Anda di halaman 1dari 28

IDENTIFIKASI MASALAH UNTUK PTK

Nama Mahasiswa : ZAINUDDIN

Bidang Studi : Pendidikan Agama Islam

Nama LPTK : IAIN Bukittinggi

IDENTIFIKASI MASALAH

1. Pembelajaran di lakukan secara tatap muka

2. Prestasi belajar peserta didik mengalami penurunan

3. Kurangnya model pembelajaran yang di gunakankan guru untuk meningkatkan prestasi

belajar peserta didik.

4. Metode yang digunakan guru monoton

RUMUSAN MASALAH

Bagaimana Penerapan model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction Dalam

Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas 1V Pada Mata Pelajaran Pendidika Agama Islam

dan apa saja Faktor-faktor yang mempengaruhi Penerapan model pembelajaran Aptitude

Treatment Interaction Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas 1V Pada Mata

Pelajaran Pendidikan Agama Islam.

JUDUL :

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT

INTERACTION DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS

IV PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


RENCANA TINDAKAN

1. Guru akan meningkatkan prestasi belajar siswa dengan Model Pembelajaran Aptitude

Treatment Interaction

2. Guru akan menerapkan Model Pembelajaran Aptitude Treatment Interaction untuk

meningkatkan prestasi belajar peserta didik

3. Guru akan memvariasikan model dan metode pembelajaran yang menarik minat belajar

peserta didik agar dapat meningkatkan prestasi peserta didik.

Teluk Kuantan, 03 September 2022

Guru PAI - BP

ZAINUDDIN
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT

INTERACTION DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS

IV PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS

DI BUAT UNTUK MEMENUHI TUGAS PENDIDIKAN PROFESI GURU

Oleh :

ZAINUDDIN

Mahasiswa PPG Dalam Jabatan

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN ( FTIK )

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

IAIN BUKITTINGGI SUMATERA BARAT

TAHUN 2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah.

Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat, dan

pemerintahan, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan pelatihan yang berlangsung di

sekolah dan diluar sekolah sepanjang hayat, untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat

memainkan peran dalam berbagai lingkungan hidup secara tepat di masa yang akan datang,

dalam kegiatan tersebut dibutuhkan seseorang guru yang professional yang secara implicit ia

telah merelakan diirinya menerima dan memikul sebagian tanggung jawab pendidikan yang

terpikul dipundak orang tua.1

Guru memegang peranan penting dalam proses belajar mengajar, dipundaknya

terpikul tanggung jawab utama keefektifan seluruh usaha kependidikan persekolahan.

Masyarakat dari yang terkebelakang sampai yang paling maju, mengakui bahwa guru

merupakan satu diantara sekian banyak unsure pembentuk utama calon anggota masyarakat.

Untuk mewujudkan hal tersebut diperlukan rasa tanggung jawab yang besar dari

seseorang guru dalam melaksanakna proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar adalah

suatu kegiatan yang bernilai edukatif, nilai edukattif mewarnai interaksi yang terjadi antara

guru dan peserta didik. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Syaiful Bahri Djamarah dan

Aswan Zain;

“Interaksi yang bernilai edukatif dikarenakan kegiatan belajar mengajar yang


dilakukakan, diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah dirumuskan
sebelum pengajaran pendidikan, guru dengan sadar merencanakan kegiatan

1
Zakiyah Darajat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam(Jakarta: Bumi Aksara, 2006) hal 39
pengajaran yang sistematis dengan memanfaatkan segala sesuatunya guna
kepentingan pengajaran.”2

Dari pernyataan diatas dapat dipahami bahwa dalam proses belajar mengajar yang

melakukan kegiatan interaksi yang bernilai edukatif, yaitu adanya interaksi antara pendidik

dengan peserta didik yang terarah dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya,

guru merencanakna kegiatan pengajaran yang sistematis dengan memanfaatkan segala sesuatu

yang digunakan dalam pengajaran.

Konsep mengajar dalam perkembangan masih dianggap sebagai suatu kegiatan yang

menyampaikan dan mentransper ilmu pengetahuan, mengajar menurut pengertinnya

merupakan suatu perbuatan yang kompleks. Perbuatan yang kompleks dapat diterjemahkan

sebagai perubahan tingkah laku terhadap peserta didik yang dituangkan atau yang

disampaikan dalam pesan pengajaran.3

Mengajar adalah mengatur dan mengorganisasikan lingkungan yang ada disekitar

siswa sehingga dapat mendorong dan menetukan siswa melakukan kegitan belajar. Menurut

