Anda di halaman 1dari 15

Mini Riset

MK. Ilmu Sosial Budaya Dasar


Prodi S1 PGSD – Fakultas Ilmu
Pendidikan

Skor Nilai :

Disusun Oleh :

Nama Mahasiswa : Nisa Fitriyana hasibuan (11)


NIM : 1191111012
Kelas : regular A
Dosen Pengampu :Drs. Sri Wiratma,M.Si

JURUSAN PENDIDIKAN PRA SEKOLAH DAN SEKOLAH DASAR


PRODI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2022
“ PENGARUH KETELADANAN GURU TERHADAP SIKAP DISIPLIN SISWA”

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang masalah

Pendidikan sering diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai
dengan nilai-nilai dalam masyarakat dan kebudayaan. Dengan berkembangnya, istilah
pendidikan atau paedagogik berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan atau
penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental.Dalam proses pendidikan tentu adanya seorang
guru yang mengajar dan memberikan sebuah bimbingan kepada peserta didik. Guru adalah
tenaga pendidik yang memberikan sejumlah ilmu pengetahuan pada anak didik disekolah. Guru
menuntut kepada siswa agar dapat mematuhi kedisiplinan yang telah diterapkan oleh sebuah
sekolah, tetapi dibalik itu guru sebagai pendidik dan pengajar juga dituntut agar dapat disiplin
dalam menjalankan peran dan tugasnya. Proses pendidikan itu akan berjalan lancar dan nyaman
jika komponen yang ada di dalamnya dapat melakukan tugasnya masing-masing secara tertib dan
sesuai dengan peraturan.

Guru sebagai pusat proses pendidikan memegang peranan penting dalam menerapkan
kedisiplinan agar tidak terjadi pelanggaran kedisiplinan yang akan merugikan segala aspek.

Usia sekolah yang merupakan usia dimana anak akan memperoleh pengalaman luar dan mereka
harus beradaptasi sebisa mungkin dengan norma dan peraturan yang berlaku dimana mereka
berinteraksi. Banyak aspek kedisiplinan yang sengaja dibuat dan diterapkan disebuah lembaga
pendidikan guna menjaga peserta didik tetap berada di koridor yang benar menurut peraturan dan
norma, contohnya saja kedisiplinan dalam berpakaian, kedisiplinan waktu, kedisiplinan
kebersihan dan lain-lain. Sikap disiplin seorang anak biasanya akan mengikuti atau mencontoh
dari seseorang yang lebih dewasa darinya, seperti orangtua dan saudara yang lebih tua didalam
keluarga, ibu dan bapak guru di lingkungan sekolah dan para tokoh-tokoh masyarakat
dilingkungan tempat tinggalnya. Seorang anak akan sangat cepat menangkap atas apa yang dia
lihat, kemudian itulah yang akan ditirunya. Seperti halnya, guru yang ada disekolah. Guru
sebagai seorang pengajar sekaligus sebagai seorang pendidik. Guru tidak hanya mengajarkan
materi pelajaran kepada siswa, namun guru juga harus mendidik siswanya untuk dapat memiliki
karakter yang baik, disiplin, bermoral dan berakhlak mulia, salah satunya dengan cara menjadi
teladan bagi siswanya. Ingatkan “Guru itu digugu dan ditiru”.

