Anda di halaman 1dari 34

TUGAS MINI RISET

MATEMATIKA DISKRIT

“Teori Graph Euler dan Penggunaan Teorema Polya Dalam Menentukan Banyaknya
Graph Sederhan Yang Saling Tidak Ismorfis”

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Matematika Diskrit


Dosen Pengampu : Dr. Humuntal Banjarnahor., M.Pd

Disusun Oleh :

Nama : Vina Amelia Tobing


Nim : 4203311026
Kelas : PSPM 20 A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2022
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Matematika diskrit adalah salah satu ilmu paling dasar yang ada ketika kamu belajar
informatika atau ilmu komputer. Mengapa demikian? Karena informatika merupakan kumpulan
dari disiplin ilmu dan teknik yang membuat objek diskrit dapat dioleh ataupun dimanpulasi. Oleh
karena itu, matematika diskrit ini merupakan ilmu dasar pula untuk mata kuliah informatika
lainnya. Hal ini membuat matematika diskrit sangat diperlukan untuk mengambil mata kuliah
lainnya dan juga mahasiswa akan kesulitan jika tidak mempunyai landasan matematis dari
matematika diskrit.

Secara umum, matematika diskrit adalah cabang ilmu matematika yang membahas segala
sesuatu yang memiliki sifat tidak saling berhubungan atau disebut juga dengan diskrit. Objek
pada matematika diskrit tidak berubah secara kontinyu, tetapi tetap memiliki nilai tertentu dan
juga terpisah. Ketika kamu mengambil mata kuliah matematika diskrit, maka kamu akan
mempelajari teori himpunan, teori kombinatorial, teori bilangan, permutasi, fungsi, rekursif, teori
graf, dan lain-lain.

Oleh karena itu, matematika diskrit merupakan cabang dari ilmu matematika. Maka sebab itu
disini kita membuat suatu tugas mini riset yang bertujuan untuk bisa mendalami objek dari
matematika diskrit tersebut.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang terdapat dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan ilmu matematika?
2. Apa yang dimaksud dengan matematika diskrit?
3. Apakah ada keterkaitan antara matematika diskrit dengan ilmu matematika?
4. Apakah dengan mempelajari matematika dapat mengetahui semua hal dengan mudan?
5. Bagaimana peran matematika dalam kehidupan sehari-hari?
6. Bagaimana pemanfaatan matematika diskrit dalam berbagai hal?
C. Tujuan
Adapun tujuan yang terdapat dalam pembuatan tugas mini riset matematika diskrit ini adalah
sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan ilmu matematika
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan matematika diskrit
3. Untuk mengetahui apakah ada keterkaitan antara matematika diskrit dengan ilmu
matematika
4. Untuk mengetahui apakah dengan mempelajari matematika dapat mengetahui semua hal
dengan mudah
5. Untuk mengetahui bagaimana peran matematika dalam kehidupan sehari-hari
6. Untuk mengetahui bagaimana pemanfaatan matematika diskrit dalam berbagai hal
BAB II

PEMBAHASAN

A. Intisari Buku
1. Buku Utama (Graph Euler)
Menurut sejarah, Teory Graph muncul dari permasalahan jembatan Koningsberg‟. Pada
prinsipnya permasalahan tersebut dapat diuraikan seperti berikut. Koningsberg adalah kota
kecil yang terletak di benua Eropa. Di kota tersebut ada sungai besar dan di dalamnya
terdapat dua delta (pulau kecil). Delta-delta tersebut dan tepi-tepi sungai dihubungkan oleh
beberapa jembatan, seperti tampak pada gambar berikut.

Seseorang ingin menelusuri semua jembatan yang ada sedemikian hingga setiap jembatan
dilewati tepat satu kali. Bisakah hal tersebut dilakukan ? setelah coba-coba tentu saja hal
tersebut tidak mungkin dilakukan oleh orang tersebut. Tahukah saudara alasannya?
Jawaban masalah tersebut dengan mudah dipahami setelah pembahasan berikut.
Sebuah sirkit di graph G yang memuat semua sisi G disebut sirkit Euler. Jika Graph G
memuat sirkit Euler, maka graph G disebut graph Euler. Sebuah jejak buka yang memuat
sisi graph disebut jejak Euler. Graph G disebut graph semi-Euler jika G memuat jejak
Euler. Sebagai contoh, perhatikan gambar 6.1.2, graph 𝐺1 adalah graph Euler karena
memuat sirkit Euler S= (𝑉1 ,𝑉2 ,𝑉4 ,𝑉3 ,𝑉5 ,𝑉4 ,𝑉1 ,𝑉5 ,𝑉6 ,𝑉1 ), graph 𝐺2 adalah graph
semi-Euler karena memuat jejak Euler buka J = (𝑉1 ,𝑉2 ,𝑉3 ,𝑉4 ,𝑉1 ,𝑉3 ), sedangkan
graph 𝐺3 bukan graph Euler maupun semi- Euler.
2. Buku Pembanding (Graph Euler)
Graph Euler dan Hamilton adalah graf terhubung yang juga memiliki karakteristik khusus.
Karakter yang dimaksud itu dituangkan dalam bentuk teorema, lemma, atau sifat. Setelah
mahasiswa mempelajari materi ini, diharapkan mahasiswa dapat mengetahui karakteristik
dari masing-masing graf tersebut sehingga mereka dengan cepat dapat membedakan antara
graf Euler dan graf Hamilton. Selain itu, juga diharapakan mahasiswa telah dapat
membedakan kedua jenis graf tersebut dengan beberapa jenis graf khusus yang telah
dipelajari pada Pembelajaran sebelumnya.
Pada pembelajaran pertama dijelaskan bahwa perintis munculnya bidang ilmu teori graf
adalah Leonhard Euler yakni ketika beliau membuktikan bahwa perjalanan di kota
Konigsberg dengan syarat melalui setiap jembatan tepat satu kali, tidak dapat
dilaksanakan.
Dalam pembuktiannya Euler menyederhanakan situasi jembatan Konigsberg tersebut
menjadi suatu diagram seperti berikut.

Dengan memperhatikan graf yang dihasilkan ini, terdapat titiknya yang berderajat ganji,
bahkan semua titik. Berarti jika setiap titik pada suatu graf berderajat genap, maka
mungkin persyaratan di atas dapat dilakukan. Graf yang demikian itu disebut graf Euler
Teorema
Jika G adalah Graph tersambung, ketiga pernyataan dibawah ini adalah pernyataan yang
ekivalen :
a) G adalah graph Euler
b) Setiap titik simpul dari G memiliki derajat yang genap.
c) Himpunan rusuk-rusuk dari G dapat dipisah-pisahkan menjadi jalanjalan lingkar.

Bukti
1. Akan dibuktikan bahwa jika (a) benar maka (b) benar. Misalkan Z adalah jalan tapak
Euler dari G. karena Z adalah lintasan tertutup, maka setiap kali melewati titik simpul
dalam Z, akan memberikan dua derajat pada titik simpul itu. Z adalah suatu jalan
tapak, berarti setiap rusuk muncul sekali saja dalam Z, maka derajat setiap titik simpul
dari G adalah genap, sebab merupakan kelipatan dari dua.
2. Akan dibuktikan bahwa jika (b) benar maka (c) benar. Jika setiap titik simpul pada G
berderajat genap, berarti derajat setiap titik simpul pada G paling sedikit dua, sehingga
G memuat jalan lingkar Z. Pelenyapan rusuk-rusuk dari Z menghasilkan suatu sub
graph perentang G1 yang setiap titik simpulnya masih mempunyai derajat genap. Bila
semua rusuk dari G1 lenyap, berarti (c) benar. Bila tidak, berarti G1 masih memuat
jalan lingkar. Jika pelenyapan rusuk-rusuk pada jalan lingkar tersebut diulangi, dan
seterusnya, akan diperoleh graph Gn tak terhubung lengkap. Berarti G dapat
dikelompokkan ke dalam n jalan lingkar.
3. Akan dibuktikan bahwa jika (c) benar maka (a) benar. Misalkan Z1 adalah jalan
lingkar dari G. Jika G hanya terdiri dari Z1 saja, berarti G adalah graph Euler. Jika Z1
bukan satu-satunya jalan lingkar dari G, berarti masih ada jalan lingkar selain Z1,
katakanlah Z2 yang bersekutu titik simpul dengan Z1. Misalkan v adalah titik simpul
persekutuan dari Z1 dan Z2, maka lintasan dari v yang terdiri dari Z1 dan Z2, adalah
jalan tapak tertutup yang memuat semua rusuk dari Z1 dan Z2.

