Anda di halaman 1dari 92

Teori Graf |1

BAB I
SEJARAH TEORI GRAF

A. Pendahuluan
Teori graf merupakan pokok bahasan
matematika yang telah tua usianya (teori ini muncul
pertama sekali pada tahun 1736) namun masih
dipelajari hingga saat ini, ini disebabkan penerapan
teori ini dalam pemrograman komputer. Selain dalam
pemrograman komputer teori graf juga diterapkan
dalam ilmu kimia, operasi penelitian, teknik elektro,
linguistik, dan ekonomi. Graf digunakan untuk
merepresentasikan objek-ojek diskrit dan hubungan
antara objek-objek tersebut. Beberapa contoh graf
yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari
antara lain: struktur organisasi, bagan alir
pengambilan mata kuliah, peta, rangkaian listrik, dan
lain-lain. Peta yang merupakan contoh graf yang
sering kita perhatikan dapat menolong kita untuk
melihat hubungan jalan raya yang menghubungkan
kota-kota dalam peta itu, juga dapat dilihat jarak
(dalam skala) jalan-jalan itu. Sehingga dengan
Teori Graf |2

melihat peta kita dapat menentukan rute perjalanan


mana yang harus kita ikuti agar lebih cepat sampai ke
tujuan.
Teori graf sangat berguna untuk
mengembangkan model-model terstruktur dalam
berbagai situasi. Struktur-struktur yang terdiri atas
kumpulan obyek-obyek yang berkaitan satu sama lain
dapat dibuat modelnya dengan sebuah graf, dengan
titik sebagai representasi obyeknya, dan sisi sebagai
representasi kaitan atau hubungan di antara obyek-
obyek itu.
Dalam teori graf suatu masalah dapat dipandang
sebagai sebuah proses penentuan susunan sistem
berdasarkan prsyarat-prasyarat tertentu yang optimal
sesuai dengan beberapa kriteria seperti harga, biaya,
keuntungan dan unjuk kerja.

B. Sejarah Singkalat Teori Graf


Teori graph lahir pada Tahun 1736 melalui
tulisan Euler yang berisi tentang upaya pemecahan
masalah jembatan Konigsberg yang sangat terkenal di
Eropa. Kurang lebih seratus tahun setelah lahirnya
Teori Graf |3

tulisan Euler tersebut tidak ada perkembangan yang


berarti berkenaan dengan teori graph. Tahun 1847,
G.R. Kirchoff (1824 – 1887) berhasil
mengembangkan teori pohon (Theory of trees) yang
digunakan dalam persoalan jaringan listrik. Sepuluh
tahun kemudian, A. Coyley (1821 – 1895) juga
menggunakan konsep pohon untuk menjelaskan
permasalahan kimia yaitu hidrokarbon. Pada masa
Kirchoff dan Coyley juga telah lahir dua hal penting
dalam teori graph. Salah satunya berkenaan dengan
konjektur empat warna, yang menyatakan bahwa
untuk mewarnai sebuah atlas cukup dengan
menggunakan empat macam warna sedemikian
hingga tiap negara yang berbatasan akan memiliki
warna yang berbeda.
Para ahli teori graph berkeyakinan bahwa orang
yang pertama kali mengemukakan masalah empat
warna adalah A.F. Mobius (1790 – 1868) dalam salah
satu kuliahnya di Tahun 1840. Sepuluh tahun
kemudian, A. De Morgan (1806 – 1871) kembali
membahas masalah ini bersama ahli-ahli matematika
lainnya di kota London. Dengan demikian tulisan De
Teori Graf |4

Morgan dianggap sebagai referensi pertama


berkenaan dengan masalah empat warna. Masalah
empat warna ini menjadi sangat terkenal setelah
Coyley mempublikasikannya Tahun 1879 dalam
Proceedings of the Royal Geographic Society volume
pertama. Hal lain yang penting untuk dibicarakan
sehubungan dengan perkembangan teori graph adalah
apa yang dikemukakan oleh Sir W.R. Hamilton (1805
– 1865). Pada Tahun 1859 dia berhasil menemukan
suatu permainan yang kemudian dijualnya ke sebuah
pabrik mainan di Dublin. Permainan tersebut terbuat
dari kayu berbentuk dodecahedron beraturan yakni
berupa sebuah polihedron dengan 12 muka dan 20
pojok. Tiap muka berbentuk sebuah pentagon
beraturan dan tiap pojoknya dibentuk oleh tiga sisi
berbeda.
Tiap pojok dari dodecahedron tersebut
dipasangkan dengan sebuah kota terkenal seperti
London, New York, Paris, dan lain-lain. Masalah
dalam permainan ini adalah, kita diminta untuk
mencari suatu rute melalui sisi-sisi dari dodecahedron
sehingga tiap kota dari 20 kota yang ada dapat dilalui
Teori Graf |5

tepat satu kali. Walaupun saat ini masalah tersebut


dapat dikategorikan mudah, akan tetapi pada saat itu
tidak ada seorang pun yang bisa menemukan syarat
perlu dan cukup dari eksistensi rute yang dicari.
Kurang lebih setengah abad setelah masa
Hamilton, aktivitas dalam bidang teori graph dapat
dikatakan relatif kecil. Pada Tahun 1920-an kegiatan
tersebut muncul kembali yang dipelopori oleh D.
Konig. Konig berupaya mengumpulkan hasil-hasil
pemikiran para ahli matematika tentang teori graph
termasuk hasil pemikirannya sendiri, kemudian
dikemasnya dalam bentuk buku yang diterbitkan pada
Tahun 1936. Buku tersebut dianggap sebagai buku
pertama tentang teori graph.
Tiga puluh tahun terakhir ini merupakan
periode yang sangat intensif dalam aktivitas
pengembangan teori graph baik murni maupun
terapan. Sejumlah besar penelitian telah dilakukan,
ribuan artikel telah diterbitkan dan lusinan buku telah
banyak ditulis. Di antara orang terkenal yang banyak
berkecimpung dalam bidang ini adalah Claude Berge,
Teori Graf |6

Oysten Ore, Paul Erdos, William Tutte, dan Frank


Harary.
Teori Graf |7

BAB II
KONSEP DASAR GRAF

A. Definisi Graf
Secara kasar, graf adalah suatu diagram yang
memuat informasi tertentu jika diinterpretasikan
secara tepat. Dalam kehidupan sehari-hari, graf
digunakan untuk menggambarkan berbagai macam
struktur yang ada. Tujuannya adalah sebagai
visualisasi objek-objek agar lebih mudah dimengerti.
Teori graf merupakan pokok bahasan yang
sudah tua usianya, namun memiliki banyak terapan
dalam kehidupan sehari-hari. Banyak persoalan pada
dunia nyata yang sebenarnya merupakan
reprensentasi visual dari graf. Salah satu contoh
reprensentasi visual dari graf adalah Peta.
Selain peta, masih banyak hal lain dalam dunia
nyata yang merupakan representasi visual dari graf.

Gambar 2.1
Teori Graf |8

Graf adalah himpunan simpul yang dihubungkan


dengan garis-garis (ruas). Setiap ruas diasosiasikan
dengan tepat dua simpul. Secara matematis, graf
didefinisikan sebagai berikut:

Graf G didefinisikan sebagai pasangan himpunan


(V,E) yang dalam hal ini :

V = himpunan tidak kosong dadi simpul-simpul


(vertices atau node): {v1,v2,v3,…,vn}.

E = himpunan sisi (edges atau arcs) yang


mehubungkan sepasang simpul:
{e1,e2,e3,…,en}.

Atau dapat ditulis singkat dengan notasi


G=(V,E). jadi sebuah graf dimungkinkan tidak
mempunyai sisi satu buahpun, tapi simpulnya harus
ada, minimal satu. Graf yang hanya mempunyai satu
buah simpul tanpa sebuah sisipun dinamakan graf
trivial.
Setiap garis pada graf berubungan dengan satu
atau dua titik. Titik-titik tersebut dinamakan titik
ujung. Garis yang hanya berhubungan dengan satu
Teori Graf |9

titik ujung disebut Loop. Dua garis berbeda yang


menghubungkan titik yang sama disebut Garis
parallel. Perlu diketahui bahwa panjang garis,
kelengkungan garis,, dan letak titik tidak berpengaruh
dalam suatu graf.
Secara geometri graf digambarkan sebagai
sekumpulan noktah (simpul) di dalam bidang
dwimatra yang dihubungkan dengan sekumpulan
garis (sisi).