Guru diartikan oleh Sofyan sebagai orang yang telah dewasa yang memberikan ajaran, latihan
dan bimbingan sesuai dengan hak dan kewajibannya serta bertanggung jawab terhadap si
terdidik. Seorang guru yang memiliki perangai yang baik, sopan, bijaksana disiplin dan
berwibawa akan memiliki kesan yang kuat didalam ingatan muridnya. Sikap-sikap itulah yang
akan digugu dan ditiru muridnya. Begitupun sebailiknya, jika seorang guru memiliki perangai
yang buruk, kasar, tidak bertanggung jawab, dan tidak disiplin maka akan memberikan contoh
negative bagi muridnya. Pasti dulu ketika anda masih dibangku sekolah dasar atau menengah,
anda pernah mendengar atau mengatakan, “ah…biar saja, toh ibu atau bapak guru juga begitu”.
Ini merupakan hasil dari sikap dan tindakan guru yang telah ditiru oleh siswanya.Keteladanan
adalah suatu yang dipraktikan, diamalkan, bukan hanya dikhutbahkan, dituliskan, dan
diperjuangkan. Karena tugas seorang guru adalah mengajar sekaligus mendidik, maka
keteladanan dari seorang guru menjadi harga mati yang tidak bisa ditawar. Dari makna
keteladanan yang disampaikan diatas, menunjukkan bahwa guru adalah sosok yang tidak bisa
membuang tugas dan tanggungjawabnya sebagai seorang guru dimana pun dia berada.
Keteladanan akan menjadikan seseorang terpacu untuk dapat mengikuti jejaknya.

Namun dalam faktanya saat ini, keteladanan seorang guru seolah telah tersapu oleh zaman ini.
Sudah jarang kita menemukan guru yang benar-benar dapat menjadi teladan yang baik bagi
siswanya. Disekolah guru melakukan hal-hal yang tak sepantasnya dilakukan. Seperti memaki,
menghukum, memukul, tidak disiplin dan tidak bertanggungjawab. Guru dengan sosok seperti
ini sudah tidak mencerminkan seorang guru yang sejati.

Hal ini menimbulkan kecemasan. Bagaimana bisa seorang guru yang seharusnya menjadi teladan
dan contoh yang baik bagi muridnya, yang telah diberi amanat oleh orangtua siswa dan bahkan
Negara untuk mendidik anak bangsa agar menjadi generasi yang berkarakter bisa melakukan hal-
hal yang berdampak bagi perubahan karakter anak kea rah negative? Dalam tujuan nasional
pendidikan telah diamanatkan kepada guru untuk mengembangkan potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta
bertanggung jawab. Tujuan itu tidak akan dapat tercapai tanpa adanya usaha dan kerjakeras
seorang guru untuk mewujudkannya, karena gurulah yang setiap harinya mengajar dan mendidik
siswa disekolah.

1.2 Rumusan Masalah

“ Apakah ada pengaruh keteladanan guru terhadap sikap disiplin siswa”

1.3 Tujuan Riset

Untuk mengetahui pengaruh keteladanan guru terhadap kedisiplinan siswa serta kesadaran guru
tersebut dalam membimbing dan membina siswa.

1.4 Pelanggaran

Kurangnya kesadaran guru terhadap tugas dan tanggungjawabnya. Seorang guru yang
mengetahui dan menyadari tugasnya sebagai seorang guru yang tidak hanya pengajar namun
mendidik, akan memberikan pelayanan terbaiknya sebagai seorang guru yang bertanggung
jawab. Guru tidak menjadi contoh yang baik bagi siswa guru terlambat dalam masuk ke kelas
dan tidak menggunakan pakaian yang sesuai seharusnya guru harus mempu menjadi contoh yang
baik bagi siswa nya untuk selalu datang tepat waktu dan menggunakan pakaian yang rapi dan
sopan.
BAB II PENYAJIAN DATA DAN PEMBAHASAN

