Anda di halaman 1dari 8

GURU INSPIRATIF UNTUK MEWUJUDKAN PENDIDIKAN YANG

BERDAYASAING DI ERA MEA


(Prof. Dr. Sri Mulyani Endang Susilowati, M.Pd)

Pendahuluan
Guru adalah suatu profesi yang dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005, tentang
Guru dan Dosen, mengamanatkan bahwa guru merupakan profesi yang mengedepankan
profesionalitas. Dalam RUU Guru (pasal 1 ayat 4) dinyatakan bahwa: “professional adalah
kemampuan melakukan pekerjaan sesuai dengan keahlian dan pengabdian diri kepada pihak
lain”. Guru adalah suatu profesi yang mulia, tugasnya disamping mengajar adalah mendidik.
Guru memegang peran yang penting dalam proses pendidikan, karena bertugas mengajarkan
ilmu pengetahuan dan membentuk perilaku (moral) siswa, maka sudah selayaknya guru harus
terus menerus berupaya meningkatkan profesionalitasnya. Menurut Suyanto dan Djihad (2012),
standar minimal guru profesional adalah:
(1) memiliki kemampuan intelektual yang baik,
(2) memiliki kemampuan memahami visi dan misi pendidikan nasional,
(3) mempunyai keahlian mentransfer ilmu pengetahuan kepada siswa secara efektif,
(4) memahami konsep perkembangan psikologi anak,
(5) memiliki kemampuan mengorganisir proses belajar dan
(6) memiliki kreativitas dan seni mendidik.
Kompetensi guru meliputi kompetensi professional, kompetensi paedagogik, kompetensi
social dan kepribadian. Guru tidak hanya bertugas menyampaikan materi pelajaran kepada siswa
tetapi guru adalah pendidik yang harus menumbuhkan moral yang baik pada siswa. Guru tidak
cukup hanya menguasai materi pelajaran saja tetapi juga harus memiliki kepribadian yang baik,
dapat memberi contoh atau keteladanan pada muridnya, mampu menyajikan pelajaran dengan
menyenangkan siswa sehingga mereka termotivasi untuk belajar, dan mampu berinteraksi
dengan siswa dan masyarakat dengan baik.
Pendidikan diperlukan oleh semua lapisan masyarakat, jadi pendidikan merupakan sebuah
kebutuhan. Dimana ada kehidupan manusia, disitu pasti ada pendidikan (Driyarkara, 1980: 32).
Dengan pendidikan manusia akan lebih berkembang. Pendidikan merupakan salah satu hal yang
paling penting untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang kompetitif dalam mencapai

1
kesuksesan di era globalisasi. Maka pendidikan harus menjadi prioritas bagi pembangunan,
dengan tidak mengesampingkan sektor lain. Untuk memajukan pendidikan tidak hanya dengan
merubah kurikulum dan melengkapi sarana dan prasarana saja, melainkan juga memperhatikan
pembangunan sumber daya manusia yang akan mengemban pendidikan tersebut. Suatu
bangsa dikatakan semakin maju apabila sumber daya manusianya memiliki kepribadian bangsa,
berakhlak mulia, dan memiliki kualitas pendidikan yang tinggi.

Mengapa perlu meningkatkan kompetensi guru?