S. nasution seperti yang dikutip Ramayulis pengertian “mengajar merupakan penanaman

pengetahuan pada anak, penyampaian kebudayaan pada anak dan merupakan aktivitas

mengorganisasikan atau mengajar lingkungan dengan sebaik-baiknya dan menghubungkan

dengan anak sehingga terjadi proses belajar mengajar.”4

Dalam proses belajar mengajar guru harus jeli dalam memilih, mendesain dan

menetapkan prosedur, model, strategi dan metode belajar mengajar yang dianggap paling

cocok, tepat dan efektif. Model pembelajaran adalah bagaimana guru menyajikan materi

2
Syaiful Bahri Djamarah, dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, ( Jakarta:Rineka Cipta, 2006)
hal 1
3
Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, ( Bandung : Remaja Rosda Karya, 2003 ), hal 84
4
Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam( Jakarta: Bina Aksara, 2010) hal 180
untuk memotivasi dan mendorong peserta didik untuk lebih aktif dalam pembelajaran,

sehingga materi atau tujuan pembelajaran yang disampaikan guru bisa dicapai dengan baik.

Disamping untuk keberhasilan saat proses belajar mengajar perlu memperhatikan

mosel atau strategi yang digunakan, agar materi yang disampaikan lebih mudah diserap oleh

peserta didik. Model pembelajaran artau strategi pembelajaran yang akan dipilih dan

digunakan oleh guru bertitik tolak dari tujuan pembelajaran yang akan dicapai, maka guru

harus mampu menetukan model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta didik,

sebab model pembelajaran pada dasarnya adalah suatu jalan untuk mencapai tujuan

pembelajaran.

Salah satu model pembelajaran yang dapat menggali potensi dan mengaktifkan

peserta didik adalah aptitude treatment interaction. Dimana model ini bisa membuat guru dan

peserta didik sama-sama aktif. Dan juga model ini berangkat dari bagaimana perlakuan guru

terhadap peserta didik, dan bagaimana sikap peserta didik terhadap guru dalam proses

pembelajaran, sehingga antara guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran saling aktif

dan berinteraksi untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Namun dari kenyataan yang penulis temukan dilapangan, penulis menemukan

berbagai gejala-gejala yaitu sebagai berikut:

1. Guru Pendidikan Agama Islam di SDN 009 Seberang Taluk kurang kreatif dalam

menyesuaikan antara materi pembelajaran dengan model pembelajaran.

2. Ada sebagian siswa dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam kurang aktif dan kreatif

didalam belajar sehingga tujuan pembelajaran tidak dapat dicapai dengan baik.

3. Ada sebagian siswa ketika diskusi kelompok pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam

yang kurang aktif dalam mengeluarkan pendapat-pendapatnya sehingga diskusi


pembelajaran tidak berjalan dengan lancar dan tujuan pembelajaran tidak dapat dicapai

dengan baik.

Dari gejala-gejala diatas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian yang

berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Aptitude Treatment Interaction Dalam

Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas IV Pada Mata Pelajaran Pendidikan

Agama Islam”

Dari rumusan esensial yang dikemukan di atas, terlihat secara hakiki Aptitude

Treatment Interaction bertujuan untuk menciptakan kesesuaian antara perlakuan atau metode

pembelajaran (treatment) dengan perbedaan kemampuan (aptitude) peserta didik, Sehingga

dapat dikembangkan pembelajaran yang dapat mengakomodasi dan mengapresiasi perbedaan

kemampuan serta kebutuhan peserta didik dalam rangka mencapai optimalisasi hasil belajar.5

Ada beberapa yang esensial dari model pembelajaran Aptitude treatment interaction

yaitu:

1. Aptitude Treatment Interaction merupakan satu model pembelajaran (treatment) yang

efektif digunakan untuk peserta didiktertentu sesuai dengan perbedaab kemampuan

(aptitude) nya.

2. Aptitude Treatment Interaction berasumsi bahwa optimalisasi hasil belajar akan tercapai

bilamana perlakuan-perlakuan (treatment) dalam pembelajaran disesuaikan sedemikian

rupa dengan perbedaan kemampuan (aptitude) peserta didik.

3. Hubungan timbal balik antara hasil belajar yang dicapai peserta didik dengan pengaturan

kondisi pembelajaran dikelas atau hasil belajar yang diperoleh peserta didik bergantung

kepada bagaiman kondisi pembelajaran yang dikembangkan dikelas (treatment).6

5
Ibid, hal 236
6
Ramayulis, Metodologi Pendidiksn Agsma Islam, ( Jakarta : Kalam Mulia, 2010) hal 236.
B. Permasalahan

1. Identifikasi masalah

Sebagaimana yang telah dipaparkan pada latar belakang bahwa permasalahan pokok

kajian penulis yaitu Penerapan Model Pembelajaran Aptitude Treatment Interaction

Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas 1V

Pada Mata Pendidikan Agama Islam, Maka penulis mengidentifikasi masalah sebagai

berikut:

a. Bagaimana sikap atau pemahaman siswa terhadap mata pelajaran Pendidikan Agama

Islam di SDN 009 Seberang Taluk

b. Bagaimana perlakuan guru dalam menjelaskan materi pembelajaran terhadap peserta

didik yang berbeda kemampuan atau karakteristiknya?

