Anda di halaman 1dari 8

PERANAN GURU DALAM MENANAMKAN SIKAP DISIPLIN SISWA

DISUSUN OLEH :

NAMA : MARIA CARIENSA

NIM : 192114012

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2020
PERANAN GURU DALAM MENANAMKAN SIKAP DISIPLIN SISWA

Abstrak

Kedisiplinan siswa terbentuk karena peran kepemimpinan guru yang secara tepat
menerapkan disiplin di sekolah. Guru juga memiliki peran sebagai suri teladan dalam
pelaksanaan disiplin. Peran guru dalam menanamkan kedisiplinan siswa adalah sebagai tokoh
teladan dan motivator. Sebagai tokoh teladan guru memberikan teladan kepada siswa dan
sebagai motivator guru selalu memberikan nasihat kepada siswa. Dalam menanamkan
kedisiplinan terdapat faktor pendukung dan penghambat. Faktor pendukungnya berupa
pemberian hadiah sebagai apresiasi dan hukuman sebagai sanksi yang sangat berperan guna
mengatur pola maupun tingkah laku siswa agar selalu tertib dalam melaksanakan sebuah
kedisiplinan. Faktor penghambatnya berasal dari faktor internal siswa. Kedisiplinan penting
diterapkan guna menciptakan suasana lingkungan belajar yang nyaman dan aman di sekolah.

Kata kunci : Peran guru, Kedisiplinan, Siswa

PENDAHULUAN

Guru mempunyai peranan penting dalam pembentukan pengetahuan, keterampilan, dan


karakter peserta didik. Ada delapan belas nilai-nilai pendidikan karakter yang dapat
diimplementasikan dalam kegiatan pembelajaran pada siswa sebagai berikut: 1) Religius, 2)
jujur, 3) toleransi, 4) disiplin, 5) kerja keras, 6) kreatif, 7) mandiri, 8) demokratis, 9) rasa ingin
tahu, 10) semangat kebangsaan, 11) cinta tanah air, 12) menghargai prestasi, 13)
bersahabat/komunikatif, 14) cinta damai, 15) gemar membaca, 16) peduli lingkungan, 17) peduli
sosial, dan 18) tanggung jawab. Mewujudkan siswa yang mempunyai keterampilan,
pengetahuan, dan karakter peserta didik diperlukan sikap disiplin. Tipe yang paling efektif untuk
mendisiplinkan anak/siswa, melalui penggunaan pendekatan yang positif yaitu sebagai contoh
teladan, persuasi atau bujukan, pujian dan hadiah. Sedangkan dari pendekatan yang negatif
seperti hukuman (Sutisna : 1986, 96-97). Kedisiplinan akan terwujud jika kinerja guru dalam hal
pengajarannya sesuai dengan standar yang berlaku di sekolah, sehingga dapat menjadi pedoman
siswa. Oleh karena itu, kedisiplinan perlu dilaksanakan agar pencapaian tujuan dapat tercapai
secara efektif dan efisien. Faktor kedisiplinan peserta didik sebagai sarana untuk menciptakan
peserta didik yang berkualitas dan faktor pendidikan sebagai sarana untuk mengembangkan
kemampuan para guru. Kedisiplinan harus ditanamkan terus-menerus pada siswa agar siswa
terbiasa disiplin, orang yang biasa disiplin dalam bidangnya kelak menjadi orang sukses.
Sebaliknya, orang gagal umumnya tidak disiplin.

Menurut Huda (2010) menjelaskan, “disiplin adalah suatu keadaan tertib dan teratur yang
dimiliki oleh peserta didik di sekolah, tanpa ada pelanggaran-pelanggaran yang merugikan baik
secara langsung maupun tidak langsung terhadap peserta didik sendiri dan terhadap sekolah
secara keseluruhan.” Doyle (dalam Danim, 2002) mengemukakan pendapat bahwa dua peran
utama guru dalam pembelajaran yaitu menciptakan keteraturan (establishing order) dan
memfasilitasi proses belajar (facilitating learning). Keteraturan di sini mencakup hal-hal yang
terkait langsung atau tidak langsung dengan proses pembelajaran, seperti tata letak tempat
duduk, disiplin peserta didik di kelas, interaksi peserta didik dengan sesamanya, interaksi peserta
didik dengan guru, jam masuk dan keluar untuk setiap sesi mata pelajaran, pengelolaan sumber
belajar, pengelolaan bahan belajar, prosedur dan sistem yang mendukung proses pembelajaran,
lingkungan belajar, dan lain-lain.

