Anda di halaman 1dari 39

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ketika anak berada di Sekolah Dasar, anak-anak berada pada tahapan

perkembangan menuju usia remaja, dimana dimasa remaja itu sendiri individu akan

mengalami masa pubertas yang akan dapat mengurangi perhatiannya terhadap

permasalahan yang menyangkut dengan masalah pendidikan, dalam artian individu

kurang memperdulikan hal-hal yang menyangkut dengan prestasinya di sekolah

namun mereka akan lebih sibuk dengan hal-hal yang berkaitan dengan penampilan

fisik semata yang akan membuat prestasinya akan semakin merosot pada masa itu

(Santrock, 2007). Oleh karena itu sebagai seorang guru Sekolah Dasar perlu

memanfaatkan waktu anak didiknya ini sebelum mereka memasuki masa pubertas

yang di kenal dengan badai dan tekanan (Strom and Stress) melalui penerapan

pembelajaran yang efektif agar dapat menjadi bekal yang mempermudah mereka

dalam memasuki tingkatan sekolah lanjutan yang lebih tinggi.

Pada umumnya kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan disetiap jenjang

pendidikan menunjukkan bahwa interaksi pembelajaran dalam kelas masih

berlangsung satu arah. Pembelajaran masih berpusat pada guru, siswa menerima

begitu saja informasi yang diberikan oleh guru. Respon siswa terhadap pembelajaran

cenderung rendah. Selama proses pembelajaran, partisipasi siswa hanya mencatat dan

mendengarkan penjelasan guru. Sedikit sekali siswa yang mengajukan pertanyaan

1
maupun yang menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru, bahkan tidak jarang

siswa bermain-main sendiri saat guru sedang menerangkan pelajaran.

Selain itu, guru lebih sering menggunakan ceramah sebagai metode mengajar,

media yang digunakan oleh guru kurang bervariasi, guru kurang memberikan contoh

yang nyata kepada siswa, bahkan lebih sering menggambar di papan tulis untuk

memvisualisasikan materi yang diajarkan. Guru hanya memberikan informasi dan

mengharapkan siswa untuk menghafal dan mengingatnya.

Kaitan dengan itu, dalam pembelajaran perlu pendekatan yang tidak

mengharuskan siswa untuk menghafal fakta-fakta tetapi sebuah strategi pendekatan

yang mendorong siswa untuk belajar menemukan konsep. Menurut Hamalik (2003),

pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar

sendiri atau melakukan aktivitas sendiri. Siswa belajar sambil bekerja. Dengan

bekerja mereka memperoleh pengetahuan, pemahaman dan aspek-aspek tingkah laku

lainnya. Pendekatan belajar kooperatif dapat dijadikan salah satu alternatif untuk

meningkatkan aktivitas belajar dan pemahaman siswa sehingga pembelajaran yang

berlangsung menjadi lebih bermakna, misalnya dengan membimbing siswa untuk

bersama-sama terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan mampu membantu siswa

berkembang sesuai dengan taraf intelektualnya akan lebih menguatkan pemahaman

siswa terhadap konsep-konsep yang diajarkan. Pemahaman ini memerlukan minat

dan motivasi. Tanpa adanya minat menandakan bahwa siswa tidak mempunyai

motivasi untuk belajar. Untuk itu, guru harus memberikan suntikan dalam bentuk

motivasi sehingga dengan bantuan itu anak didik dapat keluar dari kesulitan belajar.

2
Hasil belajar yang diharapkan dalam proses belajar adalah siswa memiliki suatu

kompetensi tertentu yang mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Hasil

belajar dari aspek kognitif merupakan kopetensi yang dimilki siswa dan diukur dari

ranah kognitif berdasarkan taksonomi Bloom yang telah direvisi oleh Anderson dan

Krathwhol (2001), yaitu: (1) mengingat, (2) memahami, (3) menerapkan, (4)

menganalisis, (5) mengevaluasi, dan (6) mencipta.

Berdasarkan hasil observasi selama mengajar di SD Negeri 18 Kota Ternate

belum memiliki hasil belajar pada mata pelajaran IPA yang memuaskan yakni

capaian siswa masih rendah yaitu dari siswa yang berjumlah 26 orang untuk mata

pelajaran IPA hanya 12 siswa yang sanggup mencapai Standar Ketuntuasan Minimal

(KKM) yakni 65 sedangkan sisanya berada di bawah KKM yang ditentukan oleh

sekolah, maka peneliti merasa penting untuk dilakukan perubahan dalam strategi

pembelajaran. Dalam penelitian ini peneliti mencoba mengevaluasi kembali dan

menduga bahwa sebagai guru selama ini peneliti belum memberdayakan siswa untuk

meningkatkan hasil belajar karena ada beberapa kendala yang dihadapi yaitu

keterbatasan sarana dan prasarana pendidikan, misalnya terbatasnya buku penunjang

khususnya IPA yang ada di sekolah, selain itu siswa juga selalu monoton belajar di

dominasi oleh guru sepanjang jam pelajaran sehingga siswa menjadi bosan dan tidak

memperhatikan selama prosese pembelajaran didalam kelas yang memicu hasil

belajar IPA siswa cenderung dibawah target capaian yang telah ditentukan.

Melalui penelitian ini peneliti mencoba untuk menggunakan Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw, disini guru dituntut mengajak anak didiknya

3
untuk belajar besama. Teman belajar sangat penting untuk membantu siswa yang

kurang mampu dalam hal kognitif untuk memahami pelajaran.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka peneliti

melakukan penelitian dengan judul: “Penggunaan Model Pembelajaran Koperatif

Tipe Jigsaw Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Pada Siswa Kelas IV SD Negeri

18 Kota Ternate”.

1.2 Rumusan Masalah.

Berdasarkan latar Belakang masalah diatas, maka rumusan masalahnya adalah

bagaimana meningkatkan hasil belajar IPA Pokok Bahasan Struktur dan Fungsi

Bagian Tumbuhan Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 18 Kota Ternate?

1.3 Tujuan Penelitian.

Berdasarkan rumusan masalah tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

hasil belajar IPA Pokok Bahasan Struktur dan Fungsi Bagian Tumbuhan Melalui

Penerapan Model Pembelajaran Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Pada

Siswa Kelas IV SD Negeri 18 Kota Ternate.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

4
Untuk menambah wawasan keilmuan terutama pada mata pelajaran IPA

dengan menggunakan Model Pembelajaran Model Pembelajaran Kooperatif

Tipe Jigsaw.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi guru, menjadi pengetahuan buat guru agar dalam melaksanakan

proses belajar mengajar selalu melibatkan peran siswa.

b. Bagi siswa, agar lebih memudahkan mereka dalam memahami materi

karena dalam proses belajar mengajar, siswa terlibat secara aktif dalam

penyelesaian masalah secara berkelompok.

