Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sekolah adalah untuk anak didik. Tugas utama pendidik (guru)

adalah mengusahakan agar setiap anak didik dapat belajar dengan efektif;

baik secara individual ataupun secara kelompok. Artinya, mereka patut

merasa betah atau merasa senang belajar di sekolah dan mereka dapat

mencapai prestasi belajar yang tinggi. Meskipun banyak tempat untuk

anak melakukan kegiatan belajar, sesungguhnya filosofi kehadiran sekolah

sepatutnya dipandang sebagai tempat terbaik bagi terjadinya proses belajar

dan bagi pencapaian prestasi belajar yang tinggi itu. Kelas merupakan

segmen sosial dari kehidupan sekolah secara keseluruhan. Gairah proses

belajar dan semangat pencapaian prestasi belajar yang tinggi, amat

tergantung pada pembiasaan sehari-hari atas kehidupan yang terjadi di

antara guru dan para anak didiknya di dalam kelas. Karena itu manajemen

atau pengelolaan atas kelas merupakan hal utama dalam menunjang

terciptanya proses belajar yang menyenangkan dan pencapaian prestasi

belajar yang tinggi itu (Permana, 2001).


BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Pengelolaan Kelas

Pengelolaan kelas adalah kemampuan guru atau wali kelas dalam

mendayagunakan potensi kelas berupa pemberian kesempatan yang

seluas-luasnya pada setiap personal untuk melakukan kegiatan-kegiatan

yang kreatif dan terarah (Nawawi, 1989).

Menurut Suharsimi Arikunto, pengelolaan kelas adalah suatu usaha

yang dilakukan oleh penanggung jawab kegiatan belajar mengajar atau

yang membantu dengan maksud agar dicapai kondisi optimal sehingga

dapat terlaksana kegiatan belajar seperti yang diharapkan (Arikunto,

1996).

Menurut Djamarah & Zaini secara sederhana pengelolaan kelas

berarti kegiatan pengaturan kelas untuk kepentingan pengajaran.

Sedangkan menurut mulyasa pengelolaan kelas merupakan keterampilan

seorang guru untuk menciptakan kondisi iklim pembelajaran yang

kondusif dan mengendalikanya apabila terjadi gangguan dalam

pembelajaran (Djamarah, 2006).

B. Tujuan Pengelolaan Kelas

Diadakannya pegelolaan kelas adalah berguna menunjang

keberhasilan sekolah tersebut. Banyak sekali keadaan di kelas yang tidak

terorganisasi, sehingga menyebabkan kelas menjadi gaduh dan tidak bisa

belajar secara kondusif. Seorang guru harus bisa mengendalikan murid-


murid yang ramai. Keadaan seperti inilah perlu adanya pengelolaan kelas.

Yang nantinya guru bisa mengelola proses belajar mengajar dengan baik

dan siswa belajar dengan kondusif, efektif serta efisien.

Adapun tujuan dari pengelolaan kelas menurut Suharsimi Arikunto

adalah agar setiap anak dikelas dapat bekerja dengan tertib sehingga

segera tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisien. Pengelolaan

kelas tersebut dimaksudkan untuk menciptakan kondisi dalam kelompok

kelas yang baik, yang memungkinkan siswa berbuat sesuai dengan

kemampuannya (Arikunto, 1996).

Tujuan pengelolaan kelas pada hakekatnya telah tergantung dalam

tujuan pendidikan, secara umum tujuan pengelolaan kelas adalah

menyediakan fasilias dari bermacam-macam kegiatan belajar siswa dalam

lingkungan social, emosional, dan intelektual dalam kelas. Fasilitas yang

disediakan itu memungkinkan siswa belajar dan bekerja, terciptanya

suasana social yang memberikan kepuasan, suasana disiplin,

perkembangan intelektual, emosional, dan sikap serta apresiasi.

Tujuan yang diniatkan dalam setiap kegiatan belajar mengajar,

baik yang sifatnya instruksional maupun tujuan pengiring akan dapat

dicapai secara optimal apabila dapat diciptakan dan dipertahankan kondisi

yang menguntungkan bagi peserta didik (Rohani, 2004). Akan tetapi

program atau tujuan kelas tidak akan berarti apabila tidak diwujudkan

menjadi sebuah bentuk kegiatan.