Tahun 2016 sudah masuk di era MEA (Masyarakat Ekonomi Asean) tetapi kompetensi
guru di Indonesia masih perlu pembenahan lebih lanjut. Pemberlakuan MEA menjadi momentum
yang baik untuk melakukan perbaikan-perbaikan pada sektor pendidikan Indonesia agar mampu
menghasilkan sumber daya manusia yang memiliki daya saing tinggi. Masuknya tenaga kerja
asing akan menimbulkan persaingan yang tinggi di dunia pencari kerja. Oleh karena itu para
guru harus kreatif dan professional agar dapat menghasilkan lulusan yang memiliki daya saing
yang tinggi tidak kalah dengan tenaga kerja asing. Guru professional harus dapat mewujudkan
lulusan yang memiliki kemampuan dan pengetahuan yang dibutuhkan yaitu: (1) communication
skills, (2) critical and creative thinking, (3) information/digital literary, (4)inquiry/reasoning
skills, (5) interpersonal skills, (6) multi cultural lingual literary, (7) problem solving, and (8)
technological skills (Sumedi dkk., 2013).
MEA sendiri memungkinkan tenaga profesional dari negara ASEAN untuk bekerja secara
bebas di Indonesia. Kesiapan menghadapi MEA tidak lepas dari peran guru yang profesional.
Mereka merupakan pencetak sumber daya manusia berkualitas yang kelak akan menjadi pelaku
di era MEA. Oleh karena itu guru harus selalu mengembangkan dirinya sesuai dengan tuntutan
jaman, sehingga keberadaannya memberi makna profesional.
Kompetensi professional guru adalah kemampuan yang berkaitan dengan profesi sebagai
seorang guru. Permendiknas no. 16 tahun 2007 pasal 20 mencantumkan bahwa, seorang guru
harus menguasai materi, struktur, konsep dan polapikir keilmuan yang mendukung mata
pelajaran yang diampu secara kreatif dengan menggunakan teknologi informasi (Ramdhani,
2012). Selanjutnya disebutkan bahwa guru profesional adalah adalah guru yang mampu
merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, serta menilai hasil pembelajaran. Selain

2
itu juga dapat melaksanakan pembimbingan dan pelatihan serta melakukan penelitian dan
pengabdian kepada masyarakat terutama bagi pendidik di perguruan tinggi.
Penguasaan kompetensi profesional belum menjamin keberhasilan guru mengajar tanpa
adanya kompetensi paedagogi. Menurut Mortimore (1999) paedagogi adalah aktivitas mengajar
yang mempertimbangkan beberapa elemen dalam belajar, diantaranya adalah, konteks, mata
pelajaran, usia siswa, tahap perkembangan siswa dan tujuan pembelajaran, sehingga dapat
meningkatkan kualitas proses pembelajaran yang dilaksanakan. Dalam menyampaikan materi
pelajaran guru harus menggunakan metode yang disesuaikan dengan karakteristik siswa.
Selain kompetensi profesional dan paedagogi seorang guru juga harus memiliki
kompetensi kepribadian, yaitu sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, pribadi yang mantap,
stabil, dewasa, arif dan berwibawa. Secara garis besar kompetensi sosial terdiri atas tiga tahap
yaitu: (1) mampu memahami perspektif orang lain, (2) keterampilan merespon, baik dalam
bentuk komunikasi verbal maupun non verbal dengan cara mengutamakan perspektif orang lain
atau dikenal dengan empati, dan (3) keterampilan mengatasi permasalahan yang timbul dari
adanya keragaman.

Guru Inspiratif
Guru inspiratif adalah guru yang mampu memberikan stimulasi mental pada siswa-
siswanya. Stimulasi mental ini mempengaruhi siswa tidak hanya pada aspek kognitif tetapi
melibatkan rasa atau emosi positif sehingga memberi dampak yang lebih kuat terhadap
pemahaman siswa. Semakin banyak emosi positif yang dirasakan oleh siswa pada waktu belajar,
maka penguasaan materi pelajaran akan semakin baik. Menurut Myers (2004) emosi adalah
kumpulan pengalaman psikologis seseorang yang berinteraksi dengan pengaruh internal dan
eksternal. Menurut Matsumoto (2009) emosi dapat tampil dalam bentuk reaksi fisiologis,
perilaku yang tampak dan pengalaman sadar. Oleh karena itu emosi sangat berpengaruh dalam
kehidupan manusia. Emosi positif memberikan dampak positif bagi individu dan orang di
sekitarnya.
Salah satu tugas guru adalah menciptakan perubahan pada siswa, baik perubahan kognitif
maupun perubahan sikap dan tingkah laku. Tugas gutu tidak mudah, dan tidak semua orang
dapat melakukan tugas sebagai guru. Menurut Anwar (2002) ada beberapa persyaratan yang
harus dipenuhi untuk menjadi seorang guru yaitu: (1) bertaqwa kepada Allah SWT. Hal ini jelas