1.5 Defenisi Operasional Variabel

1. Hasil Belajar

Hasil belajaradalah prestasi adalah hasil yang dicapai karena adanya aktifitas

dan usaha yang sungguh-sungguh dalam belajar yang dinyatakan dalam angka

atau huruf.

2. Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw

Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran

berbentuk kelompok dimana dalam satu kelompok terdiri anta 4-6 orang siswa

yang saling bekerjasama dan ketergantungan positif dalam proses

pembelajaran dan bertanggung jawab untuk menyampaikan hasil belajar

kelompoknya pada kelompok yang lain.

5
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Teori Belajar dan Pembelajaran

Belajar merupakan proses internal, proses internal tersebut adalah seluruh

mental yang meliputi ranah-ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Proses belajar

yang mengaktualisasikan ranah-ranah tersebut tertuju pada bahan ajar tertentu.

Siswa yang belajar berarti memperbaiki kemampuan-kemampuan kognitif,

afektif, maupun psikomotorik, dengan meningkatnya kemampuan-kemampuan

tersebut maka keinginan, kemauan, atau perhatian pada lingkungan sekitarnya makin

bertambah. timbul pertanyaan mengapa siswa belajar secara berlanjut?” Para ahli

psikologi pendidikan mempunyai pandangan yang berbeda-beda tentang hal tersebut.

Banyak teori dan prinsip-prinsip belajar yang dikemukakan oleh para ahli yang

satu dengan yang lain memiliki persamaan dan perbedaan. Dari berbagai prinsip

belajar tersebut terdapat beberapa prinsip yang relatif berlaku umum yang dapat kita

pakai sebagai dasar dalam upaya pembelajaran, baik bagi siswa yang perlu

meningkatkan upaya belajarnya. Prinsip-prinsip itu berkaitan dengan perhatian dan

motivasi.Siswa memiliki bermacam-macam motivasi dalam belajar.

Pengertian pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk

memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa. (Gagne, Briggs, dan wagner

dalam Dimyati dan mujiono. 2002). Pembelajaran adalah proses interaksi peserta

didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Ciri utama

dari pembelajaran adalah inisiasi, fasilitasi, dan peningkatan proses belajar siswa.

Sedangkan komponen-komponen dalam pembelajaran adalah tujuan, materi,

6
kegiatan, dan evaluasi pembelajaran. (UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas).

2.2 Pengertian Hasil Belajar

Dalam Bahasa Indonesia Prestasi berarti hasil atau usaha. Buchori (1997)

prestasi adalah hasil yang berupa angka, huruf serta tindakan hasil belajar yang

berupa angka atau hasil karya yang dicapai juga dapat untuk memotivasi agar

prestasinya lebih meningkat. Prestasi juga dapat diartikan hasil yang diperoleh karena

adanya aktifitas belajar yang dilakukan. Seorang siswa yang mempunyai nilai

akademik maupun non akademik dibanding teman-temannya biasa kita sebut siswa

berprestasi.

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa prestasi adalah hasil yang dicapai

karena adanya aktifitas dan usaha yang sungguh-sungguh dalam belajar yang

dinyatakan dalam angka atau huruf.

1. Pengertian Belajar

Menurut Sudjana (1989) belajar adalah proses yang diarahkan kepada tujuan,

proses berbuat melalui berbagai pengalaman, melihat, mengamati dan memahami

sesuatu.

Hamalik (1999) berpendapat belajar adalah suatu proses perubahan tingkah

laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Selanjutnya Gulo W (2004)

mengatakan belajar adalah suatu proses yang berlangsung di dalam diri seseorang

yang mengubah tingkah laku dalam berfikir, bersikap dan berbuat.

7
Dari beberapa uraian diatas dapat kita ketahui bahwa belajar adalah suatu

proses perubahan tingkah laku yang diarahkan pada tujuan mengubah tingkah laku

dalam berfikir, bersikap dan berbuat pada individu yang belajar.

Jika demikian, apakah ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam pengertian

belajar? Perubahan tingkah laku yang dimaksud adalah :

1) Perubahan terjadi secara sadar.

Seseorang yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu atau sekurang-

kurangnya ia merasakan telah tejadi adanya suatu perubahan dalam dirinya. Misalnya

ia menyadari bahwa pengetahuannya bertambah. Jadi perubahan tingkah laku yang

terjadi karena mabuk atau keadaan tidak sadar, tidak termasuk perubahan dalam

pengertian belajar, karena tidak termasuk perubahan dalam pengertian belajar, karena

orang yang bersangkutan tidak menyadari akan perubahan itu.

2) Perubahan dalam belajar bersifat kontinyu dan fungsional.

Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri seseorang berlangsung

secara berkesinambungan, tidak statis. Satu perubahan yang terjadi akan

menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan ataupun proses

belajar berikutnya. Misalnya jika seorang anak belajar menulis, maka ia akan

mengalami perubahan dari tidak dapat menulis menjadi dapat menulis. Perubahan ini

berlangsung terus hingga kecakapan menulisnya menjadi lebih baik dan sempurna. Ia

dapat menulis indah, dapat menulis dengan pulpen, dapat menulis dengan kapur, dan

sebagainya. Di samping itu dengan kecakapan menulis yang telah dimilikinya ia

dapat memperoleh kecakapan-kecakapan lain misalnya, dapat menulis surat,

menyalin catatan, mengerjakan soal-soal dan sebagainya.

8
3) Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif.

Dalam perbuatan belajar, perubahan-perubahan itu senantiasa bertambah dan

tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. Dengan demikian

makin banyak usaha belajar itu dilakukan, makin banyak dan makin baik perubahan

yang diperoleh, perubahan yang bersifat aktif artinya bahwa perubahan itu tidak

terjadi dengan sendirinya melainkan karena usaha individu scndiri. Misalnya

perubahan tingkah laku karena usaha orang yang bersangkutan. Misalnya perubahan

tingkah laku karena proses kematangan yang terjadi dengan sendirinya karena

dorongan diri dalam, tidak termasuk perubahan dalam belajar.

4) Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara.

