Anda di halaman 1dari 32

A.

Latar Belakang
Dalam fitrah manusia, Allah telah meletakkan kecenderungan pada
kesempurnaan dan keindahan. Kemudian, Dia mengaruniakan manusia
petunjuk pada kesempurnaan yang layak baginya, dan di sempurnakan
dengan makrifat jalan kesempurnaan baginya. Petunjuk pada
kesempurnaan menjamin keselamatan kecerdasan dan pemikiran, agar
memiliki hujah yang kuat, menyempurnakan nikmat hidayah, terpenuhi
setiap sebab yang menjadikannya memilih jalan kebaikan dan
kebahagiaan. Hal ini bisa terpenuhi dengan adanya kapabilitas ilmu dan
kapabilitas jiwa yang tertanam pada diri manusia.
Ilmu pengetahuan merupakan keniscayaan dan inheren pada diri
manusia. Di katakan inheren ilmu pengetahuan harus menyatu tertanam
pada diri manusia sehingga bertransformasi membentuk manusia religius,
menapaki jalan hidayah yang abadi, menerabas jalan pendidikan yang
sulit, demi memerinci berbagai ilmu pengetahuan dan memberikan
bimbingan yang semestinya bagi setiap aspek kehidupan manusia.
Untuk menjadi manusia religius di era kekinian di butuhkan
manajemen pendidikan, manajemen sekolah dan manajemen kelas.
Manajemen mendeterminasi tugas-tugas dan kewajiban secara baik,efektif
dan efisien. Manajemen kelas memegang peran keberhasilan siswa dalam
belajar .Keberhasilan siswa dalam belajar sangat ditentukan oleh strategi
pembelajaran yang dilakukan oleh guru.
Sehubungan dengan manajemen kelas, Guru dituntun untuk
memahami komponen-komponen dasar dalam melaksanakan kegiatan
pembelajaran di dalam kelas. Oleh karena itu guru dituntut untuk paham
tentang filosofis dari mengajar dan belajar itu sendiri. Mengajar tidak
hanya sekedar mentransfer ilmu pengetahuan, akan tetapi sejumlah
perilaku yang akan menjadi kepemilikan siswa. Pengaturan metode,
strategi, dan kelengkapan dalam pengajaran adalah bagian krusial dari
kegiatan manajemen pembelajaran di dalam kelas yang harus dilakukan
oleh guru.
Untuk mewujudkan Proses manajemen pembelajaran kelas,
Pengelolaan kelas yang efektif merupakan prasyarat mutlak bagi
terjadinya proses belajar mengajar yang kondusif. Untuk menunjang
kegiatan belajar mengajar yang mengaktifkan siswa perlu diperhatikan
suasana pembelajaran yang dinamis. Merupakan tugas guru yang berkaitan
dengan menyiapkan suasana kondusif di kelas yang diampunya sehingga
peserta didik dapat belajar secara optimal.1
Sehubungan dengan suasana kondusif dikelas, pelajar mendapatkan
pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya
agar tumbuh dan berkembang dengan baik serta mempunyai kepuasan
dalam menerima pelajaran yang diberikan oleh gurunya. Suatu keharusan
yang dilakukan oleh peserta didik adalah belajar. Belajar sebagai suatu
proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu
perubahan perilaku baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman
individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya.2
Belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri
seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru
berkat pengalaman dan latihan.3
Melalui pengalaman dan latihan merupakan sebab yang akan
tercipta akibat positip dalam pengelolaan manajemen kelas. Kelas adalah
tempat para Peserta didik untuk belajar. Sebagian besar waktu belajar
formal dari peserta didik berlangsung dalam ruangan kelas.Berkaitan
dengan proses kegiatan belajar mengajar yang efektif dan efisien, maka
kelas haruslah dikelola sacara baik oleh guru. Pembelajaran dapat
berlangsung secara efektif bila guru dapat memerankan perannya sebagai
pelaksana pembelajaran, sehingga dapat mengelola kegiatan pembelajaran
yang efektif sesuai dengan rencana pembelajaran yang di terapkan di awal.
Pengelolaan kelas yang efektif merupakan prasyarat mutlak bagi
terjadinya proses belajar mengajar yang kondusif. Untuk menunjang

1
Candra Wijaya, Muhammad Rifa’I, (2016), Dasar-dasar Manajemen, Medan Perdana
Publishing, hal.14-15
2
Novan Ardy Wiyani, Manajemen Kelas (Ar-Ruzz Media, 2013),h.17
3
Abdul Rahman Shaleh dan Muhbib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar (Jakarta:
Kencana, 2004), h. 207.

2
kegiatan belajar mengajar yang mengaktifkan siswa perlu diperhatikan
suasana pembelajaran yang dinamis. Merupakan tugas guru yang
berkaitan dengan menyiapkan suasana kondusif di kelas yang diampunya
sehingga peserta didik dapat belajar secara optimal.
Masalah yang di hadapi guru dalam manajemen pembelajaran
kelas, akan berdampak terhadap minat belajar peserta didik. Secara
sederhana minat dapat diartikan sebagai kecenderungan untuk memberikan
perhatian dan bertindak terhadap, aktivitas atau situasi yang menjadi objek
dari minat tersebut dengan di sertai perasaan senang. Perasaan senang akan
mewarnai iklim pembelajaran yang kondusif. Hal ini seorang guru
diharapkan mempunyai kapabilitas manajemen kelas dengan baik.
Manajemen kelas merupakan kompetensi guru yang sangat penting
dikuasai dalam rangka proses pembelajaran.
Tindakan mendidik tersebut tertuju pada perkembangan peserta
didik menjadi mandiri. Untuk dapat berkembang menjadi mandiri, peserta
didik harus belajar. Jika Peserta didik belajar maka akan terjadi perubahan
mental dan minat diri peserta didik dalam pembelajaran.4
Dengan demikian maka tugas guru yang paling pertama adalah
menciptakan suasana kelas yang menunjang terlaksananya kegiatan proses
belajar mengajar yang efektif dan efisien.5
Untuk melihat proses keberhasilan pembelajaran seluruh faktor-
faktor yang berhubungan dengan guru dan murid harus dapat diperhatikan,
mulai dari perilaku guru dalam mengajar sampai dengan tingkah laku
peserta didik yang mencerminkan hasil sebuah pengajaran. Tingkah laku
peserta didik ketika mengikuti proses belajar mengajar dapat
mengindikasikan akan ketertarikan peserta didik tersebut terhadap
pelajaran ini atau sebaliknya. Ketertarikan inilah yang merupakan salah
satu tanda-tanda minat. Kata “minat” berarti kecenderungan hati yang
tinggi terhadap sesuatu, menaruh perhatian atau memiliki rasa suka. 6

4
Dimayanti dan Mudjiono, Belajar & Pembelajaran (Jakarta: Rineka Cipta,2013), h. 5.
5
Muhammad Anwar, Mengajar dengan Teknik Hipnosis (Makassar: Gunadarma Ilmu,
2014), h. 1.
6
Dendy Sugono, Kamus Bahasa Indonesia Cet. I( Jakarta: Pusat Bahasa Depsiknas RI,
2008), h. 957.

3
Keberhasilan suatu pengajaran sangat di pengaruhi oleh adanya rasa
keingintahuan terhadap sesuatu atau dorongan.7Jadi, manajemen kelas
sangat berperan dalam proses pembelajaran sehingga menumbuh
kembangkan minat belajar terhadap materi pembelajaran yang di sajikan.
Berdasarkan hasil observasi di sekolah SDN Bamban Pamotan
pada tanggal 19 Desember 2021 untuk dapat menarik minat belajar peserta
didik, pendidik harusnya mampu memperhatikan minat belajar peserta
didik yang meliputi: perasaan senang, ketertarikan, perhatian peserta didik,
maka guru-guru di SDN Bamban di tuntut responsip terhadap peserta
didiknya.Di samping itu seorang guru harus mampu mendidik peserta
didik sebaik mungkin dan mengelola kelas dalam menumbuhkan minat
belajar peserta didik.
Manajemen kelas meniscayakan adanya proses yang dilakukan
seorang guru agar mampu merancang desain sedemikian rupa agar
terciptanya kelas yang kondusif, aman, dan menyenangkan. Guru
diharapkan mampu mengenali perilaku dan karakter dari masing-masing.
Peserta didik yang membuat kegaduhan dalam kelas di bina dan di
bimbing
agar peserta didik merubah sikap dan tingkah lakunya sebagai upaya
kedisiplnan dalam pembelajaran. Pendidik harus mampu menyiapkan dan
menguasai kapasitas dan kapabilitas keilmuan serta memberikan motivasi
pula dalam setiap pembelajaran dan menciptakan proses pembelajaran
dengan metode yang menyenangkan.
Berdasarkan pemaparan di atas,Manajemen kelas perlu di jalankan
untuk menumbuh kembangkan minat belajar siswa secara umum dan
siswa kelas IV SDN Bamban khususnya.Tertarik dengan fenomena di atas,
penulis berusaha meneliti secara ilmiah “Manajemen Kelas dalam
Meningkatkan Minat Belajar Siswa Kelas IV SDN Bamban".

