Anda di halaman 1dari 76

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pembelajaran fikih di Madrasah Tsanawiyah bertujuan untuk membekali
peserta didik agar dapat: (1) mengetahui dan memahami pokok- pokok hukum
Islam dalam mengatur ketentuan dan tata cara menjalankan hubungan manusia
dengan Allah yang diatur dalam fikih ibadah dan hubungan manusia
dengan sesama yang diatur dalam fikih muamalah. (2) Melaksanakan dan
mengamalkan ketentuan hukum Islam dengan benar dalam melaksanakan
ibadah kepada Allah dan ibadah sosial. Pengalaman tersebut diharapkan
menumbuhkan ketaatan menjalankan hukum Islam, disiplin dan tanggung
jawab sosial yang tinggi dalam kehidupan pribadi maupun sosial.
Dalam proses pendidikan, pembelajaran merupakan salah satu aktivitas
yang paling utama sehingga keberhasilan dari pendidikan tergantung pada
efektivitas tidaknya pembelajaran tersebut. Dengan memahami pembelajaran
dengan tepat seorang guru dapat mengajar dengan baik. Secara umum
pembelajaran dapat diartikan sebagai satu proses perubahan, yaitu
perubahan dalam prilaku sebagai hasil interaksi antara peserta didik dengan
lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidup. Dari pemahaman mengenai
pembelajaran di atas dapat dipahami bahwa dalam pembelajaran terdapat
proses untuk memperoleh perubahan.1
Diakui atau tidak, memang pendidikan di Indonesia dewasa ini masih
berorientasi pada satu profesi atau jabatan semata. Hal ini bisa dilihat dari
pemaknaan pendidikan sebagai transfer of knowledge. Akibatnya dalam proses
kegiatan belajar mengajarnya seorang guru hanya mentransfer pengetahuan

1
Mohamad Surya, Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran, (Bandung : Pustaka Bani Quraisy,
2003), hlm. 7

1
yang dimilikinya kepada peserta didik tanpa melibatkan mereka secara aktif
dalam proses kegiatan belajar mengajar.
Tidak dipungkiri bahwa pengalihan pengetahuan maupun keterampilan
sangat perlu. Akan tetapi, apabila pengalihan tersebut hanya berhasil
meneruskan sesuatu dari pendidik yang mengetahui kepada peserta didik yang
belum mengetahui dan tidak mampu untuk membina kemampuan dan
ketanggapan peserta didik untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan itu
dalam situasi hidup yang dihadapinya sehari-hari, maka pembelajaran tidak
mencapai sasarannya. Pembelajaran harus mampu membina kemahiran peserta
didik untuk secara kreatif dapat menghadapi situasi sejenis, bahkan situasi
yang baru sekalipun dengan cara yang memuaskan.2
Pemikiran kreatif yang dapat menelurkan tindakan kreatif pula wajib
dibina dalam tiap pembelajaran, terutama pada masa sekarang ini yang penuh

dengan perubahan yang tidak menentu. Hal ini sangat penting untuk
ditekankan karena proses pembelajaran yang dilaksanakan para guru kita
kebanyakan adalah kurang adanya usaha pengembangan berpikir serta
mengikutsertakan siswa dalam setiap proses pembelajaran. Pada mata pelajaran
apa pun guru lebih banyak mendorong para siswanya agar dapat menguasai
sejumlah materi pelajaran.3 Martini Yamin mengungkapkan bahwa hasil
temuan para ahli terdapat kecenderungan prilaku guru dalam kegiatan
pembelajaran yang lesu, pasif, dan prilaku yang sukar dikontrol. Prilaku
semacam ini diakibatkan oleh satu proses pembelajaran yang tidak banyak
melibatkan siswa dalam kegiatan pembelajaran karena waktu tersita oleh
penyajian materi yang serius, tidak menggunakan media pembelajaran dalam

2
Ad Roijakkers, Mengajar dengan Sukses; Petunjuk untuk Merencanakan dan
Menyampaikan Pengajaran, cet. IX (Jakarta: PT. Grasindo, 1993), hlm.xix.

3
Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Jakarta:
Kencana, 2006), hlm. 7

2
menyampaikan materi, siswa tidak termotivasi, dan tidak terdapat satu interaksi
pembelajaran. 4
Kesalahan dalam pendidikan selama ini adalah proses pengajaran di kelas,
sering kali guru menganggap siswa sebagai gelas kosong yang dapat di isi oleh
ilmu pengetahuan (informasi) apapun oleh guru. Saya jarang menemukan guru
yang benar-benar memperhatikan aspek perasaan/emosi siswa, kesiapan untuk
belajar secara fisik maupun psikis, yang kerap terjadi adalah guru masuk kelas,
siswa duduk manis dan diam lalu guru langsung mengajar.5
Yang demikian juga masih berlaku pada siswa MTs Negeri Planjan
kelas efektif dan menimbulkan kejenuhan siswa dalam kelas, serta
kendekatan keterampilan proses dengan pembelajaran teori. Guru masih
menggunakan metode ceramah dan tanya jawab, sehingga pembelajaran tidak
melibatkan siswa secara aktif. 6
Metode problem solving (pemecahan masalah) merupakan satu
metode pembelajaran yang mendorong siswa untuk mencari dan memecahkan
masalah-masalah tertentu. Metode ini bukan hanya sekedar metode belajar
biasa tetapi juga merupakah metode berpikir, sebab dalam problem solving dapat
menggunakan metode-metode lainnya yang di mulai dengan mencari data
.
sampai kepada menarik kesimpulan
Guru diminta menerapkan metode pembelajaran problem solving, yang
menekankan pada aktivitas siswa untuk menemukan sesuatu, mendapatkan
sesuatu yang menjadi fokus perhatian. Dalam praktek pengajaran, siswa sebagai
objek dan subjek belajar yang mempunyai kemampuan untuk berkembang
secara maksimal. Guru memberikan tantangan agar dapat diselesaikan sendiri
4
Martinis Yamin, Kiat Membelajarkan Siswa, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2007),
5
Adi W Gunawan, Genius Learning Strategi : Petunjuk Praktis Uintuk Menerapkan Accelerated
Learning, (Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 2004), hlm. 4
6
Ismail. SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, (Semarang : Rasail Media Grup,
2008), hlm.22

3
oleh murid, guru mengemukakan satu permasalahan dan murid melakukan
penyelidikan dan berupaya untuk menemukan jawaban pemecahan
masalahnya.Berangkat dari latar belakang di atas mendorong peneliti untuk
melakukan penelitian dengan judul "Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar
Siswa pada Mata Pelajaran Fikih Kelas IX Melalui Metode Problem solving
Studi Tindakan di MTs Negeri Planjan Kesugihan, Cilacap "

B. PENEGASAN ISTILAH
Peneliti mempertegas dan memperjelas kata-kata yang terdapat pada judul
penelitian ini sebagai berikut:
1. Upaya Meningkatkan
Usaha, ikhtiar (untuk mencapai maksud, memecahkan persoalan, mencari
jalan keluar, dsb): daya upaya7
Upaya yang dimaksud di sini adalah usaha yang dilakukan guru dalam
pembelajaran fikih untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Kata meningkatkan berasal dari kata tingkat artinya menaikkan (derajat,
taraf, dsb), mempertinggi, memperhebat, mengangkat diri. Mendapat
awalan "me" dan "kan" yang mengandung arti usaha menuju yang lebih
baik
Upaya meningkatkan dalam penelitian ini adalah usaha guru untuk
meningkatkan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran fikih pada
materi muamalah selain jual beli.
2. Prestasi Belajar.
Prestasi belajar merupakan perubahan tingkah laku secara keseluruhan
yang dimiliki seseorang. Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut
perubahan tingkah laku kognitif, afektif dan psikomotorik. Prestasi belajar
7
Hasan Alwai, et.al., Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005),
hlm. 1250.

4
yang dimaksud pada penelitian ini adalah keaktifan siswa dalam
pembelajaran dan pencapaian nilai KKM yaitu nilai 70.
3. Pelajaran Fikih
Pelajaran Fikih merupakan salah satu materi Pendidikan Agama Islam yang
diajarkan dilingkungkan madrasah, khususnya di Madrasah Tsanawiyah
Negeri Planjan Kesugihan, Cilacap. Penelitian ini dilakukan di kelas XI
pada semester genap dengan materi qiradl dan gadai
4. Metode Problem solving
Metode problem solving (pemecahan masalah) merupakan satu metode
pembelajaran yang mendorong siswa untuk mencari dan memecahkan
masalah-masalah tertentu
5. MTs Negeri Planjan
MTs Negeri Planjan yang setingkat SLTP di bawah naungan Yayasan
Negeri Planjan yang berlokasi di kec. Kesugihan kab. Cilacap.
Dari penegasan istilah di atas, maka dapat diketahui dengan jelas
bahwa penelitian ini diarahkan pada peningkatan prestasi belajar siswa kelas
IX dengan menggunakan metode problem solving pada mata pelajaran fikih.

C. IDENTIFIKASI MASALAH
Maslah yang dihadapi peserta didik dan guru mata pelajaran fikih di MTs
Negeri Planjan Kesugihan Cilacap adalah sebagai berikut:
1. Guru masih menggunakan pendekatan konvensional dalam pembelajaran.
2. Peserta didik kurang aktif dalam pembelajaran fikih khususnya pada mata
pelajaran muamalah selain jual beli.
3. Prestasi siswa dalam mata pelajaran fikih masih rendah. Dari beberapa
siswa yang masih mendapatkan nilai di bawah KKM yaitu nilai 70.

5
D. PEMBATASAN MASALAH
Metode problem solving digunakan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa
kelas IX MTs Negeri Planjan Kesugihan dalam mata pelajaran Fikih materi
pokok qiradl dan gadai
E. RUMUSAN MASALAH
Apakah metode pembelajaran probem solving dapat meningkatkan prestasi
belajar siswa pada mata pelajaran fikih kelas IX MTs Negeri Planjan Kesugihan
Cilacap?
F. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat yang diharapkan dapat dicapai dari penelitian ini adalah:
1. Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis penelitian ini adalah menambah khasanah pengembangan
pengetahuan pembelajaran fikih dengan menggunakan metode problem
solving.
2. Manfaat Praktis
a. Diterapkannya satu metode pembelajaran yang dapat memberi nuansa
siswa siap menghadapi masalah, memecahkannya, dan siap
menghadapi masalah baru yaitu metode pembelajaran Problem solving.
b. Bagi guru, di perolehnya satu kreativitas variasi pembelajaran yang
lebih menekankan pada tuntunan kurikulum KTSP 2007 yaitu memberi
banyak keaktifan siswa dan guru sebagai fasilitator dengan metode
Problem solving

6
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Metode Problem solving


1. Pengertian Metode Problem solving
Metode berasal dari kata meta dan hodos “meta” berarti melalui dan
“hodos” berarti jalan atau cara. Secara bahasa, metode berarti cara atau
jalan yang dilalui untuk mencapai tujuan tertentu8.Metode adalah cara yang
digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam
kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal.
Metode digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan.
Metode dalam sistem pembelajaran memegang peranan yang sangat penting.
Keberprestasian implementasi strategi pembelajaran sangat tergantung
pada cara guru menggunakan metode pembelajaran. suatu strategi
pembelajaran dapat diimplementasikan melalui penggunaan metode
pembelajaran9
Metode mengajar adalah cara yang dipergunakan oleh guru dalam
mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran.
Peranan metode mengajar sebagai alat untuk menciptakan proses
mengajar dan belajar. Melalui metode diharapkan tumbuh berbagai kegiatan
belajar siswa sehubungan dengan kegiatan mengajar guru. Terciptanya
interaksi edukatif ini, guru berperan sebagai penggerak dan pembimbing,
sedangkan siswa berperan sebagai penerima atau yang dibimbing. Proses
interaksi ini akan berjalan baik kalau siswa banyak aktif dibandingkan

8
M.Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumu Aksara, 2003), Cet. 5, hlm. 61
9
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorentasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:
Kencana Prenada Media, 2007), hlm. 147.

7
dengan guru. Metode mengajar yang baik adalah metode yang dapat
menumbuhkan kegiatan belajar siswa10
Problem solving (pemecahan masalah) merupakan suatu metode
pembelajaran yang mendorong siswa untuk mencari dan memecahkan
masalah-masalah tertentu. Metode ini bukan hanya sekedar metode
belajar biasa tetapi juga merupakan metode berpikir, sebab dalam
problem solving dapat menggunakan metode-metode lainnya yang di
mulai dengan mencari data sampai kepada menarik kesimpulan.11 Metode
problem solving adalah suatu tehnik instruksional di mana dalam proses
belajar mengajar siswa diharapkan dengan suatu masalah. Bentuk pengajaran
terutama memberi motivasi kepada siswa untuk menyelidiki masalah-
masalah yang ada dengan menggunakan cara-cara dan keterampilan ilmiah
dalam rangka mencari penjelasan. Pengajaran ini untuk menolong siswa
mengembangkan keterampilan-keterampilan penemuan ilmiah (scientific
problem solving). Pengajaran ini untuk menarik siswa menyelidiki sejumlah
informasi dalam rangka mencari pemecahan masalah serta untuk melatih
siswa mengembangkan fakta- fakta, membangun konsep-konsep dan
menarik kesimpulan umum atau teori-teori yang menerangkan
fenomena-fenomena yang dihadapkan kepadanya.12
Beberapa pengertian tersebut penulis dapat mengambil kesimpulan
bahwa metode problem solving adalah suatu metode di mana dalam
pembelajarannya siswa dihadapkan pada suatu masalah kemudian siswa
disuruh menganalisis sehingga memperoleh suatu jawaban atas masalah
tersebut.

10
Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar,(Bandung: Sinar Baru

Algensindo, 1995), Cet. 3, hlm. 76.


11
Ismail. SM, Op. Cit, (Semarang : Rasail Media Grup, 2008), hlm.22
12
Udin S.Winataputra, Strategi Belajar Mengajar IPA, (Unifersitas Terbuka, 2001), Cet. 2 hlm.
222.

