Anda di halaman 1dari 13

Strategi Guru Kelas Tinggi Sekolah Dasar Negeri 1 Tiworo Selatan Dalam

Menumbuhkan Disiplin Siswa Melalui Manajemen Kelas

Fatmawati

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan Dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Terbuka
fatmawatiamma236@gmail.com

ABSTRAK
Tujuan pada penelitian menggambarkan teknik atau strategi guru kelas tinggi sekolah dasar
dalam menaikkan jiwa disiplin siswa melalui manajemen kelas. sumber penelitian kali ini
berada pada tingka sekolah dasar kelas 4. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif
dan termasuk dalam kategori penelitian kualitatif fenomenologi. Subjek penelitian adalah
seorang guru kelas IV sekolah dasar negeri 1 Tiworo Selatan dan data dikumpulkan melalui
observasi dan wawancara. Dari hasil penelitian yang didapatkan siswa SD telah mencapai
target yang diinginkan yaitu sikap displin dan tanggung jawabnya sangat baik. Hal ini
ditunjukkan melalui hasil penelitian dimana peserta didik mengikuti aturan dan norma-norma
yang ada. Metode seorang guru dalam menaikkan jiwa displin siswa melalui manajemen kelas
telah dilakukan secara maksimal. Hal ini ditunjukkan seorang pendidik dalam pembelajaran
sehari-hari dalam mememanajemen dan memberikan contoh yang baik kepada peserta didik.
Keberhasilan manajemen guru dilihat dari cara guru mengolah suasana kelas, mulai dari
pengaturan ruang dan tempat duduk, mampu menumbuhkan sikap dan hubungan baik dengan
peserta didik. Kesimpulan dari penelitian ini ditemukan bahwa manajemen kelas yang efektif
dapat meningkatkan kedisiplinan siswa.
Kata Kunci : Disiplin, Manajemen Kelas, Strategi
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perbaikan adalah cara menaikkan mutu pendidikan dan nilai karakter pendidikan di
Indonesia dapat dilakukan. perbaikan yang dimaksud bertujuan untuk membangun nilai-nilai
karakter siswa dengan tujuan utamanya adalah agar siswa dapat memperlihatkan nilaai
karakter sebenarnya yang ada dalam dirinya dan dapat menuangkan apa yang menjadi cirri
khasnya dalam kehidupan sehari-hari. Di lingkungan sekolah juga tempat yang paling cocok
bagi seorang siswa untuk melihat dan mengaplikasikan karakter yang dimilikinya dan juga
sekaligus dapat menumbuhkan karakter siswa menjadi lebih baik lagi dari pada sebelumnya
Sekolah Dasar menjadi salah satu jenjang agar pendidikan karakter dapat diaplikasikan.
Pendidikan holistik berfokus pada nilai-nilai religius, berpikir logis, kritis, kreatif, jujur,
inovatif, peduli pada lingkungan, kerjasama, disiplin, percaya diri, mandiri, dan tanggung
jawab untuk membangun karakter siswa di sekolah dasar (Sudarsana dalam Yantoro, 2020).
Oleh karena holistik berarti secara menyeluruh, pendidikan karakter dapat diterapkan secara
luas dan terkait dengan banyak hal dalam kehidupan sehari-hari. dalam menumbuhkan sikap
disiplin siswa, pengaplikasian ini sangat membantu siswa untuk mendapatkan karakter yang
baik dan menumbuhkan sikap disiplin.
Sikap disiplin merupakan salah karakter yang harus dibentuk pada peserta didik mulai
dari awal tumbuh dan berkembang. Lingkungan, terutama keluarga, siswa hendaknya dilatih
mengenai kebiasaan atau perilaku yang baik yang berkaitan dengan nilai, norma dan peraturan
yang ada. Sikap disiplin secara tidak langsung dapat mengatur kehidupan siswa karena telah
menjadi kebiasaan siswa dan telah melekat dalam diri siswa tersebut. karena kedisiplinan ini
sangat penting bagi siswa, agar kehidupannya menjadi teratur. Menurut Sudarsana dalam
Yantoro, (2020), Dididik dimotivasi untuk mencapai tujuan hidupnya melalui perilaku yang
menunjukkan konsistensi dan kepatuhan terhadap berbagai aturan, aturan, dan norma
kehidupan..
Disiplin sangat dibutuhkan oleh peserta didik, dimana manfaat disiplin sangatlah terlihat
dimana secara sadar peserta didik akan membentuk perubahan didalam dirinya secara tetarut
dengan tertata hingga suatu saat nantinya siswa akan meraih kesuksesaan dan mencapai cita-
citanya. Narwanti dalam Yantoro (2020), Disiplin didefinisikan sebagai perilaku yang
menunjukkan konsistensi dan kepatuhan terhadap berbagai ketentuan yang telah ditetapkan.
seperti terhadap peraturan, tata tertib, norma kehidupan yang berlaku karena di dorong adanya
kesadaran dari dalam dirinya untuk melaksanakan tujuan hidupnya.
Salah satu tujuan dalam suatu pembelajaran yaitu mampu menggambarkan proses dan
hasil belajar peserta didik harus sesuai dengan target yang (Yantoro, dkk, 2020).
Pembelajaran kurikulum 2013 harus seimbang antara proses belajar dan hasil belajar,
disitulah peran duru sangat diharapkan. Guru harus mampu mengelola dan mengatur peserta