Dengan melanjutkan proses ini untuk semua jalan lingkar dari G, berarti kita
membentuk jalan tapak tertutup yang memuat semua rusuk dari G. jadi G alaha graph
Euler.
B. Analisis Buku
1. Kelebihan Buku
Adapun kelebihan yang terdapat dalam kedua buku ini adalah sebagai berikut :
Untuk buku utama, buku ini sangat bagus karena didalam buku ini dijelaskan asal
mula graf jadi para pembaca sudah mendapatkan gambaran dari apa yang dijelaskan
pada materi teori graf ini. Setelah itu pada pada buku utama ini banyak terdapat
contoh dari graf yang dimaksudkan itu merupakan salah satu poin penting pada buku
ini.
Sedangkan pada buku kedua juga sangat bagus karena pada buku kedua ini banyak
mengandung tentang pengertian tentang graph euler tersebut, selain itu pada buku ini
juga menyertakan contoh soal serta pembahasan disetiap akhir materi jadi siapa pun
pembaca langsung dapat mengaplikasikannya setelah mempelajari materi graph euler
tersebut.
2. Kelemahan Buku
Adapun kelemahan yang terdapat dalam kedua buku ini adalah sebagai berikut:
Untuk buku pertama mungkin masih kurang dalam memberikan pembahasan serta
pengertian disetiap materi, serta pada buku pertama ini kurang memberikan contoh
sehingga pembaca kurang dalam mengaplikasikan buku ini setelah dibaca.
Sedangkan pada buku kedua, buku ini cenderung menggunakan bahasa yang sulit
dipahami serta seringkali dalam buku kedua ini menggunakan kata kata ilmiah tapi
tidak diberikan arti jadi seringkali pembaca kurang mengerti, tetapi tidak mengurangi
nilai dari buku tersebut.
C. Intisari Jurnal
1. Jurnal Utama (Penggunaan Teorema Polya Dalam Menentukan Banyaknya
Graph Sederhan Yang Saling Tidak Ismorfis)
Aplikasi yang dibahas mengenai penggunaan Teorema Polya dalam menentukan graf
sederhana yang tidak saling isomorfis. Secara umum, dua buah graf dikatakan
isomorfis jika graf tersebut dapat disusun sedemikian rupa sehingga tampilannya
identik. Mencari graf isomorfis dengan yang besar diperlukan waktu yang cukup lama
dalam pengerjaannya, maka digunakan Teorema Polya dalam memudahkan
perhitungan. Santosa pada penelitiannya mengaplikasikan Teorema Polya dalam
menentukan graf sederhana dengan 4 titik yang tidak saling isomorfis . Oleh sebab
itu, penelitian ini melanjutkan penentuan banyaknya graf sederhana dengan 5 titik
yang tidak saling isomorfis.
Tujuan dari penelitian ini adalah menghitung banyaknya graf sederhana yang tidak
saling isomorfis menggunakan Teorema Polya I, dan mengetahui bentuk-bentuk graf
sederhana tersebut menggunakan Teorema Polya II. Pada penelitian ini masalah
dibatasi pada graf sederhana yang tidak saling isomorfis dengan 5 titik.
Langkah awal penelitian ini yaitu menentukan suatu himpunan yang terdiri dari 5
titik, kemudian menguraikan indeks sikel polinomial suatu grup sehingga diperoleh
persamaan indeks sikel polinomial. Selanjutnya dengan menggunakan Teorema Polya
I dapat diketahui banyaknya graf sederhana yang tidak saling isomorfis, dan dengan
menggunakan Teorema Polya II diperoleh bentuk bentuk dari graf sederhana
tersebut
a. Teorema Polya Pada Graph Sederhana Yang Tidak Saling Ismorfis
Graf merupakan pasangan himpunan *𝑉(𝐺) (𝐺)+ yang terdiri dari 𝑉(𝐺)
himpunan titik yang tak kosong dan berhingga, dan (𝐺) himpunan garis yang
mungkin kosong atau himpunan berhingga pasangan tak terurut dari elemen-
elemen di 𝑉(𝐺) Cara mempresentasikan sebuah graf biasanya dengan diagram
atau gambar. Umumnya titik-titik dinotasikan𝑉(𝐺) * + dan garis-
garis dinotasikan (𝐺) * + (𝐺) { } Pada suatu graf,
terdapat kemungkinan adanya garis yang memiliki titik awal dan titik akhirnya
sama disebut loop. Untuk dua garis atau lebih yang menghubungkan dua titik
yang berbeda disebut memiliki garis ganda. Sesuai dengan stukturnya tersebut,
graf dapat dibedakan menjadi graf sederhana dan graf tidak sederhana. Graf
sederhana adalah graf yang tidak memuat loop maupun garis ganda.
Sebaliknya, graf yang memuat loop maupun garis ganda disebut graf tidak
sederhana. Graf yang akan dibahas pada penelitian ini adalah graf sederhana
yang tidak saling isomorfis. Dua graf disebut isomorfis jika keduanya
menunjukkan bentuk yang bersesuaian. Kedua graf hanya berbeda dalam hal
pemberian label titik dan garisnya saja.
b. Aplikasi Teorema Polya Pada Graph Sederhana
Diberikan himpunan titik * + yang merupakan himpunan titik suatu graf
dengan . Apabila n titik pada graf dikenai permutasi maka pasangan titik tak
terurut dari himpunan titik tersebut juga mengalami permutasi. Pasangan titik
tak berurut dapat dipandang sebagai garis. Jika himpunan permutasi pada titik-
titik suatu graf membentuk Grup Simetri ( ), seluruh bentuk grup adalah 120
sebagai berikut :