8
Penggunaan metode problem solving dalam proses belajar mengajar,
untuk melatih siswa melakukan berbagai macam aktivitas, yaitu
pengamatan, penyelidikan, percobaan, membandingkan penemuan yang satu
dengan yang lain, mengajukan pertanyaan dan mencari jawaban atas
pertanyaan sendiri. Sehingga prestasi dari kegiatan itu siswa akan
mendapatkan fakta-fakta secara lengkap tentang obyek yang diamati.
2. Ciri-Ciri Khusus Pembelajaran Problem Solving
Menurut Trianto pembelajaran problem solving memiliki ciri-ciri khusus,
yaitu:
a. Pengajuan pertanyaan atau masalah.
Pembelajaran berdasarkan masalah mengorganisasikan pengajaran di
sekitar pertanyaan dan masalah yang dua-duanya secara sosial penting
dan secara pribadi bermakna untuk siswa. Mereka menunjukkan
situasi kehidupan nyata, menghindari jawaban sederhana dan
memungkinkan adanya berbagai macam solusi untuk situasi itu.
b. Berfokus antar keterkaitan disiplin.
Meskipun pembelajaran berdasarkan masalah berpusat pada mata
pelajaran tertentu yaitu fikih. Masalah yang dipilih benar-benar nyata
agar dalam pemecahannya, siswa meninjau masalah tersebut dari
banyak mata pelajaran.
c. Penyelidikan autentik.
Pembelajaran berdasarkan masalah mengharuskan siswa melakukan
penyelidikan autentik untuk mencari pemecahan nyata terhadap
masalah nyata.
d. Menghasilkan produk/pemecahan masalah.
Pembelajaran berdasarkan masalah menuntut siswa untuk
menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya nyata atau artefak dan
peragaan yang menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian

9
masalah yang mereka temukan, produk itu dapat berupa transkrip
debat.
e. Kolaborasi
Pembelajaran berdasarkan masalah di cirikan oleh seorang siswa yang
bekerja sama antara satu dengan yang lainnya, paling sering secara
berpasangan atau dalam kelompok kecil.13
Sedangkan menurut Udin Syarifuddin mengatakan bahwa ciri- ciri
pembelajaran problem solving adalah sebagai berikut:
a. Memiliki anggota kelompok yang bersifat luwes.
b. Waktu pertemuan bervariasi sesuai dengan tingkat kesulita
kasus/masalah.
c. Parapeserta didik dihadapkan pada suasana problemik.
d. Para peserta dituntut untuk berbagi evaluasi terhadap kasus dan
memberi jalan melekukan tindakan.14
3. Tujuan dan Manfaat Metode Problem solving
Tujuan adalah suatu cita-cita yang akan dicapai dalam kegiatan
belajar mengajar. Tujuan akan menjadi pedoman yang memberi arah ke
mana kegiatan belajar mengajar akan tercapai bila seorang guru bisa memilih
dan menerapkan strategi yang tepat. Tujuan dirumuskan agar anak didik
memiliki keterampilan tertentu, maka strategi atau metode yang
digunakan harus sesuai dengan tujuannya. Seorang guru sebaiknya
menggunakan strategi atau metode yang dapat menunjang kegiatan
belajar mengajar, sehingga dapat dijadikan sebagai alat yang efektif untuk
mencapai tujuan pengajaran15

13
Trianto, Model-model Pembelajran Inovatif Beroriantasi Konstruktivistik, (Jakarta : Prestasi
Pustaka, 2007), hlm. 69-70
1417
Udin Syarifuddin, Model-Model Pembelajaran, (Jakarta: PAN-PPAI Universitas

Terbuka, 1996), hlm. 147-148


1518
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka

10
Seorang guru menggunakan metode problem solving dengan tujuan:
agar siswa terangsang oleh tugas, dan aktif mencari serta meneliti
pemecahan masalah itu sendiri, mencari sumber dan belajar bersama di
dalam kelompok. Diharapkan juga siswa mampu mengemukakan
pendapatnya, berdebat, menyanggah dan memperhatikan pendapatnya,
menumbuhkan sikap objektif, jujur, hasrat ingin tahu, terbuka dan lain
sebagainya16.
Menurut Bruner sebagaimana dikutip Syaiful Bahri Djamarah dan
Aswan Zain, sistem pembelajaran ini bertujuan: agar prestasi belajar dengan
cara ini lebih mudah dihafal dan diingat, mudah ditransfer untuk
memecahkan masalah. Pengetahuan dan kecakapan anak didik dapat
menumbuhkan motivasi intrinsik, karena anak didik merasa puas atas
usahanya sendiri17
Tujuan pelaksanaan problem solving adalah mengarah pada
peningkatan kemampuan baik dalam bentuk kognitif, afektif, maupun
psikomotor. Hal ini tidak terlepas dari tujuan dan perencanaan
(kurikulum) pengajaran, sehingga tujuan pengajaran dapat tercapai sesuai
dengan pemilihan strategi belajar mengajar.
Metode problem solving adalah suatu metode yang dapat disusun oleh
guru dalam proses belajar mengajar sebagai alat untuk mencapai tujuan
pendidikan. Melalui metode ini peserta didik akan mampu mengembangkan
ingin tahunya, dan keberanian berpartisipasi dalam proses belajar

mengajar18 Manfaat diterapkannya metode problem solving yaitu :


a) Merupakan suatu cara belajar siswa aktif.

Cipta, 2002), Cet 2, hlm. 84.


16
Roestiyah NK, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Pt Rineka Cipta, 1998), Cet 5,,hlm.76.
17
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan zain, op.cit., hlm. 23
18
Syaiful Nurdin, Guru Professional dan Implementasi Kurikulum, (Jakarta: PT Inter masa, 2002),
hlm. 129

11
b) Melalui penemuan sendiri, dan menyelidiki sendiri, maka hasil yang
diperoleh akan tahan lama dalam ingatan, tak mudah dilupakan.
c) Pengertian yang ditemukan sendiri merupakan pengertian yang betul-
betul dikuasai dan mudah digunakan atau ditransfer dalam situasi lain.
d) Anak belajar berfikir analisis dan mencoba memecahkan problema
yang dihadapi sendiri, kebiasaan ini akan ditransfer dalam kehidupan
bermasyarakat.19
e) Metode ini akan meningkatkan potensi intelektual siswa. Melalui
metode ini siswa diberi kesempatan untuk mencari dan menemukan
hal-hal yang saling berhubungan melalui pengamatan dan
pengalamannya sendiri.
f) Jika siswa telah berhasil dalam penemuannya, ia akan memperoleh
kepuasan intelektual, yang datang dari diri siswa sendiri yang
merupakan suatu hadiah intrinsik
g) Belajar bagaimana melakukan penemuan hanya dapat dicapai secara
efektif melalui proses melakukan penemuan.20

B. Pembelajaran Fikih
1. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran adalah setiap kegiatan yang dirancang oleh guru
untuk membantu peserta didik mempelajari suatu kemampuan dan atau nilai
yang baru dalam suatu proses yang sistematis melalui tahap rancangan,
pelaksanaan, dan evaluasi dalam konteks kegiatan belajar mengajar.
Menurut Clifford T. Morgan ”Learning is relatively permanent
change in behavior which occurs as result of experience or practice´.21

19
B.Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta: PT Rineka cipta, 2002), Cet 1,
hal. 191-192.
20
Udin S.Winataputra, Op cit, hlm. 226
21
Clifford T. Morgan, Introduction To Psycholog, ( New York: Crow Hill, t. th. ), hlm187.

12
(Pembelajaran adalah perubahan tingkah laku yang relatif tetap yang
merupakan hasil dari pengalaman /latihan).
Dalam Wikipedia dijelaskan bahwa “Learning is a process that brings
together cognitive, emotional, and environmental influences and experiences
for acquiring, enhancing, or making changes in one's knowledge, skills,
values, and world views (Ormorod: 1995)
(Pembelajaran adalah proses yang membawa secara bersama
pengetahuan kognitif, emosi, dan pengaruh lingkungan serta pengalaman
untuk mendapatkan, memperluas atau membuat perubahan terhadap
pengetahuan, keahlian, nilai-nilai, dan pandangan terhadap dunia yang
dimiliki seseorang).
Dari definisi pembelajaran di atas dapat disimpulkan bahwa dalam
pembelajaran guru dituntut untuk memiliki kemampuan dalam hal
merancang, melaksanakan dan melakukan evaluasi pembelajaran
sehingga diharapkan hasil dari pembelajaran tersebut adalah adanya
perubahan pada diri peserta didik baik dalam pengetahuan, sikap dan
prilaku.
Sedangkan menurut Mulyasa: Pembelajaran adalah proses interaksi
antara peserta didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi perilaku ke arah
yang lebih baik.
Menurut Undang-Undang SISDIKNAS No. 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional: Pembelajaran adalah proses
interaktif peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu

lingkungan belajar. 22 Interaksi yang terjadi dalam proses pembelajaran


banyak faktor yang mempengaruhinya, baik faktor internal yang datang dari
dalam diri individu, maupun eksternal yang datang dari lingkungan peserta
didik itu sendiri. Untuk itu seorang pendidik dengan mengetahui beberapa

22
Undang-Undang SISDIKNAS Nomor 20 Tahun 2003 (Bandung: Fokos Media, 2006),

13
faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran maka bagaimana seorang
pendidik untuk dapat memberikan motivasi dan semangat kepada mereka
ketika beberapa faktor yang datang dari luar atau dari luar sebagai
penghambat bagi mereka.

2. Pengertian fikih
Kata fikih, banyak ahli fikih mendefinisikan berbeda-beda, tetapi
mempunyai tujuan yang sama diantarnya:
Menurut Syekh Muhammad Qasim Al-Ghazy:
“Fikih menurut bahasa adalah paham, sedangkan menurut istilah adalah
ilmu tentang hukum yang syar’iyyah amaliah yang diperoleh dari dalil-dalil
yang terperinci.”
Sementara itu, ulama lain mengemukakan bahwa fikih adalah:
Himpunan hukum syara’ tentang perbuatan manusia (amaliah) yang
diambil dari dalil-dalil yang terperinci.
Definisi-definisi di atas dapat disimpulkan, fikih adalah ilmu yang
menjelaskan tentang hukum syar’iyyah yang berhubungan dengan segala
tindakan manusia baik berupa ucapan atau perbuatan. Sehingga dapat
ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran mata pelajaran fikih adalah sebagai
proses belajar untuk mengembangkan kreativitas berpikir yang dapat
meningkatkan kemampuan berpikir peserta didik, serta dapat meningkatkan
kemampuan membangun pengetahuan baru yang di dapat dari pengalaman
dalam proses pembelajaran yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari
mereka. Hal ini sesuai dengan komponen pembelajaran secara kontekstual
bahwa dengan mengaitkan materi pembelajaran yang terdapat dalam
kehidupan sehari-hari atau dalam konteks kehidupan nyata maka proses
pembelajaran benar-benar bermakna dan membekas di benak mereka.
Mata pelajaran fikih yang merupakan bagian dari mata pelajaran Pendidikan
Agama di Madrasah merupakan hal yang penting bagi peserta didik yang

14
secara garis besar untuk memahami pokok-pokok hukum Islam secara
terperinci dan menyeluruh, baik berupa dalil naqli maupun aqli serta
mengamalkan hukum Islam dengan benar.
Mata pelajaran fikih sebagai bagian dari Pendidikan Agama Islam (PAI)
diterangkan bahwa Pendidikan Agama Islam adalah upaya dasar dan
terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami,

menghayati hingga mengimani ajaran agama islam.23 Dalam hal ini proses
pembelajaran fikih di Madrasah Tsanawiyah tidak terlepas dari perang
lembaga Madrasah Tsanawiyah itu sendiri.
Di dalam sistem pendidikan nasional, lembaga pendidikan madrasah diakui
dalam jalur pendidikan sekolah. Dengan kedudukan ini pendidikan
madrasah menggunakan kurikulum yang sama dengan kurikulum

sekolah.24 Kedudukan ini tidak berarti telah menghilangkan identitas dan


watak keislaman, justru dengan adanya mata pelajaran yang jumlah jam
pelajarannya lebih, merupakan suatu ciri khas lembaga pendidikan madrasah.
Madrasah yang di dalamnya terdapat mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam (PAI) yang meliputi mata pelajaran fikih sering menjadi
satu-satunya lembaga yang tersedia bagi masyarakat mulai dari jenjang
Ibtidaiyyah sampai dengan Aliah yang mempunyai nilai plus bagi
masyarakat yaitu di samping ada mata pelajaran umum, peserta didik juga
dibekali dengan pendidikan agama terutama sebagai bekal dan benteng
kehidupan untuk menghadapi tantangan zaman yang semakin hari
semakin berkembang pesat.

23
Abdul Majid, Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi,

(Bandung: PT Remja Rosda Karya, 2004), hlm. 130


2432
Husni Rahim, Arah Baru Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: Logos, 2001), hlm. 10

15
Beberapa mata pelajaran yang terdapat di madrasah termasuk fikih
merupakan daya tarik bagi masyarakat untuk menitipkan putra dan
putrinya untuk belajar di madrasah, guna mempersiapkan dan
menghadapi masa depan dengan benteng keagamaan.Materi belajaran fikih
yang ada di madrasah tidak lepas dari kurikulum pendidikan nasional yang
tidak lain mengacu pada kebutuhan peserta didik dan menyesuaikan
perkembangan zaman. Sehingga pembelajaran fikih yang dilakukan oleh
pendidik benar-benar membekali peserta didik untuk menghadapi tantangan
hidupnya di masa yang akan datang secara mandiri, cerdas, rasional dan
kritis.
Disebutkan dalam buku ilmu fikih bahwa mempelajari ilmu fikih
berguna sebagai patokan untuk bersikap dalam menjalani hidup dan
kehidupan.25
Pembelajaran fikih yang ada di madrasah saat ini tidak terlepas
dari kurikulum yang saat ini ditetapkan oleh pemerintah yaitu Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) sebagaimana dimaksud adalah kurikulum operasional yang disusun
oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. Sehingga
kurikulum ini sangat beragam. Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan yang beragam ini tetap mengacu pada standar nasional
pendidikan. Standar Nasional Pendidikan itu sendiri terdiri atas standar
isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan
prasarana, pengelolaan, pembiayaan dan penilaian pendidikan

3. Karakteristik Fikih
Mata pelajaran Fikih dalam kurikulum Madrasah Tsanawiyah adalah salah
satu bagian dari mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) yang
diarahkan untuk mengenal, memahami, menghayati dan mengamalkan
25
H. A. Djazuli, Ilmu Fiqih, (Jakarta: Prenada Media, 2005), hlm. 31

16
hukum Islam. Hal ini kemudian menjadi dasar pandangan hidup bagi peserta
didik melalui kegiatan sehari-harinya.
Karakteristik suatu pembelajaran dalam mata pelajaran tertentu perlu
diidentifikasikan dalam rangka pengembangan silabus mata pelajaran
tersebut. Struktur suatu mata pelajaran menyangkut dimensi standar
kompetensi, kompetensi dasar dan materi pokok atau struktur keilmuan
mata pelajaran tersebut. Hasil identifikasi karakteristik mata pelajaran
tersebut bermanfaat sebagai acuan dalam mengembangkan silabus dan
rencana pembelajaran bagi seorang pendidik untuk meningkatkan kualitas
mengajarnya.
Sebagaimana lazimnya suatu bidang studi, materi keilmuan mata pelajaran
fikih mencakup dimensi pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill),
dan nilai (value). Hal ini sesuai dengan tujuan pokok pembelajaran mata
pelajaran fikih yaitu mengarahkan peserta didik untuk memahami,
mengenal, menghayati dan mengamalkan hukum Islam yang mengarah pada
penciptaan yang taat dan bertakwa kepada Allah SWT melalui kegiatan
bimbingan, pengajaran, latihan serta pengalaman peserta didik sehingga
menjadi muslim yang selalu bertambah keimanannya kepada Allah
SWT.
Di samping itu mata pelajaran fikih yang merupakan bagian dari
pelajaran agama di madrasah mempunyai ciri khas dibandingkan
pelajaran yang lainnya, karena pada pelajaran tersebut memikul tanggung
jawab untuk dapat memberi motivasi dan kompensasi sebagai manusia yang
mampu memahami, melaksanakan dan mengamalkan hukum Islam dalam
kehidupan sehari-harinya. Di samping mata pelajaran yang mempunyai ciri
khusus juga materi yang diajarkannya mencakup ruang lingkup yang sangat
luas yang tidak hanya dikembangkan di kelas. Ruang lingkup yang
sedemikian luas dari mata pelajaran fikih, memungkinkan melakukan
pembelajaran di lapangan masyarakat. Hal ini sesuai dengan pembelajaran

17
problem solving bahwa dalam pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan problem solving di dalamnya terdapat beberapa komponen yang
memungkinkan siswa untuk terjun langsung dalam masyarakat luas yang
maksudnya materi yang diajarkan berkaitan dengan permasalahan yang
peserta didik hadapi secara nyata dalam masyarakat.

