Anda di halaman 1dari 16

Peran Sosial Pendidik Terhadap Perkembangan Efektif Peserta Didik

Riska Amelia Putri


ameliariska1906@gmail.com

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
MANDAILING NATAL

Abstrak: Guru sebagai seorang pendidik sekarang ini masih banyak yang tidak memiliki atau
tidak menggunakan kompetensi guru dalam melaksanakan pembelajaran terutama kompetensi
sosial dan kompetensi kepribadian. Guru masih banyak yang belum memahami pentingnya
kompetensi sosial dan kompetensi kepribadian. Terbukti dengan ditemukannya guru yang
interaksi dan komunikasinya dengan siswa masih kurang di SD yang saya observasi. Metode
penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif deskriptif. Subjek dalam penelitian ini adalah
guru Sekolah Dasar. Apabila guru dalam melaksanakan pembelajaran memanfaatkan kompetensi
sosial dan kompetensi kepribadian yang ada tentu akan membantu guru dalam berinteraksi,
berkomunikasi dengan siswa sehingga dapat menciptakan pembelajaran yang aktif, efektif, dan
inovatif. Serta terciptalah seorang sosok baik yang dapat menjadi teladan oleh siswa. Dengan
sosok guru yang dapat menjadi teladan siswanya, maka dapat menciptakan siswa yang
berprestasi tinggi dalam hal pengetahuan, sikap dan keterampilan. Hal ini juga dapat membantu
dalam hal memajukan pendidikan yang ada di Indonesia.
Kata Kunci : kompetensi sosial, kompetensi kepribadian, pembelajaran

The Role of Social Competence and Personality Competence in Achieving Success of Learning

Abstract: Teachers, as educator these days, there are still many who do not have or not using
competence of teacher as criteria in implementing learning, especially social and personality
competence. Teachers still have not understand about the importance of social and personality
competence. It is proven by that there are of teachers who are still lacking in interaction and
connection with students at the elementary school that I observed. The research method used is
descriptive qualitative method. Subjects in this study were elementary school teachers. If those
teachers use social and personality competence to implementing learning it will help the teacher
to interact and communicate with students, so it can build the active learning, effective, and
innovative. And it will become a figure that can be the example by students. With the figure of
teachers who can be example for their students, then it will create high quality of students who
performed well in matters of knowledge, attitudes and skill. This can also helps in terms of the
advance to the education system in Indonesia.
Keywords : Social competence, personality competence, learning