Pada graf sederhana dengan 5 titik menggunakan Teorema Polya I diperoleh 34 graf
yang tidak saling isomorfis. Secara umum, Teorema Polya I dapat digunakan untuk
menghitung banyaknya graf sederhana yang terdiri dari titik yang tidak saling
isomorfis. Dengan menggunakan Teorema Polya II dapat diketahui bentuk-bentuk dari
34 graf tersebut, yaitu : 1 graf tanpa garis, 1 graf dengan 1 garis, 2 graf dengan 2 garis,
6 graf dengan 4 garis, 6 graf dengan 5 garis, 6 graf dengan 6 garis, 4 graf dengan 7
garis, 2 graf dengan 8 garis, 1 graf dengan 9 garis, 1 graf dengan 10 garis. Teorema
Polya dan Indek Sikel Polinomial dari suatu grup memiliki banyak aplikasi. Tidak
hanya enumerasi pada graf sederhana, tetapi dapat dikembangkan pada jenis graf-graf
lain, misalnya graf tidak sederhana, graf berarah dan graf komplit.
2. Jurnal Pembanding (Aplikasi Teorema Polya Untuk Menghitung Banyaknya
Graph Sederhana Yang Tidak Isomorfik)
Teori graf merupakan teori yang sudah tua usianya dan memiliki banyak terapan
sampai saat ini. Teori ini berkembang sangat pesat. Bahkan, dalam perkembangannya
dapat disejajarkan dengan ilmu Aljabar (abstrak) yang lebih dahulu berkembang. Graf
digunakan untuk mempresentasikan objek-objek diskrit yang digambarkan sebagai
titik dan hubungan antara objek-objek tersebut yang dinyatakan sebagai garis.
Menurut catatan sejarah, masalah jembatan Konigsberg adalah masalah yang pertama
kali menggunakan graf (tahun 1736). Aplikasi graf sangatlah luas. Graf dipakai di
berbagai disiplin ilmu maupun dalam kehidupan sehari-hari untuk memodelkan suatu
persoalan. Keunikan teori graf adalah kesederhanaan pokok bahasan yang
dipelajarinya, karena dapat disajikan sebagai titik (verteks) dan sisi (edge).
Meskipun pokok bahasan dari topik topik teori graf sangat sederhana tetapi isi
didalamnya belumlah tentu sesederhana itu, kerumitan demi kerumitan masalah selalu
ada dan bahkan sampai saat ini masih ada masalah yang belum terpecahkan.
a. Aplikasi Teorema Polya Pada Graf Sederhana
Dalam bagian ini penulis akan membahas uraian secara rinci tentang langkah-
langkah penyelesaian penghitungan banyaknya graf sederhana yang tidak
isomorfik dengan menggunakan teorema Polya. Proses penghitungan banyaknya
graf sederhana yang tidak isomorfik dengan menggunakan teorema Polya, yaitu:
1) mengidentifikasi banyaknya titik yang akan dihitung;
2) menentukan banyaknya kemungkinan sisi tak berarah yang ada pada titik yang
akan dihitung;
3) menentukan banyaknya anggota grup simetri pada titik yang akan dihitung;
4) menentukan semua kemungkinan bentuk tipe untai dan banyak anggotanya
dari titik tersebut;
5) menentukan bentuk indeks sikliknya;
6) mencari keseluruhan perubahan indeks sikliknya (pembangkit) dari grup Sn
(permutasi titik pada graf) pada grup Rn (permutasi sisi pada graf).
7) Akan didapatkan indeks siklik grupnya, yaitu
8) Setelah didapatkan indeks siklik grupnya baru diaplikasikan ke dalam teorema
Polya I dan teorema Polya II.
Adapun hasil penelitian yang didapatkan yaitu Apabila n titik pada graf G dikenai
permutasi, maka n(n-1)/2 pasangan titik tak terurut (artinya ij = ji) dari himpunan titik
tersebut juga mengalami permutasi. Dalam hal ini pasangan titik tak terurut pada suatu
himpunan dapat dipandang sebagai sisi, yang ujung- ujungnya adalah pasangan titik
tersebut. Sebagai contoh kongkritnya diberikan himpunan titik X = {1, 2, 3, 4, 5} yang
merupakan himpunan titik suatu graf dengan n = 5. Seluruh kemungkinan sisi tak berarah
yang ada pada 5 titik tersebut adalah (5)(5-1)/2 = 10 sisi. Jika himpunan permutasi pada
titik suatu graf membentuk grup simetri penuh (sebut saja Sn), maka permutasi dari
pasangan titik itu (sisi) itu juga membentuk grup simetri (sebut Rn). jadi grup Sn
(permutasi titik pada graf) akan membangkitkan grup Rn (permutasi sisi pada graf).
Seluruh bentuk grup S5 ada 5! = 120, yaitu
b. Simpulan
Dari hasil perhitungan dengan menggunakan teorema polya didapatkan :
1. Banyaknya graf yang tidak isomorfik yang dapat dibentuk dari 2 titik ada 2
graf, dari 3 titik ada 4 graf, dari 4 titik ada 11graf, dari 5 titik ada 34 graf, dari
6 titik ada 156 graf, dari 7 titik ada 1044 graf, dari 8 titik ada 12346 graf, dan
dari 9 titik ada 272108.
2. Teorema Polya I digunakan untuk menghitung jumlah graf sederhana yang
mengandung n buah titik dan tidak isomorfik antara satu graf dengan graf
lainnya.
3. Teorema Polya II digunakan untuk menghitung jumlah graf sederhana yang
mengandung n buah titik dan k buah sisi serta tidak isomorfik antara satu graf
dengan graf lainnya.
D. Analisis Jurnal
1. Kelebihan Buku
Adapun kelebihan yang terdapat dalam kedua jurnal ini adalah sebagai berikut :
Untuk jurnal utama, jurnal ini sangat bagus karena didalam buku ini dijelaskan asal
mula graf jadi para pembaca sudah mendapatkan gambaran dari apa yang dijelaskan
pada materi teorema sederhana dalam pengguanaan teori polya ini. Setelah itu pada
pada buku utama ini banyak terdapat contoh dari pengaplikasian teorema polya
terhadap graph sederhana yang dimaksudkan itu merupakan salah satu poin penting
pada jurnal ini.
Sedangkan pada buku kedua juga sangat bagus karena pada jurnal kedua ini banyak
mengandung tentang pengertian tentang aplikasi penggunaan teorema graph tersebut,
selain itu pada jurnal ini juga menyertakan contoh soal serta pembahasan disetiap
akhir materi jadi siapa pun pembaca langsung dapat mengaplikasikannya setelah
mempelajari penggunaan teorema polya terhadap penghotungan graph sederhana
yang tidak isomorfis tersebut.
2. Kelemahan Buku
Adapun kelemahan yang terdapat dalam kedua jurnal ini adalah sebagai berikut:
Untuk jurnal pertama mungkin masih kurang dalam memberikan pembahasan serta
pengertian disetiap materi, serta pada jurnal pertama ini kurang memberikan contoh
sehingga pembaca kurang dalam mengaplikasikan jurnal ini setelah dibaca.
Sedangkan pada jurnal kedua, jurnal ini cenderung menggunakan bahasa yang sulit
dipahami serta seringkali dalam jurnal kedua ini menggunakan kata kata ilmiah tapi
tidak diberikan arti jadi seringkali pembaca kurang mengerti, tetapi tidak mengurangi
nilai dari jurnal tersebut.
Dapat diambil kesimpulan bahwa sanya, dalam kedua jurnal ini beririsan, adapun
judul dari jurnal pertama yaitu Penggunaan Teorema Polya Dalam Menentukan
Banyaknya Graph Sederhan Yang Saling Tidak Isomorfis dan jurnal kedua
berjudul Aplikasi Teorema Polya Untuk Menghitung Banyaknya Graph
Sederhana Yang Tidak Isomorfik. Pada jurnal utama lebih membahas tentang
bagaimana penggunaan teorema polya dalam menentukan banyaknya graph sederhana
yang tidak saling isomorfis, sedangkan pada jurnal pembanding lebih membahas
tentang pengaplikasian teorema polya untuk menghitung banyaknya graph sederhana
yang tidak isomorfik. Perbedannya hanya tentang pendefinisian antara penggunaan
teorema dengan pengaplikasian teorema.
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan
a. Untuk Buku
Graph Euler dan Hamilton adalah graf terhubung yang juga memiliki karakteristik khusus.
Karakter yang dimaksud itu dituangkan dalam bentuk teorema, lemma, atau sifat. Setelah
mahasiswa mempelajari materi ini, diharapkan mahasiswa dapat mengetahui karakteristik
dari masing-masing graf tersebut sehingga mereka dengan cepat dapat membedakan antara
graf Euler dan graf Hamilton. Selain itu, juga diharapakan mahasiswa telah dapat
membedakan kedua jenis graf tersebut dengan beberapa jenis graf khusus yang telah
dipelajari pada Pembelajaran sebelumnya.
b. Untuk jurnal
Dari hasil perhitungan dengan menggunakan teorema polya didapatkan :
1. Teorema Polya I digunakan untuk menghitung jumlah graf sederhana yang
mengandung n buah titik dan tidak isomorfik antara satu graf dengan graf lainnya.
2. Teorema Polya II digunakan untuk menghitung jumlah graf sederhana yang
mengandung n buah titik dan k buah sisi serta tidak isomorfik antara satu graf dengan
graf lainnya.
Dapat diambil kesimpulan bahwa sanya, dalam kedua jurnal ini beririsan, adapun judul
dari jurnal pertama yaitu Penggunaan Teorema Polya Dalam Menentukan Banyaknya
Graph Sederhan Yang Saling Tidak Isomorfis dan jurnal kedua berjudul Aplikasi
Teorema Polya Untuk Menghitung Banyaknya Graph Sederhana Yang Tidak
Isomorfik. Pada jurnal utama lebih membahas tentang bagaimana penggunaan teorema
polya dalam menentukan banyaknya graph sederhana yang tidak saling isomorfis,
sedangkan pada jurnal pembanding lebih membahas tentang pengaplikasian teorema polya
untuk menghitung banyaknya graph sederhana yang tidak isomorfik. Perbedannya hanya
tentang pendefinisian antara penggunaan teorema dengan pengaplikasian teorema.
DAFTAR PUSTAKA

Liu, C.L. 1995. Dasar-Dasar Matematika Diskrit. Jakarta:Gramedia Pustaka Utama.


Munir, Rinaldi.2005. Matematika Diskrit. Bandung:Informatika
Santosa Gunawan R. Aplikasi Teorema Polya Pada Enumerasi Graf Sederhana. Jurnal
Matematika dan Komputasi. 2003; 1(8):1 - 10
LAMPIRAN
Buletin Ilmiah Mat. Stat. dan Terapannya (Bimaster)
Volume 02, No. 1 (2013), hal. 39-44.

PENGGUNAAN TEOREMA POLYA DALAM MENENTUKAN BANYAKNYA


GRAF SEDERHANA YANG TIDAK SALING ISOMORFIS

Vivy Tri Rosalianti, Cucu Suhery, Nilamsari Kusumastuti

INTISARI

Salah satu permasalahan dalam Teori Graf adalah masalah enumerasi. Masalah enumerasi dapat
diselesaikan salah satunya dengan Teorema Polya (Polya’s Theorem). Teorema Polya berkaitan dengan
indeks sikel polinomial suatu grup, karena Teorema Polya merupakan teorema yang digunakan untuk
menghitung banyaknya pola-pola suatu grup permutasi yang membentuk indeks sikel dari grup tersebut.
Teorema Polya terdiri dari Teorema Polya I dan Teorema Polya II. Tujuan penelitian ini adalah
mencari banyaknya graf sederhana yang tidak saling isomorfis yang dapat dibentuk dengan 5 titik
menggunakan Teorema Polya I dan mendapatkan bentuk-bentuk graf sederhana dengan 5 titik yang
tidak saling isomorfis menggunakan Teorema Polya II. Banyaknya graf sederhana yang tidak saling
isomorfis yang diperoleh adalah 34, dan diketahui bentuk-bentuk grafnya yaitu 1 graf tanpa garis, 1 graf
dengan 1 garis, 2 graf dengan 2 garis, 4 graf dengan 3 garis, 6 graf dengan 4 garis, 6 graf dengan 5
garis, 6 graf dengan 6 garis, 4 graf dengan 7 garis, 2 graf dengan 8 garis, 1 graf dengan 9 garis, 1 graf
dengan 10 garis.

Kata kunci : Graf Isomorfis, Teorema Polya.