Perubahan yang bersifat sementara atau temporer terjadi hanya untuk beberapa

saat saja, seperti berkeringat, keluar air mata, bersin, menangis, dan sebagainya, tidak

dapat digolongkan sebagai perubahan dalam arti belajar. Perubahan yang terjadi

karena proses belajar bersifat menetap dan permanen. Ini berarti bahwa tingkah laku

yang terjadi setelah belajar akan bersifat menetap. Misalnya kecakapan seorang anak

dalam memainkan piano setelah belajar, tidak akan hilang begitu saja melainkan akan

terus dimiliki bahkan akan makin berkembang kalau terus dipergunakan atau dilatih.

5) Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah.

Ini berarti bahwa perubahan tingkah laku itu terjadi karena ada tujuan yang

akan dicapai. Perbuatan belajar terarah kepada perubahan tingkah laku yang benar-

benar disadari. Misalnya seseorang yang belajar mengetik, sebelumnya, sudah

menetapkan apa yang mungkin dapat dicapai dengan belajar mengetik, atau tingkat

9
kecakapan mana yang dicapainya. Dengan demikian perbuatan belajar yang

dilakukan senantiasa terarah kepada tingkah laku yang telah ditetapkannya.

6) Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku

Perubahan yang diperoleh seseorang setelah melalui suatu proses belajar

meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Jika seorang belajar sesuatu, sebagai

hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap,

keterampilan, pengetahuan, dan sebagainya.

Sebagai contoh jika seorang anak tealah belajar naik sepeda, maka perubahan

yang paling tampak adalah keterampilan dalam naik sepeda itu. Akan tetapi ia telah

mengalami perubahan-perubahan lainnya seperti pemahaman tentang cara kerja

sepeda, pengetahuan tentang jenis-jenis sepeda, pengetahuan tentang alat-alat sepeda,

cita-cita untuk memiliki sepeda yang lebih bagus, kebiasaan membersihkan sepeda,

dan sebagainya. Jadi aspek perubahan yang satu berhubungan erat dengan aspek

lainnya.

2. Pengertian Hasil Belajar

Dalam setiap kegiatan manusia untuk mencapai tujuan, selalu diikuti dengan

pengukuran dan penilaian. Demikian halnya di dalam proses belajar. Tirtonegoro

(1988) mengemukakan bahwa “Hasil dari pengukuran serta penilaian usaha belajar

disebut hasil belajar atau Hasil Belajar”. Selanjutnya Winkel (1996) mengemukakan

hasil belajaradalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seorang siswa

dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai bobot yang dicapainya. Senada dengan

pendapat Winkel, S. Nasution (1996) mengemukakan, hasil belajaradalah

kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat. Hasil

10
belajar adalah hasil yang dicapai seseorang dalam usaha belajar sebagaimana yang

dinyatakan dalam rapor.

Dari beberapa uraian di atas dapat kita ketahui bahwa hasil belajar adalah suatu

bukti keberhasilan yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat yang

lazimnya ditunjukkan dengan nilai atau angkayang diberikan guru.

Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar antara lain:

1) Faktor eksternal.

Syah (2003) menjelaskan bahwa faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi

hasil belajar digolongkan menjadi dua, yaitu :

a) Faktor-faktor non sosial.

Kelompok faktor ini tak terbilang jumlahnya, misalnya :keadaan udara, suhu

udara, cuaca, waktu (pagi, atau siang, ataupun malam), tempat (letaknya,

pergudangannya), alat-alat yang dipakai untuk belajar (seperti alat tulis menulis,

buku-buku, alat-alat peraga, dan sebagainya yang biasa kita sebut alat-alat pelajaran),

metode pengajaran.

b) Faktor-faktor Lingkungan Sosial

(1). Lingkungan sosial sekolah, seperti guru, administrasi dan teman-teman

sekelas dapat mempengaruhi proses belajar seorang siswa. Hubungan yang

harmonis antara ketiganya dapat menjadi motivasi bagi siswa untuk belajar

lebih baik disekolah. Perilaku yang simpatik dan dapat menjadi teladan

seorang guru atau administrasi dapat menjadi pendorong bagi siswa untuk

belajar.

11
(2). Lingkungan sosial masyarakat. Kondisi lingkungan masyarakat tempat

tinggal siswa akan mempengaruhi belajar siswa. Lingkungan siswa yang

kumuh, banyak pengangguran dan anak terlantar juga dapat mempengaruhi

aktivitas belajar siswa, paling tidak siswa kesulitan ketika memerlukan teman

belajar, diskusi atau meminjam alat-alat belajar yang kebetulan belum

dimilikinya.

(3). Lingkungan sosial keluarga. Lingkungan ini sangat mempengaruhi kegiatan

belajar. Ketegangan keluarga, sifat-sifat orangtua, demografi keluarga (letak

rumah), pengelolaan keluarga, semuanya dapat memberi dampak terhadap

aktivitas belajar siswa. Hubungan antara anggota keluarga, orangtua, anak,

kakak, atau adik yang harmonis akan membantu siswa melakukan aktivitas

belajar dengan baik.

2) Faktor intern yaitu faktor yang berasal dari diri si pelajar.

Digolongkan menjadi dua golongan yaitu :

a) Faktor-faktor Fisiologis.

Faktor-faktor fisiologis ini masih dapat lagi dibedakan menjadi dua macam, yaitu:

(1). Keadaan jasmani pada umumnya ini dapat dikatakan melatar belakangi

aktivitas belajar; keadaan jasmani yang segar akan lain pengaruhnya dengan

keadaan jasmani yang kurang segar; keadaan jasmani yang lelah lain

pengaruhnya daripada yang tidak lelah.

(2). Keadaan Fungsi-fungsi jasmani tertentu terutama fungsi-fungsi panca

indera.

12
Bahwa panca indera dapat dimisalkan sebagai pintu gerbang masuknya

pengaruh ke dalam individu. Orang mengenal dunia sekitarnya dan belajar

dengan mempergunakan pancainderanya. Baiknya fungsi panca indera

merupakan syarat dapatnya belajar itu berlangsung dengan baik.

b) Faktor-faktor Psikologi.

(1). Kecerdasan siswa/intelegensi siswa.

Semakin tinggi tingkat intelegensi seorang individu, semakin besar peluang

individu tersebut meraih sukses dalam belajar.

(2). Motivasi

Para ahli psikologi mendefinisikan motivasi sebagai proses dalam diri individu

yang aktif, mendorong, memberikan arah, dan menjaga perilaku setiap saat

(Slavin, 1994). Menurut Frandsen (dalam, Hayinah 1992) yang termasuk dalam

motivasi intrinsik untuk belajar antara lain :

(a). Dorongan ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas.

