Anda di halaman 1dari 10

Assalamu’alaikum Wr.

Wb

Saya akan mencoba menjwab pertanyaaan Diskusi Modul 6 KB 1

Bagaimana membedakan antara pengukuran, penilaian, tes dan evaluasi? berikan contoh kasus.

1. Tes

Tes adalah suatu pertanyaan atau tugas/seperangkat tugas yang direncanakan untuk memperoleh
informasi tentang trait/atribut pendidikan atau psikologik yang setiap butir pertanyaan atau tugas
tersebut mempunyai jawaban atau ketentuan yang dianggap benar

2. Pengukuran

Pengukuran (measurement) adalah proses pemberian angka atau usaha memperoleh deskripsi
numeric dari suatu tingkatan dimana seseorang peserta didik telah mencapai karakteristik tertentu

3. Peniaian

Penilaian adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat. Penilaian untuk
memperoleh berbagai ragam informasi tentang ketercapaian kompetensi peserta didik. Proses
penilaiam ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil prestasi belajar peserta
didik.

4. Evaluasi

Evaluasi adalah kegiatan identifikasi untuk melihat apakah suatu program yang telah direncanakan
telah tercapai atau belum berharga atau tidak berharga, dan dapat pula untuk melihat tingkat efisiensi
pelaksanaannya. Evaluasi juga dapat diartikan sebagai suatu proses penilaian unruk mengambil
keputusan yang menggunakan seperangkat hasil pengukuran dan berpatokan kepada tujuan yang
telah dirumuskan.

Perbedaannya terletak pada ruang lingkup dan pelaksanaannya. Ruang lingkup penilaian lebih sempit
dan biasanya hanya terbatas pada salah satu komponen atau aspek saja, seperti prestasi belajar.
Pelaksanaan penilaian biasanya dilakukan dalam konteks internal. Ruang lingkup evaluasi lebih luas,
mencangkup semua komponen dalam suatu sistem dan dapat dilakukan tidak hanya pihak internal
tetapi juga pihak eksternal.Evaluasi dan penilaian lebih bersifat komprehensif yang meliputi
pengukuran, sedangkan tes merupakan salah satu alat (instrument) pengukuran. Pengukuran lebih
membatasi pada gambaran yang bersifat kuantitatif (angka-angka) tentang kemajuan belajar peserta
didik, sedangkan evaluasi dan penilaian lebih bersifat kualitatif. Keputusan penilaian tidak hanya
didasarkan pada hasil pengukuran, tetapi dapat pula didasarkan hasil pengamatan dan wawancara.
contoh kasus : Pak Hadi ingin mengetahui apakah peserta didiknya sudah menguasai kompetensi
dasar dalam matapelajaran Matematika. Untuk itu, Pak Hadi memberikan tes tertulis dalam bentuk
objektif pilihan ganda sebanyak 50 soal kepada peserta didiknya (artinya Pak Hadi sudah
menggunakan tes). Selanjutnya, Pak Hadi memeriksa lembar jawaban peserta didik sesuai dengan
kunci jawaban, kemudian sesuai dengan rumus tertentu dihitung skor mentahnya. Ternyata, skor
mentah yang diperoleh peserta didik sangat bervariasi, ada yang memperoleh skor 24,32,36 dan 40
dan seterusnya (sampai disini sudah terjadi pengukuran). Angka atau skor-skor tersebut tentu belum
mempunyai nilai /makna dan arti apa-apa. Untuk memperoleh nilai dan arti dari setiap skor tersebut,
Bu Nisa melakukan pengolahan skor dengan pendekatan tertentu. Hasil pengolahan dan penafsiran
dalam skala 0 – 10 menunjukkan bahwa skor 24 memperoleh nilai 5 (berarti tidak menguasai), skor
32 memperoleh nilai 7 (berarti cukup menguasai), skor 36 memperoleh nilai 8 (berarti menguasai),
dan skor 40 memperoleh nilai 9 (berarti sangat memuaskan). Sampai disini sudah terjadi proses
penilaian. Ini contoh dalam ruang lingkup penilaian hasil belajar. Jika Pak Hadi menilai seluruh
komponen pembelajaram maka berarti terjadi evaluasi.

