Ladder Graph is one type of connected and simple graph that has its own
uniqueness. The aim of this research is to find the k-deficiency of points
in the spanning tree in the ladder graph. Calculation of kdeficiency is
carried out for each additional step, starting from the second ladder ( L2),
Abstrak up to the nth Ladder (Ln). Calculations are based on a representative
spanning tree on each ladder. In the end, we get a number pattern from the
second ladder onwards which is then proven by mathematical induction,
for the calculation of each step up the ladder. In this study, the pattern of
k-deficiency points on the ladder graph was obtained.
Keywords: Ladder Graph, k-defisiensi, Mathematical Induction
Matematika dapat diaplikasikan ke dalam berbagai bidang ilmu, di
antaranya bidang biologi, kimia, teknologi, dan komunikasi. Salah satu
cabang ilmu matematika yang dapat diaplikasikan pada bidang-bidang
tersebut adalah teori graph. Salah satu materi yang dibahas dalam teori
graph adalah k-defisiensi titik. Menghitung total k-defisiensi titik dari
Pendahulu pohon merentang pernah diterapkan pada graph terhubung (Anggraini,
an 2011). Graph telah dikembangkan melalui beberapa riset pada tahun 1960-
an. Aplikasi graph pada kehidupan manusia antara lain: komputer,
rangkaian pada listrik, peta, penggambaran jaringan komunikasi, dan
lainnya. Salah satu bagian yang dipelajari dari teori graph adalah tentang
pohon, pohon merentang pada graph serta k-defisiensi titik. Dalam
berbagai bidang ilmu, konsep pohon merupakan salah satu konsep yang
dapat mendukung pada penerapan graph. Kirchoff (1824—1887)
mengembangkan teori pohon untuk diterapkan dalam jaringan listrik.
Terdapat berbagai macam jenis graph, salah satunya adalah graph tangga
(ladder graph). Graph Tangga ini adalah salah satu graph yang memiliki
pola dalam jumlah edge dan titiknya di setiap pertambahan anak
tangganya. Kurniawan (2009) juga melakukan penelitian terhadap graph
tangga 177 yaitu tentang pelabelan harmonis gabungan graph tangga
segitiga 𝐿𝑆𝑛, dengan graph tangga variasi 𝑋𝑛. Beberapa penelitian
lainnya mengenai graph tangga antara lain sebagai berikut. Hanani (2014)
menilai ketakteraturan total edge dari graph tangga permata. Pada
penelitian tersebut mendapatkan hasil bahwa bobot edge dari graph tangga
memiliki nilai yang berbeda. Slamin (2014) menilai ketakteraturan total
1
edge dari graph tangga (stair graph). Lebih lanjut Slamin (2014)
mendapatkan bahwa dari formulasi bobot edge pada graph tangga, terlihat
bahwa bobot berbeda pada tiap edge sederhana yang memiliki keunikan
tersendiri, yaitu memiliki suatu pola pada jumlah titik dan edgenya.
(Aprilia, 2011) suatu graph sederhana yang dinotasikan dengan 𝐿𝑛 dengan
n adalah banyak anak tangga dapat disebut dengan graph tangga. Graph
tangga dapat diilustrasikan seperti bentuk tangga pada suatu bangunan.
Pada graph tangga 𝐿𝑛, banyak titiknya 2𝑛, dan banyak edgenya adalah 3 𝑛
− 2, berlaku untuk setiap pertambahan anak tangganya.
Anggraini, Puspita. 2011. Total k-defisiensi Titik dari Pohon Merentang
Suatu Graph Terhubung. Malang: Universitas Islam Negeri Maulana Malik
Ibrahim
Aprilia, Ira. 2011. Pelabelan Total Super (a, d)Sisi
Antimagic Pada Graph
Tangga.Tidakdipublikasikan Jember: Universitas Jember.
(Skripsi).