(b). Adanya sifat positif dan kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk

maju.

(c). Adanya keinginan untuk mencapai prestasi sehingga mendapat dukungan

dari orang-orang penting, misalnya orang tua, saudara, guru, teman dan lain

sebagainya.

(d). Adanya kebutuhan untuk menguasai ilmu pengetahuan yang berguna bagi

dirinya dan lain-lain.

13
2.3 Hakikat Pembelajaran IPA

Ilmu Pengetahuan Alam atau Sains dalam arti sempit adalah disiplin ilmu yang

terdiri dari Phisical Sciences (Ilmu Fisik) dan Life Sciences (Ilmu Biologi). Secara

umum istilah IPA memiliki arti sebagai ilmu pengetahuan. Oleh sebab itu, IPA

didefinisikan sebagai suatu kumpulan pengetahuan yang diperoleh tidak hanya

produk saja, akan tetapi juga mencakup pengetahuan seperti keterampilan dalam hal

melakukan penyelidikan ilmiah.

Sebagaimana, Carin (1993) menyatakan bahwa IPA sebagai produk atau isi

mencakup fakta, konsep, prinsip, hukum-hukum dan teori IPA. Jadi pada hakekatnya

IPA terdiri dari tiga komponen, yaitu sikap ilmiah, proses ilmiah, dan produk ilmiah

dan tidak hanya terdiri atas kumpulan pengetahuan atau berbagai macam fakta.

2.4 Proses Belajar-Mengajar IPA

Proses dalam pengertian disini merupakan interaksi semua komponen atau

unsur yang terdapat dalam belajar mengajar yang satu sama lainnya saling

berhubungan (inter independent) dalam ikatan untuk mencapai tujuan (Usman, 2000).

Belajar diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku pada diri individu

berkat adanya interaksi antara individu dengan lingkungannya. Hal ini sesuai dengan

yang diutarakan Burton bahwa seseorang setelah mengalami proses belajar akan

mengalami perubahan tingkah laku, baik aspek pengetahuannya, keterampilannya,

maupun aspek sikapnya. Misalnya dari tidak bisa menjadi bisa, dari tidak mengerti

menjadi mengerti. (Usman, 2000).

14
Mengajar merupakan suatu perbuatan yang memerlukan tanggungjawab moral

yang cukup berat. Mengajar pada prinsipnya membimbing siswa dalam kegiatan

suatu usaha mengorganisasi lingkungan dalam hubungannya dengan anak didik dan

bahan pengajaran yang menimbulkan proses belajar.

Proses belajar mengajar merupakan suatu inti dari proses pendidikan secara

keseluruhan dengan guru sebagai pemegangn peran utama. Proses belajar mengajar

merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa

atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk

mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa

itu merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar mengajar (Usman,

2000).

Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa proses belajar mengajar IPA

meliputi kegiatan yang dilakukan guru mulai dari perencanaan, pelaksanaan kegiatan

sampai evaluasi dan program tindak lanjut yang berlangsung dalam situasi edukatif

untuk mencapai tujuan tertentu yaitu pengajaran IPA.

2.5 Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang

berdasarkan faham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar

dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya

berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok

harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran.

15
Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman

dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.

Unsur-unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif menurut Ibrahim, dkk

(2001) adalah sebagai berikut:

a. Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka “tenggelam atau berenang

bersama.”

b. Para siswa harus memiliki tanggungjawab terhadap siswa atau peserta didik

lain dalam kelompoknya, selain tanggungjawab terhadap diri sendiri dalam

mempelajari materi yang dihadapi.

c. Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semua memiliki tujuan yang

sama.

d. Para siswa membagi tugas dan berbagi tanggungjawab di antara para anggota

kelompok.

e. Para siswa diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut

berpengaruh terhadap evaluasi kelompok.

f. Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh

keterampilan bekerja sama selama belajar.

g. Setiap siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual

materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

Menurut Lie (2007) pembelajaran kooperatif turut menambah unsur-unsur

interaksi sosial pada pembelajaran sains. Di dalam pembelajaran kooperatif siswa

belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang saling membantu satu sama

lain. Kelas disusun dalam kelompok yang terdiri dari 4 atau 6 orang siswa, dengan

16
kemampuan yang heterogen. Maksud kelompok heterogen adalah terdiri dari

campuran kemampuan siswa, jenis kelamin, dan suku. Hal ini bermanfaat untuk

melatih siswa menerima perbedaan dan bekerja dengan teman yang berbeda latar

belakangnya.

Pada pembelajaran kooperatif diajarkan keterampilan-keterampilan khusus

agar dapat bekerja sama dengan baik di dalam kelompoknya, seperti menjadi

pendengar yang baik, siswa diberi lembar kegiatan yang berisi pertanyaan atau tugas

yang direncanakan untuk diajarkan. Selama kerja kelompok, tugas anggota kelompok

adalah mencapai ketuntasan (Slavin, 1998).

2.6 Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif

yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas

penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengarjarkan bagian tersebut kepada

anggota lain dalam kelompoknya (Arends, dalam Nur, 2005).

Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan model pembelajaran

kooperatif, dengan siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4–6 orang

secara heterogen dan bekerjasama saling ketergantungan yang positif dan

bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan

menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain (Arends, dalam

Nur, 2005).

Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap

pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya

17
mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan

mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain. Dengan demikian,

“siswa saling tergantung satu dengan yang lain dan harus bekerja sama secara

kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan” (Lie, 1994). Para anggota dari

tim-tim yang berbeda dengan topik yang sama bertemu untuk diskusi (tim ahli) saling

membantu satu sama lain tentang topik pembelajaran yang ditugaskan kepada

mereka. Kemudian siswa-siswa itu kembali pada tim/kelompok asal untuk

menjelaskan kepada anggota kelompok yang lain tentang apa yang telah mereka

pelajari sebelumnya pada pertemuan tim ahli.

Pada model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, terdapat kelompok asal dan

kelompok ahli”. Kelompok asal, yaitu kelompok induk siswa yang beranggotakan

siswa dengan kemampuan, asal, dan latar belakang keluarga yang beragam.

Kelompok asal merupakan gabungan dari beberapa ahli. Kelompok ahli, yaitu

kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda yang

ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami topik tertentu dan menyelesaikan

tugas-tugas yang berhubungan dengan topiknya untuk kemudian dijelaskan kepada

anggota kelompok asal. Hubungan antara kelompok asal dan kelompok ahli

digambarkan sebagai berikut (Arends, dalam Muhammad Nur, 2005).