B. Rumusan Masalah

7
Ahmad Rohani, Pengelolaan Pengajaran (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 13.

4
Adapun rumusan masalah yang menjadi rujukan peneliti adalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana proses manajemen pembelajaran kelas IV di SDN
Bamban kecamatan Pamotan kabupaten Rembang?
2. Bagaimana minat belajar siswa kelas IV SDN Bamban kecamatan
Pamotan kabupaten Rembang?
3. Bagaimana permasalahan yang dihadapi guru dalam manajemen
pembelajaran siswa kelas IV SDN Bamban kecamatan Pamotan
kabupaten Rembang?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui proses manajemen pembelajaran kelas IV SDN
Bamban kecamatan Pamotan kabupaten Rembang.
2. Untuk mengetahui minat belajar siswa kekas IV SDN Bamban
kecamatan Pamotan kabupaten Rembang.
3. Untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi guru dalam
manajemen pembelajaran siswa kelas IV SDN Bamban kecamatan
Pamotan Rembang.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Memberikan konstribusi pemikiran dalam penerapan sistem
manajemen kelas agar terus berkembang dan berkualitas.
b. Memberikan sumbangsih pemikiran ilmiah dalam ilmu
manajemen kelas.
c. Sebagai referensi bagi penelitian selanjutnya yang berhubungan
dengan sistem informasi manajemen pendidikan.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi kepala sekolah
Penelitian ini di harapkan sebagai input kepala sekolah agar
menghimbau para guru untuk menerapkan manajemen kelas
dengan baik.

5
b. Bagi tenaga kependidikan, hasil penelitian ini dapat diajadikan
referensi dan juga sebagai pedoman untuk meningkatkan
Manajemen Kelas Dalam Meningkatkan Minat Belajar Siswa.
c. Bagi dinas terkait
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan
inspirasi bagi dinas terkait
d. Bagi masyarakat
Menambah khazanah pengetahuan bagi pembaca, tanpa terkecuali
masyarakat pada umumnya, dengan harapan masyarakat tahu
tentang pentingnya manajemen kelas sehingga dapat memotivasi
anaknya sebagai peserta didik agar giat dalam belajar.

E. Definisi Operasional
1. Manajemen Kelas
Dalam pengelolaan kelas terdapat kondisi dan situasi belajar
mengajar sehingga mempunyai pengaruh penting terhadap hasil perbuatan
belajar. Lingkungan dan kondisi kelas yang menguntungkan dan
memenuhi syarat minimal mendukung meningkatnya intensitas proses
kegiatan belajar peserta didik dan mempunyai pengaruh positif terhadap
pencapaian tujuan pengajaran. Lingkungan fisik dan kondisi kelas yang
dimaksud akan meliputi indikatornya adalah pengertian, hambatan, dan
masalah dalam manajemen kelas. Jika hambatan dan masalah manajemen
kelas sudah teratasi, maka akan tercipta efektif dan efisien proses
pembelajaran penataan ruang kelas yang kondusif.8
2. Minat Belajar Peserta Didik
Minat belajar adalah keinginan yang kuat, gairah, kecenderungan
hati yang sangat tinggi terhadap sesuatu.9 Minat berarti suatu rasa lebih
suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktifitas tanpa ada yang
menyuruh, biasa juga dinamakan dengan perhatian yang baik.10

8
Novan Ardy Wiyani, Manajemen Kelas, h.68
9
Eko Hadi Wiyono, Kamus Bahasa Indinesia Lengkap (Cet. I; Jakarta: Akar Media,
2007), h. 108.
10
Zakiah Daradjat, dkk, Metedolog Pengajaran Agama Islam (Cet II; Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2001), h. 565.

6
Adapun minat belajar peserta didik yang penulis maksudkan di sini
adalah keinginan atau ketertarikan peserta didik untuk mengikuti
pembelajaran di kelas. Keinginan atau hasrat akan melahirkanan Perasaan
senang dalam mengikuti proses pembelajaran sehingga mengilhami daya
magnet ketertarikan siswa terhadap model pembelajaran. Ketertarikan
siswa terhadap model pembelajaran secara otomatis akan menawan dan
memberi angin segar erhatian peserta didik.11

F. Kajian Pustaka
1. Landasan Teori
a. Manajemen Kelas
1) Pengertian Manajemen Kelas
Para ahli telah mendedikasikan diri di dunia pendidikan dan turut
berpartisipasi mengupas makna istilah manajemen. Menurut Samsudin,
kata manajemen berasal dari bahasa Inggris, management, yang
dikembangkan dari kata “to manage”, yang berarti mengatur atau
mengelola. Kata “manage” berasal dari bahasa Italia, “maneggio”, yang
diadopsi dari bahasa Latin, “managiare”. Sedangkan, kata managiare
berasal dari kata “manus”, yang artinya tangan. Akhirnya management
diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia menjadi manajemen atau
pengelola.12
Dalam kegiatan mengelola, manajemen mendeterminasi tugas-
tugas dan kewajiban-kewajiban secara baik, efektif dan efesien.13 Para
pakar manajemen banyak yang mengemukakan pendapat-pendapat mereka
tentang pengertian manajemen. Untuk menambah wawasan dan
mengetahui pengertian manajemen maka berikut ini diketengahkan
beberapa pendapat untuk membantu dalam memahami konsep dasar
manajemen.

11
Slameto, Belajar dan Faktor yang Mempengaruhinya (Rineka Cipta), h.80
12
Andi Prastowo, Manajemen Perpustakaan Sekolah Professional, (Jogjakarta : Diva Press,
2013), h. 19-20
13
Candra Wijaya, Muhammad Rifa’I, (2016), Dasar-Dasar Manajemen, Medan: Perdana
Publishing, hal. 14-15
14 R.Terry George, Prinsip-Prinsip Manajemen,(Jakarta :Bumi aksara 2006), hal. 50-55
15 Hersey Blanchard Manajemen Perilaku Organisasi(Jakarta:Erlangga 2003), hal. 40-45

7
Secara umum aktivitas manajemen ada dalam organisasi yang di
driver dan diarahkan untuk mencapai tujuan organisasi secara efektif dan
efesien. Terry menjelaskan proses mengarahkan dan menggerakkan
sumber daya manusia dari sumber daya lainnya, seperti material, uang,
metode, dan pasar untuk mencapai tujuan organisasi.14
Hersey dan Blanchard mengemukakan proses bekerja sama antar
individu dan kelompok serta sumber daya lainnya dalam mencapai tujuan
organisasi adalah sebagai aktivitas manajemen. Dengan kata lain, aktivitas
manajerial hanya ditemukan dalam wadah sebuah organisasi, baik
organisasi bisnis, pemerintahan, sekolah, industry dan lain-lain.15
Manajemen sangat populer di dunia pendidikan dan bisnis berarti
mengatur, mengurus, mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia
secara efektif, yang didukung oleh sumber-sumber lain dalam organisasi
untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam manajemen, terdapat dua system,
yaitu system organisasi dan system administrasi.16
Berikut pendefenisian manajemen dari berbagai sumber rujukan.
Diantaranya sebagai berikut:
 Manajemen adalah kemampuan mengarahkan dan mencapai hasil
yang diinginkan dengan tujuan dari usaha-usaha manusia dan
sumberdaya lainnya. Defenisi yang di paparkan Terry ini
menunjukkan secara umum aktivitas manajemen ada dalam organisasi
secara efektif dan efesien.Manajemen memanfaatan sumber daya fisik
dan manusia melalui usaha yang terkoordinasi dan diselesaikan
dengan mengerjakan fungsi perencanaan, pengorganisasian,
penyusunan staf, pengarahan dan pengawasan. 17
Ada pun fungsi
manajemen tersebut terdiri dari perencanaan (planning),
pengorganisasian (organizing), penggerakan (actuating), koordinasi
(coordinating), dan pengawasan (controlling).18
14
Terry, George. Prinsip-Prinsip Manajemen , (Jakarta: Bumi aksara, 2006) hal. 50-55
15
Hersey Blanchard Manajemen Perilaku Organisasi (Jakarta: Erlangga 2003), hal 40-45
16
Saefullah, (2014) Manajemen pendidikan Islam ,Bandung: Cv pustaka setia, hal.1
17
Rusydi Ananda, (2017), Manajemen Sarana dan Prasarana, Medan: Cv Widya
Puspita, hal. 1
18
Candra Wijaya, Muhammad Rifa’I, (2016), Dasar-Dasar Manajemen , Medan: Perdana
Publishing, hal. 25

