Anda di halaman 1dari 12

JURNAL 1

GRAPH TANGGA DAN SIFAT-SIFATNYA


Judul
Jurnal E-Jurnal Matematika
Volume Vol. 12
Tahun 2023
Penulis Mareta Sekar Larasati, Luh Putu Ida Harini, I Wayan Sumarjaya
Tanggal Agustus 2023
Reviewer Yusfi Amara

Ladder Graph is one type of connected and simple graph that has its own
uniqueness. The aim of this research is to find the k-deficiency of points
in the spanning tree in the ladder graph. Calculation of kdeficiency is
carried out for each additional step, starting from the second ladder ( L2),
Abstrak up to the nth Ladder (Ln). Calculations are based on a representative
spanning tree on each ladder. In the end, we get a number pattern from the
second ladder onwards which is then proven by mathematical induction,
for the calculation of each step up the ladder. In this study, the pattern of
k-deficiency points on the ladder graph was obtained.
Keywords: Ladder Graph, k-defisiensi, Mathematical Induction
Matematika dapat diaplikasikan ke dalam berbagai bidang ilmu, di
antaranya bidang biologi, kimia, teknologi, dan komunikasi. Salah satu
cabang ilmu matematika yang dapat diaplikasikan pada bidang-bidang
tersebut adalah teori graph. Salah satu materi yang dibahas dalam teori
graph adalah k-defisiensi titik. Menghitung total k-defisiensi titik dari
Pendahulu pohon merentang pernah diterapkan pada graph terhubung (Anggraini,
an 2011). Graph telah dikembangkan melalui beberapa riset pada tahun 1960-
an. Aplikasi graph pada kehidupan manusia antara lain: komputer,
rangkaian pada listrik, peta, penggambaran jaringan komunikasi, dan
lainnya. Salah satu bagian yang dipelajari dari teori graph adalah tentang
pohon, pohon merentang pada graph serta k-defisiensi titik. Dalam
berbagai bidang ilmu, konsep pohon merupakan salah satu konsep yang
dapat mendukung pada penerapan graph. Kirchoff (1824—1887)
mengembangkan teori pohon untuk diterapkan dalam jaringan listrik.
Terdapat berbagai macam jenis graph, salah satunya adalah graph tangga
(ladder graph). Graph Tangga ini adalah salah satu graph yang memiliki
pola dalam jumlah edge dan titiknya di setiap pertambahan anak
tangganya. Kurniawan (2009) juga melakukan penelitian terhadap graph
tangga 177 yaitu tentang pelabelan harmonis gabungan graph tangga
segitiga 𝐿𝑆𝑛, dengan graph tangga variasi 𝑋𝑛. Beberapa penelitian
lainnya mengenai graph tangga antara lain sebagai berikut. Hanani (2014)
menilai ketakteraturan total edge dari graph tangga permata. Pada
penelitian tersebut mendapatkan hasil bahwa bobot edge dari graph tangga
memiliki nilai yang berbeda. Slamin (2014) menilai ketakteraturan total
1
edge dari graph tangga (stair graph). Lebih lanjut Slamin (2014)
mendapatkan bahwa dari formulasi bobot edge pada graph tangga, terlihat
bahwa bobot berbeda pada tiap edge sederhana yang memiliki keunikan
tersendiri, yaitu memiliki suatu pola pada jumlah titik dan edgenya.
(Aprilia, 2011) suatu graph sederhana yang dinotasikan dengan 𝐿𝑛 dengan
n adalah banyak anak tangga dapat disebut dengan graph tangga. Graph
tangga dapat diilustrasikan seperti bentuk tangga pada suatu bangunan.
Pada graph tangga 𝐿𝑛, banyak titiknya 2𝑛, dan banyak edgenya adalah 3 𝑛
− 2, berlaku untuk setiap pertambahan anak tangganya.
Anggraini, Puspita. 2011. Total k-defisiensi Titik dari Pohon Merentang
Suatu Graph Terhubung. Malang: Universitas Islam Negeri Maulana Malik
Ibrahim
Aprilia, Ira. 2011. Pelabelan Total Super (a, d)Sisi
Antimagic Pada Graph
Tangga.Tidakdipublikasikan Jember: Universitas Jember.
(Skripsi).
Daft Chartrand, G., Zhang, P. 2005. A First Course in Graph Theory. Dover
arPus Publication: New York
taka Hanani, Hilmiyah. 2014. Nilai Ketakteraturan Total Sisi dari Graph
Tangga Permata. Jember: Universitas Jember
Kurniawan, Haris. 2009. Spectrum Graph Komplit (Kn),
𝑛 ≥ 2 𝑑𝑎𝑛 𝑛 ∈ 𝑁. UIN Malang: Malang
Slamin. 2014. Total Vertex Irregularity Strength of Ladder Related
Graphs. Jember: Universitas Negeri Jember.