Untuk itu peran guru akan sangat menentukan hasil dari proses

belajar mengajar dikarenakan guru disini adalah sebagai pemimpin

pendidikan diantara siswa disuatu kelas. Untuk itu guru disetiap kelas atau

wali kelas sebagai administrator kelas, menempati posisi dan peranan yang

Sangat penting, karena menanggung tanggung jawab mengembangkan dan

mamajukan kelas masing-masing yang berpengaruh pada perkembangan

dan kamajuan sekolah secara keseluruhan.

Tujuan pengelolaan kelas adalah agar setiap anak dikelas dapat

bekerja dengan tertib sehingga segera tercapai tujuan pengajaran secara

efisien dan efektif. Sebagai indikator dari sebuah kelas yang efektif adalah

apabila:

1. Setiap anak terus bekerja, tidak macet, artinya tidak ada anak yang

terhenti karena tidak tahu akan tugasnya yang harus dilakukan atau

tidak dapat melakukan tugas yang diberikan kepadanya.

2. Setiap anak terus mengerjakan pekerjaanya tanpa membuang

waktu. Artinya, setiap anak akan bekerja secepatnya agar lekas

menyelesaikan tugas yang diberikan kepadanya. Apabila ada anak

yang walaupun tau dan dapat melaksanakan tugasnya, tetapi

mengerjakanya kurang bergairah dan mengulur waktu bekerja,

maka kelas tersebut dikatakan tidak tertib.

Seperti yang dikatakan John Dewey bahwa dalam proses

pendidikan anak adalah yang paling utama, dan bukan mata pelajaran yang

utama. Dia menekankan lagi bahwa guru seharusnya menjadi petunjuk


bagi anak, dan bukan merupakan kamus berjalan bagi anak (Subroto,

1997).

C. Ruang Lingkup Pengelolaan Kelas

Secara garis besar ada dua kegiatan dalam pengelolaan kelas yaitu:

1. Pengaturan (orang) siswa

Siswa adalah orang yang melakukan aktifitas dan kegiatan di kelas

yang ditempatkan sebagai obyek dan arena perkembangan ilmu

pengetahuan dan kesadaran manusia, maka siswa bergerak kemudian

menduduki fungsi sebagai subyek. Artinya siswa bukan barang atau

obyek yang hanya dikenai akan tetapi juga objek yang memiliki

potensi dan pilihan untuk bergerak. Jadi pergerakan yang terjadi dalam

konteks pencapaian tujuan tidak sembarang, artinya disini fungsi guru

memiliki proporsi yang besar dalam rangka membimbing,

mengarahkan dan memandu segala aktifitas yang dilakukan oleh

siswa. Oleh karena itu pengaturan siswa adalah bagaimana mengatur

dan menempatkan siswa dalam kelas sesuai dengan potensi intelektual

dan perkembangan emosionalnya. Siswa diberi kesempatan untuk

memperoleh posisi dalam belajar yang sesuai dengan minat dan

keinginannya.

2. Pengaturan fasilitas

Aktifitas dalam kelas baik guru maupun siswa dalam kelas

kelangsungannya akan banyak dipengaruhi oleh kondisi dan situasi

fisik lingkungan kelas. Oleh karena itu lingkungan fisik kelas berupa
sarana dan prasarana kelas dapat memenuhi dan mendukung interaksi

yang terjadi, sehingga harmonisasi kehidupan kelas dapat berlangsung

dengan baik dari permulaan masa kegiatan belajar mengajar sampai

akhir masa belajar mengajar.

Pengaturan fasilitas dalam pengelolaan kelas meliputi:

a. Pengaturan Tempat Duduk

b. Pengaturan alat – alat pengajaran

c. Penataan keindahan dan kebersihan ruangan kelas

d. Ventilasi dan pengaturan cahaya (Rohani,2004).

D. Prinsip-Prinsip Pengelolaan Kelas

Dalam rangka memeperkecil masalah gangguan dalam pengelolaan

kelas, prinsip-prinsip pengelolaan kelas dapat dipergunakan yaitu:

1. Hangat dan antusias

Hangat dan antusias diperlukan dalam proses belajar mengajar. Guru

yang hangat dan akrab dengan anak didik selalu menunjukkan atusias

pada tugasnya atau pada aktivitasnya akan berhasil dalam

mengimplementasikan pengelolaan kelas.

