Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

MENGHADIRKAN LINGKUNGAN BELAJAR YANG EFEKTIF

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Anak SD

DOSEN PENGAMPU

Karima Nur Fitriani, M.Pd

OLEH:

GINA FAUZIAH
JIHAN HAERANI SAFITRI
NUR MONALISA
RISMA
SANTI ELFA SAPITRI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH


IBTIDAIYYAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM PERSIS GARUT


2024 M/ 1444 H
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan tuntunan-Nya
sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan tugas makalah dengan judul “
Menghadirkan Lingkungan Belajar yang Efektif. Dalam makalah ini, kelompok
membahas materi-materi tentang, apa itu lingkungan belajar efektif, cara menciptakan
lingkungan belajar efektif, factor- faktor, pengaruh waktu terhadap Pembelajaran serta
strategi untuk mengelola perilaku buruk yang sering dilakukan oleh siswa.
Semoga makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi para pembaca serta
menambah wawasan pengetahuan kita. Kritik dan saran terhadap penyempurnaan
makalah ini sangat kami harapkan. Sekian dan terima kasih.

Garut, 07 Januari 2024

Penuli
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sekolah mempunyai peran sebagai lembaga pendidikan yang mengembangkan


potensi-potensi siswa, agar mampu menjalani tugas-tugas dalam kehidupan, baik secara
individual maupun sosial. Sekolah merupakan salah satu lingkungan siswa. Lingkungan
dalam pengertian umum, berarti situasi yang ada di sekitar manusia. Manusia tidak bisa lepas
dari lingkungan tempat tinggal, baik itu lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat,
maupun lingkungan sekolah. Lingkungan tersebut dapat menimbulkan perubahan tingkah
laku manusia. Karena lingkungan dapat merubah tingkah laku, maka sekolah hendaknya
menciptakan lingkungan belajar efektif bagi siswa sekolah dasar.

Guru merupakan faktor yang sangat penting dalam pendidikan formal pada umumnya
karena bagi siswa sering dijadikan tokoh teladan. Oleh sebab itu, guru setidaknya memiliki
perilaku dan kemampuan yang memadai untuk mengembangkan siswanya secara utuh. Untuk
melaksanakan tugasnya secara baik sesuai dengan profesi yang dimilikinya, guru perlu
menguasai berbagai hal kompetensi yang dimilikinya, termasuk kemampuan dalam
mengelola kelas.

Dalam menjaga lingkungan sekolah, siswa sangat berperan penting, di samping itu
guru merupakan contoh besar bagi siswa dalam menjaga lingkungan sekolah agar lingkungan
sekolah selalu bersih dan rapi dan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, dan guru lebih
semangat dalam menyampaikan pembelajaran. Lingkungan belajar yang efektif adalah
sebuah lingkungan belajar yang produktif, di mana sebuah lingkungan belajar yang didesain
atau dibangun untuk membantu siswa meningkatkan produktivitas belajar, sehingga proses
belajar mengajar sesuai dengan apa yang diharapkan.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu sebagai berikut
1. Apa yang dimaksud dengan Lingkungan Belajar Efektif?
2. Bagaimana Menciptakan Lingkungan Belajar Yang Efektif?
3. Apa saja Faktor-Faktor dalam Mewujudkan Lingkungan Belajar Efektif?
4. Bagaimana Pengaruh Waktu Terhadap Pembelajaran?
5. Bagaimana strategi untuk mengelola perilaku buruk yang sering dilakukan siswa?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dalam makalah ini yaitu sebagai berikut.

1. Agar mengetahui cara Menciptakan Lingkungan Belajar Yang Efektif


2. Untuk mengetahui Faktor-Faktor dalam Mewujudkan Lingkungan Belajar Efektif
3. Untuk mengetahui Pengaruh Waktu Terhadap Pembelajaran
4. Untuk mengetahui Strategi untuk Mengelola Perilaku Buruk yang Sering Dilakukan
Siswa.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Lingkungan Belajar Efektif

Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terhadap pembentukan


dan perkembangan perilaku individu, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosio-
psikologis, termasuk di dalamnya adalah belajar. Menurut Hamalik (2008: 195) lingkungan
adalah sesuatu yang ada di alam sekitar yang memiliki dan atau pengaruh tertentu kepada
individu. Lingkungan pendidikan merupakan faktor yang mempunyai pengaruh terhadap
praktek pendidikan dan juga tempat berlangsungnya proses pendidikan.