8
 James F. Stoner, sebagaimana dikutip oleh Handoko, menyebutkan
bahwa manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, dan pengawasan para anggota dan sumber daya lainnya
untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.19
 Ensiklopedia Nasional Indonesia Vol. 16, disebutkan bahwa
manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, serta
pengawasan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya untuk
mencapai suatu tujuan atau sasaran secara efektif dan efisien. Dari
beberapa pendefinisian para ahli dapat di tarik kesimpulan bahwa
manajemen merupakan kemampuan dan keterampilan khusus yang
dimiliki oleh seseorang untuk melakukan suatu kegiatan baik secara
perorangan ataupun bersama orang lain atau melalui orang lain dalam
upaya mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien.20
Kelas dalam pengertian umum adalah suatu kelompok manusia
yang melakukan belajar bersama dengan mendapat pengajaran dari
seorang guru. 21
Kelas dalam pengertian tersebut ini mengilhami dua
pemaknaan. Pertama, kelas dalam arti sempit, yaitu berupa ruangan
khusus, tempat sejumlah siswa berkumpul untuk mengikuti proses belajar
mengajar. Kelas dalam hal ini mengandung sifat-sifat statis, karena
sekedar menunjuk pada adanya pengelompokan siswa berdasarkan batas
umur kronologis masing-masing. Kedua, kelas dalam arti luas, yaitu suatu
masyarakat kecil yang secara dinamis menyelenggarakan kegiatan belajar
mengajar secara kreatif untuk mencapai tujuan.22
Sehubungan dengan manajemen kelas, Barbara L. Wilt dalam
Alben Ambarita, mendefinisikan manajemen kelas sebagai penggunaan
tata-cara, untuk memastikan sebuah lingkungan mendukung terlaksananya
pembelajaran dengan sukses. Pengelolaan kelas tidak sekedar bagaimana

19
Handoko, T. Hani Manajemen Personalia dan Sumber Daya (Yogyakarta: BPFE), hal 65
20
Husain Usman, Manajemen Teori Praktek dan Riset Pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 2008),
h. 4
21
Salman Rusydie, Prinsip-Prinsip Manajemen , (Jogjakarta : Diva Pres, 2011) , h. 25
22
Hamid Darmadi Kemampuan Dasar Mengajar Landasan Landasan Konsep dan Implementasi
( Bandung: Alfabeta 2009), hal 7

9
mengatur ruang kelas dengan segala sarana-prasarananya, tetapi juga
menyangkut interaksi dari pribadi-pribadi yang ada di dalamnya.23
Hadari Nawawi mengemukakan pandangannya bahwa “kegiatan
manajemen atau pengelolaan kelas dapat diartikan sebagai kemampuan
guru atau wali kelas dalam mendayagunakan potensi kelas berupa
pemberian kesempatan yang seluas-luasnya pada setiap personal untuk
melakukan kegiatan-kegiatan yang kreatif dan terarah sehingga waktu dan
dana yang tersedia dapat dimanfaatkan secara efisien untuk melakukan
kegiatan-kegiatan kelas yang berkaitan dengan kurikulum dan
perkembangan murid”.24
b. Tujuan Manajemen Kelas
Secara umum, manajemen kelas bertujuan untuk menciptakan
suasana kelas yang nyaman sebagai tempat berlangsungnya kegiatan
belajar mengajar sehingga peserta didik dapat menyerap khazanah ilmu
pengetahuan dengan baik. Tujuan manajemen kelas mengatur kegiatan-
kegiatan peserta didik agar kegiatan-kegiatan tersebut menunjang proses
pembelajaran di lembaga pendidikan (sekolah); lebih lanjut, proses
pembelajaran di lembaga tersebut (sekolah) dapat berjalan lancar, tertib
dan teratur sehingga dapat memberikan kontribusi bagi pencapaian tujuan
sekolah dan tujuan pendidikan secara keseluruhan.25
Adapun tujuan dari manajemen kelas adalah sebagai berikut :
1) Agar pengajaran dapat dilakukan secara maksimal, sehingga tujuan
pengajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.
2) Untuk memberi kemudahan dalam usaha memantau kemajuan
siswa dalam pelajarannya. Dengan manajemen kelas, guru mudah
untuk melihat dan mengamati setiap kemajuan atau perkembangan
yang dicapai siswa, terutama siswa yang tergolong lamban.

23
Ambarita, Alben. Manajemen Pembelajaran (Jakarta :Departemen Pendidikan Nasional 2006),
hal. 100
24
Salman Rusydie, Prinsip-Prinsip Manajemen , (Jogjakarta : Diva Pres, 2011) , h. 25
25
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta : Rineka
Cipta, 2006), h. 177

10
3) Untuk memberi kemudahan dalam mengangkat masalah-masalah
penting untuk dibicarakan dikelas demi perbaikan pengajaran pada
masa mendatang.
Jadi, eksistensi manajemen kelas di prioritaskan untuk menciptakan
kondisi di dalam kelompok kelas yang berupa lingkungan kelas yang baik,
sehingga di harapkan siswa belajar secara maksimal. Manajemen kelas
mengantarkan kenyamanan sehingga terealisasi proses pembelajaran
terwujud sesuai tujuan. Kenyamanan di dalam proses pembelajaran
menjembatani siswa memasuki pintu gerbang pemahaman. Hal ini di
harapkan siswa dapat menyerap pelajaran secara efektif.
Tujuan manajemen kelas secara khusus dibagi menjadi dua yaitu
tujuan untuk siswa dan guru.26
1) Tujuan Untuk Siswa:
a) Mendorong siswa untuk mengembangkan tanggung-jawab individu
terhadap tingkah lakunya dan kebutuhan untuk mengontrol diri
sendiri.
b) Membantu siswa untuk mengetahui tingkah laku yang sesuai
dengan tata tertib kelas dan memahami bahwa teguran guru
merupakan suatu peringatan dan bukan kemarahan.
c) Membangkitkan rasa tanggung jawab untuk melibatkan diri dalam
tugas maupun pada kegiatan yang diadakan.
2) Tujuan Untuk Guru:
a) Untuk mengembangkan pemahaman dalam penyajian pelajaran
dengan pembukaan yang lancar dan kecepatan yang tepat.
b) Untuk dapat menyadari akan kebutuhan siswa dan memiliki
kemampuan dalam memberi petunjuk secara jelas kepada siswa.
c) Untuk mempelajari bagaimana merespon secara efektif terhadap
tingkah laku siswa yang mengganggu.
d) Untuk memiliki strategi ramedial yang lebih komprehensif yang
dapat digunakan dalam hubungan dengan masalah tingkah laku