18
Para anggota dari kelompok asal yang berbeda, bertemu dengan topik yang

sama dalam kelompok ahli untuk berdiskusi dan membahas materi yang ditugaskan

pada masing-masing anggota kelompok serta membantu satu sama lain untuk

mempelajari topik mereka tersebut. Setelah pembahasan selesai, para anggota

kelompok kemudian kembali pada kelompok asal dan mengajarkan pada teman

sekelompoknya apa yang telah mereka dapatkan pada saat pertemuan di kelompok

ahli. Jigsaw didesain selain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa secara

mandiri juga dituntut saling ketergantungan yang positif (saling memberi tahu)

terhadap teman sekelompoknya. Selanjutnya diakhir pembelajaran, siswa diberi kuis

secara individu yang mencakup topik materi yang telah dibahas. Kunci tipe Jigsaw ini

adalah interdependensi setiap siswa terhadap anggota tim yang memberikan informasi

yang diperlukan dengan tujuan agar dapat mengerjakan kuis dengan baik.

Untuk pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, disusun langkah-

langkah pokok sebagai berikut; (1) pembagian tugas, (2) pemberian lembar ahli, (3)

mengadakan diskusi, (4) mengadakan kuis. Adapun rencana pembelajaran kooperatif

tipe jigsaw ini diatur secara instruksional sebagai berikut (Slavin, 1998)

19
a. Membaca: siswa memperoleh topik-topik ahli dan membaca materi tersebut

untuk mendapatkan informasi.

b. Diskusi kelompok ahli: siswa dengan topik-topik ahli yang sama bertemu

untuk mendiskusikan topik tersebut.

c. Diskusi kelompok: ahli kembali ke kelompok asalnya untuk menjelaskan

topik pada kelompoknya.

d. Kuis: siswa memperoleh kuis individu yang mencakup semua topik.

e. Penghargaan kelompok: penghitungan skor kelompok dan menentukan

penghargaan kelompok.

Setelah kuis dilakukan, maka dilakukan perhitungan skor perkembangan

individu dan skor kelompok. Skor individu setiap kelompok memberi sumbangan

pada skor kelompok berdasarkan rentang skor yang diperoleh pada kuis sebelumnya

dengan skor terakhir. Slavin (1998) memberikan petunjuk perhitungan skor kelompok

sebagaimana terlihat dalam Tabel berikut.

Tabel 2.1
Konversi Skor Perkembangan

NO. Skor Kuis Individu Penghargaan


1. Lebih dari 10 poin dibawah skor awal 5
2. 10 poin sampai 1 poin dibawah skor awal 10
3. Skor awal sampai 10 poin di atasnya 20
4. Lebih dari 10 di atas skor awal 30
5. Nilai sempurna (tidak berdasarkan skor awal) 30

Untuk menentukan tingkat penghargaan yang diberikan untuk prestasi

kelompok, menurut Slavin (1998) dapat dilihat dalam Tabel 2.2 berikut.

20
Tabel 2.2
Tingkat Penghargaan Kelompok

Rata-rata kelompok Penghargaan


15 Good Team
20 Great Team
25 Super Team

2.7 Sebaran Materi

“Struktur dan Fungsi Bagian Tumbuhan”

a. Akar

1. Bagian-bagian Akar

Akar pada tumbuhan berbunga baik yang tertanam di dalam tanah maupun di

dalam air umumnya terdiri dari akar utama, kemudian dari samping akar utama ini

muncul cabang akar dan di permukaan akar tersebut terdapat semacam serabut akar

yang disebut rambut akar.

2. Jenis-jenis Akar dan Klasifikasinya

a. akar napas pada tumbuhan bakau

b. akar gantung pada pohon beringin

3. Fungsi Akar

Kegunaan akar lagi tumbuhan di antaranya:

– Menguatkan berdirinya tumbuhan pada tempat tumbuhnya.

– Menyerap air dan garam-garam mineral dari dalam tanah.

– Menyimpan cadangan makanan.

21
b. Batang

Batang merupakan bagian tumbuhan yang ada di atas tanah. Batang merupakan

tempat keluarnya daun, bunga dan buah. Batang juga berperan dalam pengangkutan

air dan zat makanan dari akar ke daun.

1. Bagian-bagian Batang

Batang memiliki buku dan ruas, pada setiap buku melekat sehelai daun atau

lebih. Adapun batang tumbuhan berkayu tersusun dari jaringan primer

yaitu:

a. Kulit luar, memiliki dinding luar sel-sel yang menebal dan bermodifikasi menjadi

rambut-rambut halus, duri, dan lentisel.

b. Kulit pertama, terletak di sebelah dalam epidermis tersusun dari jaringan parenkim

dan jaringan penunjang. Jaringan penunjang terdiri dari jaringan kolenkim yang

mempunyai penebalan dinding sel di sudut-sudutnya atau mengandung kloroplas.

c. Kulit dalam, merupakan batas antara korteks dan stele, biasanya disebut florterma,

mengandung amilum sehingga disebut juga sarung tepung.

d. Silinder pusat, yang tersusun dari jaringan parenkim yang membentuk empulur

batang. Terdapat lingkaran kambium dalam berkas pembuluh. Di antara berkas

pembuluh terdapat kelanjutan parenkim empulur yang tampak sebagai roda

berjari-jari dan disebut jari-jari empulur.

2. Jenis-jenis Batang dan Klasifikasinya

Berdasarkan struktur batangnya, tumbuhan ada yang memiliki batang yang

lunak seperti pohon kacang, jagung, bayam. Ada juga tumbuhan yang berkayu

misalnya pohon jambu, mangga, pinus.

22
Fungsi batang:

– Penyokong tubuh tumbuhan.

– Mengangkut makanan ke seluruh tubuh tumbuhan.

– Mengangkut air dan mineral dari akar ke daun.

c. Daun

1. Bagian-bagian Daun

Daun dibedakan menjadi dua macam, yaitu daun lengkap dan daun tidak

lengkap. Daun dikatakan lengkap jika terdiri atas tiga bagian, yaitu pelepah, tangkai,

dan helaian daun. Contoh tumbuhan yang memiliki daun lengkap adalah pisang.

Daun tanaman pisang terdiri atas bagian pelepah, tangkai, dan helaian daun. Daun

tidak lengkap adalah daun yang hanya tersusun atas 1-2 bagian saja. Contoh

tumbuhan yang memiliki daun tidak lengkap adalah mangga. Daun pohon mangga

hanya terdiri atas bagian tangkai dan helaian daun saja.

