Anda di halaman 1dari 8

PENDEKATAN IKLIM SOSIO - EMOSIONAL DALAM MANAJEMEN

KELAS

MAKALAH

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH

Manajemen Kelas

Yang diampu oleh Bapak Ahmad Nurabadi, M.Pd

Disusun oleh:

Icca Nabilah Nisa (180131601056)

Ilham Roziqoni (180131601045)

Karimatul Fitriana Dewi (180131601094)

Kikin Taranida (180131601035)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

JURUSAN ADMINISTRASI PENDIDIKAN

SEPTEMBER 2019
PENDAHULUAN

Manajemen kelas merupakan salah satu substansi ekstensi yang terdapat


dalam manajemen pendidikan. Definisi manajemen kelas seperti yang diungkapkan
Sudirman adalah “upaya dalam mendayagunakan potensi kelas, karena itu kelas
mempunyai peranan dan fungsi tertentu dalam menunjang keberhasilan proses
interaksi edukatif. Maka agar memberikan dorongan dan rangsangan terhadap anak
didik untuk belajarm kelas harus dikelola sebaik-baiknya”.
Definisi yang berbeda diungkapkan oleh Amatembun (1989) , yang dimaksud
manajemen kelas adalah upaya yang dilakukan oleh guru dalam menciptakan dan
mempertahankan serta menumbuhkembangkan motivasi belajar siswa untuk
mencapai tujuan pendidikan. .Adapun menurut Made Pidarta, mengatakan bahwa
manajemen kelas adalah proses seleksi dan penggunaan alat-alat yang tepat terhadap
problem kelas. Dirjen PUOD dan Dirjen Dikdasmen (1996) juga mengungkapkan
definisi manajemen kelas yakni segala usaha yang diarahkan untuk mewujudkan
suasana belajar mengajar yang efektif dan menyenangkan serta dapat memberi
motivasi kepada siswa untuk belajar.
Agar pelaksanaan manajemen kelas dapat berjalan secara maksimal
dibutuhkan teknik atau pendekatan-pendekatan tertentu. Dalam makalah ini akan
dijelaskan mengenai salah satu pendekatan dalam manajemen kelas, yaitu pendekatan
iklim sosio-emosional.

1
PEMBAHASAN

A. Definisi Pendekatan Iklim Sosio – Emosional


Manajemen kelas adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk memberi
motivasi, dorongan, bimbingan, pengarahan kepada guru agar mampu
menciptakan suasana kelas yang efektif dan menyenangkan dan dapat
mendayagunakan potensi siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan. Pelaksanaan manajemen kelas dapat dilakukan melalui pendekatan
iklim sosio-emosional.
Adapun pendekatan iklim sosio-emosional dapat diartikan sebagai cara
pandang yang menganggap bahwa kelas yang kondusif dapat dicapai dengan cara
menciptakan hubungan yang harmonis antara guru dengan peserta didik serta antar
peserta didik. Untuk mewujudkan kondisi tersebut, guru harus mampu
membangun komunikasi dan interaksi secara positif dengan para siswa.
Pendekatan sosio-emosional ini mendasarkan pada asumsi sebagai berikut:
1. Kegiatan pengajaran yang efektif mensyaratkan adanya kondisi sosio-
emosional yang baik atau adanya jalinan hubungan interpersonal yang baik di
antara pihak yang terlibat dengan kegiatan pengajaran itu.
2. Guru menjadi kunci utama dalam pembentukan kondisi sosio-emosional yang
sehat.
B. Unsur - Unsur dalam Pendekatan Iklim Sosio – Emosional
Menurut Permana (dalam Nur Abadi, 2016:85) asumsi dari pendekatan ini
adalah:
1. Kegiatan pengajaran yang efektif mensyaratkan kondisi sosio emosional yang
baik atau adanya jalinan hubungan interpersonal yang baik antara pihak yang
terlibat dengan kegiatan pengajaran itu.
2. Guru menjadi kunci utama dalam pembentukan kondisi sosio emosional yang
sehat.

2
3

Hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan pendekatan ini yaitu:


1. Sikap dan kebiasaan guru yang terampil jujur, tulus dan terbuka, bersemangat,
dinamis, serta energik.
2. Kesadaran diri pada seorang guru dalam menerima dan mengerti siapa peserta
didiknya dengan rasa simpati.
3. Keterampilan yang dimiliki guru dalam berkomunikasi secara efektif,
mengambil keputusan dengan cepat dan akurat, mengembangkan rasa
tanggung jawab social, dan mengembangkan kondisi yang belajar yang
demokratis dan terbuka.
C. Urgensi Pendekatan Iklim Sosio – Emosional
Menurut Classer (dalam Nur Abadi, 2016:86) pentingnya pendekatan iklim
sosio – emosional dapat dilakukan dengan cara:
1. Mengarahkan peserta didik untuk mendeskripsikan masalah yang dihadapi.
2. Membantu peserta didik menganalisa dan menilai masalah tersebut.
3. Mengarahkan peserta didik berkomitmen (patuh) terhadap rencana yang telah
ditetapkan.
4. Memberi kesempatan kepada peserta didik jika perlu menanggung akibat
“kurang menyenangkan” dari pada perbuatannya.
5. Membantu peserta didik menyusun rencana penyelesaian baru yang lebih
baik.
Pendekatan “sosio emosional climate” ini pada hakekatnya bertujuan untuk
meningkatkan hubungan interpersonal yang baik antara: Guru-peserta didik dan
peserta didik.
D. Kelebihan dan Kelemahan Pendekatan Iklim Sosio – Emosional
Kelebihan dari pendekatan iklim sosio-emosional yaitu peserta didik
menjadi nyaman karena terjalin hubungan yang baik dengan guru. Penyelesaian
suatu masalah dipecahkan bersama melalui pertemuan kelas, pelajaran diyakini
akan mudah diterima karena peserta didik merasa nyaman, tentram dan aman
dengan situasi yang ada, terbinanya sikap demokratis, selalu ada penghargaan jadi
4