2
Kajian pustaka merupakan metode penelitian pada penelitian ini yaitu
dengan mengumpulkan dan mengkaji referensi berupa skripsi, buku, jurnal
maupun tulisan dari perpustakaan dan internet. Langkah-langkah yang
dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menggambar graph yang akan digunakan untuk mencari k-defisensi titik.
Metode 2. Mencari setiap kemungkinan pohon merentang yang terdapat pada graph
peneliti tersebut. Pohon merentang merupakan graph yang tidak memiliki cycle
an dalam suatu graph.
3. Setelah didapatkan setiap kemungkinan pohon merentang lalu
menentukan derajat titik.
4. Menentukan k-defisiensi titik pada graph tangga di setiap pertambahan
anak tangganya dengan rumus: 𝑑𝑒𝑔(𝑣𝑖) − 𝑑𝑒𝑔𝑇(𝑣𝑖) = 𝑘 (1) dengan 𝑑𝑒𝑔𝐺
merupakan jumlah derajat titik pada graph tangga dan 𝑑𝑒𝑔𝑇 adalah derajat
titik pada pohon merentangnya.
5. Kemudian menemukan pola rumusnya. 6. Membuktikan pola rumus k-
defisiensi titik yang telah ditentukan.
Penelitian ini mengambil sample untuk graph tangga 𝐿2 sampai 𝐿4. Berikut
merupakan perhitungannya: 3.1 Pohon Merentang dan k-defisiensi Titik
pada Graph Tangga 𝑳𝟐 Pada subbab ini untuk mengawalinya dicari pohon
merentang pada graph tangga. (Chartrand dan Zhang, 2005) Graph 𝐻
dikatakan subgraph dari graph 𝐺, dapat dituliskan 𝐻 ⊆ 𝐺, jika (𝐻) ⊆ 𝑉(𝐺)
Hasil
dan 𝐸(𝐻) ⊆ 𝐸(𝐺). Selanjutnya dengan mencari kdefisiensi titik pada graph
penelitian
tangga, dan yang terakhir yaitu membuktikan secara umum menggunakan
induksi matematika. Graph tangga 𝐿2 dapat digambarkan seperti pada
gambar 2.1 sebagai berikut: Graph tangga 𝐿2 banyak kemungkinan
pohon merentang yang dapat dicari dengan menggunakan rumus kombinasi,
dengan jumlah edge graph tangga 𝐿2 yaitu 4 dikurangi satu edge agar
membentuk pohon merentang. Sehingga rumusnya adalah 𝐶1
4 = 4! 1!(4−1)! = 4.3! 1!3! = 4.
Selanjutnya dicari k-defisiensi titik. yang
pertama menentukan banyak derajat masingmasing titiknya dengan melihat
pada graph berapa jumlah edge pada titiknya. Banyak kemungkinan pohon
merentang pada 𝐿2 adalah 4 pohon. Diambil 1 pohon untuk contoh
perhitungan, yaitu Pohon Merentang 𝐿2(1): 1. Titik 𝑣1 memiliki derajat 1 2.
Titik 𝑣2 memiliki derajat 1 3. Titik 𝑣3 memiliki derajat 2 4. Titik 𝑣4
memiliki derajat 2 Nilai k dari k-defisiensi titik ditentukan menggunakan
persamaan rumus (1): 1. Titik 𝑣1 nilai 𝑘 = 2 − 1 = 1 2. Titik 𝑣2 nilai 𝑘 = 2 −
1 = 1 3. Titik 𝑣3 nilai 𝑘 = 2 − 2 = 0 4. Titik 𝑣4 nilai 𝑘 = 2 − 2 = 0
Dengan demikian k-defisiensi titik dari graph tangga 𝐿2 adalah 1 + 1 + 0 +
0 = 2.