Daft Chartrand, G., Zhang, P. 2005. A First Course in Graph Theory. Dover
arPus Publication: New York
taka Hanani, Hilmiyah. 2014. Nilai Ketakteraturan Total Sisi dari Graph
Tangga Permata. Jember: Universitas Jember
Kurniawan, Haris. 2009. Spectrum Graph Komplit (Kn),
𝑛 ≥ 2 𝑑𝑎𝑛 𝑛 ∈ 𝑁. UIN Malang: Malang
Slamin. 2014. Total Vertex Irregularity Strength of Ladder Related
Graphs. Jember: Universitas Negeri Jember.
2
Kajian pustaka merupakan metode penelitian pada penelitian ini yaitu
dengan mengumpulkan dan mengkaji referensi berupa skripsi, buku, jurnal
maupun tulisan dari perpustakaan dan internet. Langkah-langkah yang
dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menggambar graph yang akan digunakan untuk mencari k-defisensi titik.
Metode 2. Mencari setiap kemungkinan pohon merentang yang terdapat pada graph
peneliti tersebut. Pohon merentang merupakan graph yang tidak memiliki cycle
an dalam suatu graph.
3. Setelah didapatkan setiap kemungkinan pohon merentang lalu
menentukan derajat titik.
4. Menentukan k-defisiensi titik pada graph tangga di setiap pertambahan
anak tangganya dengan rumus: 𝑑𝑒𝑔(𝑣𝑖) − 𝑑𝑒𝑔𝑇(𝑣𝑖) = 𝑘 (1) dengan 𝑑𝑒𝑔𝐺
merupakan jumlah derajat titik pada graph tangga dan 𝑑𝑒𝑔𝑇 adalah derajat
titik pada pohon merentangnya.
5. Kemudian menemukan pola rumusnya. 6. Membuktikan pola rumus k-
defisiensi titik yang telah ditentukan.
Penelitian ini mengambil sample untuk graph tangga 𝐿2 sampai 𝐿4. Berikut
merupakan perhitungannya: 3.1 Pohon Merentang dan k-defisiensi Titik
pada Graph Tangga 𝑳𝟐 Pada subbab ini untuk mengawalinya dicari pohon
merentang pada graph tangga. (Chartrand dan Zhang, 2005) Graph 𝐻
dikatakan subgraph dari graph 𝐺, dapat dituliskan 𝐻 ⊆ 𝐺, jika (𝐻) ⊆ 𝑉(𝐺)
Hasil
dan 𝐸(𝐻) ⊆ 𝐸(𝐺). Selanjutnya dengan mencari kdefisiensi titik pada graph
penelitian
tangga, dan yang terakhir yaitu membuktikan secara umum menggunakan
induksi matematika. Graph tangga 𝐿2 dapat digambarkan seperti pada
gambar 2.1 sebagai berikut: Graph tangga 𝐿2 banyak kemungkinan
pohon merentang yang dapat dicari dengan menggunakan rumus kombinasi,
dengan jumlah edge graph tangga 𝐿2 yaitu 4 dikurangi satu edge agar
membentuk pohon merentang. Sehingga rumusnya adalah 𝐶1
4 = 4! 1!(4−1)! = 4.3! 1!3! = 4.
Selanjutnya dicari k-defisiensi titik. yang
pertama menentukan banyak derajat masingmasing titiknya dengan melihat
pada graph berapa jumlah edge pada titiknya. Banyak kemungkinan pohon
merentang pada 𝐿2 adalah 4 pohon. Diambil 1 pohon untuk contoh
perhitungan, yaitu Pohon Merentang 𝐿2(1): 1. Titik 𝑣1 memiliki derajat 1 2.
Titik 𝑣2 memiliki derajat 1 3. Titik 𝑣3 memiliki derajat 2 4. Titik 𝑣4
memiliki derajat 2 Nilai k dari k-defisiensi titik ditentukan menggunakan
persamaan rumus (1): 1. Titik 𝑣1 nilai 𝑘 = 2 − 1 = 1 2. Titik 𝑣2 nilai 𝑘 = 2 −
1 = 1 3. Titik 𝑣3 nilai 𝑘 = 2 − 2 = 0 4. Titik 𝑣4 nilai 𝑘 = 2 − 2 = 0
Dengan demikian k-defisiensi titik dari graph tangga 𝐿2 adalah 1 + 1 + 0 +
0 = 2.