Gambar 2.2 memperlihatkan tiga buah graf,


𝐺1 , 𝐺2 dan 𝐺3 , 𝐺1 adalah graf dengan himpunan
simpul V dan himpunan sisi E adalah

V = { 1, 2, 3, 4}
E = { (1, 2), (1,3), (2,3), (2, 4),(3, 4)}

𝐺2 adalah graf dengan himpunan simpul V dan


himpunan sisi E adalah :
T e o r i G r a f | 10

V = { 1, 2, 3, 4}
E = { (1, 2), (2, 3), (1,3), (1,3), (2,4), (3, 4),(3, 4)} →
himpunan ganda = {𝑒1 , 𝑒2 , 𝑒3 , 𝑒4 , 𝑒5 , 𝑒6 , 𝑒7 , 𝑒8 }
Pada 𝐺2 sisi 𝑒3 = (1, 3) dan sisi 𝑒4 = (1, 3)
dinamakan sisi ganda karena kedua sisi ini
menghubungi dua buah simpul yang sama, yaitu
simpul 1 dan simpul 3. Pada 𝐺3 , sisi 𝑒8 = (3, 3)
dinamakan gelang atau kalang (loop) karena ia
berawal dan berakhir pada simpul yang sama.

B. Jenis-jenis Graf
Berdasarkan ada atau tidaknya loop atau garis
parallel pada suatu graf, maka secara umum graf
dapat digolongkan menjadi dua jenis:
1. Graf sederhana (simple graph).
Graf yang tidak memiliki loop maupun garis
parallel.
2. Graf tak sederhana (unsimple graph).
Graf yang memiliki loop maupun garis parallel.
Macam- macam graf tak sederhana diantaranya :
T e o r i G r a f | 11

a) Graph rangkap
Sebuah graph yang memiliki sisi rangkap
tetapi tidak memiliki gelung disebut graph
rangkap (multi-graph).
b) Graph semu
Sebuah graph yang memilki sisi rangkap
dan memiliki gelung disebut graph semu
(pseudograph).
c) Graph komplit
Sebuah graph komplit (graph lengkap)
dengan n titik, dilambangkan dengan Kn ,
adalah graph sederhana dengan n titik dan
setiap dua titik berbeda dihubungkan dengan
sebuah sisi. Sebuah graph lengkap sering juga
disebut sebagai graph universal. Kerena tiap
titik dalam grap lengkap selalu dihubungkan
dengan titik lain melalui satu sisi, maka derajat
tiap titik dalam sebuah graph lengkap G
dengan n titik adalah n-1. Dengan demikian,
banyaknya sisi dalam graph lengkap G adalah .
T e o r i G r a f | 12

d) Graph bagian (subgraph)


Sebuah graph H disebut graph bagian
(subgraph) dari graph G.
e) Graph teratur
Sebuah graph disebut graph teratur jika
semua titiknya berderajat sama. Misal graph
teratur berderajat tiga.
f) Graph lingkaran
Graph sederhana yang setiap titiknya
berderajat dua disebut graph lingkaran. Graph
lingkaran dengan n titik dilambangkan dengan
Cn. Graph lingkaran ini disebut juga graph
teratur berderajat dua.
g) Graph kosong atau graph nol
Graph yang tidak memiliki sisi disebut
graph kosong atau graph nol. Graph nol dengan
n titik dilambangkan dengan Nn. Graph yang
hanya mempunyai satu buah titik tanpa sebuah
sisi dinamakan graph trivial. Misal graph
kosong dengan tiga titik (N3).
T e o r i G r a f | 13

h) Graph bipartisi
Sebuah graph G disebut graph bipartisi
jika V(G) (himpunan titik graph G) dapat
dipartisi menjadi dua himpunan bagian X dan
Y sedemikian sehingga setiap sisi dari G
menghubungkan sebuah titik di X dan sebuah
titik di Y. Kita notasikan (X,Y) bipartisi dari G.
Apabila G sederhana dan bipartisi dengan
partisi (X,Y) sedemikian sehingga setiap titik
di X berhubungan langsung dengan setiap titik
di Y, maka G disebut graf bipartisi lengkap,
dinotasikan dengan Km,n dengan m dan n
adalah banyaknya titik dikedua partisi tersebut.
i) Graph berbobot
Sebuah graph G disebut graph berbobot
jika setiap sisinya diberi sebuah harga.

Gambar 2.3
a) Graf Sederhana, b) Graf Ganda, c) Graf Semu
T e o r i G r a f | 14

Berdasarkan orientasi arah pada sisi, maka


secara umum graf dapat digolongkan menjadi :
1. Graf berarah (directed graph).
Graf yang setiap sisinya diberikan orientasi arah.
Pada graf berarah, (vk,vj) dan (vj,vk) menyatakan
dua unsur yang berbeda, dengan kata lain (vj,vk) 
(vk,vj).
P

S Q

R
Gambar 2.4
Graf berarah (directed graph)

2. Graf tak-berarah (undirected graph)


Graf yang sisinya tidak memiliki orientasi arah.
Urutan pasangan simpul yang dihubungkan oleh
sisi tidak diperhatikan, dengan kata lain : (vj,vk) =
(vk,vj).
T e o r i G r a f | 15

Gambar 2.5
Graf berarah (directed graph) dan Graf Ganda
Berarah

Tabel 1 Jenis-jenis graf


Sisi ganda Sisi gelang
Jenis
Sisi dibolehkan? dibolehkan?

Graf sederhana Tak-berarah Tidak Tidak


Graf ganda Tak-berarah Ya Tidak
Graf semu Tak-berarah Ya Ya
Graf berarah Bearah Tidak Ya
Graf-ganda berarah Bearah Ya Ya

C. Terminologi Dasar
Ada beberapa terminologi(istilah) dasar yang ber
kaitan dengan graph. Beberapa
diantaranya sebagai berikut:
T e o r i G r a f | 16

1. Bertetangga (Adjacent)
Dua buah simpul dikatakan bertetangga bila
keduanya terhubung langsung.
Tinjau graf G1 : Simpul 1 bertetangga dengan
simpul 2 dan 3, simpul 1
tidak bertetangga dengan
simpul 4.
Matriks ketetanggan G adalah matriks yang
berukuran n x n. Bila matriks A = [i,j], maka ai,j=
0. Jika simpul i dan j tidak bertetangga.

2. Bersisian (Insidency)
Untuk sembarang sisi e = (vj, vk) dikatakan e
bersisian dengan simpul vj , atau e bersisian
dengan simpul vk
Tinjau graf G1: Sisi (2, 3) bersisian dengan simpul
2 dan simpul 3, sisi (2, 4) bersisian
T e o r i G r a f | 17

dengan simpul 2 dan simpul 4,


tetapi sisi (1, 2) tidak bersisian
dengan simpul 4.
Matriks bersisian G adalah matriks yang berukuran
n x m. Baris menunjukkan label sisi sedangkan
kolom menunjukkan label simpulnya. Bila matriks
tersebut dinamakan A = [aij], maka aij = 1. Jika sisi
i bersisian dengan simpul j. Sebaliknya aij = 0 jika
sisi i bersisian dengan simpul j.

3. Simpul Terpencil (Isolated Vertex)


Simpul terpencil adalah simpul yang tidak
mempunyai sisi yang bersisian dengannya. Atau
dapat juga dinyatakan bahwa simpul terpencil
adalah simpul yang tidak satupun betetangga
dengan simpul-simpul lainnya.
Tinjau graf G1: Simpul 5 adalah simpul terpencil.
T e o r i G r a f | 18

Contoh :

Simpul 5 adalah simpul terpencil


4. Titik Terpencil
Titik terpencil adalah titik yang tidak
mempunyai sisi yang bersisian dengannya. Atau,
dapat juga dikatakan bahwa titik terpencil adalah
titik yang tidak satupun bertetangga dengan titik-
titik lainnya.
5. Jalan (walk)
Misalkan G adalah sebuah graph. Sebuah
jalan (walk) di G adalah sebuah barisan berhingga
(tak kosong) yang suku-sukunya bergantian titik
dan sisi, sedemikian hingga dan adalah titik-titik
akhir sisi ei, untuk . Katakan W adalah sebuah
jalan dari titik (titik awal) ke titik (titik akhir),
sedangkan titik-titik disebut titik-titik internal W
T e o r i G r a f | 19

dan k disebut panjang jalan W. Dengan kata lain,


jalan (walk) ialah dimana sisi dan titiknya boleh
berulang.
6. Jejak (trail)
Jejak adalah jalan yang sisi-sisinya tidak ada
yang sama, tetapi titiknya boleh ada yang sama.
7. Jejak Lintasan (path)
Lintasan adalah jejak yang semua titiknya
berbeda (sisi dan titiknya tidak ada yang
sama).
8. Sirkit
Sirkit adalah Jejak tertutup.

