DOSEN PENGAMPU
OLEH:
GINA FAUZIAH
JIHAN HAERANI SAFITRI
NUR MONALISA
RISMA
SANTI ELFA SAPITRI
Puji dan Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan tuntunan-Nya
sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan tugas makalah dengan judul “
Menghadirkan Lingkungan Belajar yang Efektif. Dalam makalah ini, kelompok
membahas materi-materi tentang, apa itu lingkungan belajar efektif, cara menciptakan
lingkungan belajar efektif, factor- faktor, pengaruh waktu terhadap Pembelajaran serta
strategi untuk mengelola perilaku buruk yang sering dilakukan oleh siswa.
Semoga makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi para pembaca serta
menambah wawasan pengetahuan kita. Kritik dan saran terhadap penyempurnaan
makalah ini sangat kami harapkan. Sekian dan terima kasih.
Penuli
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
Guru merupakan faktor yang sangat penting dalam pendidikan formal pada umumnya
karena bagi siswa sering dijadikan tokoh teladan. Oleh sebab itu, guru setidaknya memiliki
perilaku dan kemampuan yang memadai untuk mengembangkan siswanya secara utuh. Untuk
melaksanakan tugasnya secara baik sesuai dengan profesi yang dimilikinya, guru perlu
menguasai berbagai hal kompetensi yang dimilikinya, termasuk kemampuan dalam
mengelola kelas.
Dalam menjaga lingkungan sekolah, siswa sangat berperan penting, di samping itu
guru merupakan contoh besar bagi siswa dalam menjaga lingkungan sekolah agar lingkungan
sekolah selalu bersih dan rapi dan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, dan guru lebih
semangat dalam menyampaikan pembelajaran. Lingkungan belajar yang efektif adalah
sebuah lingkungan belajar yang produktif, di mana sebuah lingkungan belajar yang didesain
atau dibangun untuk membantu siswa meningkatkan produktivitas belajar, sehingga proses
belajar mengajar sesuai dengan apa yang diharapkan.
1.3 Tujuan
PEMBAHASAN
Lingkungan belajar efektif menitik beratkan pada lingkungan tempat belajar mengajar
berlangsung yang mendukung proses pembelajaran secara efektif dan mendukung
perkembangan belajar siswa. Penciptaan lingkungan pembelajaran yang efektif sering
dipandang sebagai cara dalam mengatasi perilaku buruk siswa. Namun, kini penciptaan
lingkungan pembelajaran yang efektif diartikan sebagai manajemen pembelajaran, yaitu
keseluruhan cara yang membuat siswa yang berperilaku buruk menurun/berkurang
jumlahnya.
Lingkungan belajar oleh para ahli sering disebut sebagai lingkungan pendidikan.
Lingkungan pendidikan adalah segala kondisi dan pengaruh dari luar terhadap kegiatan
pendidikan. Lingkungan pendidikan menurut Rahardja dan La Sulo (1994:168) adalah latar
tempat berlangsungnya pendidikan. Menurut Saroni (2011:110), lingkungan belajar adalah
segala sesuatu yang berhubungan dengan tempat proses pembelajaran dilaksanakan. Slameto
(2003: 60) mengemukakan bahwa lingkungan belajar siswa yang berpengaruh terhadap
belajar siswa terdiri dari lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan
masyarakat.
ditata sedemikian rupa agar anak bisa melakukan aktivitas belajar dengan bebas.
Menurut Mitsuki dan Lai (dalam Ramadhan et al, 2019) kerusakan lingkungan menghasil
krisis ekologis yang akan menyebabkan serangkaian masalah dengan alam sumber daya,
iklim populasi, makanan dan ekonomi, ini karena lingkungan menentukan dinamika
kehidupan, kesehatan masyarakat, perkembangan perkembangan spiritual dan moral.
Manusia yang hidup saat ini dihadapkan dengan masalah lingkungan, umat manusia dikenal
bahwa keberadaannya tergantung pada status lingkungannya.