PENDAHULUAN
Teori graf merupakan salah satu cabang dari ilmu Matematika Diskret. Graf adalah pasangan
himpunan yang terdiri dari himpunan titik yang tak kosong dan himpunan garis yang mungkin kosong
atau himpunan berhingga pasangan tak terurut dari elemen-elemen pada himpunan titik-titiknya. Di
dalam teori graf terdapat beberapa permasalahan pokok salah satunya masalah enumerasi yang
berkaitan dengan pencacahan. Salah satu cara yang digunakan untuk menyelesaikan masalah
enumerasi adalah dengan Teorema Polya (Polya’s Theorem). Pada awalnya Teorema Polya digunakan
dalam perhitungan banyaknya pola molekul yang terbentuk dari gabungan sejumlah atom-atom
penyusunnya, yang diperkenalkan oleh seorang matematikawan George Polya pada tahun 1936.
Teorema Polya terdiri dari Teorema Polya I dan Teorema Polya II. Teorema Polya I menjelaskan
tentang banyaknya pola molekul yang terbentuk sedangkan Teorema Polya II menjelaskan bentuk
dari pola-pola yang terbentuk tersebut [1]. Teorema Polya merupakan suatu teknik perhitungan yang
menggabungkan struktur aljabar abstrak dengan kombinatorika. Stuktur aljabar yang akan digunakan
adalah konsep suatu grup pada himpunan berhingga .
Aplikasi yang dibahas mengenai penggunaan Teorema Polya dalam menentukan graf sederhana
yang tidak saling isomorfis. Secara umum, dua buah graf dikatakan isomorfis jika graf tersebut dapat
disusun sedemikian rupa sehingga tampilannya identik. Mencari graf isomorfis dengan yang besar
diperlukan waktu yang cukup lama dalam pengerjaannya, maka digunakan Teorema Polya dalam
memudahkan perhitungan. Santosa pada penelitiannya mengaplikasikan Teorema Polya dalam
menentukan graf sederhana dengan 4 titik yang tidak saling isomorfis [2]. Oleh sebab itu, penelitian
ini melanjutkan penentuan banyaknya graf sederhana dengan 5 titik yang tidak saling isomorfis.
Tujuan dari penelitian ini adalah menghitung banyaknya graf sederhana yang tidak saling isomorfis
menggunakan Teorema Polya I, dan mengetahui bentuk-bentuk graf sederhana tersebut menggunakan
Teorema Polya II. Pada penelitian ini masalah dibatasi pada graf sederhana yang tidak saling
isomorfis dengan 5 titik.

39
40 V. T. ROSALIANTI, C. SUHERY DAN N. KUSUMASTUTI

Langkah awal penelitian ini yaitu menentukan suatu himpunan yang terdiri dari 5 titik, kemudian
menguraikan indeks sikel polinomial suatu grup sehingga diperoleh persamaan indeks sikel
polinomial. Selanjutnya dengan menggunakan Teorema Polya I dapat diketahui banyaknya graf
sederhana yang tidak saling isomorfis, dan dengan menggunakan Teorema Polya II diperoleh bentuk-
bentuk dari graf sederhana tersebut.

TEOREMA POLYA PADA GRAF SEDERHANA YANG TIDAK SALING ISOMORFIS

Graf merupakan pasangan himpunan * ( ) ( )+ yang terdiri dari ( ) himpunan titik yang tak
kosong dan berhingga, dan ( ) himpunan garis yang mungkin kosong atau himpunan berhingga
pasangan tak terurut dari elemen-elemen di ( ) [3]. Cara mempresentasikan sebuah graf biasanya
dengan diagram atau gambar. Umumnya titik-titik dinotasikan ( ) * + dan garis-garis
dinotasikan ( ) * + atau ( ) {( )}. Pada suatu graf, terdapat kemungkinan
adanya garis yang memiliki titik awal dan titik akhirnya sama disebut loop. Untuk dua garis atau lebih
yang menghubungkan dua titik yang berbeda disebut memiliki garis ganda. Sesuai dengan stukturnya
tersebut, graf dapat dibedakan menjadi graf sederhana dan graf tidak sederhana. Graf sederhana adalah
graf yang tidak memuat loop maupun garis ganda. Sebaliknya, graf yang memuat loop maupun garis
ganda disebut graf tidak sederhana.
Graf yang akan dibahas pada penelitian ini adalah graf sederhana yang tidak saling isomorfis. Dua
graf disebut isomorfis jika keduanya menunjukkan bentuk yang bersesuaian. Kedua graf hanya
berbeda dalam hal pemberian label titik dan garisnya saja.

Definisi 1. [4] Diberikan dua buah Graf dengan ( ( ) ( )) dan . ( ) ( )/. Graf
dikatakan isomorfis dengan jika dan hanya jika ada korespondensi satu-satu dari himpunan
titik ( ) ke ( ) dan himpunan garis ( ) ke ( )

Untuk memeriksa dua buah graf yang isomorfis terdapat beberapa hal yang harus dipenuhi, yaitu
memiliki jumlah titik yang sama, jumlah garis yang sama, titik yang bersesuaian memiliki jumlah
derajat yang sama, dan adalah isomorfis jika titik-titiknya dapat diurut dengan cara sedemikian
rupa sehingga matriks ikatan (adjacent) identik. Jika dua graf tidak memenuhi salah satu dari syarat
tersebut, maka menyebabkan graf tidak saling isomorfis.
Sebelum membahas lebih jauh tentang Teorema Polya, dibahas tentang Grup Simetri, Tipe dan
Indeks Sikel Polinomial Permutasi, dan Indeks Sikel Polinomial Grup. Grup simetri adalah himpunan
dari semua permutasi yang mungkin pada himpunan berhingga S dengan anggota, dengan operasi
komposisi fungsi membentuk suatu grup. Grup Simetri dinotasikan dengan . Jika diberikan
adalah komposisi dari sikel-sikel yang disjoint yang terdiri dari panjang 1 sebanyak , sikel dengan
panjang 2 sebanyak , … , sikel panjang n sebanyak , dengan yang memenuhi
maka tipe permutasi dari adalah , - dan indeks sikel dari adalah
( ) ( )
mereprentasikan sikel dengan panjang , adalah jumlah sikel dengan panjang n pada
komposisi tipe sikel. Sedangkan indeks sikel polinomial suatu grup adalah suatu grup permutasi ( ),
Jika maka indeks sikel polinomial dari adalah
( ) ∑ ( ) ∑ ( )

Dengan ( ) adalah indeks sikel polinomial dari dan | | adalah order grup [5].
Penggunaan Teorema Polya Dalam Menentukan Banyaknya Graf Yang Tidak Saling Isomorfis 41

APLIKASI TEOREMA POLYA PADA GRAF SEDERHANA

Diberikan himpunan titik * + yang merupakan himpunan titik suatu graf dengan
. Apabila n titik pada graf dikenai permutasi maka pasangan titik tak terurut dari himpunan titik
tersebut juga mengalami permutasi. Pasangan titik tak berurut dapat dipandang sebagai garis. Jika
himpunan permutasi pada titik-titik suatu graf membentuk Grup Simetri ( ), seluruh bentuk grup
adalah 120 sebagai berikut :
( )( )( )( )( ) ( )( ) ( )( )( )
( )( )( )( ) ( )( )( ) ( )( )
( )( )( ) ( ) ( )( )( )
( )( )( )( ) ( )( ) ( )( )
( )( )( ) ( )( )( ) ( )( )
( )( )( )( ) ( )( ) ( )
( )( ) ( ) ( )( )
( )( )( ) ( )( ) ( )
( )( ) ( )( )( ) ( )( )
( )( )( ) ( )( ) ( )( )( )
( )( )( ) ( ) ( )
( )( )( )( ) ( )( ) ( )( )
( )( )( ) ( ) ( )
( )( ) ( )( ) ( )( )
( )( )( ) ( )( ) ( )( )( )
( )( ) ( )( )( ) ( )( )
( )( )( ) ( )( ) ( )
( )( )( )( ) ( )( )( ) ( )( )
( )( ) ( )( )( ) ( )( )( )
( )( )( ) ( )( )( )( ) ( )( )
( )( )( )( ) ( ) ( )
( )( )( ) ( )( ) ( )( )
( )( ) ( )( )( ) ( )( )( )( )
( )( )( ) ( )( ) ( )( )( )
( )( )( )( ) ( ) ( )( )
( )( )( ) ( )( ) ( )( )( )
( )( ) ( )( ) ( )( )
( )( )( ) ( )( )( ) ( )( )( )
( )( ) ( )( ) ( )
( )( )( ) ( ) ( )( )
( ) ( )( ) ( )
( )( ) ( ) ( )( )
( ) ( )( ) ( )( )( )
( )( ) ( ) ( )( )
( )( )( ) ( )( ) ( )( )
( )( ) ( )( )( ) ( )
( )( ) ( )( ) ( )( )
( ) ( ) ( )
( )( ) ( )( )( ) ( )( )
( ) ( )( )( )( ) ( )( )( )

Selanjutnya dari elemen-elemen permutasi tersebut akan diperoleh tipe permutasi dan indeks sikel
permutasi. Pola tipe-tipe rantai yang diperoleh sebagai berikut:
1. Bentuk , - ada 1 dengan indeks sikelnya :
2. Bentuk , - ada 10 dengan indeks sikelnya :
3. Bentuk , - ada 20 dengan indeks sikelnya :
4. Bentuk , - ada 30 dengan indeks sikelnya :
5. Bentuk , - ada 15 dengan indeks sikelnya :
6. Bentuk , - ada 20 dengan indeks sikelnya :
7. Bentuk , - ada 24 dengan indeks sikelnya :

Jika himpunan permutasi pada titik-titik suatu graf membentuk grup simetri ( ), maka permutasi
dari pasangan titik tersebut juga membentuk grup simetri ( ). Sehingga akan dibentuk indeks sikel
(permutasi garis pada graf) dengan membangkitkan indeks sikel pada yang sudah diperoleh.
42 V. T. ROSALIANTI, C. SUHERY DAN N. KUSUMASTUTI

Contoh : Diketahui dengan bentuk , - dengan indeks sikel :

( ) ( )( )( )

( )
( )( )( )( )
Bentuk akan membangkitkan indeks sikel

Keseluruhan perubahan indeks sikel menjadi indeks sikel adalah


, , , , , .
Sehingga, dengan menggunakan persamaan (2) diperoleh :
( ) [ ] ( )