2.1 Penyajian Data

Menurut hasil pengamatan saya di SD dekat rumah saya, saya melihat bahwasannya ada seorang
guru yang suka terlambat masuk ke kelas dan juga tidak berpakaian rapi , murid selalu datang
lebih dahulu di banding ibu guru tersebut. Alhasil kelas tidak ada yang mengontrol , kelas ribut ,
rusuh dan juga tidak teratur dan bahkan ada beberapa anak yang juga terlambat dan tidak
berpakaian rapi dari yang saya lihat guru tersebut memiliki kesadaran yang kurang terhadap
tugas dan tanggungjawabnya. Seorang guru yang mengetahui dan menyadari tugasnya sebagai
seorang guru yang tidak hanya pengajar namun mendidik, akan memberikan pelayanan
terbaiknya sebagai seorang guru yang bertanggung jawab dan berusaha membina dan
membimbing siswa nya dengan baik serta mampu menjadi figur atau contoh atau role model bagi
siswa nya sehingga senantiasa memperhatikan dan mempertimbangkan setiap perbuatan atau
langkah yang akan diambil agar mampu menciptakan siswa yang berkualitas guru yang positif
akan menghasilkan siswa yang positif juga begitupun sebaliknya. guru yang sering telat datang
ketika jam pelajaran secara tidak lansung memberikan contoh kepada siswanya untuk ikut tidak
disiplin. Ketika siswa datang tepat waktu, guru malah terlambat tanpa menjelaskan alas an
keterlambatannya kepada siswa . Akibatnya pada waktu selanjutnya, siswa pun akan ikut telat
atau sengaja datang terlambat karena sudah tahu bahwa gurunya pasti akan datang terlambat.
Ketika siswanya ikut meniru apa yang dilakukan guru, tidak salah lagi, siswa akan diberi
hukuman. Dari berbagai penjelasan diatas dapat kita simpulkan bahwa keteladanan guru akan
sangat berdampak pada karekter disiplin siswa.

2.2 Pembahasan

A. Disiplin

Pengertian Disiplin Dalam kamus besar bahasa Indonesia (1997:237) disiplin mempunyai
arti: 1). Tata tertib (di sekolah, kemiliteran, dll), 2). Ketaatan (patuh) pada aturan.Ada dua
pengertian disiplin yang dapat kita lihat dari pengertian dalam kamus tersebut. Pertama disiplin
berlaku sebagai suatu sarana yang berupa tata tertib, peraturan atau norma, dimana aturan
tersebut dibuat dan digunakan untuk dapat menciptakan disiplin sebagaimana dalam pengertian
kedua yaitu sebagai suatu sikap mental yang menunjukkan adanya ketaatan atau kepatuhan pada
peraturan-peraturan yang berlaku.

Mursal Tahir dalam Nurcholish (2004:134), mendefinisikan bahwa disiplin sebagai suatu
bimbingan kearah perbaikan melalui pengarahan, penerapan dan pemaksaan.
Menurut Verhoeven dan Carrallo disiplin dari kata latin discipilus yang berarti siswa atau murid.
Poerwadarminta mendefinisikan disiplin adalah “latihan watak dan batin agar segala perubahan
seseorang sesuai dengan peraturan yang ada.
Sasaran Pembinaan dan pendidikan ialah individu manusia-manusia dengan segala aspeknya
sebagai suatu keseluruhan. Semua aspek ini diatur, dibina dan dikontrol hingga pribadi yang
mersangkutan mampu mengatur dirinya sendiri. Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa
tujuan pembinaan dan pendidikan pribadi ialah mencapai disiplin diri, untuk mencapai tujuan
disiplin dibutuhkan sarana dan cara tertentu yaitu tenaga pendidik dengan metode pembinaannya
masing-masing.
Pengertian Disiplin dalam pedoman Gerakan Disiplin Nasional (Depdikbud, 1998:4), disiplin
adalah ketaatan terhadap peraturan dan norma yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara, yang dilaksanakan secara sadar dan ikhlas lahir dan bathin, sehingga
timbul rasa malu terkena sanksi dan rasa takut terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Selanjutnya Sukardi (1995:150) menyebutkan pengertian disiplin adalah sikap mental yang
mengandung kerelaan mematuhi ketentuan, peraturan dan norma yang berlaku dalam
menunaikan tugas atau tanggung jawab. Pengertian disiplin juga dikemukakan oleh Cece Wijayu
dan Tabrani Rusyan (1991:18) bahwa disiplin adalah sesuatu yang terletak di dalam jiwa
seseorang, yang memberikan dorongan bagi orang yang bersangkutan melakukan sesuatu atau
tidak melakukan sesuatu sebagaimana ditetapkan oleh norma dan peraturan yang berlaku.
Dari uraian beberapa pengertian di atas, dapat dipahami bahwa disiplin memiliki dua hakikat,
yaitu:1. Adanya kemampuan dan motivasi dari dalam diri sendiri untuk mengendalikan diri,
sehingga memiliki sikap taat dan patuh pada peraturan yang berlaku.2.Adanya kemampuan atau
motivasi dari luar dengan sukarela, sadar dan teguh hati menerima tata nilai lingkungan guna
menentukan perilakunya.