Lingkungan belajar efektif menitik beratkan pada lingkungan tempat belajar mengajar
berlangsung yang mendukung proses pembelajaran secara efektif dan mendukung
perkembangan belajar siswa. Penciptaan lingkungan pembelajaran yang efektif sering
dipandang sebagai cara dalam mengatasi perilaku buruk siswa. Namun, kini penciptaan
lingkungan pembelajaran yang efektif diartikan sebagai manajemen pembelajaran, yaitu
keseluruhan cara yang membuat siswa yang berperilaku buruk menurun/berkurang
jumlahnya.

Lingkungan belajar oleh para ahli sering disebut sebagai lingkungan pendidikan.
Lingkungan pendidikan adalah segala kondisi dan pengaruh dari luar terhadap kegiatan
pendidikan. Lingkungan pendidikan menurut Rahardja dan La Sulo (1994:168) adalah latar
tempat berlangsungnya pendidikan. Menurut Saroni (2011:110), lingkungan belajar adalah
segala sesuatu yang berhubungan dengan tempat proses pembelajaran dilaksanakan. Slameto
(2003: 60) mengemukakan bahwa lingkungan belajar siswa yang berpengaruh terhadap
belajar siswa terdiri dari lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan
masyarakat.

Berdasarkan pengertian dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa yang


dimaksud lingkungan belajar adalah tempat berlangsungnya kegiatan belajar yang
mendapatkan pengaruh dari luar terhadap keberlangsungan kegiatan tersebut.
Lingkungan belajar yang efektif adalah sebuah lingkungan belajar yang produktif,
dimana sebuah lingkungan belajar yang didesain atau dibangun untuk membantu siswa
meningkatkan produktivitas belajar, sehingga proses belajar mengajar sesuai dengan apa yang
diharapkan. Lingkungan belajar harus menarik dan mampu membangkitkan gairah belajar
serta menghadirkan suasana yang nyaman untuk belajar. Kelas belajar harus bersih, tempat
duduk

ditata sedemikian rupa agar anak bisa melakukan aktivitas belajar dengan bebas.
Menurut Mitsuki dan Lai (dalam Ramadhan et al, 2019) kerusakan lingkungan menghasil
krisis ekologis yang akan menyebabkan serangkaian masalah dengan alam sumber daya,
iklim populasi, makanan dan ekonomi, ini karena lingkungan menentukan dinamika
kehidupan, kesehatan masyarakat, perkembangan perkembangan spiritual dan moral.
Manusia yang hidup saat ini dihadapkan dengan masalah lingkungan, umat manusia dikenal
bahwa keberadaannya tergantung pada status lingkungannya.

Suatu lingkungan pendidikan pasti mempunyai fungsi. Adapun fungsi dari lingkungan
pendidikan menurut Hamalik (2003) adalah sebagai berikut:

1. Fungsi psikologis Stimulus bersumber atau berasal dari lingkungan yang


merupakan rangsangan terhadap individu sehingga terjadi respon yang
menunjukkan tingkah laku tertentu.
2. Fungsi pedagogis Lingkungan memberikan pengaruh-pengaruh yang bersifat
mendidik, khususnya lingkungan yang sengaja disiapkan sebagai suatu lembaga
pendidikan, misalnya keluarga, sekolah, lembaga pelatihan dan lembaga-lembaga
sosial.
3. Fungsi Instruksional Program instruksional merupakan suatu lingkungan
pengajaran atau pembelajaran yang dirancang secara khusus untuk
mengembangkan tingkah laku siswa.

Ketiga fungsi di atas menunjukkan bahwa secara psikologis lingkungan belajar yang
efektif secara tidak langsung dapat mempengaruhi tingkah laku belajar ataupun tingkah laku
secara keseluruhan seorang siswa. Siswa akan menikmati dan termotivasi belajar lebih baik
dalam suasana kelas yang efektif. Oleh karena itu, pentingnya manajemen ruang kelas atau
lingkungan belajar yang efektif ini sangat berpengaruh bagi pola pembelajaran ataupun
strategi yang diciptakan oleh guru dan pada pola belajar siswa.
2.2 Menciptakan Lingkungan Belajar Yang Efektif

Penciptaan lingkungan pembelajaran yang efektif melibatkan strategi yang digunakan


guru untuk mempertahankan perilaku yang pantas dan menanggapi perilaku buruk di kelas.
Upaya agar siswa tetap tertarik, terlibat, dan memperlihatkan antusiasme berperan penting
untuk mencegah terjadinya perilaku buruk di kelas. Lingkungan kelas sangat berperan dalam
menciptakan suasana yang efektif. Penataan lingkungan belajar efektif dapat berupa
pengelolaan kelas, penataan sumber dan alat bantu belajar, serta penataan hasil karya siswa.