Selanjutnya, indeks sikel diaplikasikan pada Teorema Polya I dan Teorema Polya II
Teorema 1. Diberikan himpunan tidak kosong * + dengan | | dan
| | Jika merupakan grup permutasi yang beraksi pada dengan indeks sikel Z(G; x1,x2,. .
.,xn), maka banyaknya pola berbeda di terhadap adalah Z(G; r,r, . . . , r).
Bukti :
Jika suatu sikel-sikel dari suatu grup permutasi, , maka didalam terdapat sikel-sikel dengan
pola yang sama misalkan dimana ( ) dengan ( ) adalah himpunan dari sikel-sikel yang
polanya tetap. jika dan hanya jika tetap oleh tiap-tiap sikel dari , dan jika permutasi bertipe
, - maka banyaknya sikel yang disjoint di adalah . Dari definisi tipe
sikel dan indeks sikel, dengan beranggapan bahwa maka banyaknya permutasi
yang tetap oleh adalah = jadi didapat ( )
dengan , - adalah tipe permutasi
Berdasarkan Teorema Burnside [5], banyaknya sikel yang berbeda adalah
= ∑ ( )

= ∑

= ∑

= ∑ ( )

= ( )
Pada graf sederhana hanya terdapat dua keadaan pada himpunan Y, yaitu ada garis pada himpunan
titik dan tidak ada garis pada himpunan titik , sehingga maka menyebabkan
, dengan memasukkan nilai pada persamaan (3) diperoleh :
( ) [ ]

( ) [ ]

, -

, -

Jadi, untuk graf yang memuat 5 titik, maka akan terdapat 34 graf yang tidak saling isomorfis .
Penggunaan Teorema Polya Dalam Menentukan Banyaknya Graf Yang Tidak Saling Isomorfis 43

Teorema 2. Misalkan * +, dengan indeks sikel polinomial .


dimana | | jadi fungsi pembangkit pola di C adalah F( ) = ( , -)
dengan [y1, y2, . . . , yn] = (y1 +y2 + … +yr + +…+ … + +…+ )

Ambil 2 bobot pada himpunan Y , misalkan T = tak ada garis dan A= ada garis kemudian
subtitusikan pada persamaan,
sehingga diperoleh :

( )
,( ) ( ) ( ) ( )( )
( )( )
( ) ( ) ( )( )( ) ( ) -

dilakukan perkalian pada tiap suku diruas kanan kemudian sederhanakan sehingga diperoleh :
( )

artinya bahwa untuk graf yang terdiri atas 5 titik akan terdapat graf-graf yang tidak saling isomorfis
yang memenuhi rincian sebagai berikut :

Tabel 1. Graf yang Tidak Saling Isomorfis


Gambar
1 graf tanpa garis

1 graf dengan 1 garis

2 graf dengan 2 garis

4 graf dengan 3 garis

6 graf dengan 4 garis

6 graf dengan 5 garis

6 graf dengan 6 garis

4 graf dengan 7 garis

2 graf dengan 8 garis

1 graf dengan 9 garis

1 graf dengan 10 garis


44 V. T. ROSALIANTI, C. SUHERY DAN N. KUSUMASTUTI

PENUTUP
Pada graf sederhana dengan 5 titik menggunakan Teorema Polya I diperoleh 34 graf yang tidak
saling isomorfis. Secara umum, Teorema Polya I dapat digunakan untuk menghitung banyaknya graf
sederhana yang terdiri dari titik yang tidak saling isomorfis. Dengan menggunakan Teorema Polya II
dapat diketahui bentuk-bentuk dari 34 graf tersebut, yaitu : 1 graf tanpa garis, 1 graf dengan 1 garis, 2
graf dengan 2 garis, 6 graf dengan 4 garis, 6 graf dengan 5 garis, 6 graf dengan 6 garis, 4 graf dengan
7 garis, 2 graf dengan 8 garis, 1 graf dengan 9 garis, 1 graf dengan 10 garis.

Teorema Polya dan Indek Sikel Polinomial dari suatu grup memiliki banyak aplikasi. Tidak hanya
enumerasi pada graf sederhana, tetapi dapat dikembangkan pada jenis graf-graf lain, misalnya graf
tidak sederhana, graf berarah dan graf komplit.

DAFTAR PUSTAKA
[1] Fel,L.G. On the Polya Enumeration Theorem. Intelligent Information Management. 2009;
1:172-173.
[2] Santosa Gunawan R. Aplikasi Teorema Polya Pada Enumerasi Graf Sederhana. Jurnal
Matematika dan Komputasi. 2003; 1(8):1 - 10.
[3] Diestel R. Graph Theory. New York: Springer-Verlag; 1999.
[4] Siang, J.J. Matematika Diskrit dan Aplikasinya pada Ilmu Komputer. Yogyakarta: ANDI
Yogyakarta; 2002.
[5] Lal,A.K. Lecture Notes on Discrete Mathematic. New York. Hill inc; 2008.

VIVY TRI ROSALIANTI : FMIPA, Universitas Tanjungpura Pontianak, viy.lianti@yahoo.com


CUCU SUHERY : FMIPA, Universitas Tanjungpura Pontianak, csuhery@gmail.com
NILAMSARI KUSUMASTUTI : FMIPA, Universitas Tanjungpura Pontianak, uminilam@yahoo.com
APLIKASI TEOREMA POLYA UNTUK MENGHITUNG BANYAKNYA GRAF
SEDERHANA YANG TIDAK ISOMORFIK

Oleh: Khomsatun Ni’mah


Dosen Prodi Pendidikan Matematika Universitas Nusantara PGRI Kediri

Abstrak
Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui aplikasi teorema Polya dalam menghitung
banyaknya graf sederhana yang tidak isomorfik. Langkah-langkah yang digunakan dalam
penghitungan banyaknya graf sederhana yang tidak isomorfik yaitu: (1) mengidentifikasi
banyaknya titik yang akan dihitung, (2) menentukan banyaknya sisi pada graf lengkap dari
titik yang akan dihitung, (3) menentukan banyaknya anggota grup simetri pada titik yang
akan dihitung, (4) menentukan semua bentuk tipe untai dan banyak anggota dari bentuk tipe
untai tersebut, (5) menentukan bentuk indeks sikliknya, (6) menunjukkan keseluruhan
perubahan indeks siklik dengan cara mencari pembangkit dari grup Sn (permutasi titik pada
graf) yaitu grup Rn (permutasi sisi pada graf), (7) dari keseluruhan perubahan indeks siklik,
didapatkan indeks siklik grupny, (8) menentukan banyaknya graf yang tidak isomorfik
dengan Teorema Polya I, dan (9) menentukan banyaknya graf tidak isomorfik yang memuat
sisi dan tidak memuat sisi dengan menggunakan Teorema Polya II.

Kata Kunci: graf, isomorfik dan Teorema Polya

PENDAHULUAN
Teori graf merupakan teori yang sudah tua usianya dan memiliki banyak terapan sampai
saat ini. Teori ini berkembang sangat pesat. Bahkan, dalam perkembangannya dapat
disejajarkan dengan ilmu Aljabar (abstrak) yang lebih dahulu berkembang. Graf digunakan
untuk mempresentasikan objek-objek diskrit yang digambarkan sebagai titik dan hubungan
antara objek-objek tersebut yang dinyatakan sebagai garis. Menurut catatan sejarah,
masalah jembatan Konigsberg adalah masalah yang pertama kali menggunakan graf (tahun
1736). Aplikasi graf sangatlah luas. Graf dipakai di berbagai disiplin ilmu maupun dalam
kehidupan sehari-hari untuk memodelkan suatu persoalan.
Keunikan teori graf adalah kesederhanaan pokok bahasan yang dipelajarinya, karena
dapat disajikan sebagai titik (verteks) dan sisi (edge). Meskipun pokok bahasan dari topik-
topik teori graf sangat sederhana tetapi isi didalamnya belumlah tentu sesederhana itu,
kerumitan demi kerumitan masalah selalu ada dan bahkan sampai saat ini masih ada
masalah yang belum terpecahkan. Secara garis besar ada empat masalah pokok dalam teori
graf, yaitu:
 masalah eksistensi: masalah yang berhubungan dengan pertanyaan, apakah ada suatu graf
yang …? Apakah mungkin dibuat atau dibangun suatu …?
 masalah konstruksi: masalah yang berhubungan dengan pembentukan atau
pengkontruksian atau pengadaan. Jika suatu graf ada, apakah mungkin kita
mengkontruksikan? Bagaimana kita dapat membangunnya?
 masalah enumerasi: masalah yang berhubungan dengan penghitungan atau pencacahan.
Berapa banyak graf seperti itu? Bagaimana cara kita menghitungnya?
 masalah optimisasi: masalah yang berhubungan dengan keputusan yang terbaik, terdekat,
terkecil atau paling. Jika ada banyak kemungkinan, bagaimana kita mendapatkan yang
terbaik? Mana yang paling baik?.

29
Khomsatun Ni’mah 30

Dalam penulisan ini akan dibahas tentang masalah enumerasi yang berhubungan
dengan penghitungan banyaknya graf sederhana yang tidak isomorfik satu dengan yang
lainnya. Pada dasarnya tulisan ini merupakan penggabungan dua ilmu, yaitu antara bidang
Aljabar (abstrak) dan bidang teori graf, artinya Aljabar (abstrak) melalui Teorema Polya
akan digunakan untuk menyelesaikan masalah enumerasi graf sederhana.

