Anda di halaman 1dari 20

BAB II

KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

A. Kajian Teori

1. Hakikat Guru

Guru adalah manusia yang memiliki kepribadian sebagai individu.

Kepribadian guru, seperti halnya kepribadian individu pada umumnya terdiri

atas aspek jasmaniah, intelektual, sosial, emosional, dan moral. Seluruh aspek

kepribadian tersebut terintegrasi membentuk satu yang utuh, yang memiliki

ciri-ciri yang khas. Integritas dan kekhasan ciri-ciri individu terbentuk

sepanjang perkembangan hidupnya, yang merupakan hasil perpaduan dari

ciri-ciri dan kemampuan bawaan dengan perolehan dari lingkungan dan

pengalaman hidupnya.

Menurut Djamarah (2005: 31) guru adalah orang yang memberikan

ilmu pengetahuan kepada anak didik. Guru dalam pandangan masyarakat

adalah orang yang melaksanakan pendidikan di tempat-tempat tertentu, tidak

mesti di lembaga pendidikan formal, tetapi bisa di mana saja. Guru memang

menempati kedudukan yang terhormat di masyarakat. Kewibawaanlah yang

menyebabkan guru dihormati, sehingga masyarakat tidak meragukan figur

guru. Masyarakat yakin bahwa gurulah yang dapat mendidik anak didik

mereka agar menjadi orang yang berkepribadian mulia. Guru mempunyai

tanggung jawab mencerdaskan kehidupan anak didik. Pribadi susila yang

cakap adalah yang diharapkan ada pada diri setiap anak didik. Untuk itulah

guru dengan penuh dedikasi dan loyalitas berusaha membimbing dan

7
8

membina anak didik agar di masa mendatang menjadi orang yang berguna

bagi nusa dan bangsa.

2. Hakikat Kompetensi Guru

Kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan, dan nilai-

nilai dasar yang direflesikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Dengan

demikian, kompetensi yang dimiliki oleh setiap guru akan menunjukkan

kualitas guru yang sebenarnya. Kompetensi tersebut akan terwujud dalam

bentuk penguasaan pengetahuan dari perbuatan secara profesional dalam

menjalankan fungsi sebagai guru. Guru adalah orang yang memberikan ilmu

pengetahuan kepada anak didik. Sedangkan guru dalam pandangan

masyarakat adalah orang yang melaksanakan pendidikan di tempat-tempat

tertentu, tidak mesti di lembaga pendidikan formal (Djamarah, 2006: 31).

Berdasarkan pengertian tersebut, maka Standar Kompetensi Guru adalah

suatu ukuran yang ditetapkan atau dipersyaratkan dalam bentuk penguasaan

pengetahuan dan perilaku perbuatan bagi seorang guru agar berkelayakan

untuk menduduki jabatan fungsional sesuai bidang tugas, kualifikasi, dan

jenjang pendidikan.

Beberapa pendapat tentang kompetensi yang dikemukakan oleh

Mulyasa (2008: 25) antara lain: (1) Broke and Stone mengemukakan bahwa

”kompetensi guru merupakan gambaran kualitatif tentang hakikat perilaku

guru yang penuh arti”, dan (2) Charles mengemukakan bahwa ”kompetensi

merupakan perilaku yang rasional untuk mencapai tujuan yang

dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan.


9

Sarimaya (2008: 17) mengemukakan kompetensi guru merupakan

seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki,

dihayati, dikuasai, dan diwujudkan oleh guru dalam melaksanakan tugas

keprofesionalnya. Ditampilkan melalui unjuk kerja. Kompetensi guru dapat

dimaknai sebagai kebulatan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang

berwujud tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab dalam melaksanakan

tugas sebagai agen pembelajaran. Kompetensi guru menurut Sarimaya (2008:

17) menyatakan bahwa: “kompetensi guru meliputi kompetensi kepribadian,

kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial”. Jenis

kompetensi guru beserta subkompetensi dan indikator adalah sebagai

berikut:

1. Kompetensi kepribadian

Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personil yang

mencerminkan kepribadian yang mantap dan stabil, dewasa, arif,

berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia.

Secara rinci subkompetensi dan indikator dapat dijabarkan sebagai

berikut:

a. Mantap dan stabil, dengan indikator bertindak sesuai dengan norma

hukum, bertindak sesuai dengan norma sosial, bangga sebagai guru,

dan memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai dengan norma.

b. Dewasa, memiliki indikator: menampilkan kemandirian dalam

bertindak sebagai pendidik dan memiliki etos kerja sebagai guru.