1
Berdasarkan pembahasan dari penelitian ini, diperoleh kesimpulan bahwa k-
defisiensi titik pada graph tangga, untuk 𝑛 anak tangga (𝐿𝑛) adalah 2( 𝑛 −
1) dengan 𝑛 ≥ 2, 𝑛 ∈ 𝑁. Sehingga jika k-defisiensi titik pada graph tangga
untuk 𝑘 anak tangga, yaitu 𝐿𝑘 ≡ 2(𝑘 − 1) , maka untuk 𝑘 + 1 anak tangga
diperoleh 𝐿𝑘+1 ≡ 2𝑘. Untuk k-defisiensi pada setiap anak tangganya ialah:
1. Graph tangga 𝐿2 memiliki k-defisiensi titik 2(2 − 1) = 2.
2. Graph tangga 𝐿3 memiliki k-defisiensi titik 2(3 − 1) = 4.
3. Graph tangga 𝐿4 memiliki k-defisiensi titik 2(4 − 1) = 6. ⋮
Kesimpula Berlaku hingga k-defisiensi titik pada graph tangga 𝐿𝑛. Penulis
n menyarankan untuk perhitungan kdefisiensi titik pada graph tangga, bisa
mencoba perhitungan pada jumlah edge nya. Mungkin akan ditemukan pola
seperti yang dilakukan pada perhitungan terhadap titik di penelitian ini.
Pada penulisan ini hanya menghitung defisiensi titik untuk jenis graph
tangga saja.
Jika ingin melanjutkan penelitian, dapat menambahkan graph jenis lain.
Apakah dalam graph jenis lain terdapat pola pada perhitungan k-defisiensi
titik pada graph tersebut atau tidak.
JURNAL 2
3
Pada Pembelajaran Matematika Menggunakan Media Maze Bagi Anak
Daft Tunagrahita Ringan Kelas DIV. Jurnal Pendidikan Khusus, 1.
arPus Efendi, J. (2019). Efektifitas Alat Terigonal Pencil dalam Peningkatan
taka Menulis pada Anak Kesulitan Belajar di SDN 20 Kalumbuk Padang.
Pendidikan Khusus, 4, 152.
Febrician, R., & M. (2019). Meningkatkan Kemampuan Menentukan Nilai
Tempat Bilangan Melalui Media Papan Bilangan Bagi Anak Berkesulitan
Belajar. 7, 97–102.
Indriana, D. (2011). Ragam Alat Bantu Media Pembelajaran. Yogyakarta:
DIVA.Press. Jarmita, Ni. (2015). Kesulitan Pemahaman Konsep
Matematis Siswa dalam Pembelajaran Matematika di Kelas Awal Sekolah
Dasar. Journal Pendidikan, 1–16.
Kasmawati, & I. (2018). Pendekatan Realistic Mathematics Education
(Rme) untuk Meningkatkan Kemampuan Operasi Hitung Anak
Diskalkulia. Jurnal Penelitian Pendidikan Kebutuhan Khusus.
4
Hasil pengumpulan data menunjukkan bahwa media tangga pintar ini dapat
memberikan hasil yang baik dalam menentukan nilai tempat bilangan pada
siswa dengan keterbatasan dalam berhitung di kelas IV di Sekolah Dasar
Negeri 06 Batang Anai Padang Pariaman Sumatera Barat.
JURNAL 3
5
an matematika agar pembelajaran matematika dapat lebih mudah dipahami
dan diterima oleh peserta didik. Perkembangan
teknologi yang semakin pesat ini berdampak pada pemggunaan teknologi
dalam pembelajaran misalkan penggunaan LCD, Komputer, Laptop, HP
dan lain sebagainya. Penggunaan teknologi semacam ini sudah banyak
diterapakan pada tingkat SD, SMP, SMA dan perguruan tinggi. Berkaitan
dengan komputer tidak lepas dari berbagai aplikasi yang ada
didalamnya. Aplikasi-aplikasi itu menawarkan manfaat dan kegunaan yang
berbeda-beda dan tidak semua aplikasi yang ada di dalam komputer bisa
digunakan dalam pembelajaran matematika. Salah satu aplikasi yang dapat
digunakan dalam pembelajaran matematika adalah aplikasi GoGebra.