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi Aptitude Treatment Interaction Dalam Meningkat

Prestasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Ialam

d. Bagaimana interaksi antara guru dan paserta didik dalam model pembelajaran Aptitude

Treatment Interaction Di SDN 009 Seberang Taluk

e. Bagaimana Penerapan Model Pembelajaran Aptitude Treatment Interaction dalam

meningkatkan prestasi belajar siswa Kelas 1V Pada Mata Pelajaran Agama Islam

2. Batasan Masalah.

Mengingat luasnya permasalahan dan keterbasan kemampuan penulis maka

penelitian ini penulis batasi pada masalah yaitu Penerapan Model Pembelajaran Aptitude

Treatment Interaction Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas 1V Pada Mata

Pelajaran Agama Islam Faktor-faktor yang mempengaruhi Penerapan Model Pembelajaran


Aptitude Treatment Interaction dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas 1V.

Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam

3. Rumusan Masalah

Untuk memudahkan penulis dalam penelitian ini maka penulis, merumuskan masalah

sebagai berikut:

a. Bagaimana Penerapan model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction Dalam

Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas 1V Pada Mata Pelajaran Pendidika Agama

Islam

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi Penerapan model pembelajaran Aptitude Treatment

Interaction Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas 1V Pada Mata Pelajaran

Pendidikan Agama Islam

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian.

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui bagaimana Penerapan model pembelajaran Aptitude Treatment

Interaction Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas 1V Pada Mata Pelajaran

b. Untuk mengetahui Faktor-faktor yang mempengaruhi Penerapan model pembelajaran

Aptitude Treatment Interaction Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas

1VPada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Sebagai bahan pemikiran bagi penulis agar dapat dicari solusinya dalam mengatasi

berbagai permasalahan yang terjadi dalam proses pembelajaran.


b. Untuk Efektivitas model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction Dalam

Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas 1V Pada Mata Pelajaran Pendidikan

Agama Islam

c. Untuk memenuhi prasyarat dalam meraih gelar sarjana Pendidikan Islam di Universitas

Islam Kuantan Singingi ( UNIKS ).

F. Sistematika Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah, Permasalahan yang memuat, Identifikasi,

Batasan dan Rumusan Masalah, Alasan Pemilihan Judul, Penegasan

Istilah, Tujuan dan Manfaat Penelitian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kajian Teoritis, Penelitian Relevan, Definisi Operasional.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

B. Subjek dan Objek Penelitian

C. Populasi dan Sampel

D. Teknik Pengumpulan Data

E. Teknik Analisa Data

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISA DATA

A. Tinjauan Umum Lokasi


B. Penyajian Data

C. Analisa Data

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran-saran
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teoritis

1. Model Pembelajaran Aptitude Treatment Interaction

Aptitude dalam kamus bahasa Indonesia merupakan kata benda yang berarti bakat,

kecerdasan, ketangkasan. Treatment adalah perlakuan, cara memperlakukan, perawatan

sedangkan interaction adalah interaksi, pengaruh timbal balik, saling mempengaruhi.

Pembelajaran aptitude treatment interaction merupakan salah satu model

pembelajaran pengelompokan dan pengaturan lingkungan belajar yang memiliki aturan-

aturan tertentu. Prinsip dasar pembelajaran aptitude treatment interaction adalah siswa

membentuk kelompok kecil.

Menurut Gronbach7, aptitude treatment interaction adalah sebuah pendekatan dalam

pembelajaran yang berusaha mencari dan menemukan perlakuan-perlakuan (treatment)

yang cocok dengan perbedaan kemampuan (aptitude) peserta didik, yaitu perlakuan

(treatment) yang secara optimal efektif diterapkan untuk pserta didik yang berbeda

kemampuannya.

Dari pengertian yang dikemukakan Snow secara implicit akan terlihat adanya

hubungan timbale balik antara hasil belajar yang diperoleh peserta didik dengan

pengaturan kondisi pembelajaran. Hal ini berate bahwa hasil belajar yang diperoleh peserta

didik dipengaruhi oleh kondisi pembelajaran yang dikemukan pendidik dikelas. Dengan

demikian berat bahwa semakin cocok perlakuan atau metode pembelajaran (treatment),

7
Ramayulis, Metodologi … hal 235
yang diterapkn pendidik dengan perbedaan kemampuan (aptitude) peserta didik makin

optimal hasil belajar yang dicapai.8

Ada beberapa yang esensial dari pendekatan aptitude treatment interaction sebagai

berikut:

Pertama, aptitude treatment interaction approach merupakan suatu model yang

berisikan sejumlah strategi pembelajaran (treatment) yang efektif digunakan untuk peserta

didik tertentu sesuai dengan kemampuan (aptitude) nya.