4. Dasar Bidang Studi Fikih


Dasar pelaksanaan studi fikih dapat dipandang dari berbagai segi yaitu:
a. Segi Yuridis/Hukum
Yakni dasar-dasar pelaksanaan Pendidikan Agama Islam yang bersal dari
perundang-undangan yang secara langsung atau tidak langsung dapat
dijadikan pegangan dalam melaksanakan Pendidikan Agama Islam di
sekolah lembaga pendidikan formal di Indonesia. Dasar dari segi yuridis
formal ini ada dua macam, yaitu:
1) Dasar Ideal
Yakni dasar falsafah Negara yaitu Pancasila, di mana sila yang
pertama adalah Ketuhanan Yang Maha Esa mengandung pengertian
bahwa seluruh bangsa Indonesia harus beragama.
Untuk merealisasikan hal tersebut diperelukan adanya Pendidikan
Agama Islam kepada anak-anak. Karena tanpa adanya Pendidikan
Agama Islam akan sulit mewujudkan Sila pertama dari Pancasila.
2) Dasar Konstitusional
Yakni dasar Undang-Undang Dasar 1945 dalam Bab XI pasal 29 ayat
1 dan ayat 2 yang berbunyi: Ayat 1 Negara berdasarkan ketuhanan
Yang Maha Esa, ayat 2 Negara menjamin tiap-tiap penduduk
untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadah
menurut agama dan kepercayaannya itu.

18
Serta bab XIII Pasal 31 ayat 3 yang berbunyi:
Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sistem
pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan
serta akhlak yang mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa yang diatur oleh Undang-undang.
b. Dasar Religius
Yang dimaksud dasar religius dalam rincian ini adalah yang
bersumber pada ajaran agama Islam yang terdapat dalam ayat Al-
quran maupun hadits.
Dalam Al-quran banyak ayat-ayat menunjukkan perintah tersebut,
antara lain dalam Surat At-taubah ayat 22
Artinya: mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Sesungguhnya
disisi Allah-lah pahala yang besar.
Dan disebutkan pula dalam hadits:
Artinya: Dari Anas bin Malik R.A dia berkata: Rasulullah Saw bersabda:
Menuntut ilmu diwajibkan atas setiap muslim. (H.R Ibnu Maajah)26
c. Dasar Psikologis
Sudah menjadi fitrah manusia yaitu hidup berkelompok- kelompok,
saling membutuhkan dan memiliki kebudayaan serta
keyakinan/kepercayaan masing-masing. Mereka akan merasa tenang
dan tenteram hatinya dan mengabdi kepada bahwa Zat Yang Maha
Kuasa.27
Hal semacam ini memang sesuai dengan Firman Allah dalam
surat Ar-Ra'du ayat 28, yang berbunyi:

26
Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah, (Mesir: Darul Fikr, t.th), hlm.81.
27
Zuhairini, dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam, (Surabaya: Usaha Nasional,

1983), hlm. 21-23.

19
Artinya: ketahuilah hanya dengan ingat kepada Allah hati akan
menjadi tenteram (Q.S. Ar-Ra'd: 28)28

5. Materi Qiradl dan Gadai


Materi pelajaran adalah isi dari materi pelajaran yang diberikan kepada
38
siswa sesuai dengan kurikulum yang digunakan .
Komponen pembelajaran fikih yang diperlukan guru adalah standar
kompetensi dan kompetensi dasar.
a. Standar kompetensi
Standar kompetensi adalah kemampuan lulusan yang mencakup
pengetahuan, keterampilan, dan sikap, yang digunakan sebagai
pedoman penilaian dalam penentuan kelulusan peserta didik dari satuan
pendidikan. Standar kompetensi dalam materi qiradl dan gadai adalah
untuk Memahami dasar dan bentuk-bentuk qiradl dan gadai.
b. Kompetensi dasar
Kompetensi dasar adalah kemampuan yang harus dimiliki siswa
dalam mata pelajaran sebagai rujukan penyusunan indikator.
Kompetensi dasar dalam materi qiradl dan gadai adalah menjelaskan tata
cara pelaksanaan qiradl dan gadai dan jaminan yang baik.
Qiradl dan gadai adalah bentuk muamalah yang dibenarkan dalam islam
selama mengikuti prinsip-prinsip hukum islam, terlebih jaminan dalam
bertransaksi qiradl dan gadai ini tergantung pada sikap amanah
pelakunya. Maka perlu diupayakan alternatif yang bisa membantu siswa
agar mudah memahami qiradl dan gadai. Cara yang dapat ditempuh
antara lain siswa diberi tugas rumah mengenai permasalahan qiradl dan
gadai untuk dicari pemecahannya secara individu/berkelompok. Selain
itu siswa ditugasi untuk mendatangi pelaku qiradl dan gadai atau

28
Departemen Agama RI, Op. Cit, (Bandung: Cv Diponrgoro, 2000), hlm. 191.

20
pegadaian untuk mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan qiradl dan
gadai. Setelah itu siswa disuruh mempresentasikan hal-hal yang mereka
temukan mengenai permasalahan qiradl dan gadai. Dengan demikian
siswa tidak hanya tahu lewat keterangan guru saja tetapi siswa dapat
mengetahui dari berbagai sumber mengenai hal-hal qiradl dan gadai
Qiradl merupakan sebuah bentuk kerja sama antara pemilik modal yang
menyerahkan modalnya kepada seseorang untuk atau lembaga untuk
dikelola sehingga mendapatkan keuntungan, sedangkan keuntungannya
dibagi menurut kesepakatan bersama dan jika terjadi kerugian
ditanggung pemilik modal. Dilihat dari yang dilakukan antara
pemilik modal dengan pekerja, qiradl terbagi menjadi dua macam,
yaitu:
a Qiradl mutlaqah
b Qiradl muqayadah
Selain dua macam qiradl di atas, jika dilihat dari sudut penyertaan
modal, para ulama memasukkan beberapa bentuk kerja sama ke dalam
qiradl antara lain sebagai berikut:
a. Musaqah yaitu sistem perekonomian di mana pemilik lahan
perkebunan menyerahkan lahannya kepada petani penggarap
untuk ditanami kemudian hasilnya dibagi sesuai kesepakan yang
telah disetujui.
b. Muzzara¶ah yaitu sistem perekonomian di mana pemilik lahan
perkebunan menyerahkan lahannya kepada petani penggarap
untuk ditanami sedangkan benihnya dari petani sebagai bentuk
kerja sama, kemudian hasilnya dibagi sesuai kesepakan yang telah
disetujui.
c. Mukhabarah yaitu sistem perekonomian di mana pemilik lahan
perkebunan menyerahkan lahannya kepada petani penggarap
untuk ditanami sedangkan benihnya dari pemilik lahan sebagai

21
bentuk kerja sama, kemudian hasilnya dibagi sesuai kesepakan yang
telah disetujui
Gadai adalah penyerahan suatu benda (harta) yang bernilai
ekonomis kepada seseorang atau lembaga (gadai persero) sebagai
jaminan atau agunan atas apa yang di hutangnya

C. Penerapan Metode Problem Solving Dalam Pembelajaran Fikih


1. Metode Problem solving Dalam Pembelajaran Fikih
Metode problem solving merupakan metode pembelajaran yang berupaya
menanamkan dasar-dasar berpikir ilmiah pada diri siswa, sehingga dalam
proses pembelajaran ini siswa lebih banyak belajar sendiri,
mengembangkan kreativitas dalam memecahkan masalah. Siswa benar-
benar ditempatkan sebagai subjek yang belajar. Peran guru dalam
pembelajaran dengan metode problem solving adalah sebagai
pembimbing dan fasilitator. Tugas guru adalah memilih masalah yang perlu
disampaikan kepada kelas untuk dipecahkan. Namun dimungkinkan juga
bahwa masalah yang akan dipecahkan dipilih oleh siswa. Tugas guru
selanjutnya adalah menyelidiki sumber belajar bagi siswa dalam rangka
memecahkan masalah. Bimbingan dan pengawasan guru masih
diperlukan, tetapi intervensi terhadap kegiatan siswa dalam pemecahan
masalah harus dikurangi.
Penggunaan metode problem solving dalam pembelajaran Fikih diharapkan
siswa tidak hanya tergantung dari guru saja. Siswa harus lebih aktif dalam
mencari segala sesuatu yang akan atau sudah dipelajari, tidak hanya
menghafal materi yang sudah diajarkan saja tetapi harus benar- benar
dipahami, sehingga pengetahuan lebih menunjukkan pada pengalaman
seseorang. Tanpa pengalaman seseorang tidak dapat membentuk.
pengetahuan bukanlah sesuatu yang harus ditransfer begitu saja dari bentuk
guru ke dalam bentuk siswa. Guru hanya bersifat mengarahkan, tidak ikut

22
campur tangan penuh dalam proses belajar. Siswa dituntut untuk
mandiri dan aktif mencari sendiri segala sesuatu yang berhubungan
dengan materi yang dipelajari baik dalam diskusi maupun individu.
Strategi pembelajaran problem solving adalah rangkaian kegiatan
pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan
analisis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu
masalah yang dipertanyakan. Proses berpikir itu sendiri biasanya
dilakukakan melalui tanya jawab antara guru dan siswa. Pendekatan problem
solving merupakan pendekatan mengajar yang berusaha mengembangkan
cara berpikir ilmiah. Pendekatan ini menempatkan siswa lebih banyak
belajar sendiri dan mengembangkan kekreatifan dalam pemecahan
masalah. Siswa betul-betul ditempatkan sebagai subyek belajar.29
Pendekatan problem solving berprinsip menjadikan anak didik sebagai
individu yang mempunyai potensi untuk mencari dan mengembangkan
dirinya. Guru tidak perlu menjejali anak didik dengan segudang
informasi, sehingga membuat anak didik kurang kreatif dengan mencari dan
menemukan informasi ilmu pengetahuan yang ada dalam buku-buku bacaan.
Guru memberi kesempatan kepada anak didik untuk mencari dan
menemukan sendiri dasar pijakan bagi anak didik. Cara mengajar seperti ini
akan menemukan kepercayaan pada diri anak didik tentang apa yang mereka
lakukan.
Pendekatan problem solving dalam pembelajaran adalah solusi dari
berbagai persoalan pembelajaran pada saat ini, karena pendekatan problem
solving merupakan pendekatan yang berpusat pada ”Student centered´
siswalah yang memegang peranan utama, siswa harus berpikir sendiri. Guru
harus menolong setiap murid dalam kesulitan yang dihadapi, seperti :

29
Nana Sudjana, op.cit., hlm. 154

23
memperjelas tujuan, mencari sumber-sumber, membatu murid dalam segala
hal yang memerlukan guru dan sebagainya. 30
Hal ini diterangkan dalam firman Allah surat As Shaff ayat 2-3 sebagai
berikut :
”Hai orang-orang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak
kamu perbuat. Amat besar kebencian disisi Allah bahwa kamu mengatakan
apa-apa yang tidak kamu ketahui”
Ayat tersebut menerangkan, bahwa untuk mendorong manusia terdidik agar
mengamalkan segala pengetahuan yang telah diperoleh dalam proses
belajar mengajar atau pengamatan dari keyakinan dan sikap yang mereka
hayati dan pahami sehingga benar-benar nilai yang telah ditransformasikan
ke dalam diri manusia didik akan mengprestasikan buah yang
bermanfaat bagi diri dan masyarakat sekitar. Hal ini menjadi prinsip
keharusan dalam proses belajar mengajar, manusia diberi pelajaran
ilmu pengetahuan baru yang dapat menarik minat dan mendorong
untuk belajar aktif dan kreatif melalui teknik problem solving.31
Seorang guru menggunakan teknik ini dengan tujuan: agar siswa terangsang
oleh tugas, aktif mencari dan meneliti pemecahan masalah itu sendiri,
mencari sumber dan belajar bersama di dalam kelompok. Diharapkan juga
siswa mampu mengemukakan pendapatnya, berdebat, menyanggah, dan
mempertahankan pendapatnya, menumbuhkan sikap objektif, jujur, hasrat
ingin tahu, terbuka dan sebagainya.
Pembelajaran dengan metode problem solving, guru menyajikan bahan
pelajaran tidak dalam bentuk yang final dengan kata lain guru tidak
memberikan konsep-konsep fikih yang sudah jadi. Siswalah yang diberi
kesempatan untuk mencari dan menemukannya sendiri konsep-konsep. Guru

30
B.Suryosubroto, Op Cit., hlm. 9
3142
H.M.Arifin, op.cit., hlm. 207.

24
berperan sebagai penyedia fasilitas, motivator, dan menciptakan suasana
kondusif.
Guru mempunyai peranan penting dalam menciptakan kondisi pembelajaran
yang mendorong keaktifan siswa. Usaha untuk menciptakan kondisi
pembelajaran yang dapat melibatkan peran aktif siswa, membutuhkan
kemampuan siswa dalam menerapkan pendekatan strategi pembelajaran
yang sesuai dan bervariasi agar siswa tidak merasa bosan. Salah satu
alternatif yang dapat digunakan untuk memperbaiki proses pembelajaran
adalah dengan menerapkan pendekatan melalui strategi problem solving.
Pembelajaran menggunakan pendekatan melalui strategi problem solving,
membangun pengetahuan siswa dengan cara mengaitkan informasi baru
dengan pengetahuan yang dimiliki sebelumnya, sehingga memungkinkan
keingintahuan siswa untuk melakukan penyelidikan sehingga dapat
menemukan sendiri jawabannya.
Pembelajaran fikih dapat mempermudah dan memotivasi siswa untuk
mengenal, menerima, menyerap, dan memahami keterkaitan atau hubungan
antara konsep pengetahuan dan tindakan yang termuat dalam tema
pembelajaran. Melalui metode pembelajaran yang sesuai dengan
kehidupan sehari-hari, peserta didik digiring untuk berpikir luas dan
mendalam untuk menangkap dan memahami hubungan konseptual yang
disajikan guru. Selanjutnya peserta didik akan terbiasa berpikir terarah,
dan teratur. Peserta didik akan lebih termotivasi dalam belajar bila mereka
menerapkan apa yang telah dipelajarinya.
Tujuan menggunakan strategi pembelajaran problem solving adalah
mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis, kritis. Siswa
tidak hanya dituntut agar menguasai materi pelajaran, akan tetapi
bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yang dimilikinya. Strategi
pembelajaran problem solving merupakan bentuk dari pendekatan
pembelajaran yang berorientasi kepada siswa (student centered) karena

25
dalam strategi ini siswa memegang peranan yang sangat dominan dalam
proses pembelajaran.32

2. Langkah-Langkah Pelaksanaan Metode Problem solving


Problem solving adalah belajar mencari dan menemukan sendiri. Sistem
belajar mengajar ini guru menyajikan bahan pelajaran tidak dalam bentuk
yang final, tetapi anak didik diberi peluang untuk mencari dan
menemukannya sendiri.
Pembelajaran dengan strategi problem solving membaca keinginan siswa
untuk mengetahui, memotivasi mereka untuk melanjutkan pekerjaannya
hingga menemukan jawaban. Siswa juga belajar memecahkan masalah
secara mandiri dan memiliki keterampilan berpikir kritis, logis, dan

analisis.33 Selama proses problem solving berlangsung seorang guru


mengajukan pertanyaan, memberi kesempatan pada siswa mampu
mengemukakan, menyanggah dan mempertahankan pendapatnya. Apabila
yang diharapkan guru belum tercapai, guru menggali pengetahuan
awal siswa dengan cara memberi pertanyaan sebagai umpan balik kepada
siswa, supaya siswa termotivasi menjawab pertanyaan dari guru.
Proses problem solving menuntut guru bertindak sebagai fasilitator,
nara sumber, dan penyuluh kelompok. Siswa didorong untuk mencari
45
pengetahuan sendiri.
Strategi belajar problem solving dapat dilaksanakan dengan berbagai variasi
dalam mengajar antara lain dengan observasi, tanya jawab, dan diskusi.
Suatu pendekatan pembelajaran perlu didukung oleh strategi pembelajaran
yang bervariasi supaya siswa aktif dan tidak bosan dengan cara mengajar
guru. Salah satu strategi yang banyak dipakai dalam mengajar adalah
dengan problem solving.
32
Wina Sanjaya, op.cit., hlm. 196-197.
33
W.Gulo, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Grasindo, 2002), Cet. 1, hlm. 85.