10

c. Arif, memiliki indikator: menampilkan tindakan yang berdasarkan

pada kemanfaatan peserta didik, sekolah, dan masyarakat serta

menunjukkan keterbukaan dalam berpikir dan bertindak.

d. Berwibawa, memiliki indikator: berperilaku yang berpengaruh

terhadap peserta didik dan memiliki perilaku yang disegani.

e. Akhlak mulia dan dapat menjadi teladan, dengan indikator: bertindak

sesuai dengan norma religius (iman dan taqwa, jujur, ikhlas, suka

menolong), dan memiliki perilaku yang diteladani peserta didik.

f. Evaluasi diri dan pengembangan diri, memiliki indikator esensial,

memiliki kemampuan untuk berintrospeksi, dan mampu

mengembangkan potensi diri secara optimal.

2. Kompetensi pedagogik

Kompetensi pedagogik merupakan pemahaman terhadap peserta

didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

Kompetensi pedagogik dapat dirinci dalam beberapa subkompetensi

sebagai berikut:

a. Memahami peserta didik secara mendalam, dengan indikator:

memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip

perkembangan kognitif, memahami peserta didik dengan

memanfaatkan prinsip-prinsip kepribadian, dan mengidentifikasi

bekal ajar awal peserta didik.

b. Merancang pembelajaran termasuk memahami landasan pendidikan

untuk kepentingan pembelajaran, memiliki indikator memahami


11

landasan kepribadian, menerapkan teori belajar dan pembelajaran,

menentukan strategi pembelajaran berdasarkan karakteristik peserta

didik, kompetensi yang ingin dicapai, dan materi ajar, serta menyusun

rancangan pembelajaran berdasarkan strategi yang dipilih.

c. Melaksanakan pembelajaran dengan indikator menata latar (setting)

pembelajaran, dan melaksanakan pembelajaran yang kondusif.

d. Merancang dan melaksanakan evaluasi pembelajaran dengan

indikator: merancang dan melaksanakan evaluasi (assessment) proses

dan hasil belajar secara berkesinambungan dengan berbagai metode,

menganalisis hasil evaluasi proses dan hasil belajar untuk menentukan

tingkat ketuntasan belajar (mastery learnings), dan memanfaatkan

hasil penilaian belajar untuk perbaikan kualitas program pembelajaran

secara umum.

e. Mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai

potensi dengan indikator: memfasilitasi peserta didik untuk

pengembangan berbagai potensi akademik dan non akademik.

3. Kompetensi profesional

Kompetensi profesional merupakan penguasaan materi

pembelajaran secara luas dan mendalam yang mencakup penguasaan

materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dengan subkompetensi dan

indikator sebagai berikut:

a. Menguasai subtansi keilmuan yang terkait dengan bidang studi

dengan indikator: memahami materi ajar yang ada dalam kurikulum


12

sekolah, memahami struktur, konsep dan metode keilmuan yang

menaungi atau koheren dengan materi ajar, memahami hubungan

konsep antar mata pelajaran terkait, dan menerapkan konsep-konsep

keilmuan dalam kehidupan sehari-hari.

b. Menguasai struktur dan metode keilmuan dengan indikator:

menguasai langkah-langkah penelitian, dan kajian kritis untuk

memperdalam pengetahuan/ materi bidang studi secara profesional

dalam konteks global.

4. Kompetensi sosial

Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru untuk

berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama

pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan

masyarakat sekitar. Subkompetensi dan indikator sebagai berikut:

a. Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta

didik, dengan indikator: berkomunikasi secara efektif dengan peserta

didik.

b. Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan sesama

pendidik dan tenaga kependidikan.

c. Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan orang tua/

wali peserta didik dan masyarakat sekitar.

Guru yang kompetensi secara singkat memiliki beberapa karakter.

Hanson and Eller (1999: 11) mengemukakan secara spesifik tentang karakter

dari beberapa guru yaitu:


13

1. The effective teacher plays a central, dominan role in the classroom but

involves students in planning and organization. (Guru yang efektif

memainkan peran yang utama, dominan dalam kelas tetapi tetap

mengikutsertakan siswa dalam perencanaan dan organisasi).