PENDAHULUAN
Manusia adalah makhluk sosial sehingga sebagian besar dari kehidupannya melibatkan
interaksi dengan orang lain. Sebagai makhluk sosial yang perlu diperhatikan adalah manusia
secara hakiki dilahirkan selalu membutuhkan interaksi dengan orang lain untuk memenuhi
kebutuhannya (Dayakisni & Yuniardi, 2004:36). Dengan demikian seseorang akan selalu
berinteraksi satu sama lain, dengan berbagai macam individu tentunya dengan pola kepribadian,
keunikan dan kekhasan masing-masing. Untuk itu seseorang tidak hanya dituntut bisa
berinteraksi dengan orang lain, tetapi cerdas berinteraksi dengan orang lain, kecerdasan itu oleh
Goleman disebut sebagai kecerdasan sosial (Goleman 2006:102; Williamson, 2012). Bagi
Goleman (2006:30) kecerdasan atau kompetensi sosial merupakan rujukan tepat bagi kecerdasan
yang tak hanya tentang relasi kita dengan orang lain namun dalam relasi itu. Bahkan kompetensi
sosial menunjukkan kemampuan terbesar yang berhubungan dengan banyak aspek yang sangat
dekat pada konstruk kecerdasan sosial (Riggio & Reichard, 2008:17). Keberhasilan proses
belajar siswa sangat ditentukan oleh kompetensi sosial guru. Hal ini dikarenakan guru sebagai
pemimpin pembelajaran, sebab guru adalah pemimpin pembelajaran, fasilitator, dan sekaligus
merupakan pusat inisiatif pembelajaran.Oleh karenanya, guru harus senantiasa mengembangkan
kemampuan diri.
Guru perlu memiliki standar profesi dengan menguasai materi serta strategi pembelajaran dan
dapat mendorong siswanya untuk belajar bersungguh-sungguh. Guru juga merupakan faktor
yang sangat dominan dan penting dalam pendidikan formal pada umumnya karena bagi siswa,
guru sering dijadikan tokoh teladan, bahkan menjadi tokoh identifikasi diri. Oleh karena itu, guru
seharusnya memiliki perilaku kompetensi yang memadai untuk mengembangkan siswa secara
utuh, sesuai tujuan pendidikan yaitu mengembangan potensi yang dimiliki siswa secara optimal.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pada Bab IV Pasal
10 menyebutkan, ada empat kompetensi kepribadian guru, yakni Kompetensi Pedagogik,
Kompetensi Kepribadian, Kompetensi Profesional, dan Kompetensi Sosial.
1. Kompetensi pedagogik
Kompetensi pedagogik menurut Dwi Siswoyo, bukan kompetensi yang hanya bersifat teknis
belaka, yaitu “kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik” (yang dirumuskan dalam PP
RI No. 19 Tahun 2005) karena “pedagogy” or paedagogy adalah “the art and science of teaching
and educating ” (Dwi Siswoyo, 2006). Selain mencakup pemahaman dan pengembangan potensi
peserta didik, kompetensi pedagogik juga mencakup perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran
serta sistem pelaksanaan evaluasi pembelajaran. Menurut Suparno (2005:52) kemampuan
pedagodik disebut juga kemampuan dalam pembelajaran atau pendidikan yang memuat
pemahaman akan sifat, ciri anak didik dan perkembangannya, mengerti beberapa konsep
pendidikan yang berguna untuk membantu siswa, menguasai beberapa metodologi mengajar
yang sesuai dengan bahan dan perkembangan siswa, serta menguasai sistem evaluasi yang tepat
dan baik yang pada gilirannya semakin meningkatkan kemampuan siswa.
2. Kompetensi Kepribadian
Berdasarkan kodrat manusia sebagai makhluk individu dan sebagai makhluk Tuhan. Seorang
guru wajib menguasai pengetahuan yang akan diajarkannya kepada peserta didik secara benar
dan bertanggung jawab. Seorang guru harus memiliki pengetahuan penunjang tentang kondisi
fisiologis, psikologis, dan pedagogis dari para peserta didik yang dihadapinya(Hamzah B. Uno,
2007:18). Seorang guru menjadi panutan bagi peserta didik. Maka dari itu seorang guru harus
memiliki kepribadian yang baik seperti berakhlak mulia, bertanggung jawab, dan berwibawa
sehingga dapat menjadi teladan yang baik bagi peserta didik. UndangUndang Nomor 14 Tahun
2005 Tentang Guru dan Dosen, mewajibkan seorang guru untuk memiliki kemampuan personal
yang mencerminkan kepribadian yang mantab dan stabil, arif dan bijaksana, berwibawa, dewasa,
berakhlak mulia, dan menjadi teladan bagi peserta didik. Kemampuan yang terpancar lewat
perilaku dan tindakan sehari-hari serta memberikan gambaran tentang diri sendiri atau profesi
yang diperankan. Dalam hal ini, guru harus memiliki kepribadian yang mantap sehingga mampu
mengendalikan proses pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dan kondisi peserta didik serta
menjadi sumber inspirasi (N, Damayanti. 2017:539).
3. Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial sosial diharapkan dapat mempertahankan hubungan posistif antara kedua
belah pihak. Suatu kemampuan individu dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan dan
memberi pengaruh kepada orang lain demi mencapai tujuan dalam konteks sosial tertentu yang
disesuaikan dengan budaya, lingkungan dan situasi yang dihadapi serta nilai yang dianut oleh
individu disebut sebagai kompetensi sosial (Hughes dalam Chasbiansari, 2007). Menurut Prof.
Dr. Hamzah B. Uno, M.Pd., berdasarkan kodrat manusia sebagai makhluk sosial dan makhluk
etis, seorang guru harus dapat memperlakukan peserta didiknya secara wajar dan bertujuan agar
tercapai optimalisasi potensi pada diri masingmasing peserta didik. Ia harus memahami dan
menerapkan prinsip belajar humanistik yang beranggapan bahwa keberhasilan belajar ditentukan
oleh kemampuan yang ada pada diri peserta didik tersebut. Instruktur hanya bertugas melayani