3
karena guru harus memberi teladan yang baik pada siswanya; (2) guru harus berilmu, tidak
sekedar memiliki ijasah. Guru yang dangkal penguasaan ilmunya akan mengalami kesulitan
dalam berinteraksi dengan siswanya. Sekarang ini guru bukan satu-satunya sumber belajar,
sehingga kalau guru kurang menguasai materi akan ditinggalkan oleh siswanya; (3) sehat
jasmani, sangat membantu kelancaran guru dalam mengabdikan diri untuk mengajar, mendidik
dan memberikan bimbingan pada siswanya; (4) berkelakuan baik, karena guru harus
mengembangkan akhlak yang mulia, maka guru harus memberi contoh berakhlak mulia lebih
dulu. Di Indonesia khususnya di Jawa gaya paternalistik masih sangat kuat sehingga tidak
mungkin guru dapat mengajar siswanya untuk berakhlak mulia sementara dirinya sendiri
meninggalkan nilai-nilai akhlak mulia. Diantara akhlak mulia yang perlu dicermati adalah sikap
sabar dalam menghadapi suatu persoalan, disiplin dalam menunaikan tugas, jujur dalam
menyelesaikan pekerjaan, bersikap adil pada semua orang, mampu menjalin kerja sama dengan
orang lain dan menunjukkan kepedulian sosial yang tinggi.
Guru memiliki banyak peran. Guru sebagai pengajar, maka guru yang bermutu adalah yang
menguasai dan kompeten dengan bidang yang diampunya. Dengan kompetensi yang dimiliki
mereka dapat menjelaskan secara tepat dan benar bahkan mereka dapat mengembangkan
ilmunya. Mengajar adalah proses membantu siswa untuk belajar. Tujuan utama pembelajaran
adalah siswa dapat belajar mandiri. Maka sebagai guru yang profesional perlu keahlian dan
keterampilan membantu siswa untuk mau belajar mandiri.
Guru bukan hanya sebagai pengajar tetapi juga sebagai pendidik. Sebagai pendidik berarti
memiliki fungsi untuk membantu siswa berkembang sebagai manusia yang utuh, baik dari segi
emosi, sosial, estetika, religius, moral dan soft skills. Sebagai pendidik, sikap yang sangat
penting dimiliki guru adalah rasa kecintaan pada siswa dan keinginan secara tulus membantu
siswa yang mengalami kesulitan dan tidak mudah putus asa.
Guru harus kritis, kreatif dan inovatif di era global. Sekarang ini era informasi. Banyak
sekali informasi, yang baik maupun yang buruk melalui berbagai media. Dalam situasi semacam
ini guru juga mempunyai kewajiban membantu siswa melakukan pilihan dalam hidup mereka.
Untuk dapat membantu siswa menentukan pilihan, jelas guru harus dapat melakukan pemilihan
dalam hidup mereka sendiri. Guru perlu mengembangkan sikap kritis, keterampilan melakukan
pemilihan serta mengambil keputusan secara bijak. Siswa perlu dibantu untuk melihat persoalan