Suatu lingkungan pendidikan pasti mempunyai fungsi. Adapun fungsi dari lingkungan
pendidikan menurut Hamalik (2003) adalah sebagai berikut:
Ketiga fungsi di atas menunjukkan bahwa secara psikologis lingkungan belajar yang
efektif secara tidak langsung dapat mempengaruhi tingkah laku belajar ataupun tingkah laku
secara keseluruhan seorang siswa. Siswa akan menikmati dan termotivasi belajar lebih baik
dalam suasana kelas yang efektif. Oleh karena itu, pentingnya manajemen ruang kelas atau
lingkungan belajar yang efektif ini sangat berpengaruh bagi pola pembelajaran ataupun
strategi yang diciptakan oleh guru dan pada pola belajar siswa.
2.2 Menciptakan Lingkungan Belajar Yang Efektif
Lingkungan belajar yang efektif sering disebut dengan manajemen ruang kelas
(classroom management). Manajemen kelas sebagai teknik yang digunakan untuk
memelihara lingkungan yang positif dan produktif, terbebas dari berbagai masalah perilaku.
Tetapi bukan berarti, membuat siswa patuh dan diam. Ada tiga alasan mengapa kita perlu
mengelola kelas, sebagai berikut:
Pada dasarnya proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan
secara keseluruhan, di antaranya guru merupakan salah satu faktor yang penting
dalam menentukan berhasilnya proses belajar mengajar di dalam kelas. Oleh karena
itu guru dituntut untuk meningkatkan peran dan kompetensinya, guru yang kompeten
akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan akan lebih
mampu mengelola kelasnya sehingga hasil belajar siswa berada pada tingkat yang
optimal.
Maka pengelolaan kelas merupakan usaha sadar atau keterampilan seorang guru untuk
menciptakan, mengatur, dan memelihara kegiatan proses belajar mengajar secara sistematis
dan kondusif yang mengarah pada penyiapan sarana dan alat peraga, pengaturan ruang
belajar, mewujudkan situasi atau kondisi proses belajar mengajar berjalan dengan baik dan
tujuan kurikuler dapat tercapai Pendapat beberapa ahli tentang pengelolaan kelas dapat dilihat
sebagai berikut Menurut Lois V, Johnson dan Mary A.
Bani (Classroom Management), yang diikhtisarkan oleh Dr. Made Pidarta, 1970.
Pengelolaan kelas ditinjau dari konsep lama adalah mempertahankan ketertiban kelas.
Pengelolaan kelas ditinjau dari konsep modern adalah proses seleksi dan penggunaan alat-alat
yang tepat terhadap problema dan situasi kelas.
Guru harus mampu mengelola kelasnya dengan baik sehingga siswa merasa betah,
nyaman, dan termotivasi. Menurut USAID (2013), pengelolaan kelas yang efektif paling
tidak memenuhi hal-hal yaitu sebagai berikut.
Penataan sumber dan alat bantu belajar hendaknya diatur sedemikian rupa sehingga
sumber belajar mudah diakses oleh siswa maupun guru. Misalnya penempatan alat bantu
belajar di tengah ruangan memungkinkan semua siswa memiliki jarak yang relatif sama
dalam mengaksesnya daripada alat tersebut ditempatkan di salah satu pojok ruangan.