Graf
Secara matematis, graf G didefinisikan sebagai pasangan himpunan (V,E) ditulis
dengan notasi G = (V,E), yang dalam hal ini V adalah himpunan tidak kosong dari titik-titik
(vertices atau nodes) dan E himpunan sisi (edges atau arcs) yang dihubungkan sepasang
titik (Munir, 2005:356).
Dari definisi diatas dijelaskan bahwa V tidak boleh kosong, sedangkan E boleh kosong.
Jadi, sebuah graf dimungkinkan tidak mempunyai sisi satu pun, tetapi titiknya harus ada
minimal satu. Graf yang hanya mempunyai satu titik dan tanpa sisi dinamakan graf trivial.
Setiap sisi berhubungan dengan satu atau dua titik. Titik-titik tersebut dinamakan titik
ujung. Sisi yang hanya berhubungan dengan satu titik ujung disebut loop. Dua sisi berbeda
yang menghubungkan titik yang sama disebut garis pararel. Dua titik dikatakan
berhubungan (adjacent) jika ada sisi yang menghubungkan keduanya. Titik yang tidak
mempunyai sisi yang berhubungan dengannya disebut titik terasing (isolating point). Graf
yang tidak mempunyai titik disebut graf kosong (Siang, 2004:187).
Secara geometris graf digambarkan sebagai sekumpulan titik di dalam bidang
dwimatra yang dihubungkan dengan sekumpulan sisi.

a a a
b d b d b d
c c c
G2
G1 G3
Gambar 2.1
Graf Sederhana (simple graph)

Menurut Siang (2004:226), graf sederhana adalah graf yang tidak mempunyai loop
ataupun garis pararel. G1 pada gambar 2.1 adalah contoh graf sederhana. Pada graf
sederhana, sisi adalah pasangan tak terurut (unorder pairs). Jadi menuliskan sisi (u,v) sama
saja dengan (v,u). Kita dapat juga mendefinisikan graf sederhana G = (V,E) terdiri dari
himpunan tak kosong titik-titik dan E adalah himpunan pasangan tak terurut yang berbeda
yang disebut sisi.

Graf Lengkap
Graf lengkap (complete graph) dengan n titik (simbul kn) adalah graf sederhana dengan
n titik, dimana setiap 2 titik berbeda dihubungkan dengan suatu sisi (Siang, 2004:196).

Graf Isomorfisma
Dalam geometri, dua gambar disebut kongruen jika keduanya mempunyai sifat-sifat
geometri yang sama. Dengan cara yang sama, dua graf dikatakan isomorfik jika keduanya

EFEKTOR No.23, Oktober,Tahun 2013


Khomsatun Ni’mah 31

menunjukkan “bentuk” yang sama. Kedua graf hanya berbeda dalam hal pemberian label
titik dan sisinya saja.
Dua buah graf G(E,V) dan G’(E’,V’), jika suatu fungsi f: V → V’ merupakan fungsi
satu-satu atau one-one onto, sedemikian sehingga (u,v) adalah sisi dari G jika dan hanya
jika (f(u),f(v)) adalah sisi dari G’, maka f disebut suatu isomorfisma dari G ke G’. Apabila
terdapat suatu isomorfisma antara G dan G’, maka G dan G’ disebut dua graf isomorfik
(Suryadi, 1996:21).
Hingga saat ini belum ada teori yang dapat dipakai untuk menentukan apakah dua graf
G dan G’ asomorfik. Akan tetapi, jika G dan G’ isomorfik, maka terdapat beberapa hal
yang pasti dipenuhi (Siang, 2004:225):
1. jumlah titik pada graf G sama dengan jumlah titik pada graf G’
2. jumlah sisi pada graf G sama dengan jumlah sisi pada graf G’
3. jumlah sisi dengan derajat tertentu dalam graf G dan G’ sama.
Implikasi tersebut tidak berlaku 2 arah. Ada 2 graf yang memenuhi ketiga syarat
tersebut, tetapi keduanya tidak isomorfik. Sebagai contoh adalah graf G dan G’ pada
gambar 2.2
w
y

x
v
z
Gambar 2.2
Dalam G, satu-satunya titik yang berderajat 3 adalah titik x. titik x dihubungkan
dengan 2 titik lain yang berderajat 1 (titik y dan z). sebaliknya, dalam graf G’, satu-satunya
titik yang berderajat 3 adalah v. satu-satunya titik berderajat 1 yang dihubungkan dengan v
hanyalah titik w, sehingga G tidak mungkin isomorfik dengan G’.
Meskipun implikasi syarat isomorfik hanya berlaku satu arah, paling tidak kontraposisi
dari implikasi tersebut bisa dipakai untuk menentukan bahwa 2 buah graf tidak isomorfik.
Jika salah satu dari ketiga syarat tidak terpenuhi, maka graf G dan G’ tidak isomorfik.

Definisi Grup
G suatu himpunan yang tidak kosong dengan operasi ○ pada G. Struktur aljabar (G,○)
disebut dengan grup jika dan hanya jika berlaku postulat-postulat berikut:
(1)  a, b  G , berlaku a  b  G (Sifat ketertutupan)
(2)  a, b, c  G , berlaku a  b   c  a  b  c (Sifat asosiatif)
(3)  a  G,  e  G  a  e  e  a  a (Eksistensi identitas)
1 1 1
(4)  a  G,  a  G  a  a  a  a  e (Eksistensi invers)
Himpunan H (himpunan bagian dari G), H bukan himpunan kosong dan (G,○) suatu grup.
H disebut subgrup (grup bagian) dari (G,○) jika dan hanya jika (H,○) merupakan suatu
grup.

Definisi Koset
Misalkan H suatu subgrup dari grup G dan a suatu elemen dari G, maka:
i  Ha  ha h  H disebut koset kanan dari H dalam G

EFEKTOR No.23, Oktober,Tahun 2013


Khomsatun Ni’mah 32

ii  aH  ah h  H disebut koset kiri dari H dalam G


Definisi Order
Grup G disebut grup berhingga jika memiliki sejumlah berhingga anggota. Banyaknya
anggota dalam grup G disebut order dari G dan disimbolkan G .

2.2.4 Definisi Grup Simetri


Grup Simetridari himpunan X = {1,2,3,...,n} adalah grup yang elemen-elemennya
adalah semua permutasi dari himpunan X. Notasi grup simetri adalah Sn . Banyaknya
anggota pada grup simetri Sn adalah sebanyak n!

Definisi Grup Siklik


Misalkan G,  
adalah suatu grup, G, disebut grup siklik bila ada suatu elemen
a  G sedemikian sehingga setiap elemen G dapat dinyatakan sebagai hasil operasi g
dengan dirinya sendiri sebanyak n kali (n berhingga). Elemen g yang dihasilkan itu disebut
Generator (pembangkit).

Definisi Orbit
Diberikan relasi ~ a, b  X . a ~ b jika dan hanya jika b  f a  untuk suatu n  Ζ
n

. Jika f adalah permutasi pada himpunan X. Kelas ekuivalensi pada Xterhadap relasi ~
disebut orbit dari f .

DefinisiCycle (penyaji untai)


Permutasi f  S n disebut cycle jika fmemiliki sebanyak-banyaknya satu orbit yang
berisikan lebih dari satu elemen. Panjang cycle adalah jumlah elemen pada orbit terbesar.
Cycle dengan panjang satu, disebut fixed point.

Menggunakan notasi cycle untuk menunjukkan bahwa f adalah cycle 1 2 4 6 . 
Perhatikan bahwa permutasi fdapat dibangun oleh orbit-orbitnya dimana orbit-orbit itu
berwujud cycle.

Definisi Cycle Type (tipe untai)


Diberikan penyaji untai dari f (permutasi suatu himpunan dengan banyak anggotanya
n) yang memuat sebanyak a1 untai dengan panjang 1, sebanyak a2 untai dengan panjang 2,
sebanyak a3 untai dengan panjang 3, …, sebanyak a i untai dengan panjang i dan i = 1, 2, 3,
…, n, maka tipe untai f disimbulkan dengan vektor [a1, a2, a3, …,an] dan bobot f adalah
bilang positif W  1 1 2 2 3 3  n
a a a an
.

DefinisiCycle Index (indeks siklik)


Diberikan G adalah grup permutasi dengan order m dari suatu himpunan yang banyak
anggotanya n dan g  G bertipe untai [a1, a2, a3, …,an]. Indeks siklik g didefinisikan

EFEKTOR No.23, Oktober,Tahun 2013


Khomsatun Ni’mah 33

sebagai: Z(g : x 1 , x 2 , x 3 ,  , x n )  x 1 1 x 22 x 3 3  x nn
a a a a
dan indeks siklik grup G

 Zg; x 1 , x 2 , x 3 ,, x n 
1
didefinisikan sebagai: Z(g : x 1 , x 2 , x 3 ,  , x n ) 
m gG

Definisi Pewarnaan
Fungsi fdari himpunan berhingga Xke himpunan berhingga Y disebut pewarnaanX.
Himpunan berhingga Ydisebut warna, sedangkan himpunan semua pewarnaan X terhadap
warna Y disebut himpunan C. Dua pewarnaan f , g  C disebut tak dapat dibedakan
terhadap grup Gyang beraksi pada Xjika  π  G sehingga f(x) = g(π(x)) untuk
 x  X . Jelas bahwa relasi tak dapat dibedakan merupakan relasi ekuivalensi pada
himpunan.