1
Berdasarkan pembahasan dari penelitian ini, diperoleh kesimpulan bahwa k-
defisiensi titik pada graph tangga, untuk 𝑛 anak tangga (𝐿𝑛) adalah 2( 𝑛 −
1) dengan 𝑛 ≥ 2, 𝑛 ∈ 𝑁. Sehingga jika k-defisiensi titik pada graph tangga
untuk 𝑘 anak tangga, yaitu 𝐿𝑘 ≡ 2(𝑘 − 1) , maka untuk 𝑘 + 1 anak tangga
diperoleh 𝐿𝑘+1 ≡ 2𝑘. Untuk k-defisiensi pada setiap anak tangganya ialah:
1. Graph tangga 𝐿2 memiliki k-defisiensi titik 2(2 − 1) = 2.
2. Graph tangga 𝐿3 memiliki k-defisiensi titik 2(3 − 1) = 4.
3. Graph tangga 𝐿4 memiliki k-defisiensi titik 2(4 − 1) = 6. ⋮
Kesimpula Berlaku hingga k-defisiensi titik pada graph tangga 𝐿𝑛. Penulis
n menyarankan untuk perhitungan kdefisiensi titik pada graph tangga, bisa
mencoba perhitungan pada jumlah edge nya. Mungkin akan ditemukan pola
seperti yang dilakukan pada perhitungan terhadap titik di penelitian ini.
Pada penulisan ini hanya menghitung defisiensi titik untuk jenis graph
tangga saja.
Jika ingin melanjutkan penelitian, dapat menambahkan graph jenis lain.
Apakah dalam graph jenis lain terdapat pola pada perhitungan k-defisiensi
titik pada graph tersebut atau tidak.

JURNAL 2

Peningkatan Kemampuan Menentukan Nilai Tempat Bilangan


Judul
Melalui Media Tangga Pintar Bagi Anak Kesulitan Belajar
Berhitung Kelas IV di SDN 06 Batang Anai
Jurnal Jurnal Pendidikan Matematika
Volume Vol. 05
Tahun 2021
Penulis Yola Ananda, Damri
Tanggal Juli 2021
Reviewer Yusfi Amara