Penataan pajangan hasil karya siswa selain perlu memenuhi aspek estetika (keindahan) juga
perlu diatur sedemikian rupa sehingga berada dalam jangkauan pandang/sentuh siswa agar
mereka benar-benar memperoleh manfaat dari pemajangan hasil karya tersebut, seperti
termotivasinya siswa untuk menghasilkan karya yang lebih bagus dan tumbuhnya kompetisi
positif antar siswa untuk menciptakan hasil/karya yang lebih baik. Lingkungan fisik dalam
ruangan kelas dapat menjadikan belajar aktif. Tidak ada satu bentuk ruang yang kelas yang
mutlak ideal, namun ada beberapa pilihan yang dapat diambil sebagai variasi. Dekorasi
interior kelas juga perlu dirancang sehingga peserta didik menjadi betah. Ada setidaknya 10
(sepuluh) macam formasi kelas dalam kerangka mendukung penerapan pembelajaran
kontekstual/pembelajaran aktif (Melvin L. Silberman, 1996 dalam USAID, 2013). Setting
atau formasi kelas tidak dimaksudkan untuk menjadi susunan yang permanen, namun hanya
sebagai alternatif dalam penataan ruang kelas.
1. Formasi Huruf U
3. Meja Konferensi
4. Formasi Lingkaran
5. Kelompok untuk Kelompok
8. Kelas Tradisional.
Faktor yang memberi andil pada manejemen ruang kelas yang efektif meliputi waktu
untuk memulai tahun ajaran yang tepat, penataan ruang kelas demi pembelajaran yang
efektif, dan penetapan peraturan dan prosedur kelas tentang perilaku siswa. Menurut Bimo
Walgito (2004) faktor-faktor yang mempengaruhi lingkungan belajar yang efektif sebagai
berikut.
1.1.1 Tempat.
Tempat belajar yang baik merupakan tempat yang tersendiri, yang tenang, mempunyai
warna dinding yang tidak mencolok dan di dalam ruangan tidak terdapat hal-hal yang dapat
mengganggu perhatian. Di samping itu juga perlu diperhatikan mengenai suhu, penerangan
dan ventilasi udara dengan baik.
Dalam proses belajar dan mengajar, peralatan dan perlengkapan belajar merupakan
komponen penting yang turut menentukan kualitas pembelajaran. Proses belajar dan
mengajar tidak akan dapat berjalan dengan baik tanpa adanya dukungan dari perlatan yang
memadai. Dalam proses belajar dan mengajar, semakin lengkap peralatan yang ada, maka
PBM akan dapat berjalan dengan lebih baik.
2.3.3 Suasana.
Suasana belajar disini adalah berbagai elemen atau aspek dalam lingkungan yang ada
dalam proses belajar siswa. Suasana disini berkaitan dengan hal atau peristiwa yang sering
terjadi di sekitar siswa dalam aktivitas belajarnya. Suasana belajar merupakan salah satu
aspek yang dapat mendukung proses belajar siswa. Dengan melihat begitu pentingnya aspek
suasana belajar dalam proses belajar siswa, maka perlu diciptakan suasana yang tenang,
tenteram dan damai yang dapat mendukung proses belajar siswa baik di sekolah maupun di
sekitar tempat tinggalnya.
2.3.4. Waktu.
2.3.5. Pergaulan.
Pergaulan anak, dalam hal ini adalah dengan siapa anak itu bermain akan berpengaruh
terhadap belajar anak. Apabila anak dalam bergaul memilih dengan teman yang baik, maka
akan berpengaruh baik terhadap diri anak, dan sebaliknya apabila anak bergaul dengan teman
yang kurang baik, maka akan membawa pengaruh yang tidak baik pada diri anak.
Waktu adalah suber daya yang terbatas. Istilah untuk waktu pembelajaran yang
tersedia adalah alokasi waktu (time alocation) atau waktu yang tersedia bagi siswa untuk
memperoleh kesempatan belajar. Ketika guru mengajar, siswa belajar dengan memberikan
perhatian. Aspek terpenting waktu ialah sesuatu yang berada dalam pengendalian langsung
oleh guru, pengorganisasian dan penggunaan waktu di ruang kelas.
