Abstrak: Guru sebagai seorang pendidik sekarang ini masih banyak yang tidak memiliki atau
tidak menggunakan kompetensi guru dalam melaksanakan pembelajaran terutama kompetensi
sosial dan kompetensi kepribadian. Guru masih banyak yang belum memahami pentingnya
kompetensi sosial dan kompetensi kepribadian. Terbukti dengan ditemukannya guru yang
interaksi dan komunikasinya dengan siswa masih kurang di SD yang saya observasi. Metode
penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif deskriptif. Subjek dalam penelitian ini adalah
guru Sekolah Dasar. Apabila guru dalam melaksanakan pembelajaran memanfaatkan kompetensi
sosial dan kompetensi kepribadian yang ada tentu akan membantu guru dalam berinteraksi,
berkomunikasi dengan siswa sehingga dapat menciptakan pembelajaran yang aktif, efektif, dan
inovatif. Serta terciptalah seorang sosok baik yang dapat menjadi teladan oleh siswa. Dengan
sosok guru yang dapat menjadi teladan siswanya, maka dapat menciptakan siswa yang
berprestasi tinggi dalam hal pengetahuan, sikap dan keterampilan. Hal ini juga dapat membantu
dalam hal memajukan pendidikan yang ada di Indonesia.
Kata Kunci : kompetensi sosial, kompetensi kepribadian, pembelajaran
The Role of Social Competence and Personality Competence in Achieving Success of Learning
Abstract: Teachers, as educator these days, there are still many who do not have or not using
competence of teacher as criteria in implementing learning, especially social and personality
competence. Teachers still have not understand about the importance of social and personality
competence. It is proven by that there are of teachers who are still lacking in interaction and
connection with students at the elementary school that I observed. The research method used is
descriptive qualitative method. Subjects in this study were elementary school teachers. If those
teachers use social and personality competence to implementing learning it will help the teacher
to interact and communicate with students, so it can build the active learning, effective, and
innovative. And it will become a figure that can be the example by students. With the figure of
teachers who can be example for their students, then it will create high quality of students who
performed well in matters of knowledge, attitudes and skill. This can also helps in terms of the
advance to the education system in Indonesia.
Keywords : Social competence, personality competence, learning
PENDAHULUAN
Manusia adalah makhluk sosial sehingga sebagian besar dari kehidupannya melibatkan
interaksi dengan orang lain. Sebagai makhluk sosial yang perlu diperhatikan adalah manusia
secara hakiki dilahirkan selalu membutuhkan interaksi dengan orang lain untuk memenuhi
kebutuhannya (Dayakisni & Yuniardi, 2004:36). Dengan demikian seseorang akan selalu
berinteraksi satu sama lain, dengan berbagai macam individu tentunya dengan pola kepribadian,
keunikan dan kekhasan masing-masing. Untuk itu seseorang tidak hanya dituntut bisa
berinteraksi dengan orang lain, tetapi cerdas berinteraksi dengan orang lain, kecerdasan itu oleh
Goleman disebut sebagai kecerdasan sosial (Goleman 2006:102; Williamson, 2012). Bagi
Goleman (2006:30) kecerdasan atau kompetensi sosial merupakan rujukan tepat bagi kecerdasan
yang tak hanya tentang relasi kita dengan orang lain namun dalam relasi itu. Bahkan kompetensi
sosial menunjukkan kemampuan terbesar yang berhubungan dengan banyak aspek yang sangat
dekat pada konstruk kecerdasan sosial (Riggio & Reichard, 2008:17). Keberhasilan proses
belajar siswa sangat ditentukan oleh kompetensi sosial guru. Hal ini dikarenakan guru sebagai
pemimpin pembelajaran, sebab guru adalah pemimpin pembelajaran, fasilitator, dan sekaligus
merupakan pusat inisiatif pembelajaran.Oleh karenanya, guru harus senantiasa mengembangkan
kemampuan diri.
Guru perlu memiliki standar profesi dengan menguasai materi serta strategi pembelajaran dan
dapat mendorong siswanya untuk belajar bersungguh-sungguh. Guru juga merupakan faktor
yang sangat dominan dan penting dalam pendidikan formal pada umumnya karena bagi siswa,
guru sering dijadikan tokoh teladan, bahkan menjadi tokoh identifikasi diri. Oleh karena itu, guru
seharusnya memiliki perilaku kompetensi yang memadai untuk mengembangkan siswa secara
utuh, sesuai tujuan pendidikan yaitu mengembangan potensi yang dimiliki siswa secara optimal.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pada Bab IV Pasal
10 menyebutkan, ada empat kompetensi kepribadian guru, yakni Kompetensi Pedagogik,
Kompetensi Kepribadian, Kompetensi Profesional, dan Kompetensi Sosial.