mereka sesuai kebutuhan mereka masing-masing. Kompetensi sosial yang dimiliki seorang guru
adalah menyangkut kemampuan berkomunikasi dengan peserta didik dan lingkungan mereka
(seperti orang tua, tetangga, dan sesama teman).
4. Kompetensi Profesional Guru yang baik adalah guru yang
profesional, Rice dan Bishorprick dalam Ibrahim Bafadal (2009:5) guru profesional adalah guru
yang mampu mengelola dirinya sendiri dalam melaksanakan tugastugasnya sehari-hari. Guru
profesional adalah guru yang memiliki kemampuan mengorganisasikan lingkungan belajar yang
produktif. Profesionalisasi merupakan proses peningkatan kualifikasi atau kemampuan para
anggota penyandang suatu profesi untuk mencapai kriteria standar ideal dari penampilan atau
perbuatan yang diinginkan oleh profesinya. (Desy Sigit R, 2013:2)
Pasal 7 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen, profesi guru dan
dosen merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip sebagai
berikut.
a. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme.
b. Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimaan, ketakwaan, dan akhlak
mulia.
c. Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas.
d. Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas.
e. Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan.
f. Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja.
g. Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan
belajar sepanjang hayat.
h. Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan dan
memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan
dengan tugas keprofesionalan guru.
Seorang guru yang profesional tidak hanya dituntut untuk menguasai pembelajaran tetapi juga
harus menguasai seluruh aspek yang ada dalam pembelajaran, karena pembelajaran yang
bermakna itu adalah pembelajaran yang melibatkan peserta didik dan mencakup semua ranah
pembelajaran seperti aspek kognitif (berpikir), aspek afektif (perilaku), dan aspek psikomotor
(keterampilan) (Asmarani, N. 2014).
Secarateoritis, keempat kompetensi ini dapat dipisah-pisahkan satu sama lain, tetapi secara
praktis sesungguhnya keempat jenis kompetensi tersebut tidak mungkin dipisah-pisahkan. Empat
kompetensi tersebut saling berhubungan secara padu dalam identitas guru. Guru yang terampil
mengajar, tentu memiliki kemampuan pedagogik, tetapi harus juga memiliki kepribadian yang
baik dan mampu melakukan social adjustment dalam masyarakat, karena guru selalu dijadikan
panutan oleh siswa dan masyarakat tempat sekitaranya. Sejalan dengan ini menurut Mulyasa
(2007:37) menyatakan bahwa guru sering dijadikan panutan oleh masyarakat, untuk itu guru
harus mengenal nilai-nilai yang dianut dan berkembang di mayarakat tempat melaksanakan tugas
dan bertempat tinggal. Untuk itu guru harus selalu berusaha memilih dan melakukan perbuatan
yang positif agar dapat mengangkat citra baik, dan kewibawaannya, terutama di depan siswa.
Dalam proses pembelajarankompetensi pedagogik, professional, kepribadian dan kompetensi
sosial memang sangat penting yang harus dimiliki oleh guru dalam mencapai keberhasilan
pembelajaran. Namun, kenyataan yang ada di lapangan kompetensi sosial dan kompetensi
kepribadi dalam pembelajaran saat ini masih kurang diperhatikan oleh guru-guru dan terkadang
sering di abaikan, hal ini sebagaimana sering ditemukan dalam proses pembelajaran
menunjukkan bahwa interaksi guru dan siswa yang kurang efektif dan efesien serta kepribadian
guru yang acuh tak acuh terhadap siswanya. Contohnya seperti interaksi guru dan siswa dalam
belajar mengajar, guru lebih banyak memberikan informasi/menjelaskan tanpa intonasi suara,
sebaliknya siswa jarang sekali diberikan kesempatan mengemukan pendapat dan bertanya karena
kepribadian guru yang kurang peka terhadap sekitarnya, akibatnya siswa pasif sebagai
pendengar, guru juga kurang membuat susasana kelas tenang, dan kurang peduli dengan keadaan
kelas, karena ada beberapa orang siswa yang membuat keributan pada saat pembelajaran tidak
ditegur oleh guru, yang berakibat proses pembelajaran kurang menyenangkan menjadikan siswa
kurang aktif, dalam pembelajaran, sehingga materi yang disampaikan kurang diserap oleh siswa
sehingga mempengaruhi nilai siswa. Beberapa guru kurang mampu mengolah informasi situasi
lingkungan terlebih dahulu, bersikap sesuai dengan kondisi, waktu dan tempat. Padahal sebagai
guru yang sekaligus juga sebagai direktur belajar yang artinya, setiap guru diharapkan untuk
pandai-pandai mengarahkan kegiatan belajar siswa agar mencapai keberhasilan belajar. Hal ini
selaras dengan konsep bahwa guru berfungsi sebagai perancang pengajaran, pengelola
pengajaran dan penilai hasil pembelajaran siswa (Syah, 2008:67).
Guru yang cerdas secara sosial akan bersikap empati, membaca pesan-pesan verbal dan non-
verbal siswa dan juga membaca situasi lingkungan dengan baik, mengambil tindakan sesuai
dengan situasi dan lawan bicara, menggunakan kemampuan komunikasi yang baik melalui
komunikasi verbal maupun non verbal dalam menerima dan menyampaikan pesan. Guru Sekolah
Dasar yang mengembangkan kompetensi sosial dan kompetensi kepribadian dalam
kehidupannya dapat menjadi contoh dan panutan siswanya. Dengan panutan atau guru yang telah
mengembangkan kompetensi sosial dan kompetensi kepribadian dengan baik maka siswa akan
lebih mudah mempelajari dengan cara meneladani atau meniru guru dan mengembangkan
kecerdasan sosial dan kepribadiannya pada aktivitas sehari-hari sejak dini.

