Anda di halaman 1dari 35

MENCIPTAKAN LINGKUNGAN

PEMBELAJARAN
Disusun oleh :
Camelia Anggun (188060057)
Sarifah Sari Maryati (188060059)
Eneng Nurhasanah (188060061)
MENCIPTAKAN LINGKUNGAN
PEMBELAJARAN YANG POSITIF
Menciptakan Lingkungan Belajar

Lingkungan belajar dapat diciptakan sedemikian rupa,


sehingga dapat memfasilitasi anak dalam melaksanakan
kegiatan belajar. Lingkungan belajar dapat merefleksikan
ekspektasi yang tinggi bagi kesuksesan seluruh anak secara
individual. Dengan demikian, lingkungan belajar merupakan
situasi yang direkayasa oleh guru agar proses pembelajaran
dapat berlangsung secara efektif.
lingkungan
fisik lingkungan yang ada disekitar siswa belajar berupa
sarana fisik baik yang ada dilingkup sekolah,  dalam hal
Saroni ini dalam ruang kelas belajar di sekolah.
(2006) dalam
Kusmoro
(2008)

lingkungan pola interaksi yang terjadi dalam proses pembelajaran.


sosial Interaksi yang dimaksud adalah interkasi antar siswa
dengan siswa, siswa dengan guru, siswa dengan sumber
belajar, dan lain sebagainya.
Menurut Marzano & Marzano (2003) berbagai hasil
studi menunjukkan bahwa pengelolaan kelas adalah
salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap
prestasi siswa. Pengetahuan dan keahlian di bidang
pengelolaan kelas adalah tanda keahlian dalam
mengajar; stres dan merasa payah karena kesulitan di
dalam pengelolaan kelas adalah tanda awal burn-out
dalam pengajaran (Emmer & Stough, 2001).
Menurut Brophy dan Evertson (1978) ada empat tahap umum mengelola
kelas menurut kebutuhan terkait umur, yaitu:

1. Selama TK hingga tahun-tahun awal SD diperlukan pengajaran langsung;


2. Masa pertengahan SD selain rutinitas kelas, prosedur-prosedur baru juga
perlu diajarkan secara langsung, dipantau, dan dipertahankan;
3. Akhir masa SD anak-anak mulai kritis (menguji dan menentang otoritas),
oleh karena itu diperlukan penanganan yang lebih efektif di samping
senantiasa memberikan motivasi pada siswa yang lebih tertarik kehidupan
sosial ketimbang pendapat guru; dan
4. Akhir SMA, tantangannya adalah mengelola kurikulum; menyesuaikan
materi dengan minat dan kemampuan siswa, serta membantu siswa dalam
self-managing
Manajemen kelas

Manajemen kelas sebagai teknik yang


digunakan untuk memelihara lingkungan
yang positif dan produktif, terbebas dari
berbagai masalah perilaku. Tetapi bukan
berarti, membuat siswa patuh dan diam.
Ada tiga alasan mengapa kita perlu mengelola kelas, sebagai berikut:

1. Lebih banyak menggunakan waktu untuk pembelajaran (allocated time)


Berdasarkan pengamatan, waktu aktual yang digunakan untuk pembelajaran di kelas sangat sedikit.
Lebih banyak waktu yang digunankan untuk interupsi, disrupsi, terlambat memulai, dan peralihan
yang tidak efisien dan efektif. Oleh karena itu, salah satu tujuan dari manajemen kelas adalah
mengalokasikan waktu yang lebih banyak untuk pembelajaran “allocated time”. Meskipun demikian,
tidak menjamin bahwa pengalokasian waktu yang banyak secara otomatis akan meningkatkan prestasi
anak kalau tidak digunakan secara efektif.
2. Akses ke pembelajaran
Setiap kegiatan kelas memiliki aturan partisipasi yang berbeda-beda. Aturan itu terkadang diuraikan
secara jelas, tetapi kadang-kadang juga implisit dan tidak dinyatakan. Agar siswa dapat berpartisipasi
dalam suatu kegiatan, ia harus memahami struktur partisipasinya. Tujuan lain dari manajemen kelas
adalah memberikan akses ke pembelajaran kepada seluruh siswa. Harus dipastikan bahwa seluruh
siswa tahu bagaimana cara berpartisipasi dalam berbagai kegiatan kelas
3. Manajemen untuk Self-Management
Tujuan ketiga dari manajemen kelas adalah membantu siswa agar lebih mampu
mengelola dirinya. Jika guru hanya fokus pada kepatuhan siswa, maka ia akan
menghabiskan waktu pada mengajar, memantau dan mengoreksi. Siswa akan
memandang sekolah tidak lebih dari mengikuti peraturan, bukan pada
mengonstruksikan pemahaman tentang pengetahuan akademik. Sementara struktur
belajar yang kompleks seperti cooperative learning atau problem-bases learning
sangat membutuhkan self management siswa, bukan kepatuhan siswa
Prosedur dan peraturan untuk menciptakan lingkungtan
pembelajaran yang positif