didik dalam hal belajar untuk kefektifan dalam pembelajaran. Dengan demikian, peserta didik
diharapkan dapat mencapai tujuan pembelajaran dengan menggunakan kompetensi dasar yang
telah ditetapkan.
Salah satu tanggung jawab seorang guru adalah meningkatkan sikap disiplin peserta
didik, yang tentunya membutuhkan penerapan strategi dalam proses pembelajaran. Salah satu
cara guru meningkatkan disiplin adalah dengan mengelola kelas dengan baik (Yantoro, dkk,
2020). Dalam memanajemen kelas, guru menjadi focus utama dalam perannya sebagi
pendidik. Untuk menjadi guru yang baik, pengalaman dan pengetahuan yang baik diperlukan.
Salah satu komponen penting dalam keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran adalah
manajemen kelas. Guru yang mampu mengelola kelas dengan baik akan membentuk sikap
disiplin yang baik pada siswa mereka.
Faktor fisik (kondisi kelas), non-fisik (emosi guru), dan kondisi organisasional adalah
beberapa faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan manajemen kelas. (Yantoro, dkk,
2020). Tidak selalu pendidik gagal menyampaikan materi karena mereka tidak
memahaminya, tetapi karena mereka tidak tahu bagaimana menyampaikan materi dengan cara
yang tepat dan menarik sehingga siswa menikmati belajar. Berdasarkan hal yang telah
dijelaskan sebelumnya, Penulis akan membahas metode dan pendekatan yang digunakan guru
kelas tinggi di SD Negeri 1 Tiworo Selatan di Sekolah Dasar Kelas IV untuk meningkatkan
disiplin siswa melalui manajemen kelas..
TINJAUAN PUSTAKA
Pendidikan menjadi salah satu dasar terpenting dalam hidup manusia. Sikap pendidik
yang mendidik berdampak pada perkembangan jiwa siswa, sehingga guru harus memiliki
sikap yang sesuai dengan tanggung jawab profesional mereka. Ini berarti bahwa pencapaian
tujuan pendidikan sangat bergantung pada guru dan metode pembelajaran yang dirancang dan
diterapkan secara profesional. Akibatnya, tanggung jawab pendidik adalah membuat proses
pembelajaran menarik. Guru tidak hanya harus mengajarkan dan mentransfer pengetahuan
kepada siswanya, tetapi juga harus dapat membantu siswa menjadi lebih baik (Warif, M.,
2019).
Sangat penting untuk membahas pengelolaan kelas sekarang dan di masa depan.
Semua yang termasuk dalam pengelolaan kelas, mulai dari hal-hal yang paling dasar seperti
masalah ruang kelas, kursi, meja, lemari, alat tulis, hingga masalah desain tata letak pedagogis
dan penggunaan media sebagai media pembelajaran. Selama proses pembelajaran, guru
dengan pengalaman yang cukup lama tidak menghadapi banyak kesulitan dalam mengelola
kelas. Namun, guru baru tentunya harus melakukan banyak upaya untuk menerapkan metode-
metode pengelolaan kelas (Azman, Z., 2019).
Pendidik yang gagal menyampaikan pelajaran tidak selalu karena mereka tidak
menguasai materi, tetapi karena mereka tidak tahu bagaimana menyampaikan pelajaran secara
efektif dan menarik sehingga siswa dapat belajar dengan cara yang menyenangkan dan
menghibur. Pendidik harus memahami pendekatan dan teknik pembelajaran agar belajar
menyenangkan dan mengasikkan. Mereka juga harus memahami teori dan teknik belajar yang
tepat (Kadir, S., 2014).
Pendidikan moral, akhlak, agama, perasaan dan emosi, kemampuan bermasyarakat,
dan disiplin adalah komponen penting dari pembinaan disiplin dan perilaku yang diharapkan
menjadi kebiasaan yang baik. Pendidikan juga dapat membantu siswa menumbuhkan
kepercayaan diri dan kontrol diri yang baik, yang diperlukan untuk memiliki kesadaran diri
dan perasaan yang baik tentang dirinya sendiri, serta perasaan tanggung jawab dan kepedulian
terhadap lingkungan mereka. Pada dasarnya, membentuk disiplin adalah suatu proses
mengajar mereka dan kita sendiri. (Rohman, F., 2018).
Efektivitas pengelolaan kelas ditentukan oleh kemampuan peserta didik dan daya
serap mereka dalam kegiatan belajar. Peserta didik dapat menyelesaikan tugas tepat waktu,
aktivitas tidak terhemti, dan belajar secara mandiri. Oleh karena itu, tujuan pengelolaan kelas
terkait erat dengan menyediakan lingkungan belajar yang memungkinkan peserta didik
meningkatkan kemampuan mereka dan mencapai prestasi akademik yang optimal. (Kadir, S.
2014).
Pembelajaran di kelas membutuhkan manajemen. Ini penting karena fungsi kelas
harus dioptimalkan untuk belajar lebih baik dan lebih efektif. Manajemen kelas adalah
tanggapan terhadap tuntutan yang semakin meningkat untuk meningkatkan kualitas
pendidikan, yang dimulai di kelas. Guru diwajibkan untuk menghasilkan siswa yang sesuai
dengan undang-undang sistem pendidikan nasional (Toharudin, M).
Belajar adalah proses berpikir dan merasakan atau mental dan emosional. Saat
seseorang belajar, pikiran dan perasaan mereka tetap aktif. Hanya orang yang terlibat yang