4
dengan berbagai kemungkinan. Ini hanya mungkin terjadi bila guru membiasakan diri berpikir
rasional, kritis, kreatif dan inovatif.
Ingersoll dan Perda (2007) telah mengembangkan karakteristik guru profesional yang
digunakan untuk menilai profesionalisasi mengajar. Karakteristik guru profesional tersebut
adalah:
1. Credential and licensing requirements for entry yaitu bukti fisik yang dapat digunakan
seseorang untuk bekerja sebagai guru, yaitu berupa ijasah maupun sertifikat pendidik
atau pelatihan formal dan non formal. Selain bukti fisik yang dimiliki ini, guru
profesional harus selalu meng upgrade keterampilan dan kompetensi yang dimilikinya.
2. Induction and mentoring programs for entrance, adanya program induksi dan pelatihan
bagi guru-guru baru. Guru baru perlu diberi pelatihan dan pendampingan pada awal
kinerjanaya.
3. Professional development support, opportunities and participation, adalah program
peningkatan dan pengembangan keterampilan, setelah guru baru mampu menyesuaikan
diri dengan lingkungan kerjanya.
4. Specialization, artinya seorang profesional harus memiliki sebuah keterampilan khusus
atau ciri khusus. Seorang profesional hendaknya memiliki spesialisasi, tidak generalis
apalagi amatir. Guru dan dosen memiliki spesialisasi mendidik dan mengajar peserta
didiknya sesuai dengan tingkat perkembangan siswa yang diajarnya.
5. Authority over decision making, seorang guru profesional memiliki kewenangan
terhadap siswanya tetapi harus berdasarkan kode etik dan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
6. Compensation levels, tingkat kompensasi atau penggajian
7. Prestige and occupational social standing, sebuah profesi ada prestis dan status sosial.
Dari ketujuh karakteristik guru profesional yang telah dijabarkan di atas, dapat disarikan
beberapa unsur yang harus dimiliki oleh seorang guru profesional, yaitu unsur fisik dan unsur
non fisik. Guru memiliki pengetahuan dan keterampilan yang dapat dinilai dan diukur bahkan
dapat ditunjukkan dalam bentuk sertifikat atau piagam. Sedangkan unsur non fisik guru
profesional adalah sesuatu yang tidak tampak dan tidak dapat dinilai tetapi memiliki side effect
yang dapat dirasakan oleh diri sendiri maupun orang lain, jangka pendek maupun jangka
panjang. Tanggung jawab adalah salah satu unsur non fisik seorang guru. Guru profesional

5
memiliki tanggung jawab yang tinggi, sadar bahwa tugas guru tidak sebatas mengajar dan tidak
hanya ketika di dalam kelas saja.
Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa menjadi untuk menjadi guru profesional
itu memerlukan sejumlah persyaratan yang harus dipenuhi bukan hanya sekedar mempunyai
sertifikat pendidik. Guru yang memenuhi persyaratan tersebut dapat memenuhi tugas yang
diembannya yaitu meningkatkan mutu pendidikan melalui tugas sebagai pengajar dan pendidik
yang profesional. Guru seperti ini disebut guru yang inspiratif karena mampu menginspirasi
siswanya untuk selalu belajar, mencapai cita-cita mulia, memajukan bangsa (Taniredja dkk.,
2015).

Pendidikan di Era MEA


Salah satu tuntutan perkembangan jaman adalah adanya pergeseran paradigma pendidikan.
Saat ini telah terjadi pergeseran paradigma pembelajaran, bahwa seorang guru bukanlah satu-
satunya sumber belajar. Pembelajaran diarahkan untuk mendorong peserta didik mencari tahu
dan mengobservasi dari berbagai sumber. Lebih lanjut dikatakan, siswa dididik tidak hanya
mampu menyelesaikan masalah tapi juga merumuskan masalah. Siswa dilatih untuk berpikir
analitis bukan mekanistis. Entrepreneurship atau kewirausahaan, merupakan salah satu indikator
pertumbuhan ekonomi suatu negara.
Dalam entrepreneurship dibutuhkan sikap mental positif sebagai landasan smart
technoprenuer. Spirit entrepreneurship perlu ditumbuhkembangkan melalui pengajaran. Karena,
entrepreneurship sarat dengan nilai-nilai Tapi, setidaknya kemandirian, pantang menyerah,
berani mengambil dan menghadapi risiko, penuh kreativitas, dan kehati-hatian. Jadi, spirit
kewirausahaan bukan hanya bagaimana bekerja dan menghasilkan uang tapi bagaimana manusia
bisa survive dalam berbagai bidang. Di sisi lain, entrepreneur sebagai jalan hidup menjadi
penting di era MEA agar sumber daya produksi yang ada tidak dikuasai orang asing. Sehingga,
kita sebagai tuan rumah mampu menjadi raja di tanah sendiri.
Meskipun begitu, spirit ini mesti diimbangi dengan penguatan karakter. Sehingga, manusia
yang terbentuk bukanlah orang-orang yang egois dan serakah, melainkan manusia Indonesia
yang memiliki semangat entrepreneur dan peduli dengan yang lainnya, bukan malah justru
'menghisap' manusia lainnya.