Kedua, Sebagai kerangka teoritik pendekatan aptitude treatment interaction

berasumsi bahwa optimalisai prestasi akademik atau hasil belajar akan tercipta bilamana

perlakuan-perlakuan (treatment) dalam pembelajaran disesuaikan sedemikian rupa dengan

perbedaan kemampuan (aptitude) peserta didik.

Ketiga, Terdapat hubungan timbale balik antara hasil belajar yang dicapai peserta

didik dengan pengaturan pembelajaran dikelas. Atau dengan kata lain, hasil belajar yang

diperoleh peserta didik (achievement) bergantung kepada bagaiman kondisi pembelajaran

yang dikembangkan pendidik di kelas (treatment).9

Dari makna esensial di atas, terlihat bahwa secara hakiki pendekatan aptitude

treatment interaction bertujuan untuk menciptakan kesesuain antara perlakuan atau metode

pembelajaran (treatment) dengan perbedaan kemampuan (aptitude) peserta didik, sehingga

dapat dikembangkan pembelajaran yang dapat mengakomodasi dan mnegapresiasi

perbedaan kemampuan serta kebutuhan peserta didik dalam rangka mencapai optimalisasi

hasil belajar10

8
Ibid, hal 236
9
Ibid
10
Ibid
Keberhasilan model pembelajaran aptitude treatment interaction mencapai tujuannya

dapat dilihat dari sejauhmana terdapat kesesuain antara perlakuan-perlakuan (treatment)

yang diimplementasikan dalam pemeblajaran dengan kemampuan (aptitude) peserta didik.

Kesesuain tersebut akan termanisfestasi pada optimalisasi hasil belajar yang dicapai

peserta didik.11

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tujuan utama pengembangan model

pembelajaran aptitude treatment interaction adalah dapatnya disesuaikan perlakuan atau

metode pembelajaran (treatment) dengan perbedaan kemamapuan (aptitude) peserta didik,

agar tercipta optimalisasi hasil belajar.

Penerapan pengembangan model pembelajaran aptitude treatment interaction dapat

dicapai dengan baik, maka dalam implementasinya perlu diperhatikan dan dihayati

beberapa prinsip yang dikemukan snow sebagai berikut:

Pertama, Interaksi antara kemampuan (aptitude) dan perlakuan (treatment)

pembelajaran berlangsungdidalam pola-pola yangkompleks, dan senantiasa dipengaruhi

oleh variable-variabel tugas atau jabatan dan situasi.

Kedua, lingkunganpembelajaran yang terstruktur cocok bagi peserta didik yang

memiliki kemampuan rendah, sedangkan lingkungan pembelajaran yang kurang terstruktur

(fleksibel) lebih pas untuk peserta didik yang pandai.

Ketiga, peserta didik yang memiliki rasa percya diri kurang atau sulit dalam

menyesuaikan diri (pencemas atau minder), cendrung belajarnya lebih baik bila berada

dalam lingkungan belajar yang sangat terstrukur. Sebaliknya bagi peserta didik yang tidak

11
Ibid, hal 237
pencemas atau memiliki rasa percaya diri tinggi belajarnya akan lebih baik dalam situasi

agak longgar (fleksibel).12

Dari prinsip-prinsip yang dikemukakan diatas, dapat dimengerti bahwa dalam

mengimplementasikan model pembelajaran aptitude treatment interaction, masalah

pengelompokan dan pengaturan lingkungan belajar bagi masing-masing karakteristik

kemampuan (aptitude) peserta didik.13

Model pembelajaran aptitude treatment interaction dalam proses pembelajaran

dilakasanakan melalui langkah-langkah sebagai berikut:

a. Treatment awal

Pemberian perlakuan (treatment) awal terhadap peserta didik dengan menggunakan

aptitude testing (test kemampuan). Perlakuan pertama ini dimaksudkan untuk

menentukan dan menetapkan klasifikasi kelompok peserta didik berdasarkan tingkat

kemampuan (aptitude), dan sekaligus juga untuk mengetahui potensi kemampuan

masing-masing peserta didik dalam menghadapi informasi atau pengetahuan atau

kemampuan-kemampuan yang baru.

b. Pengelompokan peserta didik

Peserta didik didalam kelas diklasifikasikan menjadi tiga kelompok yang terdiri dari

peserta didik yang berkemampuan tinggi, sedang dan rendah.

c. Memberi perlakuan (treatment)

Kepada masing-masing kelompok diberikan perlakuan (treatment) yang dipandang

cocok atau sesuai dengan karakteristiknya. Dalam penedekatan inikepada peserta didik

yang berkemampuan tinggi diberikan perlakuan berupa self-learning melalui modul.