2. Jenis-jenis Daun dan Klasifikasinya

Pada umumnya bagian daun yang paling kelihatan adalah helai daun. Bentuk

helai daun dipengaruhi oleh susunan tulang daun. Berdasarkan bentuknya, tulang

daun terdiri dari tulang dan menyirip, tulang daun menjari, tulang daun sejajar, dan

tulang daun melengkung. Tulang daun menyirip dapat dijumpai pada daun mangga,

jambu, dan nangka. Tulang daun menjari banyak dijumpai pada daun singkong,

papaya, dan ilalang. Berbagai jenis rerumputan memiliki daun dengan tulang daun

bentuk menjari. Seperti daun tebu, jagung dan padi. Tulang dan melengkung dapat

dijumpai pada daun tumbuhan sirih dan genjer.

23
Berdasarkan jumlah helai daun, daun dikelompokkan menjadi dua yaitu daun

tunggal dan daun majemuk. Daun tunggal adalah daun yang memiliki satu helai daun

pada setiap tangkainya, contohnya daun mangga. Daun majemuk adalah daun yang

memiliki beberapa helai daun pada setiap tangkainya, contohnya daun putri malu.

3. Fungsi Daun

Daun berfungsi:

– untuk fotosintesis

– penguapan air

– pengeluaran air berupa tetesan air

– pertukaran oksigen dan karbon dioksida (alat pernapasan pada

tumbuhan)

d. Bunga

Bunga terdapat alat-alat reproduksi, yaitu putik dan benangsari.

1. Bagian-bagian Bunga

Meskipun bentuk bunga yang kita temukan beraneka ragam tetapi setiap jenis

bunga memiliki:

a. Kelopak bunga, merupakan bagian bunga yang paling luar. Kelopak biasanya

berwarna hijau seperti daun atau berwarna warni seperti mahkota.

b. Mahkota bunga, terletak di sebelah dalam kelopak dan biasanya mempunyai warna

yang beraneka ragam. Mahkota bunga berguna untuk menarik serangga lain untuk

datang membantu penyerbukan.

c. Benang sari, merupakan alat kelamin jantan yang terdiri dari tangkai sari dan

kepala sari. Benang sari biasanya terletak di tengah-tengah mahkota bunga.

24
d. Putik, merupakan alat kelamin betina. Pada dasar putik terdapat bagian yang akan

menjadi buah dan biji.

2. Jenis-jenis Bunga dan Klasifikasinya

Beberapa jenis tanaman hias yang biasa ada di rumahmu merupakan jenis

tanaman yang memiliki bunga. Setiap tumbuhan memiliki struktur bunga yang

berbeda-beda. Bunga terdiri atas beberapa bagian, yaitu tangkai bunga, kelopak

bunga, mahkota bunga, putik, dan benang sari. Tangkai bunga merupakan bagianyang

menghubungkan bunga dengan batang. Mahkota bunga merupakan perhiasan bunga

yang memiliki warna yang indah. Di dalam mahkota bunga terdapat putik dan benang

sari. Putik merupakan alat kelamin betina, sedangkan benang sari merupakan alat

kelamin jantan. Berdasarkan jenisnya, bunga dikelompokkan menjadi dua yaitu

bunga lengkap dan bunga tidak lengkap. Apabila bunga memiliki kelopak bunga,

mahkota bunga, putik, dan benang sari maka disebut bunga lengkap. Sebaliknya, jika

bunga tidak memiliki salah satu bagian tersebut maka merupakan bunga yang tidak

lengkap. Berdasarkan benang sari dan putik, bunga dikelompokkan menjadi dua,

yaitu bunga sempurna dan tidak sempurna. Bunga sempurna merupakan bunga yang

memiliki benang sari dan putik. Apabila hanya memiliki salah satu di antaranya,

maka termasuk bunga tidak sempurna.

3. Fungsi Bunga

Pada tumbuhan bunga berperan sebagai tempat berlangsungnya

perkembangbiakan. Peristiwa penyerbukan, yaitu jatuhnya serbuk sari ke atas kepala

putik merupakan awal terjadinya perkembangbiakan pada tumbuhan.

25
2.8 Hipotesis Penelitian
Dalam penelitian tindakan kelas ini yang menjadi hipotesis penelitiannya

adalah “jika pembelajaran dengan Model Pembelajaran Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe Jigsaw diterapkan dalam pembelajaran IPA, maka dapat

meningkatkan hasil belajar siswa kelas Kelas IV SD Negeri 18 Kota Ternate.

26
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom

Action Research (CAR) yang dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart (dalam

Arikunto, 1997) dengan tahapan-tahapan pelaksanaan meliputi; perencanaan,

pelaksanaan tindakan, observasi, evaluasi, dan refleksi.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas IV di SD Negeri 18 Kota Ternate

dan dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2017/2018.

3.3 Subjek Penelitian

Siswa Kelas IV SD Negeri 18 Kota Ternate yang terdiri dari 26 siswa, yang

terdiri dari 14 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan. Dalam penelitian ini yang

diteliti hasil belajarnya melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe

Jigsaw. Peneliti memilih Kelas IV dan mata pelajaran IPA dikarenakan pada siswa

Kelas IV siswanya belum sanggup mencapai KKM untuk mata pelajaran IPA.

3.4 Prosedur Penelitian

Berdasarkan jenis penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini yakni

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) maka alur penelitian yang dilaksanakan adalah :

27
PELAKSANA
AN
PERENCANA PENGAMAT
AN SIKLUS 1 AN
REFLEKSI
PELAKSANA
AN

PERENCANA PENGAMAT
AN SIKLUS 2 AN

REFLEKSI

Gambar 3.1
Alur Pelaksanaan Penelitian

Rinian tahapan-tahapannya sebagai berikut:

1. Rencana Tindakan.

Berdasarkan hasil identifikasi dan penetapan masalah, peneliti kemudian

mengajukan suatu solusi yang berupa penerapan Model Pembelajaran Kooperatif

Tipe Jigsaw yang dapat dimanfaatkan guru untuk digunakan sebagai metode

pengajaran dalam pembelajaran IPA Kelas IV SD Negeri 18 Kota Ternate. Dalam

tahap ini, peneliti menyajikan data yang telah dikumpulkan kemudian

menentukan solusi yang dapat diambil. Peneliti membuat rencana pembelajaran

untuk dilaksanakan dalam tahap pelaksanaan tindakan, menyiapkan lembar

observasi, dan soal tes.