Macam-macam Disiplin
Menurut Instruksi Presiden No 12 Tahun 1982 tentang pendidikan politik bagi generasi muda
(Sukardi, 1995:156), disiplin terbagi menjadi tiga macam yaitu a). disiplin pribadi, b). disiplin
sosial dan c). disiplin Nasional.

1. Disiplin pribadi adalah disiplin yang dimulai dari diri sendiri, diberlakukan terhadap diri
sendiri, berkenaan dengan segala hal, baik yang sifatnya pribadi maupun yang berhubungan
dengan manusia lainnya. Disiplin pribadi ini sangat berpengaruh terhadap kepribadian individu,
yaitu dalam pembentukan sikap hidup kerja keras. Di mana seseorang yang memiliki disiplin
pribadi akan selalu mengerahkan seluruh kemampuannya secara optimal dalam rangka mencapai
suatu tujuan yang diinginkannya.
2. Disiplin sosial adalah ketaatan seseorang terhadap aturan-aturan atau norma-norma yang
berlaku dalam masyarakat. Disiplin social ini apabila telah dimiliki oleh warga masyarakat
secara keseluruhan, maka akan dapat membantu terciptanya kehidupan yang selaras, serasi dan
seimbang dalam segala aspek kehidupannya.
3. Disiplin nasional adalah berupa ketaatan terhadap hokum, norma-norma kewajiban yang
telah ditetapkan di suatu Negara bagi seluruh warganya. Disiplin nasional sangat diperlukan
dalam membina ketahanan nasional. Apabila seluruh warga Negara telah berdisiplin nasional,
maka ketahanan nasional bangsa itu akan kuat, sehingga dapat dipastikan terpeliharanya
kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara. Hal ini karena pembangunan nasional di segala
bidang berjalan dengan lancar, aman dan sukses.

Ketiga macam disiplin nasional tersebut memiliki keterkaitan, sehingga tidak dapat dipisahkan
satu sama lainnya. Disiplin nasional lahir dengan adanya disiplin social dalam seluruh lapisan
masyarakat. Disiplin social hanya aka nada jika setiap warga Negara memiliki disiplin pribadi,
dengan kata lain disiplin pribadi akan menumbuhkan disiplin sosial, dan keduanya merupakan
bibit bagi pertumbuhan disiplin nasional.

Pembentukan Disiplin

Dalam konteks pembelajaran di lembaga pendidikan, pembentukan disiplin lebih mengarah


kepada tingkah laku yang mengikuti seorang pimpinan seperti orang tua, guru atau orang dewasa
lainnya, disiplin seringkali dikaitkan dengan saat di mana anak melanggar aturan atau kebiasaan
pada lingkungan di mana ia berada.
Pada dasarnya, disiplin merupakan proses pengarahan atau pengabdian kehendak-kehendak
langsung, dorongan, keinginan atau kepentingan kepada suatu cita-cita atau tujuan tertentu untuk
mencapai efek yang lebih besar. Prijodarminto dalam Nurcholish (2004:138) membagi disiplin
ke dalam tiga aspek yaitu:
Pertama, sikap mental (Mental attitude) merupakan sikap taat dan tertib sebagai hasil atau
pengembangan dari latihan, pengendalian pikiran dan watak
Kedua, pemahaman yang baik mengenai sistem aturan perilaku, norma, kriteria dan standar yang
sedemikian rupa sehingga pemahaman tersebut membutuhkan pengertian yang mendalam atau
kesadaran, bahwa ketaatan akan aturan atau norma, kriteria dan standar tersebut merupakan
syarat
Ketiga, sikap kelakuan secara wajar mewujudkan kesungguhan hati untuk mentaati segala hal
secara cermat dan tertib.
Disiplin merupakan hasil pembinaan dan pendidikan yang melibatkan sejumlah Pembina dengan
metode tertentu serta berlangsung dalam tempat dan waktu tertentu. Semua ini merupakan latar
belakang terbentuknya disiplin diri. Mendidik seseorang untuk mencapai disiplin diri tidak
berarti bersikap permisif terus menerus, dalam situasi tertentu pendidik harus bersikap tegas.
Sikap seperti ini sering menimbulkan kebingungan, agar peserta didik tidak mengalami
keraguan, pendidik perlu memberikan batas-batas tingkah laku yang diharapkan.
Hendaknya para pendidik tidak hanya mengajarkan peserta didik dengan pengetahuan konseptual
tentang disiplin diri. Teori perlu dilengkapi dengan tindakan nyata, orang akan merasa lebih
yakin jika dikatakan sungguh-sungguh tampak pula dalam perbuatan. Keteladanan diawali
dengan hal-hal yang kecil dan sederhana sampai pada tingkat yang rumit. Konsistensi perkataan
dan perbuatan pendidik akan menambah kepatuhan terdidik.