Penelitian ini berawal dari ditemukan seorang anak kesulitan berhitung


kelas IV di SDN 06 Batang Anai. Ia tidak mampu menjawab soal latihan
dengan benar hanya bisa menerka-nerka, inilah penyebab ia belum
memahami konsep dasar berhitung terutama dalam menentukan nilai
Abstrak tempat bilangan. Penelitian ini bertujuan meningkatkan kemampuan
menentukan nilai tempat bilangan dengan menggunakan media tangga
pintar. Penelitian ini menggunakan metode single subject research (SSR)
dengan desain A-B-A, kegiatan baseline (A1) dilaksanakan empat kali
pertemuan, kegiatan intervensi (B) dilaksanakan tujuh kali pertemuan dan
kegiatan baseline kedua (A2) dilaksanakan lima kali pertemuan. Data
diperoleh melalui observasi, wawancara, dokumentasi dan tes perbuatan,
selanjutnya dianalisis menggunakan visual grafik dalam bentuk
persentase. Hasil yang diperoleh pada kegiatan baseline (A1) dalam
2
menentukan nilai tempat bilangan diperoleh persentase 33%, 44%, 44%
dan 44%, untuk menentukan nilai angka bilangan diperoleh persentase
22%, 33%, 33% dan 33%. Hasil kegiatan intervensi (B) untuk
menentukan nilai tempat bilangan diperoleh persentase 44%, 55%, 44%,
66%, 77%, 77% dan 77%, untuk menentukan nilai angka diperoleh
persentase 44%, 55%, 66%, 66%, 88%, 88%, dan 88%. Hasil kegiatan
baseline kedua (A2) dalam menentukam nilai tempat bilangan diperoleh
persentase 66%, 77%, 88%, 88%, dan 88%, untuk menentukan nilai angka
diperoleh persentase 55%, 77%, 88%, 88% dan 88%. Berdasarkan hasil
penelitian diatas jelas bahwa penggunaan media tangga pintar dalam
menentukan nilai tempat bilangan efektif digunakan untuk siswa kesulitan
belajar berhitung.
Kata kunci: Nilai tempat bilangan, media tangga pintar, kesulitan belajar
berhitung
Pendidikan pada dasarnya hakikatnya adalah proses pembelajaran untuk
membantu siswa keluar dari ketidaktahuan dan kemiskinan, oleh karena itu
layanan pendidikan yang berkualitas diperlukan untuk membantu siswa
terhindar dari kesulitan belajar (Ardisal & Damri, 2013). Melalui proses
pendidikan dan pembelajaran, siswa dapat mengembangkan potensi dan
ilmunya. Salah satu siswa yang seharusnya mendapatkan pendidikan ini
adalah ABK. ABK adalah siswa yang memiliki ciri khas tersendiri
dibandingkan anak normal seusianya. Perbedaannya terletak pada kondisi
fisik, emosi dan mental yang berada di bawah atau diatas rata-rata anak
normal (Damri, 2019). Ada beberapa kategori ABK yaitu anak kesulitan
Pendahulu belajar AKB. Siswa kesulitan belajar adalah mereka yang memiliki
an keterbatasan pada perkembangan akademik sebagai akibatnya mereka
perlu diberikan pengajaran secara spesifik (Efendi, 2019) Salah satu siswa
dengan kesulitan belajar adalah siswa kesulitan belajar berhitung atau
mengalami diskalkulia. Kesulitan belajar berhitung adalah kesulitan
memahami simbol untuk berpikir, mencatat, dan mengungkapkan gagasan
tentang kuantitas. Hal tersebut dibenarkan oleh beberapa ahli antara lain
(1) (Kasmawati,2018); (2) (Suryani, 2010); (3) (Mulyadi, 2010), mereka
setuju bahwa pada dasarnya diskalkulia atau kesulitan belajar berhitung
adalah kesulitan menyelesaikan sebuah kasus terkait hitunghitungan karena
terdapat masalah pada saraf pusatnya. Pada kehidupan sehari-hari dalam
kondisi belajar berhitung, kegiatan yang lazim diguankan ialahkegiatan
yang berkaitan dalam menggunakan uang dan waktu, mengukur, jumlah,
operasi hitung dan sebagainya.
Ardisal, A., & Damri, D. (2013). PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SMK NEGERI. 4 PADANG.
Pedagogi: Jurnal Ilmu Pendidikan, 13(1), 105–109.
Arsyad. (2014). Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Press. Damri.
(2019). Panduan Pembelajaran Inklusi Di Sekolah Menengah Pertama.
Cv.Irdh. Efda, Y. (2013). Upaya Meningkatkan Kemampuan Nilai Tempat

3
Pada Pembelajaran Matematika Menggunakan Media Maze Bagi Anak
Daft Tunagrahita Ringan Kelas DIV. Jurnal Pendidikan Khusus, 1.
arPus Efendi, J. (2019). Efektifitas Alat Terigonal Pencil dalam Peningkatan
taka Menulis pada Anak Kesulitan Belajar di SDN 20 Kalumbuk Padang.
Pendidikan Khusus, 4, 152.
Febrician, R., & M. (2019). Meningkatkan Kemampuan Menentukan Nilai
Tempat Bilangan Melalui Media Papan Bilangan Bagi Anak Berkesulitan
Belajar. 7, 97–102.
Indriana, D. (2011). Ragam Alat Bantu Media Pembelajaran. Yogyakarta:
DIVA.Press. Jarmita, Ni. (2015). Kesulitan Pemahaman Konsep
Matematis Siswa dalam Pembelajaran Matematika di Kelas Awal Sekolah
Dasar. Journal Pendidikan, 1–16.
Kasmawati, & I. (2018). Pendekatan Realistic Mathematics Education
(Rme) untuk Meningkatkan Kemampuan Operasi Hitung Anak
Diskalkulia. Jurnal Penelitian Pendidikan Kebutuhan Khusus.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen dengan SSR.