setiap kegagalan tidak akan membunuh motivasi peserta didik. Peserta didik
belajar untuk saling menghargai antar teman atau guru.
Kelemahan dari pendekatan iklim sosio-emosional yaitu apabila hubungan
peserta didik dengan guru terlalu dekat akan menimbulkan sikap peserta didik
yang terlalu bebas, sulit memahami karakter emosi setiap peserta didik, makan
dibutuhkan keterampilan guru yang lebih dalam membuat iklim sosio emosional
yang kondusif. Jadi apabila guru tidak mampu melaksanakan pendekatan sosio
emosional dengan baik, maka kelas akan terasa kurang nyaman saat pembelajaran
berlangsung. (dalam Nur Abadi, 2016:86-87)
E. Hal-hal yang Meliputi Kondisi Pendekatan Iklim Sosio – Emosional
Kondisi sosio emosional dalam kelas akan mempunyai pengaruh yang
cukup besar terhadap proses belajar mengajar, kegairahan siswa dan efektifitas
tercapainya tujuan pengajaran. Kondisi sosio-emosional tersebut meliputi :
1. Tipe kepemimpinan
Peranan guru dan tipe kepemimpinan guru akan mewarnai suasana
emosional di dalam kelas. Apakah guru melaksanakan kepemimpinannya
secara demokratis, laisez faire atau demokratis. Kesemuanya itu memberikan
dampak kepada peserta didik.
2. Sikap guru
Sikap guru dalam menghadapi siswa yang melanggar peraturan sekolah
hendaknya tetap sabar, dan tetap bersahabat dengan suatu keyakinan bahwa
tingkah laku siswa akan dapat diperbaiki. Berlaku adil dalam bertindak.
Menciptakan satu kondisi yang menyebabkan siswa sadar akan kesalahannya
sehingga ada dorongan untuk memperbaiki kesalahannya.
3. Suara guru
Suara hendaknya relatif rendah tetapi cukup jelas dengan volume suara
yang penuh dan kedengarannya rileks cenderung akan mendorong siswa untuk
memperhatikan pelajaran, dan tekanan suara hendaknya bervariasi agar tidak
membosankan siswa.
4. Pembinaan hubungan baik (raport)
5

Pembinaan hubungan baik (raport) antara guru dan siswa dalam masalah
pengelolaan kelas adalah hal yang sangat penting. Dengan terciptanya
hubungan baik guru-siswa, diharapkan siswa senantiasa gembira, penuh gairah
dan semangat, bersikap optimistik, relaistik dalam kegiatan belajar yang sedang
dilakukannya serta terbuka terhadap hal-hal yang ada pada dirinya.
(dalam Gunawan, 2016:43)
SIMPULAN

Kondisi sosio-emosional akan mempunyai pengaruh yang cukup besar


terhadap proses belajar mengajar, kegairahan siswa dan efektivitas tercapainya tujuan
pengajaran. Tipe kepemimpinan guru, artinya adalah fungsi yang melakat pada guru
ketika berada dalam kelas. Gaya apa yang muncul ketika guru melaksanakan peran
sebagai pemimpin dalam pembelajaran di kelas. Sikap guru, sikap yang diperlihatkan
oleh guru di depan kelas atau di luar kelas yang akan mempengaruhi mood anak,
apakah anak merasa tertarik dengan sikap guru atau malah tidak tertarik. Sikap yang
baik sebagai seorang guru, bapak/ibu, kakak, orang dewasa yang memberikan
bimbingan tentunya adalah hal yang paling baik diperlihatkan. Pembinaan hubungan
baik, hubungan antara guru dengan murid harus dibangun berdasarkan fungsi masing-
masing dalam konteks belajar mengajar dikelas, akan tetapi apabila memungkinkan
dapat juga dibangun sifat-sifat kekeluargaan dan keakraban yang menyebabkan siswa
merasa nyaman dan aman berhubungan seperti dengan ibu dan bapaknya dirumah.

6
DAFTAR RUJUKAN
Amatembun, N. 1989. Manajemen Kelas, Penuntun Bagi Guru Dan Calon Guru.
Bandung: FIP IKIP.
Gunawan, I. 2016. Manajemen Kelas. Malang: Universitas Negeri Malang
Negeri Malang
Nurabadi, A. 2016. Manajemen Kelas Berbasis Peserta Didik. Malang: Universitas

Anda mungkin juga menyukai