9. Siklus/lintasan tertutup (sikel)


Sikel adalah sebuah sirkit yang titik awal dan
semua titik internalnya berbeda (titik awal dan titik
akhirnya sama dimana titik dan sisinya tidak ada
yang berulang).
10. Derajat (Degree)

Derajat suatu simpul adalah jumlah sisi yang


bersisian dengan simpul tersebut.
T e o r i G r a f | 20

Notasi: deg(v)

Tinjau graf G1:

d(1) = d(4) = 2

d(2) = d(3) = 3

Tinjau graf G3: d(5) = 0  simpul terpencil

d(4 = 1 simpul anting-anting (pendant vertex)

Tinjau graf G2: d(1) = 3  bersisian dengan sisi


ganda d(2) = 4  bersisian dengan
sisi gelang (loop).

Pada graf berarah,

din(v) = derajat-masuk (in-degree)

= jumlah busur yang masuk ke simpul v

dout(v) = derajat-keluar (out-degree)

= jumlah busur yang keluar dari simpul v

d(v) = din(v) + dout(v)


T e o r i G r a f | 21

Contoh :

Di sini banyaknya ruas = 7, sedangkan derajat


masing-masing simpul adalah :
d(A) = 2 d(D) = 3 derajat graf G = 14
d(B) = 5 d(E) = 1 (2 * 7)
d(C) = 3 d(F) = 0
Catatan : E disebut simpul bergantung/akhir, yakni
simpul yang berderajat satu. Sedangkan
F disebut simpul terpencil, yakni simpul
berderajat nol.

Gambar 2.6 graf G4


T e o r i G r a f | 22

Tinjau graf G4:

din(1) = 1; dout(1) = 1

din(2) = 1; dout(2) = 3

din(3) = 1; dout(3) = 1

din(4) = 2; dout(3) = 0

11. Lemma Jabat Tangan


Jumlah derajat semua simpul pada suatu graf
adalah genap, yaitu dua kali jumlah sisi pada graf
tersebut. Dengan kata lain, jika G = (V, E), maka

 d (v )  2 E
vV

Tinjau graf G1:


d(1) + d(2) + d(3) + d(4) = 2 + 3 + 3 + 2 =10
= 2  jumlah sisi = 2  5

Tinjau graf G2:


d(1) + d(2) + d(3) = 3 + 3 + 4 = 10
= 2  jumlah sisi = 2  5

Tinjau graf G3:


T e o r i G r a f | 23

d(1) + d(2) + d(3) + d(4) + d(5) = 2 + 2 + 3 + 1 +


0 = 8 = 2  jumlah sisi = 2  4.
T e o r i G r a f | 24

BAB III
GRAF SEDERHANA KHUSUS

Ada beberapa graf sederhana khusus yang dijumpai


pada banyak aplikasi. Beberapa diantaranya seperti
dibwah ini :

A. Graf Lengkap (Complete Graph)


Graf lengkap adalah graf sederhana yang setiap
simpulnya mempunyai sisi ke semua simpul lainnya.
Graf lengkap dengan n buah simpul dilambangkan
dengan Kn. Jumlah sisi pada graf lengkap yang terdiri
dari n buah simpul adalah n(n – 1)/2.

K1 K2 K3 K4 K5 K6

Gambar 3.1 Graf Lengkap Kn, 1 ≤ n ≤ 6

Jumlah sisi pada graf lengkap yang terdiri dari n buah


simpul adalah n(n – 1)/2. Rumus ini diperoleh dari :
untuk 1 buah simpul terdapat (n-1) buah sisi ke- (n-1)
simpul lainnya, maka untuk n buah simpul terdapat
n(n-1) buah sisi. Karena setiap sisi terhitung dua kali
T e o r i G r a f | 25

untuk pasangan simpul yang bersisian dengannya,


maka jumlah sisi seluruhnya dibagi dua, yaitu n(n –
1)/2.
B. Graf Lingkaran
Graf lingkaran adalah graf sederhana yang
setiap simpulnya berderajat dua. Graf lingkaran
dengan n simpul dilambangkan dengan Cn. Jika
simpul-simpul pada Cn adalah v1, v2, ... , vn maka sisi-
sisinya adalah (v1, v2), (v2, v3), ... , (vn-1, vn), dan (vn,
v1). Dengan kata lain, ada sisi dari simpul terakhir, vn
ke simpul pertama v1.

Gambar 3.2 Graf Lingkaran Cn, 3 ≤ n ≤ 6

C. Graf Teratur (Reguler Graphs)


Graf yang setiap simpulnya mempunyai derajat
yang sama disebut graf teratur. Apabila derajat setiap
simpul adalah r, maka graf tersebut disebut sebagai
T e o r i G r a f | 26

graf teratur derajat r. Jumlah sisi pada graf teratur


adalah nr/2.
n = 4, r = 3

Gambar 3.3

D. Graf Bipartite (Bipartite Graph)


Graf G yang himpunan simpulnya dapat dipisah
menjadi dua himpunan bagian V1 dan V2, sedemikian
sehingga setiap sisi pada G menghubungkan sebuah
simpul di V1 ke sebuah simpul di V2 disebut graf
bipartit dan dinyatakan sebagai G(V1, V2). Dengan
kata lain, setiap pasang simpul di V1 tidak
bertetangga.
Apabila simpul di V1 bertetangga dengan semua
simpul di V2, maka G (V1, V2) disebut sebgai graf
bipartite lengkap (complete bipartite graph),
dilambangkan dengan Km,n. Jumlah sisi adalah mn.
T e o r i G r a f | 27

V V
1 3.4 Graf Bipartite
Gambar 2 G(V1, V2)
1
Graf G di bawah ini adalah graf bipartit, karena
11
simpul-simpunya dapat dibagi menjadi V1 = {a, b, d}
dan V2 = {c, e, f, g}

a b

g c
f

e d

H2 H3

W G E

Graf persoalan Topologi Bintang


utilitas Gambar 3.5
T e o r i G r a f | 28

Contoh :
Berapa jumlah maksimum dan jumlah minimum
simpul pada graf sederhana yang mempunyai 16 buah
sisi dan tiap simpul berderajat sama dan tiap simpul
berderajat ≥ 4 ?

Penyelesaian :

Tiap simpul berderajat sama - > graf teratur.

Jumlah sisi pada graf teratur berderajat r adalah e =


nr/2. Jadi, n = 2e/r = (2)(16)/r = 32/r.

Untuk r = 4, jumlah simpul yang dapat dibuat adalah


maksimum, yaitu n = 32/4 = 8.

Untuk r yang lain (r > 4 dan r merupakan pembagi


bilangan bulat dari 32):

r = 8 -> n = 32/8 = 4 -> tidak mungkin membuat graf


sederhana.

r = 16 -> n = 32/16 = 2 -> tidak mungkin membuat


graf sederhana.
T e o r i G r a f | 29

BAB IV
POHON (TREE)

Kirchoff (1824 - 1887) mengembangkan teori


pohon untuk diterapkan dalam jaringan listrik.
Selanjutnya Arthur Cayley (1821 - 1895)
mengembangkan graph jenis ini sewaktu mencacah
isomer hidrokarbon jenuh CnH2n+2. Sekarang pohon
digunakan secara luas dalam linguistik dan ilmu
komputer.
Pohon (tree) merupakan salah satu bentuk khusus
dari struktur suatu graf. Misalkan A merupakan sebuah
himpunan berhingga simpul (vertex) pada suatu graf G
yang terhubung. Untuk setiap pasangan simpul di A
dapat ditentukan suatu lintasan yang menghubungkan
pasangan simpul tersebut. Suatu graf terhubung yang
setiap pasangan simpulnya hanya dapat dihubungkan
oleh suatu lintasan tertentu, maka graf tersebut
dinamakan pohon (tree). Dengan kata lain, pohon (tree)
merupakan graf tak-berarah yang terhubung dan tidak
memiliki sirkuit.
T e o r i G r a f | 30

A. Definisi Pohon

Misalkan G = (V,E) merupakan sebuah graf tak


berarah yang tanpa loop. Graf G disebut pohon jika G
merupakan graf terhubung dan tidak mengandung
siklus.

a b a b a b a b

c d c d c d c d

e f e f e f e f

Pohon Pohon Bukan Pohon Bukan Pohon


Gambar 4.1
Hutan (forest) adalah kumpulan pohon yang saling
lepas, atau graf tidak terhubung yang tidak
mengandung sirkuit. Setiap komponen di dalam graf
terhubung tersebut adalah pohon.

