Anda di halaman 1dari 10

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kerangka Teoritis
1. Pengertian Belajar

Dalam proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar adalah bentuk yang sangat utama.
Berhasil tidaknya pencapaian suatu tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana
proses belajar yang diterima siswa. Untuk mendapatkan arti yang objektif mengenai belajar
terutama belajar disekolah, untuk itu perlu dirumuskan dengan jelas pengertian belajar. Belajar
merupakan proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah
laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya.
Belajar merupakan tindakan perilaku peserta didik yang kompleks. Sebagai tindakan maka
belajar hanya dialami oleh individu siswa sendiri. Siswa merupakan penentu terjadi dan tidak
terjadinya suatu proses belajar. Proses belajar terjadi dikarenakan siswa mendapat sesuatu yang
ada dilingkungan seperti keadaan alam, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, manusia, dan
hal yang menjadi bahan belajar. Tindakan belajar tentang hal tersebut tampak sebagai perilaku
belajar sebagai perilaku belajar yang tampak dari luar. Skinner berpendapat bahwa belajar
merupakan suatu perilaku, pada saat orang belajar maka responnya menjadi baik. Sebaliknya bila
ia tidak belajar maka responnya menurun (Dimyati dan Mudjiono, 2002:9)
Berdasarkan pendapat diatas disimpulkan belajar merupakan proses kegiatan yang
menyebabkan perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalamannya sendiri dengan interaksi
pada lingkungannya. Perubahan tingkah laku meliputi perubahan sikap, pengetahuan, serta
keterampilan. Misalnya dari yang awalnya tidak bisa karena belajar menjadi bisa, dari yang tidak
mengerti menjadi mengerti.
a. Karakteristik dan Indikator Kesulitan Dalam Belajar
Menurut Mulyadi (2010), kesulitan belajar pada dasarnya dimanifestasikan dalam
perilakunya, baik aspek psikomotorik, kognitif, maupun afektif. Beberapa perilaku yang
merupakan manifestasi gejala kesulitan belajar, adalah sebagai berikut:
a) Menunjukkan prestasi belajar yang di bawah rata-rata yang dicapai oleh kelompok
kelas.
b) Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan.
c) Lambat dalam melakukan tugas-tugas belajar.
d) Menunjukkan sikap-sikap yang tidak wajar, seperti; acuh tak acuh, menentang,
berpura-pura, dusta dan sebagainya.
e) Menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar. Contohnya; mudah tersinggung,
murung, pemarah, bingung, cemberut, kurang gembira, selalu sedih.
Sedangkan menurut Arifin (2012), beberapa indikator yang menunjukkan anak mengalami
kesulitan belajar antara lain yaitu:
a) Peserta didik tidak dapat menguasai materi pelajaran sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan.
b) Peserta didik memperoleh peringkat hasil belajar yang rendah dibandingkan dengan
peserta didik lainnya dalam satu kelompok.
c) Peserta didik tidak dapat mencapai prestasi belajar sesuai dengan kemampuan yang
dimilikinya.
d) Peserta didik tidak dapat menunjukkan kepribadian yang baik, seperti kurang sopan,
membandel, dan tidak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan
b. Faktor Penyebab Kesulitan Belajar
Terdapat beberapa faktor yang dianggap menjadi penyebab siswa mengalami kesulitan