METODE PENELITIAN
Metode dalam penelitian ini menggunakan kualitatif. Dasar yang menjadi landasan yaitu
fenomenologis atau Deskriptif Phenomenology yaitu pembuktian yang bersifat deskriptif.
Sumber data yang digunakan dalam jurnal ini berupa pustaka-pustaka yang ada, baik berupa
buku yang berkaitan dan jurnal yang memiliki korelasi dengan permasalahan. Disamping itu
beberapa informasi yang diperoleh dari berbagai sumber seperti data lingkungan yang
kesemuanya diterapkan dengan interprestasi analisis data. Penulisan jurnal ini menggunakan
library research (studi pustaka). Studi pustaka berfokus pada pustaka-pustaka baik cetak maupun
elektronik yang valid, relevan dengan kajian, dan dapat dipertanggungjawabkan . Teknik analisis
data dengan analisis isi untuk memilih data dari berbagai bahan pustaka yang diteliti kemudian
dideskripsikan. Dengan menggunakan teknik ini dapat lebih sistematis dalam menganalisis peran
kompetensi social dan kompetensi guru dalam mencapai keberhasilan pembelajaran. Penarikan
kesimpulan dengan teknik induksi yaitu berdasarkan pembahasan.

HASIL dan PEMBAHASAN


Kompetensi yang harus dimiliki oleh Guru masih belum sepenuhnya mereka miliki. Seperti
kompetensi sosial dan komepetensi kepribadian yang seharusnya dimiliki untuk membantu guru
dalam berinteraksi dan membuat guru agar menjadi contoh yang dapat diteladani oleh siswa pun
masih belum dimiliki oleh kebanyakan guru. Guru yang kurang menguasai kompetensi sosial
dan kompetensi kepribadian, terlihat pada interkasi yang dilakukan di dalam kelas masih
kelihatan kaku karena kebanyakan mengunakan metode ceramah secara monton sehingga,
menyebabkan terjadinya komunikasi satu arah yang berpusat pada guru saja. Kurang ramahnya
guru pada siswa seperti kurang bersahabat dan tidak pernah menyapa terlebih dahulu apabila
berpapasan menunjukkan hubungan guru dan siswa kurang harmonis.
Hal seperti itu saya temukan pula di SD yang penulis observasi. Ada beberapa guru yang
kurang bersahabat dan kurang perhatian terhadap siswanya. Seperti saat berpapasan guru tersebut
diam saja, guru tidak senyum apabila bertemu dengan siswanya (cemberut). Sempat pernah ada
siswa yang jatuh tapi oleh salah satu guru tersebut tidak membantu tapi hanya sebatas bertanya
itupun dari jauh tidak mendekat. Hal-hal seperti inilah yang menyebabkan siswa enggan
berinteraksi dengan gurunya dan dapat menyebabkan tidak tercapainya keberhasilan dalam
pembelajaran.
Kemudian ada juga guru yang ketika masuk kelas langsung meminta siswanya untuk membuka
buku lalu mengerjakan soal yang padahal soal itu belum sempat dijelaskan atau dibelajarkan.
Sedangkan dia sibuk sendiri dengan sesekali bermain hp. Penulis juga menemukan guru tersebut
ketika ada salah satu kegiatan sekolah yaitu senam, sempat guru tersebut menertibkan atau
meminta siswa yang ramai untuk diam dengan menoyor kepalanya. Guru adalah aktor penting
kemajuan peradaban bangsa. Gurulah yang diharapkan mampu membentuk kepribadian,
karakter, moralitas, dan kapabilitas intelektual generasi muda. Dikutip dari Jurnal Dr. Ali
Mustadi, pendidikan karakter bangsa merupakan salah satu kebutuhan penting dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sangat
gencar melakukan berbagai kajian untuk mendapatkan rumusan terbaik dalam penerapan nilai-
nilai karakter kepada peserta didik (Mustadi, 2015, p. 109).
Karena pendidikan karakter merupakan salah satu cara untuk membentuk kepribadian,
karakter, moralitas, dan kapabalitisa intelektyak siswa., Disini guru pula yang melaksanakan
pendidikan karakter yang tidak sebatas dari pengetahuan saja tapi juga sikap dan keterampilan
kepada siswa. Oleh karena itu, seorang guru tidak cukup hanya sekedar transfer of knowledge
(memindai ilmu pengetahuan) dari sisi luarnya saja, tapi juga transfer of value ( memindai nilai)
dari sisi dalamnya. Perpaduan dalam dan luar inilah yang akan mengokohkan bangunan
pengetahuan, moral, dan kepribadian murid dalam menyongsong masa depan. Karena moralitas
dan integritas siswa itu rapuh dan hanya dengan melihat saja dapat ditiru oleh mereka seperti saat
melihat kepribadian gurunya yang kurang baik siswa akan mengikutinya. Karena tugas guru
adalah mengajar sekaligus mendidik, maka keteladanan dari seorang guru menjadi harga mati
yang tak bisa ditawar-tawar. Keteladanan merupakan senjata yang mematikan yang sulit untuk
dilawan, bagaikan anak panah yang langsung mengenai sasaran. Selain itu, keteladanan juga
menjadi senjata ampuh yang tidak bisa dilawan dengan kebohongan, rekayasa, ataupun tipu
daya. Keteladanan adalah suatu yang dipraktikan dan amalkan, bukan hanya dikhutbahkan saja.
Keteladanan adalah perilaku yang sesuai dengan norma, nilai, dan aturan yang ada dalam
agama, adat, dan aturan Negara yang tidak dapat dipisahkan. Tanggung jawab menaati ketiga hal
tersebut bagi guru menjadi lebih karena ia adalah sosok yang digugu dan ditiru. Ucapannya
digugu dan perilakunya ditiru. Menurut Hendrawan, mengingat keteladanan guru sangat
diharapkan bagi murid, seorang guru harus benar-benar mampu menempatkan diri pada posri
yang benar. Porsi yang benar yang dimaksudkan bukan berarti bahwa guru harus membatasi
komunikasinya dengan murid dan sesama guru, namun yang penting adalah cara guru tetap
secara intensif berkomunikasi dengan seluruh warga sekolah khusunya siswa dengan tetap
berada pada jalur dan batas-batas yang jelas.
Seorang guru bahkan harus mampu membuka diri untuk menjadi teman bagi muridnya, tempat
berkeluh kesah terhadap persoalan belajar yang dihadapi sehingga dalam hal ini guru harus
punya dan meningkatkan komepetnsi sosial dan kompetensi kepribadiannya untuk mebantu serta
memudahkan melakukan hal tersebut. Murid harus menganggap gurunya sebagai sosok yang
wajib ia teladani meski dalam praktiknya diperlakukan siswa layaknya sebagai teman. Dengan
kompetensi sosial dan kompetensi kepribadian juga dapat membantu guru berkomunikasi dengan
siswanya yang apabila dilakukan secara intensif guru dapat menggali potensi yang dimiliki
masing-masing murid. Untuk itu setiap guru harus senantiasa berupaya menjadi teladan bagi
setiap siswanya sehingga keteladanan yang diberikan akan mampu membawa perubahan yang
berarti bagi murid serta dapat membantu dalam upaya mencapai pembelajaran.