Tujuan mencari efektifitas pengobatan yang terkendali (Sugiyono, 2014).
Desain penelitian ini adalah A1-B-A2. Penelitian ini dilakukan dalam enam
Metode belas kali pertemuan, dengan 4 kali pengamatan untuk kegiatan (A1), 7 kali
penelitian pengamatan untuk kegiatan (B) dan lima pengamatan untuk kegiatan terhadap
perilaku anak tanpa adanya perlakuan (A2).
Penelitian ini dilakukan di SDN 06 Batang Anai dimana mereka belajar
berhitung. Penelitian ini dilaksanakan dalam enam belas kali pertemuan,
dengan menggunakan desain ABA, kegiatan (A1) dilakukan dalam mengamati
kemampuan awal anak, kegiatan (B) yaitu kegiatan memberikan intervensi,
dan kondisi baseline kedua (A2) yaitu kondisi setelah diberikan perlakuan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa proses pembelajaran untuk
Hasil
menentukan nilai tempat bilangan menggunakan media tangga pintar
penelitian
mengalami peningkatan. Dari paparan grafik diatas didapat hasilnya bahwa
pada kegiatan (A1) mendapat persentase 33% pada pertemuan pertama,
pertemuan kedua sampai keempat sebesar 44%. Pada kemampuan
menentukan nilai angka suatu bilangan pertemuan pertama diperoleh
persentase sebesar 22% dan pertemuan kedua sampai ketiga sebesar 33%.
Pengamatan dihentikan pada pertemuan keempat karena data yang diperoleh
stabil dan dilanjutkan pada kegiatan B. Pada kondisi intervensi kemampuan
anak dalam menentukan nilai tempat bilangan tersebut meningkat
dibandingkan kondisi baseline (A1).
Penelitian yang telah dilakukan di SDN 06 Batang Anai terhadap penggunaan
media tangga pintar pada siswa kesulitan belajar berhitung dalam kemampuan
menentukan nilai tempat bilangan disimpulkan dapat meningkat. Analisis
keseluruhan kondisi terjadi peningkatan terhadap kemampuan siswa dalam
Kesimpulan menentukan nilai tempat bilangan bagi siswa kesulitan belajar berhitung
melalui pemberian intervensi atau obat menggunakan media tangga pintar ini.

4
Hasil pengumpulan data menunjukkan bahwa media tangga pintar ini dapat
memberikan hasil yang baik dalam menentukan nilai tempat bilangan pada
siswa dengan keterbatasan dalam berhitung di kelas IV di Sekolah Dasar
Negeri 06 Batang Anai Padang Pariaman Sumatera Barat.

JURNAL 3

INOVASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA (GRAFIK


Judul
FUNGSI) DENGAN GEOGEBRA
Jurnal Seminar Nasional Pendidikan Matematika
Volume -
Tahun 2019
Penulis Inez Audika Putri, Brigita Etik Purwaningsih
Tanggal 02 November 2019
Reviewer Yusfi Amara