Gambar 4.2
T e o r i G r a f | 31

Karena definisi pohon diacu dari teori graf, maka


sebuah pohon dapat mempunyai hanya sebuah simpul
tanpa sebuah sisipun. Dengan kata lain,jika G = (V,
E) adalah pohon, maka V tidak boleh berupa
himpunan kosong, namun E boleh kosong. Pada
sebagian literatur, pohon yag dimaksudkan disebut
pohon bebas (free tree) untuk membedakannya
dengan pohon berakar (rooted tree).
Pohon mempunyai bilangan kromatis = 2

B. Sifat – sifat Pohon


Teorema : Jika T pohon, maka untuk setiap dua titik
u dan v yang berbeda di T terdapat tepat
satu lintasan (path) yang menghubungkan
kedua titik tersebut.
Bukti :
Misalkan ada lintasan (path) berbeda yang
menghubungkan titik u dan titik v di T, katakanlah e1
dan e2, dengan e1 ≠ e2. Maka e1 dan e2 akan
menghubungkan titik u dan titik v, sehingga ada dua
lintasan yang terhubung pada kedua titik tersebut dan
membentuk sikel. Berdasarkan definisi, T tidak
T e o r i G r a f | 32

memiliki sikel. Dengan demikian, haruslah e1 =


e2. Hal ini bertentangan dengan pemisalan bahwa
e1 ≠ e2. Jadi, terbukti bahwa setiap dua titik yang
berbeda di T memiliki tepat satu lintasan yang
menghubungkan kedua titik tersebut.

Teorema. Misalkan G = (V, E) adalah graf tak-


berarah sederhana dan jumlah simpulnya n. Maka,
semua pernyataan di bawah ini adalah ekivalen:
1. G adalah pohon.
2. Setiap pasang simpul di dalam G terhubung
dengan lintasan tunggal.
3. G terhubung dan memiliki m = n – 1 buah sisi.
4. G tidak mengandung sirkuit dan memiliki m = n –
1 buah sisi.
5. G tidak mengandung sirkuit dan penambahan satu
sisi pada graf akan membuat hanya satu sirkuit.
6. G terhubung dan semua sisinya adalah jembatan.

C. Pohon Merentang
Spanning Tree dari suatu graf terhubung
merupakan subgraf merentang yang berupa pohon.
T e o r i G r a f | 33

Pohon merentang diperoleh dengan cara


menghilangkan sirkuit di dalam graf tersebut.

Contoh spanning tree dari suatu graf terhubung

Gambar 4.4

Terlihat bahwa T1, T2, T3, T4 merupakan spanning tree


dari graf G. Perlu diperhatikan bahwa setiap graf
terhubung berbobot paling sedikit mempunyai satu
buah spanning tree. Pohon rentang yang memiliki
bobot minimum dinamakan pohon merentang
minimum (minimum spanning tree). Dalam
kehidupan nyata, salah satu contoh aplikasi spanning
tree adalah menentukan rangkaian jalan dengan jarak
total seminimum mungkin yang menghubungkan
semua kota sehingga setiap kota tetap terhubung satu
sama lain
T e o r i G r a f | 34

(a) (b)
Router

. Subnetwork

Gambar 4.5

Algoritma Prim memiliki langkah-langkah sebagai


berikut :

1. Pilih sisi dari graf G yang berbobot minimum,


masukkan ke dalam T.
2. Pilih sisi (u, v) dalam G yang mempunyai bobot
minimum dan bersisian dengan simpul di T,
dengan syarat sisi tersebut tidak membentuk sirkuit
di T. Masukkan (u, v) ke dalam T.
3. Ulangi langkah 2 sebanyak n – 2 kali.

Jumlah langkah seluruhnya dalam algoritma Prim


adalah sebanyak jumlah sisi di dalam spanning tree
dengan n buah simpul, yaitu (n – 1) buah.
T e o r i G r a f | 35

Jumlah langkah seluruhnya di dalam algoritma Prim


adalah 1 + (n – 2) = n – 1
yaitu sebanyak jumlah sisi di dalam pohon rentang
dengan n buah simpul.

Contoh :
Gambarkan 3 buah pohon merentang minimum yang
berbeda beserta bobotnya untuk graf pada gambar 3.1
dengan menggunakan algoritma prim.

a 3 b 4 c 2 d

4 2 3 6

5 f 4 g 4
e h

5 3 5 4

i 4 j 4 k 2 l
Gambar 4.6
Penyelesaian :
Graf diatas memiliki beberapa sisi yang berbobot
sama, maka ada kemungkinan pohon merentang
minimumnya lebih dari satu. Tiga buah diantaranya
adalah :
T e o r i G r a f | 36

a 3 b c 2 d a 3 b c 2 d a 3 b 4 c 2 d

4 2 3 4 2 3 4 2 3
f g h f h f g h
e e e
4 4 4
5 3 4 5 3 4 5 3 4

i j 4 k 2 l i j 4 k 2 l i j k 2 l
Gambar 4.7

Ketiga buah pohon merentang minimum di atas sama


hanya bentuknya yang berbeda, namun jumlah bobot
seluruh sisinya tetap sama, yaitu 36

Algoritma Kruskal
( Langkah 0: sisi-sisi dari graf sudah diurut menaik
berdasarkan bobotnya – dari bobot kecil ke bobot
besar)
Langkah 1: T masih kosong
Langkah 2: Pilih sisi (u, v) dengan bobot minimum
yang tidak membentuk sirkuit di T.
Tambahkan (u, v) ke dalam T.
Langkah 3: Ulangi langkah 2 sebanyak n – 1 kali.

D. Sisi Pemotong
Sebuah sisi pemotong pada graf G adalah
sebuah sisi e, demikian sehingga w (G – e) ≥ w (G)
dengan w (G) sebagai banyaknya komponen dari G.
T e o r i G r a f | 37

atau sisi yang penghapusannya membuat graf tersebut


mnejadi tak terhubung.
Teorema 4.1
Sebuah sisi e pada graf G merupakan sisi pemotong
jika dan hanya jika e termuat dalam nonsiklus dari G.
Teorema 4.2
Sebuah graf adalah sebuah pohon jika dan hanya jika
setiap sisinya merupakan sisi pemotong.
Teorema 4.3
Setiap graf terhubung memuat sebuah pohon rentang.

E. Simpul Pemotong
Sebuah simpul v pada graf G disebut simpul
pemotong jika E(G) dapat dipartisikan kedalam dua
himpunan bagian E1 dan E2 demikian sehingga
G(E1) dan G(E2) hanya mempunyai irisan pada
simpul V.
Jika G merupakan graf non trivial dan tidak
mengandung loop, maka v merupakan simpul
pemotong dari G jika dan hanya jika w (G – v) ≥ w
(G).
T e o r i G r a f | 38

Gambar 4.8

Teorema 4.4
Sebuah simpul v pada pohon G merupakan simpul
pemotong dari G jika dan hanya jika deg(v)>1.
Teorema 4.5
Setiap graf terhubung non trivial yang tanpa loop
mempunyai paling sedikit dua simpul yang tidak
merupakan simpul pemotong.

F. Pohon Optimal
Jika G adalah graf berbobot, maka bobot pohon
merentang T dari G didefinisikan sebagai jumlah
bobot semua sisi di T. Diantara semua pohon
merentang di G, pohon merentang yang berbobot
minimum dinamakan pohon optimal.
T e o r i G r a f | 39

Terdapat dua buah algoritma membangun pohon


optimal. Yang pertama adalah algoritma Prim dan
yang kedua adalah algoritma Kruskal.

Contoh dengan menggunakan algoritma Kruskal:


Cari pohon merentang minimum pada graf yang
ditunjukkan pada gambar berikut.

Gambar 4.9
Penyelesaian :
T e o r i G r a f | 40

G. Pusat dan Dwi Pusat


Metode untuk menentukan pusat dari sebuah
pohon, yaitu dengan cara mengahapus semua simpul
berderajat satu bersama-sama dengan semua sisi yang
insiden dengan simpul itu. Ulangi proses ini sampai
diperoleh sebuah simpul tunggal (pusat) atau 2 simpul
(dwi pusat) yang dihubungkan dengan sebuah sisi.
Pohon yang hanya memiliki sebuah pusat disebut
pohon dengan pusat tunggal dan pohon yang
mempunyai dua buah simpul pusat dinamakan pohon
dwi pusat.

