1. Perbedaan secara umum pembelajaran biasa dengan pembelajaran remedial yaitu
pembelajaran biasa diberikan kepada semua siswa dengan tujuan pencapaian yang sama, sedangkan pembelajaran remedial dilakukan apabila siswa mengalami kesulitan belajar setelah mengikuti proses kegiatan belajar mengajar dan siswa tersebut belum mampu menguasai tujuan pembelajaran tertentu. tujuan kegiatan remedial adalah (1) agar siswa dapat memahami dirinya, khususnya prestasi belajarnya. (2) dapat memperbaiki/mengubah cara belajar siswa ke arah yang lebih baik. (3) dapat memilih materi dan fasilitas belajar secara tepat. Teknik pembelajaran remedial bisa diberikan secara individual, berkelompok, atau klasikal. Beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran remedial, yaitu pembelajaran individual, pemberian tugas, diskusi, tanya jawab, kerja kelompok, dan tutor sebaya. 2. tujuan pokok mengatur menata ruang kelas adalah untuk menciptakan dan mengarahkan kegiatan siswa serta mencegah munculnya tingkah laku siswa yang tidak diharapkan melalui penataan tempat duduk, perabot, pajangan, dan barang-barang lainnya di dalam kelas. Menurut Carolyn & Edmund (2015:4) ada 4 kunci bagi guru untuk melakukan pengaturan ruang kelas yang baik, yaitu: a) Jadikanlah wilayah sirkulasi dan mobilitas siswa tinggi dan bebas dari kemacetan b) Pastikan setiap siswa dapat dipantau dengan mudah oleh guru c) Menjaga agar instrument pengajaran yang sering digunakan dan perlengkapan siswa mudah diakses d) Pastikan bahwa para siswa dapat dengan mudah melihat persentasi dan tampilan seisi kelas 3. Faktor keadaan psikis, dan penerapan tata tertib sekolah merupakan faktor yang paling dominan mempengaruhi disiplin belajar siswa. Faktor ini paling dominan dibandingkan faktor-faktor yang lain disebabkan karena keadaan psikis adalah faktor yang terdapat dalam diri siswa dan tidak dapat terlihat, keadaan psikis ini berhubungan dengan psikologi dari siswa tersebut. Penghayatan norma keluarga dan masyarakat dapat dilakukan bagi individu yang sehat secara psikis atau mental. Terdapat beberapa sifat yang dapat menjadi penghalang pembentukan disiplin diri, yaitu perfeksionisme dan perasaan rendah diri. Perasaan perfeksionisme dan perasaan rendah diri siswa membuat siswa terdorong untuk melanggar peraturan di sekolah agar mendapat perhatian dari guru dan teman-teman di sekolahnya. Penerapan tata tertib sekolah merupakan salah satu dari faktor eksternal yang mempengaruhi disiplin belajar siswa. Sekolah merupakan lingkungan kedua yang dekat dengan siswa. Sekolah merupakan tempat siswa untuk menuntut ilmu secara formal. Penanaman disiplin di sekolah bergantung dengan ada tidaknya sarana dan prasarana yang mendukung. Contoh pihak pendukung perkembangan disiplin anak yaitu guru. Guru yang dapat membina kedisiplinan anak secara umum harus memiliki aspek kualifikasi personal dan profesional. Selain itu, faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah. 4. Guru yang efektif mampu menciptakan lingkungan belajar yang optimal dengan membuat aturan dan prosedur, mengelola kelompok, mengawasi dan melaksanakan kegiatan kelas, serta menangani perilaku menyimpang (Kauffman, et al., 2006). Guru yang memberi dampak positif, itulah guru yang efektif. Supaya menjadi guru yang efektif, bagaimana caranya? a) Bersenang-senang mengajar Mengajar sudah menjadi bagian dari diri setiap guru; aktivitas yang pasti dilakukan selama menjadi guru. Oleh karena mengajar itu melekat pada profesi guru, tidak perlu kan dibuat rumit dan terasa payah? Lebih enak kan kalau dibuat jadi sederhana dan ringan dikerjakan. Membuat jadi sederhana tidak sama dengan menurunkan kualitas. Bahkan, kalau mau efektif, justru harus mampu membuat lamgkah lebih sederhana. Jangan memperumit masalah yang sederhana. b) Menyebarkan aura positif Ketika akan masuk kelas, pastikan hati dan pikiran sudah fokus mengajar. Masalah rumah tangga, cicilan rumah, “Layangan Putus” yang belum selesai ditonotn, dan lain-lain tinggalkan dulu. Lupakan untuk sementara waktu. Mengajar berarti menyediakan diri sepenuhnya melayani murid. Ini berarti guru masuk kelas tanpa membawa masalah sehingga langkahnya ringan, pancaran matanya optimis. Guru membawa aura positif. Nada bicara dan pilihan kata menunjukkan semangat, menampilkan guru yang percaya diri. c) Buat perbedaan Salah satu yang mengundang rasa bosan adalah kegiatan yang monoton, mengerjakan hal sama (dengan cara yang sama pula) secara berulang-ulang. Cobalah cara-cara baru, temukan hal baru setiap hari. Ini akan menstimulasi kita untuk kreatif. Sesuatu yang berbeda akan menimbulkan ketertarikan dan rasa ingin tahu murid. Itu adalah pintu gerbang belajar. d) Tergorganisasi dan siap mengajar Kalau guru tidak siap mengajar, lebih baik tidak usah masuk kelas. Selama mengajar, ada interaksi dengan murid. Kalau tidak dalam siap, interaksi itu bisa berbalik mengacaukan tujuan belajar yang ingin dicapai. Namun, rasanya kok aneh kalau guru tidak masuk kelas. Nah, kalau demikian, tidak ada cara lain selain memastikan diri sudah siap mengajar. e) Menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan, penuh kepedulian, dan memberdayakan Proses belajar di kelas bukan aktivitas individu. Bukan juga kegiatan yang terlepas dari lingkungan sekitarnya. Jelas, belajar akan lebih efektif bila lingkungan mendukung. Lingkungan yang mendukung bukan hanya berupa tempat belajar yang aman dan nyaman, juga terkait dengan suasana. Dalam belajar, perlu sekali adanya keamanan dan kenyamanan secara psikologis. Ini bisa hadir ketika ada empati, hubungan yang memanusiakan, dan saling mendukung.