2. Tantangan

Penggunaan kata-kata tindakan, cara kerja atau bahan-bahan yang

menantang akan meningkatkan gairah anak didik untuk belajar

sehingga mengurangi kemungkinan munculnya tingkah laku yang

menyimpang. Tambahan lagi akan dapat menarik perhatian anak didik

dan dapat mengendalikan gairah belajar mereka.


3. Bervariasi

Penggunaan alat atau media, atau alat bantu, gaya mengajar guru, pola

interaksi antara guru dan anak didik akan mengurangi munculnya

gangguan, meningkatkan perhatian anak didik. Apalagi bila

penggunaannya bervariasi sesuai dengan kebutuhan. Kevariasian

dalam penggunaan apa yang disebutkan di atas merupakan kunci untuk

tercapainya pengelolaan kelas yang efektif dan menghindari

kejenuhan.

4. Keluwesan

Keluwesan tingkah laku guru untuk mengubah strategi mengajarnya

dapat mencegah kemungkinan munculnya gangguan anak didik, serta

menciptakan iklim belajar mengajar yang efektif. Keluwesan

pengajaran dapat mencegah munculnya gangguan seperti keributan

anak didik, tidak ada perhatian, tidak mengerjakan tugas dan

sebagainya.

5. Penekanan pada hal-hal yang positif

Pada dasarnya dalam mengajar dan mendidik, guru harus menekankan

pada hal-hal yang positif dan menghindari pemusatan perhatian anak

didik pada hal-hal yang negatif. Penekanan pada hal-hal yang positif

yaitu penekanan yang dilakukan guru terhadap tingkah laku anak didik

yang positif dari pada mengomeli tingkah laku yang negatif.

Penekanan tersebut dapat dilakukan dengan pemberian penguatan yang


positif, dan kesadaran guru untuk menghindari kesalahan yang dapat

mengganggu proses belajar mengajar.

6. Penanaman disiplin diri

Tujuan akhir dari pengelolaan kelas adalah anak didik dapat

mengembangkan disiplin diri sendiri. Karena itu, guru sebaiknya

selalu mendorong anak didik untuk melaksanakan disiplin diri sendiri

dan guru sendiri hendaknya menjadi teladan mengenai pengendalian

diri dan pelaksanaan tanggung jawab. Jadi guru harus disiplin dalam

segala hal bila ingin anak didiknya ikut berdisiplin dalam segala hal

(Djamarah, 2006).

E. Fungsi Pengelolaan Kelas

Pengelolaan kelas selain memberi makna penting bagi tercipta dan

terpeliharanya kondisi kelas yang optimal, pengelolaan kelas berfungsi :

1. Memberi dan melengkapi fasilitas untuk segala macam tugas seperti :

membantu kelompok dalam pembagian tugas, membantu pembentukan

kelompok, membantu kerjasama dalam menemukan tujuan-tujuan

organisasi, membantu individu agar dapat bekerjasama dengan

kelompok atau kelas, membantu prosedur kerja, merubah kondisi

kelas.

2. Memelihara agar tugas-tugas itu dapat berjalan lancer.

Selain itu fungsi dari pengelolaan kelas sendiri sebenarnya merupakan

penerapan fungsi-fungsi pengelolaan yang di aplikasikan di dalam kelas oleh


guru untuk mendukung tujuan belajar yang hendak dicapainya. Sesuai dengan

fungsi pengelolaan untuk pengelolaan kelas yang efektif disyaratkan adanya

kepemimpinan aktif yang mampu menciptakan iklim yang memberi atau

menekankan adanya harapan untuk keberhasilan dan suasana tertib (melalui)

suatu proses perencanaan, pengorganisasian (pengaturan), aktuasi (pelaksanaan),

dan pengawasan yang dilakukan oleh guru, baik individu maupun dengan

melalui orang lain (semisal sejawat atau siswa sendiri) untuk mencapai tujuan

pembelajaran dengan cara memanfaatkan segala sumber daya yang ada secara

optimal (Danim, 2002).

F. Dasar dari Pendekatan

Dasar dari pendekatan yaitu bahwa perilaku yang baik dikelas sebagian

dapat dibentuk dengan cara memberikan ganjaran atau tidak.