Definisi Pola
Kelas-kelas kongruensi dalam himpunan Cdengan relasi tak dapat dibedakan
disebut pola-pola di C terhadap grup G.

Definisi Persediaan Pola


Fungsi bobot w memetakan Y ke himpunan
r w y1 , w y 2 , w y 3 ,  , w y r  .
Persediaan pola C terhadap grup G adalah :
PPG; wy1 , wy 2 , wy 3 , , wy r    Kn , n , , n r wy1  1 wy 2  2 wy r 
n n nr
1 2
n1  n 2  n r  n

K n 1 , n 2 , n 3  n r  adalah koefisien yang menyatakan banyaknya pewarnaan (banyak


pola) yang dapat dibedakan sehingga warna w y1  bersesuaian dengan n1 anggota,
w y 2  bersesuaian dengan n2 anggota, ... dan w y r  bersesuaian dengan nr anggota.

Teorema Lagrange
 
Jika G, suatu grup finit dan H sub grup dari G maka order dari H habis
membagi order dari G H G

Teorema Burnside-Frobenius
Banyaknya kelas kesetaraan akibat penyekatan S oleh relasi kesetaraan yang
 
ditimbulkan oleh suatu grup permutasi G, pada s adalah (Liu, 1995:367-369):

 ψπ 
1
G πG
Teorema Permutasi
Diberikan C = { f | f : X → Y } dan X, Yadalah himpunan berhingga; juga
diketahui bahwa G adalah grup permutasi yang beraksi pada X. Untuk tiap π  G

EFEKTOR No.23, Oktober,Tahun 2013


Khomsatun Ni’mah 34

didefinisikan pemetaan π' dari C ke C dengan sifat : π'(f(x)) = f(π(x)) untuk


 x  X dan  f  C , maka berlakulah bahwa :
(a) π ' adalah permutasi di C.

(b) G'  π': π  G adalah grup.
Teorema Pola
Misalkan G adalah grup permutasi yang beraksi pada himpunan Xx1,x2,x3,,xn dan
Cadalah himpunan semua fungsi dari Xke Yy1, y2, y3,, yn. Jika w(y) adalah fungsi
bobot pada Y, dan didefinisikan ωf   C dengan bentuk :
ωf   w f x 1 w f x 2 w f x n  maka :
(1) Jika f, φ  C mempunyai sifat tak dapat dibedakan terhadap G, maka ωf   ωφ 
(2) Jika pola-pola yang berbeda di Cdinyatakan dengan
C1 , C 2 , C 3 ,  , C k ; ωC i i  1,2,3,  , k  adalah nilai konstan atas Ci , maka pola
persediaan C dapat dinyatakan sebagai:
k
PP G; w y1 , w y 2 , w y 3 ,  , w y r    u C i 
`

i 1
Teorema Burnside-Frobenius Dengan Bobot
Jika X1, X2, X3,..., Xk adalah orbit yang berbeda dalam himpunan X = {x1, x2, …, xn}
terhadap permutasi G  g 1 , g 2 , g 3 ,  , g m  , kemudian pada X didefinisikan fungsi
bobot ω (x) yang merupakan simbol abstrak dengan sifat bila x r dan x s berada pada orbit
yang sama, maka ωx r   ωx s  dan terdapatlah fungsi bobot pada G, yaitu:

W g i    ux 
`

xF g1 

Teorema Polya I:
Diberikan C  f f : x  y dengan x  n  2 dan y  r . Jika G merupakan
grup permutasi yang beraksi pada X dengan indeks siklik ZG; x 1 , x 2 , x 3 ,  , x n  maka
banyaknya pola di C terhadap G adalah Z(G; r, r, r,…, r) (Santosa, 2002:5-6)

Teorema Polya II
Persediaan pola warna, PPG; w y1 , w y 2 , w y 3 ,  , w y r  adalah
merupakan indeks siklik dari ZG; x 1 , x 2 , x 3 ,  , x n  pada

x i  w y1  i  w y 2  i  w y 3  i    w y r  i dengan i = 1, 2, 3,, n (Santosa,


2002:6-7).

EFEKTOR No.23, Oktober,Tahun 2013


Khomsatun Ni’mah 35

Aplikasi Teorema Polya Pada Graf Sederhana


Dalam bagian ini penulis akan membahas uraian secara rinci tentang langkah-langkah
penyelesaian penghitungan banyaknya graf sederhana yang tidak isomorfik dengan
menggunakan teorema Polya.
Proses penghitungan banyaknya graf sederhana yang tidak isomorfik dengan menggunakan
teorema Polya, yaitu:
1) mengidentifikasi banyaknya titik yang akan dihitung;
2) menentukan banyaknya kemungkinan sisi tak berarah yang ada pada titik yang akan
dihitung;
3) menentukan banyaknya anggota grup simetri pada titik yang akan dihitung;
4) menentukan semua kemungkinan bentuk tipe untai dan banyak anggotanya dari titik
tersebut;
5) menentukan bentuk indeks sikliknya;
6) mencari keseluruhan perubahan indeks sikliknya (pembangkit) dari grup Sn (permutasi
titik pada graf) pada grup Rn (permutasi sisi pada graf).
7) Akan didapatkan indeks siklik grupnya, yaitu:

 Zg; x 1 , x 2 , x 3 ,, x n 
1
Z(G : x 1 , x 2 , x 3 ,  , x n ) 
m gG
8) Setelah didapatkan indeks siklik grupnya baru diaplikasikan ke dalam teorema Polya I
dan teorema Polya II.

MODEL PENGEMBANGAN
Metode untuk menghitung kelas-kelas kongruensi dikenal dengan teori enumerasi
Burnside-Polya. Metode ini merupakan teknik yang penting, karena dapat digunakan untuk
menghitung kelas-kelas isomorfisma graf. Teorema Polya ada dua yaitu Teorema Polya I
dan Teorema Polya II.

HASIL PENELITIAN
Apabila n titik pada graf G dikenai permutasi, maka n(n-1)/2 pasangan titik tak terurut
(artinya ij = ji) dari himpunan titik tersebut juga mengalami permutasi. Dalam hal ini
pasangan titik tak terurut pada suatu himpunan dapat dipandang sebagai sisi, yang ujung-
ujungnya adalah pasangan titik tersebut.
Sebagai contoh kongkritnya diberikan himpunan titik X = {1, 2, 3, 4, 5} yang merupakan
himpunan titik suatu graf dengan n = 5. Seluruh kemungkinan sisi tak berarah yang ada
pada 5 titik tersebut adalah (5)(5-1)/2 = 10 sisi.
Jika himpunan permutasi pada titik suatu graf membentuk grup simetri penuh
(sebut saja Sn), maka permutasi dari pasangan titik itu (sisi) itu juga membentuk grup
simetri (sebut Rn). jadi grup Sn (permutasi titik pada graf) akan membangkitkan grup Rn
(permutasi sisi pada graf). Seluruh bentuk grup S5 ada 5! = 120, yaitu:

EFEKTOR No.23, Oktober,Tahun 2013


Khomsatun Ni’mah 36

g1 = (1)(2)(3)(4)(5) g31 = (1432)(5) g61 = (12)(3)(4)(5) g91 =(12)(35)(4)


g2 = (1)(2345) g32 = (1)(2)(345) g62 = (12)(345) g92 = (13)(25)(4)
g3 = (1)(2354) g33 = (1)(2)(354) g63 = (12)(354) g93 = (15)(23)(4)
g4 = (1)(2435) g34 = (1)(245)(3) g64 = (13)(245) g94 = (12)(34)(5)
g5 = (1)(2453) g35 = (1)(254)(3) g65 = (13)(254) g95 = (13)(24)(5)
g6 = (1)(2534) g36 = (1)(235)(4) g66 = (14)(235) g96 = (14)(23)(5)
g7 = (1)(2543) g37 = (1)(253)(4) g67 = (14)(253) g97 = (12345)
g8 = (1345)(2) g38 = (1)(234)(5) g68 = (15)(234) g98 = (12354)
g9 = (1354)(2) g39 = (1)(243)(5) g69 = (15)(243) g99 = (12435)
g10 = (1435)(2) g40 = (145)(2)(3) g70 = (145)(23) g100 = (12453)
g11 = (1453)(2) g41 = (154)(2)(3) g71 = (154)(23) g101 = (12534)
g12 = (1534)(2) g42 = (135)(2)(4) g72 = (135)(24) g102 = (12543)
g13 = (1543)(2) g43 = (153)(2)(4) g73 = (153)(24) g103 = (13245)
g14 = (1245)(3) g44 = (134)(2)(5) g74 = (134)(25) g104 = (13254)
g15 = (1254)(3) g45 = (143)(2)(5) g75 = (143)(25) g105 = (13425)
g16 = (1425)(3) g46 = (125)(3)(4) g76 = (125)(34) g106 = (13452)
g17 = (1452)(3) g47 = (152)(3)(4) g77 = (152)(34) g107 = (13524)
g18 = (1524)(3) g48 = (124)(3)(5) g78 = (124)(35) g108 = (13542)
g19 = (1542)(3) g49 = (142)(3)(5) g79 = (142)(35) g109 = (14235)
g20 = (1235)(4) g50 = (123)(4)(5) g80 = (123)(45) g110 = (14253)
g21 = (1253)(4) g51 = (132)(4)(5) g81 = (132)(45) g111 = (14325)
g22 = (1325)(4) g52 = (1)(2)(3)(45) g82 = (1)(23)(45) g112 = (14352)
g23 = (1352)(4) g53 = (1)(2)(35)(4) g83 = (1)(24)(35) g113 = (14523)
g24 = (1523)(4) g54 = (1)(2)(34)(5) g84 = (1)(25)(34) g114 = (14532)
g25 = (1532)(4) g55 = (1)(25)(3)(4) g85 = (13)(2)(45) g115 = (15234)
g26 = (1234)(5) g56 = (1)(24)(3)(5) g86 = (14)(2)(35) g116 = (15243)
g27 = (1243)(5) g57 = (1)(23)(4)(5) g87 = (15)(2)(34) g117 = (15324)
g28 = (1324)(5) g58 = (15)(2)(3)(4) g88 = (12)(3)(45) g118 = (15342)
g29 = (1342)(5) g59 = (14)(2)(3)(5) g89 = (14)(25)(3) g119 = (15423)
g30 = (1423)(5) g60 = (13)(2)(4)(5) g90 = (15)(24)(3) g120 = (15432)