2. Successful teachers set high goals and communicate these goals to

students (Guru sukses merencanakan tujuan yang tinggi dan

memberitahukan tujuan tersebut kepada siswa).

3. Effective teachers work mostly with the entire class and less often with

smaal groups, sometimes providing independent work (Guru yang efektif,

bekerja dengan seluruh kelas atau setidaknya dengan kelompok kecil dan

kadang- kadang memberikan tugas bebas).

4. Effective teachers maintain a brisk lesson pace, requiring public and

overt student participation (Guru yang efektif mempertahankan langkah

pelajaran, memerlukan partisipasi publik dan siswa).

5. Effective teachers use little criticism, shape student responses so that

they are correct, hold students responsible for their work and attend to

students equitably (Guru yang efektif menggunakan sedikit kritik,

mempertajam respon siswa sehingga mereka dapat membenarkan sendiri,

memberikan siswa tanggungjawab terhadap tugas, dan memberikan apa

yang cocok untuk siswa).

6. Effective teachers set and maintain clear rules for students academic

and social behavior (Rangkaian guru efektif dan memeprtahankan

peraturan yang jelas untuk akademik siswa dan kebiasaan sosial)


14

3. Hakikat Pembinaan

Pembinaan adalah suatu proses yang berkesinambungan dan tidak ada

rencana pembinaan bersifat final, tetapi selalu merupakan bahan untuk

diadakan perbaikan. Oleh karena itu pembinaan bukan merupakan hasil

daripada proses Silabus, tetapi hanya sebagai laporan sementara (interview

report). Hasil pembinaan adalah spesifikasi dari tujuan-tujuan/ sasaran-

sasaran target dari Silabus yang ditentukan dengan apa yang ingin dicapai,

dan bagaimana mencapainya. Pada suatu deretan, fakta-fakta dan pandangan

untuk waktu yang akan datang, maka harus menyimpulkan apa yang akan

mempengaruhi tujuan dari kegiatan tersebut “hasil yang akan dicapai”.

Menurut Moekijat (2008: 20) mengemukakan pengertian pembinaan

yang menunjuk pada, setiap usaha untuk memperbaiki pelaksanaan pekerjaan

yang sekarang maupun yang akan datang, dengan memberikan informasi dan

mempengaruhi sikap. Sikap yang dimaksudkan adalah perubahan positif

yang lebih bersifat meningkatkan pengetahuan, wawasan, keterampilan dan

kecakapan. Menurut Sutisna (2009: 13) mengemukakan konsep pembinaan

secara spesifik yakni, konsep pembinaan personil bahwa pembinaan personil

adalah proses perbaikan prestasi (performa) personel melalui pendekatan-

pendekatan yang menekankan realisasi diri, pertumbuhan diri dan

perkembangan diri. Pembinaan meliputi kegiatan-kegiatan yang diarahkan

kepada perbaikan dan pertumbuhan kesanggupan, sikap, keterampilan dan

pengetahuan dari pada anggota organisasi.


15

Konsep pembinaan personil di lingkungan pendidikan dapat diartikan

sebagai berikut.

1. Perhatian-perhatian terhadap kegiatan-kegiatan yang direncanakan oleh

lembaga pendidikan untuk memperlancar pembinaan sifatnya.

2. Pembinaan itu disediakan bagi semua personil yang tertera dalam daftar

gaji.

3. Pembinaan personil diajukan guna memenuhi dua macam harapan yakni,

kontribusi individu yang dituntut oleh sistem sekolah dan imbalan

material serta emosional yang dituntut para individu dari sistem tersebut.

4. Pembinaan dipandang sebagai kegiatan meningkatkan kemampuan

individu agar lebih bertanggung jawab di dalam sistem.

Langkah-langkah dalam pembinaan kemampuan guru adalah sebagai

berikut.

1. Menciptakan Hubungan yang Harmonis

Langkah pertama dalam pembinaan keterampilan pembelajaran

guru adalah menciptakan hubungan yang harmonis antara pengawas dan

guru, serta semua pihak yang terkait dengan program pembinaan

keterampilan pembelajaran guru. Dalam upaya melaksanakan Pembinaan

akademik memang diperlukan kejelasan informasi antar personil yang

terkait. Tanpa kejelasan informasi, guru akan kebingungan, tidak tahu

yang diharapkan kepala sekolah, dan meyakini bahwa tujuan pokok

dalam pengukuran kemampuan guru, sebagai langkah awal setiap

pembinaan keterampilan pembelajaran melalui Pembinaan akademik,


16

adalah hanya untuk mengidentifikasi guru yang baik dan yang kurang

terampil dalam mengajar. Padahal seandainya ada kejelasan informasi,

tentu tidak akan terjadi guru yang demikian.