6
Melihat tantangan dunia pendidikan yang begitu besar di era MEA, pemerintah harus
tanggap dan cermat dalam merumuskan kebijakan pendidikan. Revisi Kurikulum 2013 yang
berlarut-larut harus segera diselesaikan dan tentunya wajib memberikan penguatan pada karakter
dan penanaman spirit entrepeneurship.
Selanjutnya, perguruan tinggi harus dapat memainkan peranan strategis dengan
memberikan ruang aktualisasi yang lebih besar bagi mahasiswa. Sehingga. mahasiswa tidak
hanya dididik menjadi robot, yang hanya menaati satuan acara perkuliahan dan sistem kredit
semester. Hal ini berbahaya karena hanya mencetak mahasiswa yang pandai tapi minim life skill.
Hasilnya, kemandirian tidak terbentuk dan ketika menjadi pekerja pun miskin produktivitas.
Aktualisasi diri ini bisa difasilitasi dengan memberikan kebebasan kepada mahasiswa un-
tuk berkegiatan, mulai dari berorganisasi, menyelenggarakan event, dan mengembangkan
inkubator bisnis. Hal ini berguna untuk memberikan keseimbangan antara kemampuan akademis
dan non-akademis.
Proses pendidikan ideal tak hanya mempersiapkan generasi bangsa mampu hidup hari ini,
tapi mereka juga dibekali untuk hidup di masa depan. Sebab, tantangan di era global semakin
kompleks. Seiring melesatnya ilmu pengetahuan dan teknologi, kini masyarakat terus
melakukan percepatan dalam berbagai aspek kehidupan. Keberhasilan kita masa lalu, belum
tentu memiliki validitas untuk menangani persoalan pendidikan masa kini, apalagi yang akan
datang. (Mudjia Rahardjo, 2010: 42)

Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa:
1. Guru adalah suatu profesi yang harus selalu dikembangkan dan ditingkatkan secara
terus menerus
2. Standar minimal guru profesional adalah: (1) memiliki kemampuan intelektual yang
baik, (2) memiliki kemampuan memahami visi dan misi pendidikan nasional, (3)
mempunyai keahlian mentransfer ilmu pengetahuan kepada siswa secara efektif, (4)
memahami konsep perkembangan psikologi anak, (5) memiliki kemampuan
mengorganisir proses belajar dan (6) memiliki kreativitas dan seni mendidik

7
3. Kompetensi guru meliputi kompetensi professional, kompetensi paedagogik,
kompetensi social dan kompetensi kepribadian yang perlu ditingkatkan terlebih setelah
Indonesia masuk dalam Era MEA.
4. Diperlukan guru-guru yang inspiratif yang mampu menginspirasi siswanya sehingga
menjadi siswa yang kreatif dan kritis serta berakhlak mulia yang mampu membangun
bangsa dan negara Indonesia.

Daftar Pustaka
Anwar, Q. 2003. Manajemen Stress Menurut Pandangan Islam. Jakarta: PT Mawardi Prima.
Hidayat, S. 2013. Pengembangan Kurikulum Baru. Bandung: Remaja Rosda Kaerya Ofset.
Ingersoll, R.M. & Perda D. 2007. In Schools and Society: a Sociological Approach to Education.
Los Angeles: Pine Forge Press.
Matsumoto, D. 2009. The Cambridge Dictionary of Psychology. Cambridge, UK: Cambridge
University Press.
Myers, D.G. 2004. Theories of Emotion Psychology. 7th edition. New York: Worth Publishers.
Mortimore. P. 1999. Understanding Pedagogy and it’s Impact in Learning. London: Paul
Chapman.
Ramdhani,N., 2012. Menjadi Guru Inspiratif. Jakarta: Titian Foundation.
Seligman, M.E.P. 1998. Authenthic Happiness Using the New Positive psychology to realize
your potential for lasting fullfilment. New York: The Free Pers.
Sumedi, P. Dkk. 2013. Profesi Pendidikan. Jakarta: Uhamka Press.
Suyanto, dan Djihad, A. 2012. Bagaimana Menjadi Calon Guru dan Guru Profesional.
Yogyakarta: Multi Pressindo.
Taniredjo, T. dkk. 2016.Guru Yang Profesional. Bandung: Alfabeta.

Anda mungkin juga menyukai