26
Hamid Darmadi Kemampuan Dasar Mengajar Landasan Landasan Konsep dan Implementasi
(Bandung: Alfabeta 2009), hal 17

11
siswa yang muncul didalam kelas. tujuan dan tindakan sekaligus
mengkaji berbagai sumber daya dan teknik yang tepat.
c. Manajemen Kelas yang Efektif
Ciri-ciri perilaku guru sebagai driver yang menjalankan fungsi
manajemen kelas yang efektif adalah:
 Adanya kesadaran, yaitu pengetahuan dan pemahaman guru tentang
apa yang terjadi dalam kelas mereka. Guru tahu apa yang sedang
berlangsung dalam kelas, mereka tahu bila ada perilaku yang
menyimpan dan seberapa parah penyimpangannya. Mereka juga tahu
kapan harus memberikan intervensi sehingga perilaku itu tidak
menyebar ke siswa lain dan menjadi masalah yang serius.
 Kemampuan overlapping yaitu kemampuan guru untuk menangani
dua atau lebih masalah yang terjadi secara simultan di dalam kelas.
 Kelancaran dalam melakukan tranisi yaitu guru tidak memiliki
kesulitan dalam menangani aktivitas dalam kelas mereka. Guru
memulai pelajaran, menjaga keberlangsungannya, dan mengakhiri
berbagai aktivitas pembelajaran yang melibatkan banyak bahan
pembelajaran.
 Kesiapan kelompok, yaitu penggunaan metode pembelajaran yang
menjaga minat dan kontribusi yang hidup pada peelajaran. Dalam hal
ini guru harus bertanya pada dirinya sendiri: Apakah cara
penyampaian pelajaran yang saya gunakan menarik? Apakah peserta
didik yang saya ajar paham? Apakah saya telah membuat semua siswa
terlibat.27

d. Fungsi Manajemen kelas


Manajemen kelas meniscayakan adanya kapasitas dan kapabilitas
keilmuan yang harus dimiliki guru sehingga dalam memutuskan,
memahami, mendiagnosis dan kemampuan bertindak menuju perbaikan
suasana kelas yang dinamis. Aspek yang perlu diperhatikan guru dalam
manajemen kelas adalah sifat kelas, situasi kelas, tindakan seleksi dan
27
Yusuf Hadijaya, (2013), Menyusun Strategi Berbuah Kinerja Pendidikan Efektif ,
penerbit: Perdana Publishing, Medan, hal, 233

12
kreatifitas. Manajemen kelas memberi makna penting bagi tercipta dan
terpeliharanya kondisi kelas yang optimal.
Fungsi manajemen kelas merupakan penerapan fungsi-fungsi
manajemen yang diaplikasikan didalam kelas oleh guru untuk mendukung
tujuan pembelajaran yang hendak dicapainya. Dalam pelaksanaannya
fungsi manajemen tersebut harus disesuaikan dengan dasa filosofis dari
pendidikan (belajar mengajar) didalam kelas. Fungsi-fungsi manajerial
yang harus dilakukan oleh guru itu meliputi:28
1) Merencanakan
Merencanakan adalah membuat suatu target-target yang akan
dicapai atau diraih dimasa depan. Dalam organisasi merencanakan adalah
suatu proses pemikiran dan menetapkan secara matang arah. Apabila
tujuan manajemen kelas terealisasi,maka ada dua cakupan yang akan
dialami oleh siswa sebagai indikator keberhasilan dari proses manajemen
tersebut. Pertama, sebuah manajemen kelas dapat dikatakan berhasil
apabila setiap siswa mampu untuk terus belajar dan bekerja, siswa tidak
mudah menyerah dan fasif manakala mereka merasa tidak tahu atau
kurang memahami tugas yang dikerjakan. Setidaknya, siswa masih
menunjukan semangat dan gairahnya untuk terus mencoba dan belajar,
meski mereka menghadapi hambatan dan problem yang sulit dikerjakan.
Kedua, sebuah manajmen kelas juga dapat dikatakan berhasil apabila
setiap siswa mampu untuk terus melakukan pekerjaan tanpa membuang-
buang waktu dengan percuma sehingga siswa dapat menghirup ilmu
pengetahuan secara maksimal.
2) Mengorganisasikan
Mengorganisasikan berarti menentukan sumber daya dan kegiatan
yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan organisasi, merancang dan dan
mengembangkan kelompok kerja yang bervariasi. Dengan rincian tersebut,
manajer membuat struktur formal yang dapat dengan mudah dipahami
orang dan menggambarkan suatu posisi dan fungsi seseorang didalam
pekerjaan.
28
Sulistyorini, ( 2009), Manajemen Pendidikan Islam , Yoogyakarta: Teras, hlm 94 Pendidikan
Islam, Yoogyakarta: Teras, hlm 94

13
3) Memimpin
Seorang pemimpin adalah melaksanakan amanatnya apabila ia
ingin dipercaya dan diikuti harus memiliki sifat kepemimpinan yang
senantiasa dapat menjadi pengarah yang didengar ide dan pemikiran oleh
para anggota.
4) Mengendalikan
Pengendalian adalah proses untuk memastikan bahwa aktifitas
sebenarnya sesuai dengan aktifitas yang direncanakan.
5) Evaluasi
Evaluasi merupakan komponen untuk melihat efektifitas
pencapaian tujuan. Selain itu, evaluasi dapat berfungsi untuk mengetahui
apakah tujuan yang telah ditetapkan telah tercapai.
e. Prinsip-Prinsip Manajemen Kelas
Prinsip-prinsip manajemen kelas meniscayakan adanya penerapan
dalam pengelolahan kelas. Syaiful Bahri Djamarah dan Azwan Zain
menyebutkan dalam pengelolahan kelas dan untuk memperkecil masalah
atau gangguan dalam pengelolaan kelas, prinsip-prinsip pengelolaan kelas
dapat dipergunakan. Prinsip-prinsip pengelolaan kelas adalah sebagai
berikut :29
1) Hangat dan antusias
Hangat dan antusias guru diperlukan dalam proses belajar
mengajar siswa. Guru-guru yang hangat dengan anak didik selalu
menunjukkan antusias pada tugasnya atau pada aktivitasnya akan berhasil
dalam mengimplementasikan pengelolaan kelas.
2) Tantangan
Penggunaan, kata-kata, tindakan, cara kerja atau bahan-bahan yang
menantang akan meningkatkan gairah anak didik untuk belajar sehingga
mengurangi kemungkinan munculnya tingkah laku yang menyimpang.
Tambah lagi, akan dapat menarik perhatian anak didik dan dapat
mengendalikan gairah belajar siswa.
3) Bervariasi

29
Salman Rusydie, Prinsip-Prinsip Manajemen , (Jogjakarta : Diva Pres, 2011) , h. 25

14
Penggunaan alat atau media, atau alat bantu, gaya mengajar guru,
pola interaksi anatara guru dan siswa akan mengurangi munculnya
gangguan, meningkatkan perhatian anak didik. Apa lagi bila
penggunaannya bervariasi sesuai dengan kebutuhan sesaat. Kevariasian
dalam penggunaan apa yang disebutkan diatas merupakan kunci untuk
tercapainya pengelolaan kelas yang efektif dan menghindari kejenuhan.
4) Keluwesan
Keluwesan tingkah laku guru untuk mengubah strategi
mengajarnya dapat mencegah kemungkinan munculnya gangguan siswa
serta menciptakan iklim belajar mengajar yang efektif. Keluwesan
pengajaran dapat mencegah munculnya gangguan seperti keributan anak
didik, tidak ada perhatian, tidak mengerjakan tugas, dan sebagainya.
5) Penekanan Pada Hal-Hal Positif
Pada dasarnya dalam mengajar dan mendidik, guru harus
menekankan pada hal-hal positif dan menghindari pemusatan perhatian
siswa pada hal-hal negative. Penekanan tersebut dapat dilakukan dengan
pemberian penguatan yang positif, dankesadaran guru untuk menghindari
kesalahan yang dapat mengganggu jalannya proses belajar mengajar.
6) Penanaman Disiplin Diri
Tujuan akhir dari pengelolaan kelas adalah siswa dapat
mengembangkan disiplin diri sendiri. Karena itu, guru sebaiknya selalu
mendorong siswa untuk melaksanakan disiplin diri sendiri dan guru
sendiri hendaknya mnejadi teladan mengenai pengendalian diri dan
pelaksanaan tanggung jawab. Jadi, guru harus disiplin dalam segala hal
bila ingin anak didiknya ikut berdisiplin dalam segala hal.30
f. Pendekatan dalam Pengelolaan Kelas
Harmonisasi hubungan guru dengan anak didik terbentuk melalui
interaksi antara peserta didik dan guru. lnteraksi tersebut bisa terjalin
dengan baik sangat bergantung pada pendekatan yang dilakukan oleh
seorang guru dalam rangka pengelolaan kelas.Selain kemahiran guru
dalam menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas, maka guru juga
30
Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, Ade Rukmana dan Asep
Suyana manajemen pendidikan.... hlm. 114-115