B. Guru

Pengertian Guru

Guru “adalah tokoh yang paling utama dalam membimbing anak di sekolah dan
memperkembangkan anak didik agar mencapai kedewasaan” (Poerwadarminta, 1984:72). Oleh
sebab itu, hal yang pertama diperhatikan guru agar dapat menarik minat anak didik penampilan
guru harus mampu menjadi seseorang yang berkesan dan berwibawa.
Sehubungan dengan itu, guru sebagai tenaga professional memerlukan pedoman atau kode etik
guru agar terhindar dari segala bentuk penyimpangan. Kode etik menjadi guru yang memegang
keprofesionalannya sebagai pendidik akan selalu berpegang pada kode etik guru. Sebab kode
etik ini sebagai salah satu ciri yang harus ada pada profesi itu sendiri (Sardiman; 2000:149).
Penampilan seorang guru sangat mempengaruhi sikap mental pribadi anak didik, karena guru
merupakan teladan bagi anak didik, sehingga semua gerakan dan tindakannya akan diamati
bahkan ditiru oleh siswa.
Menurut Poerwadarminta (1997:330); Guru adalah orang yang pekerjaannya (mata
pencahariannya) mengajar. Disini guru diartikan sebagai orang yang mencari nafkah dengan cara
mengajar atau memberikan pelajaran baik berupa ilmu pengetahuan maupun latihan atau ajaran
lainnya yang berkenaan dengan akhlak atau budi pekerti.
Pengertian lain dikemukakan oleh Hery Noer Ali (1999:93) bahwa orang yang menerima amanat
orang tua untuk mendidik anak itu disebut guru. Disini Noer Ali berpendapat bahwa guru
adalah wakil dari orang tua yang bertanggung jawab terhadap seorang anak yang dititipkan oleh
orang tuanya di suatu lembaga pendidikan.
Menurut Ngalim Purwanto (1992:166) bahwa istilah guru sekarang sudah mendapat arti yang
lebih luas lagi dalam masyarakat. Semua orang yang pernah memberikan suatu ilmu atau
kepandaian tertentu kepada seseorang atau kelompok orang dapat disebut guru, misalnya guru
silat, guru mengetik, guru menjahit bahkan guru mencopet dan sebagainya.
Istilah pendidik juga dipakai oleh Sutari Imam Barnadib seperti dikutip Hery Noer Ali dalam
bukunya Ilmu Pendidikan Islam (1999:81) bahwa pendidik adalah tiap orang dengan sengaja
mempengaruhi orang lain untuk mencapai kedewasaan.
Dari berbagai pengertian tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa guru adalah orang yang telah
dewasa yang memberikan ajaran, latihan dan bimbingan sesuai dengan hak dan kewajibannya
serta bertanggung jawab terhadap si terdidik.