26
Langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran problem solving adalah:
a. Orientasi siswa pada masalah
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang
diperlukan, memunculkan fenomena atau cerita yang memunculkan
masalah memotivasi siswa untuk terlibat dalam pemecahan masalah
yang disampaikan.
b. Mengorganisasi siswa untuk belajar.
Guru membantu siswa untuk mendefinisikan dan mengorganisasi tugas
belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.
c. Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok
Guru mendorong siswa untuk menggali informasi yang sesuai,
melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dan
pemecahan masalah
d. Mengembangkan dan menyajikan prestasi karya.
Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang
sesuai dengan laporannya
e. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.
Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap
tugas mereka, dan proses-proses yang mereka gunakan.34
Metode problem solving merupakan komponen dari praktek pendidikan
yang meliputi metode mengajar yang memajukan cara berpikir,
belajar aktif, berorientasi pada proses, mengarahkan sendiri, mencari
47
sendiri dan reflektif . Sehingga strategi ini dapat bervariasi bentuk
dalam berbagai cara, termasuk pengajaran keterampilan menyelidiki dan
memecahkan masalah sebagai alat bagi siswa untuk mencapai tujuan
pendidikan. Guru fikih dapat mempergunakan strategi ini dalam
menyampaikan materi, sehingga siswa lebih paham dalam menguasai

34
Trianto, Op. Cit, hlm. 71-72

27
materi yang disampaikan guru, model strategi ini memang efektif dan
dibutuhkan dalam melaksanakan proses belajar dan mengajar fikih
karena ada beberapa bagian yang tepat sekali untuk digunakan. Sebagai
contoh yaitu materi tentang qiradl dan gadai yang pasti memerlukan
metode ini, karena dengan jalan mencari dan menemukan teori harus
juga mempertunjukkan akan lebih mudah dan lebih cepat dipahami. Jika
hanya teori saja akan lebih lama dan kurang jelas. Guru fikih dapat
mempergunakan metode ini dalam menyampaikan materi sehingga
siswa lebih paham dalam menguasai materi.
Pembelajaran Fikih menyangkut proses belajar yang berkaitan dengan
sehari-hari. Salah satu proses pembelajaran yang selalu berkembang
dengan aktivitas kehidupan nyata. Proses pembelajaran fikih sebagai
kegiatan dalam rangka mencapai tujuan nasional, harus bertumpu
kepada upaya-upaya untuk menumbuhkan rasa cinta tanah air, dan iklim
belajar serta diharapkan dapat menumbuhkan rasa percaya diri, dan
kreatif. Pada gilirannya pendidikan akan mampu mewujudkan
sumber daya manusia yang berkualitas dan bertanggung jawab.

D. Pembelajaran Fikih dengan Metode Problem solving


1. Prestasi Belajar
a. Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi belajar terdiri dari dua kata yaitu prestasi dan belajar. Prestasi

adalah hasil yang telah dicapai. 35 Sedangkan belajar menurut bahasa


adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu.36
Secara terminologi belajar merupakan perubahan tingkah laku yang
menyangkut berbagai aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis
35
Alex MA, Kamus Ilmiah Popular Kontemporer, (Surabaya: Karya Harapan, 2005), hlm. 521
3649
Departemen Pendidikdn Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai

Pustaka, 2003), hlm .17

28
seperti : perubahan dalam pengertian, pemecahan suatu masalah,
berpikir, keterampilan, kecakapan, kebiasaan ataupun sikap. Jadi prestasi
belajar adalah Kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berpikir,
merasa dan berbuat. Prestasi belajar dikatakan sempurna apabila
memenuhi tiga aspek yakni: kognitif, afektif dan psikomotor, sebaliknya
dikatakan prestasi kurang memuaskan jika seseorang belum mampu
memenuhi target dalam ketiga kriteria tersebut.
Prestasi belajar dapat diraih melalui proses belajar, belajar itu tidak
hanya mendengarkan dan memperhatikan guru yang sedang memberikan
pelajaran di dalam kelas, atau peserta membaca buku, akan tetapi lebih
luas dari kedua aktivitas di atas.
Prestasi belajar merupakan penguasaan keterampilan dan pengetahuan
yang dimiliki peserta didik dalam mata pelajaran yang ditunjukkan
dengan tes atau nilai yang diberikan oleh guru dan kemampuan
perubahan sikap/tingkah laku yang diperoleh peserta didik melalui
kegiatan belajar.
b. Aspek-aspek Prestasi Belajar
Proses belajar mengajar harus mendapat perhatian yang serius yang
melibatkan berbagai aspek yang menunjang keberprestasian belajar
mengajar. Prestasi belajar dapat dikelompokkan menjadi tiga aspek
tersebut yaitu; aspek kognitif, afektif dan psikomotorik
1) Aspek kognitif
Yaitu yang berkenaan dengan pengenalan baru atau mengingat
kembali (menghafal), memahami, mengaplikasikan, menganalisis,
dan kemampuan mengevaluasi.
2) Aspek afektif
Yaitu yang berhubungan dengan pembangkitan minat, sikap/emosi
juga penghormatan (kepatuhan) terhadap nilai atau norma.
3) Aspek psikomotorik

29
Yaitu pengajaran yang bersifat keterampilan atau yang menunjukkan
gerak (skill). Keterampilan tangan menunjukkan pada tingkat
keahlian seseorang dalam suatu tugas atau kumpulan tugas tertentu37
Untuk mencapai keberprestasian belajar ketiga aspek tersebut
tidak bisa dipisahkan, namun jauh lebih baik jika dihubungkan.
Penggabungan tiga aspek tersebut akan dapat diketahui kualitas
keberprestasian pembelajaran. Prestasi Belajar merupakan bukti
keberprestasian yang telah dicapai seorang peserta didik. Setiap
pembelajaran dapat menimbulkan suatu perubahan yang khas. Prestasi
belajar secara luas tentu mencakup ke tiga kawasan tujuan pendidikan
tersebut yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik.

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar.


Menurut Sumadi Suryabrata faktor yang mempengaruhi prestasi
belajar terdiri dari dua faktor yaitu:
a. Faktor-faktor yang berasal dari luar diri
Faktor ini digolongkan menjadi dua bagian, yaitu:
1) Faktor-faktor sosial.
2) Faktor-faktor non sosial.
b. Faktor-faktor yang berasal dari diri sendiri
Faktor ini pun digolongkan menjadi dua bagian, yaitu:
1) Faktor-faktor fisiologis.
2) Faktor-faktor psikologis.
Sedangkan menurut Muhibbin Syah, membagi faktor-faktor
yang mempengaruhi prestasi belajar secara lebih terperinci dan lebih
operasional ke dalam beberapa komponen, yaitu:
37
Nana sudjana, Penelitian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Rosdakarya, 1999), hlm.
21-23.

30
a. Faktor yang bersumber dari diri sendiri (faktor internal),
yaitu kondisi atau keadaan jasmaniah (aspek fisiologis) dan
keadaan rohaniah (aspek psikologis) siswa yaitu meliputi:
1) Aspek fisiologis: seperti keadaan tonus (tegangan otot) yang
menandai tingkat kebugaran organ tubuh dan sendi-sendinya
dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam
mengikuti pelajaran sehingga dapat menurunkan atau
meningkatkan prestasi belajarnya. Kondisi organ-organ
indra yang terganggu juga menjadi penyebab siswa
mengalami gangguan hasil belajar.38
2) Aspek psikologis, banyak faktor yang mempengaruhi
kuantitas dan kualitas prestasi belajar siswa, diantarnya faktor
rohaniah yang mempengaruhi prestasi belajar anak antara lain:
tingkat kecerdasan/intelegensi siswa, sikap, bakat siswa, minat
dan motivasi siswa.39
b. Faktor eksternal dibagi menjadi 2 faktor yaitu:
1) Faktor sosial: seperti sekolah, keadaan guru, teman-teman
belajar, masyarakat dan tetangga, serta orang tua/keluarga
sendiri, (sifat-sifat orang tua, praktek pengelolaan keluarga,
ketegangan keluarga, tata letak rumah dapat berdampak baik/
buruknya kegiatan belajar siswa yang pada gilirannya dapat
berdampak pada prestasi belajar). Peran keluarga dan
pengaruh yang ditimbulkan tidak hanya berdampak pada
orientasi belajar saja tetapi juga cenderung anak
berprilaku menyimpang.

38
Muhibbin Syah. Pendidikan dengan Pendekatan Baru. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2000) hlm. 132.
39
Ibid. hlm. 133

31
2) Faktor nonsosial: seperti gedung sekolah dan
letaknya. Kondisi dan jarak ke sekolah, rumah tempat
siswa, media pembelajaran, cuaca, suhu, waktu belajar yang
digunakan (ada anggapan waktu belajar tidak berpengaruh
pada hasil belajar, tetapi kesiapan sistem memori siswa dalam
mengelola, dan menyerap item-item informasi dan
54
pengetahuan yang dipelajari) dan lain-lain.
Sedangkan menurut M. Dalyono faktor-faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar adalah sebagai berikut:

a. Faktor internal
1) Kesehatan
2) Intelegensi dan bakat
3) Minat dan motivasi
4) Cara belajar.
b. Faktor eksternal
1) Keluarga

2) Sekolah.

3) Masyarakat.

4) Lingkungan Sekitar.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa


keberhasilan anak dalam proses belajar/prestasi belajar terutama
dalam bidang materi fikih lebih banyak dipengaruhi oleh faktor
eksternal yang bersifat sosial/non sosial, walaupun begitu faktor
internal juga mempunyai pengaruh yang besar bagi prestasi belajar
fikih

32
2. Peningkatan Prestasi Belajar Mata Pelajaran Fikih Menggunakan
Metode Problem solving
Metode mengajar merupakan salah satu kunci pokok keberprestasian suatu
proses pembelajaran, karena dengan menggunakan metode mengajar yang
sesuai, tujuan yang diharapkan dapat tercapai atau dapat terlaksana dengan
baik. Penerapan metode mengajar harus memperhatikan partisipasi peserta
didik untuk terlibat aktif didalami proses pembelajaran. Peserta didik
dirangsang untuk menyelesaikan problem-problem baik secara individu
maupun kelompok, yang pada akhirnya diharapkan dapat terlatih untuk
belajar mandiri dan tidak selalu tergantung pada guru.
Meningkatkan prestasi belajar peserta didik pada pembelajaran merupakan
tugas guru sebagai motivator, karena yang didapatkan sewaktu
proses pembelajaran untuk bekal hidup di masa mendatang.
Melalui pendekatan problem solving ini dapat mendorong peserta didik
untuk memahami hakikat, makna, dan manfaat belajar sehingga akan
memberikan stimulus dan motivasi kepada mereka untuk rajin dan
senantiasa belajar. Hal ini mendorong peserta didik untuk bersemangat atau
mempunyai keinginan (wish) yang kuat dalam belajar.
Para pendidik atau guru harus membangkitkan semangat belajar peserta
didik pada pembelajaran, dapat dilakukan dengan memberikan dorongan
atau memberikan pernyataan berkaitan dengan pentingnya materi yang
sedang diajarkan untuk kehidupan kelak ketika mereka sudah
menyelesaikan jenjang pendidikan.
Peningkatan semangat belajar peserta didik yang berpengaruh pada
prestasi belajar melalui pendekatan-pendekatan maupun strategi
pembelajaran yang tepat agar prestasi belajar peserta didik meningkat.
Karena semangat sangat penting dalam belajar. Orang yang tidak
bersemangat belajar berarti lesu, lesu berarti kurang bergairah. Kurang

33
bergairah berarti kurang motivasi, untuk itu perlu adanya motivasi dari
guru.
Pendekatan problem solving merupakan bagian dari pembelajaran aktif
yang sekaligus pembelajaran yang menyenangkan. Pembelajaran yang
menyenangkan tersebut akan memotivasi peserta didik dalam belajar dan
mengurangi kejenuhan ketika setiap hari peserta didik berada di dalam
kelas. Hal ini membuat semangat peserta didik menjadi semakin besar
hasrat belajar mereka untuk terus mencari ilmu. Pembelajaran dengan
pendekatan ini juga akan menjadi lebih bermakna, menemukan situasi
baru ketika belajar bersama teman-temannya dan mampu menyelesaikan
permasalahan baik individu maupun kelompok.
Pendekatan dengan metode problem solving merupakan pendekatan
mengajar yang berusaha meletakkan dasar dan mengembangkan cara
berpikir ilmiah. Pendekatan ini menempatkan siswa lebih banyak belajar
sendiri, mengembangkan kekreatifan dalam memecahkan masalah. Siswa
betul-betul ditempatkan sebagai subyek yang belajar. Peran guru di sini
adalah membimbing belajar dan fasilitator
belajar.40 Siswa lebih banyak melakukan kegiatan sendiri atau dalam
bentuk kelompok memecahkan permasalahan dengan bimbingan guru.41
Guru harus senantiasa siap memberikan bantuan kepada kelompok dalam
melakukan interaksi, mengungkapkan argumentasi dan mengarahkan
diskusi. Guru tidak melakukan atau memimpin kelompok dalam
pertemuan problem solving, tetapi berkeliling dari kelompok satu ke
kelompok yang lainnya untuk mengamati kemajuan kelompok.42

40
Nana Sudjana, op.cit., hlm. 145.
41
Syaifudin Sagala, Konsep Dasar Makna Pembelajaran untuk Membantu Memecahkan

Problematika Belajar dan Mengajar, (Bandung: Cv Alfabeta), hlm. 196.


42
Oemar Hamelik, op.cit, hlm. 226.

34
Salah satu pendekatan dapat dilakukan dengan cara menyelidikinya sendiri.
Pendekatan ini pengetahuan yang diperoleh siswa sebagian besar didasarkan
oleh prestasi usaha siswa sendiri atas dasar pengetahuan yang telah
dimilikinya. Pembelajaran fikih melalui metode problem solving akan
membawa dampak besar bagi perkembangan mental positif bagi siswa.
Sebab melalui cara ini siswa mempunyai kesempatan yang luas untuk
mencari dan menemukan sendiri apa yang dibutuhkan. Siswa dihadapkan
pada suatu masalah, sehingga guru diharapkan pandai-pandai memotivasi
siswa untuk menyelidiki masalah- masalah dengan mengajukan pertanyaan-
pertanyaan ‘mengapa’, ‘bagaimana’, dan ‘apa’. Banyak materi fikih yang
dapat dikembangkan melalui pembelajaran problem solving. Bila siswa telah
menguasai keterampilan proses tersebut, sangat dimungkinkan
siswa dapat menemukan fakta, membangun konsep-konsep fikih dan
menarik kesimpulan, dan pada gilirannya mampu mengaplikasikan konsep
dalam bentuk teknologi.43
Pembelajaran fikih dengan pendekatan metode problem solving merupakan
pendekatan pembelajaran yang mengaitkan materi-materi pembelajaran
dengan kehidupan peserta didik, seperti telah diterangkan sebelumnya
bahwa fikih merupakan mata pelajaran yang berkaitan dengan
kehidupan sehari-hari. Sehingga dalam pembelajaran ini peserta didik
belajar dengan menyenangkan juga dituntut untuk aktif.
Peserta didik dapat aktif dan merasa senang dalam kegiatan pembelajaran
karena adanya motivasi dan diarahkan pada tujuan pembelajaran secara
jelas. Motivasi merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan
kualitas pembelajaran, karena peserta didik akan belajar dengan sungguh-
sungguh juga karena memiliki motivasi yang tinggi.
Peserta didik bersemangat dalam belajar karena termotivasi dan mempunyai
hasrat yang tinggi untuk belajar dengan sungguh-sungguh. Hal ini tidak
43
Musahir, op.cit, hlm. 3-4.