dalam belajar, antara lain yaitu sebagai berikut:
a) Faktor Internal Siswa
 Sikap terhadap belajar.
Sikap merupakan kemampuan memberikan penilaian tentang sesuatu, yang membawa
diri sesuai dengan penilaian. Adanya penilaian tentang sesuatu, mengakibatkan
terjadinya sikap menerima, menolak, atau mengabaikan.
 Motivasi belajar.
Motivasi belajar merupakan kekuatan mental yang mendorong terjadinya proses
belajar. Oleh karena itu motivasi belajar dapat menjadi lemah, agar motivasi belajar
tidak menjadi lemah pada diri siswa perlu diperkuat terus menerus agar siswa
memiliki motivasi belajar yang kuat.
 Konsentrasi belajar.
Konsentrasi belajar merupakan kemampuan memusatkan perhatian pada pelajaran.
Pemusatan perhatian tersebut tertuju pada isi bahan belajar maupun proses
memperolehnya. Untuk memperkuat konsentrasi belajar siswa, maka guru harus
menggunakan bermacam-macam strategi belajar mengajar dan memperhitungkan
waktu agar siswa tidak bosan maka dalam proses pembelajaran disertakan waktu
untuk istirahat.
 Mengelola bahan belajar.
Mengelola bahan belajar merupakan kemampuan siswa untuk menerima isi dan cara
perolehan ajaran sehingga menjadi bermakna bagi siswa. Kemampuan menerima isi
dan cara memperoleh, siswa tersebut dapat dikembangkan dengan belajar berbagai
mata pelajaran agar kemampuan siswa dalam mengelola bahan tersebut menjadi
makin baik. Dan dari segi guru menggunakan pendekatan-pendekatan keterampilan
proses pembelajaran dan laboratorium.
 Menyimpan perolehan hasil belajar.
Menyimpan perolehan hasil belajar merupakan kemampuan menyimpan isi pesan dan
cara perolehan pesan. Kemampuan menyimpan tersebut dapat berlangsung dalam
waktu pendek dan waktu yang lama. Maksudnya kemampuan penyimpanan dalam
waktu pendek berarti hasil belajar cepat dilupakan dan kemampuan menyimpan dalam
waktu lama berarti hasil belajar tetap dimiliki siswa dalam jangka panjang.
b) Faktor Eksternal Siswa
 Guru sebagai pembina siswa belajar.
Guru adalah pengajar yang mendidik. Tidak hanya mengajar bidang studi yang sesuai
dengan keahliannya, tetapi juga menjadi pendidik generasi muda bangsanya.
 Prasarana dan sarana pembelajaran.
Prasarana pembelajaran meliputi gedung sekolah, ruang belajar, lapangan olah raga,
ruang ibadah, ruang kesenian dan peralatan olah raga. Sarana pembelajaran meliputi
buku pelajaran, buku bacaan, alat dan fasilitas laboratorium sekolah dan berbagai
media pengajaran yang lain.
 Kebijakan penilaian.
Kebijakan penilaian yang dimaksud adalah penentuan sampai sesuatu dipandang
berharga, bermutu, atau bernilai. Hasil belajar merupakan hasil proses belajar.
 Lingkungan sosial siswa di sekolah.
Siswa siswi di sekolah membentuk suatu lingkungan pergaulan yang dikenal sebagai
lingkungan sosial siswa. Dalam lingkungan sosial tersebut ditemukan adanya
kedudukan dan peran tertentu. Ia memiliki kedudukan dan peranan yang diakui oleh
sesama. Jika seorang siswa diterima, maka ia dengan mudah menyesuaikan diri dan
segera dapat belajar.
 Kurikulum sekolah.
Kurikulum yang diberlakukan sekolah adalah kurikulum nasional yang disahkan oleh
pemerintah atau suatu kurikulum yang disahkan oleh suatu yayasan pendidikan.
Kurikulum sekolah tersebut berisi tujuan pendidikan, isi pendidikan, kegiatan belajar
mengajar, dan evaluasi.
2. Pembelajaran Matematika