1. Kompetensi pedagogik
Kompetensi pedagogik menurut Dwi Siswoyo, bukan kompetensi yang hanya bersifat teknis
belaka, yaitu “kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik” (yang dirumuskan dalam PP
RI No. 19 Tahun 2005) karena “pedagogy” or paedagogy adalah “the art and science of teaching
and educating ” (Dwi Siswoyo, 2006). Selain mencakup pemahaman dan pengembangan potensi
peserta didik, kompetensi pedagogik juga mencakup perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran
serta sistem pelaksanaan evaluasi pembelajaran. Menurut Suparno (2005:52) kemampuan
pedagodik disebut juga kemampuan dalam pembelajaran atau pendidikan yang memuat
pemahaman akan sifat, ciri anak didik dan perkembangannya, mengerti beberapa konsep
pendidikan yang berguna untuk membantu siswa, menguasai beberapa metodologi mengajar
yang sesuai dengan bahan dan perkembangan siswa, serta menguasai sistem evaluasi yang tepat
dan baik yang pada gilirannya semakin meningkatkan kemampuan siswa.
2. Kompetensi Kepribadian
Berdasarkan kodrat manusia sebagai makhluk individu dan sebagai makhluk Tuhan. Seorang
guru wajib menguasai pengetahuan yang akan diajarkannya kepada peserta didik secara benar
dan bertanggung jawab. Seorang guru harus memiliki pengetahuan penunjang tentang kondisi
fisiologis, psikologis, dan pedagogis dari para peserta didik yang dihadapinya(Hamzah B. Uno,
2007:18). Seorang guru menjadi panutan bagi peserta didik. Maka dari itu seorang guru harus
memiliki kepribadian yang baik seperti berakhlak mulia, bertanggung jawab, dan berwibawa
sehingga dapat menjadi teladan yang baik bagi peserta didik. UndangUndang Nomor 14 Tahun
2005 Tentang Guru dan Dosen, mewajibkan seorang guru untuk memiliki kemampuan personal
yang mencerminkan kepribadian yang mantab dan stabil, arif dan bijaksana, berwibawa, dewasa,
berakhlak mulia, dan menjadi teladan bagi peserta didik. Kemampuan yang terpancar lewat
perilaku dan tindakan sehari-hari serta memberikan gambaran tentang diri sendiri atau profesi
yang diperankan. Dalam hal ini, guru harus memiliki kepribadian yang mantap sehingga mampu
mengendalikan proses pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dan kondisi peserta didik serta
menjadi sumber inspirasi (N, Damayanti. 2017:539).
3. Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial sosial diharapkan dapat mempertahankan hubungan posistif antara kedua
belah pihak. Suatu kemampuan individu dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan dan
memberi pengaruh kepada orang lain demi mencapai tujuan dalam konteks sosial tertentu yang
disesuaikan dengan budaya, lingkungan dan situasi yang dihadapi serta nilai yang dianut oleh
individu disebut sebagai kompetensi sosial (Hughes dalam Chasbiansari, 2007). Menurut Prof.
Dr. Hamzah B. Uno, M.Pd., berdasarkan kodrat manusia sebagai makhluk sosial dan makhluk
etis, seorang guru harus dapat memperlakukan peserta didiknya secara wajar dan bertujuan agar
tercapai optimalisasi potensi pada diri masingmasing peserta didik. Ia harus memahami dan
menerapkan prinsip belajar humanistik yang beranggapan bahwa keberhasilan belajar ditentukan
oleh kemampuan yang ada pada diri peserta didik tersebut. Instruktur hanya bertugas melayani
mereka sesuai kebutuhan mereka masing-masing. Kompetensi sosial yang dimiliki seorang guru
adalah menyangkut kemampuan berkomunikasi dengan peserta didik dan lingkungan mereka
(seperti orang tua, tetangga, dan sesama teman).