35
terlepas dari peran guru dalam kelas yang menyampaikan materi dengan
strategi yang jitu. Penulis memberikan indikator bahwa prestasi belajar
peserta didik meningkat dapat dilihat dari keaktifan mereka ketika
proses pembelajaran berlangsung.
3. Penilaian Belajar
Evaluasi prestasi belajar merupakan proses untuk menentukan nilai
belajar sistem melalui kegiatan penilaian dan atau pengukuran prestasi
belajar. 44
Menurut Muhibbin Syah, “evaluasi merupakan pengungkapan penyusunan
dekarya ilmiah peserta didik, baik secara kuantitatif maupun
kualitatif. 45
Evaluasi prestasi belajar memiliki sasaran berupa ranah-ranah yang
terdapat dalam tujuan. Ranah tujuan pendidikan berdasarkan prestasi belajar
peserta didik secara umum dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yakni ranah

kognitif, afektif, dan psikomotorik.46 Prestasi belajar tidak bisa


dipisahkan dari penilaian sebagai aktivitas di dalam menentukan tinggi
rendahnya prestasi, sebab evaluasi merupakan suatu tindakan untuk
menentukan nilai. Untuk mengetahui prestasi belajar yang telah dicapai
perlu diadakan evaluasi atau tes yang diberikan kepada peserta didik secara
periodik. Evaluasi merupakan salah satu kegiatan dalam pembelajaran
yang wajib dilaksanakan oleh guru setelah proses pembelajaran berakhir.
Prestasi dari evaluasi belajar tersebut diharapkan dapat memberikan
informasi tentang kemampuan yang telah dicapai peserta didik setelah
mempelajari suatu mata pelajaran.

44
Dimyati dan Mujiono, Belajar dan Pembelajaran, ( Jakarta: Rineka Cipta, 2002)
45
Muhibbin syah, Op. Cit, hlm.141 - 142
46
Dimyati dan Mujiono,op.cit., hlm.202.

36
Penilaian menjadi salah satu sarana evaluasi pendidikan, dan penilaian itu
sendiri bisa diwujudkan dalam bentuk tes tertulis, tes lisan, dan lain-lain.
Tes yang dilakukan tidak sekedar mengukur kecerdasan kognitif peserta
didik tetapi perlu juga memperhatikan kecerdasan berpikir dan
psikomotor siswa sehingga penilaian yang dilakukan tersebut benar-benar
menghargai bermacam-macam potensi yang dimiliki siswa.
Dilakukannya evaluasi terhadap prestasi belajar, agar siswa mengetahui
apakah dirinya termasuk siswa yang berpengetahuan tinggi, berkemampuan
rata-rata, ataukah berkemampuan rendah. Demikian dengan dilakukannya
evaluasi prestasi belajar tersebut maka para siswa yang bersangkutan akan
menjadi tahu atau mengerti, di manakah posisi dirinya di tengah teman-
temannya.47
Tujuan evaluasi untuk memperbaiki cara belajar, mengadakan perbaikan dan
pengayaan bagi siswa, serta menempatkan siswa pada situasi pembelajaran
(belajar-mengajar) yang lebih tepat sesuai dengan tingkat kemampuan
yang dimilikinya. Untuk memperbaiki atau mendalami dan memperluas
pelajaran, dan terakhir kali sebagai informasi kepada orang tua.
Berikut ini bentuk-bentuk evaluasi yang dapat dilakukan untuk
mengukur tingkat keberprestasian peserta didik dalam pembelajaran fikih
dengan metode problem solving adalah sebagai berikut:
1) Bentuk tulis (paper and pencil test), sesuai dengan jenjang pendidikan
peserta didiknya. Bentuk tes yang di berikan dapat berupa bentuk
pilihan ganda, dan bentuk esai.
2) Bentuk tidak tulis (non paper and pencil test)
(a) Bentuk observasi kegiatan;
(b) Bentuk wawancara;
47
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006),
hlm. 10.

37
(c) Bentuk tugas kelompok atau individual;

E. Kajian Penelitian yang Relevan


1. Karya ilmiah saudari Eka Agus Setyawati. Fakultas MIPA Universitas
Negeri 2008 judul " Penerapan Model Pembelajaran Creative Problem
Solving (CPS) Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas VII
Semester 2 SMPN1 Sidoharjo kab. Wonogiri Pada Materi Pokok Segi
Empat". Prestasi penelitiannya dapat disimpulkan bahwa: Dengan
menggunakan metode problem solving dapat meningkatkan prestasi
belajar dan kreatifitas siswa.48
2. Karya ilmiah saudari Mamiyk Ummayika Aslafiyz Zuliana. Fakultas
MIPA Universitas Negeri 2009 judul " Pengaruh Model Pembelajaran
Creative Problem Solving (CPS) terhadap Prestasi Belajar Matematika
dan Aktivitas Belajar Peserta Didik kelas VII semester 2 SMPN 1 Bergas
pada Materi Segi Empat". Prestasi penelitiannya dapat disimpulkan
bahwa; meningkat atau menurunnya prestasi belajar dipengaruhi oleh
aktivitas peserta didik.49
3. Karya ilmiah saudari Nurkhayatun. Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo
2009 judul ” Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Pada Mata Pelajaran
Fikih Ibadah Sholat Melalui Metode Demonstrasi Bagi Siswa Kelas IV
Madrasah Ibtidaiyah Negeri Planjan Bulu Temanggung.” prestasi
penelitiannya dapat disimpulkan bahwa: dengan menggunakan metode
demonstrasi dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.50
48
Eka Agus Setyawati, Penerapan Model Pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa kls VII Semester 2 SMPN1 Sidoharjo Kab Wonogiri, Fakultas
MIPA, (Semarang: Perpustakaan Universitas Negeri Semarang, 2008).
49
Mamiyk Ummayika Aslafiyz Zuliana, Pengaruh Model Pembelajaran Creative Problem
Solving (CPS) terhap Hasil Belajar Matematika dan Aktivitas Belajar Peserta Didik kelas VII
semester 2 SMPN 1 Bergas pada Materi Segi Empat, Fakultas MIPA, (Semarang: Perpustakaan
Universitas Negeri Semarang, 2009).
50
Nurkhayatun, Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Pada Mata Pelajaran Fiqih Ibadah Sholat
Melalui Metode Demontrasi Bagi Siswa Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Nuruk Huda Bulu
Temanggung, Fakultas Tarbiyah, (Semarang: Perpustakaan IAIN Walisongo, 2009)

38
Dari beberapa prestasi penelitian di atas, peneliti ingin
menegaskan bahwa kajian penelitian ini berbeda dengan karya ilmiah-karya
ilmiah yang telah ada dan belum pernah diteliti sebelumnya. Letak perbedaannya
pada penggunaan metode problem solving untuk meningkatkan prestasi belajar
siswa pada mata pelajaran fikih.
F. Hipotesis Tindakan
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian,
yang sebenarnya harus masih diteliti secara empiris.51 Sedangkan menurut S.
Margono hipotesis merupakan dugaan yang mungkin benar mungkin juga
salah. Hipotesis ditolak jika salah/palsu dan akan diterima jika fakta-fakta
membenarkan. Penolakan dan hipotesis sangat bergantung pada prestasi- prestasi
penyelidikan terhadap fakta-fakta dan data-data yang dikumpulkan.
Berdasarkan landasan teori di atas maka hipotesis tindakan penelitian yang
dapat diambil adalah bahwa metode pembelajaran problem solving dapat
meningkatkan prestasi belajar fikih siswa kelas IX MTs. Negeri Planjan
Kesugihan Cilacap tahun ajaran 2015/2016.

51
Sumardi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Grafindo, 2001), hlm. 69

39
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian adalah suatu proses pengumpulan data yang sistematis dan


analisis terhadap informasi (data) untuk tujuan tertentu. Metode penelitian (juga
sering disebut metodologi) adalah cara-cara yang digunakan untuk mengumpulkan
dan menganalisis data yang dikembangkan untuk memperoleh pengetahuan dengan
menggunakan prosedur yang reliabel dan tepercaya.52
Sedangkan metodologi mengandung makna yang lebih luas menyangkut prosedur
dan cara melakukan verifikasi data yang diperlukan untuk menjawab masalah
penelitian. 53

A. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), atau dalam bahasa
inggris sering disebut dengan Classroom Action Research, yaitu penelitian yang
dilakukan oleh guru di kelas dengan penekanan pada penyempurnaan atau
peningkatan praktek dan proses pembelajaran54

52
Ibnu Hadjar. Dasar-Dasar Penelitian Kualitataif Dalam Pendidikan, (Jakarta: Rafindo

Grafindo Persada, 1996), hlm. 10


53
Nana Sudjana dan Ibrahim, Penelitian Dan Penilaian Dalam Pendidikan, (Bandung: Sinar Baru
Algesindo, 2001)hlm. 16
54
Susilo, Penelitian Tindakan Kelas, (Yogyakarta: Pustaka Book Publiser, 2007), hlm.16

40
1. Model Penelitian
Dalam penelitian tindakan kelas ini dipilih model spiral dari Kemmis dan
Taggart yang terdiri dari beberapa siklus tindakan dalam pembelajaran
berdasarkan refleksi mengenai hasil dari tindakan-tindakan pada siklus
sebelumnya. Di mana setiap siklus tersebut terdiri dari empat tahapan yang
meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengamatan (observasi), dan refleksi.55
Model Spiral dari Kemmis dan Taggart56

2. Siklus Kegiatan
Siklus kegiatan dirancang dengan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Kegiatan diterapkan dalam upaya meningkatkan semangat belajar siswa
dalam pembelajaran fikih melalui metode Problem Solving. Metode ini
mampu mengaktifkan siswa dalam belajar khususnya mata pelajaran fikih
yang ada di kelas IX A MTs. Negeri Planjan Kesugihan Cilacap. Tahapan
55
Rochiati Wiriaatmadja, Metode Penelitian Tindakan Kelas,
(Bandung:RemajanRosdakarya, 2005), hlm. 66
56
Suharsimi Arikunto, et. al, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), hlm. 16

41
dalam penelitian ini disusun melalaui siklus penelitian. Setiap siklus
terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.
Penelitian dirancang dalam tiga tahap yaitu Prasiklus, siklus 1 dan siklus 2.
Pelaksanaan tiap tahap akan diambil 1 kelas dengan kolaborator guru
pengampu mata pelajaran fikih yaitu Ibu Titin, S. Ag
a. Prasiklus
Tahap Prasiklus ini peneliti akan melihat pembelajaran fikih secara
langsung di kelas IX A MTs. Negeri Planjan Kesugihan Cilacap.
Dalam pembelajaran fikih di kelas IX A tersebut belum menggunakan
model pembelajaran secara aktif dan masih menggunakan metode
ceramah yang siswanya masih belum banyak ikut aktif dalam proses
pembelajaran dan cenderung terjadi komunikasi yang pasif. Artinya guru
yang bicara dan siswa hanya mendengarkan sedangkan keberanian untuk
bertanya terhadap suatu masalah yang belum jelas yang ada di benak
mereka belum dapat diungkapkan secara maksimal
b. Siklus 1
Pelaksanaan siklus 1 menggunakan kelas IX A yang diampu oleh Ibu
Titin, S. Ag. Langkah-langkah besar dalam siklus 1 dimulai dari
perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi yang akan dijelaskan
sebagai berikut:
1) Perencanaan
a) Peneliti mengidentifikasi kesulitan siswa pada pelajaran fikih
kemudian peneliti mencari apa penyebab siswa kurang aktif saat
pembelajaran berlangsung.
b) Peneliti menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) tentang qiradl.
c) Peneliti membuat lembar pengamatan pembelajaran kooperatif
untuk siswa.

42
d) Peneliti menyiapkan Lembar Kerja Siswa (LKS) tentang
gadai.
e) Peneliti menyiapkan soal – soal evaluasi beserta kunci
jawabannya yang akan digunakan untuk mengukur hasil belajar.
f) Peneliti merencanakan pembentukan kelompok.

2) Pelaksanaan
Kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap ini adalah melaksanakan
skenario pembelajaran yang telah direncanakan, yaitu sebagai berikut:
a) Mengondisikan kelas supaya siap dalam menerima pelajaran
(membuka pelajaran, mengecek kehadiran siswa, serta kondisi
kelas).
b) Memberikan informasi tentang tujuan pembelajaran yang akan
dilakukan.
c) Menginformasikan pendekatan pembelajaran yang akan
dilakukan.
d) Memberikan motivasi dengan cara menginformasikan kegunaan
materi pembelajaran.
e) Membagi siswa ke dalam kelompok yang terdiri dari siswa yang
memiliki kemampuan heterogen.
f) Membagi LKS untuk membantu siswa memahami materi yang
akan diajarkan.
g) Memberikan bimbingan pada kelompok tertentu apabila
diperlukan.
h) Menganalisis proses hasil kerja tiap kelompok dan memberikan
umpan balik kepada siswa sebagai penguatan terhadap hasil kerja
kelompok.
i) Bersama siswa mengevaluasi dan menyimpulkan hasil belajar.

43
j) Memberikan tes formatif, pekerjaan rumah dan tes akhir siklus I
sebagai hasil evaluasi tahap pertama
3) Pengamatan
Observasi terhadap pembelajaran yang sedang berlangsung untuk
mengetahui keaktifan dan kendala yang dihadapi dalam menerapkan
pembelajaran berlangsung, dalam hal ini peneliti sebagai observer dan
guru fikih sebagai pengajar
4) Refleksi
Hasil pengamatan terhadap prestasi belajar dan keaktifan siswa pada
siklus I dikumpulkan untuk dianalisis dan dievaluasi oleh peneliti
sebagai dasar untuk membuat perencanaan pembelajaran siklus II

c. Siklus 2
Untuk pelaksanaan siklus 2 yang dilaksanakan di kelas IX A adalah
sebagai tindak lanjut evaluasi dari pelaksanaan siklus 1. Langkah-langkah
yang dilakukan dalam siklus 2 dimulai dari perencananaan, pelaksanaan,
pengamatan dan refleksi.
1) Perencanaan
a) Peneliti mengidentifikasi kesulitan siswa pada pelajaran fikih
kemudian peneliti mencari apa penyebab siswa kurang aktif saat
pembelajaran berlangsung.
b) Peneliti menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) fikih materi gadai.
c) Peneliti membuat lembar pengamatan pembelajaran
kooperatif untuk siswa
d) Peneliti menyiapkan Lembar Kerja Siswa (LKS) tentang
gadai.
e) Peneliti menyiapkan soal–soal evaluasi beserta kunci
jawabannya yang akan digunakan untuk mengukur hasil belajar.