H. Pohon Berakar
Suatu graf dinamakan pohon berarah bila arah
rusuknya diabaikan dan suatu pohon berarah
dinamakan pohon berakar (rooted tree) bila ada tepat
satu simpul yang berderajat masuk 0, dan semua
simpul lain berderajat masuk 1. simpul berderajat
masuk 0 dinamakan akar, simpul berderajat keluar 0
dinamakan daun, sedangkan simpul yang berderajat
masuk 1 tetapi derajat keluarnya tidak 0 disebut
simpul cabang.
T e o r i G r a f | 41

a akar

b c Simpul cabang

d e f g daun
Gambar 4.10

pada gambar di atas simpul a adalah akar,


simpul-simpul b, c adalah simpul cabang sedangkan
simpul-simpul d, e, f, dan g adalah daun.
Simpul d disebut anak (child) dari simpul b bila
ada rusuk dari b ke d, dalam hal ini simpul b disebut
ayah (parent) dari simpul d. Bila simpul d memiliki
anak lagi maka anak dari simpul d merupakan
keturunan (descendent) dari simpul a, b, d , karena
ada lintasan berarah dari simpul-simpul tersebut ke
simpul anak dari d. Sebaliknya, simpul-simpul a, b,
dan d disebut leluhur (ancestor) dari simpul anak dari
d.
Bila dalam menggambar suatu pohon berakar,
anak suatu simpul cabang selalu ditempatkan di
T e o r i G r a f | 42

bawahnya, maka tanda panah rusuk dapat diabaikan


saja.

Teorema Pohon Berakar

Teorema 4.6 (Teorema geometrik pohon)


Bila (T,V0) adalah pohon berakar (T adalah relasi dan
V0 adalah akar) maka:
 Tidak ada siklus dalam T
V0

V1 V2

V3 V4 V5
Gambar 4.11

Gambar di atas bukanlah suatu pohon berakar


karena ada suatu siklus dari V0 - V2 - V3 kembali
ke V0.
 V0 merupakan satu-satunya akar dari T. Tidak ada
akar selain V0 pada suatu pohon.
T e o r i G r a f | 43

V0 V1

V2 V3 V4

V5 V6 V7 V8

Gambar 4.11

Gambar di atas bukanlah pohon berakar karena


mempunyai 2 akar pohon yaitu V0 dan V1.
 Tiap simpul di T kecuali V0 memiliki derajat
masuk satu sedangkan V0 berderajat masuk 0.

V0

V1 V2

V3 V4 V5

Gambar 4.12
T e o r i G r a f | 44

Gambar di atas bukanlah suatu pohon berakar


karena akarnya (V0) berderajat masuk 1 dan ada
simpul lain yang berderajat masuk 2 yaitu V4.

Teorema 4.7
 Irreflexive
Setiap simpul tidak berelasi dengan simpul itu
sendiri.

V0

V1 V2

V3 V4 V5
Gambar 4.13

Gambar di atas bukanlah pohon berakar karena


simpul V5 Berelasi dengan dirinya sendiri.
 Asymmetric
Relasi yang terjadi antar simpul bukanlah
merupakan relasi bolak-balik (relasi satu arah).
T e o r i G r a f | 45

V0

V1 V2

V3 V4 V5

Gambar 4.14

Gambar di atas bukan pohon berakar karena V2 dan


V5 berelasi bolak – balik.
 Jika (a, b) ∈ T dan (b, c) ∈ T, maka (a, c) ∈ T Bila
b berelasi dengan a dan bila c berelasi dengan b,
maka c tidak memiliki relasi dengan a.
Teorema 4.8
Bila (T, vo) adalah pohon berakar dan v T maka :
♣ T(v) juga pohon berakar dengan akar v . T(v)
juga subtree dari T dengan awal v.
T e o r i G r a f | 46

V0

Subtree V1 V2

T(V1)

V3 V4 V5

Gambar 4.15

Sebuah pohon berakar yang simpul cabangnya


memiliki paling banyak m anak (maksimal), disebut
dengan pohon m-er (m-ary tree).Dan sebuah pohon
m-er dikatakan teratur bila setiap simpul cabangnya
tepat memiliki m anak. Contoh:
(a) Pohon biner (b) Pohon terner
T e o r i G r a f | 47

(c) Pohon biner teratur

Gambar 4.16

Hubungan antara banyakya simpul cabang


dengan banyaknya daun pada suatu pohon m-er
teratur bisa kita lihat pada contoh berikut.

Contoh :
Misalkan ada sebuah turnamen, pada setiap
pertandingan menggunakan sistem gugur. Ada 16
klub peserta turnamen, sehingga pada akhir turnamen
hanya tersisa satu tim yang menjadi juara. Bila kita
tuangkan jadwal pertandingannya dalam bentuk
grafik, ini merupakan contoh sebuah pohon biner
teratur dimana setiap simpul cabang tepat memiliki 2
anak. Maka kita dapat menemukan bahwa jumlah
T e o r i G r a f | 48

pertandingan yang dilangsungkan adalah 15


pertandingan (satu lebih sedikit daripada jumlah klub
peserta).
JUARA

a b c d e f g h i j k l m n o p

Gambar 4.17
Bila i menyatakan banyak simpul cabang, dan t
menyatakan banyaknya daun, maka diperoleh
hubungan :
i=t–1
hasil ini dapat diperluas untuk pohon m-er teratur
lainnya menjadi :
(m–1) i = t – 1
T e o r i G r a f | 49

Contoh :
Bila sebuah komputer dapat menghitung 3 buah
bilangan sekaligus dengan sebuah instruksi, berapa
instruksikah yang dibutuhkan untuk menjumlahkan 7
buah bilangan ?
Jawab : dengan menggunakan rumus yang sudah kita
definisikan diatas, maka:
(m–1) i = t – 1 ; m=3 dan t=7
(3–1) i = 7 – 1
i=3
Ini berarti komputer harus melakukan 3 kali instruksi
untuk menjumlahkan ketujuh bilangan tersebut dan
dapat digambarkan sebagai berikut (dalam dua cara)

Gambar 4.17
T e o r i G r a f | 50

I. Terminologi pada Pohon Berakar

b
c d

e
f g

k
h i j

l m

Gambar 4.18
1. Anak (child atau children) dan Orangtua
(parent)
b, c, dan d adalah anak-anak simpul a, a adalah
orangtua dari anak-anak itu
2. Lintasan (path)
Lintasan dari a ke j adalah a, b, e, j.
Panjang lintasan dari a ke j adalah 3.
3. Saudara kandung (sibling)
f adalah saudara kandung e, tetapi, g bukan
saudara kandung e, karena orangtua mereka
berbeda.
T e o r i G r a f | 51

4. Upapohon (subtree)

b
c d

e
f g

k
h i j

l m
Gambar 4.19
5. Derajat (degree)
Derajat sebuah simpul adalah jumlah upapohon
(atau jumlah anak) pada simpul tersebut. Derajat a
adalah 3, derajat b adalah 2, Derajat d adalah satu
dan derajat c adalah 0. Jadi, derajat yang
dimaksudkan di sini adalah derajat-keluar. Derajat
maksimum dari semua simpul merupakan derajat
pohon itu sendiri. Pohon di atas berderajat 3.
6. Daun (leaf)
Simpul yang berderajat nol (atau tidak mempunyai
anak) disebut daun. Simpul h, i, j, f, c, l, dan m
adalah daun.
T e o r i G r a f | 52

7. Simpul Dalam (internal nodes)


Simpul yang mempunyai anak disebut simpul
dalam. Simpul b, d, e, g, dan k adalah simpul
dalam.
8. Aras (level) atau Tingkat

Aras

a
0

b 1
c d

e 2
f g

k 3
h i j

4
l m

Gambar 4.20
9. Tinggi (height) atau Kedalaman (depth)
Aras maksimum dari suatu pohon disebut tinggi
atau kedalaman pohon tersebut. Pohon di atas
mempunyai tinggi 4.
T e o r i G r a f | 53

J. POHON BINER

Pohon biner merupakan jenis pohon m-er yang


simpul cabangnya memiliki maksimal dua anak.
Karena anak dari suatu cabang maksimal hanya dua,
maka anak cangan ini dinamakan anak cabang kiri
atau anak cabang kanan. Dalam pohon biner, cabang
kiri dan kanan ini dibedakan (untuk pohon secara
umum tidak). Bukan hny cabangnya saja, bahkan
urutan cabang kiri atau vabang kanan pun dibedakan.
Perhatikan gambar dibawah ini, kedua contoh ini
merupakan pohon biner yang berbeda.
A A

B B
Gambar 4.21
Penelusuran pohon biner
Penelusuran pohon berakar ada 3 macam :
1. Preorder
 Kunjungi akar
T e o r i G r a f | 54