Tugas dan Peranan Guru


Uhbiyati (1997;71) mendefinisikan bahwa guru adalah “orang yang bertanggung jawab
memberikan bantuan kepada anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya agar
mencapai kedewasaan”.
Seseorang yang dikatakan dewasa harus memiliki jiwa kepemimpinan dan dapat dicontoh oleh
orang lain yaitu kepemimpinan dan dapat dicontoh oleh orang lain yaitu siswa. Bersifat sabar,
disiplin, sopan dan ramah, hal yang penting adalah dapat mengendalikan gejolak emosionalnya,
Orang dewasa akan senantiasa tidak emosional, tetapi lebih rasional, bijak dan realistis dalam
berbagai tindakan dan perbuatannya.
Dengan melihat pengertian guru tersebut diatas, dapat dipahami bahwa guru tidak hanya
bertugas untuk mengajar saja, akan tetapi bertanggung jawab terhadap tugas-tugas lainnya yang
berkaitan dengan predikatnya sebagai seorang guru.
Peters (1991:23) menyebutkan bahwa ada tiga tugas dan tanggung jawab guru yakni: a). guru
sebagai pengajar, b). guru sebagai pembimbing, c). dan guru sebagai administrator kelas.
Sebagai pengajar, guru bertugas merencanakan dan melaksanakan pengajaran sesuai dengan
program yang telah ditentukan. Sebagai pembimbing guru bertugas memberi bantuan pada siswa
dalam pemecahan masalah yang dihadapinya. Disini guru bertugas sebagai pendidik yang tidak
hanya berkenaan dengan penyampaian ilmu pengetahuan, tetapi juga menyangkut
pengembangan kepribadian dan pembentukan nilai-nilai para siswa. Dan sebagai administrator
kelas, guru bertugas dan bertanggung jawab dalam ketatalaksanaan pada umumnya.
Adapun tugas guru menurut Ahmad D Marimba (1974:38) bahwa tugas guru adalah
membimbing si terdidik serta mencari pengenalan terhadap si terdidik terhadap kebutuhan dan
kesanggupannya. Salah satu tugas lainnnya yang penting adalah menciptakan situasi untuk
pendidikan.
Yang dimaksud dengan situasi pendidikan adalah suatu keadaan dimana tindakan-tindakan
pendidikan dapat berlangsung dengan baik dengan hasil yang memuaskan.
Demikian banyak dan berat tugas yang diemban oleh seorang guru, namun demikian tugas
tersebut merupakan suatu tugas yang harus diakui dan tidak disia-siakan oleh siapa pun.