4. Kompetensi Profesional Guru yang baik adalah guru yang
profesional, Rice dan Bishorprick dalam Ibrahim Bafadal (2009:5) guru profesional adalah guru
yang mampu mengelola dirinya sendiri dalam melaksanakan tugastugasnya sehari-hari. Guru
profesional adalah guru yang memiliki kemampuan mengorganisasikan lingkungan belajar yang
produktif. Profesionalisasi merupakan proses peningkatan kualifikasi atau kemampuan para
anggota penyandang suatu profesi untuk mencapai kriteria standar ideal dari penampilan atau
perbuatan yang diinginkan oleh profesinya. (Desy Sigit R, 2013:2)
Pasal 7 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen, profesi guru dan
dosen merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip sebagai
berikut.
a. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme.
b. Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimaan, ketakwaan, dan akhlak
mulia.
c. Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas.
d. Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas.
e. Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan.
f. Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja.
g. Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan
belajar sepanjang hayat.
h. Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan dan
memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan
dengan tugas keprofesionalan guru.
Seorang guru yang profesional tidak hanya dituntut untuk menguasai pembelajaran tetapi juga
harus menguasai seluruh aspek yang ada dalam pembelajaran, karena pembelajaran yang
bermakna itu adalah pembelajaran yang melibatkan peserta didik dan mencakup semua ranah
pembelajaran seperti aspek kognitif (berpikir), aspek afektif (perilaku), dan aspek psikomotor
(keterampilan) (Asmarani, N. 2014).
Secarateoritis, keempat kompetensi ini dapat dipisah-pisahkan satu sama lain, tetapi secara
praktis sesungguhnya keempat jenis kompetensi tersebut tidak mungkin dipisah-pisahkan. Empat
kompetensi tersebut saling berhubungan secara padu dalam identitas guru. Guru yang terampil
mengajar, tentu memiliki kemampuan pedagogik, tetapi harus juga memiliki kepribadian yang
baik dan mampu melakukan social adjustment dalam masyarakat, karena guru selalu dijadikan
panutan oleh siswa dan masyarakat tempat sekitaranya. Sejalan dengan ini menurut Mulyasa
(2007:37) menyatakan bahwa guru sering dijadikan panutan oleh masyarakat, untuk itu guru
harus mengenal nilai-nilai yang dianut dan berkembang di mayarakat tempat melaksanakan tugas
dan bertempat tinggal. Untuk itu guru harus selalu berusaha memilih dan melakukan perbuatan
yang positif agar dapat mengangkat citra baik, dan kewibawaannya, terutama di depan siswa.
Dalam proses pembelajarankompetensi pedagogik, professional, kepribadian dan kompetensi
sosial memang sangat penting yang harus dimiliki oleh guru dalam mencapai keberhasilan
pembelajaran. Namun, kenyataan yang ada di lapangan kompetensi sosial dan kompetensi
kepribadi dalam pembelajaran saat ini masih kurang diperhatikan oleh guru-guru dan terkadang
sering di abaikan, hal ini sebagaimana sering ditemukan dalam proses pembelajaran
menunjukkan bahwa interaksi guru dan siswa yang kurang efektif dan efesien serta kepribadian
guru yang acuh tak acuh terhadap siswanya. Contohnya seperti interaksi guru dan siswa dalam
belajar mengajar, guru lebih banyak memberikan informasi/menjelaskan tanpa intonasi suara,
sebaliknya siswa jarang sekali diberikan kesempatan mengemukan pendapat dan bertanya karena
kepribadian guru yang kurang peka terhadap sekitarnya, akibatnya siswa pasif sebagai
pendengar, guru juga kurang membuat susasana kelas tenang, dan kurang peduli dengan keadaan
kelas, karena ada beberapa orang siswa yang membuat keributan pada saat pembelajaran tidak
ditegur oleh guru, yang berakibat proses pembelajaran kurang menyenangkan menjadikan siswa
kurang aktif, dalam pembelajaran, sehingga materi yang disampaikan kurang diserap oleh siswa
sehingga mempengaruhi nilai siswa. Beberapa guru kurang mampu mengolah informasi situasi
lingkungan terlebih dahulu, bersikap sesuai dengan kondisi, waktu dan tempat. Padahal sebagai
guru yang sekaligus juga sebagai direktur belajar yang artinya, setiap guru diharapkan untuk
pandai-pandai mengarahkan kegiatan belajar siswa agar mencapai keberhasilan belajar. Hal ini
selaras dengan konsep bahwa guru berfungsi sebagai perancang pengajaran, pengelola
pengajaran dan penilai hasil pembelajaran siswa (Syah, 2008:67).