PENTINGNYA KEPRIBADIAN KOMPETENSI


Kepribadian (Personality) merupakan pengaturan yang dinamis dari sifat (trait) dan pola
karakteristik perilaku yang unik pada setiap individu (Callahan, 1966) Menurut Allport (1966)
sifat (trait) merupakan sesuatu yang lebih umum ketimbang kebiasaan (habit), bersifat dinamis
serta menentukan perilaku, dapat dilihat baik dari unsur yang membentuknya maupun
distribusinya pada populasi, serta tidak dapat dibuktikan ketiadaannya oleh fakta. Kepribadian
guru merupakan dasar guru dalam berperilaku dalam berbagai bentuk seperti interaksinya
dengan siswa, pemilihan metode serta pengalaman belajar yang dipilih (Murray, 1972).
Kepribadian guru juga dapat diartikan sebagai seluruh aspek-aspek pribadi guru yang melekat
dan dinamis yang menjadi dasar dan memengaruhi cara berpikir, merasa, dan berperilaku dalam
menjalankan peran dan tugasnya sebagai pendidik, baik dalam interaksinya dengan siswa,
dengan rekan guru lain, dengan staf, dengan pimpinan serta dalam organisasi pendidikan
(sekolah).
Menurut Sumardi, kompetensi kepribadian ialah sifat-sifat unggul seseorang, seperti sifat ulet,
tangguh, atau tabah dalam menghadapi tantangan atau kesulitan dan cepat bangkit apabila
mengalami kegagalan, memiliki etos belajar dan etos kerja yang tinggi, berpiikir positif terhadap
orang lain, bersikap seimbang antara mengambil dengan memberi dalam hubungan sosial, dan
memiliki komitmen atau tanggung jawab. Di dalam peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan pada penjelasan pasal 28 ayat 3 butir b dijelaskan bahwa
yang dimaksud dengan kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantab,
stabil, dewasa, arif, berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia.
Subkompetensi kepribadian yang mantab dan stabil memiliki indikator esensial seperti bertindak
sesuai dengan norma hukum, bertindak sesuai dengan norma sosial, bangga sebagai guru, dan
memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai dengan norma.
Subkompetensi kepribadian yang dewasa melalui indikator esensial seperti menampilkan
kemandirian dalam bertindak sebagai pendidik dan memiliki etos kerja sebagai guru.
Subkompetensi kepribadian yang arif memiliki indikator esensial seperti menampilkan tindakan
yang didasarkan pada kemanfaatan peserta didik, sekolah, dan masyarakat serta menunjukan
keterbukaan dalam berpikir dan bertindak. Subkompetensi kepribadian yang berwibawa
memiliki indikator esensial seperti memiliki perilaku yang disegani. Sedangkan subkompetensi
kepribadian akhlak mulia dan dapat menjadi teladan memiliki indikator esensial seperti bertindak
sesuai dengan norma religius (iman dan takwa, jujur, ikhlas, suka menolong), dan memiliki
perilaku yang diteladani peserta didik. Kompetensi kepribadian ini memiliki peran penting dalam
usaha mencapai keberhasilan pembelajaran. Karena kompetensi kepribadian guru ini akan sangat
mewarnai kinerjanya dalam mengelola kelas dan berinteraksi dengan siswa.
Dikutip dari Jurnal Dr. Ali Mustadi, orang yang tertanam dan terkristal nilainilai tertentu dalam
mental atau kepribadiannya, tentunya dapat menghadapi dan merespon sesuatu tersebut akan
diwarnai oleh nilai yang diyakininya (Mustadi, 2010). Callahan (1966) menyatakan bahwa
pemanfaatan secara efektif kepribadian guru dalam melaksanakan kegiatan
pembelajara/pendidikan merupakan hal yang amat esensial. Kompetensi kepribadian membantu
pengajaran, serta komunikasi antara guru dengan siswa bahkan meski tanpa ucapan. Dalam
konteks pembelajaran, Khan dan Weiss (1973) menyatakan bahwa sikap siswa terhadap guru
akan berdampak pada sikap siswa tersebut terhadap materi yang diajarkan.
Dengan demikian tampak betapa pentingnya kepribadian guru, sampaisampai dapat
mempengaruhi secara signifikan pada proses pendidikan/pembelajaran, dan ini juga berarti
bahwa kegagalan dalam mengembangkan prestasi siswa tentu salah satunya bisa diakibatkan
oleh kepribadian guru. Untuk itu perlakukan diri sendiri dengan baik dan mewujudkannya dalam
suatu interaksi edukatif secara efektif.