12
Ibid, hal 237-338
13
Ibid
Peserta didik yang berkemampuan sedang diberikan perlakuan secara konvensional atau

regular teaching. Sedangkan peserta didik yang berkemampuan rendah diberikan

perlakuan dalam bentuk regular teaching-tutorial. Tutorial diberikan dapat oleh peserta

didik itu sendiri atau para tutor atau mentor yang sudah menerima petunjuk dan

bimbingan dari pendidik.

d. Achievement test

Di akhir setiap pembelajaran dilakukan penilaian hasil belajar terhadap ketiga

kelompok tersebut. Setelah diberiakn perlakuan-perlakuan (treatment) pembelajaran

kepada masing-masing kelompok peserta didik (tinggi, sedang, rendah) diadakan

achievement test. Revisi (dalam rentang waktu yang sudah dijadwalkan), diadakan

achievement test untuk mengukur tingkat pnguasaan peserta didik terhadap apa yang

sudah dipelajarinya.14

Adapun factor-faktor yang mempengaruhi dari pendekatan aptitude treatment

interaction sebagai berikut:

a. Faktor interen siswa ( factor diri pribadi siswa ). Siswa merupakan organisme unik

yang berkembang sesuai dengan perkembangannya. Perkembangan anak adalah

perkembangan seluruh aspek kepribadiannya, akan tetapi tempo dan irama

perkembangan masing-masing anak pada setiap aspek tidak selalu sama.15

b. Faktor lingkungan. Lingkungan adalah salah satu strategi yang mendorong siswa

agar memnfaatkan lingkungan sebagai sumber daya yang dikelolanya sebagai

sumber yang dapat memberikan nilai tambah baginya. Dalam arti pembelajaran

14
Ibid, hal 238-240
15
Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, ( Jakarta : Kencana Prenada Media,
2000), hal 17
menggunakan lingkungan merupakan salah satu upaya untuk mengoptimalkan dan

mengingkatkan hasil pembelajaran.

c. Faktor komunikasi adalah factor yang harus dikembangkan di dalam kelas. dimana

factor komunikasi adalah factor yang urgen dimana guru dan siswa saling bernteraksi

satu sama lainnya.

2. Prestasi Belajar Siswa

Prestasi belajar adalah sebuah kalimat yang terdiri dari kata yaitu “prestasi” dan

“belajar”. Antara prestasi dan belajar mempunyai arti yang berbeda. Oleh karena itu,

sebelum pengertian prestasi belajar dibicarakan ada baiknya pembahasan ini diarahkan

pada masalah pertama untuk mendapatkan pemahaman lebih jauh mengenai makna kata

prestasi dan belajar. Hal ini juga untuk memudahkan memahami lebih mendalam tentang

pengertian prestasi belajar itu sendiri.

Menurut Syaiful Bahri Djamarah, prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah

dikerjakan, diciptakan, baik secara individu maupun kelompok. Prestasi tidak akan pernah

dihasilkan selama seseorang tidak melakukan suatu kegiatan. Dalam kenyataan, untuk

mendapatkan prestasi tidak semudah yang dibayangkan, tetapi penuh perjuangan dengan

berbagai tantangan yang dihadapi untuk mencapainya. Hanya denga keuletan dan

optimisme dirilah yang dapat membantu untuk mencapainya. Oleh karena itu wajarlah

pencpaian hasil prestasi harus dengan jalan keuletan kerja.16

Banyak kegiatan yang bisa dijadikan sebagai sarana untuk mendapatkan prestasi.

Dari kegiatan tertentu yang digeluti untuk mendapatkan prestasi, maka muncullah berbagai

pendapt dari para ahli sesuai keahlian mereka masing-masing untuk memberikan

16
Syaiful Bahri Djamarah, Prestasi Belajar Dan Kompetensi Guru ( Surabaya : Usaha Nasional, 1994
), hal 5
pengertian mengenai kata prestasi. Namun secara umum mereka sepakat bahwa “Prestasi”

adalah hasil dari suatu kegiatan.17

W.J.S. Poerwodarminto berpendapat bahwa prestasi adalah hasil yang telah dicapai

( dilakukan, dikerjakan dan sebagainya ). Sementara Nasrum Harapan dan kawan-kawan

memberi pengertian bahwa prestasi adalah penilaian pendidikan perkembangan kemajuan

murid yang berkenaan dengan penguasaan bahan pelajaran yang disajikan kepada mereka