Lingkungan belajar yang efektif sering disebut dengan manajemen ruang kelas
(classroom management). Manajemen kelas sebagai teknik yang digunakan untuk
memelihara lingkungan yang positif dan produktif, terbebas dari berbagai masalah perilaku.
Tetapi bukan berarti, membuat siswa patuh dan diam. Ada tiga alasan mengapa kita perlu
mengelola kelas, sebagai berikut:

2.1.1 Lebih banyak menggunakan waktu untuk pembelajaran (allocated time)


Berdasarkan pengamatan, waktu aktual yang digunakan untuk pembelajaran di
kelas sangat sedikit. Lebih banyak waktu yang digunakan untuk interupsi, disrupsi,
terlambat memulai, dan peralihan yang tidak efisien dan efektif (Karweit & Slavin,
1981). Oleh karena itu, salah satu tujuan dari manajemen kelas adalah
mengalokasikan waktu yang lebih banyak untuk pembelajaran “allocated time”
(Woolfolk, 2009: 298). Meskipun demikian, tidak menjamin bahwa pengalokasian
waktu yang banyak secara otomatis akan meningkatkan prestasi anak kalau tidak
digunakan secara efektif. Waktu yang digunakan siswa untuk terlibat aktif dalam
tugas belajar disebut engaged time (time on task). Bila siswa bekerja dengan tingkat
kesuksesan yang tinggi dan benarbenar memahami materi, maka waktu yang
digunakan disebut academic learning time. Ini juga merupakan tujuan lain dari
manajemen kelas, yaitu menjaga agar siswa tetap terlibat secara aktif dalam kegiatan
belajar. Penggunaan waktu secara efisien dan efektif juga akan memprediksi prestasi
siswa maupun keputusan drop-out siswa SMA (Fredricks, Blumenfeld & Paris, 2004).

2.2.2 Akses ke pembelajaran


Setiap kegiatan kelas memiliki aturan partisipasi yang berbeda-beda. Aturan
itu terkadang diuraikan secara jelas, tetapi kadang-kadang juga implisit dan tidak
dinyatakan. Agar siswa dapat berpartisipasi dalam suatu kegiatan, ia harus memahami
struktur partisipasinya. Tujuan lain dari manajemen kelas adalah memberikan akses
ke pembelajaran kepada seluruh siswa. Harus dipastikan bahwa seluruh siswa tahu
bagaimana cara berpartisipasi dalam berbagai kegiatan kelas (Emmer & Stough,
2001).

2.2 3 Manajemen untuk Self-Management


Tujuan ketiga dari manajemen kelas adalah membantu siswa agar lebih
mampu mengelola dirinya. Jika guru hanya fokus pada kepatuhan siswa, maka ia akan
menghabiskan waktu pada mengajar, memantau dan mengoreksi. Siswa akan
memandang sekolah tidak lebih dari mengikuti peraturan, bukan pada
mengonstruksikan pemahaman tentang pengetahuan akademik.

2.2.3 Peran Guru


Dalam menciptakan kondisi yang baik untuk belajar, hendaknya guru
memperhatikan dua hal pertama, kondisi internal siswa yaitu kondisi yang ada pada
diri siswa itu sendiri, misalnya kesehatan, keamanannya, ketentramannya, dan
sebagainya. Kedua, kondisi eksternal yaitu kondisi yang ada di luar pribadi manusia,
sepeti kebersihan ruangan, penerangan serta keadaan lingkungan fisik yang lain.
Dalam mewujudkan suasana pembelajaran yang efektif, maka perlu dilakukan
langkah-langkah berikut ini:
a. Melibatkan siswa secara aktif
b. Menarik minat dan perhtian siswa
c. Membangkitkan motivasi siswa
d. Memberikan pelayanan individu Siswa
e. Menyiapkan dan menggunakan berbagai media dalam pembelajaran

Pada dasarnya proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan
secara keseluruhan, di antaranya guru merupakan salah satu faktor yang penting
dalam menentukan berhasilnya proses belajar mengajar di dalam kelas. Oleh karena
itu guru dituntut untuk meningkatkan peran dan kompetensinya, guru yang kompeten
akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan akan lebih
mampu mengelola kelasnya sehingga hasil belajar siswa berada pada tingkat yang
optimal.