Guru juga memiliki peran sebagai contoh teladan dalam pelaksanaan disiplin. Teladan
guru sangat berperan dalam menentukan kedisiplinan siswa karena guru dijadikan teladan dan
panutan oleh para siswanya. Guru harus memberi contoh baik yang sesuai antara kata dengan
perbuatan. Dengan teladan guru yang baik, kedisiplinan siswa pun akan ikut baik. Jika teladan
guru kurang baik (kurang disiplin), para siswa pun akan kurang disiplin. Maka, guru harus
menyadari bahwa perilakunya akan dicontoh dan diteladani siswanya, hal inilah yang
mengharuskan guru mempunyai kedisiplinan yang baik agar para siswa pun mempunyai disiplin
yang baik pula.

Disiplin sangat penting untuk ditanamkan dalam diri siswa. Disiplin merupakan prasyarat
pembentukan sikap, dengan tertanamnya kedisiplinan maka siswa diantarkan menjadi siswa yang
sukses karena disiplin merupakan dorongan untuk menjadi orang sukses. Disiplin yang dimiliki
oleh siswa akan membantu siswa dalam tingkah laku sehari-hari, baik di rumah maupun di
sekolah. Aturan di sekolah juga dapat dilaksanakan dengan baik apabila siswa sudah
membiasakan untuk bersikap disiplin.
Ada 2 faktor penyebab timbulnya tingkah laku dislipin yaitu kebijaksanaan aturan itu
sendiri dan pandangan seseorang terhadap nilai itu sendiri. Aturan dibuat untuk dilaksanakan
agar tujuan yang diinginkan bisa tercapai. Tidak semua orang setuju dengan aturan yang dibuat.
Jika aturan dianggap baik, maka kita mau melaksanakan aturan yang ada. Sebaliknya, jika
peraturan yang dibuat dianggap tidak baik, maka kita tidak mau menaati peraturan yang dibuat.
Aturan yang tidak memiliki sanksi tegas akan membuat orang tidak mematuhi aturan yang ada.
Sebaliknya, aturan yang tegas akan membuat orang mematuhinya.

Sanjaya (2005:9) mengemukakan bahwa disiplin adalah hal yang sangatlah diperlukan
bagi setiap siswa, dengan adanya disiplin belajar, tujuan pendidikan akan lebih mudah tercapai.
Dari kutipan di atas dapat dilihat bahwa tujuan disiplin ditanamkan dalam diri siswa adalah
memudahkan tercapainya tujuan pendidikan. Yang dimaksud dengan tujuan pendidikan adalah
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Kemdiknas : 2003).

PEMBAHASAN

Guru adalah orangtua siswa saat di sekolah. Hal itu berhubungan dengan perannya untuk
membentuk karakter siswa maka guru dituntut untuk sungguh-sungguh menjalankan perannya
tersebut. Menurut Sinamo (2010:8), guru sebagai teladan dalam pembentukan karakter memiliki
karakteristik sebagai berikut: 1) Guru harus mengetahui karakter apa saja yang harus
dimiliki oleh setiap peserta didik, 2) Guru harus meneladani teladan seluruh alam yaitu
Allah sang pencipta. Ketika guru mengikut teladan Kristus maka guru tersebut akan mampu
menjadi teladan yang baik bagi anak didiknya, 3) Guru harus benar-benar mengetahui
prinsip-prinsip keteladanan. Bahwa keteladanan dimulai dari diri sendiri, 4) Guru harus
mengetahui tahapan perkembangan siswa sehingga mampu memilih metode pembelajaran yang
tepat untuk mendidik karakter anak didiknya. Setelah guru benar-benar mempunyai karakteristik
terseubut, barula guru tersebut dapat mendidik dengan baik siswanya untuk belajar disiplin.