Pembelajaran adalah komunikasi yang dilaksanakan oleh guru antar peserta didik, antar
peserta didik ke peserta didik. Pada pembelajaran peran guru bukan hanya memberikan
informasi, tetapi juga dapat mengarahkan serta memberi fasilitas belajar. Pembelajaran awalnnya
guru harus mengetahui kemampuan dasar yang dimiliki oleh peserta didik meliputi kemampuan
dasarnya serta lainnya.

Seorang peserta didik tidak bisa melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi jika tidak melalui
dasar yang merupakan prasyarat pada kelanjutan program pengajaran berikutnya. Dalam belajar
matematika peserta didik dituntut untuk memiliki kesiapan untuk memperoleh pelajaran.
Menurut Suherman (2003) matematika adalah alat berpikir, pola mengorganisasikan, pembuktian
yang logik, bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas, dan
akurat, representasinya dengan symbol dan padat, lebih berupa bahasa symbol tentang ide dari
pada mengenai bunyi (Nurul dan Dwi,2017). Dari definisi diatas pembelajaran matematika
merupakan suatu belajar dan mengajar yang dibangun guru dalam mengembangkan kreatifitas
berfikir peserta didik.
 Faktor Kesulitan Belajar Matematika
Faktor yang menajdi penyebabnya kesulitan dalam belajar matematika. Antara lain;
1. Fisiologis
Seorang siswa yang kurang kemampuannya dalam mengenal bentuk visual dan
memahami sifat keruangan akan mengalami kesulitan belajar matematika, khususnya
materi pemebalajarn tentang geometri.
2. Intelektual
Guru perlu memperhatikan intelektual dimiliki murid yang mendapatkan kesulitan dalam
belajar. Siswa yang kurang daya abstraksi, kemampuan bernalar, kemampuan numerik
serta kemampuan verbal akan mendapat kesulitan belajar Matematika, sebab kemampuan
itu merupakan kemampuan dasar yang mempengaruhi keberhasilan dalam belajar
matematika.
3. Paedagogik
Faktor paedagogik berperan dalam mempersiapkan siswa untuk belajar, kesulitan ini
disebabkan oleh guru, misalnya : Guru tidak mampu mempergunakan metode yang
cocok, bahan yang dipilih guru terlalu sukar, memberi motivasi yang kurang sehat,
seperti hukuman, dan lain sebaginya.
4. Sarana dan Cara Belajar Siswa
Keterbatasan akan sarana belajar seperti literatur, alat peraga, ruang dan tempat belajar
merupakan hal sensitif sebagai penyebab kesulitan belajar Matematika.
Pada dasarnya suatu bentuk proses belajar Matematika tanpa adanya sebuah sarana tidak
akan dapat berhasil dengan maksimal, dan hal yang tidak kalah penting lagi ialah cara
belajar yang benar dengan memahami dan menghayati bukanlah dengan cara menghafal.

3. Pembelajaran Discovery Learning

Model discovery learning adalah strategi pembelajaran yang dapat merangsang, mengajarkan,
serta mengajak siswa bernalar dalam rangka menemukan suatu persoalan. Siswa harus berperan
aktif didalam belajar. Dengan model ini siswa dibiarkan untuk menemukan konsep, guru hanya
membimbing dan memberikan arahan sehingga dapat diartikan bahwa model pembelajaran
discovery learning ialah pembelajaran dengan melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental
melalui tukar pendapat, berdiskusi, membaca serta mencoba sendiri, agar siswa dapat belajar
sendiri.
Pada model pembelajaran discovery learning guru hanya sebagai pembimbing yang
memberikan kesempatan siswa untuk belajar secara aktif, guru harus membimbing serta
mengarahkan siswa. Dengan hal tersebut dapat merubah kegiatan pembelajaran yang mulanya
hanya teacher oriented menjadi student oriented. Model pembelajaran discovery learning di
desain agar siswa mau berpikir sendiri, bagaimana pengetahuan disusun untuk memicu
pemikiran siswa serta memotivasi siswa untuk belajar sehingga model pembelajaran discovery
learning ini di duga dapat meningkatkan pemahaman konsep matematis siswa.

Langkah-Langkah Pembelajaran Discovery Learning Menurut syah (2014) langkah-langkah


model Dicovery Learning (Siti dan Ratih, 2016) yakni:

a. Pemberian stimulus ( Stimulation )


Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan), yaitu memulai kegiatan proses belajar
mengajar dengan mengajukan pertanyaan, anjuran mebaca buku, dan aktivitas belajar
lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah.
b. Mengidentifikasi masalah (Problem statement)
Problem statement (pernyataan/identifikasi masalah), yaitu memberi kesempatan kepada
siswa untuk mengindentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda masalah yang relevan
dengan bahan pelajaran, kemudian 9 26 salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam
bentuk hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan masalah)
c. Pengumpulan data (Data collection)
Data collection (pengumpulan data), yaitu memberi kesempatan kepada para siswa untuk
mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar
atau tidaknya hipotesis.
d. Pengolahan data (Data Processing)
Data processing (pengolahan data), yaitu mengolah data dan informasi yang telah
diperoleh oleh para siswa melalui wawancara, observasi, dan sebagainya, lalu ditafsirkan.
e. Pembuktian (verification)
Verification (pentahkikan), yaitu melakukan pemeriksaan secara cermat untuk
membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi, dihubungkan denga hasil
data processing.
f. Menarik kesimpulan (Generalization)
Generalization (generalisasi), yaitu menarik suatu simpulan yang dapat dijadikan prinsip
umum serta berlaku untuk semua masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil
verifikasi.
 Kekurangan dan Kelebihan Model Pembelajaran Discovery Learning
Sebagai suatu model pembelajaran, model discovery learning memiliki keunggulan
sebagai berikut (Mohammad Takdir, 2016: 70) :
a) Dalam pembelajaran digunakan kegiatan dan pengalaman langsung.
b) Model ini realistis serta mempunyai makna.
c) Dengan model ini sejumlah transfer secara langsung, maka akan mudah diserap
siswa untuk terlibat langsung untuk memahami kondisi tertentu yang berkenaan
dengan aktivitas pembelajaran.
d) Memberikan kesempatan pada para guru agar terlibat langsung pada kegiatan belajar.

 Adapun yang menjadi kekurangan discovery learning yaitu :


a) Berkaitan pada waktu. Belajar- mengajar menggunakan model ini memerlukan
waktu panjang.
b) Kesukaran untuk memahami persoalan.
c) Factor kebudayaan dan kebiasaan
4. Kemampuan Komunikasi Matematis

Pengertian kemampuan komunikasi matematis National Council of Teachers of Mathematics


(NCTM) dalam Hendriana dan Soemarmo (2014:29) menyatakan komunikasi matematik
merupakan essensial yang tercantum dalam kurikulum matematika siswa sekolah menengah.
Menurut Hock (Kodariyati dan Astuti, 2016:3) menyatakan bahwa: “Communication is an
essential part of the mathematical classroom. Student may use verbal language to communicate
their thought, extend thinking, and understand mathematical concept. They may also use written
language to explain, reason, and process their thinking of mathematical ideas”. Pernyataan
tersebut kurang lebih memberikan makna bahwa komunikasi merupakan bagian penting dari
kelas matematika. Siswa dapat menggunakan bahasa verbal untuk mengkomunikasikan pikiran
mereka, menyampaikan pikiran dan memahami konsep-konsep matematika. Siswa juga dapat
menggunakan bahasa tertulis untuk menjelaskan alasan yang logis, dan proses pemikiran tentang
ide-ide matematika.

Komunikasi matematis bukan hanya sekedar menyatakan ide melalui tulisan tetapi lebih luas
lagi yaitu kemampuan siswa dalam hal mencakap, menanyakan, klarifikasi, bekerja sama
(sharing), menulis dan akhirnya melaporkan apa yang telah di pelajari.

Kemampuan komunikasi yang bersifat matematika atau yang lebih dikenal


dengan komunikasi matematis dapat diartikan sebagai kemampuan dalam menyampaikan
sesuatu yang diketahuinya melalui dialog pembicaraan atau tulisan tentang apa yang mereka
kerjakan, misalnya berupa konsep, rumus, atau strategi penyelesaian masalah dalam matematika.
Kemampuan komunikasi matematis tersebut merefleksikan pemahaman siswa dan guru bisa
membimbing siswa dalam penemuan konsep serta mengetahui sejauh mana siswa mengerti
tentang materi pelajaran matematika (Handayani, dkk, 2014:3).