2.2.4 Pengelolaan Kelas


Pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara
suasana kelas bila terjadi gangguan dalam proses belajar-mengajar. Suatu kondisi belajar
yang optimal dapat tercapai jika guru mampu mengatur siswa dan sarana pengajaran serta
mengendalikannya dalam suasana yang menyenangkan untuk mencapai tujuan pengajaran
dan hubungan interpersonal yang baik antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa.

Secara etimologi, pengelolaan kelas dapat diartikan sebagai upaya merencanakan,


mengorganisir, mengarahkan, mengkoordinasi, dan mengontrol kelompok belajar yang
dilakukan oleh pembelajar untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pengelolaan kelas berbeda
dengan pengelolaan pembelajaran. Pengelolaan pembelajaran lebih menekankan pada
kegiatan perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan tindak lanjut dalam suatu pembelajaran.
Sedangkan pengelolaan kelas lebih berkaitan dengan upaya-upaya untuk menciptakan dan
mempertahankan kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar (pembinaan rapport ,
penghentian perilaku peserta didik yang menyelewengkan perhatian kelas, pemberian
ganjaran, penyelesaian tugas oleh peserta didik secara tepat waktu, penetapan norma
kelompok yang produktif), di dalamnya mencakup pengaturan orang (peserta didik) dan
fasilitas.

Maka pengelolaan kelas merupakan usaha sadar atau keterampilan seorang guru untuk
menciptakan, mengatur, dan memelihara kegiatan proses belajar mengajar secara sistematis
dan kondusif yang mengarah pada penyiapan sarana dan alat peraga, pengaturan ruang
belajar, mewujudkan situasi atau kondisi proses belajar mengajar berjalan dengan baik dan
tujuan kurikuler dapat tercapai Pendapat beberapa ahli tentang pengelolaan kelas dapat dilihat
sebagai berikut Menurut Lois V, Johnson dan Mary A.

Bani (Classroom Management), yang diikhtisarkan oleh Dr. Made Pidarta, 1970.
Pengelolaan kelas ditinjau dari konsep lama adalah mempertahankan ketertiban kelas.

Pengelolaan kelas ditinjau dari konsep modern adalah proses seleksi dan penggunaan alat-alat
yang tepat terhadap problema dan situasi kelas.

Guru harus mampu mengelola kelasnya dengan baik sehingga siswa merasa betah,
nyaman, dan termotivasi. Menurut USAID (2013), pengelolaan kelas yang efektif paling
tidak memenuhi hal-hal yaitu sebagai berikut.

 Mobilitas: peserta didik mudah bergerak ke bagian lain dalam kelas.


 Aksebilitas: peserta didik mudah menjangkau sumber belajar yang tersedia.
 Komunikasi: peserta didik mudah berkomunikasi secara intensif kepada seluruh
teman di kelas.
 Interaksi: memudahkan interaksi antara guru dan peserta didik maupun antar
peserta didik. Interaksi yang tercipta berupa interaksi multi-arah.
 Dinamika : kelas dinamis, dibuktikan dengan dinamika kelompok, dinamika
individu, dan dinamika pembelajaran.
 Variasi kerja peserta didik: memungkinkan peserta didik bekerja secara
perorangan, berpasangan, atau kelompok. Misalnya dalam berdiskusi, melakukan
percobaan, dan presentasi.

Penataan sumber dan alat bantu belajar hendaknya diatur sedemikian rupa sehingga
sumber belajar mudah diakses oleh siswa maupun guru. Misalnya penempatan alat bantu
belajar di tengah ruangan memungkinkan semua siswa memiliki jarak yang relatif sama
dalam mengaksesnya daripada alat tersebut ditempatkan di salah satu pojok ruangan.
Penataan pajangan hasil karya siswa selain perlu memenuhi aspek estetika (keindahan) juga
perlu diatur sedemikian rupa sehingga berada dalam jangkauan pandang/sentuh siswa agar
mereka benar-benar memperoleh manfaat dari pemajangan hasil karya tersebut, seperti
termotivasinya siswa untuk menghasilkan karya yang lebih bagus dan tumbuhnya kompetisi
positif antar siswa untuk menciptakan hasil/karya yang lebih baik. Lingkungan fisik dalam
ruangan kelas dapat menjadikan belajar aktif. Tidak ada satu bentuk ruang yang kelas yang
mutlak ideal, namun ada beberapa pilihan yang dapat diambil sebagai variasi. Dekorasi
interior kelas juga perlu dirancang sehingga peserta didik menjadi betah. Ada setidaknya 10
(sepuluh) macam formasi kelas dalam kerangka mendukung penerapan pembelajaran
kontekstual/pembelajaran aktif (Melvin L. Silberman, 1996 dalam USAID, 2013). Setting
atau formasi kelas tidak dimaksudkan untuk menjadi susunan yang permanen, namun hanya
sebagai alternatif dalam penataan ruang kelas.