44
2) Pelaksanaan
Guru mitra dengan didampingi peneliti melaksanakan pembelajaran
sesuai dengan RPP yang telah disiapkan oleh peneliti dan direvisi
berdasarkan evaluasi pada siklus 1.
a) Mengondisikan kelas supaya siap dalam menerima pelajaran
(membuka pelajaran, mengecek kehadiran siswa, serta kondisi
kelas).
b) Memberikan informasi tentang tujuan pembelajaran yang akan
dilakukan.
c) Menginformasikan pendekatan pembelajaran yang akan
dilakukan.
d) Memberikan motivasi dengan cara menginformasikan
kegunaan materi pembelajaran.
e) Siswa berkumpul sesuai kelompok pada siklus I.
f) Menyampaikan apersepsi dan menyampaikan indikator
tentang gadai.
g) Membagi LKS untuk membantu siswa memahami materi yang
akan diajarkan.
h) Memberikan bimbingan pada kelompok tertentu apabila
diperlukan.
i) Menganalisis proses hasil kerja tiap kelompok dan
memberikan umpan balik kepada siswa sebagai penguatan
terhadap hasil kerja kelompok.
j) Bersama siswa mengevaluasi dan menyimpulkan hasil belajar. k)
Memberikan tes formatif, pekerjaan rumah dan tes akhir siklus II
sebagai hasil evaluasi tahap kedua.
3) Pengamatan
Observasi terhadap pembelajaran yang sedang berlangsung untuk
mengetahui motivasi belajar, kreativitas serta mengetahui kendala

45
yang dihadapi dalam menerapkan pembelajaran berlangsung, dalam
hal ini peneliti sebagai observer dan guru pengajar
4) Refleksi
Refleksi yang dilakukan pada siklus II dilakukan analisis data, apakah
pada siklus II siswa nilainya sudah tuntas dari KKM sehingga hasil
analisis refleksi ini sebagai penentu keberhasilan dari pembelajaran
menggunakan metode problem solving dalam penelitian ini mampu
meningkatkan prestasi belajar.
d. Kolaborator
Kolaborasi adalah pandangan setiap orang akan dianggap memberikan
andil pada pemahaman. Dalam asas ini peneliti perlu selalu ingat bahwa
dia adalah bagian dari situasi yang diteliti, ia bukan hanya pengamat
tetapi juga terlibat langsung dalam proses situasi tersebut.57
Kolaborator dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah orang yang
membantu untuk mengumpulkan data-data tentang penelitian yang sedang
di garap bersama-sama dengan peneliti. Kolaborator dalam penelitian ini
adalah guru fikih di MTs Negeri Planjan Kesugihan yaitu Ibu Titin, S.Ag
e. Waktu dan tempat penelitian
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan pada tanggal 6
Agustus sampai 6 Oktober 2015 yang dilaksanakan di MTs. Negeri
Planjan Kesugihan, Cilacap.
Berikut ini merupakan jadwal rencana kegiatan penelitian tindakan
kelas yang akan dilaksanakan di MTs. Negeri Planjan Kesugihan .
Tabel 1
Jadwal Penelitian

57
Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), hlm.
71.

46
Waktu (minnggu) ke-
No Rencana Kegiatan 1 2 3 4
1. Observasi Awal X
2. Persiapan
Menyusun x
konsep
Menyepakati x
jadwal
Menyusun x
Instrumen
Diskusi x
konsep
3. Pelaksanaan
Menyiapkan x
kelas
Pelaksanaan x
Prasiklus
Pelaksanaan Siklus x
I
Melakukan x
tindakan
Pelaksanaan Siklus x
II
Melakukan x
tindakan
4. Pembuatan x
Laporan
Menyusun x
konsep

47
Penyelesaian x
Laporan

B. Indikator Kerja
1. Prestasi belajar siswa dapat dilihat dari hasil tes.
2. Keaktifan siswa dalam pembelajaran dilihat berdasarkan tabel No. 2
Tabel 2
Indikator keberhasilan Siswa dalam pembelajaran
Aspek Perilaku yang
No Indikator
Diamati
Kesiapan - Menyediakan buku dan alat tulis
menerima - Suasana kelas tenang dan siswa
pelajaran mengondisikan diri menerima pelajaran
Indikator - Ketenangan atau suasana kelas pada
1.
pencapaian saat pelajaran dimulai
mencapai 5 kadar - Pada saat pelajaran dimulai siswa
diskoring dengan mendengarkan penjelasan guru
skala (1s.d 5). - Perhatian siswa terpusat dan
Indikator aktivitas pembelajaran siswa tampak

48
Keaktifan siswa - Keaktifan mengikuti pelajaran.
dalam pembelajaran. - Keaktifan bertanya
Indikator - Keaktifan menjawab
pencapaian - Keaktifan menulis
mencapai 5 - Keaktifan dalam mengungkapkan
2.
kadar dengan skala pendapat
(1 s.d 5). Indikator - Menyelesaikan tugas individu
pencapaian di atas - Menyelesaikan tugas kelompok
70 % - Keaktifan siswa dalam mencari
pengetahuan dan informasi untuk
disampaikan atau diungkapkan dalam
Hasil belajar. Diadakan
kelas. tes akhir setelah Prasiklus,
siklus 1,
Rata-rata nilai yang
siklus 2.
3. dicapai di atas hasil
ketuntasan elajar

B. Subyek Penelitian
Jumlah keseluruhan siswa kelas IXyang ada di MTs N Planjan Cilacap
adalah 253 siswa, yang terdiri dari kelas IX A 29 siswa, kelas IX A B 38
siswa, kelas IX C 38 siswa, kelas IXD 38 siswa, kelas IX E 38 siswa,

kelas IXF 36 siswa dan IX G 36 siswa 58 Sedangkan subyek yang akan


diteliti adalah siswa pada kelas IX khususnya kelas IX A di MTs N
Planjan Cilacap
Tabel 3
75
Nama-nama Siswa kelas IX A di MTs. Negeri Planjan Kesugihan

No Nama siswa Jenis kelamin

58
Dokumen MTs. Negeri Planjan Tahun 2015-2016

49
1 A’an khorulahwati P
2 Ahmad Burhanuddin L
3 Ahmad Musta'in C L
4 Ahmad Najib L
5 Ali Ngusman L
6 Anita P
7 Arick Prasetya L
8 Atik setiasari P
9 Faris Andika L
10 Hudal Rofikul janah L
11 Ismail L
12 Khoirun Ni'am L
13 Miftahul Huda L
14 Muh. Mu'alifin L
15 Puji Sugiarti P
16 Siti Amanah L
17 Siti Khumaidah P
18 Siti Ma'rifah P
19 Siti Masruroh P
20 Siti Mukalifah P
21 Siti Munafiah P
22 Siti Muntamah P
23 Siti Ni'amah P
24 Siti Umi Hanik P
25 Siti Yuliati P
26 Suswanti P
27 Syaiful Akbar M L
28 Tati Khoniah P
29 Umi Muwachidah P

C. Teknik Pengumpulan Data


Dalam hal ini, peneliti menggunakan beberapa metode untuk menggali
informasi yang dibutuhkan. Metode yang dipakai oleh peneliti untuk
mendapatkan informasi tersebut antara lain sebagai berikut:
1. Dokumenter

50
Mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa dari berbagai
macam data tertulis atau dokumen yang ada pada tempat penelitian.59
Sumber dokumentasi pada dasarnya adalah segala bentuk sumber
informasi yang berhubungan dengan dokumen baik resmi maupun yang
tidak resmi. Metode dokumenter ini digunakan peneliti untuk mengetahui
dan mendapatkan daftar nama peserta didik yang menjadi sampel
penelitian yaitu Classroom Action Research.
2. Pengamatan (observasi)
Observasi adalah tindakan atau proses pengambilan informasi

melalui media pengamatan.60 Metode ini digunakan untuk mengamati


secara langsung aktivitas siswa pada pembelajaran fikih dengan metode
problem solving. Pengamatan dilaksanakan pada tiap siklus, untuk
membuat kesimpulan pelaksanaan pembelajaran pada Prasiklus, siklus 1
dan siklus 2
3. Tes
Metode tes adalah seperangkat rangsangan (stimulus) yang diberikan
kepada seseorang dengan maksud untuk mendapatkan jawaban yang
dapat dijadikan dasar bagi penentu skor angka.61
Metode tes oleh peneliti digunakan untuk mendapatkan hasil belajar
siswa yang telah melakukan pembelajaran fikih melalui model
pembelajaran prolem solving sebagai evaluasi setelah proses
pembelajaran berlangsung.
4. Cara pengolahan data
a. Analisis kualitatif.

59
Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi Dan Prakteknya, (Jakarta: Bumi Aksara,
2003), hlm. 78
60
Sukardi, Penelitian Kulitatif-Naturalistik Dalam Pendidikan, (Yogyakarta: Usaha

Keluarga, 2006), hlm. 78


61
Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hlm. 170

51
Analisis kualitatif digunakan untuk mengetahui perubahan pada siswa
setelah pembelajaran fikih melalui metode problem solving dengan
melihat tanda-tanda perubahan siswa dalam proses pembelajaran.
b. Analisis kuantitatif
Analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis jumlah siswa
yang mengalami pemahaman atau penguasaan materi dan
peningkatan prestasi belajar pada mata pelajaran yang diperoleh dari
siklus 1 dan siklus 2.
Data yang diperoleh dapat diolah dengan mencari prosentase dengan
menggunakan rumus :
N = Skor yang dicapai X 100%
Skor maksimum
Dengan menggunakan rumus tersebut dapat diketahui
prosentase peningkatan presentasi belajar siswa . Jika prosentase
yang diperoleh itu meningkat, berarti upaya meningkatkan prestasi
belajar pada pelajaran fikih bagi siswa mencapai keberhasilan.

BAB IV

ANALISIS HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum MTs Negeri Planjan Kesugihan Cilacap


1. Letak Geografis
Secara geografis MTsN Planjan, berada di pedesaan, sehingga terlepas dari
hiruk pikuk kehidupan kota. Walaupun letaknya dipedesaan, akan tetapi
mudah dijangkau sebab posisinya cukup strategis, sehingga orang mudah

52
menemukannya dengan mudah dan tidak perlu susah-susah karena berada
tidak jauh dari pinggir jalan.
a. Sebelah timur : Berbatasan dengan desa karang Jengkol
b. Sebelah utara : Berbatasan dengan desa Ciwuni
c. Sebelah barat : Berbatasan dengan desa Sumingkir
d. Sebelah selatan : Berbatasan dengan desa Kuripan
Kemudian jika dilihat dari sudut pandang lingkungan sekitarnya, maka
MTsN Planjan mempunyai beberapa keuntungan. Diantaranya adalah berada
pedesaan dan jauh dari keramaian kota, sehingga sangat menguntungkan
dalam proses belajar-mengajar.
2. Latar Belakang Historis
MTs Negeri Planjan Kesugihan Cilacap dirikan pada tahun 1987 yaitu
sekitar 29 tahun yang lalu, yang mana sejak awal berdirinya MTs Negeri
Planjan hanya mempunyai beberapa ruangan saja yang didirikan atas
bantuan Letnan Jenderal Sugiyono dan pada awal tahun tersebut jumlah
siswanya 94 siswa. Dengan rincian hanya kelas VII yang kemudian
pada tahun ajaran berikutnya siswa bertambah menjadi 145 siswa dengan
rincian kelas VII dan kelas VIII. Sedangkan pada tahun ajaran 2015/2016
jumlah siswa seluruh menjadi 803 siswa dengan rincian kelas VII, kelas VIII
dan kelas IX.
3. Visi-Misi dan Tujuan
a. Visi
Terwujudnya insan bertaqwa berprestasi, terampil dan berakhlak
mulia
b. Misi
1. Menumbuhkan penghayatan dan pengamalan ajaran islam
sehingga menjadipeserta didik yang berpola pikir, bertutur kata,
bersikap dan berperilaku yang islami.

53
2. Melaksanakan peembelajaran dan bimbingan, secara aktif, efektif
dan menyenangkan dengan menumbuhkan semangat belajar
peserta didik.
B. HASIL PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dengan 3 tahap yaitu prasiklus untuk mengetahui
kemampuan siswa sebelum menggunakan model, siklus 1 dilaksanakan 1
kali pertemuan, dan siklus 2 juga dilaksanakan 2 kali pertemuan.
Data-data yang diperoleh dalam penelitian ini, secara rinci akan dijelaskan
sebagai berikut:
1. Hasil Prasiklus
Pelaksanaan pembelajaran prasiklus untuk kelas IXA yang diampu oleh
Ibu Titin S.Ag. Dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 6 Agustus
2015. Tahap prasiklus ini materi yang diajarkan adalah tentang warisan.
Tahap prasiklus ini bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh keaktifan
siswa untuk mengikuti pembelajaran fikih di kelas sebelum
diterapkannya metode pembelajaran menggunakan metode problem
solving, dengan melihat atau mengamati secara langsung pembelajaran
yang ada di kelas, kemudian dicatat yang terjadi selama pembelajaran
berlangsung. Metode pembelajaran ini adalah termasuk pembelajaran
kurang aktif.
Berdasarkan hasil pengamatan pada pelaksanaan prasiklus di kelas IXA
yang diampu oleh Ibu Titin, S.Ag dalam proses pembelajarannya
menggunakan metode ceramah dan pengerjaan Lembar Kerja Siswa
(LKS).
Pada pembelajaran ini siswa masih kurang aktif dan Prestasi belajar
siswa dalam prasiklus adalah rata-rata 67,79, nilai tertinggi 80 dan nilai
terendah 56. Untuk lebih jelasnya bisa lihat pada tabel berikut ini
Tabel 8
Skor Observasi Keaktifan Siswa dalam Mengikuti

54
Pembelajaran Fikih Pada Tahap Prasiklus
Jumlah
Sub Indikator 1 Indikator 2
Skor
Indikator 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 8
2 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 7
3 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 7
4 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 6
5 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 7
6 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 6
7 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 3
8 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 2
Jumlah
- - 9 12 0 - 4 9 12 - 46

Keterangan :

Indikator I : Kesiapan menerima pelajaran


Indikator II : Keaktifan dalam pembelajaran Skor :5 (sangat baik)
4 (baik)
3 (cukup)
2 (rendah)
1 (kurang)
Tabel 9
Hasil ulangan harian siswa kelas IXA
No Nama siswa Nilai Tuntas/Tidak
Tuntas
1 ADE IBRAHIM 68 Tidak Tuntas
2 AHLAM MAESAROH 74 Tuntas
3 AHMAD MINATULLOH 66 Tidak Tuntas
4 AINUN KHIKMATUN 70 Tuntas
5 ALFINDA
KHASANAH HASANAH 76 Tuntas
6 ALIFIA ZULFA 62 Tidak Tuntas
7 ALVI APRIYATI
SALSABILA 70 Tuntas
8 ANGGI PURNOMO 64 Tidak tuntas

55
9 ANGGI RATNA PURI 70 Tuntas
10 ANISA 62 Tidak tuntas
11 ASIF ROZALI 58 Tidak tuntas
12 ASIH YULIATIN 70 Tuntas
13 EKA KAMALIA 74 Tuntas
14 ELEN SEKAR TAMALA 56 Tidak tuntas
15 ERNA DIYAH SURYANI 60 Tidak tuntas
16 HENI DIANA 66 Tidak tuntas
17 IBNUL NGALI 66 Tidak tuntas
18 IKHLAS FILIYAH 76 Tuntas
19 ILHAM SIFA`UN 56 Tidak tuntas
20 IMRON FAUZI
AMIRULLOH 78 Tuntas
21 INGGIT ANGGRAENI 72 Tuntas
22 JULIAH 62 Tidak tuntas
23 KHAMID BAEDOWI 68 Tidak tuntas
24 MIFTAKHURROHMAH 64 Tidak tuntas
25 MUNAZILATUN NIKMAH 68 Tidak tuntas
26 OKI WULAN DARI 66 Tidak tuntas
27 RAHMAWATI 72 Tuntas
28 RICKY FANDI 72 Tuntas
29 ROFINGATUS SOFIYAH 80 Tuntas
Jumlah 1996
Rata-rata 67,79 Tidak tuntas