dapat merasakan aktivitas ini. Guru tidak dapat menyaksikan bagaimana pikiran dan perasaan
siswa bergerak. Dengan bertanya, menaggapi, menjawab pertanyaan guru, berbicara,
memecahkan masalah, merangkum, dan melaporkan hasil kerja, guru melihat apa yang
dilakukan siswa. (Kusumawati, N. dan Maruti, E.S, 2009).
Karena ada tahapan, terutama dalam kegiatan inti, proses pembelajaran ini dapat
disamakan dengan proses ilmiah. Pendekatan saintifik juga dapat didefinisikan sebagai cara
siswa meningkatkan sikap sosial dan religius, serta pengetahuan dan keterampilan mereka
saat menggunakan materi pelajaran. guru hanya fasilitator dan motivator saja. guru tidak perlu
menjelaskan semua tentang apa yang ada dalam materi, melainkan siswa sendiri yang
menggali dan membangun konsep pengetahian (Mariayaningsih, N. dan Hidayati, M.).
Kepala sekolah dalam memimpin harus mampu menghimpun semua warga sekolah,
mengelola fasilitas sekolah, menegakkan displin dan memotivasi semua personal untuk
berprestasi. untuk menjadi seorang pemimpin yang disegani dan berwibawa, sekurang-
kurangnya harus jujur, disiplin dan mendisiplinkan orang lain, memiliki emosi yang stabil,
bersikap terbuka dan membela kebenaran. kepemimpinan seperti ini pasti akan mampu
mendukung atau meningkatkan disiplin guru, tenaga kependidikan dan tgerlebih bagi siswa
(Dakhi, A.S.)
Keberhasilan proses pembelajaran bergantung pada seberapa efektif guru mengelola
kelas. Manajemen kelas sangat penting untuk membantu proses pembelajaran. Konsep
manajemen mencakup semua hal, seperti bagaimana guru harus merancang keterlibatan dan
kerja sama siswa dalam aktivitas kelas dan menata lingkungan kerja agar lebih produktif.
Guru yang menggunakan manajemen kelas sebagai cara untuk menciptakan lingkungan
belajar yang baik cenderung lebih sukses daripada guru yang hanya mengawasi disiplin.
(Afriza, 2014).
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada hari Jumat, 3 Februari sampai Sabtu, 6 Mei 2023 dan
bertempat di Sekolah Dasar Negeri 1 Tiworo Selatan.
Indikator Penelitian
Penelitian ini menggunakan indikator manajemen kelas dan disiplin. Dalam penelitian
ini, beberapa indikator manajemen kelas digunakan: faktor fisik (kondisi kelas), faktor non-
fisik (sosio-emosional), dan kondisi organisasional. Mereka menggunakan indikator ini untuk
membuat pengamatan khusus dan mengajukan pertanyaan wawancara. (Yantoro, dkk., 2020).
Metode Penelitian
Penelitian fenomenologi ini menggunakan pendekatan kualitatif. Peneliti hanya akan
melihat cara guru meningkatkan disiplin siswa di sekolah dasar karena ini adalah pendekatan
kualitatif. Namun, fenomenologi adalah jenis penelitian yang berfokus pada fenomena atau
peristiwa. Fenomena yang dimaksud adalah peristiwa yang benar-benar terjadi di sekolah
dasar tersebut.
Subjek Penelitian
Guru kelas tinggi menjadi subjek dalam penelitian ini . Peneliti memilih kelas tinggi
karena dianggap memenuhi persyaratan peneliti. Peneliti lebih suka kelas IV. Hanya ada satu
rombongan siswa kelas IV di sana. Di sekolah dasar negeri 1 Tiworo Selatan, subjek berada
di kelas empat.
Teknik Pengumpulan Data
Selama setidaknya lima pertemuan, observasi, wawancara, dan dokumentasi
digunakan untuk mengumpulkan data. Observasi dilakukan menggunakan lembar observasi
yang telah divalidasi oleh validator ahli manajemen kelas Peneliti akan melakukan wawancara
langsung dengan subjek penelitian jika temuan observasi tidak menunjukkan atau tidak sesuai
dengan indikator penelitian. Pendokumentasian yang terdiri dari foto-foto, video, dan
rekaman wawancara juga akan mendukung kedua metode tersebut.
Teknik Analisis Data
Metode analisis data adalah deskriptif kualitatif. Model kualitatif yang dikembangkan
oleh Miles dan Huberman digunakan untuk melakukan analisis ini. Berikut ini adalah proses
analisis data:
Reduksi Data
Pada tahap ini, peneliti memilih dan menafsirkan data lapangan, memilih dan kemudian
membuat fokus masalah.
Penyajian Data
Data ini akan disajikan dalam teks naratif yang disusun terstruktur dengan penjelasan
tentang masalah yang ditemukan.
Penarikan Kesimpulan
Setelah melakukan reduksi dan penyajian data, menarik kesimpulan berarti
mengungkapkan inti dari yang telah ditemukan dan disusun.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Dalam penelitian ini, beberapa indikator manajemen kelas digunakan: faktor fisik
(kondisi kelas), faktor non-fisik (sosio-emosional), dan kondisi organisasional. Faktor-faktor
ini digunakan untuk membuat pengamatan khusus dan mengajukan pertanyaan wawancara.
No. Indikator Sub-Indikator
1. Faktor Fisik 1. Ruang tempat berlangsungnya proses
(Kondisi Kelas) pembelajaran