Komunikasi antara kepala sekolah dan guru dikatakan efektif

apabila guru benar-benar menerima Pembinaan akademik sebagai upaya

pembinaan kemampuannya. Dalam upaya ini, diperlukan kejelasan

informasi mengenai hakikat dan tujuan Pembinaan akademik. Dalam

upaya memperjelas program Pembinaan akademik, tentu diperlukan suatu

cara dan prinsip-prinsip tertentu dalam berkomunikasi. Bagaimanakah

berkomunikasi secara efektif. Ada sejumlah prinsip komunikasi yang

harus diterapkan oleh kepala sekolah, sebagaimana dikemukakan oleh

Marks, Stoops dan Stoops sebagai berikut.

a. Berbicaralah sebijaksana dan sebaik mungkin

b. Ikutilah pembicaraan orang lain secara saksama

c. Ciptakan hubungan interpersonal antar personil

d. Berpikirlah sebelum berbicara.

e. Ikutilah norma-norma yang berlaku pada latar sekolah

f. Usahakanlah untuk memahami pendapat orang lain

g. Konsentrasikan pada pesanmu bukan pada dirimu sendiri

h. Persingkat pembicaraan

i. Ciptakan ketidaksanggupan

j. Bersemangatlah

k. Raihlah sikap orang lain untuk membangun program


17

l. Berkomunikasilah dengan eye communication

m. Selalu mencoba

n. Jadilah pendengar yang baik

o. Ketahuilah kapan sebaiknya berhenti berkomunikasi

2. Analisis Kebutuhan

Sebagai langkah kedua dalam pembinaan keterampilan pengajaran

guru adalah analisis kebutuhan (needs assessment). Secara hakiki, analisis

kebutuhan merupakan upaya menentukan perbedaan antara pengetahuan,

keterampilan dan sikap yang dipersyaratkan dan yang secara nyata

dimiliki. Prinsip Pembinaan pengajaran yang ketujuh adalah obyektif,

artinya dalam penyusunan program Pembinaan pengajaran harus

didasarkan pada kebutuhan nyata pengembangan profesionali guru.

Dalam upaya memenuhi prinsip ini diperlukan program Pembinaan

pengajaran harus didasarkan pada kebutuhan nyata pengembangan

profesional guru. Dalam upaya memenuhi prinsip ini diperlukan analisis

kebutuhan tentang keterampilan pengajaran guru yang harus

dikembangkan melalui Pembinaan pengajaran. Adapun langkah-langkah

menganalisis kebutuhan sebagai berikut.

a. Mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan atau masalah-masalah

pendidikan perbedaan (gap) apa saja yang ada antara pengetahuan,

keterampilan, dan sikap yang nyata dimiliki guru dan yang

seharusnya dimiliki guru.

b. Mengidentifikasi lingkungan dan hambatan-hambatannya.


18

c. Menetapkan tujuan umum jangka panjang.

d. Mengidentifikasi tugas-tugas manajemen yang dibutuhkan fase ini,

seperti keuangan, sumber-sumber, perlengkapan dan media.

e. Mencatat prosedur-prosedur untuk mengumpulkan informasi

tambahan tentang pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dimiliki

guru.

f. Mengidentifikasi dan mencatat kebutuhan-kebutuhan khusus

pembinaan keterampilan pembelajaran guru. Pergunakanlah kata-kata

perilaku atau performansi.

g. Menetapkan kebutuhan-kebutuhan pembinaan keterampilan

pembelajaran guru yang bisa dibina melalui teknik dan media selain

pendidikan.

h. Mencatat dan memberi kode kebutuhan-kebutuhan pembinaan

keterampilan pembelajaran guru yang akan dibina melalui cara-cara

lainnya.

4. Hakikat Silabus

a. Pengertian Silabus

Istilah silabus dapat didevinisikan sebagai “garis besar, ringkasan,

atau pokok-pokok isi atau materi pelajaran”. Silabus digunakan untuk

menyebut suatu produk pengembangan kurikulum berupa penjabaran

lebih lanjut dari standart kompetensi dan kemampuan dasar yang ingin

dicapai, dan pokok-pokok serta uraian materi yang perlu dipelajari siswa
19

dalam mencapai standart kompetensi dan kemampuan dasar (Majid,

2008: 38).