Perbedaan antara evaluasi dengan penilaian adalah terletak apada scope (ruang lingkup) dan
pelaksanaanya. Ruang lungkup penilaian lebih sempit dan biasanya hanya terbatas pada salah atau
komponen atau asspek saja, seperti prestasi belajar peserta didik. Pelaksanaan penilaian biasanya
dilaksanakan pada konteks internal , yakni orng-orang yang menjadi bagian atau terlibat dalam sistem
pembelajaran yang bersagkutan. Misalnya, guru menilai prestasi belajar peserta didik , supervisisor
menilai kenerja guru dan sebagainya. Ruang lingkup evaluasi lebih luas mencakup semua komponen
dalam suatu sistem (sistem pendidikan, sistem kurikulum, sistem pembelajaran) dan dapat dilakukan
tidak hanya pihak internal (evaluasi internal ) tetapi juga pihak eksternal (evaluasi eksternal ) , seperti
konsultan mengevaluasi suatu program.

C. Hubungan Tes, Pengukuran, Penilaian dan Evaluasi

Kumano (2001) mengungkapkan bahwa meskipun terdapat perbedaan makna/pengertian, asesmen


dan evaluasi memiliki hubungan. Hubungan antara asesmen dan evaluasi tersebut digambarkan
sebagai berikut.
Menurut Zainul & Nasution (2001) Hubungan antara tes, pengukuran, dan evaluasi adalah sebagai
berikut. Evaluasi belajar baru dapat dilakukan dengan baik dan benar apabila menggunakan informasi
yang diperoleh melalui pengukuran yang menggunakan tes sebagai alat ukurnya. Akan tetapi tentu
saja tes hanya merupakan salah satu alat ukur yang dapat digunakan karena informasi tentang hasil
belajar tersebut dapat pula diperoleh tidak melalui tes, misalnya menggunakan alat ukur non tes
seperti observasi, skala rating, dan lain-lain.

Zainul dan Nasution (2001) menyatakan bahwa guru mengukur berbagai kemampuan siswa. Apabila
guru melangkah lebih jauh dalam menginterpretasikan skor sebagai hasil pengukuran tersebut dengan
menggunakan standar tertentu untuk menentukan nilai atas dasar pertimbangan tertentu, maka
kegiatan guru tersebut telah melangkah lebih jauh menjadi evaluasi. Untuk mengungkapkan
hubungan antara asesmen dan evaluasi, Gabel (1993) mengungkapkan bahwa evaluasi merupakan
proses pemberian penilaian terhadap data atau hasil yang diperoleh melalui asesmen. Hubungan
antara asesmen, evaluasi, pengukuran, dan testing dalam hal ini dikemukakan pada
Gambar 1.

Sementara itu Yulaelawati (2004) mengungkapkan bahwa asesmen merupakan bagian dari evaluasi.
Apabila kita membicarakan tentang evaluasi, maka asesmen sudah termasuk di dalamnya. Untuk lebih
memperjelas hubungan antara tes, pengukuran, dan evaluasi, pada Tabel 2. diberikan contoh tes, non-
tes, pengukuran, dan evaluasi dalam praktek pembelajaran sehari-hari.

Tabel 2. Contoh Hubungan antara tes, non-tes, pengukuran, dan evaluasi


Sebenarnya proses pengukuran, penilaian, evaluasi dan
pengujian merupakan suatu kegiatan atau proses yang bersifat hirarkis. Artinya kegiatan dilakukan
secara berurutan dan berjenjang yaitu dimulai dari proses pengukuran kemudian penilaian dan
terakhir evaluasi. Sedangkan proses pengujian merupakan bagian dari pengukuran yang dilanjutkan
dengan kegiatan penilaian.

Evaluasi pembelajaran adalah suatu proses atau kegiatan yang sistematis, berkelanjutan, dan
menyeluruh dalam rangka pengendalian, penjaminan, dan penetapan kualitas (nilai dan arti)
pembelajaran terhadap berbagai komponen pembelajaran berdasarkan pertimbangan dan kriteria
tertentu, sebagai bentuk pertanggungjawaban guru dalam melaksanakan pembelajaran.

Penilaian hasil belajar adalah suatu proses atau kegiatan yang sistematis, berkelanjutan, menyeluruh
dalam rangka pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menilai pencapaian proses dan hasil
belajar peserta didik.

D. Kriteria Tes, Pengukuran, Penilaian dan Evaluasi

1. Kriteria Tes yang Baik


§ Validitas (Ketepatan); Suatu alat pengukur dapat dikatakan alat pengukur yang valid apabila alat
pengukur tersebut dapat mengukur apa yang hendak diukur secara tepat.

§ Reliabilitas merujuk pada konsistensi skor yang dicapai oleh orang yang sama ketika diuji ulang
dengan tes yang sama pada kesepatan yang berbeda, atau dengan seperangkat butir-butir ekuivalen
yang berbeda, atau pada kondisi pengujian yang berbeda

§ Objektivitas; Suatu tes dikatakan obyektif jika tes tersebut diajukan kepada beberapa penilai, tetapi
memberikan skor yang sama, untuk disiapkan kunci jawaban (scorring key).