PENTINGNYA KOMPETENSI SOSIAL


Menurut PPRI No. 74 tahun 2008, tentang Undang-undang guru dan dosen sebagaimana
termuat dalam penjelasan Pasal 28 ayat 3, yang dimaksud dengan kompetensi sosial adalah
kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan berinteraksi
secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesame pendidik, tenaga kependidikan, orang
tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. M. Saekhan Muchith, menjelaskan bahwa yang
dimaksud dengan kompetensi sosial adalah seperangkat kemampuan dan keterampilan yang
berkaitan dengan hubungan atau interaksi dengan orang lain. Artinya guru harus dituntut
memiliki keterampilan berinteraksi dengan masyarakat khususnya dalam mengidentifikasi,
menganalisis, dan menyelesaikan problem masyarakat.
Maka dapat disimpulkan bahwa kompetensi sosial adalah kemampuan yang harus dimiliki
oleh pendidik di sekolah untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan
peserta didik, sesame guru, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Kompetensi ini
memiliki tiga subranah. Pertama mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan
peserta didik, subkompetensi ini memiliki indikator esensial berupa berkomunikasi secara efektif
dengan peserta didik. Kedua mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan sesame
pendidik dan tenaga kependidikan. Ketiga mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif
dengan orang tua wali peserta didik dan masyarakat sekitar. Interaksi guru dengan siswa
esensinya adalah interaksi sosial yang meniscayakan kompetensi sosial. Kompetensi sosial ini
juga memiliki peran penting dalam usaha mencapai keberhasilan pembelajaran.
Karena dengan kompetensi sosial ini membantu guru dalam menjalankan interaksinya dengan
siswa dalam pembelajaran maupun diluar pembelajaran untuk memupuk keakraban dan
kedekatan dengan siswa. Dengan kompetensi sosial ini juga dapat membantu guru saat
pembelajaran seperti dalam berkomunikasi pembicaraanya enak didengar, tidak menyakitkan,
pandai berbicara dan bergaul dengan siswa, memudahkan dalam bekerjasama, membuat guru
menjadi penyabar dan tidak mudah emosi, tidak mudah putus asa dan membantu guru mengelola
emosinya. Apabila guru memiliki kompetensi sosial yang rendah sering membuat orang-orang
disekitarnya merasa kurang nyaman karena kesombonganya, kata-katanya yang kasar dan
menyakitkan serta selalu sinis. Hal ini dapat menganggu dalam menciptakan keberhasilan dalam
pembelajaran.
Kompetensi sosial guru juga akan menjadikan kondisi interaksi yang bermutu dan kondusif
bagi tumbuh dan berkembangnya interaksi dan komunikasi edukatif yang produktif serta
kondusif bagi perkembangan kematangan anak-anak kita, siswa-siswa kita, murid-murid kita.
Pada dasarnya guru yang memiliki kompetensi sosial ini merupakan guru yang punya kecerdasan
sosial (social intelligence), sehingga dengan kecerdasan itu dapat membuat suasana komunikasi,
interaksi dan pergaulan sosial dengan siswa dapat berjalan dengan efektif. Dalam hal ini
kemampuan guru dalam bergaul dengan siswa inilah yang akan menjadi penentu utama bagi
terlaksanya proses pendidikan dan pembelajaran yang efekrif dalam mencapai tujuan pendidikan
dan pembelajaran. Tanpa kompetensi sosial ini, guru hanya menghabiskan waktu saja
menceritakan hal-hal yang baik dan penyelesain transfer bahan ajar tanpa ruh tanpa jiwa dan
pasti tidak hidup apalagi menghidupan suasana pembelajaran. Jadi marilah kita sadari dan yakini
perlunya mengasah kompetensi kecerdasan sosial sebagai guru demin anak-anak kita, siswasiswa
kita, dan murid-murid kita.

KAITAN GURU BERKOMPETENSI SOSIAL DAN KEPRIBADIAN DENGAN SISWA


YANG BERPRESTASI
Setiap guru memahami bahwa ketika seorang siswa memasuki dunia sekolah, harapan
utamanya adalah dapat mengikuti semua mata pelajaran dengan baik, memperoleh nilai yang
memuaskan serta mampu berkompetisi dalam berbagai hal sampai memperoleh kesuksesan di
masa depan. Namun untuk mewujudkan keinginan itu tentu tidak terlepas dari bagaimana
kepribadian guru di depan siswa, bagaimana interaksinya saat pembelajaran, bagaimana guru
dalam menyampaikan materi pembelajaran, banyak hal yang harus dipersiapkan. Guru dan siswa
harus memiliki hubungan yang baik serta mampun bekerja sama secara total demi mewujudkan
semua keinginan itu. Sebuah sekolah tidak mungkin dapat melahirkan siswa-siswa yang
berprestasi jika hubungan antara guru dan siswa serta seluruh elemen-elemen pendukungnya
tidak terbina dengan baik. Maka dari itu, untuk meraihnya ada beberapa langkah-langkah yang
bisa dipraktikan oleh para guru di kelas seperti menjadikan pengalaman belajar di sekolah
sebagai masa-masa yang berkesan maksudnya yaitu beri siswa pengalaman pertama berjumpa
dengan gurunya yang berkesan seperti menunjukan keakraban dan kehangatan untuk siswa. Jaga
mutu dan kualitas anda sebagai guru, maksdunya yaitu guru yang berkualitas, berkepribadian dan
sosial yang baik tentu memliki lebih besar melahirkan siswa yang berprestasi. Guru merupakan
seseorang yang digugu dan ditiru, hal ini mempertegas pentingnya eksistensi seorang guru yang
tidak hanya dituntut untuk memberikan pengajaran sesuai bidang keahliannya tapi juga sebagai
suri teladan bagi siswanya.
Mengajar dengan semangat kekeluargaan, maksudnya disini sebagai guru harus bisa
memosisikan diri sebagai orang tua siswa di sekolah. Dengan menciptakan iklim kekeluargaan di
kelas atau di sekolah maka siswa akan berangkat ke sekolah dengan perasaan gembira dan
nyaman layaknya ketika mereka hendak mengunjungi kerabat keluarganya yang lain. Hargai
kemajuan yang berhasil dicapai oleh siswa, maksudnya disini guru harus menghargai kemajuan
yang telah dicapai siswa walau sekecil apapun dan jangan lupa member apresiasi pada mereka.
Karena hal tersebut bagi siswa akan memberikan kesan bangga yang dirasakan mereka karena
dipuji kerja kerasnya oleh guru. Jadikan fakta-fakta ilmu pengetahuan sebagai objek pendidikan,
maksudnya disini guru tidak memosisikan siswa sebagai objek pembelajaran melainkan sebagai
subjek pengetahuan. Tugas guru yaitu untuk membantu, membimbing dan mengarahkan siswa
dalam upaya untuk meraih cita-cita mereka.