Kedisiplinan Guru Dalam pembentukan Akhlak Siswa

Disiplin bagi guru merupakan salah satu ketentuan atau peraturan yang wajib diikuti dan ditaati.
Baik yang dilaksanakan tugas profesionalnya maupun dalam pergaulan sehari-hari
Guru merupakan figur peserta didik karena dapat membimbing siswa pada saat
proses pembelajaran berlangsung di dalam dan diluar ruang belajar, maka guru dituntut untuk
selalu bertindak professional dalam penanaman, pengembangan, pelatihan nilai-nilai
pengetahuan. Disiplin bagi guru merupakan syarat mutlak dalam mendidik sebagai konsekuensi
dari peranan profesi tersebut. Maka guru lebih dituntut meningkatkan kompetensinya yang akan
menentukan masa depan pembelajaran peserta didik.
Andreas Harefa memperjelas kedudukan disiplin dan peran guru kedalam sepuluh bagian:
Pertama, Guru adalah pendamping utama kaum pembelajar, orang-orang muda dan benih-benih
kehidupan di masa depan dalam proses menjadi pemimpin. Kedua, Guru memainkan peran
sebagai aktor/aktris pendamping pembantu yang membuat pemimpin Nampak
“bercahaya”. Ketiga, Sebagai Aktor/Aktris utama sekaligus membesarkan hati para pembelajar
untuk sementara menjadi “figuran”. Keempat, Guru adalah “Aktor Intelektual yang selalu ada di
belakang layar perubahan. Kelima, Guru dirasakan kehadirannya, ia dikenal luar justru karena
tidak menganggap penting lagi popularitas, kedudukan dan kekuasaan. Keenam, Guru memulai
proses-proses yang bersifat transformasi total Ketujuh Guru sudah tidak lagi tertarik pada hal-hal
yang berkaitan langsung dengan kehidupan di dunia ini sebab ia mengarahkan hidupnya pada
“kehidupan di dunia yang akan dating” Kedelapan, Guru menaruh minat pada penyelarasan
”Spiritualisasi hati nurani” dengan “rasionalitas akal budi” dan aktivitas. Kesembilan Kebutuhan
utama sang guru adalah aktualisasi, orientasi-dekorasi diri Kesepuluh, Guru belajar dari dirinya
sendiri, ketika pemimpin belajar pada semua orang dan terinspirasi oleh matahari, air atau alam
semesta, sedangkan pembelajar belajar pada idolanya, tokoh-tokoh yang dikaguminya.
Guru memegang peranan penting dalam pendidikan formal di sekolah. Sebagai pendidik dan
pengajar guru langsung bersentuhan dengan kehidupan pribadi siswa yang beragam, guru sering
dijadikan teladan oleh para siswa, bahkan tidak jarang dijadikan sebagai tokoh identifikasi guru.
Sebab itu guru harus dan perlu memiliki perilaku yang memadai untuk dapat mengembangkan
diri siswa secara utuh.
Sebagai pendidik, guru tidak hanya bertanggung jawab terhadap penyampaian materi pelajaran
atau ilmu pengetahuan kepada siswanya, tetapi lebih dari itu ia juga bertanggung jawab dalam
perkembangan kepribadian dan pembentukan nilai-nilai moral dan budi pekerti atau akhlak
siswanya.
Guru dituntut untuk menjaga wibawanya dihadapan siswanya dengan cara disiplin dan
menghindari diri dari segala hal yang dapat merusak citranya, karena perilaku guru tersebut
dapat membawa pengaruh yang besar terhadap perilaku anak didiknya.
Berbicara mengenai kehidupan guru, Cece Wijaya dan Tabrani Rusyan mengemukakan beberapa
indikator untuk membina dan melaksanakan kedisiplinan dalam proses pendidikan agar mutu
pendidikan meningkat, antara lain dengan melaksanakan tata tertib dengan baik, taat terhadap
kebijakan yang berlaku, menguasai diri dan pandai mengintrospeksi diri.
Ada yang menyebutkan bahwa peradaban suatu bangsa sangat ditentukan oleh akhlak
masyarakat bangsa tersebut. Guru sebagai penanggung jawab pendidikan dalam masyarakat
dituntut agar dapat menjaga wibawa, berdisiplin dan memperlihatkan akhlak yang baik sebagai
contoh yang harus diikuti oleh para siswanya. Apabila teladan yang diberikan oleh guru tersebut
baik, maka akhlak yang mulia akan tersebar dalam kepribadian para siswa. Dengan demikian
masyarakat tersebut dapat dikatakan sebagai masyarakat yang memiliki peradaban.
Peran penting guru dalam pembentukan perilaku atau akhlak peserta didik dapat kita lihat dalam
pedoman penciptaan suasana sekolah yang kondusif dalam rangka pembudayaan budi pekerti
luhur bagi warga sekolah (Depdiknas, 2003:24-25) : antara lain; …”Guru memiliki daya
pengikat yang kuat bagi peserta didiknya. Apa yang dikatakan guru akan diingat dan dituruti
oleh peserta didik karena yang dikatakan guru adalah kebaikan. Demikian juga apa yang
dilakukan guru akan dicontoh oleh peserta didiknya.
Berdasarkan teori-teori diatas, maka dapat disimpulkan bahwa disiplin guru meliputi kondisi-
kondisi yang teratur dalam pribadi guru dalam melaksanakan tugas dan fungsi yang diembannya
sebagai tenaga pendidik. Dalam mendidik guru berkewajiban membina, mengembangkan ilmu
pengetahuan dan bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta didik sesuai dengan
ketentuan zaman.