1. Formasi Huruf U

2. Formasi Corak Tim

3. Meja Konferensi

4. Formasi Lingkaran
5. Kelompok untuk Kelompok

6. Tempat Kerja (Workstation)

7. Pengelompokan Terpisah (Breakout groupings)

8. Kelas Tradisional.

2.3 Faktor-Faktor dalam Mewujudkan Lingkungan Belajar Efektif

Faktor yang memberi andil pada manejemen ruang kelas yang efektif meliputi waktu
untuk memulai tahun ajaran yang tepat, penataan ruang kelas demi pembelajaran yang
efektif, dan penetapan peraturan dan prosedur kelas tentang perilaku siswa. Menurut Bimo
Walgito (2004) faktor-faktor yang mempengaruhi lingkungan belajar yang efektif sebagai
berikut.

1.1.1 Tempat.

Tempat belajar yang baik merupakan tempat yang tersendiri, yang tenang, mempunyai
warna dinding yang tidak mencolok dan di dalam ruangan tidak terdapat hal-hal yang dapat
mengganggu perhatian. Di samping itu juga perlu diperhatikan mengenai suhu, penerangan
dan ventilasi udara dengan baik.

2.3.2 Alat-alat untuk belajar.

Dalam proses belajar dan mengajar, peralatan dan perlengkapan belajar merupakan
komponen penting yang turut menentukan kualitas pembelajaran. Proses belajar dan
mengajar tidak akan dapat berjalan dengan baik tanpa adanya dukungan dari perlatan yang
memadai. Dalam proses belajar dan mengajar, semakin lengkap peralatan yang ada, maka
PBM akan dapat berjalan dengan lebih baik.

2.3.3 Suasana.

Suasana belajar disini adalah berbagai elemen atau aspek dalam lingkungan yang ada
dalam proses belajar siswa. Suasana disini berkaitan dengan hal atau peristiwa yang sering
terjadi di sekitar siswa dalam aktivitas belajarnya. Suasana belajar merupakan salah satu
aspek yang dapat mendukung proses belajar siswa. Dengan melihat begitu pentingnya aspek
suasana belajar dalam proses belajar siswa, maka perlu diciptakan suasana yang tenang,
tenteram dan damai yang dapat mendukung proses belajar siswa baik di sekolah maupun di
sekitar tempat tinggalnya.

2.3.4. Waktu.

Dalam masalah penetapan waktu belajar, hendaknya dapat diperhatikan dengan


sebaik-baiknya. Dalam pelaksanaan proses belajar dan mengajar di sekolah sebaiknya
dilakukan pada waktu pagi hari. Hal ini dimaksudkan bahwa di waktu pagi hari kondisi siswa
masih dalam keadaan segar. Masalah waktu belajar yang sering dihadapi oleh siswa adalah
waktu yang ada untuk belajar tidak dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Dalam pengaturan
waktu belajar, seorang harus dapat mencari dan membagi waktu yang ada dengan adil antara
waktu untuk belajar, bermain, aktivitas

lain-lain dan juga waktu istirahat.

2.3.5. Pergaulan.

Pergaulan anak, dalam hal ini adalah dengan siapa anak itu bermain akan berpengaruh
terhadap belajar anak. Apabila anak dalam bergaul memilih dengan teman yang baik, maka
akan berpengaruh baik terhadap diri anak, dan sebaliknya apabila anak bergaul dengan teman
yang kurang baik, maka akan membawa pengaruh yang tidak baik pada diri anak.

2.4 Pengaruh Waktu Terhadap Pembelajaran

Waktu adalah suber daya yang terbatas. Istilah untuk waktu pembelajaran yang
tersedia adalah alokasi waktu (time alocation) atau waktu yang tersedia bagi siswa untuk
memperoleh kesempatan belajar. Ketika guru mengajar, siswa belajar dengan memberikan
perhatian. Aspek terpenting waktu ialah sesuatu yang berada dalam pengendalian langsung
oleh guru, pengorganisasian dan penggunaan waktu di ruang kelas.