 Telusuri cabang kiri


 Telusuri cabang kanan
2. Inorder
 Telusuri cabang kiri
 Kunjungi akar
 Telusuri cabang kanan
3. Postorder
 Telusuri cabang kiri
 Telusuri cabang kanan
 Kunjungi akar
a

b c

d e f g

h i j k l
Gambar 4.2
Preorder : a-b-d-h-e-i-c-f-i-g-k-l
T e o r i G r a f | 55

Inorder : h-d-b-e-i-a-j-f-c-k-g-l
Postorder : h-d-i-e-b-j-f-k-l-g-c-a

K. POHON BERLABEL

Pohon berlabel digunakan untuk


mengindikasikan bahwa diagram tersebut digunakan
untuk tujuan tertentu. Misalnya digunakan untuk
merepresentasikan flowchart pada program,
digunakan pada penggunaan senarai berantai pada
C++, dan sebagainya. Label digunakan untuk
memberi keterangan pada simpul, simpul tersebut
mempunyai fungsi tertentu.
Aplikasi pada flowchart dari program pencarian
dari akar – akar persamaan kuadrat, yang mendapat
input a, b, c dimana ketiga variabel tersebut
digunakan pada persamaan ax2 + bx + c = 0. Pertama
dilakukan pencarian parameter D untuk menentukan
apakah hasilnya berupa bilangan real, imaginer atau
real dan sama nilainya. Ketiga pilihan tersebut
digunakan sebagai simpul.
Programnya :
T e o r i G r a f | 56

 Mulai
 Pendeklarasian variabel
 a ; b  ; c  (input dari user)
 D = b2 – 4.a.c
 if D > 0 then
o akar akarnya nyata
o X12 = (- b D1/2 ) / 2.a
o selesai
 if D < 0 then
o akar akarnya imaginer
o X12 = (- b i.(-D)1/2 ) / 2.a
o selesai
 else
o akarnya sama
o X12 = - b / 2a
o selesai
T e o r i G r a f | 57

Begin

a ; b  ;
c
D = b2 –
4.a.c Ya
D>0 X12 = Real

Tidak
X12 = (- b D1/2 ) /
2.a
End

Ya
D>0 X12 =
Imaginer
X12 = (- b i.(-D)1/2 )
/ 2.a
X12 = nyata dan Gambar 4.23
sama
X12 = -b/2a

End
T e o r i G r a f | 58

Begin

a, b, c, x1, x2, d = real

a;b;c

If D > 0 If D < 0 Else

X12 = real X12 = immaginer X12 = sama

X12 = ? X12 = ? X12 = ?

end end end


Gambar 4.24

x +

_ + c
x

a 2 b 3 6 3
Gambar 4.25
T e o r i G r a f | 59

Pada gambar 4.25 merupakan penyelesaian pada


persamaan secara aljabar :

((a – 2)x(b + 3)) ÷ (c + 6 x 3)

Contoh Soal Pohon

1. Buatlah contoh bagan pertandingan sepakbola


dengan sistem gugur yang diikuti oleh 10 klub
dimana pada akhir turnament tersisa 1 peserta
sebagai juara ! , dan tentukan jumlah pertandingan
yang terjadi !

Jawaban :
Bagan pertandingan sistem gugur adalah contoh
pohon biner teratur, sehingga kita dapat membuat
contoh bagannya sebagai berikut :
T e o r i G r a f | 60

C H

B C F H

A B C D E F G H

Gambar 4.26

Dalam pohon biner berlaku i = t – 1 , dimana i


menyatakan banyak simpul cabang dan t menyatakan
banyaknya daun. Dengan rumus di atas maka dapat
diketahui banyaknya pertandingan = 8 – 1 = 7
pertandingan.
T e o r i G r a f | 61

2. Bila sebuah komputer dapat menghitung 3 buah


bilangan sekaligus dengan sebuah instruksi , berapa
instruksikah yang dibutuhkan untuk menjumlahkan 7
buah bilangan ?

Jawaban :
Untuk pohon m-er berlaku (m – 1 )i = t – 1
Sehingga bila diterapkan dalam soal ini :
(m – 1 )i = t– 1
(3 – 1 )i = 7 – 1
i=3

ini berarti ketujuh bilangan tersebut harus


dijumlahkan 3 kali dan pohon penjumlahannya dapat
digambarkan sebagai berikut :

X4 X6 X7

X1 X2 X3 X5 X6 X7 X4 X5

Gambar 4.27
X1 X2 X3
T e o r i G r a f | 62

3. Bila R dianggap suatu pohon dan tiap relasi pada R


ditetapkan A maka tentukanlah akar pohon itu ,
ditentukan
 A = { a, b, c, d, e, f }
 B = {(a,d), (b,c), (c,a), (d,e)}
Jawaban :
bcade
berarti akar pohon itu adalah b

4. Buatlah sebuah pohon ekspresi berdasarkan ekspresi


di bawah ini :
 (7 + ( 6 – 2 ) ) – ( x – ( y – 4 )
jawaban : _

+ _

_ _
7 x

Gambar 4.28

6 2 y 4
T e o r i G r a f | 63

5. Telusurilah pohon biner berikut secara preorder,


inorder, postorder !

b c

d e f g

h i j

Gambar 4.29 k

Jawaban :

 Preorder ( akar  cabang kiri  cabang kanan ) : a –


b–d–e–h–c–f–g–i–k–j
 Inorder ( cabang kiri  akar pohon  cabang kanan )
:d–b–h–e–a–f -c–k–i–g–j
T e o r i G r a f | 64

 Postorder ( cabang kiri  cabang kanan  akar


pohon ) : d – h – e – b – f – k – i – j – g – c – a
T e o r i G r a f | 65

BAB V
GRAF EULER DAN GRAF HAMILTON

A. Lintasan dan Sirkuit Euler


Lintasan Euler ialah lintasan yang melalui
masing-masing sisi di dalam graf tepat satu kali.
Sirkuit Euler ialah sirkuit yang melewati masing-
masing sisi tepat satu kali.. Graf yang mempunyai
sirkuit Euler disebut graf Euler (Eulerian graph).
Graf yang mempunyai lintasan Euler dinamakan juga
graf semi-Euler (semi-Eulerian graph).

Contoh 5.1:
Lintasan Euler pada gambar 5.1(a) : 3, 1, 2, 3, 4, 1
Lintasan Euler pad gambar 5.1(b) : 1, 2, 4, 6, 2, 3, 6,
5, 1, 3
Sirkuit Euler pada Gambar 5.1(c) : 1, 2, 3, 4, 7, 3, 5,
7, 6, 5, 2, 6, 1
Sirkuit Euler pada Gambar 5.1(d) : a, c, f, e, c, b, d,
e, a, d, f, b, a
Graf (e) dan (f) tidak mempunyai lintasan maupun
sirkuit Euler.
T e o r i G r a f | 66

2 1 1 2 2 3
(a) (b) (c)
3 5
4 1 4

3 4 5 6 6 7

(d) d b (e) 1 2 (f) a b

e c 4 5 c d e

Gambar 5.1 (a) dan (b) graf semi-Euler, (c) dan (d) graf Euler,
(e) dan (f) bukan graf semi-Euler atau graf Euler.

Teorema 5.1 Graf tidak berarah memiliki lintasan


Euler jika dan hanya jika terhubung dan memiliki dua
buah simpul berderajat ganjil atau tidak ada simpul
berderajat ganjil sama sekali.

Teorema 5.2 Graf tidak berarah G adalah graf Euler


(memiliki sirkuit Euler) jika dan hanya jika setiap
simpul berderajat genap.

(Catatlah bahwa graf yang memiliki sirkuit Euler


pasti mempunyai lintasan Euler, tetapi tidak
sebaliknya)
T e o r i G r a f | 67

Teorema 5.3 Graf berarah G memiliki sirkuit Euler


jika dan hanya jika G terhubung dan setiap simpul
memiliki derajat-masuk dan derajat-keluar sama. G
memiliki lintasan Euler jika dan hanya jika G
terhubung dan setiap simpul memiliki derajat-masuk
dan derajat-keluar sama kecuali dua simpul, yang
pertama memiliki derajat-keluar satu lebih besar
derajat-masuk, dan yang kedua memiliki derajat-
masuk satu lebih besar dari derajat-keluar.

a
b d c d c
g
f

c
a b a b
e d

(a) (b) (c)

Gambar 5.2

(a) Graf berarah Euler (a, g, c, b, g, e, d, f, a)

(b) Graf berarah semi-Euler (d, a, b, d, c, b)

(c) Graf berarah bukan Euler maupun semi-Euler


T e o r i G r a f | 68

B. Lintasan dan Sirkuit Hamilton

Lintasan Hamilton ialah lintasan yang melalui tiap


simpul di dalam graf tepat satu kali.

Sirkuit Hamilton ialah sirkuit yang melalui tiap


simpul di dalam graf tepat satu kali, kecuali simpul
asal (sekaligus simpul akhir) yang dilalui dua kali.

Graf yang memiliki sirkuit Hamilton dinamakan graf


Hamilton, sedangkan graf yang hanya memiliki
lintasan Hamilton disebut graf semi-Hamilton.