Guru yang cerdas secara sosial akan bersikap empati, membaca pesan-pesan verbal dan non-
verbal siswa dan juga membaca situasi lingkungan dengan baik, mengambil tindakan sesuai
dengan situasi dan lawan bicara, menggunakan kemampuan komunikasi yang baik melalui
komunikasi verbal maupun non verbal dalam menerima dan menyampaikan pesan. Guru Sekolah
Dasar yang mengembangkan kompetensi sosial dan kompetensi kepribadian dalam
kehidupannya dapat menjadi contoh dan panutan siswanya. Dengan panutan atau guru yang telah
mengembangkan kompetensi sosial dan kompetensi kepribadian dengan baik maka siswa akan
lebih mudah mempelajari dengan cara meneladani atau meniru guru dan mengembangkan
kecerdasan sosial dan kepribadiannya pada aktivitas sehari-hari sejak dini.
METODE PENELITIAN
Metode dalam penelitian ini menggunakan kualitatif. Dasar yang menjadi landasan yaitu
fenomenologis atau Deskriptif Phenomenology yaitu pembuktian yang bersifat deskriptif.
Sumber data yang digunakan dalam jurnal ini berupa pustaka-pustaka yang ada, baik berupa
buku yang berkaitan dan jurnal yang memiliki korelasi dengan permasalahan. Disamping itu
beberapa informasi yang diperoleh dari berbagai sumber seperti data lingkungan yang
kesemuanya diterapkan dengan interprestasi analisis data. Penulisan jurnal ini menggunakan
library research (studi pustaka). Studi pustaka berfokus pada pustaka-pustaka baik cetak maupun
elektronik yang valid, relevan dengan kajian, dan dapat dipertanggungjawabkan . Teknik analisis
data dengan analisis isi untuk memilih data dari berbagai bahan pustaka yang diteliti kemudian
dideskripsikan. Dengan menggunakan teknik ini dapat lebih sistematis dalam menganalisis peran
kompetensi social dan kompetensi guru dalam mencapai keberhasilan pembelajaran. Penarikan
kesimpulan dengan teknik induksi yaitu berdasarkan pembahasan.
Saran
Guru seharusnya lebih sadar pentingnya kompetensi guru seperti kompetensi kepribadian dan
sosial untuk membantu dalam melaksanakan pembelajaran sehingga dapat mencetak siswa yang
berprestasi. Guru juga harus sering berinteraksi dan berkomunikasi dengan siswanya agar lebih
dekat sehingga siswa merasa nyaman. Guru juga harus bisa menciptakan suasana kelas
kekeluargaan agar apabila siswa berangkat sekolah merasa akan bertemu dengan saudara atau
merasa di rumah sendiri sehingga menyebabkan dapat membuat siswa mengikuti pembelajaran
dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Asmani, Jamal Ma’mur. 2016. Great Teacher. Yogyakarta: Diva Press. Husein, Latifah. 2017.
Profesi Keguruan. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Ramayulis. 2013. Profesi dan Etika Keguruan. Jakarta: Kalam Mulia Siswoyo, Dwi. 2013. Ilmu
Pendidikan. Yogyakarta: Uny Press..
Suharsaputra, Uhar. 2013. Menjadi Guru Berkarakter. Bandung: PT Refika Aditama.
Agung, Iskandar. (2014). Kajian Pengaruh Kompetensi Kepribadian Dan Sosial Terhadap
Kinerja Guru. Kompetensi Kepribadian dan Sosial, http://journal.unj.ac.id/unj/index.php/jiv/ar
ticle/view/3774/2808
Muspiroh, Novianti. (2016). Peran Kompetensi Sosial Guru Dalam Menciptakan Eefektifitas
Pembelajaran. Jurnal Kompetensi Sosial. http://download.portalgaruda.org/article.ph p?
article=471353&val=9452&title=PERAN%20KOMPETENSI%20SOSIAL%20GURU
%20DALAM%20MENCIPTAKAN %20%20EFEKTIFITAS%20PEMBELAJARAN
Widyaningsih. (2015). Pengaruh Kompetensi Kepribadian Guru Terhadap Disiplin Siswa Kelas
V SD Se-gugus I Sidoarum Godean Sleman Tahun Ajaran 2015/2016. Jurnal Kompetensi
Kepribadian.http://repository.upy.ac.id/314/1/Jurnal%20Wi dyaningsih.pdf
MUSTADI, Ali. Penanaman Nilai-Nilai Agama dalam Pembentukan Sikap dan Perilaku Siswa
Sekolah Dasar Islam Terpadu Luqman Al-Hakim Yogyakarta. Jurnal Penelitian dan Evaluasi
Pendidikan, [S.l.], v. 8, n. 1, june 2006. ISSN 2338-6061.Available at:
<https://journal.uny.ac.id/index.php/jpep/article/view/2008>. Date accessed: 23 oct. 2017.
doi:http://dx.doi.org/10.21831/pep.v8i1.2008.