15
harus melakukan pendekatan-pendekatan pengelolaan untuk melahirkan
interaksi yang baik dalam menangani masalah-masalah dalam manajemen
kelas.
Cooper mengemukakan tiga pendekatan dalam pengelolaan kelas,
yaitu pendekatan modifikasi perilaku, pendekatan sosio-emosional, dan
pendekatan proses kelompok berikut:
 Pendekatan modifikasi perilaku (Behavior-Modifiacation Approach).
Pendekatan ini didasari oleh psikologi behavioral yang
mengganggap perilaku manusia yang baik maupun yang tidak baik
merupakan hasil belajar.
Oleh sebab itu perlu membentuk, mempertahankan perilaku yang
dikehendaki dan mengurangi atau menghilangkan perilaku yang tidak
dikehendaki. Berdasarkan pendekatan ini maka dapat disimpulkan bahwa
dalam pendekatan modifikasi perilaku aktivitas di utamakan pada
penguatan tingkah laku siswa yang baik maupun tingkah laku siswa yang
kurang baik. Melalui pendekatan ini diharapkan guru dapat merubah
tingkah laku siswa sesuai dengan harapan yang lebih baik.31
 Pendekatan Iklim Sosio-Emosional (Sosio-Emotional Climate
Approach)
Pendekatan Sosio-Emosional bertolak dari psikologi klinis dan
konseling. Pandangannya adalah bahwa proses belajar-mengajar yang
berhasil mempersyaratkan hubungan sosio-emosional yang baik antara
guru-subyek didik. Suasana sosio-emosional dalam kelas akan mempunyai
pengaruh yang cukup besar terhadap proses belajar mengajar,
kegairahanpeserta didik merupakan efektivitas tercapainya tujuan
pengajaran.32
g. Masalah dalam Pengelolaan Kelas
Dalam pengelolaan kelas berbagai problem hambatan selalu ada
dan mewarnai sebagai ujian guru dalam mengatur kelas. Problem dan
hambatan bukanlah tugas yang mudah, sehingga beberapa guru merasakan

31
Nyonya Khodijah,(2017) Psikologi Pendidikan; h.187-188
32
Syaiful Bahri Djamarah & Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar , (Jakarta : Rineka Cipta,
2010), h. 185-186

16
sulitnya pengelolaan kelas. Namun, karena mereka tidak pernah jenuh dan
bersemangat dalam mengelola kelas, maka problem dan hambatan bisa
segera teratasi. Hal ini bisa terealisasi berkat kompetensi guru sehingga
sangat penting dan mempunyai efek positif dalam keberhasilan proses
pembelajaran. Untuk menunjang keberhasilan, seorang guru harus respon
dan peka terhadap masalah perilaku peserta didik. Adapun masalah-
masalah pengelolaan kelas yang berhubungan dengan perilaku peserta
didik adalah:
1) Kurang kesatuan dengan adanya kelompok-kelompok yang
membuat jurang pemisah sehingga kekompakkan dalam kegiatan
belajar terabaikkan.
2) Tidak adanya standar perilaku dalam bekerja kelompok, misalnya
ribut, gaduh, pergi kesana kemari, dan lain sebagainya.
3) Reaksi negatif terhadap anggota kelompok, misalnya ribut,
bermusuhan, mengucilkan merendahkan kelompok bodoh, dan
sebagainya.
4) Kelas mentoleransi kekeliruan-kekeliruan temannya ialah
menerima dan mendorong perilaku siswa yang keliru.
5) Mudah mereaksi negatif/menggangu, misalnya bila didatangi
monitor, tamu-tamu iklim yang berubah dan sebagainya.
6) Moral rendah, permusuhan agresif, misalnya dalam lembaga
dengan alay-alat belajar kurang, kekurangan uang, dan sebagainya.
7) Tidak mampu menyesuaikan dengan lingkungan yang berubah,
seperti tugas-tugas tambahan, anggota kelas yang baru, dan
sebagainya.33
h. Penataan Ruang Kelas
Kebijakan guru dalam mengatur peralatan belajar, lingkungan
belajar, dan lingkungan sosio-emosional merupakan suatu hal yang
niscaya mendukung keberhasilan pembelajaran. Menciptakan suasana
yang menggairahkan dan mengaktifkan siswa perlu memperhatikan
pengaturan ruang kelas.34 Pengaturan dan pengelolaan kelas yang efektif
33
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional (PT. Remaja Rosdakarya Bandung 40252), h. 29.
34
Ahmad Rohani, Pengelolaan Pengajaran Cet. II (Jakarta: PT Rineka Cipta, Maret

17
merupakan prasyarat mutlak bagi terjadinya proses belajar mengajar yang
efektif. Untuk menunjang kegiatan belajar mengajar yang mengaktifkan
siswa perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Aksesbilitas: siswa mudah menjangkau alat dan sumber belajar.
b. Mobilitas: siswa dan guru mudah bergerak dari satu bagian ke bagian
yang lain dalam kelas.
c. Interaksi: memudahkan terjadi interaksi antara guru dengan siswa
maupun antar siswa.
d. Variasi kerja siswa: memungkinkan siswa bekerja secara perorangan,
berpasangan atau berkelompok.35
2. Minat Belajar
a. Pengertian Minat
Menurut istilah, ada beberapa pengertian dari para tokoh ahli yang
membahas pengertian minat diantaranya:
1) Menurut Slameto, Minat adalah suatu perasaan lebih cenderung
atau suka kepada sesuatu hak atau aktifitas tanpa ada yang
menyuruh.36
2) Menurut ahmadi mengemukakan (kognisi, konasi, emosi) yang
tertuju pada sesuatu dan dalam hubungan itu unsur perasaan yang
kuat.36
3) Menurut makhfud salahuddin mengemukakan, minat adalah
perhatian yang mengundang unsur-unsur perasaan.seorang
pendidik yang bertindak sebagai manajemen kelas harus mampu
memperhatikan minat belajar peserta didiknya yang meliputi:
a) Perasaan Senang
Apabila seorang siswa memiliki perasaan senang terhadap
pelajaran tertentu maka tidak akan rasa terpaksa untuk belajar.
Contohnya yaitu senang mengikuti pelajaran, tidak ada perasaan
bosan, dan hadir saat pelajaran. Perasaan umumnya bersangkutan
dengan fungsi mengenal, artinya perasaan dapat timbul karena
2004), h. 150.
35
Ahmadd Rohani, Pengelolaan Pengajaran , h. 126.
36
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional (PT. Remaja Rosdakarya No 40 Bandung
40252), h. 35.

18
mengamati, menggangap, mengkhayalkan, mengingat-ingat, atau
memikirkan sesuatu.37"seorang pendidik harus mampu memberikan
perasaan senang bagi peserta didik agar kiranya sangat berguna
dalam proses pembelajaran”
b) Ketertarikan
Fitroh manusia mempunyai kecenderungan ketertarikan
dengan keindahan dan kesempurnaan. Berkaitan dengan daya
dorong siswa terhadap ketertarikan pada sesuatu benda, orang,
kegiatan atau bias berupa pengalaman afektif yang dirangsang oleh
kegiatan itu sendiri. Contoh: antusias dalam mengikuti pelajaran,
tidak menunda tugas dari guru. Semangat mendorong aktivitas
belajar itu merupakan alasan dilakukannya perbuatan belajar
tersebut. Frandsen mengatakan bahwa hal yang mendorong orang
untuk belajar iadalah sebagai berikut:
 Adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih
luas
 Adanya sifat yang kreatif yang ada pada manusia dan keinginan
untuk selalu maju
 Adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang tua,
Guru, dan temannya
 Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman nilai menguasai
pelajaran. “ketertarikan sangatlah diperlukan dalam proses
pembelajaran agar lebih mendorong aktivitas belajar”38
c) Perhatian Peserta Didik
Minat dan perhatian merupakan dua hal yang dianggap
sama dalam penggunaan sehari-hari, perhatian siswa merupakan
konsentrasi siswa terhadap pengamatan dan pengertian, dengan
mengesampingkan yang lain. Siswa memiliki minat pada obyek
tertentu maka sendirinya akan memperhatikan obyek tersebut.
Contoh: mendengarkan penjelasan guru dan mencatat materi. Salah

37
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya (Jakarta: Rinka Cipta,
1995), h. 182.
38
Abu ahmadi, Psikologi Umum (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1990), h. 95.