Dalam pembahasan mengembangkan abad 21 melalui pendidikan


matematika, kami memberikan inovasi terhadap pembelajaran
matematika. Pada abad 21 ini, perkembangan teknologi, informasi dan
komunikasi semakin pesat. Perkembangan IPTEK (Ilmu Pengetahuan
Teknologi Informasi dan Komunikasi) juga menyumbangkan teknologi
untuk pembelajaran matematika. Salah satu teknologi yang yang dapat
digunakan dalam pembelajaran matematika adalah komputer dan aplikasi
yang ada di dalamnya yang dapat membantu menyelesaikan persoalan
matematika. Salah satu aplikasi yang dapat digunakan adalah GeoGebra
Abstrak dua dimensi. Sebenarnya aplikasi GoeGebra dua dimensi ini tidak hanya
dapat diinstal pada komputer saja melainkan juga dapat di instal di laptop,
dan smartphone, sehingga lebih praktis dan efisien jika digunakan dalam
pembelajaran matematika. GoeGebra dua dimensi ini membantu proses
pembelajaran pada tingkat SMP dan SMA yang berkaitan dengan grafik.
Aplikasi ini sangat membantu dalam penggambaran grafik sesuai dengan
fungsi yang diminta baik persamaan linear maupun kuadrat. Dengan ada
aplikasi ini guru tidak harus melukiskan grafik di papan tulis, sehingga
proses penggambaran grafik tidak memakan waktu yang lama dan hasil
lukisandapat lebih jelas dan menanamkan konsep penggambaran yang
benar bagi siswa.
Kata kunci: Geogebra; IPTEK; Pembelajaran matematika.
Pembelajaran matematika merupakan pembelajaran yang dianggap sebagai
pembelajaran yang membosankan, tidak disukai bahkan matematika
dianggap sebagai pembelajaran yang menakutkan oleh sebagian besar
peserta didik, karena mereka kesulitan dalam memahami pembelajaran
matematika yang bersifat abstrak. Dengan adanya perkembangan Ilmu
Pengetahuan Teknologi dan Komunikasi yang semakin pesat ini, guru
Pendahulu sebagai pendidik harus mampu melakukan inovasi dalam pembelajaran

5
an matematika agar pembelajaran matematika dapat lebih mudah dipahami
dan diterima oleh peserta didik. Perkembangan
teknologi yang semakin pesat ini berdampak pada pemggunaan teknologi
dalam pembelajaran misalkan penggunaan LCD, Komputer, Laptop, HP
dan lain sebagainya. Penggunaan teknologi semacam ini sudah banyak
diterapakan pada tingkat SD, SMP, SMA dan perguruan tinggi. Berkaitan
dengan komputer tidak lepas dari berbagai aplikasi yang ada
didalamnya. Aplikasi-aplikasi itu menawarkan manfaat dan kegunaan yang
berbeda-beda dan tidak semua aplikasi yang ada di dalam komputer bisa
digunakan dalam pembelajaran matematika. Salah satu aplikasi yang dapat
digunakan dalam pembelajaran matematika adalah aplikasi GoGebra.
Aplikasi ini dapat digunakan dalam materi grafik fungsi yang diajarkan
mulai kelas VIII SMP. Dengan menggunakan aplikasi ini dalam
pembelajaran, guru menjadi lebih mudah menjelaskan materi grafik fungsi
menggunakan lukisanyang sesuai dengan fungsi yang disajikan. Sehingga
dapat mengurangi kesalahan penggambaran grafik fungsi. Selain itu
aplikasi GoGebra dapat dapat diinstal di komputer, laptop, HP dan tab,
sehingga lebih mudah dan praktis. Rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah 1) Apakah yang dimaksud GoGebra?, 2) Apa kegunaan GoGebra?,
3) Bagaimana inovasi pembelajaran matematika (grafik fungsi) dengan
GoGebra?, 4) Bagaimana contoh penggunaan aplikasi GeoGebra dalam
pembelajaran matematika (grafik fungsi)?, 5) Apa kekurangan dan
kelebihan dari aplikasi GeoGebra?
Ariyanti, G. 2018. Modul Pengenalan GeoGebra. Materi Kuliah Program
Aplikasi Komputer dalam Matematika. Universitas Katolik Widya
Mandala Madiun. Tidak dipublikasikan.
Sahribulan. 2015. Inovasi Pembelajaran Matematika. Dapat dilihat di
https://www.kompasiana.com/sahribulan/557d7e388efdfd1a7bf37aa3/inov
a si-pembelajaran-matematika?page=all diakses pada tanggal 25 Oktober
2019.
Daft Mahmudi Ali. Pemanfaatan GeoGebra dalam Pembelajaran Matematika.
arPus Dapat di lihat di
taka https://www.academia.edu/2137476/Pemanfaatan_GeoGebra_dalam_Pem
be lajaran_Matematika
Ekawati, Aminah. 2016. PENGGUNAAN SOFTWARE GEOGEBRA
DAN MICROSOFT MATHEMATIC DALAM PEMBELAJARAN
MATEMATIKA. Dapat dilihat di https://media.neliti.com › media ›
publications › 176895-IDpenggunaan-s. Diakses pada tanggal 26 Oktober
2019.
APLIKASI GEOGEBRA. Dapat diinstal di Google, Appstote, playstore.