Metode untuk memaksimalkan alokasi waktu meliputi; pencegahan waktu yang


hilang, pencegahan waktu yang hilang dengan cara tepat waktu saat memulai dan mengakhiri
pelajaran, mencegah gangguan, menangani prosedur rutin dengan lancar dan cepat,
meminimalkan waktu yang dihabiskan untuk disiplin, dan menggunakan waktu sibuk dengan
efektif.

2.4.1 Mencegah waktu yang hilang.

Salah satu penyebab banyak waktu pembelajaran hilang ialah banyaknya waktu
efektif yang digunakan untuk ujian, libur nasional, rapat sekolah dan lain-lain. Penggunaan
semua waktu di kelas dengan baik bukan berarti memadatkan beberapa menit atau jam
pengajaran setiap tahun, tetapi mengkomunikasikan kepada siswa bahwa pembelajaran
adalah persoalan penting yang sebanding dengan waktu dan upaya mereka.

2.4.2 Mencegah keterlambatan memulai dan penyelesaian dini.

Waktu pembelajaran banyak hilang karena guru terlambat masuk kelas pada awal
pembelajaran. Apabila siswa tahu bahwa guru tidak mulai dengan tepat waktu, mereka
mungkin tidak akan bersemangat untuk masuk ke kelas dengan tepat waktu dan sikap ini
akan menyebabkan pelajaran yang dimulai dengan tepat waktu makin sulit pada masa
mendatang.

2.4.3 Mencegah gangguan

Gangguan dapat diberikan dari luar seperti pengumuman tertentu, urusan sekolah, atau dapat
disebabkan oleh guru atau siswa sendiri. Gangguan tidak hanya langsung mengurangi waktu
untuk pembelajaran, gangguan juga dapat memutuskan semangat pembelajaran tersebut, yang
dapat mengurangi perhatian siswa pada tugas yang ada. Untuk menghindari gangguan
diperlukan perencanaan

2.4.4. Menangani prosedur rutin

Beberapa guru menghabiskan terlalu banyak waktu untuk rutinitas sederhana di ruang kelas,
seperti memanggil nama siswa satu persatu, menghapus papan tulis, bagaikan mengumpulkan
woksheet, ini kurang efektif. Guru seharusnya menggunakan tenaga siswa sebanyak
mungkin.

2.4.5. Meminimalkan waktu yang dihabiskan untuk disiplin

Kalau memungkinkan kalimat atau tindakan disipliner seharusnya tidak mengganggu


jalannya pelajaran. Tatapan tajam, pergerakan dengan diam dekat siswa yang mengganggu
atau isyarat tangan seperti meletakkan jari pada bibir untuk mengingatkan siswa untuk diam,
biasanya berjalan efektif untuk masalah perilaku kecil yang harus diatasi guru. Waktu untuk
menyelesaikan tugas adalah waktu yang digunakan masing-masing siswa untuk
menyelesaikan pekerjaan yang ditugaskan dengan sungguh-sungguh. Alokasi waktu dan
waktu untuk menyelesaikan tugas memiliki pengertian yang berbeda. Alokasi waktu merujuk
pada kesempatan bagi seluruh kelas untuk terlibat dalam kegiatan pembelajaran. Sedangkan
waktu untuk menyelesaikan tugas dapat berbeda untuk masing-masing siswa tergantung pada
daya perhatian siswa dan kesediaan bekerja.

Guru dapat memaksimalkan waktu untuk menyelesaikan tugas dengan cara berikut (Slavin,
2011).

1. memberikan pelajaran yang memikat, sehingga siswa memberikan perhatian dan


senang mengerjakannya.
2. mempertahankan momentum.
3. mempertahankan kelancaran pembelajaran, mengacu pada urutan pengajaran yang
bermakna dan berkesinambungan
4. mengelola peralihan, mengacu pada penggantian kegiatan dari satu kegiatan ke
kegiatan lain yang memerlukan manajemen kelas yang berbeda.
5. mempertahankan fokus kelompok, mengacu pada strategi pengorganisasian ruang
kelas dan teknik bertanya yang memastikan semua siswa terlibat sekalipun hanya satu
siswa yang dipanggil.
6. Penyiagaan kelompok, mengacu pada strategi bertanya yang dirancang untuk
membuat semua siswa waspada selama pengajaran atau diskusi.
7. Mempertahankan fokus kelompok selama pekerjaan kelas, dapat dilakukan dengan
memantau kegiatan siswa dengan berkeliling menghampiri meja siswa h. kejelian,
tindakan guru yang menunjukkan kesadaran terhadap perilaku siswa setiap saat.
8. Berbuat tumpang tindih, mengacu pada kemampuan guru memberikan perhatian pada
gangguan atau masalah perilaku sambil melanjutkan pelajaran.