19
satu kemmapuan dasar yang umunya dipandang paling penting
dalam kegiatan belajar
b. Pengertian Belajar
Belajar dan menuntut ilmu adalah suatu hal yang kompleks dan
wajib terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidup. Proses belajar itu
terjadi karena adanya interaksi alamiah antar seseorang dengan
lingkungannya. Salah satu pertanda bahwa seseorang itu telah belajar
adalah adanya perubahan tingkah laku pada diri orang itu yang
mungkin disebabkan oleh terjadinya pada tingkat pengetahuan,
keterampilan, atau sikapnya.39
Menurut teori behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku
sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus siswa dalam hal
kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai
hasil interaksi antara stimulus dengan respon. Seseorang dianggap telah
belajar sesuatu jika ia dapat menunjukkan perubahan tinggkah lakunya.
Sebagai contoh, anak belum dapat membaca Walaupun ia sudah
berusaha giat, dan gurunya pun sudah mengajarkannya dengan tekun
huruf demi huruf, namun jika anak tersebut belum dapat mengerti huruf
demi huruf, maka ia belum dianggap belajar. Karena ia belum dapat
menunjukkan perubahan prilaku sebagai hasil belajar.40
Belajar pada hakikatnya merupakan proses kegiatan secara
berkelanjutan dalam rangka memberi perubahan perilaku pada peserta
didik secara konstruktif. Hal ini sesuai dengan Undang- Undang Sistem
Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 yang menyatakan,
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
susasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
konstruktif mempunyai perubahan terhadap tingkah lakunya.

c. Prinsip-prinsip Belajar

39
Mahfud Salahuddin, Pengaruh Psikologi Pendidikan (Surabaya: PT Bina Ilmu, 1992),
h.82.
40
Asri Budininggsih, (2005), Belajar Dan Pembelajaran, Jakarta:PT Rineka Cipta, hal.

20
Belajar sebagai kebutuhan manusia untuk menghirup ilmu
pengetahuan.Belajar merupakan kegiatan untuk menambah khazanah
keilmuan memiliki prinsip-prinsip dasar sebagai berikut:
1) Belajar berlangsung seumur hidup
2) Proses belajar adalah kompleks sederhana menuju kompleks
namun terorganisir
3) Belajar berlangsung dari yang sederhana menuju kompleks
4) Belajar dari mulai yang faktual menuju konseptual
5) Belajar memulai dari yang konkrit menuju abstrak
6) Belajar merupakan bagian perkembangan
7) Keberhasilan belajar dipengaruhi oleh 4 faktor
8) Belajar mencakup semua aspek kehidupan yang penuh makna
9) Kegiatan belajar berlangsung pada setiap tempat dan waktu belajar
berlangsung dengan guru ataupun tanpa guru41
Berdasarkan prinsip tersebut, proses mengajar bukanlah kegiatan yang
memindahkan pengetahuan dari guru kepada siswa, tetapi sesuatu kegiatan
yang memugkinkan siswa merekonstruksi sendiri pengetahuannya
sehingga mampu menggunakan pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari.
d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Belajar
Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi minat belajar siswa.
Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi minat belajar siswa dapat
digolongkan dalam dua kategori, yaitu faktor internal dan faktor
eksternal. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi minat belajar siswa
yaitu:42
a) Faktor Internal
1) Cita-cita
Setiap manusia memiliki cita-cita di dalam hidupnya, termasuk
para siswa, cita-cita juga mempengaruhi minat belajar siswa, bahkan
cita-cita juga dapat dikatakan sebagai perwujudan dari minat belajar

41
Ngalim Purwanto, (2006), Prinsip-prinsip Dan Teknik Evaluasi Pengajaran, Bandung:
Remaja Rosdakarya, hal. 8
42
D.P Tampubolon,( 1993) Mengembangkan Minat Membaca Pada Anak, Bandung:
Angkasa, hal. 43

21
seseorang dalam prospek kehidupan di masa yang akan datangsehingga
cita-cita ini senantiasa dikejar dan diperjuangkan.
2) Motivasi
Semangat belajar seseorang akan semakin tinggi apabila disertai
motivasi, baik yang bersifat internal maupun eksternal. Sejalan menurut
pendapat D.P Tampubolon, minat belajar merupakan perpaduan antara
keinginan Dan kemauan yang dapat berkembang jika ada motivasi.
3) Belajar
Minat belajar dapat diperoleh melalui kesadaran siswa untuk
meningkatkan level belajar.Kesadaran ini bisa di bentuk melalui jadwal
yang di tetapkan setiap individu. Akhirnya minat belajar pun tumbuh
sehingga ia akan lebih giat lagi dalam kegiatan belajar.
b) Faktor Eksternal
1) Lingkungan Sosial Lingkungan social terdiri dari sekolah, keluarga,
masyarakat dan teman sekelas
2) Lingkungan Nonsosial Lingkungan social terdiri dari gedung sekolah
dan letaknya, factor materi pelajaran, waktu belajar, keadaan rumah
tempat tinggal, alat-alat belajar.
b. Kajian Penelitian yang Relevan
Penulis menemukan 3 penelitian yang relevan, tentunya terdapat
perbedaan tentang judul dan fokus pembahasanya oleh penulis.
1. Mona Zahara (2017), Alumni Universitas Agama Islam Negeri Raden
Intan Lampung Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Manajemen
Pendidikan Islam, meneliti dengan judul “Implementasi Manajemen
Kelas Dalam Proses Pembelajaran Di SMP Al-Azhar 3 Way Halim Bandar
Lampung”. Terkait dengan manajemen kelas dalam proses pembelajaran
di SMP Al-Azhar 3 Way Halim Bandar Lampung. Berdasarkan hasil
wawancara dengan kepala sekolah menjelaskan bahwa guru harus
memperhatikan beberapa hal diantaranya :
a) Pengorganisasian materi
Guru dalam menjalankan tugas mengajarnya sudah seharusnya
menyusun materi yang akan diajarkan terlebih dahulu. Dalam perencanaan

22
pembelajaran semua menyiapkan perangkat pembelajaran dengan
maksimal, seperti pekan efek, prota, promes, silabus, dan RRP.
b) Komunikasi yang baik
Komunikasi merupkan percakapan antar anggota kelompok
belajar. Komunikasi melibatkan kemampuan manusia untuk saling
memahami ide-ide dan perasaan orang lain. Dengan demikian, komunikasi
merupakan wahana yang memungkinkan terjadinya interaksi yang
bermakna para anggota kelompok dan memungkinkan terjadinya proses
komunikasi yang efektif. Komunikasi yang efektif berarti bahwa si
penerima menafsirkan secara benar dan tepat proses yang disampaikan.
Dalam proses komunikasi yang efektif tugas guru yaitu membuka saluran
komunikasi yang memungkinkan semua siswa secara bebas
mengemukakan pikiran dan perasaannya, serta menerima pikiran dan
perasaan yang mereka komunikasikan kepada guru.
2. WAhyu Aminati (2017) Alumni Universitas Islam Negeri Sunan
Kalijaga Yogyakarta Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan
Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah meneliti dengan judul
“Implementasi Manajemen Kelas Untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Bahasa Indonesia Kelas V Di SD Muhammadiyah Kalisoka Tuksono
Sentolo” dapat disimpulkan bahwa Implementasi Manajemen Kelas Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Bahasa Indonesia agar dapat meningkat kan
hasil belajarnya.
3. Rudi Herwanto (2015), Alumni Universitas Islam Negeri Maulana
Malik Ibrahim Malang Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan
Pendidikan Agama Islam meneliti dengan judul “Implementasi
Manajemen Kelas Dalam Meningkatkan Proses Belajar Mengajar
Pendidikan Agama Islam Di madrasah Tsanawiyah Negeri Turen Malang”
dapat disimpulkan bahwa Implementasi Manajemen Kelas Dalam
Meningkatkan Proses Belajar Mengajar Pendidikan Agama Islam untuk
dapat menarik minat belajar siswa.
a) Memotivasi Siswa agar Konsentrasi pada Pelajaran Siswa dapat
berkonsentrasi/memusatkan pikirannya pada pelajaran dengan baik,

23
tergantung dari cara guru dalam mengelola kelas baik secara fisik maupun
non-fisik. Jadi, seorang guru harus selalu memberi semangat terhadap
siswanya agar konsentrasi dalam belajar.
b) Mengkondisikan Siswa untuk siap belajar di Kelas Dalam konteks
proses pembelajaran, kesiapan untuk belajar sangat menentukan aktivitas
belajar siswa. Siswa yang belum siap belajar, cenderung akan berprilaku
tidak kondusif, sehingga pada gilirannya akan mengganggu proses belajar
secara
keseluruhan.
Ada Perbedaan penelitian penulis dengan 3 penelitian sebelumnya.
Dari ketiga judul penelitian sebelumnya, ketiganya menggunakan
implementasi sedangkan judul yang di gunakan penulis tidak
menggunakan implementasi. Judul penelitian sebelumnya terdapat kata
proses dan hasil belajar, sedangkan penulis teliti fokus pada minat belajar.
Peneliti sebelumnya bersifat megkhususkan materi Pendidikan Agama
Islam, Bahasa Indonesia, sedangkan yang penulis teliti bersifat umum.
Perbedaan pelaksanaan manajemen kelas, peneliti sebelumnya fokus pada
pengorganisasian, sedangkan yang penulis teliti fokus pada perencanaan.
Itulah komparasi perbedaan yang di lakukan oleh peneliti sebelumnya
dengan penelitian penulis, besar harapan, semoga penelitian sebelumnya
menunjang suksesnya penelitian yang akan datang.

G. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Metode penelitian kualitatif merupakan metode penelitian yang
berlandaskan pada filsafat positivisme, di realisasikan untuk meneliti pada
kondisi objek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrument
kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan
teknik pengumpulan data dengan tringulasi (gabungan), analisis data
bersifat indukatif /kualitatif dan hasil penelitian kualitatif lebih menekan
kan makna dari pada generalisasi.43
43
Sugiyono, (2010) “Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, kualitatif, dan
R&D”.Bandung: Alfabeta, hal. 15

24
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriftif dengan
pendekatan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif sebagai metode
ilmiah sering digunakan oleh sekelompok peneliti dalam berbagai bidang
ilmu,termasuk juga ilmu pendidikan. sejumlah alasan juga dikemukakan
yang intinya bahwa penelitian kualitatif memperkaya hasil penelitian
kuantitatif. Penelitian kualitatif dilaksanakan untuk membangun
paradigma berpikir sehingga sehingga dapat mengakses pengetahuan
melalui pemahaman dan penemuan.
Ada beberapa pertimbangan peneliti sehingga memilih
menggunakan metode kualitatif dalam penelitian ini, yaitu mengacu pada
pendapat yang dikemukakan Moleong sebagai berikut:
a. Menyesuaikan penelitian kualitatif lebih mudah apabila berhadapan
dengan kenyataan ganda.
b. Metode ini menyajikan secara langsung hakikat hubungan anatara
peneliti dan responden.
c. Metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak
penajaman pengaruh bersama dan terhadap pola-pola nilai yang dihadapi.44
Proses penelitian ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data ke
lokasi penelitian melalui kegiatan membuat catatan data dan informasi
yang di kumpulkan, dikelompokkan dan dianalisis kemudian ditemukan
makna manajemen kelas dalam meningkatkan minat belajar siswa.
2. Waktu dan tempat penelitian
Waktu penelitian merupakan seberapa lama penelitian ini di
laksanakan.Adapun waktu penelitian yang di butuhkan penulis adalah
dalam kurun tiga bulan,mulai bulan Desember 2021sampai maret
2022.Kurun waktu tiga bulan mendorong peneliti segera menyelesaikan
hasil laporan penelitian.Berikut tabel rangkaian kegiatan penelitian yang di
laksanakan penulis.

Tabel 3.1
44
Lexy J. Moleong, (2000),Metodologi Penelitian KualitatifBandung: Remaja
RosdaKarya, hal.

25
Rangkaian kegiatan penelitian

N KEGIATAN WAKTU
O
1. Perencanaan penelitian 17 Desember – 15 Januari
2022
2. Pengumpulan data 15 Januari – 30 Januari 2022
3. Pengelolaan data 1 Januari – 15 Februari 2022
4. Penyusunan laporan penelitian 15 Februari – 17 Maret 2022

Tempat penelitian merupaka lokasi di mana penelitian di


laksanakan.Tempat pelaksanaan penelitian ini adalah SDN Bamban
dengan mengambil data dari berbagai sumber.Penelitian ini menggerakkan
fokus terhadap kajian yang peneliti hadapi sehingga konsentrasi terhadap
obyek penelitian merupakan keniscayaan dan aset berharga bagi peneliti.
3. Sumber Data Penelitian
Sumber data menjadi hal yang krusial dan fundamental dalam
penelitian.Tanpa sumber data peneliti akan kehilangan jejak dalam
membangun paradigma berpikir sebagai kontruksi Yang kredibel dalam
sebuah penulisan.Sumber data menurut suharsimi arikunto adalah subjek
dari mana data diperoleh. 45Adapun sumber data terdiri atas 2 (dua) macam
yaitu :
a. Sumber Data Primer
Sumber data primer adalah sumber data asli yang di
kumpulkan sendiri oleh peneliti untuk menjawab masalah penelitiannya
secara khusus. Data primer ini juga merupakan data utama yang
46

berkaitan atau relevan dengan rumusan masalah penelitian. Adapun


sumber data primer yang diperoleh oleh peneliti adalah hasil wawancara
guru, dan siswa di SDN Bamban-Pamotan.
b. Sumber Data Skunder

45
Mahfud Salahuddin, Pengaruh Psikologi Pendidikan (Surabaya: PT Bina Ilmu, 1992),
h.82.
46
Sumardi Suryabrata.Psikologi Pendidikan , Ed.1 (Cet.II:Jakarta:PT Raja
GrafindoPersada, 2002), h. 66

26
Sumber data sekunder adalah sumber yang tidak langsung
memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau
dokumen. Sumber data sekunder yang diperoleh peneliti adalah data yang
diperoleh dari buku-buku,majalah-majalah,media cetak atau media masa
yang di sesuaikan dengan kebutuhan penulis.
4. Teknik Pengumpulan Data
Dalam teknik pengumpulan data ada dua hal utama yang
mempengaruhi kualitas data hasil penelitian, yaitu kualitas instrument
penelitian dan kualitas pengumpulan data.Dalam penelitian kualitatif
instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. 47
Hal ini peneliti
sebagai instrumen juga harus “divaliditas” seberapa jauh peneliti kualitatif
siap melakukan penelitian yang selanjutnya terjun ke lapangan. Validitas
terhadap penelitian sebagai instrumen meliputi validitas terhadap
pemahaman metode penelitian kualitatif, penguasaan wawasan terhadap
bidang yang diteliti, kesiapan penelitian untuk obyek penelitian, baik
secara akademik maupun non akademik .
Untuk mengumpulkan validitas data yang obyektif, dalam
penelitian ini, penulis menggunakan teknik pengumpulan data dengan
observasi (pengamatan) interview (wawancara), dan dokumentasi.48
a. Observasi
Sudah menjadi rahasia umum bahwa metode yang di gunakan
untuk mengawali penelitian adalah observasi. Observasi adalah metode
yang digunakan melalui pengamatan yang meliputi kegiatan pemusatan
terhadap suatu obyek yang menggunakan keseluruhan alat
indra.49Observasi biasanya sering disebut dengan pengamatan dan
pencatatan sistematik terhadap sumber data yang diteliti. Dalam hal ini
observasi yang dilakukan adalah observasi partisipatif, yakni peneliti
terjun langsung di lapangan untuk memperoleh data yang diperlukan.

47
Beni Ahmad Saebani, Metode Penelitian, (Bandung : Pustaka Setia, 2008), h. 185.
48
Sugiyono, (2010) “ _Metode Penelitian _Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, kualitatif,
dan R&D ”.Bandung: Alfabeta, hal. 309
49
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Cet. Ke-13 (Jakarta:
Rineka Cipta, 2006), h.107

27
Menurut Margono observasi diartikan sebagai pengamatan dan
pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek
penelitian. Menurut Nasution, dalam Sugiyono menyatakan bahwa,
observasi adalah dasar ilmu pengetahuan.50
Sehubungan dengan observasi, para ilmuan bekerja berdasarkan
data, yaitu mengenai fakta yang realistis. 51
Metode observasi digunakan
untuk melihat dan mengamati secara langsung keadaan dilapangan agar
peneliti memperoleh gambaran yang lebih luas tentang permasalahan yang
di teliti. Adapun Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai
ciri yang spesifik, yaitu wawancara dan kuesioner. Wawancara dan
kuesioner selalu berkomunikasi dengan orang yang terlibat langsung di
lapangan.
b. Metode Wawancara
Wawancara atau interview adalah bentuk komunikasi verbal yang
bertujuan memperoleh informasi.52 Wawancara juga dapat diartikan
sebagai proses interaksi komunikasi yang dilakukan minimal dua orang,
dengan pertimbangan kedua belah pihak saling menyetujui dan dalam
suasana yang alamiah serta konteks pembicaraan sesuai dengan tujuan
yang sudah ditetapkan sekaligus mengutamakan kepercayaan.
Dalam hal ini, pewawancara harus dapat menciptakan hubungan
yang baik sehingga informan bersedia bekerjasama dan dapat memberikan
informasi yang valid.
c. Metode Dokumentasi
Metode pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini
adalah metode studi pustaka (library research) yaitu teknik pengumpulan
data yang tidak langsung ditujukan pada subjek penelitian, melainkan
melalui beberapa buku, dapat berupa buku-buku, majalah-majalah,
pamphlet, dan bahan dokumenter lainnya.53