Salah satu penyebab banyak waktu pembelajaran hilang ialah banyaknya waktu
efektif yang digunakan untuk ujian, libur nasional, rapat sekolah dan lain-lain. Penggunaan
semua waktu di kelas dengan baik bukan berarti memadatkan beberapa menit atau jam
pengajaran setiap tahun, tetapi mengkomunikasikan kepada siswa bahwa pembelajaran
adalah persoalan penting yang sebanding dengan waktu dan upaya mereka.
Waktu pembelajaran banyak hilang karena guru terlambat masuk kelas pada awal
pembelajaran. Apabila siswa tahu bahwa guru tidak mulai dengan tepat waktu, mereka
mungkin tidak akan bersemangat untuk masuk ke kelas dengan tepat waktu dan sikap ini
akan menyebabkan pelajaran yang dimulai dengan tepat waktu makin sulit pada masa
mendatang.
Gangguan dapat diberikan dari luar seperti pengumuman tertentu, urusan sekolah, atau dapat
disebabkan oleh guru atau siswa sendiri. Gangguan tidak hanya langsung mengurangi waktu
untuk pembelajaran, gangguan juga dapat memutuskan semangat pembelajaran tersebut, yang
dapat mengurangi perhatian siswa pada tugas yang ada. Untuk menghindari gangguan
diperlukan perencanaan
Beberapa guru menghabiskan terlalu banyak waktu untuk rutinitas sederhana di ruang kelas,
seperti memanggil nama siswa satu persatu, menghapus papan tulis, bagaikan mengumpulkan
woksheet, ini kurang efektif. Guru seharusnya menggunakan tenaga siswa sebanyak
mungkin.
Guru dapat memaksimalkan waktu untuk menyelesaikan tugas dengan cara berikut (Slavin,
2011).
2.5 Strategi untuk Mengelola Perilaku Buruk yang Sering Dilakukan Siswa
Pelajaran yang efektif dan penggunaan waktu kelas yang baik bukanlah satusatunya
sarana untuk mencegah atau mengatasi perilaku yang tidak baik. Guru pun harus mempunyai
strategi untuk mengatasi masalah perilaku siswa. Sebagian besar masalah perilaku yang harus
diatasi guru adalah gangguan yang relatif kecil, seperti berbicara saat tidak mendapat
gilirannya, bangkit dari tempat duduk tanpa permisi, tidak menaati peraturan kelas, dan tidak
memperhatikan penjelasan guru di depan kelas. Siswa seharusnya menyadari bahwa mereka
adalah siswa yang berkompeten dan pembelajaran yang mereka lalui itu menyenangkan dan
memuaskan.
Lingkungan ruang kelas yang hangat, penuh motivasi, dan perhatian akan
menumbuhkan sifat siswa yang diinginkan tersebut. Lingkungan ruang kelas yang sehat tidak
dapat tercipta, jika siswa tidak menghormati guru atau guru tidak menghormati siswa. Dalam
mewujudkan hal tersebut, guru layaknya menjadi seorang pemimpin di kelas yang berwenang
dalam mengatur dan menegakkan peraturan di kelas. Guru yang belum menanamkan
wewenangnya di kelas, kemungkinan akan menghabiskan waktu yang banyak untuk
mengatasi masalah atau berteriak pada siswa dalam pembelajaran. Namun, apabila struktur
dan prosedur rutin di kelas sudah jelas, maka makin banyak kebebasan yang dapat diberikan
guru kepada siswanya.
Beberapa strategi guru untuk mengatasi masalah perilaku siswa adalah, sebagai
berikut. Guru seharusnya memperbaiki perilaku buruk siswa dengan memberikan intervensi
yang paling sederhana serta benar-benar bermanfaat. Apabila benar-benar memungkinkan,
guru mengajar di kelas sambil terus mengatasi masalah perilaku buruk siswanya. Beberapa
contoh intervensi yang diberikan adalah sebagai berikut.