Menurut Mulyasa (2006: 190) Silabus adalah rencana pembelajaran

pada suatu kelompok mata pelajaran dengan tema tertentu, yang

mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pembelajaran,

indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar yang

dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan.

Sedangkan Silabus adalah Rencana yang menggambarkan prosedur

dan manajemen pembelajaran untuk mencapai satu atau lebih kompetensi

dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi dan dijabarkan dalam silabus.

b. Prinsip Pengembangan Silabus

Pengembangan Silabus diserahkan sepenuhnya kepada setiap

satuan pendidikan, khususnya bagi yang sudah mampu melakukannya.

Oleh karena itu, setiap satuan pendidikan diberi kebebasan dan

keleluasaan dalam mengembangkan silabus sesuai dengan kondisi dan

kebutuhan masing-masing. Agar pengembangan silabus yang dilakukan

oleh setiap satuan pendidikan tetap berada dalam bingkai pengembangan

kurikulum nasional, maka perlu memperhatikan prinsip-prinsip

pengembangan silabus, yang meliputi :

1) Ilmiah

Pengembangan silabus berbasis KTSP harus dilakukan dengan

prinsip ilmiah, yang mengandung arti bahwa keseluruhan materi


20

dan kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus harus benar,

logis dan dapat dipertanggung jawabkan secara keilmuan.

2) Relevan

Cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan penyajian

dalam silabus sesuai atau ada keterkaitan dengan tingkat

perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosional dan spiritual

peserta didik.

3) Sistematis

Komponen-komponen silabus saling berhubungan secara

fungsional dalam mencapai kompetensi.

4) Konsisten

Adanya hubungan yang konsisten antara kompetensi dasar,

indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar dan

sistem penilaian.

5) Memadai

Cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber

belajar dan sistem penilaian cukup untuk menunjang pencapaian

kompetensi dasar.

6) Aktual dan Kontekstual

Cakupan indikator, materi pokok, pengalaman bekajar, sumber

belajar dan sistem penilaian memperhatikan perkembangan ilmu,


21

teknologi dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata, dan peristiwa

yang terjadi.

7) Fleksibel

Keseluruhan komponen silabus dapat mengakomodasi keragaman

peserta didik, pendidik, serta dinamika perubahan yang terjadi di

sekolah dan tuntutan masyarakat.

8) Menyeluruh

Komponen silabus mencakup keseluruhan ranah kompetensi

(kognitif, afektif, psikomotor). (Muslih, 2006: 25-26)

c. Prinsip Pengembangan SILABUS

Menurut (Mulyasa, 2006: 218-219) Pengembangan Silabus harus

memperhatikan perhatian dan karakteristik peserta didik terhadap

materi standart yang dijadikan bahan kajian. Terdapat beberapa

prinsip yang harus diperhatikan dalam pengembangan SILABUS,

yakni :

1) kompetensi yang dirumuskan dalam Silabus harus jelas, makin

konkrit, kompetensi makin mudah diamati, dan makin cepat

kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan untuk membentuk

kompetensi tersebut.

2) Silabus harus sederhana dan fleksibel, serta dapat dilaksanakan

dalam kegiatan pembelajaran, dan pembentukan kompetensi

peserta didik.
22

3) Kegiatan disusun dan dikembangkan dalam Silabus harus

menunjang, dan sesuai dengan kompetensi dasar yang akan

diwujudkan.

4) Silabus yang dikembangkan harus utuh dan menyeluruh, serta

jelas pencapaiannya.

5) Harus ada koordinasi antar komponen pelaksana program di

sekolah, terutama apabila pembelajaran dilaksanakan secara tim

atau dilaksanakan di luar kelas, agar tidak mengganggu jam-jam

pelajaran pembelajaran.
23

d. Langkah-langkah Pengembangan Silabus

Langkah-langkah dalam penyusunan silabus meliputi tahap-tahap

sebagai berikut:

1) Identifikasi Mata Pelajaran. Pada setiap silabus perlu

identifikasi yang meliputi identitas sekolah, identitas mata

pelajaran, kelas/program dan semester.