2.5 Strategi untuk Mengelola Perilaku Buruk yang Sering Dilakukan Siswa

Pelajaran yang efektif dan penggunaan waktu kelas yang baik bukanlah satusatunya
sarana untuk mencegah atau mengatasi perilaku yang tidak baik. Guru pun harus mempunyai
strategi untuk mengatasi masalah perilaku siswa. Sebagian besar masalah perilaku yang harus
diatasi guru adalah gangguan yang relatif kecil, seperti berbicara saat tidak mendapat
gilirannya, bangkit dari tempat duduk tanpa permisi, tidak menaati peraturan kelas, dan tidak
memperhatikan penjelasan guru di depan kelas. Siswa seharusnya menyadari bahwa mereka
adalah siswa yang berkompeten dan pembelajaran yang mereka lalui itu menyenangkan dan
memuaskan.
Lingkungan ruang kelas yang hangat, penuh motivasi, dan perhatian akan
menumbuhkan sifat siswa yang diinginkan tersebut. Lingkungan ruang kelas yang sehat tidak
dapat tercipta, jika siswa tidak menghormati guru atau guru tidak menghormati siswa. Dalam
mewujudkan hal tersebut, guru layaknya menjadi seorang pemimpin di kelas yang berwenang
dalam mengatur dan menegakkan peraturan di kelas. Guru yang belum menanamkan
wewenangnya di kelas, kemungkinan akan menghabiskan waktu yang banyak untuk
mengatasi masalah atau berteriak pada siswa dalam pembelajaran. Namun, apabila struktur
dan prosedur rutin di kelas sudah jelas, maka makin banyak kebebasan yang dapat diberikan
guru kepada siswanya.

Beberapa strategi guru untuk mengatasi masalah perilaku siswa adalah, sebagai
berikut. Guru seharusnya memperbaiki perilaku buruk siswa dengan memberikan intervensi
yang paling sederhana serta benar-benar bermanfaat. Apabila benar-benar memungkinkan,
guru mengajar di kelas sambil terus mengatasi masalah perilaku buruk siswanya. Beberapa
contoh intervensi yang diberikan adalah sebagai berikut.

 Pencegahan

Guru dapat mencegah masalah perilaku dengan menyajikan materi pelajaran yang
menarik dan hidup, menjelaskan peraturan dan prosedur kelas, mengupayakan siswa tetap
sibuk dalam tugas-tugasnya yang bermakna, dan menggunakan keterampilan dasar dalam
mengajar yang efektif lainnya. Guru dapat melaksanakan berbagai hal dalam pembelajaran,
seperti mengubah isi pelajaran, menggunakan berbagai jenis humor, menggunakan
pembelajaran kooperatif atau berbasis proyek dan semua hal yang dapat menimbulkan
kebosanan. Kelelahan dapat dikurangi dengan istirahat, memvariasikan kegiatan, dan
merancang jadwal pembelajaran di pagi hari agar lebih segar.

 Isyarat nonverbal

Guru dapat menghilangkan perilaku buruk di ruang kelas dengan memberikan isyarat
nonverbal. Contoh pemberian isyarat nonverbal oleh guru yaitu; menatap siswa saat ada
siswa yang bercakap-cakap dan mendekati siswa yang berperilaku buruk saat pelajaran
sedang berlangsung. Kelebihan pemberian isyarat nonverbal yaitu pembelajaran tidak
terganggu. Sedangkan, penggunaan isyarat verbal memiliki efek yang luas, misalnya; banyak
siswa berhenti bekerja ketika seseorang sedang diperingatkan oleh guru.

 Memuji perilaku yang bertentangan dengan perilaku buruk


Pujian adalah salah satu strategi yang ampuh untuk mengurangi perilaku buruk siswa.
Misalnya, pujilah siswa yang melakukan perilaku yang baik, hal ini dapat mengurangi
kecenderungan siswa berperilaku buruk.

 Memuji siswa lainnya

Sering terjadi di kelas, guru mengupayakan siswa berperilaku baik dengan memuji
siswa lain yang berperilaku baik. Misalnya, guru memuji siswa yang telah mengumpulkan
tugas tepat waktu, maka siswa yang belum mengumpulkan tugasnya akan berupaya segera
mengumpulkan tugas agar memperoleh pujian juga.