2. Pengaturan Tempat duduk


3. Ventilasi dan Pengaturan Cahaya
4. Pengaturan Penyimpanan Barang-Barang
2. Faktor Non Fisik (Kondisi 1. Tipe Kepemimpinan
Sosio-Emosional) 2. Sikap Guru
3. Suara Guru
4. Pembinaan Hubungan Baik
3. Kondisi Organisasional 1. Guru Berhalangan Hadir
2. Masalah antar Peserta Didik
3. Kegiatan Rutin
Tabel Kisi-Kisi Pedoman dalam Manajemen Kelas
Pencapaian indikator manajemen kelas yang dilakukan guru dapat menunjukkan
keberhasilan manajemen kelas mereka. Penggunaan manajemen kelas ternyata dapat
membuat peserta didik berdisiplin.
PEMBAHASAN
Faktor Fisik (Kondisi Kelas)
Melihat faktor fisik (kondisi kelas), atau keadaan di kelas. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa ruangan kelas IV telah diatur dengan baik. Mulai dari posisi tempat
duduk dan jarak antara mereka, semuanya telah diatur dengan baik.. Guru kelas IV juga sering
mengubah tempat duduk siswa setiap dua minggu agar seluruh siswa kelas mendapat
kesempatan duduk didepan. Pencahayaan didalam ruangan juga memadai serta sirkulasi udara
sudah bagus karena terdapat enam jendela dan ventilasi sebanyak sepuluh, sehingga
memungkinkan banyak udara yang masuk. Hal ini membuat ruangan dalam kelas tidak sesak
dan tidak panas, sehingga konsentrasi siswa terganggu.
Pengaturan penyimpanan barang-barang dan hiasan dalam ruang kelas sudah bagus
penempatannya sehingga siswa merasa nyaman, selian itu ruangan kelas juga diberikan
beberapa benda untuk bermain sehingga siswa tidak bosan. Guru kelas IV juga mengajarkan
siswa untuk selalu disiplin waktu dan merapikan kembali barang masing-masing. Kebersihan
ruangan juga terjaga, karena guru kelas IV membuatkan jadwal piket kelas agar siswa mampu
menjaga kebersihan agar tetap rapi dan bersih. Petugas piket selalu menyelesaikan tugasnya
dengan baik, yang menunjukkan bahwa siswa lebih disiplin dan ingin menyelesaikan tugas
sesuai aturan. Dari perubahan ini, seorang guru dapat menyimpulkan sementara bahwa
manajemen kelas yang diteliti sudah hamper berhasil.
Faktor Non Fisik (Kondisi Sosio-Emosional)
melihat faktor non-fisik (kondisi sosio-ekonomi), yaitu melihat bagaimana guru
menggunakan sikap sosial dan emosinya untuk mengajar atau berinteraksi dengan siswa.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa guru telah bersikap adil, sabar, ramah, dan menjadi guru
yang baik bagi siswa mereka. Selain itu, siswa ingin mengikuti aturan sekolah. Ada banyak
aturan, termasuk tidak terlambat ke sekolah, mengenakan pakaian yang sesuai dengan
peraturan, membuang sampah di tempatnya, dan tidak merusak fasilitas sekolah yang telah
diadakan. Agar siswa tidak bosan saat dalam proses belajar, Untuk menarik perhatian siswa,
guru menggunakan intonasi suara mereka. Hal ini membuat siswa lebih bergairah dalam
menghadapi pembelajaran. Memainkan intonasi peserta dalam hal ini adalah menaik-turunkan
suara dan juga sedikit nada. Intonasi suara guru dalam menyampaikan materi sudah baik,
sehingga peserta didik mudah dalam mendengarkan dan memahamu perkataan guru. Selain
itu, guru juga terkadang memberikan pertanyaan langsung kepada peserta didiksehingga
mereka mudah mengingat materi dan tidak takut untuk bertanya kepada guru mereka. Guru
juga telah memiliki hubungan dan ikatan yang baik dengan siswa, hal ini dapat dilihat dari
interaksi antar guru dan peserta didik yang terjalin bukan hanya didalam kelas tetapi juga
diluar kelas. Guru memberikan sikap tauladan dan contoh yang baik terhadap peserta didik,