Setelah siswa dididik untuk disiplin, ada 2 kemungkinan. Pertama, siswa tersebut menjadi
siswa yang disiplin. Kedua, siswa tersebut belum memiliki sikap disiplin. Dari kedua hasil
tersebut, guru dapat melakukan evaluasi. Slameto (2013: 51-52) mengemukakan bahwa evaluasi
merupakan bagian mutlak dari pengajaran, dan sebagai unsur integral di dalam organisasi belajar
yang wajar. Evaluasi sebagai suatu alat untuk mendapatkan cara-cara melaporkan hasil-hasil
pelajaran yang dicapai, dan dapat memberi laporan tentang siswa kepada siswa itu sendiri, serta
orangtuanya. Dapat pula evaluasi dipakai untuk menilai metode mengajar yang digunakan dan
untuk mendapatkan gambaran komprehensif tentang siswa sebagai perseorangan, dan dapat juga
membawa siswa pada taraf belajar yang lebih baik. Jadi, dengan evaluasi dari guru serta didikan
orangtua pendidikan karakter pada siswa dapat lebih baik khususnya kedisiplinan mereka.

Ada juga fakor penndukung dan penghambat yang mempengaruhi kedisiplinan.

1. Faktor pendukung kedisiplinan


Faktor pendukung untuk meningkatkan sebuah kedisiplinan siswa bisa berupa
hadiah sebagai apresiasi dan hukuman sebagai sanksi yang melanggarnya. Siswa yang
disiplin baik di dalam kelas maupun di lingkungan sekolah tentunya guru tidak segan
memberikan hadiah. Hadiah bisa berupa senyuman, pujian dan tepuk tangan. Hadiah
yang lebih besar juga bisa berupa uang pembinaan dan bisa berupa barang seperti tas
maupun perlengkapan alat tulis sekolah. Adanya hadiah tentunya siswa lebih terpacu
untuk meningkatkan kedisiplinannya. Adanya hukuman sebagai sanksi juga sangat
berperan guna mengatur pola maupun tingkah laku siswa agar selalu tertib dalam
melaksanakan sebuah kedisiplinan.
2. Faktor penghambat kedisiplinan
Faktor penghambat dalam adalah faktor anak itu sendiri. Dalam menanamkan
kedisiplinan faktor anak juga perlu diperhatikan mengingat memiliki potensi dan
kepribadian yang berbeda-beda antara satu dengan yang lain. Pemahaman terhadap
individu anak secara cermat dan tepat akan berpengaruh terhadap keberhasilan
penanaman kedisiplinan.

Pentingnya penanaman kedisiplinan didalam sekolah. Kedisiplinan penting dilakukan


baik disekolah maupun di luar sekolah. Sebuah kedisiplinan akan menentukan sebuah
kesuksesan seseorang. Asmani (2009) mengemukakan bahwa disiplin adalah simbol konsistensi
dan komitmen seseorang dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya secara maksimal.
Kedisiplinan siswa juga akan mempengaruhi hasil belajar siswa di dalam sekolah. Seperti siswa
disiplin dalam mengerjakan PR, siswa disiplin dalam kebersihan, siswa disiplin dalam beribadah
dan siswa disiplin dalam menghargai waktu. Tentunya siswa yang disiplin tersebut akan
membuat semangat dalam belajar tumbuh dan berkembang, dibanding dengan siswa yang
pemalas dan belum sadar akan sebuah kedisiplinan membuat siswa sering melanggar peraturan
yang ada, alhasil kemampuan dalam belajar juga berkurang. Kedisiplinan sejak dini perlu
dilakukan guna mempersiapkan mental siswa menjadi kepribadian yang baik.

Menurut saya, guru adalah orangtua siswa di sekolah. Karakter siswa secara dasar
memang dapat terbentuk karena didikan oragtuanya di rumah. Namun, guru dapat membantu
agar karakter siswa tersebut lebih terbentuk melalui apa yang diajarkan di sekolah. Contohnya,
karakter kedisiplinan. Guru harus bisa menjadi teladan bagi siswanya. Contohnya saja, guru
masuk kelas tepat waktu dan mengakhiri kegiatan belajar mengajar juga harus tepat waktu.
Dengan begitu, siswa akan menerapkan sikap disiplin di setiap kegiatannya.

PENUTUP

Kedisiplinan merupakan salah satu pendidikan karakter bagi siswa. Siswa dapat disiplin
dengan bantuan dari didikan orangtua serta bimbingan dan evaluasi dari guru. Guru yang
mendidik siswa tersebut pun harus mempunyai karakteristik yang baik terlebih dahulu agar dapat
menjadi teladan bagi siswanya, Dengan begitu maka sikap disiplin siswa dapat terbentuk dengan
baik.