serta nilai-nilai yang terdapat dalam kurikulum.18

Dari berbagai pengertian prestasi yang dikemukan oleh para ahli, maka dapat diambil

kesimpulan bahwa prestasi adalah hasil yang dicapai dari suatu kegiatan. Untuk itu dapat

kita pahami bahwa prestasi adalah hasil dari kegiatan yang dicapai dari suatu kegiatan yang

telah dikerjakan, diciptakan, yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan

keuletan kerja, baik individu maupun kelompok dalam bidang kegiatan tertentu.19

Dengan penjelasan tentang pengertian prestasi belajar dan tujuan belajar tersebut di

atas maka dapatlah dikemukakan bahwa pada dasarnya prestasi adalah hasil yang diperoleh

dari suatu aktivitas. Sedangkan belajar pada dasarnya adalah suatu proses yang

mengakibatkan suatu perubahan dalam tingkah laku. Dengan demikian dapat diambil

pengertian yang cukup sederhana mengenai hal ini. Dengan belajar dan berprestasi maka

akan diperoleh suatu sebab akibat yang mengakibatkan perubahan-perubahan dalam diri

sendiri individu hasil dari aktivitas dalam proses belajar yang berupa keterampilan,

kecakapan, dan pengetahuan.

17
Ibid hal 19
18
W.J.S Poerwadinata, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka 1997, hal 787
19
Syaiful Bahri Djamarah, Prestasi... hal 21
B. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang penulis lakukan dengan judul Penerapan model pembelajaran

Aptitude Treatment Interaction Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas IV Pada

Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam, relevan dengan penelitian Dwi Nugroho Hidayanto

dengan judel Efektivitas Model Pembelajaran Aptitude treatment interaction dalam

meningkatkan prestasi belajar siswa di SDN menemukan "Fenomena rendahnya mutu

pembelajaran disebabkan oleh sikap spekulatif dan intuitif guru dalam memilih metode dan

strategi pembelajaran...". Karena itu ia menyatakan bahwa "peningkatan kualitas pendidikan

dapat dilakukan dengan memperbaiki kualitas pembelajaran, dan peningkatan kualitas

pembelajaran dapat ditempuh dengan meningkatkan pengetahuan tentang merancang metode-

metode pembelajaran yang lebih efektif, efisien, dan memiliki daya tarik".

Dan juga relevan dengan Hasil penelitian yang dilakukan oleh Astuti, mahasiswa S2

jurusan Teknologi Pendidikan yang meneliti tentang "Perbedaan Prestasi Belajar dengan

Menggunakan Model Pembelajaran Induktif dan Model Pembelajaran Konvensional Siswa

SDN Negeri Bandar Lampung" menyatakan, bahwa model pembelajaran konvensional belum

mampu menjadikan semua siswa di kelas bisa menguasai kompetensi minimal yang telah

ditetapkan, terutama siswa yang berkemampuan rendah belum memperoleh layanan

pembelajaran yang optimal dalam pembelajaran konvensional.

Di samping itu, siswa yang memiliki kemampuan belajar tinggi, belum memperoleh

layanan secara optimal dalam pembelajaran. Dan penelitian yang penulis lakukan ini

mengetengahkan bagaimana perlakuan guru terhadap siswa dalam pembelajran, dan

bagaimana sikap siswa terhadap guru, dan yang paling urgen masalah yang penulis angkat
yaitu bagaimana guru bisa memberikan materi pembelajaran sesuai dengan kemampuan dan

karakteristik siswa.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

1. Lokasi dan Waktu Penelitian

a. Lokasi Penelitian

Penelitian ini bertempat di SDN 009 Seberang Taluk Kabupaten Kuantan Singingi.

b. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukan pada tanggal 19 September - 18 oktober 2022

2. Subjek dan Objek Penelitian

a. Subjek

Adapun yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah Siswa.

b. Objek

Adapun yang menjadi objek dari penelitian ini adalah Penerapan model pembelajaran

Aptitude Treatment Interaction Dalam Meningkatkan Prestasi Bel

ajar Siswa Kelas 1V Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam

3. Rencana Penelitian

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas

adalah pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja di

munculkan oleh guru di dalam kelasnya sendiri. 20 Adapun tujuan pelaksanaan PTK ini untuk

memperbaiki proses dan meningkatkan kualitas pembelajaran. PTK dapat digunakan untuk

menulis bahan ajar yang berkualitas dan mencari alat bantu mengajar yang paling tepat. 21 Ada

4 (empat) tahap penting dalam PTK yaitu:


20
Suharsimi Arikunto, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta : Bumi Aksara, 2009, hal 2
21
Zainal Aqib, dkk, Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru SMP, SMA, SMK, Bandung : Yrama
Widya, 2009, hal 15
1. Perencanaan/persiapan tindakan.