seperti jika berpapasan atau bertemu mereka saling menyapa. Peserta didik merasa adil, patuh,
dan menghormati guru mereka karena hal ini. Tidak ada rasa canggung tercipta antara guru
dengan peserta didik.
Kondisi Organisasional
Kondisi organisasi guru dengan peserta didik, dimana saat guru berhalangan untuk
hadir ke sekolah, guru akan meminta izin dan menyuruh guru pengganti untuk mengajar
dikelas. Berdasarkan hal tersebut, guru memberikan contoh perilaku dan tanggungjawab yang
baik peada peserta didik. Hal tersebut mengajarkan kepada peserta didik untuk tetap
melaksanakan tugas-tuganya atau tetap belajar dalam kelas meskipun guru tidak hadir. Selain
itu, pendidik mengajarkan siswa untuk selalu meminta izin jika mereka sakit atau berhalangan
hadir. Menurut uraian tersebut, peserta didik akan mencontoh perilaku gurunya, sehingga
mereka menjadi taat pada aturan.
Ketika timbul beberapa masalah antara guru dan peserta didik,seorang pendidik harus
selalu ada dalam memberikan solusi dan mendengarkan peserta didiknya. Apabila terjadi
konflik antara peserta didik, Guru akan membantu menyelesaikan masalah di antara
keduanya. Oleh karena itu, guru akan dianggap sebagai orang yang bisa menyelesaikan
permasalahan peserta didik. Selain itu, guru selalu menghadiri upacara dan beberapa kegiatan
disekolah serta menghimbau peserta didik untuk ikut dalam upacara dan beberapa kegiatan
wajib yang dilaksanakan oleh sekolah. Hal tersebut mengajarkan guru kepada peserta didik
untuk menumbuhkan sikap disiplin terhadap aturan-aturan yang berlaku disekolah. Seperti
kegiatan setiap pagi, dimana peserta didik akan berbaris atau melaksanakan apel pagi
sehingga peserta didik akan terbiasa berbaris atau apel pagi tanpa harus disuruh oleh guru.
Hasil dari pembahasan diatas, peneliti menyimpulkan bahwa guru di sekolah dasar
negeri 1 Tiworo Selatan sudah melaksanakan manajemen kelas dengan teratur dan baik. Hal
ini dilihat dari manajemen guru yang dijalankan telah sesuai dengan indikator keberhasilan
pendidikan manajemen. Manajemen yang diterapkan oleh guru mampu membuat peserta
didik bersikap disiplin dan bertanggungjawab. Strategi guru dalam manajemen kelas yang
optimal, ternyata menyebabkan aspek disiplin yang ditunjukkan guru tersebut.
Selain daripada itu, peserta didik di kelas IV sekolah dasar negeri 1 Tiworo Selatan
juga telah berperilaku sesuai dengan aturan dan norma-norma yang ada, serta mendengarkan
semua perkataan guru dengan baik. Karena efek positif itulah, peneliti dapat sampai pada
kesimpulan bahwa pendekatan guru untuk menumbuhkan disiplin dapat diatasi dengan
memaksimalkan manajemen kelas.
PENUTUP
Kesimpulan
Penelitian ini menemukan bahwa metode yang digunakan guru dalam mengelola kelas
untuk meningkatkan sikap disiplin peserta didik berhasil. Hal ini karena guru mampu
memanajemen dan memberikan contoh yang baik kepada peserta didik. Keberhasilan guru
dalam enumbuhkan sikap disiplin ditunjukkan oleh peserta didik kelas III sekolah dasar
negeri 1 Tiworo Selatan menaati aturan yang ditetapkan, memiliki hubungan yang baik
dengan guru dan juga antar peserta didik, peserta didik mampu bertanggungjawab dan
mendengarkan perkataan guru. Selain itu, guru mampu memberikan suasana yang nyaman
dan teraarah didalam kelas.
Saran
Saran yang dapat penulis sampaikan yaitu sebaiknya guru memberikan beberapa
pelajaran atau dalam bentuk permainan (games) agar peserta didik lebih bersemangat.
DAFTAR PUSTAKA