1. Teknik mendekati. Bila seorang siswa mulai bertingkah, satu teknik

yang biasanya efektif yaitu teknik mendekatinya. Kehadiran guru bisa

membuatnya takut, dan karena itu dapat menghentikannya dari

perbuatan yang disruptif , tanpa perlu menegur andai kata siswa mulai

menampakan kecenderungan berbuat nakal, memindahkan tempat

duduknya ke meja guru dapat berefek preventif.

2. Teknik memberikan isyarat. Apabila siswa berbuat penakalan kecil,

guru dapat memberikan isyarat bahwa ia sedang diawasi isyarat tersebut

dapat berupa petikan jari, pandangan tajam, atau lambaian tangan.


3. Teknik mengadakan humor. Jika insiden itu kecil, setidaknya guru

memandang efek saja, dengan melihatnya secara humoristis, guru akan

dapat mempertahankan suasana baik, serta memberikan peringatan

kepada si pelanggar bahwa ia tahu tentang apa yang akan terjadi.

4. Teknik tidak mengacuhkan. Untuk menerapkan cara ini guru harus lues

dan tidak perlu menghukum setiap pelanggaran yang diketahuinya.

Dalam kasus-kasus tertentu, tidak mengacuhkan kenakalan justru dapat

membawa siswa untuk di perhatikan.

5. Teknik yang keras. Guru dapat menggunakan teknik-teknik yang keras

apabila ia di hadapkan pada perilaku disruptif yang jelas tidak

terkendalikan. Contohnya mengeluarkannya dalam kelas.

6. Teknik mengadakan diskusi secara terbuka. Bila kenakalan di kelas

mulai bertambah, sering guru menjadi heran. ia lalu menilai kembali

tindakan dan pengajarannya. untuk menjelaskan perbuatan-perbuaatan

siswa-siswanya. Dan menciptakan suasana belajar yang sedikit lebih

sesuai daripada sebelumnya.

7. Teknik memberikan penjelasan tentang prosedur. Kadang-kadang

masalah kedisiplinan ada hubungannya yang langsung dengan

ketidakmampuan siswa melaksanakan tugas yang diberikan kepadanya.

Kesulitan ini terjadi apbila guru berasumsi bahwa siswa memiliki

keterampilan, padahal sebenarnya tidak. masalah yang hampir sama

yaitu masalah-masalah perilaku yang lazimnya berhubungan dengan

peristiwa-peristiwa yang tidak biasa dikelas.


8. Mengadakan analisis. Kadang-kadang terjadi hampir terus menerus

berbuat kenakalan, guru dapat mengetahui masalah yang akan di

hadapinya dan mengurangi keresahan siswanya.

9. Mengadakan perubahan kegiatan. Apabila gangguan dikelas meningkat

jumlahnya, tindakan yang harus segera di ambil yaitu mengubah apa

yang sedang anda lakukan. Jika biasanya diskusi, maka ubahlah dengan

memberikan ringkasan-ringkasan untuk dibaca atau menyuruh mereka

membaca buku-buku pilihan mereka.

10. Teknik menghimbau. Kadang-kadang guru sering mengatakan, “harap

tenang”. Ucapan tersebut adakalanya membawa hasil; siswa

memperhatikannya. Tetapi apabila himbauan sering digunakan mereka

cenderung untuk tidak menggubrisnyamenggubrisnya

G. Pendekatan dalam Pengelolaan Kelas

Pengelolaan kelas berdasarkan pendekatannya diklasifikasikan menjadi :

1. Pendekatan Otoriter ( Autority Approach ), pengelolaan kelas adalah

kegiatan guru untuk mengontrol tingkah laku sisiwa dengan penerapan

disiplin secara ketat. Dalam pendekatan ini mengandung unsure

kekuasaan dan ancaman.

2. Pendekatan Permisif ( Permisive Approach ), pengelolaan kelas adalah

upaya yang dilakukan oleh guru dengan member kebebasan kepada

siswa untuk melakukan berbagai aktifitas sesuai dengan yang mereka

inginkan.
3. Pendekatan Resep, pengelolaan kelas adalah upaya yang dilakukan

dengan member satu daftar yang dapat menggambarkan apa yang harus

dan tidak boleh dikerjakan oleh guru dalam mereaksi semua masalah /

situasi kelas.