50
Sugiyono, (2013) “Metode Penelitian _Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, kualitatif,
dan R&D”_ .Bandung: Alfabeta, hal. 15
51
Danang Sunyoto,(2011), Metode Penelitian Untuk Ekonomi, Yogyakarta: CAPS, hal. 22
52
Beni Ahmad Saebani, Metode Penelitian , (Bandung : Pustaka Setia, 2008), h. 185.
53
Saipuddin Azwar, Metode Penelitian , (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998), h. 36

28
Dalam hal ini dokumentasi merupakan metode yang digunakan
untuk memperoleh data yang berupa dokumen yang berhubungan dengan
Manajemen Kelas Dalam Meningkatkan Minat Belajar Siswa di Kelas IV
SDN Bamban .
5. Teknik Analisis Data
Dalam hal analisis data kualitatif, penulis akan berusaha
menjabarkan. Analisis merupakan proses mencari dan menyusun secara
sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan
bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami dan temuan dapat di
informasikan kepada orang lain analisis data dilakukan dengan
mengorganisir data, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa,
menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan akan dipelajari,
dan membuat kesimpulan yang dapat di ceritakan kepada orang lain.56
Analis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum
memasuki lapangan, selama dilapangan dan setelah dilapangan sampai
selesai dilapangan. Dalam hal ini Nasution menyuatakan analisis telah
dimulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun
kelapangan, dan berlangsung terus sampai penuilisan hasil penelitian.
Aktifitas dalam analisis data, yaitu data reduction, data display, dan
conclutiondrawing atau vercification.
a. Data Reduction (Reduksi Data)
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan
demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran
yang jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data
selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.57
Istilah reduksi data dalam penelitian kualitatif dapat disejajarkan
maknanya dengan istil;ah pengelolaan data (mulai dari editing, koding,
hingga tabulasi data) dalam penelitian kualitatif. Berdasarkan pengertian di
atas, penulis menyimpulkan bahwa mereduksi data yaitu merangkum data-
data yang terkumpul dari lapangan kemudian memilih hal-hal yang pokok
sesuai dengan fokus penelitian.

29
b. Data Display (Penyajian Data)
Setelah direduksi, maka langkah selanjutnya adalah
mendisplaykan data. Kalau dalam penelitian kualitatif penyajian data ini
dapat di lakukan dalam bentuk table, grafik, phie chard, pictogram dan
sejenisnya. Melalui penyajian data tersebut, maka data teroranisasikan,
tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan semakin mudah dipahami.
Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk
uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan
sejenisnya.58
Menurut penulis, data display (penyajian data) merupakan langkah
kedua setelah mereduksi data, yaitu memudahkan peneliti untuk
memahami apa-apa yang terjadi sebenarnya di lapangan yang dapat
dilakukan dalam bentuk eks yang bersifat naratif, bagan, grafik, matrik,
dan sejenisnya.
c.Conclusion Drawing atau Verifiocation (penarikan kesimpulan dan
verifikasi)
Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan
Huberman adalah penarikan kesimpulan verifikasi. Penarikan kesimpulan
hanya sebagian dari satu kegiatan dari konfigurasi yang utuh. Kesimpulan-
kesimpulan juga diverifikasi selama penelitian berlangsung. Makna-makna
yang muncul dari data harus selalu diuji kebenaranya dan kesesuaian
sehingga validitasnya terjamin.59 Kesimpulan awal masih bersifat
sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat
yang mendukung pada tahapan awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid
dan konsisten saat peneliti kembali kelapangan mengumpulkan data, maka
kesimpulan yang di kemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.
Setelah data diolah dengan cara di atas, maka peneliti menganalisa
dengan cara berfikir induktif. Berfikir induktif berangkat dari fakta-fakta
yang khusus, konkrit itu ditarik generalisasi yang membuat sifat umum.
Dengan menggunakan cara ini akan diperoleh kesimpulan yang konkrit
yang dapa di pertanggung jawabkan.
H. Daftar Pustaka

30
Abdul Rahman Shaleh dan Muhbib Abdul Wahab, Psikologi Suatu
Pengantar (Jakarta: Kencana, 2004)
Ahmad Rohani, Pengelolaan Pengajaran (Jakarta: Rineka Cipta, 2010)
Andi Prastowo, Manajemen Perpustakaan Sekolah Professional,
(Jogjakarta : Diva Press, 2013)
Abu ahmadi, Psikologi Umum (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1990),
Azhari Arsyad, (2013), Media Pembelajaran, Jakarta: Rajagrafindo
Prasada
Asri Budininggsih, (2005), Belajar Dan Pembelajaran, Jakarta:PT Rineka
Cipta
Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif, (Jakarta : Rineka
Cipta, 2008)
Beni Ahmad Saebani, Metode Penelitian, (Bandung : Pustaka Setia,
Candra Wijaya, Muhammad Rifa’I, (2016), Dasar-dasar Manajemen,
Medan Perdana Publishing
Dimayanti dan Mudjiono, Belajar & Pembelajaran (Jakarta: Rineka
Cipta,2013)
Dendy Sugono, Kamus Bahasa Indonesia Cet. I( Jakarta: Pusat Bahasa
Depsiknas RI,2008)
Danang Sunyoto,(2011), Metode Penelitian Untuk Ekonomi, Yogyakarta:
CAPS
Dimayanti dan Mudjiono, Belajar & Pembelajaran (Jakarta: Rineka
Cipta,2013)
D.P Tampubolon,( 1993) Mengembangkan Minat Membaca Pada Anak,
Bandung: Angkasa
Lexy J. Moleong, (2000),Metodologi Penelitian KualitatifBandung:
Remaja RosdaKarya
Muhammad Anwar, Mengajar dengan Teknik Hipnosis (Makassar:
Gunadarma Ilmu, 2014)
Mahfud Salahuddin, Pengaruh Psikologi Pendidikan (Surabaya: PT Bina
Ilmu, 1992)

31
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional (PT. Remaja Rosdakarya
No 40 Bandung 40252)
Ngalim Purwanto, (2006), Prinsip-prinsip Dan Teknik Evaluasi
Pengajaran, Bandung: Remaja Rosdakarya
Rusydi Ananda, (2017), Manajemen Sarana dan Prasarana, Medan: Cv
Widya Puspita
Saefullah, (2014) manajemen pendidikan Islam, Bandung: Cv pustaka
setia
Salman Rusydie, Prinsip-Prinsip Manajemen, (Jogjakarta : Diva Pres,
2011)
Sulistyorini, ( 2009), Manajemen Pendidikan Islam, Yoogyakarta: Teras,
hlm 94 Pendidikan Islam, Yoogyakarta: Teras
Syaiful Bahri Djamarah & Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar,
(Jakarta : Rineka Cipta, 2010)
Sutrisno, Revolusi Pendidikan di Indonesia (Yogyakarta: Ar-Ruzz, 2006)
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya (Jakarta:
Rinka Cipta,1995),
Sumardi Suryabrata.Psikologi Pendidikan, Ed.1 (Cet.II:Jakarta:PT Raja
GrafindoPersada, 2002)
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Cet.
Ke-13 (Jakarta: Rineka Cipta, 2006)
Saipuddin Azwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998)
S Nasution,Metode Research Penelitian Ilmiah,Cet ke-3,(Jakarta:Bumi
Aksara,2000)
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan : Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, jmDan R&D, Cet Ke-14, (Bandung : Alfabeta, 2011)
Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia,
Ade Rukmana dan Asep Suyana manajemen pendidikan
Yusuf Hadijaya, (2013), Menyusun Strategi Berbuah Kinerja Pendidikan
Efektif, penerbit: Perdana Publishing, Medan,

32

Anda mungkin juga menyukai