Untuk hasil pengamatan oleh peneliti yang dilihat dari indikator


kesiapan dan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran fikih pada tahap
prasiklus dapat diprosentasekan bahwa kesiapan dan keaktifan siswa
dalam proses pembelajaran sebelum diterapkan metode problem solving
yaitu:
Skor yang dicapai
Nilai = X 100 %
Skor maksimal
46
: x100 %

70
: 65,71 %

56
Dari hasil pengamatan pada tahap prasiklus tersebut dapat
disimpulkan bahwa siswa belum terlibat aktif secara penuh dalam proses
pembelajaran. Keaktifan siswa adalah sebagai indikator adanya keaktifan
dalam proses pembelajaran. Siswa yang kesiapannya matang dalam
pembelajaran dan aktif dalam kelas menunjukkan adanya keaktifan atau
keinginan untuk bisa. Rendahnya keaktifan siswa pada kelas IXA yang
menjadi obyek penelitian dapat ditunjukkan dari prosentase hasil
penilaian keaktifan dan kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran yaitu
sebesar 65,71 % yang masih berada di bawah ketentuan yaitu 70 %.
Berkaitan dengan hasil tes akhir yang dilakukan di akhir
pembelajaran didapat bahwa rata-rata hasil belajar pada tahap prasiklus yaitu
67.79 yang berada di bawah standar yaitu di atas 70. Dari data yang
diperoleh pada tahap prasiklus ada 16 siswa yang belum tuntas.
2. Hasil Siklus 1
Penelitian Tindakan Kelas pada siklus 1 dilaksanakan oleh peneliti dengan
Ibu Titin sebagai guru mitra atau kolaborator peneliti sekaligus sebagai
pengampu mata pelajaran fikih kelas IXA di MTs. Negeri Planjan
Kesugihan. Pada siklus 1 ini observasi dilakukan di kelas IXA dengan materi
pembelajaran Qiradl pada tanggal 18 Maret 2015. Dalam siklus 1 ini, solusi
yang diperoleh dari tahap refleksi pada tahap prasiklus sebagai tindakan untuk
mengatasi masalah-masalah permasalahan dalam pelaksanaan pembelajaran
fikih di kelas kaitannya dengan keaktifan dan prestasi belajar.
a. Tahap Perencanaan
Dalam siklus 1 ini dibagi beberapa tahap yaitu:Tahap perencanaan ini,
peneliti menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan dalam skenario
pembelajaran yang telah direncanakan. Kegiatan yang dilakukan antara
lain:

57
1) Menyusun rencana pembelajaran dengan menerapkan metode
problem solving.
2) Membuat lembar kerja siswa untuk berdiskusi kelompok.
3) Membuat kunci jawaban lembar kerja siswa.
4) Menyiapkan alat, sarana dan media pembelajaran
5) Membagi kelas dalam kelompok-kelompok kecil yang sesuai
metode problem solving dengan setiap kelompok 4-5 siswa.
6) Mempersiapkan alat evaluasi akhir siklus I.
b. Tahap Tindakan
Dalam tahap ini, kegiatan yang dilakukan adalah melaksanakan
skenario pembelajaran yang telah direncanakan. Kegiatan yang dilakukan
dalam pertemuan pertama adalah sebagai berikut:
1) Guru memberikan apersepsi tentang hasil prasiklus
2) Guru memberikan motivasi mengenai pentingnya materi qiradl.
3) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
4) Guru menerangkan secara garis besar tentang pokok bahasan qiradl
dengan soal dalam lembar kerja.
5) Guru membentuk kelompok yang terdiri dari 4 sampai 5 siswa dengan
cara berhitung. Guru membagikan lembar kerja kepada setiap
kelompok dan siswa diberi kesempatan menyelesaikan lembar kerja.
6) Guru memberitahukan agar dalam setiap kelompok terjadi serangkaian
kegiatan spesifik (a) salah satu anggota kelompok membaca atau
beberapa anggota saling membaca soal fiqh yang diberikan guru, (b)
membuat prediksi atau menafsirkan isi soal, menuliskan apa yang
diketahui, dan apa yang ditanyakan.
7) Guru berkeliling mengawasi kegiatan kelompok untuk
memberikan pendampingan.
8) Setelah pemasalahan dapat diselesaikan dalam kelompok,
kemudian salah satu perwakilan dari kelompok diberi kesempatan untuk

58
mempresentasikan hasil kelompoknya, kemudian memberikan
kesempatan pada kelompok lain untuk menanggapi (tahap
mengembangkan dan menyajikan hasil karya).
9) Guru harus mengumumkan hasilnya dan menetapkan kelompok
terbaik sampai yang kurang berhasil.
10) Menjelang akhir waktu, guru memberikan latihan pendalaman secara
klasikal dengan menekankan strategi pemecahan masalah.
11) Siswa bersama guru menyimpulkan materi yang telah dipelajari.
c. Observasi
Dengan mengamati pelaksanaan pembelajaran dengan metode problem
solving, pemberian soal tentang qiradl dan pembagian hukum Islam.
Kemudian menyelesaikan soal melalui langkah-langkah pembelajaran yang
diawali dengan diskusi dalam kelompok yang heterogen, presentasi
terhadap hasil diskusi, dan pelaksanaan tes secara individu.
d. Analisa data
Berdasarkan pelaksanaan tes evaluasi hasil belajar siswa pada siklus I
diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 10
Skor Observasi Keaktifan Siswa dalam Mengikuti
Pembelajaran Fikih Pada Siklus 1

Jumlah
Sub Indikator 1 Indikator 2
Skor
Indikator 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5

59
1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 9
2 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 8
3 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 7
4 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 7
5 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 8
6 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 6
7 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 3
8 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 3
Jumlah
- - 3 16 5 - 2 9 16 - 51

Keterangan :

Indikator I : Kesiapan menerima pelajaran Indikator


II : Keaktifan dalam pembelajaran Skor : 5 (sangat baik)
4 (baik)
3 (cukup)
2 (rendah)
1 (kurang)
Hasil pengamatan oleh peneliti yang dilihat dari indikator kesiapan
dan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran fikih pada tahap siklus 1
dapat diprosentasekan bahwa kesiapan dan keaktifan siswa dalam proses
pembelajaran sebelum diterapkan metode problem solving yaitu:

Skor yang dicapai


Nilai : X 100 %
Skor maksimal
51
: x100 %

70
: 72,86 %

60
Dari hasil pengamatan pada tahap siklus 1 tersebut dapat disimpulkan
bahwa siswa mulai ada peningkatan kesiapan belajar maupun keaktifannya
dalam proses pembelajaran. Keaktifan siswa adalah sebagai indikator
adanya keaktifan dalam proses pembelajaran. Siswa yang kesiapannya
matang dalam pembelajaran dan aktif dalam kelas menunjukkan adanya
keaktifan atau keinginan untuk bisa. Peningkatan tersebut dapat
ditunjukkan dari prosentase hasil penilaian keaktifan dan kesiapan siswa
dalam mengikuti pembelajaran yaitu sebesar 72, 86 % dan di atas
ketentuan yang telah ditetapkan yaitu 70%.
Tabel 11
Tes akhir pada siklus 1

No Nama siswa Nilai Tuntas/Tidak


Tuntas
1 ADE IBRAHIM 76 Tuntas
2 AHLAM MAESAROH 88 Tuntas
3 AHMAD MINATULLOH 72 Tuntas
4 AINUN KHIKMATUN 72 Tuntas
5 ALFINDA
KHASANAH HASANAH 82 Tuntas
6 ALIFIA ZULFA 88 Tuntas
7 ALVI APRIYATI
SALSABILA 68 Tidak Tuntas
8 ANGGI PURNOMO 88 Tuntas
9 ANGGI RATNA PURI 72 Tuntas
10 ANISA 70 Tuntas
11 ASIF ROZALI 72 Tuntas
12 ASIH YULIATIN 88 Tuntas
13 EKA KAMALIA 72 Tuntas
14 ELEN SEKAR TAMALA 88 Tuntas
15 ERNA DIYAH SURYANI
FIRA SILFIA 80 Tuntas
16 HENI DIANA 88 Tuntas
17 IBNUL NGALI 88 Tuntas
18 IKHLAS FILIYAH 68 Tidak Tuntas
19 ILHAM SIFA`UN 88 Tuntas
20 IMRON FAUZI
AMIRULLOH 88 Tuntas
21 INGGIT ANGGRAENI 88 Tuntas
22 JULIAH 68 Tidak tuntas

61
23 KHAMID BAEDOWI 64 Tidak tuntas
24 MIFTAKHURROHMAH 88 Tuntas
25 MUNAZILATUN NIKMAH 60 Tidak tuntas
26 OKI WULAN DARI 88 Tuntas
27 RAHMAWATI 88 Tuntas
28 RICKY FANDI 94 Tuntas
29 ROFINGATUS SOFIYAH 94 Tuntas
Jumlah 2328
Rata-rata 80.28 Tuntas

Berkaitan dengan hasil tes akhir yang dilakukan di akhir


pembelajaran pada siklus 1 didapat bahwa rata-rata hasil belajar pada
tahap prasiklus yaitu 80, 28 yang berada di atas standar yang ditentukan
yaitu di atas 72. Dari data yang diperoleh pada siklus 1 ada 5 siswa
yang belum tuntas. Berbeda dengan sebelumnya siswa yang belum
tuntas ada 16 siswa.
Dilihat dari tabel di atas perbandingan keaktifan dan hasil tes akhir
pada tahap prasiklus yang masih menggunakan metode ceramah dan
penugasan pada Lembar Kerja Siswa (LKS) dan siklus 1 yang
menggunakan metode pembelajaran secara problem solving menunjukkan
adanya sebuah peningkatan
e. Refleksi
Berdasarkan hasil penelitian siklus I diperoleh nilai rata-rata hasil belajar
siswa sebesar 80, 25 dan persentase keaktifan siswa pada siklus I sebesar 72,
86 %. Meskipun hasil prestasi pada siklus 1 sudah memenuhi KKM, tetapi
masih ada beberapa siswa yang belum lulus . Hasil refleksi siklus I masih
adanya siswa yang lulus sehingga penelitian ini dilanjutkan dengan siklus II.
Dari hasil refleksi siklus I maka perlu dilakukan beberapa
tindakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada siklus II. Beberapa
tindakan tersebut antara lain sebagai berikut:

62
a) Guru harus dapat mengatur waktu dengan baik sehingga
pembelajaran tidak mengalami keterlambatan waktu dan dapat berjalan
sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran.
b) Pengondisian kelas yang lebih baik sehingga pembelajaran
berjalan dengan lancar.
c) Guru memberi motivasi kepada siswa agar lebih aktif dalam
pembelajaran dan dapat mengondisikan diri dalam berdiskusi
kelompok.
d) Guru harus lebih maksimal dalam membimbing siswa berdiskusi
kelompok.
2. Hasil Siklus 2
Seperti pada tahap prasiklus dan siklus 1, observasi dilakukan oleh
peneliti dan kolaborator untuk berupaya meningkatkan keaktifan
siswa yang berdampak pada hasil belajar dan pemahaman terhadap materi
pelajaran yang menjadi pokok bahasan. Pada siklus 2 ini dilakukan
di kelas IXA dengan materi ajar , gadai dan jaminan (borg) pada tanggal
25 Maret 2015.Tindakan yang telah dirumuskan pada siklus 1 di atas
akan diterapkan pada siklus 2.
Dalam siklus II ini dibagi beberapa tahap yaitu:
a. Tahap Perencanaan
Tahap perencanaan ini, peneliti menyiapkan segala sesuatu yang
diperlukan dalam skenario pembelajaran yang telah direncanakan.
Kegiatan yang dilakukan antara lain:
1) Menyusun rencana pembelajaran dengan menerapkan
metode problem solving.
2) Membuat lembar kerja siswa untuk berdiskusi kelompok.
3) Membuat kunci jawaban lembar kerja siswa.
4) Menyiapkan alat, sarana dan media pembelajaran

63
5) Membagi kelas dalam kelompok-kelompok kecil yang
sesuai metode problem solving dengan setiap kelompok 4-5
siswa.
6) Guru sudah memberi tugas untuk membaca materi pelajaran
di rumah.
7) Mempersiapkan alat evaluasi akhir siklus I.
b. Tahap Tindakan
Dalam tahap ini, kegiatan yang dilakukan adalah melaksanakan
skenario pembelajaran yang telah direncanakan. Kegiatan yang
dilakukan dalam pertemuan pertama adalah sebagai berikut:
1) Guru memberikan apersepsi tentang gadai.
2) Guru memberikan motivasi mengenai pentingnya materi gadai.
3) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
4) Guru menerangkan secara garis besar tentang pokok
bahasan gadai dengan soal dalam lembar kerja.
5) Guru membentuk kelompok yang terdiri dari 4 sampai 5 siswa
yang heterogen. Pengelompokan ini berdasarkan kelompok pada
siklus I.
6) Guru membagikan lembar kerja kepada setiap kelompok dan
siswa diberi kesempatan menyelesaikan lembar kerja.
7) Guru memberitahukan agar dalam setiap kelompok untuk
bekerja sama dalam menyelesaikannya.
8) Guru berkeliling mengawasi kegiatan kelompok untuk
memberikan pendampingan.
9) Ketua kelompok melaporkan keberhasilan kelompoknya atau
melapor kepada guru tentang hambatan yang dialami
anggota kelompoknya. Jika diperlukan, guru dapat memberikan
bantuan secara proporsional.