Tipe untai dari S5 ada 7, yaitu:


 Bentuk [5, 0, 0, 0, 0] ada 1 buah dan indeks sikliknya: x15
 Bentuk [1, 0, 0, 1, 0] ada 30 buah dan indeks sikliknya: x1 x 4

2
Bentuk [2, 0, 1, 0, 0] ada 20 buah dan indeks sikliknya: x1 x3
 Bentuk [3, 1, 0, 0, 0] ada 10 buah dan indeks sikliknya: x13 x 2
 Bentuk [0, 1, 1, 0, 0] ada 20 buah dan indeks sikliknya: x 2 x3
 Bentuk [1, 2, 0, 0, 0] ada 15 buah dan indeks sikliknya: x1 x 22
 Bentuk [0, 0, 0, 0, 1] ada 24 buah dan indeks sikliknya: x5

EFEKTOR No.23, Oktober,Tahun 2013


Khomsatun Ni’mah 37

Pembangkit dari setiap indeks sikliknya, yaitu:


1 2 3 4 5
a    akan membangkitkan
1 2 3 4 5
12 13 14 15 23 24 25 34 35 45
a    atau    12 yang bertipe x110
12 13 14 15 23 24 25 34 35 45 
1 2 3 4 5
a    akan membangkitkan
 4 1 2 3 5
12 13 14 15 23 24 25 34 35 45
a    atau
41 42 43 45 12 13 15 23 25 35
   13 4224 1312 14 34 2315 45 35 25 yang bertipe x2 x4
1 2 3 4 5
a    akan membangkitkan
3 1 2 4 5
12 13 14 15 23 24 25 34 35 45
a    atau
31 32 34 35 12 14 15 24 25 45
   4512 13 2314 34 2415 35 25 yang bertipe x1 x33
1 2 3 4 5
a    akan membangkitkan
 2 1 3 4 5
12 13 14 15 23 24 25 34 35 45
a    atau
21 23 24 25 13 14 15 34 35 45
   1213 2314 241525343545 yang bertipe x14 x 23
1 2 3 4 5
a    akan membangkitkan
3 1 2 5 4
12 13 14 15 23 24 25 34 35 45
a    atau
31 32 35 34 12 15 14 25 24 54
   12 13 2314 35 24 15 34 2545 yang bertipe x1 x3 x6
1 2 3 4 5
a    akan membangkitkan
 4 3 2 1 5
12 13 14 15 23 24 25 34 35 45
a    atau
43 42 41 45 32 31 35 21 25 15
   12 3413 241415 452325 35 yang bertipe x12 x 24

EFEKTOR No.23, Oktober,Tahun 2013


Khomsatun Ni’mah 38

1 2 3 4 5
a    akan membangkitkan
5 1 2 3 4
12 13 14 15 23 24 25 34 35 45
a    atau
51 52 53 54 12 13 14 23 24 34
   12 15 45 34 2313 25 14 35 24 yang bertipe x 52
keseluruhan perubahan indeks siklik dari grup S5 menjadi R5, adalah sebagai berikut:
x15  x110 ; x1 x4  x2 x42 ; x12 x3  x1 x33 ; x13 x2  x14 x23 ; x2 x3  x1 x3 x6 ; x1 x22  x12 x24 ; x5  x52
, sedangkan banyaknya tiap jenis tidak mengalami perubahan. Dari definisi indeks siklik
grup maka didapatkan:
1 10
Z ( R4 ; x1 , x2 , x3 , x4 , x5 )  [ x1  30x2 x42  20x1 x33  10x14 x23  20x1 x3 x6  15x12 x24  24x52 ]
120
Aplikasi Teorema Polya I:
Ada 2 keadaan untuk himpunan Y, yaitu adanya sisi pada pasangan titik dan tidak
adanya sisi pada pasangan titik, sehingga r = 2. dari persamaam diatas ambilah x1 = x2 = x3
= x4 = x5 = 2, maka didapatkan:
1 10
Z ( R5 ; 2, 2, 2, 2, 2)  [2  30.2.2 2  20.2.23  10.2 4.23  20.2.2.2  15.2 2.2 4  24.2 2 ]
120
 34
Jadi graf yang memuat 5 titik, maka akan terdapat 34 graf yang tidak isomorfik.
Aplikasi teorema polya II:
 
Ambil dua bobot pada himpunan Y, yaitu w y1 = tidak ada sisi= T dan w y 2 
= ada sisi = A. kemudian subsitusikan
x1  T  A, x 2  T 2  A 2 , x3  T 3  A 3 , x 4  T 4  A 4 dan x5  T 5  A 5 pada
persamaan diatas, sehingga didapat:
   
T  A10  30 T 2  A2 T 4  A4 2  20T  A T 3  A3 3  
1  
Z (R4 ; x1 , x2 , x3 , x4 , x5 ) 
120 
4 2
 
10T  A T  A  20T  A T  A T  A 
2 3 3 3
6 6
 


 
15T  A2 T 2  A2  24 T 5  A5

4
  

 T  T A  2T A  4T A  6T A  6T A  6T A  4T A 
10 9 8 2 7 3 6 4 5 5 4 6 3 7

2T 2 A8  TA9  A10
Dengan kata lain untuk graf yang terdiri dari 5 titik maka akan ada sebanyak: 1 graf tanpa
garis, 1 graf dengan 1 garis, 2 graf dengan 2 garis, 4 graf dengan 3 garis, 6 graf dengan 4
garis, 6 graf dengan 5 garis, 6 graf dengan 6 garis, 4 graf dengan 7 garis, 2 graf dengan 8
garis, 1 graf dengan 9 garis dan 1 graf dengan 10 garis.

EFEKTOR No.23, Oktober,Tahun 2013


Khomsatun Ni’mah 39

SIMPULAN
Dari hasil perhitungan dengan menggunakan teorema polya didapatkan :
1) Banyaknya graf yang tidak isomorfik yang dapat dibentuk dari 2 titik ada 2 graf, dari 3
titik ada 4 graf, dari 4 titik ada 11graf, dari 5 titik ada 34 graf, dari 6 titik ada 156 graf,
dari 7 titik ada 1044 graf, dari 8 titik ada 12346 graf, dan dari 9 titik ada 272108.

EFEKTOR No.23, Oktober,Tahun 2013


Khomsatun Ni’mah 40

2) Teorema Polya I digunakan untuk menghitung jumlah graf sederhana yang


mengandung n buah titik dan tidak isomorfik antara satu graf dengan graf lainnya.
3) Teorema Polya II digunakan untuk menghitung jumlah graf sederhana yang
mengandung n buah titik dan k buah sisi serta tidak isomorfik antara satu graf dengan
graf lainnya.

DAFTAR RUJUKAN

Liu, C.L. 1995. Dasar-Dasar Matematika Diskrit. Jakarta:Gramedia Pustaka Utama.


Munir, Rinaldi.2005. Matematika Diskrit. Bandung:Informatika.
Santosa, R. Gunawan. 2002. Aplikasi Teorema Polya Pada Enumerasi Graf sederhana,
(online), (http://home.unpar.ac.id/integral.pdf.html, diakses 29 Desember 2006)
Siang, Jong Jek. 2002. Matematika Diskrit dan Aplikasinya Pada Ilmu Komputer.
Yogyakarta:Andi.
Sukirman. 2005. Pengantar Aljabar Abstrak. Malang:UM Press.
Surahmat. 1993. Struktur Aljabar. Malang: FKIP Unisma.
Suryadi, H.S. 1996. Teori Graf Dasar. Jakarta:Gunadarma.
Sutarno, Heri. 2005. Matematika Diskrit. Malang:UM Press.
Wihikanwijna. 2006. Brunside Lemma Introduksi Enumerasi, (online),
(http://himatika.ugm.ac.id/down/kul/burnside.polya.pdf.html, diakses 19 April 2007)

EFEKTOR No.23, Oktober,Tahun 2013

Anda mungkin juga menyukai