• Prosedur
Menurut Andy Mignano menyarankan guru untuk menetapkan rutinitas-rutinitas untuk
mencangkup bidang-bidang berikut :

1. Rutinitas administratif
2. Pergerakan siswa
3. “mengurus rumah”
4. Rutinitas untuk menyelesaikan pelajaran
5. Interaksi antara guru dan siswa
6. Bicara diantara siswa
• Peraturan
Peraturan untuk sekolah dasar. Evertson dan rekan-rekan sejawatnya (2006) memberikan empat peraturan
umum untuk kelas-kelas sekolah dasar:
1. Sopan dan hormat kepada semua orang
2. Tepat waktu dan mempersiapkan diri
3. Mendengarkan dengan tenang saat orang lain sedang berbicara
4. Mematuhi peraturan sekolah

Peraturan untuk sekolah menengah. Emmer dan rekan-rekan sejawatnya (2006) menyarankan enam
contoh peraturan untuk siswa-siswa sekolah menengah:
5. Bawa semua bahan yang dibutuhkan ke kelas.
6. Duduk di tempat dudukmu dan siap bekerja saat bel berdering.
7. Hormati dan sopan pada semua orang.
8. Hormati barang milik orangt lain.
9. Dengarkan dan dudduk saat orang lain sedang berbicara.
10.Patuhi semua peraturan sekolah.
D

Memelihara
MENCIPTAKAN B
Lingkungan yang
LINGKUNGAN AA
Baik untuk
PEMBELAJARAN C
Pembelajaran
Ada 2 aspek penting yang perlu dikembangkan oleh
guru sehingga mampu menciptakan pembelajaran yang
kondusif bagi siswa, yaitu:
1. Kepribadian Guru dan Tanggung Jawab Pendidik
2. Suasana Pembelajaran
Kepribadian Guru dan
Tanggung Jawab Pendidik
Dalam memelihara kondisi dan suasana belajar yang efektif maka guru
sebagai pembimbing mempunyai tanggung jawab yang besar dalam
melaksanakannya. Adapun yang harus dilakukan seorang guru adalah:

Guru sebagai perancang Guru sebagai pengajar


pengajaran

Guru sebagai pengelolah


Guru sebagai pembimbing pengajaran
Guru sebagai perancang pengajaran dituntut
memiliki kemampuan untuk merencanakan
kegiatan belajar mengajar secara efektif, yang
berarti harus memiliki pengetahuan dan
keahlian yang profesional serta kesiapan pada
proses belajar mengajar

BACK
Guru sebagai pembimbing, dituntut untuk mengadakan
pendekatan secara instruksional yang bersifat pribadi
dalam setiap proses belajar mengajar berlangsung.
Pendekatan pribadi dimaksudkan untuk lebih mengenal
dan memahami murid-murid secara mendalam sehingga
dapat membantu dalam keseluruan belajar mengajar.

BACK
Guru sebagai pengelolah pengajaran, dituntut untuk
memiliki kemampuan mengelolah seluruh proses
kegiatan belajar mengajar dengan menciptakan
suasana belajar yang menguntungkan bagi siswa
sehingga siswa benar-benar belajar secara efektif.

BACK NEXT
Penataan Lingkungan
Cara Pengajaran
Belajar
Pendidik

Bangun Kesadaran
Mendorong Keterlibatan Disiplin
Siswa

Lengkapi Fasilitas
Jalin Komunikasi dengan Belajar
Siswa

Suasana Pembelajaran
Dalam rangka memelihara kondisi dan suasana belajar
yang efektif maka guru harus mampu memilih cara
yang tepat dalam pelaksanaan pembelajaran. Karena
mengajar adalah hal yang kompleks dan melibatkan
peserta didik yang bervariasi, maka seorang Pendidik
harus mampu dan menguasai beragam strategi dan
perspektif serta dapat mengaplikasikannya secara
fleksibel.
BACK
Seorang guru mesti bisa memahami apa yang
mereka inginkan, cara belajar yang bagaimana
mereka suka, apa kesulitan yang mereka handapi.
Dengan begitu kita bisa memperbaiki dan
meningkatkan kualitas belajar mereka di kelas.

BACK
Dalam memelihara kondisi dan suasana yang efektif perlu
adanya penataan lingkungan belajar. Aktivitas guru dalam
menata lingkungan belajar lebih terkonsentrasi pada
pengelolaan lingkungan belajar di dalam kelas. Oleh karena
itu guru dalam melakukan penataan lingkungan belajar
dikelas tiada lain melakukan aktivitas pengelolaan kelas
atau manajemen kelas (classroom management). 