64
10) Ketua kelompok harus dapat menetapkan bahwa setiap
anggotanya telah memahami dan dapat mengerjakan lembar
kerja yang diberikan guru.
11) Siswa diberi kesempatan untuk mempresentasikan hasil
kelompoknya, kemudian memberikan kesempatan pada
kelompok lain untuk menanggapi (tahap mengembangkan
dan menyajikan hasil karya).
12) Guru harus mengumumkan hasilnya dan menetapkan kelompok
terbaik sampai yang kurang berhasil.
13) Menjelang akhir waktu, guru memberikan latihan
pendalaman secara klasikal dengan menekankan strategi
pemecahan masalah.
14) Siswa bersama guru menyimpulkan materi yang telah dipelajari
c. Observasi
Dengan mengamati pelaksanaan metode problem solving, pemberian
soal tentang gadai. Kemudian menyelesaikan soal melalui langkah-
langkah pembelajaran yang diawali dengan diskusi dalam
kelompok, presentasi terhadap hasil diskusi, dan pelaksanaan
tes secara individu.
d. Analisa data
Berdasarkan pelaksanaan tes evaluasi hasil belajar siswa pada
siklus II diperoleh hasil sebagai berikut.
Tabel 12
Skor Observasi Keaktifan Siswa dalam Mengikuti
Pembelajaran Fikih Pada Siklus 2

Jumlah
Sub Indikator 1 Indikator 2 Skor
Indikator
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 10

65
2 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 8
3 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 7
4 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 9
5 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 9
6 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 6
7 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 4
8 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 4
Jumlah
- - 3 8 15 - - 6 20 5 57

Keterangan :

Indikator I : Kesiapan menerima pelajaran


Indikator II : Keaktifan dalam pembelajaran
Skor : 5 (sangat baik)
4 (baik)
3 (cukup)
2 (rendah)

1 (kurang)

Hasil pengamatan oleh peneliti yang dilihat dari indikator kesiapan


dan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran fikih pada tahap siklus 2
dapat diprosentasekan bahwa kesiapan dan keaktifan siswa dalam proses
pembelajaran sebelum diterapkan metode problem solving yaitu:
Skor yang dicapai
Nilai : X 100 %
Skor maksimal
57
: x100 %
70
: 81,43 %
Dari hasil pengamatan pada tahap siklus 2 tersebut dapat disimpulkan
bahwa siswa hampir secara keseluruhan terlibat aktif dalam proses

66
pembelajaran. Siswa secara individu maupun kelompok hampir keseluruhan
terlibat aktif bertanya, menulis ketika ada keterangan atau informasi baru
yang diterima dari Bapak guru atau dari sumber lain, menyelesaikan tugas
sesuai dengan fungsinya pada kelompoknya dalam pembelajaran fikih di
kelas. Sehingga dalam proses pembelajaran tidak tergantung sepenuhnya
pada guru dan mereka berusaha mencari informasi sebanyak-banyaknya
untuk didiskusikan dalam kelas atau permasalahan-permasalahan yang
mereka hadapi siap untuk ditanyakan kepada guru. Hal ini juga ditunjukkan
hasil observasi keaktifan dan kesiapan dalam pembelajaran pada siklus 2
Penelitian Tindakan Kelas pada kelas IXA MTs. Negeri Planjan dengan
prosentase 81,43 % yang sudah berada di atas ketentuan yang ditetapkan
yaitu 70 %.
Keaktifan siswa jika dibandingkan dengan tahap prasiklus dan siklus 1 telah
mengalami peningkatan.
Tabel 13
Tes akhir pada siklus 2
No Nama siswa Nilai Tuntas/Tidak
Tuntas
1 ADE IBRAHIM 82 Tuntas
2 AHLAM MAESAROH 78 Tuntas
3 AHMAD MINATULLOH 94 Tuntas
4 AINUN KHIKMATUN 92 Tuntas
5 ALFINDA HASANAH 76 Tuntas
6 ALIFIA ZULFA 88 Tuntas
7 ALVI APRIYATI 88 Tuntas
8 ANGGI PURNOMO 88 Tuntas
9 ANGGI RATNA PURI 92 Tuntas
10 ANISA 94 Tuntas
11 ASIF ROZALI 86 Tuntas
12 ASIH YULIATIN 94 Tuntas
13 EKA KAMALIA 88 Tuntas
14 ELEN SEKAR TAMALA 88 Tuntas
15 ERNA DIYAH SURYANI
FIRA SILFIA 82 Tuntas
16 HENI DIANA 90 Tuntas

67
17 IBNUL NGALI 82 Tuntas
18 IKHLAS FILIYAH 90 Tuntas
19 ILHAM SIFA`UN 82 Tuntas
20 IMRON FAUZI
AMIRULLOH 70 Tuntas
21 INGGIT ANGGRAENI 88 Tuntas
22 JULIAH 74 Tuntas
23 KHAMID BAEDOWI 74 Tuntas
24 MIFTAKHURROHMAH 90 Tuntas
25 MUNAZILATUN NIKMAH 82 Tuntas
26 OKI WULAN DARI 88 Tuntas
27 RAHMAWATI 86 Tuntas
28 RICKY FANDI 82 Tuntas
29 ROFINGATUS SOFIYAH 90 Tuntas
Jumlah 2478
Rata-rata 85.45 Tuntas

Dari tabel di atas diperoleh nilai rata-rata hasil belajar siswa


sebesar 85. 45 dan semua siswa telah lulus dari KKM yang ditentukan
yaitu nilai 70. Jadi penelitian ini dianggap cukup sampai siklus
II. Sebagaimana digambarkan pada table di bawah ini.
C. Pembahasan Hasil Penelitian
Pada prasiklus peneliti mengumpulkan data awal berupa daftar nama siswa
dan nilai awal siswa. Nilai awal siswa diambil berdasarkan nilai harian siswa,
data yang diperoleh menunjukkan bahwa nilai rata-rata hasil belajar siswa
sebesar 67, 79 dan persentase keaktifan siswa pada prasiklus sebesar 65,71 %.
Masih belum memenuhi KKM yang ditentukan yakni nilai 70 dan ketuntasan
klasikal 70%
Pada siklus I pertemuan pertama adalah menyampaikan tujuan
pembelajaran dan membagi siswa menjadi tujuh kelompok. Pengelompokan
ini dilakukan secara heterogen. Sebelum memulai pembelajaran terlebih
dahulu guru memberikan gambaran tentang metode problem solving kepada
siswa, kemudian memulai pembelajaran dengan materi qiradl.

68
Berdasarkan hasil evaluasi siklus I diperoleh nilai rata-rata hasil
belajar siswa sebesar 80.28 dan persentase ketuntasan klasikal sebesar
78.79%. Hasil ini memang menunjukkan sudah tercapainya KKM, tetapi
masih ada 5 siswa yang belum lulus KKM. Dengan demikian diperlukan
perlakuan selanjutnya yakni pada siklus II.

Tabel 14
Perbandingan Jumlah Skor dan Prosentase keaktifan Belajar pada
Tahap Prasiklus dan Siklus 1

No. Pelaksanaan Siklus Jumlah Skor Prosentase (%)


1 Prasiklus 46 65,71
2 Siklus 1 51 72,86

Tabel 15
Perbandingan Rata-rata Tes akhir pada Tahap Prasiklus dan Siklus 1
No. Pelaksanaan Siklus Rata-rata
1 Prasiklus 67,79
2 Siklus 1 80,28

Dalam siklus II dibahas pada pertemuan pertama yaitu materi gadai.


Berdasarkan hasil evaluasi dari siklus II diperoleh nilai rata-rata hasil
belajar siswa sebesar 85, 45 dan dan skor keaktifan siswa 81, 43 %
Maka hasil tindakan dari tahap prasiklus, siklus 1 dan siklus 2 dapat
disimpulkan sebagai beruk.
1. Terjadi peningkatan keaktifan siswa dari tahap prasiklus, siklus 1 dan
siklus 2 yang dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

69
Tabel 16

Perbandingan Jumlah Skor dan Prosentase Keaktifan pada tahap


Prasiklus, Siklus 1 dan Siklus 2

No. Pelaksanaan Siklus Jumlah Skor Prosentase (%)


1 Prasiklus 46 65,71
2 Siklus 1 51 72,86
3 Siklus 2 57 81,43

2. Hasil tes akhir juga menunjukkan peningkatan dari tahap prasiklus,


siklus 1 dan siklus 2
Tabel 17
Perbandingan Rata-rata Tes akhir pada Tahap Prasiklus, Siklus 1 dan
Siklus 2

No. Pelaksanaan Siklus Rata-rata


1 Prasiklus 67,79
2 Siklus 1 80.28
3 Siklus 2 85.45

D. Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan-keterbatasan dalam penelitian yang peneliti lakukan adalah
sebagai berikut:
1. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan di MTs. Negeri Planjan
mencoba menerapkan model pembelajaran dengan metode problem solving,
sebagai upaya meningkatkan keaktifan dalam pembelajaran fikih. Merupakan
keterbatasan penelitian, diantarnya cara memperoleh data dari penelitian
tersebut, peneliti harus mengamati secara langsung dengan cermat
penerapan model pembelajaran problem solving di kelas sebagai upaya

70
meningkatkan keaktifan, dengan mengamati secara langsung maka peneliti
yang dibantu oleh kolaborator harus benar-benar kerja keras untuk
memperoleh data dan mengetahui perkembangan yang dialami oleh siswa
selama model pembelajaran tersebut diterapkan. Namun menjadi sebuah
kelebihan, dengan meneliti secara langsung di kelas, peneliti dapat melihat
secara langsung aktivitas pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran dengan metode problem solving.
2. Penelitian di MTs. Negeri Planjan oleh peneliti yang dilaksanakan di kelas
IXA yaitu menerapkan model pembelajaran dengan metode problem solving
dalam pembelajaran fikih. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan kelas
IXA sebagai sampel penelitian yang jumlahnya 29 siswa sedangkan
jumlah siswa keseluruhan adalah 194 siswa. Sehingga dalam penelitian ini
yang mencoba menerapkan model pembelajaran dengan metode problem
solving tidak dapat menyeluruh di semua kelas. Hal ini disebabkan karena
adanya keterbatasan peneliti untuk melakukan penelitian di semua kelas di
MTs. Negeri Planjan.
3. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) oleh peneliti di MTs. Negeri Planjan
Kesugihan tidak lepas dari sumber-sumber pustaka sebagai landasan teori
dari penelitian ini. Dengan segala keterbatasan yang dimiliki oleh peneliti,
maka referensi, daftar pustaka atau hasil-hasil penelitian yang relefan dengan
penelitian kurang maksimal dalam mencari sumber tersebut. Sehingga
menjadi sebuah kekurangan dan keterbatasan dalam penelitian ini.
4. Penelitian ini dilaksanakan pada saat menjelang Ujian Akhir Nasional
(UAN) bagi kelas tiga, sehingga dalam waktu yang terbatas penelitian
dilakukan dalam tiga tahap yaitu prasiklus, siklus 1 dan siklus 2
5. Penelitian ini hanya bertujuan untuk meningkatkan keaktifan siswa pada
pembelajaran fikih di kelas IXA MTs. Negeri Planjan melalui metode
problem solving yaitu berusaha mengaitkan materi yang diajarkan dengan
lingkungan kehidupan siswa secara nyata. Sehingga dengan metode dan

71
metode yang tepat maka siswa akan belajar lebih keaktifan karena senang
terhadap materi pelajaran tersebut dan guru yang akan menyampaikan
materi di dalam kelas.
6. Keterbatasan-keterbatasan yang peneliti hadapi di atas tentunya sedikit
banyak berpengaruh terhadap penelitian yang peneliti lakukan. Namun
demikian, banyak hambatan dan tantangan yang harus dihadapi, peneliti
bersyukur bahwa penelitian ini telah berhasil dengan lancar dan sukses.

72
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Karya ilmiah data dan analisis penelitian tentang upaya meningkatkan prestasi
belajar peserta didik dalam pembelajaran fikih melalui metode problem
solvingdi MTs Negeri Planjan Kesugihan dari bab I sampai IV maka pada
akhir karya ilmiah ini dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan oleh peneliti di MTs.
Negeri Planjan dengan menerapkan model pembelajaran dengan metode
problem solving sebagai upaya meningkatkan prestasi belajar peserta didik
dalam pembelajaran fikih. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan melalui
tahapan-tahapan yang disebut siklus yaitu untuk mengetahui perkembangan dan
peningkatan prestasi belajar fikih dengan metode problem solving. Penerapan
model pembelajaran dengan metode problem solving dalam penelitian ini
membawa dampak yang positif terhadap aktivitas belajar peserta didik
terutama mengurangi kejenuhan dan sebagai variasi pembelajaran. Ada
beberapa peserta didik yang sebelumnya mempunyai prestasi dan hasil belajar
yang rendah menjadi lebih berprestasi dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini
dapat dilihat dari perolehan skor yang di prosesntasekan melalui pengamatan
tentang prestasi belajar peserta didik dengan indikator kesiapan dan keaktifan
dalam proses pembelajaran. Prosentase peningkatan prestasi belajar dari
prasiklus, siklus 1 sampai siklus 2 yaitu dari 65,71 % meningkat menjadi 72,
86 % dan meningkat menjadi 81,43 % di atas rata-rata yang ditentukan yaitu
70 %. Sedangkan peningkatan tes akhir dari prasiklus, siklus 1 sampai siklus 2
dapat dilihat dari nilai rata- rata pada masing-masing siklus yaitu 67,79
meningkat menjadi 80,28 dan meningkat menjadi 85,45, dan peningkatan
tersebut di atas kriteria ketuntasan minimal (KKM) yaitu 70. Seperti peserta
didik yang tes akhirnya di bawah kriteria ketuntasan minimal menjadi

73
meningkat sampai di atas KKM yaitu dari prasiklus yang tidak memenuhi
KKM sebanyak 16 peserta didik, siklus 1 sebanyak 5 peserta didik dan siklus 2
semua peserta didik tuntas semua.
B. Saran
Mengingat pentingnya metode pembelajaran problem solving untuk
meningkatkan prestasi belajar peserta didik, maka peneliti mengharapkan
beberapa hal yang berhubungan dengan masalah tersebut di atas sebagai
berikut:
1. Guru Fikih
a. Hendaknya dalam proses belajar mengajar, guru harus benar-benar
paham menyiapkan pembelajaran dengan sebaik mungkin, agar materi
tersampaikan secara maksimal.
b. Hendaknya pembelajaran dirancang sedemikian rupa dan
memperkaya variasi mengajar. Hal ini untuk mengantisipasi
kejenuhan yang dialami oleh peserta didik. Dan selalu memantau
perkembangannya terutama dari perilaku, pemikiran dan pemahaman
terhadap materi yang diajarkan.
c. Pelaksanaan pembelajaran dengan metode problem solving pada mata
pelajaran fikih agar dapat dilakukan tidak hanya sampai pada selesainya
penelitian ini saja, akan tetapi dilanjutkan dan dilaksanakan secara
kontinu sebagai program untuk meningkatkan prestasi dan mengurangi
kejenuhan pada waktu melaksanakan pembelajaran
2. Pihak sekolah
a. Hendaknya seluruh pihak sekolah mendukung dalam kegiatan
pembelajaran yang berlangsung
b. Memfasilitasi proses pembelajaran dengan melengkapi sarana dan
prasarana yang dibutuhkan.
Kepada semua pihak sekolah terutama para guru, sudah seharusnya
meningkatkan kompetensi termasuk kompetensi profesional serta

74
membekali diri dengan pengetahuan yang luas, karena sesungguhnya
kompetensi yang dimiliki oleh guru sangat mempengaruhi keberhasilan
proses pembelajaran yang akhirnya akan dapat menghasilkan peserta
didik yang berprestasi, berbudi pekerti luhur, dan berakhlakul
karimah yang mampu berdampak positif pada perkembangan dan
kemajuan sekolah.
C. Penutup
Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, taufik hidayah serta inayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penurunan karya ilmiah ini.
Dalam pembahasan-pembahasan karya ilmiah ini tentunya tidak luput
dari kekurangan dan ketidaksempurnaan. Hal ini dikarenakan keterbatasan
pengetahuan dan kemampuan yang penulis miliki. Saran-saran yang penulis
ungkapkan di atas diharapkan menjadi koreksi dan bagan pertimbangan bagi
MTs. Negeri Planjan.
Peneliti berharap semoga karya ilmiah yang sederhana ini bermanfaat bagi
penulis pada khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya

75
DAFTAR PUSTAKA
Mohamad Surya, Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran, (Bandung :
Pustaka Bani Quraisy, 2003)
Ad Roijakkers, Mengajar dengan Sukses; Petunjuk untuk
Merencanakan dan Menyampaikan Pengajaran, cet. IX (Jakarta: PT. Grasindo,
1993)
Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis
Kompetensi, (Jakarta: Kencana, 2006),
Martinis Yamin, Kiat Membelajarkan Siswa, (Jakarta: Gaung Persada
Press, 2007),
Adi W Gunawan, Genius Learning Strategi : Petunjuk Praktis Uintuk
Menerapkan Accelerated Learning, (Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 2004)
Ismail. SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM,
(Semarang : Rasail Media Grup, 2008)
Hasan Alwai, et.al., Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2005)
M.Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumu Aksara, 2003), Cet. 5
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorentasi Standar Proses
Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2007)
Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2006)
Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi Dan Prakteknya,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2003)
Sukardi, Penelitian Kulitatif-Naturalistik Dalam Pendidikan,
(Yogyakarta: Usaha Keluarga, 2006)

76

Anda mungkin juga menyukai