4. Pendekatan Pengajaran, pengelolaan kelas adalah upaya merencanakan

dan mengimplemantasikan pelajan yang baik.

5. Pendekatan Perubahan Perubahan Tingkah Laku ( Behavior

Modifikation Approach ), pengelolaan kelas adalah upaya untuk

mengembangkan dan memfasilitasi perubahan perilaku yang bersifat

positif dari sisiwa dan berusaha semaksimal mungkin mencegah

munculnya atau memperbaiki perilaku negative siswa.

6. Pendekatan Suasana Emosi dan Hubungan Sosial ( Sosio Emosional

Climate Approach ), pengelolaan kelas adalah upaya untuk

menciptakan suasana hubungan interpersonal yang baik dan sehat

antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa.

7. Pendekatan Proses Kelompok ( Group Proses Approach ), pengelolaan

kelas adalah seperangkat kegiatan guru untuk menumbuhkan dan

mempertahankan organisasi kelas yang efektif.

8. Pendekatan Pluralistik ( Electis Approach ) adalah pandangan yang

mencakup tiga pendekatan ( perubahan tingkah laku, iklim sosio

emosional, dan proses kelompok).


H. Beberapa Masalah Pengelolaan Kelas

Gagalnya seorang guru mencapai tujuan pengajaran sejalan dengan

ketidakmampuan guru mengelola kelas. Indikator kegagalan itu adalah prestasi

belajar siswa rendah, tidak sesuia dengan standar atau batas ukuran yang

ditentukan. Karena itu pengelolaan kelas merupakan kompetensi guru yang sangat

penting dikuasai oleh guru dalam kerangka keberhasilan proses belajar-mengajar.

Keanekaragaman masalah perilaku siswa yang menimbulkan beberapa

masalah pengelolaan kelas menurut Made Pidarta adalah :

1. Kurang kesatuan dengan adanya kelompok-kelompok dan pertentangan

jenis kelamin.

2. Tidak ada standar perilaku dalam bekerja kelompok.

3. Reaksi negative terhadap anggota kelompok.

4. Reaksi mentoleransi kekeliruan-kekeliruan.

5. Mudah mereaksi perilaku negative / terganggu.

6. Moral rendah, permusuhan, dan agresif.

7. Tidak mampu menyesuaikan dengan lingkungan yang berubah.

Kategori masalah pengelolaan kelas menurut Doyle ( 1986 ) terungkap

dalam lima bentuk :

1. Berdimensi banyak ( Multidimensionality ), guru dituntut

melaksanakan tugas edukatif ( menyusun persiapan mengajar lengkap

dengan alat serta sumber, menyampaikan pelajaran dan mengevaluasi )

dan tugas administrative ( mengabsen, mencatat data siswa, menyusun

jadwal, mencatat hasil-hasil pengajaran, dan sebagainya ).


2. Serentak ( Simultaneity ), berbagai hal dapat terjadi pada waktu yang

sama di kelas.

3. Segera ( Immediacy ), interaksi yang terjadi antara guru dengan siswa

terjadi timbal-balik begitu cepat, sehingga menuntut guru agar dapat

segera bertindak melalui proses berpikir, menerima rangsangan dari

luar, berpikir, memutuskan dan melaksanakan tindakan.

4. Iklim kelas yang tidak dapat diramalkan terlebih dahulu.

5. Sejarah ( History ), peristiwa yang terjadi di kelas akan memiliki

dampak yang akan dirasakan dalam waktu yang jauh sesudahnya.

Masalah pengelolaan kelas dapat dikelompokkan menjadi dua :

1. Masalah individu

a). Pola perilaku mencari perhatian baik aktif (melucu) maupun pasif

(berbuat serba lambat).

b). Pola perilaku menunjukkan kekuatan baik aktif (mendebat, marah-

marah, menangis) maupun pasif (lupa peraturan-peraturan kelas yang

sudah sepakati sebelumnya).

c). Pola perilaku untuk membalas dendam.

d). Pola perilaku dengan menampilkan peragaan ketidakmampuan

(bersikap masa bodoh terhadap pekerjaan apapun).