§ Memiliki discrimination power (daya pembeda); Tes yang dikatakan baik apabila mampu
membedakan anak yang pandai dan anak yang bodoh.

§ Mencakup ruang lingkup (scope) yang sangat luas dan menyeluruh; Tes yang baik harus memiliki
komphrehensi veenes, ini akan menyisihkan siswa yang berspekulasi dalam menempuh tes.

v Praktis; mencakup :

o Mudah dipakai/ diperiksa

o Hemat biaya

o Mudah diadministrasikan

o Tidak menyulitkan guru dan sekolah.

2. Kriteria Pengukuran

· Pengukuran harus jelas parameternya.

· Memiliki sasaran yang terukur

· Mudah dipahami cara pengkurannya.

· Dapat diukur setiap waktu dan simple.

3. Kriteria Penilaian
· Penilaian dilakuakn selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung

· Aspek yang diukur adalah keterampilan dan performasi, bukan mengingat fakta apakah peserta didik
belajar? Atau apa yang sudah diketahui peserta didik?

· Penilaian dilakukan secara berkelanjutan, yaitudilakukan dalam beberapa tahapan dan periodik,
sesuai dengan tahapan waktu dan bahasanya, baik dalam bentuk formatif maupun sumatif.

· Penilaian dilakukan secara integral, yaitu menilai berbagai aspek pengetahuan, sikap, dan
keterampilan peserta didik sebagai satu kesatuan utuh.

· Hasil penilain digunakan sebagai feedback, yaitu untuk keperluan pengayaan (enrichment) standart
minimal telah tercapai atau mengulang (remedial) jika standart minimal belum tercapai.

4. Kriteria Evaluasi

1. Evaluasi adalah suatu proses bukan suatu hasil ( produk ). Hasil yang diperoleh dari kegiatan
evaluasi adalah kualitas sesuatu, baik yang menyangkut tentang nilai atau arti, sedangkan kegiatan
untuk sampai pada pemberian nilai dan arti itu adalah evaluasi. Membahas tentang evaluasi berarti
mempelajari bagaimana proses pemberian pertimbangan mengenai kualitas sesuatu.

2. Tujuan evaluasi adalah untuk menentukan kualitas sesuatu, terutama yang berkenaan dengan
“nilai dan arti”.

3. Dalam proses evaluasi harus ada pemberian pertimbangan ( judgement ) yang merupakan
konsep dasar dari evaluasi. Melalui pertimbangan inilah ditentukan nilai dan arti / makna dari sesuatu
yang dievaluasi.

4. Pemberian pertimbangan tentang nilai dan arti haruslah berdasarkan kriteria tertentu. Tanpa
kriteria yang jelas, pertimbangan nilai dan arti yang diberikan bukanlah suatu proses yang dapat
diklasifikasikan sebagai evaluasi. Kriteria ini penting dibuat oleh evaluator dengan pertimbangan:

· Hasil evaluasi dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

· Evaluator lebih percaya diri.

· Menghindari adanya unsur subjektivitas.

· Memungkinkan hasil evaluasi akan sama, sekalipun dilakukan pada waktu dan orang yang
berbeda.
· Memberikan kemudahan bagi evaluator dalam melakukan penafsiran hasil evaluasi.

. Perbedaan Evaluasi, Penilaian dan Pengukuran


Berdasarkan pengertian di atas penulis menyimpulkan bahwa penilaian adalah suatu proses untuk
mengambil keputusan dengan menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil
belajar baik yang menggunakan tes maupun nontes.
Pengukuran adalah membandingkan hasil tes dengan standar yang ditetapkan. Pengukuran bersifat
kuantitatif. Sedangkan menilai adalah kegiatan mengukur dan mengadakan estimasi terhadap hasil
pengukuran atau membanding-bandingkan dan tidak sampai ke taraf pengambilan keputusan.
Sebelum melanjutkan pembicaraan tentang evaluasi secara lebih luas dan mendalam, terlebih dahulu
dipahami bahwa praktek acapkali terjadi kerancuan dalam penggunaan istilah “evaluasi”, “penilaian”
dan “pengukuran”.
Mengukur pada hakikatnya adalah membandingkan sesuatu dengan atau atas dasar ukuran tertentu.
Misalnya mengukur suhu badan dengan ukuran berupa thermometer: hasilnya: 360 celcius, 380
celcius, 390 celcius dan seterusnya. Pengukuran yang bersifat kuantitatif itu, dapat dibedakan menjadi
tiga macam, yaitu :
a. Pengukuran yang dilakukan untuk menguji sesuatu; misalnya ; pengukuran yang dilakukan oleh
penjahit pakaian mengenai panjang lengan, panjang kaki, lebar bahu, ukuran pinggan dan sebagainya.
b. Pengukuran yang dilakukan untuk menguji sesuatu : misalnya ; pengukuran untuk menguji daya
tahan per baja terhadap tekanan berat, pengukuran untuk menguji daya tahan lampu pijar, dan
sebagainya.
c. Pengukuran untuk menilai, yang dilakukan dengan jalan menguji sesuatu ; misalnya : mengukur
kemajuan belajar peserta didik dalam rangka mengisi nilai rapor yang dilakukan dengan menguji
mereka dalam bentuk tes hasil belajar. Pengukuran jenis ketiga inilah yang biasa dikenal dalam dunia
pendidkan.