a. Indikator Kemampuan Komunikasi Matematis Pada Siswa


Hendriana dan Soemarmo (2014:30) mengidentifikasi indikator kemampuan komunikasi
matematis yang meliputi kemampuan:
1. Melukiskan atau merepresentasikan benda nyata, gambar, dan diagram dalam bentuk
ide dan atau simbol matematika;
2. Menjelaskan ide, situasi dan relasi matematik, secara lisan dan tulisan dengan
menggunakan benda nyata, gambar, grafik dan ekspresi aljabar;
3. Menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematika atau menyusun
model matematika suatu peristiwa;
4. Mendengar, mendiskusi, dan menulis tentang matematika;
5. Membaca dengan dengan pemahaman suatu presentasi matematika;
6. Menyusun konjektur, menyusun argument, merumuskan definisi dan generalisasi;
7. Mengungkapkan kembali suatu uraian atau paragraph matematika dalam bahasa sendiri.

b. Kesulitan Kemampuan Komunikasi Matematis Pada Siswa


Menurut Natawijaya (Sulistiawati, 2014: 206) siswa mengalami kesulitan belajar dalam
mencapai konsep belajar sebagaimana yang diharapkan,
1. Siswa jarang bertanya karena kebanyakan siswa tidak tahu dan tidak memahami yang
ditanyakan,
2. Siswa jarang memberikan tanggapan, karena belum mampu menjelaskan ide-ide,
matematika,
3. Beberapa siswa mampu menyelesaikan soal matematika, tetapi kurang memahami apa
yang terkandung dalam soal tersebut (tidak meaningful),
4. Banyak siswa yang tidak mampu membuat suatu kesimpulan dari materi yang telah
dipelajari.
Oleh karena itu, anak yang mengalami kesulitan membaca akan mengalami kesulitan
pula dalam memecahkan soal matematika yang berbentuk cerita tertulis.
B. Kerangka Konseptual

Pada dasarnya discovery learning merupakan model pembelajaran di mana di dalamnya


menekankan proses untuk memahami suatu konsep dari materi secara aktif dan mandiri untuk
selanjutnya diperoleh kesimpulan. Pada model pembelajaran ini, siswa diharapkan lebih aktif
dalam kegiatan pembelajaran sedangkan guru berperan sebagai fasilitator

Guru hanya memberikan sejumlah pertanyaan berkaitan dengan materi kepada siswa.
Kemudian, siswalah yang bertugas untuk menemukan, menyelidiki, dan menyimpulkan hasil
pengamatannya sebagai modal untuk menjawab pertanyaan dari guru.

 Tujuan Model Pembelajaran Discovery Learning


1. Memberikan kesempatan bagi siswa untuk terlibat secara aktif dalam proses
pembelajaran.
2. Mengajarkan siswa untuk menemukan pola dalam situasi konkret maupun abstrak,
termasuk meramalkan (extrapolate) informasi tambahan yang diberikan.
3. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar merumuskan strategi tanya jawab
yang tidak rancu dan menggunakan tanya jawab sebagai alat untuk memperoleh
informasi yang bermanfaat dalam menemukan pengetahuan.
4. Membantu siswa melakukan kegiatan kerja sama yang efektif, saling membagi
informasi, serta mendengar dan mengaplikasikan ide-ide orang lain.
Adapun Kerangka Konseptual terhadap pemahaman materi pada proposal kali ini adalah
sebagai berikut :

Pengaruh Pembelajaran Discovery


Learning Terhadap Kemampuan
Komunikasi Matematis Siswa

M Pengertian Belajar : Pembelajaran Matematika :


1. Karakteristik dan Indikator 1. Faktor Kesulitan Belajar
Kesulitan dalam Belajar Matematika
2. Faktor Penyebab Kesulitan a. Fisiologis
Belajar : b. Intelektual
a. Faktor Internal c. Peadagogik
b. Faktor Eksternal d. Sarana dan Cara Belajar
Siswa

Pembelajaran Discovery Learning : Kemampuan Komunikasi Matematis :

a. Pemberian Stimulus a. Pengertian Kemampuan

b. Mengidentifikasi Masalah Komunikasi Matematis Pada

c. Pengolahan Data Siswa

d. Pembuktian b. Indikator Kemampuan

e. Menarik Kesimpulan
Komunikasi Matematis Pada
Siswa
 Kekurangan dan Kelebihan
c. Kesulitan Terhadap Kemampuan
Pembelajaran Discovery
Komunikasi Matematis Pada
Learning
Siswa

Anda mungkin juga menyukai