BACK
Disipilin perlu kesadaran dari dalam diri
peserta didik. Tanpa adanya kesadaran
tentu penegakan disiplin akan sulit.
Kesadaran disiplin yang tinggi akan
membuat segala nya menjadi teratur dan
tertib. Lingkungan seperti ini sangat bagus
buat membangun karakter peserta didik.

BACK
Fasilitas belajar adalah pendukung terciptanya
lingkungan belajar yang baik di kelas. Semakin
lengkap semakin memudahkan peserta didik
memahami materi pelajaran

BACK NEXT
KEBUTUHAN KOMUNIKASI
 Komunikasi lebih dari sekedar kata-kata yang saling dipertukarkan diantara
individu-individu. Kita berkomunikasi dengan banyak cara, diantaranya tindakan,
gerakan, nada suara, ekspresi wajah, dan banyak perilaku nonverbal lainnya.
 Komunikasi dapat digunakan untuk membentuk saling pengertian sehingga
menumbuhkan tali persahabatan, menyampaikan informasi, mengungkapkan
perasaan kasih sayang, dan untuk melestarikan peradaban manusia.
 Komunikasi dapat pula menumbuhkan permusuhan, menanamkan perasaan benci,
dan mengakibatkan perpecahan di antara manusia itu sendiri.
 Paraphrase Rule merupakan kebijakan yang si pendengarnya harus merangkum
dengan akurat apa yang telah dikatakan si pembicara sebelum diperbolehkan untuk
meresponnya. Bila rangkumannya salah, yang menunjukan bahwa si pembicara
dipahami secara keliru, si pembicara harus menjelaskannya lagi. Respondent (orang
yang merespons) lalu mencoba memparaphrasakannya lagi. Proses ini terus
berlanjut sampai si pembicara setuju si pendengar mendengar pesan yang
dimaksudnya
1. BENTUK KOMUNIKASI
1. Komunikasi pribadi yang terbagi menjadi dua, yakni :

• Komunikasi intra pribadi yaitu proses komunikasi yang berlangsung dalam diri seseorang

• Komunikasi antar pribadi yaitu proses komunikasi yang berlangsung antara individu satu
dengan individu lainnya

2. Komunikasi kelompok : proses komunikasi yang terjadi pada suatu kelompok manusia, terbagi
dalam :

• Kelompok kecil yaitu kuliah, diskusi panel, symposium seminar

• Kelompok besar atau komunikasi di wilayah publik (public speaking)

3. Komunikasi massa : pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar
individu
Bochner dan Kelly (dalam Jandt,) mengemukakan
adanya kemampuan-kemampuan yang dibutuhkan dalam
menjalin komunikasi antar pribadi, yaitu:
1)Empati;
2)Diskripsi;
3)Kemampuan merasakan dan memahami pernyataan
yang dibuat dan mempertanggungjawabkannya;
4)Sikap kedekatan, keinginan untuk membicarakan
perasaan-perasaan pribadi
5)Tingkah laku yang fleksibel ketika menghadapi
kejadian yang baru dialami
2. BENTUK RESPONS KOMUNIKASI
1. Komunikasi Agresif : Mempertahankan sikap dan pendapat.  Anda tidak
peduli dengan pendapat atau keinginan orang lain. Dan anda
menginginkan hasil akhirnya sebagai pemenang dari komunikasi yang
terjadikomunikasi pasif
2. Komunikasi Pasif : Selalu menghindari konflik atau konfrontasi dengan
lawan bicara.  Tujuannya demi menjaga suasana damai dan tenang. 
Anda cenderung mengalah demi kelanggengan hubungan yang telah
terjalin.  Anda dapat mengorbankan kepentingan pribadi yang mungkin
saja lebih penting daripada hubungan komunikasi tersebut
3. Komunikasi Asertif : Anda tidak mengorbankan orang lain demi
kepentingan pribadi pun sebaliknya tidak semena-mena menahan diri
dari intervensi orang lain.  Anda mengajak lawan bicara untuk
menemukan kemenangan bersama atau mendahulukan menang-menang.
3. KOMUNIKASI PENDIDIKAN
• Dengan adanya teknik ini diharapkan setiap orang dapat secara efektif melakukan komunikasi satu sama
lain dan secara tepat menggunakannya (mulyana, 2005). Effendy (2006) metode komunikasi terdiri atas :

• Komunikasi informative (informative communication), suatu pesan yang disampaikan


kepada seseorang atau sejumlah orang tentang hal-hal baru yang diketahuinya.

• Komunikasi persuasif (persuasive communication), proses mempengaruhi sikap, pandangan,


atau perilaku seseorang dalam bentuk kegiatan membujuk dan mengajak, sehingga ia
melakukan dengan kesadaran sendiri.