Penilaian” berarti menilai sesuatu. Sedangkan menilai itu mengandung arti : mengambil keputusan
terhadap sesuatu dengan mendasarkan diri atau berpegang teguh pada ukuran baik atau buruk, sehat
atau sakit, pandai atau bodoh dan sebagainya. Jadi penilaian itu sifatnya adalah kualitatif. Dalam
contoh di atas tadi, seseorang yang suhu badannya 36°Celcius termasuk orang yang normal
kesehatannya, dengan demikian orang tersebut dapat ditentukan sehat badannya. Dari 100 butir soal,
80 butir dijawab dengan betul oleh Ahmad; dengan demikan dapat ditentukan Ahmad termasuk anak
yang pandai. Sedangkan “Evaluasi” adalah mencangkup kegiatan yang telah dikemukakan terdahulu,
yaitu mencangkup “pengkuran” dan “penilaian”. Evaluasi adalah kegiatan atau proses untuk menilai
sesuatu.
Karena banyak kritik yang tajam dari masyarakat terhadap tes hasil pendidikan, maka para pendidik
harus dapat melakukan tes dengan penuh tanggung jawab. Untuk itu perlu ditegaskan beberapa etika
tes, yang membedakan tes yang etik dan tindakan yang tidak etik dalam pelaksanaan tes secara
professional.
a) Praktek tes hasil belajar yang etik terutama mencangkup empat hal utama : kerahasiaan hasil tes.
Setiap pendidik dan pengajar wajib melindungi kerahasiakan hasil tes, baik secara hasil individual
maupun secara kelompok. Hasil tes hanya dapat disampaikan kepada orang lain bila
b) ada izin dari peserta didik yang bersangkutan atau orang yang bertanggung jawab terhadap peserta
didik (bagi peserta didik yang belum dewasa). Jadi dengan demikian praktek menempelkan hasil tes
di papan pengumuman dengan identitas jelas peserta tes, merupakan pelanggaran terhadap etika ini
c) Ada tanda-tanda yang jelas terhadap hasil tes tersebut menunjukan gejala yang membahayakan
dirinya atau membahayakan kepentingan orang lain.
d) Bila penyampaian hasil tes tersebut kepada orang lain jelas-jelas menguntungkan peserta tes.

Penilaian otentik adalah sebagai bentuk penilaian yang nyata, benar-benar adanya, dan semua orang
mengatakan membenarkannya. Penilaian otentik dewasa ini banyak dibicarakan di dunia pendidikan
karena model ini direkomendasikan, atau bahkan harus ditekankan, penggunaannya dalam kegiatan
menilai hasil belajar pembelajar. Ada dua isu utama yang perlu diperhatikan di dalam memaknai
penilaian otentik yakni: sesuatu yang diduga sebagai nyata dan sesuatu yang diduga sebagai nyata
terhadap sesuatu untuk dilakukan atau diwujudkan. Pada isu yang terakhir ini, sesuatu yang diduga
sebagai nyata terhadap sesuatu untuk dilakukan atau diwujudkan, ada tiga cara pandang (perspektif)
dalam memaknainya lebih lanjut:

Penilaian autentik lebih menuntut pembelajar mendemonstrasikan pengetahuan, keterampilan, dan


strategi dengan mengkreasikan jawaban atau produk. Siswa tidak sekedar diminta merespon jawaban
seperti dalam tes tradisional, melainkan dituntut untuk mampu mengkreasikan dan menghasilkan
jawaban yang dilatarbelakangi oleh pengetahuan teoretis.

Penilaian otentik adalah proses pengumpulan informasi oleh guru tentang perkembangan dan
pencapaian pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik melalui berbagai teknik yang mampu
mengungkapkan, membuktikan atau menunjukkan secara tepat bahwa tujuan pembelajaran telah
benar-benar dikuasai dan dicapai.[5]

Anda mungkin juga menyukai