Afriza, Manajemen Kelas. Penerbit Deepublish, Pekanbaru, 2014, ISBN: 978-602- 14957-5-
9, v 116hal. 140 x 205 mm.

Azman, Z. 2020. Pengelolaan Kelas Dalam Pembelajaran, Jurnal Edification, 2(02): Januari
2020.

Dakhi, S., A. Kiat Sukses Meningkatkan Disiplin Siswa, Sleman.

Kadir, F. 2014. Keterampilan Mengelola Kelas Dan Implementasinya Dalam Proses


Pembelajaran, Jurnal Al-Ta,dib, 7(2): Juli-Desember.

Kusumawati, N., Sri, E. DAN Magetan, Strategi Belajar Mengajar Di Sekolah Dasar,
Magetan, 2009.

Mariyaningsih, M. dan Hidayati, Bukan Kelas Biasa, Surakarta.

Rohman, F. 2018. Peran Pendidik Dalam Pembinaan Disiplin Siswa Di Sekolah / Madrasah,
Jurnal Provided E-Journal Universitas Islam Negeri Sumatera Utara.

Toharudin, M. Buku Ajar Manajemen Kelas, Jawa Tengah

Warif, M. 2019. Strategi Guru Kelas Dalam Menghadapi Peserta Didik Yang Malas Belajar,
Jurnal Tarbawi Jurnal Pendidikan Agama Islam, 4(1) Januari-Juni 2019 P-Issn :
2527-4082, E-Issn : 2622.

Yantoro, Pamela, I.S, Purwati, E dan Ismaini, E. 2020. Strategi Guru Kelas Tinggi Sekolah
Dasar Dalam Menumbuhkan Disiplin Siswa Melalui Manajemen Kelas, Journal
Elementary, January-June, 6(1).

Anda mungkin juga menyukai