2. Pelaksanaan Tindakan.

Keseluruhan tindakan yang dilaksanakan dalam penelitian ini bertujuan untuk

mengadakan perbaikan terhadap proses pembelajaran IPA yang selama ini

28
prestasi siswa dianggap rendah karena berada di bawah Kriteria Ketuntasan

Minimal (KKM).

Tindakan dalam penelitian ini berupa penerapan model pembelajaran Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dalam proses pembelajaran. Setiap tindakan

yang dilakukan tersebut selalu diikuti dengan kegiatan pemantauan dan evaluasi

serta analisis dan refleksi.

Dalam tahap ini, peneliti yang dibantu observer melakukan observasi untuk

mengetahui apakah tindakan yang dilakukan telah dapat mengatasi permasalahan

yang ada. Selain itu observer juga melakukan observasi untuk mengumpulkan

data yang akan diolah untuk menentukan tindakan berikutnya.

3. Observasi.

Kegiatan observasi dilakukan untuk memonitor tindakan yang terjadi di kelas.

Dalam tahap ini observer mengadakan observasi sebagai partisipasi pasif dimana

peneliti berada di dalam lokasi penelitian dan berperan aktif sebagai guru dalam

kegiatan yang sedang berlangsung. Peneliti yang memimpin jalannya proses

pembelajaran yang terjadi di dalam kelas dengan langsung menjadi guru mata

pelajaran IPA dan menerapkan Model Pembelajaran Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe Jigsaw. Peneliti mencatat bagaimana keaktifan siswa, mencatat

kelemahan dan kelebihan proses pembelajaran yang telah berlangsung dan

mengobservasi hasil belajar. Setelah data terkumpul, peneliti mengolah data

tersebut hingga dapat digunakan untuk mencari solusi dari permasalahan yang

muncul.

29
4. Analisis dan Refleksi Tindakan.

Hasil observasi kemudian dianalisis untuk menentukan langkah-langkah

perbaikan apa yang dapat ditempuh, sehingga didapatkan suatu solusi untuk

semua permasalahan yang dialami oleh guru dan siswa dalam proses

pembelajaran IPA.

Pada tahap ini peneliti dan observer berdiskusi dan bertukar pikiran untuk

mengambil suatu kesimpulan yang berupa hasil dari pelaksanaan penelitian. Dari

hasil penarikan kesimpulan ini, dapat diketahui apakah penelitian ini berhasil atau

tidak, sehingga dapat digunakan untuk menentukan langkah selanjutnya.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Sesuai dengan jenis penelitian, maka teknik pengumpulan data yang digunakan

dalam penelitian ini adalah :

1. Dokumentasi

Dokumentasi dalam penelitian ini merupakan dokumen-dokumen pegangan guru

dan pihak sekolah yang berkaitan dengan penelitian ini serta foto-foto yang di

dapat selama penelitian berlangsung.

2. Tes

Dalam penelitian ini peneliti akan mengadakan tes tertulis yang akan

dilaksanakan sesudah pelaksanaan tindakan. Hasil tes akan digunakan sebagai alat

ukur ketercapaian tujuan penelitian.

30
3. Observasi

Observasi yang dilakukan adalah pengamatan yang dilakukan oleh observer

dalam hal ini dibantu oleh guru IPA yang lain di SD Negeri 18 Kota Ternate.

Observasinya yakni mengamati partisipasi siswa dan keaktifan siswa dalam

proses pembelajaran IPA kelas IV SD Negeri 18 Kota Ternate. Pembelajaran

dilaksanakan sesuai kompetensi dasarnya, yaitu menyimpulkan hasil pengamatan

bahwa tumbuhan memiliki fungsi dan struktur yang berbeda-beda. Proses

pembelajaran dilaksanakan dengan menerapkan Model Pembelajaran Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw.

3.6 Teknik Analisis Data

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif

dan kuantitatif. Analisis data secara kualitatif mempunyai 3 komponen yaitu: (1)

Reduksi data, (2) Penyajian data, (3) Penarikan simpulan atau verifikasi data.

Aktivitasnya dilakukan dalam bentuk interaktif selama proses pengumpulan data

masih berlangsung.

1. Reduksi Data

Reduksi data yaitu proses pemilihan perhatian pada penyederhanaan,

pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-

catatan tertulis di lapangan. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis

yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak

perlu dan mengorganisasikan dengan cara sedemikian sehingga simpulan-

simpulan akhirnya ditarik dan diverifikasi.

31
2. Penyajian Data

Penyajian data yaitu sekumpulan informasi tersusun yang memberi

kemungkinan adanya penarikan simpulan dan pengambilan tindakan.

Dalam pelaksanaan penelitian penyajian-penyajian data yang lebih baik

merupakan suatu cara yang utama bagi analisis kualitatif yang benar-benar

valid.

3. Penarikan Simpulan (Verifikasi)

Data-data yang telah didapat dari hasil penelitian kemudian diuji

kebenarannya. Penarikan simpulan ini merupakan bagian dari konfigurasi

utuh, sehingga simpulan-simpulan juga diverifikasi selama penelitian

berlangsung. Verifikasi data yaitu pemeriksaan tentang benar dan tidaknya

hasil laporan penelitian. Sedangkan simpulan adalah tinjauan ulang pada

catatan di lapangan atau simpulan diuji kebenarannya, kekokohannya

merupakan validitasnya (Milles Huberman, 2000).

Sedangkan analisis secara kuantitatif untuk menganalisis tingkat keberhasilan

atau prosentase keberhasilan siswa setelah proses belajar-mengajar setiap putarannya

dilakukan dengan cara memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap akhir

putaran. Untuk mengetahui hasil belajar tuntas atau tidak, digunakan acuan dengan

nilai KKM dikelas IV yaitu 65. Pada penelitian ini siswa secara keseluruhan

dikatakan tuntas belajar apabila telah mencapai nilai KKM secara klasikal dari

jumlah keseluruhan siswa yaitu 75% mencapai nilai KKM.

Analisis ini dihitung dengan menggunakan statistik sederhana, dimana peneliti

melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh siswa, yang selanjutnya dibagi dengan

32
jumlah siswa yang ada di kelas tersebut sehingga diperoleh rata-rata tes formatif

dapat dirumuskan:

Skor jawaban benar


Tingkat penguasan= x 100
Jumlah seluruh soal

33
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto. S, 1997. Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.