1 2 1 2 1 2

4 3 4 3 4 3
(a) (b) (c)
Gambar 5.3

(a) graf yang memiliki lintasan Hamilton(misal: 3, 2,


1, 4)
(b) graf yang memiliki lintasan Hamilton (1, 2, 3, 4,
1)
T e o r i G r a f | 69

(c) graf yang tidak memiliki lintasan maupun sirkuit


Hamilton

(a) (b)

Gambar 5.4 (a) Dodecahedron Hamilton, dan (b) graf yang


mengandung sirkuit Hamilton

Teorema 5.4
Syarat cukup (jadi bukan syarat perlu) supaya graf
sederhana G dengan n ( 3) buah simpul adalah graf
Hamilton ialah bila derajat tiap simpul paling sedikit
n/2 (yaitu, d(v)  n/2 untuk setiap simpul v di G).

Teorema 5.5
Setiap graf lengkap adalah graf Hamilton.
T e o r i G r a f | 70

Teorema 5.6
Di dalam graf lengkap G dengan n buah simpul (n 
3), terdapat (n - 1)!/2 buah sirkuit Hamilton.

Teorema 5.7
Di dalam graf lengkap G dengan n buah simpul (n  3
dan n ganjil), terdapat (n - 1)/2 buah sirkuit Hamilton
yang saling lepas (tidak ada sisi yang beririsan). Jika
n genap dan n  4, maka di dalam G terdapat (n - 2)/2
buah sirkuit Hamilton yang saling lepas.

Contoh 5.2
(Persoalan pengaturan tempat duduk). Sembilan
anggota sebuah klub bertemu tiap hari untuk makan
siang pada sebuah meja bundar. Mereka memutuskan
duduk sedemikian sehingga setiap anggota
mempunyai tetangga duduk berbeda pada setiap
makan siang. Berapa hari pengaturan tersebut dapat
dilaksanakan?
T e o r i G r a f | 71

Jumlah pengaturan tempat duduk yang berbeda adalah


(9 - 1)/2 = 4.

9
8
1

3
5

Gambar 5.5 Graf yang merepresentasikan persoalan pengaturan


tempat duduk.

Beberapa graf dapat mengandung sirkuit Euler


dan sirkuit Hamilton sekaligus, mengandung sirkuit
Euler tetapi tidak mengandung sirkuit Hamilton,
mengandung sirkuit Euler dan lintasan Hamilton,
mengandung lintsan Euler maupun lintasan Hamilton,
tidak mengandung lintasan Euler namun mengandung
sirkuit Hamilton, dan sebagainya. Graf pada Gambar
(a) mengandung sirkuit Hamilton maunpun sirkuit
Euler, sedangkan graf pada Gambar 6.48(b)
T e o r i G r a f | 72

mengandung sirkuit Hamilton dan lintasan Euler


(periksa!).

5 5

1 2 1 2

4 3 4 3

(a) (b)

Gambar 5.6

(a) Graf Hamilton sekaligus graf Euler


(b) Graf Hamilton sekaligus graf semi-Euler
T e o r i G r a f | 73

BAB VI
GRAF PLANAR DAN GRAF BIDANG

Graf yang dapat digambarkan pada bidang datar


dengan sisi-sisi yang tidak saling berpotongan
dinamakan graf planar. Jika tidak, maka graf tersebut
dinamakan graf tak-planar.
Perlu diperhatikan bahwa belum tentu suatu graf
yang secara kasat mata terlihat sisi-sisinya saling
berpotongan tidak planar. Graf tersebut mungkin saja
planar, karena graf tersebut dapat digambarkan kembali
dengan cara berbeda yang sisi-sisinya tidak saling
berpotongan.
Beberapa contoh dari graf planar :
 Semua graf lingkaran merupakan graf planar
 Graf lengkap K1, K2, K3, K4 merupakan graf
planar

Tetapi graf lengkap Kn untuk n  5 merupakan graf tak-


planar. Ilustrasi untuk graf planar K4.
T e o r i G r a f | 74

Gambar 6.1 K4 adalah Graf Planar

Graf planar yang digambarkan dengan sisi-sisi


yang tidak saling berpotongan dinamakan graf bidang
(plane graph).

Sementara itu, untuk membedakan antara graf


planar dan graf bidang, perhatikan ilustrasi pada graf K4
berikut ini :

(a) (b) (c)

Gambar 6.2 Tiga buah graf planar. Graf (b) dan (c) adalah graf
bidang
T e o r i G r a f | 75

Beberapa hal tentang graf planar G(V, E), antara lain :

 (Formula Euler) Misalkan G merupakan graf planar


terhubung dengan e buah sisi dan v buah simpul,
dan r merupakan jumlah daerah pada graf planar
tersebut maka r = e – v + 2.
 Jika G merupakan graf planar terhubung dengan
e buah sisi dan v buah simpul (v  3) maka e  3v –
6 (ketaksamaan Euler).
 Jika G merupakan graf planar terhubung dengan
e buah sisi dan v buah simpul (v  3) dan tidak
memuat sirkuit dengan panjang 3 maka e  2v – 4.
A. Rumus Euler pada Graph Planar

Gambar 6.3
T e o r i G r a f | 76

Gambar 6.3 adalah gambar graph planar. Setiap


graph planar pasti memiliki faces (saya di sini
mengartikan “daerah”). Misalnya daerah Q, dibatasi
oleh sisi ec, eb dan bc.

Daerah T dibatasi oleh sisi ae, ed dan da. Dan


daerah-daerah yang lain. Dan ada satu daerah yang
sangat besar, yaitu daerah terluar, yaitu daerah U.
Kita mengatakan bahwa daerah U ini dibatasi oleh sisi
ad, dc dan ca.
Banyak Titik + Banyak Daerah – Banyak Sisi = 2
Pada graph di atas : Banyak Titik = 5
Banyak Daerah = 6
Banyak Sisi = 9
Hubungannya (Rumus Eulernya pun berlaku),
yaitu : 5 + 6 – 9 = 2
Untuk Bukti rumus ini, akan diberikan langkah-
langkahnya, yaitu :
 Pertama, kita perhatikan Tree (pohon), yabng pasti
memiliki 1 daerah, n titik dan n-1 sisi.
Rumus eulernya pun berlaku, yaitu
T e o r i G r a f | 77

 Dengan begitu, kita sudah menunjukkan bahwa


untuk sebarang tree, maka berlaku rumus euler.
Untuk sembarang graf, ambil/Buat Spanning Tree
dari sebarang graf tersebut. Tentu saja akan
berlaku rumus euler pada sebarang spanning tree
tersebut.
 Setelah itu tambahkan 1 sisi (sisi yang
ditambahkan adalah sisi sehingga nanti terbentuk
graph semula). Penambahan satu sisi,
mengakibatkan menambahnya satu daerah.
Padahal pada rumus euler, antara sisi dan daerah
itu saling mengurangi. Jadi, Rumus Euler pada
spanning tree yang ditambahkan satu sisi tersebut
itu pun masih berlaku.
 Tambahkan sisi selanjutnya, dan seterusnya
sampai didapatkan graph sebelumnya (graph
awal). Dan tentu saja rumus euler masih berlaku.
‘penambahan satu sisi akan menyebabkan
bertambahnya satu daerah, ini tidak akan
mengubah rumus eulernya.
T e o r i G r a f | 78

Gambar 6.4

B. Teorema Kuratoswki

Berguna untuk menentukan dengan tegas keplanaran


suatu graf.

Gambar 6.5 Graf Kuratoswki isomorfik

Sifat graf Kuratowski :

1. Kedua graf Kuratowski adalah graf teratur.


T e o r i G r a f | 79

2. Kedua graf Kuratowski adalah graf tidak-planar


3. Penghapusan sisi atau simpul dari graf Kuratowski
menyebabkannya menjadi graf planar.
4. Graf Kuratowski pertama adalah graf tidak-planar
dengan jumlah simpul minimum, dan graf
Kuratowski kedua adalah graf tidak-planar dengan
jumlah sisi minimum.

Teorema Kuratowski. Graf G bersifat planar jika


dan hanya jika ia tidak mengandung upagraf yang
sama dengan salah satu graf Kuratowski atau
homeomorfik (homeomorphic) dengan salah satu dari
keduanya.

Gambar 6.6 Tiga buah graf yang Homeomorfik satu sama lain

Graf Kuratoswki Homeomorfik

Apa yang dimaksud dengan homeomorfik ?