2. Masalah kelompok :

a). Kelas kurang kohesif ( akrab ), karena alasan jenis kelamin, suku,

tingkat sosial ekonomi, dan sebagainya.


b). Penyimpangan dari norma-norma perilaku yang telah disepakati

sebelumnya.

c). Kelas mereaksi secara negative terhadap salah leorang anggotanya.

d). Menyokong anggota kelas yang melanggar norma kelompok.

e). Kelompok cenderung mudah dialihkan perhatiannya dari tugas yang

tengah digarap.

f). Semangat kerja rendah atau semacam aksi protes kepada guru.

g). Kelas kurang mampu menyesuaikan diri dengan situasi yanmg baru.

Beberapa faktor yang mempengaruhi perwujudan pengelolaan kelas

adalah:

1. Kurikulum

2. Bangunan dan sarana, seperti penataan ruang kelas, pengaturan

tempat duduk, pengaturan alat-alat pengajaran, penataan keindahan

dan kebersihan kelas serta pengaturan ventilasi dan tata cahaya.

3. Guru, mencakup bagaimana kepemimpinan guru, sikap guru, suara

guru, pembinaan raport, dan mendisiplinkan siswa.

4. siswa, meliputi pembentukan organisasi dan pengelompokkan siswa.

Pengelompokkan siswa dapat dilaksanakan berdasarkan berkawan,

kemampuan, dan minat. Pengelompokkan siswa yang dibagi menjadi

kelompok-kelompok kecilmenurut Udin Sarifuddin Winataputra dan

Rustana Ardiwinata (1991), meliputi pola bekerja palalel (kelompok

belajar dengan tugas yang sama), pola bekerja komplementer


(kelompok belajar dengan tugas yang berbeda-beda), serta pola

kerja paralel dan komplementer (dua kelompok belajar atau lebih

mendapat tugas yang sama, sedangkan dua atau lebih lainnya

mendapat tugas yang sama). Cara lain untuk pengelompokan siswa

adalah dengan pembentukan kelompok diserahkan kepada siswa,

pembentukan kelompok diatur guru sendiri, dan pembentukan

kelompok diatur guru atas usul siswa.

5. Dinamika kelas, cara guru menerapkan administrasi pendidikan dan

kepemimpinan pendidikan serta dalam mempergunakan pendekatan

pengelolaan kelas.

6. Lingkungan sekitar.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan

memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya bila terjadi

gangguan dalam proses belajr-mengajar. Tujuan pengelolaan kelas adalah

menyediakan fasilitas bagi bermacam-macam kegiatan belajar siswa dalam

lingkungan sosial, emosional, dn inyelektual di dalam kelas. Pengelolaan kelas

berdasarkan pendekatannya terbagi kepada enam jenis, yaitu Pendekatan Otoriter,

Pendekatan Permisif, Pendekatan Resep, Pendekatan Pengajaran, Pendekatan

Perubahan Tingkah Laku, Pendekatan SUasana Emosi dan Hubungan Sosial,

Pendekatan Proses Kelompok, serta Pendekatan Pluralistik. Keterampilan dalam

pengelolaan kelas dapat bersifat Preventif serta Refresif dan Tingkah Laku.

Namun dalam penerapannya kadang terdapat masalah dalam pengelolaan kelas

baik secara individu maupun kelompok yang timbul dikarenakan adanya

keanekaragaman perilaku siswa.


DAFTAR PUSTAKA

Danim, Sudarwan. 2002. Inovasi Pendidikan Dalam Upaya Peningkatan


Profesionalisme Tenaga Kependidikan. Pustaka Setia, cet.1.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta

Hadari Nawawi. 1989. Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas. Jakarta : PT.
Haji Mas Agung.

Permana, Johar. 2001. Pengelolaan Kelas Dalam Rangka Proses Belajar


Mengajar. Penglolaan_Kelas_(Iris).pdf. Diunduh pada 26 Oktober 2015.

Rohani, Ahmad. 2004. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta; Rineka Cipta.

Subroto, Suryo. 1997. Proses Belajar Mengajar Disekolah. Jakarta : PT. Rineka
Cipta.

Suharsimi Ari Kunto. 1996. Pengelolaan Kelas Dan Siswa Sebuah Pendekatan
Evaluatif. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Anda mungkin juga menyukai