• Komunikasi instruktif/koersif (instructive/coercive communication), komunikasi yang


mengandung ancaman, sangsi, dan lain-lain yang bersifat paksaan, sehingga orang-orang
yang dijadikan sasaran melakukan sesuatu secara terpaksa, karena takut akibatnya
Menurut Effendy (2008) komunikasi dikatakan tidak efektif apabila
seperti beberapa indikator berikut:
1)Perbedaan Persepsi
2)Reaksi emosional
3)Ketidak-konsistenan komunikasi verbal dan nonverbal
4)Kecurigaan
5)Tidak adanya timbal balik (feedback)
Strategi untuk Meningkatkan Efektifitas dalam Komunikasi Pendidikan
1) Mengenali sasaran komunikasi
2) Pemilihan media komunikasi
3) Pengkajian tujuan pesan komunikasi
4) Peranan komunikator dalam komunikasi
Dalam komunikasi yang efektif, terdapat lima hal yang perlu diperhatikan:
1) Respect
2) Emphaty.
3) Audible.
4) Clarity.
5) Humble.
Hambatan Komunikasi Pendidikan Menurut Ron Ludlow & Fergus Panton (1992:10-11), hambatan-
hambatan yang menyebabkan komunikasi tidak efektif yaitu :

1) Status effect: Adanya perbedaaan pengaruh status sosial yang dimiliki setiap manusia.
2) Semantic Problems : Faktor semantik menyangkut bahasa yang dipergunakan komunikator sebagai alat
untuk menyalurkan pikiran dan perasaannya kepada komunikan.
3) Perceptual distorsion : Cara pandang yang sempit pada diri sendiri dan perbedaaan cara berpikir serta cara
mengerti yang sempit terhadap orang lain.
4) Cultural Differences : Perbedaan kebudayaan, agama, dan lingkungan sosial.
5) Physical Distractions : Gangguan lingkungan fisik terhadap proses berlangsungnya komunikasi.
PENDEKATAN MANAJEMEN KELAS
1. Emphatheic listening dan active listening
Emphatheic listening (mendengarkan dengan penuh empati) untuk membiarkan
siswa menemukan solusi.
Active listening (mendengarkan secara aktif) mempunyai komponen-komponen
:
(1) Memblokir stimuli eksternal,
(2) Memerhatikan baik-baik pesan-pesan verbal maupun nonverbalnya,
(3) Membedakan antara kandungan intelektual dan emosional pesan itu
(4) Menarik kesimpulan tentang perasaan si pembicara
2. Konfrontasi dan Assertive Discipline

• “I” message merupakan suatu pernyataan yang jelas dan tidak bernada
mendakwa tentang bagaimana sesuatu telah memengaruhi diri anda.

Pada dasarnya ini berarti memberi tahu siswa dengan cara tidak berbelit
belit, asertif, dan tidak menghakimi tentang apa yang dilakukannya, Siswa
kemudian bebas menentukan untuk berubah secara sukarela.

• Lee dan Marlene Canter (1992; Canter, 1996) menyarankan ada


pendekatan lain untuk menangani masalah yang dimiliki oleh guru. yaitu
assertive discipline (disiplin asertif) dimana merupakan gaya respons
yang jelas, tegas, dan tidak bermusuhan.
3. Konfrontasi dan Negosiasi
Ada tiga metode untuk mengatasi konflik antara guru dan siswa:
1) Guru yang memberikan solusi.
2) Metode yang kedua adalah guru menyerah pada tuntutan
3) No-lose method yang merupakan strategi problem solving enam langkah:
a) Definisikan masalahnya.
b) Munculkan banyak kemungkinan solusi.
c) Evaluasi setiap solusi.
d) Putuskan.
e) Tentukan cara mengimplementasikan solusinya.
f) Evaluasi keberhasilan solusinya.
4. Keanekaragaman dan konvergensi

Culturally responsive management (managemen yang responsif secara kultural)


Guru akan melayani dirinya dan siswanya dengan baik bila mereka berusaha menjadi
bicultural.
Dengan membantu siswa belajar cara berfungsi dengan baik di budaya arus-utama maupun
di budaya asalnya, tetapi juga mempelajari makna kata-kata dan tindakan
siswanya.Sehingga mereka tidak salah interpretasi dan menghukum pelanggaran yang
dilakukan tanpa sengaja (gay, 2006).

Emmer dan aussiker (1990) melaksanakan meta-analisis terhadap tiga perspektif umum
tentang manajemen:
1) Memengaruhi siswa melalui mendengarkan dan problem solving sebagaimana
dideskripsikan oleh Gordon (1981);
2) Manajemen kelompok melalui pertemuan kelas dan diskusi siswa, sebagaimana
dianjurkan oleh Grasser (1969, 1990);
3) Pengontrolan melalui hadiah dan hukuman, sebagiamana yang dicontohkan oleh Canter
(1992).

Anda mungkin juga menyukai