T e o r i G r a f | 80

Dua graf G1 dan G2 dikatakan homeomorfik jika salah


satu dari kedua graf dapat diperoleh dari graf yang
lain dengan cara menyisipkan atau membuang secara
berulang-ulang simpul berderajat 2.
Contoh 6.1:
Sekarang kita menggunakan Teorema Kuratowski
untuk memeriksa keplanaran graf. Graf G pada
Gambar dibawah bukan graf planar karena ia
mengandung upagraf (G1) yang sama dengan K3,3.

gambar 6.7Graf G tidak planar karena ia mengandung upagraf


yang sama dengan K3,3

Contoh 6.2 :
Perlihatkan dengan teorema Kuratowski bahwa graf
Petersen tidak planar.
T e o r i G r a f | 81

1 1 1

6 7 2 6 7 2 6 2
10

9 8 3 9 8 3 3
5 5 5

4 4 4
(a) Graf Petersen, G (b) G1 (c) G2

1 3 5

2 4 6
(d) K3,3

Gambar 6.8 (a) Graf Petersen


(b) G1 adalah upagraf dari G
(c) G2 homeomorfik dengan G1
(d) G2 isomorfik dengan K3
Perhatikanlah bahwa teorema Kuratowski lebih
mudah digunakan untuk menentukan bahwa sebuah
graf tidak planar. Untuk membuktikan bahwa suatu
graf planar relatif lebih sulit, karena kita harus
mencoba semua kemungkinan upagraf yang memiliki
5 simpul dengan 10 sisi atau upagraf yang memiliki 6
simpul dan 9 sisi.
T e o r i G r a f | 82

BAB VII
KETERHUBUNGAN

A. Terhubung (Connected)
Dua buah simpul v1 dan simpul v2 disebut
terhubung jika terdapat lintasan dari v1 ke v2. G
disebut graf terhubung (connected graph) jika untuk
setiap pasang simpul vi dan vj dalam himpunan V
terdapat lintasan dari vi ke vj. Jika tidak, maka G
disebut graf tak-terhubung (disconnected graph).

Contoh graf tak-terhubung:

2
5

1 4
6

3 8 7

Gambar 7.1
Graf berarah G dikatakan terhubung jika graf tidak
berarahnya terhubung (graf tidak berarah dari G
diperoleh dengan menghilangkan arahnya).
T e o r i G r a f | 83

Dua simpul, u dan v, pada graf berarah G


disebut terhubung kuat (strongly connected) jika
terdapat lintasan berarah dari u ke v dan juga lintasan
berarah dari v ke u. Jika u dan v tidak terhubung kuat
tetapi terhubung pada graf tidak berarahnya, maka u
dan v dikatakan terhubung lemah (weakly coonected).
Graf berarah G disebut graf terhubung kuat
(strongly connected graph) apabila untuk setiap
pasang simpul sembarang u dan v di G, terhubung
kuat. Kalau tidak, G disebut graf terhubung lemah.

2 3
3 4
Gambar 7.2

a. graf berarah terhubung lemah.


b. graf berarah terhubung kuat.
T e o r i G r a f | 84

Upagraf (Subgraph) dan Komplemen Upagraf

Misalkan G = (V, E) adalah sebuah graf. G1 = (V1, E1)


adalah upagraf (subgraph) dari G jika V1  V dan E1
 E.

Komplemen dari upagraf G1 terhadap graf G adalah


graf G2 = (V2, E2) sedemikian sehingga E2 = E - E1
dan V2 adalah himpunan simpul yang anggota-
anggota E2 bersisian dengannya.

2 2

1 1 1
3 3
3

6 6

4 5 2 5 5

(a) Graf G1 (b) Sebuah upagraf (c) komplemen dari upagraf


Gambar 7.3

Komponen graf (connected component) adalah


jumlah maksimum upagraf terhubung dalam graf G.
T e o r i G r a f | 85

Graf G di bawah ini mempunyai 4 buah komponen.

9
12
1 6 7
5
11
13
2 3 4 8 10

Gambar 7.4

Pada graf berarah, komponen terhubung kuat


(strongly connected component) adalah jumlah
maksimum upagraf yang terhubung kuat.

Graf di bawah ini mempunyai 2 buah komponen


terhubung kuat:

1 4

5
2 3
Gambar 7.5
T e o r i G r a f | 86

Upagraf Rentang (Spanning Subgraph)

Upagraf G1 = (V1, E1) dari G = (V, E) dikatakan


upagraf rentang jika V1 =V (yaitu G1 mengandung
semua simpul dari G).

1 1 1

2 3 2 3 2 3

4 5 4 5

(a) graf G (b) upagraf rentang dari G (c) bukan upagraf rentang
dari G
Gambar 7.6

B. Cut-Set
Cut-set dari graf terhubung G adalah himpunan
sisi yang bila dibuang dari G menyebabkan G tidak
terhubung. Jadi, cut-set selalu menghasilkan dua buah
komponen.
Pada graf di bawah, {(1,2), (1,5), (3,5), (3,4)}
adalah cut-set. Terdapat banyak cut-set pada sebuah
graf terhubung.
T e o r i G r a f | 87

Himpunan {(1,2), (2,5)} juga adalah cut-set, {(1,3),


(1,5), (1,2)} adalah cut-set, {(2,6)} juga cut-set, tetapi
{(1,2), (2,5), (4,5)} bukan cut-set sebab himpunan
bagiannya, {(1,2), (2,5)} adalah cut-set.

1 5 1 5

4 6 4 6

2 3 2 3

Gambar 7.7
T e o r i G r a f | 88

BAB VIII
PEWARNAAN

Ada tiga macam pewarnaan graf, yaitu pewarnaan


titik, pewarnaan sisi, dan pewarnaan wilayah pewarnaan
titik dan sisi.

A. Pewarnaan Titik/ Simpul

Pewarnaan titik adalah memberi warna pada titk-titik


suatu graf sedemikian sehingga tidak ada dua titik
bertetangga mempunyai warna yang sama.
Memberikan sembarang warna pada titik-titik
diperbolehkan asalkan berbeda dengan titik-titik
tetangganya.

Gambar 8.1 Pewarnaan titik graf G


Pewarnaan-k ini biasanya ditunjukkan dengan
menulis bilangan 1, 2, 3, …, k di dekat titik yang
T e o r i G r a f | 89

sesuai pada graf. Contoh; diagram atas


mengilustrasikan pewarnaan-3, pewarnaan-4, dan
pewarnaan-5 graf G yang memiliki lima titik; diagram
sisinya memiliki dua warna pada kedua ujungnya.

Di dalam persoalan pewarnaan graf, tidak hanya


sekedar mewarnai simpul dengan warna berbeda dari
warna simpul tetangganya saja, namun kita juga
menginginkan jumlahmavam warna yang digunakan
sesedikit mungkin.
1 1 1
2 2 2

3 3 3
4 4
4
8 5 8 5 8 5

7 6 7 6 7 6

(a) (b) (c)

1 merah 2 kuning 1 merah 2 kuning

biru 3 jingga biru 3 merah


ungu ungu
4 4
hijau
8 5 kuning
8 5

putih kuning
7 6 7 6
hitam merah

(d) (e)
Gambar 8.1 (a) Peta(b) Peta dan graf yang
merepresentasikannya, (c) Graf yang merepresentasikan peta,
(d) Pewarnaan simpul, setiap simpul mempunai warna berbeda,
(e) Empat warna sudah cukup untuk mewarnai 8 simpul

B. Pewarnaan Sisi
Misal G graf sederhana. Pewarnaan sisi-k untuk
G adalah pemberian k warna pada sisi-sisi G
T e o r i G r a f | 90

sedemikian hingga setiap dua sisi yang bertemu pada


titik yang sama mendapatkan warna berbeda.

Gambar 8.3 Pewarnaan Sisi

C. Pewarnaan Daerah/ Wilayah


Pewarnaan daerah/ wilayah adalah memberikan
warna pada daerah sehingga tidak ada derah yang
berdektan mempunyai warna yang sama.

Map Coloring Hasil Coloring


T e o r i G r a f | 91

Algoritma Welch-Powell dalam pewarnaan sutau graf


G dapat diilustrasikan sebagai berikut :

1. Urutkan semua simpul pada graf G berdasarkan


derajat masing-masing simpul, dari besar menjadi
kecil. Urutan tersebut tidak unik karena beberapa
simpul mungkin mempunyai derajat yang sama.
2. Gunakan warna pertama untuk mewarnai simpul
pertama dan simpul lain yang berada pada urutan
sepanjang simpul tersebut tidak bertetangga
dengan simpul sebelumnya.
3. Berikan warna kedua untuk mewarnai simpul pada
urutan tertinggi (yang belum diwarnai), lakukan
seperti point sebelumnya.
4. Seperti point ketiga, dilakukan terus menerus
sehingga setiap simpul pada graf tersebut menjadi
berwarna semua.
5. Algoritma Welch-Powell hanya memberikan batas
atas untuk bilangan kromatik. Dengan demikian,
algoritma ini tidak selalu memberikan jumlah
warna minimum yang diperlukan dalam pewarnaan
graf.
T e o r i G r a f | 92

Anda mungkin juga menyukai