Aplikasi ini dapat digunakan dalam materi grafik fungsi yang diajarkan
mulai kelas VIII SMP. Dengan menggunakan aplikasi ini dalam
pembelajaran, guru menjadi lebih mudah menjelaskan materi grafik fungsi
menggunakan lukisanyang sesuai dengan fungsi yang disajikan. Sehingga
dapat mengurangi kesalahan penggambaran grafik fungsi. Selain itu
aplikasi GoGebra dapat dapat diinstal di komputer, laptop, HP dan tab,
sehingga lebih mudah dan praktis. Rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah 1) Apakah yang dimaksud GoGebra?, 2) Apa kegunaan GoGebra?,
3) Bagaimana inovasi pembelajaran matematika (grafik fungsi) dengan
GoGebra?, 4) Bagaimana contoh penggunaan aplikasi GeoGebra dalam
pembelajaran matematika (grafik fungsi)?, 5) Apa kekurangan dan
kelebihan dari aplikasi GeoGebra?
Ariyanti, G. 2018. Modul Pengenalan GeoGebra. Materi Kuliah Program
Aplikasi Komputer dalam Matematika. Universitas Katolik Widya
Mandala Madiun. Tidak dipublikasikan.
Sahribulan. 2015. Inovasi Pembelajaran Matematika. Dapat dilihat di
https://www.kompasiana.com/sahribulan/557d7e388efdfd1a7bf37aa3/inov
a si-pembelajaran-matematika?page=all diakses pada tanggal 25 Oktober
2019.
Daft Mahmudi Ali. Pemanfaatan GeoGebra dalam Pembelajaran Matematika.
arPus Dapat di lihat di
taka https://www.academia.edu/2137476/Pemanfaatan_GeoGebra_dalam_Pem
be lajaran_Matematika
Ekawati, Aminah. 2016. PENGGUNAAN SOFTWARE GEOGEBRA
DAN MICROSOFT MATHEMATIC DALAM PEMBELAJARAN
MATEMATIKA. Dapat dilihat di https://media.neliti.com › media ›
publications › 176895-IDpenggunaan-s. Diakses pada tanggal 26 Oktober
2019.
APLIKASI GEOGEBRA. Dapat diinstal di Google, Appstote, playstore.
6
-
Metode
penelitian
Menurut Gregoria Ariyanti, (2018) menjelaskan bahwa GeoGebra merupakan
software matematika yang dinamis dan bersifat open source (free) untuk
pembelajaran matematika di sekolah. GeoGebra mengkombinasikan geometri,
aljarbar, statistika dan kalkulus. Interface (tampilan) dasar GeoGebra dibagi
dalam tiga bagian: 1) input bar: membuat objek baru, persamaan atau fungsi,
2) Algebra View: menampilkan dan mengedit semua objek dan fungsi. Double
Hasil
click pada persamaan untuk mengeditnya. 3) Graphic View: menampilkan dan
penelitian
mengkonstruksi objek atau grafik fungsi. Jadi GeoGebra merupakan aplikasi
matematika yang dapat digunakan untuk beberapa pembelajaran seperti
geometri, aljabar, statistika dan kalkulus. GeoGebra ini dapat diinstal pada
komputer dan laptop, serta Hp. Tampilan GeoGebra pada HP akan terlihat
lebih sederhana jika dibandingakn dengan komputer maupun laptop.
7
PERBANDINGAN JURNAL 1, 2, DAN 3
Kelebihan Jurnal 1: Mudah dipahami karena adanya data yang ditunjukkan dialam
jurnal tersebut.
Jurnal 2: Pembahasan yang sangat mudah dipahami.
Jurnal 3: Sama halnya dengan Jurnal 1, dan jurnal 2.
Kekurangan Jurnal 1: Abstraknya tidak ada dalam bahasa Indonesia dan para pembaca
susah untuk mengerti.
Jurnal 2: Perlu memperhatikan penulisa symbol matematika yang tepat.
Jurnal 3: Tidak adanya volume dan metode penelitian dari sumber jurnal.
8
1
2