabila kita
menyadari keterbatasan yang ada pada diri sebagai manusia. Pengakuan diri ini diperlukan,
mengingat manusia bukan mahluk yang serba bisa, dan membutuhkan pengalaman atau
pengetahuanyang baruuntuk dapat menjadi lebih bisa, bukan untuk menjadi sempurna. Hal
ini akan menjadi lebih jelas lagi kalau kita mengkaji pengertian utuh dari Pengembangan
Keprofesian Berkelanjutan(PKB), yang terdapat dalam buku Pedoman Pengelolaan PKB
yang diterbitkan oleh Kementrian Pendidikan Nasional (2011), bahwa :

PKB adalah bentuk pembelajaran berkelanjutan bagi guru yang merupakan kendaraan
utama dalam upaya membawa perubahan yang diinginkan berkaitan dengan
keberhasilan siswa. Dengan demikian semua siswa diharapkan dapat mempunyai
pengetahuan lebih, mempunyai keterampilan lebih baik, dan menunjukkan
pemahaman yang mendalam tentang materi ajar serta mampu memperlihatkan apa
yang mereka ketahui dan mampu melakukannya. PKB mencakup berbagai cara
dan/atau pendekatan dimana guru secara berkesinambungan belajar setelah
memperoleh pendidikan dan/atau pelatihan awal sebagai guru. PKB mendorong guru
untuk memelihara dan meningkatkan standar mereka secara keseluruhan mencakup
bidang-bidang berkaitan dengan pekerjaannya sebagai profesi. Dengan demikian, guru
dapat memelihara, meningkatkan dan memperluas pengetahuan dan keterampilannya
serta membangun kualitas pribadi yang dibutuhkan di dalam kehidupan
profesionalnya.

Tantangan profesi guru dari waktu ke waktu terus bergerak secara dinamis. Untuk mampu
menghadapi dan menjawab tantangan masa depan tersebut, guru harus mampu menyesuaikan
diri. Penyesuaian diti itu, bisa dilakukan dengan melaksanakan program PKB secara
konsisten dan berkesinambungan. Apabila tidak, guru tidak akan mampu memelihara
pengetahuan dan kompetensi lainnya untuk dapat menunjang pelaksanaan tugas, fungsi dan
peranan secara profesional. Dengan sendirinya, guru seperti itu akan tergilas oleh perubahan
zaman. Itulah sebabnya dalam buku Pedoman Pengelolaan PKB yang diterbitkan oleh
Kementrian Pendidikan Nasional (2011), disebutkan bahwa program PKB “diarahkan untuk
dapat memperkecil jarak antara pengetahuan, keterampilan, kompetensi sosial dan
kepribadian yang mereka miliki sekarang dengan apa yang menjadi tuntutan ke depan
berkaitan dengan profesinya itu”. Lebih lanjut dalam buku yang sama, dijelaskan sebagai
berikut :

Kegiatan PKB ini dikembangkan atas dasar profil kinerja guru sebagai perwujudan
hasil PK Guru yang didukung dengan hasil evaluasi diri. Bagi guru-guru yang hasil
penilaian kinerjanya masih berada di bawah standar kompetensi atau dengan kata lain
berkinerja rendah, diwajibkan mengikuti program PKB yang diorientasikan untuk
mencapai standar kompetensi tersebut. Sementara bagi guru-guru yang telah mencapai
standar kompetensi, kegiatan PKB-nya diarahkan kepada peningkatan keprofesian
agar dapat memenuhi tuntutan ke depan dalam pelaksanaan tugas dan kewajibannya,
sesuai dengan kebutuhan sekolah dalam rangka memberikan layanan pembelajaran
yang berkualitas kepada peserta didik.
………..PKB diakui sebagai salah satu unsur utama selain kegiatan pembelajaran/
pembimbingan dan tugas tambahan lain yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah
yang diberikan angka kredit untuk pengembangan karir guru khususnya dalam
kenaikan pangkat/jabatan fungsional guru. Harapannya melalui kegiatan PKB akan
terwujud guru yang profesional yang bukan hanya sekedar memiliki ilmu
pengetahuan yang kuat, tuntas dan tidak setengah-setengah, tetapi tidak kalah
pentingnya juga memiliki kepribadian yang matang, kuat dan seimbang. Dengan
penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang kuat, tuntas dan tidak setengah-
setengah serta kepemilikan kepribadian yang prima, maka diharapkan guru terampil
membangkitkan minat peserta didik kepada ilmu pengetahuan dan teknologi melalui
penyajian layanan pendidikan yang bermutu. Mereka mampu membantu dan
membimbing peserta didik untuk berkembang dan mengarungi dunia ilmu
pengetahuan dan teknologi yang secara cepat berubah sebagai ciri dari masyarakat
abad 21.
Berdasarkan uraian di atas, PKB memiliki arah dan tujuan yang jelas. Tidak saja untuk
memenuhi hasrat guru dalam rangka meningkatkan karir serta pengembangan kompetensinya
yang sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan zaman, tetapi juga dapat membantu peserta
didik untuk memahami dan mendalami ilmu pengetahuan dan teknologi berdasarkan
pengetahuan dan pengalaman, strategi dan metode baru yang dimiliki oleh gurunya. Dengan
begitu, terjadi peningkatan kualitas layanan pendidikan di sekolah.madrasah dalam rangka
meningkatkan mutu pendidikan. Melalui program PKB dapat memotivasi guru untuk tetap
memiliki komitmen melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai tenaga profesional. Oleh
karena itu, guru menjadi hormat dan bangga dalam menyandang profesinya, dan dapat
mengangkat citra, harkat dan martabat profesi keguruannya.

Adapun komponen PKB yang bisa diikuti oleh guru, sebagai mana tertuang dalam buku
Pedoman Pengelolaan PKB (2011), secara singkat mencakup :

1.Pengembangan diri, yang meliputi : a) mengikuti diklat fungsional; dan b)


melaksanakan kegiatan kolektif guru.

2.Publikasi ilmiah, yang meliputi : a) membuat publikasi ilmiah atas hasil penelitian; dan
b) membuat publikasi buku.
3.Karya inovatif, yang meliputi : a) menemukan teknologi tetap guna; b)
menemukan/menciptakan karya seni; c) membuat/memodifikasi alat pelajaran; dan d)
mengikuti pengembangan penyusunan standar, pedoman, soal dan sejenisnya.

Pilihan program PKB yang akan diikuti sangat tergantung dari hasil PK Guru. Jenis program
PKB yang dilaksanakan dan dikembangkan, pada akhirnya bermuara pada peningkatan
jenjang karir guru. Oleh karena itu, guru harus mampu memahami dan melaksanakan
kesempatan (peluang) ini secara objektif dan realistis untuk meuju kederajad guru yang
profesional. Dibutuhkan pengorbanan untuk itu, mengingat pengembangan keprofesian
secara berkelanjutan merupakan hal yang tidak bisa ditawar-tawar, wajib dan menjadi
kebutuhan dalam profesi keguruan. Dengan demikian guru yang profesionalakan terampil
membangkitkan minat peserta didik kepada ilmu pengetahuan dan teknologi, serta memiliki
integritas yang tangguh untuk mampu berkompetitif dewasa ini dan di di masa depan. Oleh
karena itu, akan lahir generasi-generasi penerus bangsa yang hadal. Semoga hal ini akan
dapat terwujud demi dan untuk semua, bangsa dan Negara. Mudah-mudahan dalam waktu
yang lain, penulis dapat menyajikan bagian-bagian lain yang merupakan kelanjutan dari
materi PKB ini.

Anda mungkin juga menyukai