Ada 2 faktor yang mempengaruhi kedisiplinan siswa, yaitu faktor pendukung dan
penghambat. Faktor pendukung dalam kedisiplinan adalah adanya sebuah hadiah kepada siswa
yang berprestasi baik di bidang akademik maupun non akademik. Pemberian hadiah
dimaksudkan agar siswa lebih terpacu bersemangat di sekolah. Siswa yang berprestasi dan siswa
yang memiliki kedisiplinan dengan baik akan diberikan sebuah hadiah dari sekolah maupun dari
guru kelasnya. Hadiah bisa berupa uang maupun barang seperti alat tulis dan buku sekolah.
Selain adanya pemberian hadiah tentunya adanya sebuah hukuman sebagai sanksi siswa yang
melanggar sebuah peraturan di sekolah. Adanya hukuman tersebut tentunya demi menjaga
tingkah laku siswa agar lebih baik. Hukuman yang diberikan juga sangat adil dan tidak
memberatkan siswa karena sudah disetujui dari beberapa pihak. Faktor penghambat kedisiplinan
siswa adalah faktor internal dari siswa itu sendiri. Dalam menanamkan kedisiplinan, faktor anak
juga perlu diperhatikan, mengingat siswa mempunyai potensi dan kepribadian yang berbeda-
beda antara satu dengan yang lain. Pemahaman terhadap individu anak secara cermat dan tepat
akan berpengaruh terhadap keberhasilan penanaman kedisiplinan.

Kedisiplinan sangatlah penting bagi para siswa, disiplin bukan hanya untuk menjalankan
segala aturan sesuai dengan waktunya melainkan untuk meningkatkan tingkat keberhasilan yang
tinggi. Contohnya disiplin waktu, seorang siswa yang menjalankan aktivitas dengan disiplin ia
cenderung akan menghargai waktu dan mengerjakan tugas sesuai waktu yang ditetapkan.
Disiplin dalam belajar, siswa akan membagi jadwal belajar dengan efektif, sehingga dalam
menjalankan aktivitas belajar, siswa bisa membagi mana yang diprioritaskan terlebih dahulu.
Untuk itu siswa dituntut untuk menjadikan kedisiplinan sebagai budaya dalam meraih
keberhasilan. Dalam kebersihan juga terlihat ketika siswa disiplin dalam membuang dan
mengelola sampah agar lebih bermanfaat.

DAFTAR PUSTAKA

Asmani (2009). “Pengertian Disiplin.” file:///C:/Users/HP/Downloads/656-1490-1-PB.pdf.


Diakses 18 Mei 2020 pukul 13.02 WIB

Doyle (dalam Danim : 2002). “Dua Peran Guru dalam Pembelajaran.”


file:///C:/Users/HP/Downloads/656-1490-1-PB.pdf.
Diakses 17 Mei 2020 pukul 11.32 WIB

Huda (2010). “Pengertian Disiplin.” file:///C:/Users/HP/Downloads/656-1490-1-PB.pdf.


Diakses 17 Mei 2020 pukul 11.32 WIB

Kemdiknas (2003). “Tujuan Pendidikan Nasional.”


https://id.wikipedia.org/wiki/Tujuan_pendidikan.
Diakses 17 Mei 2020 pukul 12.35 WIB

Sanjaya (2005 : 9). “Pengertian Disiplin.” https://www.seputarpengetahuan.co.id/2017/08/20-


pengertian-disiplin-menurut-para-ahli.html.
Diakses 17 Mei 2020 pukul 12.00 WIB
Sinamo (2010 : 8). “Karateristik Guru Teladan dakam Pembentukan Karakter.”
http://eprints.ums.ac.id/47883/1/naskah%20publikasi.pdf.
Diakses 18 Mei 2020 pukul 11.03 WIB

Slameto (2013: 51-52). “Pengertian Evaluasi.” http://eprints.ums.ac.id/47883/1/naskah


%20publikasi.pdf.
Diakses 18 Mei 2020 pukul 11.10 WIB

Sutisna (1986 : 96-97). “Penyebab Terwujudnya Kedisiplinan.”


http://jurnal.uinsu.ac.id/index.php/ihya/article/view/1467/1196.
Diakses 17 Mei 2020 pukul 11.28 WIB

Anda mungkin juga menyukai