MENJADI GURU IDEAL DAN INOVATIF


Menjadi guru yang ideal dan inovatif adalah sebuah tuntutan yang tidak bisa dielakkan karena
dari gurulah siswa membayangkan masa depan dan mencanangkan sebuah impian baru. Ketika
guru yang hadir bersahabat, menarik, berwawasan luas, humoris, dan mampu menguasai kelas
maka kedatangan guru tersebut sangat dinanti. Sebab yang keluar darinya adalah mutiara-mutiara
emas yang sulit untuk diulang untuk kedua kalinya. Agar menjadi guru ideal dan invoatif
memang banyak caranya seperti guru harus dapat menguasai materi pelajaran secara mendalam
dan berwawasan luas. Namun hal tersebut akan sia-sia saja apabila guru tidak bisa dengan baik
berinteraksi dan komunikatif dengan siswanya. Karena dengan guru yang suka menyapa,
berinteraksi, dan memperhatikan kondisi siswanya akan lebih mudah diterima daripada guru
yang egois yang hanya menerangkan pelajaran setelah itu pulang. Ia tidak mau peduli persoalan
muridnya yang penting dating mengajar sampai batas waktu uang ditentukan kemudian selesai.
Disinilah pentingnya guru berinteraksi dan berkomunikasi dengan murid, menyapa, menanyakan
kondisi. Komunikasi semacam ini sangat penting sebagai pendekatan psikologis kepada siswa.
Aspek penerimaan (acceptability) guru menjadi faktor penting bagi kelancaran kegiatan belajar
mengajar di dalam kelas. Jika siswa tidak senang dengan gurunya maka hal itu bisa menjadi
gangguan psikologis guru dalam mengajar.
Oleh karena itu, perlu diingat bahwa siswa akan merasa senang bila disapa dan diajak
berinteraksi dengan gurunya. Efek positifnya siswa yang diajar oleh guru yang seperti itu akan
timbul keakraban, perasaan saling mengasihi dan menyayangi. Keterlibatan emosi ini sangat
penting dalam proses belajar mengaja sehingga aspek lahir batin siswa dapat diarahkan oleh
guru.

PERAN GURU BERKOMPETENSI SOSIAL DAN KEPRIBADIAN DALAM


PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN SEKOLAH
Guru merupakan sosok yang digugu lan ditiru atau tut wuri handayani. Tentunya guru yang
memiliki kompetensi sosial serta kompetensi kepribadian yang menggunakannya dalam sebuah
pembelajaran akan bisa mempengaruhi kualitas siswanya. Seperti memberikan pengetahuan,
sikap, dan keterampilan kepada siswanya dengan memanfaatkan kompetensi sosial dan
kompetensi kepribadian yang dapat memudahkan guru tersebut. Tugas guru sendiri tidak hanya
sebatas aktifitas yang terjadi di sekolah akan tetapi juga di luar sekolah. Begitu pula dengan
pembinaannya tidak hanya bersifat kelompok tetapi juga individual. Jika sikap dan tingkah laku
anak didik tidak hanya diawasi di dalam sekolah saja tetapi di luar sekolah pun harus diawasi
baik secara langsung maupun tidak langsung.
Banyak peranan yang diperlukan guru sebagai pendidik seperti, sebagai korektor yaitu guru
harus bisa membedakan mana nilai yang baik dan mana nilai yang buruk dalam kehidupan yang
setiap saat dapat mempengaruhi siswa bahkan sudah mempengaruhi siswa dan tidak
menghambat proses pembelajaran, sebagai inspirator yaitu guru harus dapat memberikan ilham,
contoh, yang baik bagi kemajuan belajar anak didik agar dapat membantu proses pembelajaran,
sebagai motivator yaitu guru hendaknya dapat mendorong anak didik agar bergairah dan ikut
aktif dalam proses pembelajaran, sebagai inisiator yaitu guru harus dapat menjadi pencetus ide-
ide kemajuan dalam pendidikan dan pengajaran dengan memperbaiki kompetensi guru yang ada,
sebagai pembimbing yaitu peran yang tidak kalah penting dari semuanya dan harus lebih
dipentingkan karena kehadiran guru di sekolah adalah untuk membimbing anak didik menjadi
manusia dewasa susila yang cakap.