 Peringatan lisan

Jika isyarat nonverbal dirasakan mustahil atau tidak efisien, peringatan lisan
sederhana dapat membantu untuk mendisiplinkan seorang siswa. Peringatan tersebut
seharusnya diberikan langsung setelah siswa berperilaku buruk. Peringatan yang tertunda
biasanya tidak efektif. Peringatan seharusnya bersifat positif dan terfokus pada perilaku,
bukan pada siswanya. Walaupun perilaku siswa tertentu mungkin tidak dapat dibiarkan,
namun siswa itu sendiri selalu diterima dan disambut di ruang kelas tersebut.

 Peringatan berulang

Ketika siswa menolak untuk menaati peringatan sederhana, salah satu strategi untuk
dicoba pertama-tama ialah mengulangi peringatan tersebut. Guru seharusnya memutuskan
apa yang mereka inginkan untuk dilakukan oleh siswa, mengungkapkan hal ini dengan jelas
kepada siswa tersebut, dan kemudian mengulanginya hingga siswa tersebut taat.

 Menerapkan konsekuensi

Jika semua langkah sebelumnya tidak efektif memaksa siswa menaati permintaan
yang diungkapkan dengan jelas dan masuk akal, langkah terakhir adalah yaitu menerapkan
konsekuensi kepada siswa. Contoh penerapan konsekuensi adalah; meminta siswa keluar dari
kelas, membuat siswa kehilangan waktu istirahat, memanggil orang tua siswa untuk
menghadap kepala sekolah, memanggil siswa untuk menghadap wali kelas atau kepala
sekolah, dan sebagainya. Setelah siswa memperoleh konsekuensi tersebut, maka seharusnya
guru menerima kembali siswa tanpa menyindir atau menuduhnya kembali. Siswa tersebut
berhak memulai sesuatu yang baru.
BAB III

KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang diperoleh melalui pembahasan yang telah dilakukan


sebelumnya adalah sebagai berikut.
1. Lingkungan belajar efektif menitik beratkan pada lingkungan tempat belajar
mengajar berlangsung yang mendukung proses pembelajaran secara efektif dan
mendukung perkembangan belajar siswa.
2. Penciptaan lingkungan pembelajaran yang efektif melibatkan strategi yang
digunakan guru untuk mempertahankan perilaku yang pantas dan menanggapi
perilaku buruk di kelas berupa pengelolaan kelas, penataan sumber dan alat bantu
belajar, serta penataan hasil karya siswa.
3. Peranan waktu dalam pembelajaran siswa amat penting, yaitu menentukan guru
mengajar, siswa membuat tugas, mencegah gangguan dalam pembelajaran, dan
lain sebagainya.
4. Faktor yang berperan mewujudkan pembelajaran yang efektif adalah rancangan
tahun ajaran yang tepat, penataan ruang kelas yang efektif, penetapan prosedur
kelas, penjelasan harapan guru terhadap siswa.
5. Strategi pengelolaan perilaku buruk, yaitu memberikan intervensi terkecil, yang
terdiri dari; pencegahan, isyarat nonverbal, memuji perilaku yang baik, memuji
siswa lainnya, peringatan lisan, peringatan berulang, dan menerapkan
konsekuensi. Penyebab perilaku buruk tetap dipertahankan karena kurangnya
Perhatian Guru, Perhatian Teman Sebaya dan Pembebasan dari keadaan atau
kegiatan yang tidak menyenangkan

DAFTAR PUSTAKA

Putriana, Nita. 2015. “^mkderub Cikdfukdek Ymflceb Pmrbe`ep ^rmstesi


Hmcejer Yiswe `i Fmces RG G^Y YOE 2 ^esuk`ek Hek`ukd”. Jurnal
pendidikan bahasa Indonesia, 1, 54-55.
Ramadhan, S,. Sukma, E., & Indriyani, V. 2019. Enνiromental education and
disaster mitigation through language learning. IOP Converens Series: Earth and
Enviromental Science, 314.

https://almasoem.sch.id/cara-menciptakan-lingkungan-belajar-yang-efektif-di-
sekolah/

https://hoshizora.org/10-cara-menciptakan-lingkun-gan-belajar-yang-
menyenangkan-dan-inspiratif/

https://www.smadwiwarna.sch.id/lingkungan-belajar-yang-nyaman/

https://id.scribd.com/document/465558651/Makalah-Lingkungan-Belajar-
Efektif

LINGKUNGAN BELAJAR YANG EFEKTIF - Surau Kecil Sederhana


http://pptqamanah.blogspot.com/2016/01/lingkungan-belajar-yang-efektif.htm

Anda mungkin juga menyukai