Pencegahan
Guru dapat mencegah masalah perilaku dengan menyajikan materi pelajaran yang
menarik dan hidup, menjelaskan peraturan dan prosedur kelas, mengupayakan siswa tetap
sibuk dalam tugas-tugasnya yang bermakna, dan menggunakan keterampilan dasar dalam
mengajar yang efektif lainnya. Guru dapat melaksanakan berbagai hal dalam pembelajaran,
seperti mengubah isi pelajaran, menggunakan berbagai jenis humor, menggunakan
pembelajaran kooperatif atau berbasis proyek dan semua hal yang dapat menimbulkan
kebosanan. Kelelahan dapat dikurangi dengan istirahat, memvariasikan kegiatan, dan
merancang jadwal pembelajaran di pagi hari agar lebih segar.
Isyarat nonverbal
Guru dapat menghilangkan perilaku buruk di ruang kelas dengan memberikan isyarat
nonverbal. Contoh pemberian isyarat nonverbal oleh guru yaitu; menatap siswa saat ada
siswa yang bercakap-cakap dan mendekati siswa yang berperilaku buruk saat pelajaran
sedang berlangsung. Kelebihan pemberian isyarat nonverbal yaitu pembelajaran tidak
terganggu. Sedangkan, penggunaan isyarat verbal memiliki efek yang luas, misalnya; banyak
siswa berhenti bekerja ketika seseorang sedang diperingatkan oleh guru.
Sering terjadi di kelas, guru mengupayakan siswa berperilaku baik dengan memuji
siswa lain yang berperilaku baik. Misalnya, guru memuji siswa yang telah mengumpulkan
tugas tepat waktu, maka siswa yang belum mengumpulkan tugasnya akan berupaya segera
mengumpulkan tugas agar memperoleh pujian juga.
Peringatan lisan
Jika isyarat nonverbal dirasakan mustahil atau tidak efisien, peringatan lisan
sederhana dapat membantu untuk mendisiplinkan seorang siswa. Peringatan tersebut
seharusnya diberikan langsung setelah siswa berperilaku buruk. Peringatan yang tertunda
biasanya tidak efektif. Peringatan seharusnya bersifat positif dan terfokus pada perilaku,
bukan pada siswanya. Walaupun perilaku siswa tertentu mungkin tidak dapat dibiarkan,
namun siswa itu sendiri selalu diterima dan disambut di ruang kelas tersebut.
Peringatan berulang
Ketika siswa menolak untuk menaati peringatan sederhana, salah satu strategi untuk
dicoba pertama-tama ialah mengulangi peringatan tersebut. Guru seharusnya memutuskan
apa yang mereka inginkan untuk dilakukan oleh siswa, mengungkapkan hal ini dengan jelas
kepada siswa tersebut, dan kemudian mengulanginya hingga siswa tersebut taat.
Menerapkan konsekuensi
Jika semua langkah sebelumnya tidak efektif memaksa siswa menaati permintaan
yang diungkapkan dengan jelas dan masuk akal, langkah terakhir adalah yaitu menerapkan
konsekuensi kepada siswa. Contoh penerapan konsekuensi adalah; meminta siswa keluar dari
kelas, membuat siswa kehilangan waktu istirahat, memanggil orang tua siswa untuk
menghadap kepala sekolah, memanggil siswa untuk menghadap wali kelas atau kepala
sekolah, dan sebagainya. Setelah siswa memperoleh konsekuensi tersebut, maka seharusnya
guru menerima kembali siswa tanpa menyindir atau menuduhnya kembali. Siswa tersebut
berhak memulai sesuatu yang baru.
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
https://almasoem.sch.id/cara-menciptakan-lingkungan-belajar-yang-efektif-di-
sekolah/
https://hoshizora.org/10-cara-menciptakan-lingkun-gan-belajar-yang-
menyenangkan-dan-inspiratif/
https://www.smadwiwarna.sch.id/lingkungan-belajar-yang-nyaman/
https://id.scribd.com/document/465558651/Makalah-Lingkungan-Belajar-
Efektif