Pada tahap perencanaan ini peneliti melakukan rencana kegiatan sebagai berikut :

a. Menyusun rencana pembelajaran sebagai acuan pelaksanaan proses pembelajaran.

Rencana pembelajaran pada pertemuan kedua dan seterusnya disusun berdasar hasil

analisis terhadap metode penelitian yang digunakan yang diberikan pada pertemuan

sebelumnya.

b. Menyusun lembar kerja siswa.

c. Menyusun lembar observasi aktifitas siswa.

d. Menyusun tes akhir siklus.

2. Pelaksanaan Tindakan

Merupakan Penerapan model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction Dalam

Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas 1V Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama

Islam Di SDN 009 Seberang Taluk yang diterapkan kepada anak didik pada proses belajar

mengajar.

3. Observasi atau pengumpulan data

Pada tahap ini aktivitas peneliti dan siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung

di pantau oleh guru mitra dengan menggunakan pedoman lembar observasi aktivitas

peneliti dan aktivitas siswa.

4. Refleksi

Pada tahap ini data-data yang diperoleh dari tiap siklus dikumpulkan untuk dianalisis

dan selanjutnya diadakan refleksi terhadap hasil analisis yang diperoleh sehingga dapat

diketahui ada tidaknya peningkatan ketuntasan belajar sebelum tindakan dan sesudah
tindakan. Hasil belajar inilah yang nantinya digunakan sebagai bahan pertimbangan

pelaksanaan siklus berikutnya.

Keempat tahap dalam PTK tersebut membentuk sebuah siklus, yang kegiatannya

beruntun dan akan kembali kelangkah semula.22 Penelitian ini dilakukan dalam beberapa

siklus, sampai terjadi peningkatan.

4. Rencana Tindakan

Dalam penelitian ini, peneliti yang melakukan tindakan sedangkan guru mata

pelajaran Agama Islam berperan sebagai pengamat atau sebagai Obsever selama proses

pembelajaran. Tindakan yang dilakukan dalam proses pembelajaran di kelas pada penelitian

ini adalah Penerapan model pembelajaran Aptitude Treatment Interaction Dalam

Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa.

Agar penelitian tindakan kelas ini berhasil dengan baik tanpa hambatan yang

mengganggu kelancaran penelitian, peneliti menyusun tahap-tahap yang dilalui dalam

penelitian tindakan kelas, yaitu :

a. Perencanaan atau persiapan tindakan.

b. Pelaksanaan tindakan.

c. Observasi.

d. Refleksi

 SIKLUS I :

a. Perencanaan.

Adapun kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan ini adalah sebagai

berikut :

22
Suharsimi Arikunto, Penelitian.... hal 20
1) Membuat rencana pembelajaran.

2) Menyiapkan alat bantu mengajar berupa buku paket yang diperlukan dalam rangka

untuk mencapai ketuntasan belajar siswa.

3) Membuat alat evaluasi untuk melihat ketuntasan belajar siswa.

b. Observasi dan Refleksi.

1) Observasi.

Observasi mencakup prosedur pengumpulan data tentang proses dan hasil

implementasi tindakan yang dilakukan.23 Selama proses pembelajaran berlangsung,

peneliti mengamati perkembangan aktifitas siswa dalam kegiatan pembelajaran

Aqidah Akhlak dengan mengisi lembaran-lembaran observasi yang telah dibuat.

Diakhir pembelajaran mengadakan evaluasi dengan memberi tes untuk mengetahui

prestasi belajar siswa secara kuantitatif.

2) Refleksi.

Merupakan tahap akhir kegiatan observasi, dimana akan dikumpulkan berbagai

hasil yang diperoleh guna melihat dan menilai apa kelemahan-kelemahan serta

kekurangan-kekurangan yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran siklus I ini

dengan tujuan agar dapat memperbaiki pada tindakan yang dilakukan pada siklus II.

 SIKLUS II :

Pada pelaksanaan siklus II bisa saja berubah, hal ini dapat disesuaikan dengan hasil

refleksi siklus I. Langkah-langkah siklus ini meliputi perencanaan atau persiapan

tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Jika kemudian pada siklus ini

belum belum terlihat atau belum tercapai secara maksimal maka akan dilanjutkan pada

siklus berikutnya. Pada siklus berikutnya peneliti akan menerapkan kegiatan-kegiatan


23
Mulyasa, Praktik Penelitian Tindakan Kelas, ( Bandung : PT Remaja Rosdakarya), hal 71
tambahan atau kegiatan perbaikan dari kegiatan pembelajaran sebelumnya yang sesuai

dengan kebutuhan dan tindak lanjut dari permasalahan yang mungkin terjadi.

5. Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi.

Adalah mengadakan pengamatan secara langsung terhadap objek penelitian.24 Penulis

melakukan observasi atau yang penulis observasi itu adalah Efektivitas model

pembelajaran Aptitude Treatment Interaction Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa.

b. Wawancara

Yaitu tanya jawab antara penulis dengan seseorang yang sebagai sumber objek yang

diteliti, yang diperlukan untuk dimintai keterangan atau pendapatnya tentang suatu hal

untuk dimintai keterangan.25 Yang penulis minta keterangan adalah Guru Pendidikan

Agama Agma Islam

a. Dokumentasi.

Adalah pemberian, pengumpulan bukti-bukti atau dokumen-dokumen.26

Pengumpulan bukti-bukti itu penulis gunakan untuk memperoleh data tentang sejarah

berdirinya SDN 009 Sebarang Taluk visi misi, Struktur organisasi, sarana prasarana,

jumlah guru, jumlah siswa

b. Teknik Tes

Teknik yang dilakukan untuk mengumpulkan data kuantitatif dalam penelitian ini

adalah teknik tes. Dimana data yang dikumpulkan berasal dari hasil test evaluasi pada tiap-
24
Suharsimi Arikunto,Proses PenelitianSuatu Pendekatan Praktek, ( Jakarta : Rineka Cipta, 2010)
Edisi Revisi hal.173-174
25
Tri rama K, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, ( Surabaya : Mitra Pelajar, 2002), hal 585
26
Ibid hal 129
tiap siklus yang terdiri setiap siklus pada mata pelajaran Agama Islam yang sesuai dengan

indikator dalam rencana pelaksanaan pembelajaran. Data yang dikumpulkan digunakan

untuk mengukur atau mengetahui Prestasi belajar siswa.

6. Teknik Analisa PTK

Analisis data dilakukan dengan teknik analisis deskriptif yaitu mendeskripsikan hasil

belajar siswa setelah Di SDN 009 Seberang Taluk . Skor test hasil belajar yang diperoleh di

analisis berdasarkan ketuntasan belajar siswa.

Ketuntasan belajar siswa dapat dilihat dari persentase tingkat penguasaan siswa pada

setiap indikator baik secara individu maupun klasikal. Dalam penelitian ini target yang ingin

dicapai untuk ketuntasan belajar Agama islam siswa dapat dianalisis dengan melihat

ketuntasan individu berdasarkan KKM SDN 009 Seberang Taluk dengan nilai ≥ 75%

dan ketuntasan klasikal ≥ 75%.

a. Ketuntasan belajar individu siswa dapat dihitung dengan rumus :27

T
T
KI = t ¿ 100 % Keterangan :

KI : Ketuntasan Individu

T : Jumlah skor yang diperoleh siswa

Tt : Jumlah skor maksimum

27
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep Landasan Dan
Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2010, hal
241
b. Ketuntasan belajar klasikal dapat dihitung dengan rumus :

ST
׿ ¿
KK = SS 100 % Keterangan :

KK : Ketuntasan Klasikal

ST : Jumlah siswa yang tuntas

SS : Jumlah seluruh siswa

DAFTAR PUSTAKA

Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, Bandung : Remaja Rosda Karya, 2003


Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Bina Aksara, 2010
Suharsimi Arikunto, prosedur Penelitian Suatu penedektan Praktik Jakarta: Rineka Cipta, 2010,
edisi revisi cet.14
Syaiful Bahri Djamarah, dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta:Rineka Cipta,
2006
Zakiyah Darajat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam Jakarta: Bumi Aksara, 2006
Ramayulis, Metodologi Pengajaran Islam, Jakarta : Kalam Mulia, 1992
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2007
Wena Made, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, Jakarta : Bumi Aksara, 2009
Wina Sanjaya, Perencanaan Dan Desain Sistem Pembelajaran, Kencana, 2004
Saiful BahriDjamarah dan Zain Aswan, Strategi Belajar mengajar, Jakarta : Rineka Cipta, 2006
Zakiah Daradjat,Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : Bumi Aksara, 1994
Sudijono, Pengantar Statistik, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2008
Isjoni, Evaluasi Pengajaran, Pekanbaru : Fakultas Keguruan & Ilmu Pendidikan, 2005
Mahmud, Metode Penelitian , Jakarta: Pustaka Setia
Kementerian Agama Republik Indonesia, Aqidah Akhlak Kelas IV Kurikulum 2013, Jakarta,
2014
W.J.S Poerwadinata, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka 1997
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, Bandung : Remaja Rosda
Karya, 2008

Palingei Hasyim, Pendidikan Agama Islam, Pekanbaru : Fakultas Keguruan & Ilmu Pendidikan,
2005

Anda mungkin juga menyukai