Buchori. M, 1992. Psikologi Pendidikan 3. Bandung : PT. Jean Mars.

Depdikbud. 1994. Kurikulum Pendidikan Dasar. Jakarta : Departemen


Pendidikandan Kebudayaan.

.................... 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan


(KTSP-SD/MI).Departemen Pendidikan Nasional.
Depdiknas. 2006. “Permendiknas Nomor 22/2006 Tentang Standar Isi untuk Satuan
Pendidikan Dasar dan Menengah”. Jakarta : Depdiknas
Dimyati dan mujiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Fudyartanto, Ki RBS. 2002. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan
Baru.Yogyakarta: Global Pustaka Ilmu.

Gulo. W. 2004. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Grasindo.


……………2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Gramedia Widiasrana
Indonesia.
H. C. Witherington oleh Buchori M. 1981. Psikologi Pendidikan III.
Bandung:Jeanmars.

Hamalik .O, 2003. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara.

.................... 2004. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara.

Haryanto. 2004. Sains untuk Sekolah Dasar Jakarta : Erlangga.

HB. Sutopo. 1996. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta : UNS Pers.

Iskandar. S.M, 2001. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Bandung : CV.Maulana.

Jaka Wismono. 2004. Gembira Belajar Sains. Jakarta : Grasindo.

Marzuki, M. Saleh, 2001, Penyusunan Usulan Penelitian Pendidikan, Malang.

FKIP IKIP.

34
Moedjiono Moh. Dimyati. 1991. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta :
Depdikbud,Dirjen Dikti Proyek Pembinaan Tenaga Pendidikan.

Moh. Amien. 1997. Mengajarkan IPA dengan metode Inquiry dan discovery.Jakarta :
Depdikbud.
Mulyati, dkk. 2006. Pembelajaranm Melalui Metode Bermain Peran. IKIP Malang.

Nana Sudjana & Ibrahim. 1989. Penelitian dan Penilaian Pendidikan.


Bandung :Sinar Baru.

Sulistyorini. S, 2007. Model Pembelajaran IPA Sekolah Dasar danPenerapannya


dalam KTSP. Yogyakarta : Global Pustaka Ilmu.

Suryabrata. S, 2004 Psikologi Pendidikan. Yogyakarta : Universitas Gajah Mada.

Suryobroto. B, 2002. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

35
Lampiran 1
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP)

Satuan Pendidikan : SDN 18 Kota Ternate


Hari / Tanggal : , Juni 2018
Kelas / Semester : IV / II
Bab / Materi : Fungsi Bagian Tumbuhan
Mata Pelajaran : IPA
Alokasi waktu : 1 x 35 menit

Standar Kompetensi: 4. Memahami hubungan antara struktur bagian tumbuhan dan


fungsi.
Kompetensi Dasar: 4.1. Menjelaskan hubungan antar struktur daun tumbuhan
dengan fungsinya.
Indikator
• Menjelaskan pengertian struktur, tumbuhan dan Fungsinya
• Menyebutkan bagian-bagian dan jenis-jenis yang ada pada tumbuhan dan
fungsinya
V. MATERI PEMBELAJARAN
 Struktur dan Fungsi Bagian Tumbuhan
VI. METODE PEMBELAJARAN
 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

VII. KEGIATAN PEMBELAJARAN


A. Kegiatan Awal (5 menit )
1. Salam
2. Doa pembuka
3. Pengkondisian kelas
4. Absensi

36
5. Menjelaskan tentang kondisi kelas sesuai dengan model pembelajaran yang
diterapkan
B. Kegiatan Inti (25 menit)
1. Guru menyampaikan materi yang akan dibahas
2. Guru membahas materi dan siswa mendengarkan dengan saksama
3. Guru memberikan pertanyaan kepada siswa untuk dicarikan jawabannya

4. Mengelompokan siswa dalam beberapa kelompok


5. Membagi LKS dan bahan-bahan yang akan digunakan kepada masing-masing
kelompok
6. Membimbing siswa dalam melaksanakan belajar secara berkelompok
7. Memberikan kesempatan kepada setiap kelompok untuk menanyakan hal-hal
yang tidak dipahami dalam pelaksanaan belajar tentang materi yang diajarkan
8. Siwa kemudian lanjutkan belajar berkelompoknya dan mendiskusikan
jawaban yang telah mereka pikirkan
9. Setelah jawabannya disepakati maka anggota kelompok siap membagi
jawabannya kepada semua peserta (siswa) dalam kelas
10. Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa.
11. Guru bersama siswa saling meluruskan kesalah pahaman,memberi penguatan
dan penyimpulan
12. Siswa yang berhasil di berikan reward dengan klasifikasi capaian berupa
Good Team (tim baik), Great Team (tim hebat) dan Super Team (tim super)
C. Kegiatan Akhir
1. Siswa membuat rangkuman.
2. Guru dan siswa melakukan refleksi.
3. Guru memberikan tugas rumah.

D. Sumber belajar
1. Buku IPA SD kelas IV
2. Reverensi yang lain yang relevan
3. Tumbuhan yang ada di lingkungan sekitar

37
F. Penilaian
Tekhnik penilaian dan bentuk instrumen

Tekhnik Bentuk Insrumen

Tes Tertulis Tes Bentuk Esay


Ternate, Juni 2018

Mengetahui,
Kepala SD GuruMata Pelajaran

…………….. Euis Yosmahwaty


NIP…………………… NPM.386-206-16-152

38
Lampiran 2
SOAL TES

Sekolah : SD Negeri 18 Kota Ternate


Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam ( IPA )
Kelas/Semester : IV/1
Materi Pokok : Struktur dan Fungsi bagian tumbuhan

Isilah titik-titik di bawah ini dengan jawaban yang benar!


1. Akar yang cabangnya tumbuh tegak lurus ke atas disebut….
2. Bagian akar yang berfungsi menyerap air dan mineral adalah…
3. Bagian akar yang melindungi ujung akar agar tidak rusak saat menembus
tanah adalah….
4. Jambu, mawar, durian dan mangga adalah tumbuhan yang mempunyai jenis
akar….
5. Jagung, Tebu adalah tanaman yang mempunyai akar…..
6. Fungsi utama akar bagi tumbuhan adalah….
7. Contoh tumbuhan yang mempunyai batang basah adalah…
8. Contoh tumbuhan yang mempunyai batang kayu adalah…
9. Batang berkambium dimiliki oleh tumbuhan…..
10. Fungsi utama batang adalah……tumbuhan

39

Anda mungkin juga menyukai