2) Perumusan standar kompetensi dan kompetensi dasar. Standar

kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran Bahasa

Indonesia di rumuskan berdasarkan struktur keilmuan dan

tuntutan kompetensi lulusan. Selanjutnya standar kompetensi

dan kompetensi dasar di urutkan dan di sebarkan secara

sistematis.

3) Penentuan materi pokok dan uraian materi pokok. Pengurutan

materi pokok dan uraian materi pokok dapat menggunakan

pendekatan prosedural, hirarkis, konkrit ke abstrak, dan

pendekatan tematik. Prinsip yang perlu diperhatikan dalam

menentukan materi pokok dan uraian materi pokok adalah :

prinsip relevansi, prinsip konsistensi, prinsip edukasi.

4) Pemilihan pengalaman belajar. Proses pencapaian kompetensi

dasar dikembangkan melalui pemilihan strategi pembelajaran,

yang meliputi: pembelajaran tatap muka dan pengalaman

belajar.
24

5) Penjabaran kompetensi dasar menjadi indikator. Indikator

merupakan penjabaran kompetensi yang dapat dijadikan

ukuran untuk mengetahui ketercapaian hasil pembelajaran.

Indikator dirumuskan dengan kata kerja operasional yang

bisa diukur dan dibuat instrumen penilaian.

6) Penjabaran indikator kedalam instrumen penilaian. Indikator

dijabarkan lebih lanjut ke dalam instrumen penilaian yang

meliputi jenis tagihan, bentuk instrumen, dan contoh

instrumen.

7) Menentukan alokasi waktu.

8) Sumber/Bahan/Alat. Sumber yang digunakan di sini berarti

buku-buku rujukan, referensi. Sedangkan yang dimaksud

bahan dan alat adalah bahan-bahan dan alat-alat yang

diperlukan dalam praktikum atau dalam proses belajar

mengajar.

e. Langkah-langkah pengembangan SILABUS

Cara pengembangan SILABUS dalam garis besarnya dapat

mengikuti langkah-langkah sebagai berikut :

1) Mengisi kolom identitas.

2) Menentukan alokasi waktu yang dibutuhkan untuk pertemuan

yang akan ditetapkan.


25

3) Menentukan standar kompetensi dan kompeensi dasar, serta

indikator yang akan digunakan yang terdapat pada silabus

yang telah disusun.

4) Merumuskan tujuan pembelajaran berdasarkan standar

kompetensi dan kompetensi dasar, serta indikator yang telah

ditentukan.

5) Mengidentifikasi materi standar berdasarkan materi

pokok/pembelajaran yang terdapat dalam silabus.

6) Menentukan metode pembelajaran yang akan di gunakan.

7) Merumuskan langkah-langkah pembelajaran yang terdiri dari

kegiatan awal, inti, dan akhir.

8) Menentukan sumber belajar yang digunakan.

9) Menyusun kriteria penilaian, lembar pengamatan, contoh

soal, dan teknik penskoran. (Utomo, 2003: 222-2)

B. Kerangka Berpikir

Pembinaan sebagai suatu proses pembinaan yang diberikan kepada

seluruh Guru bertujuan agar Guru dapat meningkatkan kemampuan untuk

mengembangkan situasi belajar mengajar, membantu perkembangan

profesional para guru khususnya dalam penampilan mengajar, baik dalam

menyusun Silabus pembelajaran, pelaksanaan, maupun evaluasi

pembelajaran.

Silabus merupakan perangkat pembelajaran yang harus dimiliki oleh

guru. Silabus merupakan arah tujuan dan pedoman bagi guru dalam
26

melaksanakan pembelajaran, sehingga Silabus yang tidak memenuhi syarat

dan aspek dapat berdampak buruk pada hasil pembelajaran. Silabus yang

digunakan guru semesitnya sudah melalui berbagai tahap, sehingga hasilnya

benar-benar memenuhi persyaratan yang baik. Melalui Pembinaan

kekurangan Silabus yang telah dibuat oleh guru dapat diperbaiki dan

kualitasnya dapat ditingkatkan.

C. Hipotesis Tindakan

Melalui pembinaan Keterampilan menyusun Silabus bagi guru

Sekolah Dasar Negeri 1 Ringinharjo Kecamatan Gubug Kabupaten

Grobogan pada semester II tahun pelajaran 2019/2020 meningkat.

Anda mungkin juga menyukai