SIMPULAN DAN SARAN


Simpulan
Berdasarkan observasi penulis pada Sekolah Dasar, di temukan beberapa guru yang masih belum
memiliki kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial. Kompetensi kepribadian sendiri ialah
sifatsifat unggul seseorang, seperti sifat ulet, tangguh, atau tabah, berpikir positif terhadap orang
lain, bersikap seimbang antara mengambil dengan memberi dalam hubungan sosial dan menjadi
teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia. Sedangkan kompetensi sosial ialah kemampuan
pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan
efisien dengan peserta didik, sesame pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik,
dan masyarakat sekitar. Kompetensi kepribadian dan sosial sangatlah penting bagi guru untuk
membantu mencapai keberhasilan pembelajaran.
Karena dengan kompetensi kepribadian ini akan sangat mewarnai kinerjanya dalam mengelola
kelas dan berinteraksi dengan siswa serta membantu pengajaran, komunikasi antara guru dengan
siswa bahkan meski tanpa ucapan. Sedangkan kompetensi sosial akan menjadikan kondisi
interaksi yang bermutu dan kondusif bagi tumbuh dan berkembangnya interaksi dan komunikasi
edukatif yang produktif serta kondusif bagi perkembangan kematangan siswa serta dapat
membuat suasana komunikasi, interaksi dan pergaulan sosial dengan siswa dapat berjalan dengan
efektif. Dalam hal ini kemampuan guru dalam bergaul dengan siswa inilah yang akan menjadi
penentu utama bagi terlaksanya proses pendidikan dan pembelajaran yang efekrif dalam
mencapai tujuan pendidikan dan pembelajaran. Dengan guru kompetensi kepribadian dan
kompetensi sosial yang baik ini tentu juga dapat membantu dalam menciptakan siswa yang
berprestasi dan meningkatkan mutu pendidikan sekolah.

Saran
Guru seharusnya lebih sadar pentingnya kompetensi guru seperti kompetensi kepribadian dan
sosial untuk membantu dalam melaksanakan pembelajaran sehingga dapat mencetak siswa yang
berprestasi. Guru juga harus sering berinteraksi dan berkomunikasi dengan siswanya agar lebih
dekat sehingga siswa merasa nyaman. Guru juga harus bisa menciptakan suasana kelas
kekeluargaan agar apabila siswa berangkat sekolah merasa akan bertemu dengan saudara atau
merasa di rumah sendiri sehingga menyebabkan dapat membuat siswa mengikuti pembelajaran
dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA
Asmani, Jamal Ma’mur. 2016. Great Teacher. Yogyakarta: Diva Press. Husein, Latifah. 2017.
Profesi Keguruan. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Isnawati, Nurlaela. 2010. Guru PositifMotivatif. Yogyakarta: Laksana.

Ramayulis. 2013. Profesi dan Etika Keguruan. Jakarta: Kalam Mulia Siswoyo, Dwi. 2013. Ilmu
Pendidikan. Yogyakarta: Uny Press..
Suharsaputra, Uhar. 2013. Menjadi Guru Berkarakter. Bandung: PT Refika Aditama.
Agung, Iskandar. (2014). Kajian Pengaruh Kompetensi Kepribadian Dan Sosial Terhadap
Kinerja Guru. Kompetensi Kepribadian dan Sosial, http://journal.unj.ac.id/unj/index.php/jiv/ar
ticle/view/3774/2808

Muspiroh, Novianti. (2016). Peran Kompetensi Sosial Guru Dalam Menciptakan Eefektifitas
Pembelajaran. Jurnal Kompetensi Sosial. http://download.portalgaruda.org/article.ph p?
article=471353&val=9452&title=PERAN%20KOMPETENSI%20SOSIAL%20GURU
%20DALAM%20MENCIPTAKAN %20%20EFEKTIFITAS%20PEMBELAJARAN

Widyaningsih. (2015). Pengaruh Kompetensi Kepribadian Guru Terhadap Disiplin Siswa Kelas
V SD Se-gugus I Sidoarum Godean Sleman Tahun Ajaran 2015/2016. Jurnal Kompetensi
Kepribadian.http://repository.upy.ac.id/314/1/Jurnal%20Wi dyaningsih.pdf

MUSTADI, Ali. Penanaman Nilai-Nilai Agama dalam Pembentukan Sikap dan Perilaku Siswa
Sekolah Dasar Islam Terpadu Luqman Al-Hakim Yogyakarta. Jurnal Penelitian dan Evaluasi
Pendidikan, [S.l.], v. 8, n. 1, june 2006. ISSN 2338-6061.Available at:
<https://journal.uny.ac.id/index.php/jpep/article/view/2008>. Date accessed: 23 oct. 2017.
doi:http://dx.doi.org/10.21831/pep.v8i1.2008.

SETYAWAN, Wawan Wahyu; MUSTADI, Ali. PENGEMBANGAN SSP TEMATIK-


INTEGRATIF UNTUK MEMBANGUN KARAKTER DISIPLIN DAN KREATIF SISWA
KELAS I SD. Jurnal Prima Edukasia, [S.l.], v. 3, n. 1, p. 108-119, jan. 2015. ISSN 2460-9927.
Available at: <https://journal.uny.ac.id/index.php/jpe/article/vie w/4072>. Date accessed: 23 oct.
2017. doi:http://dx.doi.org/10.21831/jpe.v3i1.4072.

Anda mungkin juga menyukai