6
-

Metode
penelitian
Menurut Gregoria Ariyanti, (2018) menjelaskan bahwa GeoGebra merupakan
software matematika yang dinamis dan bersifat open source (free) untuk
pembelajaran matematika di sekolah. GeoGebra mengkombinasikan geometri,
aljarbar, statistika dan kalkulus. Interface (tampilan) dasar GeoGebra dibagi
dalam tiga bagian: 1) input bar: membuat objek baru, persamaan atau fungsi,
2) Algebra View: menampilkan dan mengedit semua objek dan fungsi. Double
Hasil
click pada persamaan untuk mengeditnya. 3) Graphic View: menampilkan dan
penelitian
mengkonstruksi objek atau grafik fungsi. Jadi GeoGebra merupakan aplikasi
matematika yang dapat digunakan untuk beberapa pembelajaran seperti
geometri, aljabar, statistika dan kalkulus. GeoGebra ini dapat diinstal pada
komputer dan laptop, serta Hp. Tampilan GeoGebra pada HP akan terlihat
lebih sederhana jika dibandingakn dengan komputer maupun laptop.

Pembelajaran matematika merupakan pembelajaran yang dianggap sebagai


pembelajaran yang membosankan, tidak disukai bahkan matematika dianggap
sebagai pembelajaran yang menakutkan oleh sebagian besar peserta didik,
karena mereka kesulitan dalam memahami pembelajaran matematika yang
bersifat abstrak. Dengan adanya perkembangan Ilmu Pengetahuan Teknologi
dan Komunikasi yang semakin pesat ini, guru sebagai pendidik harus mampu
melakukan inovasi dalam pembelajaran matematika agar pembelajaran
matematika dapat lebih mudah dipahami dan diterima oleh peserta didik.
Perkembangan teknologi yang semakin pesat ini berdampak pada
pemggunaan teknologi dalam pembelajaran misalkan penggunaan LCD,
Komputer, Laptop, HP dan lain sebagainya. Penggunaan teknologi semacam
Kesimpulan ini sudah banyak diterapakan pada tingkat SD, SMP, SMA dan perguruan
tinggi. Menurut Gregoria Ariyanti, (2018) menjelaskan bahwa GeoGebra
merupakan software matematika yang dinamis dan bersifat open source (free)
untuk pembelajaran matematika di sekolah. GeoGebra mengkombinasikan
geometri, aljarbar, statistika dan kalkulus. Kegunaan GeoGebra antara lain
sebgaai berikut.
1. GeoGebra dapat dimanfaatkan sebagai media untuk menunjang proses
pembelajaran matematika program.
2. GeoGebra dapat digunakan oleh guru sebagai bahan ajar materi grafik
fungsi.
3. GeoGebra dapat digunakan sebagai alat bantu untuk menyelesaikan soal
matematika.
4. GeoGebra dapat digunakan sebagai balikan/evaluasi untuk memastikan
bahwa lukisan yang telah dibuat benar.

7
PERBANDINGAN JURNAL 1, 2, DAN 3

Kelebihan Jurnal 1: Mudah dipahami karena adanya data yang ditunjukkan dialam
jurnal tersebut.
Jurnal 2: Pembahasan yang sangat mudah dipahami.
Jurnal 3: Sama halnya dengan Jurnal 1, dan jurnal 2.
Kekurangan Jurnal 1: Abstraknya tidak ada dalam bahasa Indonesia dan para pembaca
susah untuk mengerti.
Jurnal 2: Perlu memperhatikan penulisa symbol matematika yang tepat.
Jurnal 3: Tidak adanya volume dan metode penelitian dari sumber jurnal.

8
1
2

Anda mungkin juga menyukai