2.3 Solusi

Solusi yang tepat dalam menangani kasus atau permasalahan ini ialah seorang guru harus mampu
menyadari dan mengetahui tugas ia sebagai seorang guru dan juga harus mampu menjadi teladan
bagi siswa nya karena keteladanan dalam diri seseorang akan berpengaruh pada lingkungan
sekitarnya. Keteladanan yang diberikan tokoh masyarakat, akan memberi warna yang cukup
besar kepada masyarakat di lingkungan tempat tinggalnya. Bahkan, keteladanan itu akan mampu
merubah prilaku masyarakat di lingkunganya.

Dengan keteladanan yang ia tunjukkan, seorang tokoh dengan mudah mempengaruhi banyak
orang untuk mewujudkan suatu tujuan, tentu saja untuk tujuan yang baik.
Demikian pula halnya keteladanan bagi seorang guru, tidak saja harus ditunjukkan ketika berada
di sekolah atau di lingkungan sekolah.

Sosok guru dan profesinya melekat di mana saja mereka berada, sehingga kata ‘’guru’’ selalu
dipergunakan sebagai identitas, baik ketika guru tersebut melakukan aktivitas yang berkaitan
dengan dunia pendidikan, maupun kegiatan yang jauh dari ranah pendidikan.

Bukti bahwa identitas sebagai guru sudah melekat dengan diri seseorang yang berprofesi sebagai
guru, dapat dilihat bahwa masyarakat jarang sekali menyapa dengan sebutan nama kepada
seorang guru, melainkan dengan sapaan ‘’Pak Guru atau Buk Guru’’. Dari panggilan itu saja,
terlihat dengan jelas bahwa sosok guru memiliki kharisma tersendiri di mata orang lain dan
profesi ini sangat dihargai.

Tapi, untuk hal-hal negatif yang berkaitan langsung dengan sosok seorang guru, identitas sebagai
guru pun tetap dibawa-bawa. Sehingga tidak jarang kita baca di media, oknum pria yang
melakukan perbuatan tidak terpuji seperti pencabulan, pemerkosaan dan tindakan tidak terpuji
lainnya, judul yang diangkat media selalu membawa-bawa identitas guru itu. Misalnya, seorang
pria oknum guru memperkosa, lalu judul yang muncul di media ‘’Oknum Guru Memperkosa...’’.

Padahal, perbuatan perkosaan yang ia lakukan itu tidak punya kaitan sama sekali dengan
profesinya, dan bahkan tindakan perkosaan itu ia lakukan bukan dalam kapasitasnya sebagai
guru.Tetapi, begitulah profesi ini melekat pada diri seorang guru. Sehingga, apapun yang mereka
lakukan, tetap saja dianggap setali tiga uang dengan profesi keguruannya.
Untuk itu, kepada para guru harus menyadari bahwa mereka adalah sosok yang diteladani dan
karena keteladanannya itu, gerak-gerik seorang guru akan senanitasa diperhatikan oleh
masyarakat.
Mengingat keteladanan guru sangat diharapkan bagi anak didik, seorang guru harus benar-benar
mampu menempatkan diri pada porsi yang benar. Porsi yang benar yang dimaksudkan, bukan
berarti bahwa guru harus membatasi komunikasinya dengan siswa atau bahkan dengan sesama
guru, tetapi yang penting bagaimana seorang guru tetap secara intensif berkomunikasi dengan
seluruh warga sekolah, khususnya anak didik, namun tetap berada pada alur dan batas-batas yang
jelas.

Seorang guru bahkan harus mampu membuka diri untuk menjadi teman bagi siswanya dan
tempat siswanya berkeluh-kesah terhadap persoalan belajar yang dihadapi. Namun, dalam porsi
ini, ada satu hal yang mesti diperhatikan, bahwa dalam kondisi apapun, siswanya harus tetap
menganggap gurunya sosok yang wajib ia teladani, meski dalam praktiknya diperlakukan siswa
layaknya sebagai teman.

Berkomunikasi secara intensif dengan seluruh siswa sangat penting artinya dalam upaya
menggali potensi yang dimiliki masing-masing siswa. Sebab, setiap siswa memiliki latar
belakang berbeda dan potensi diri yang tentu berbeda pula. Potensi itu bisa saja tersimpan rapi,
jika guru tidak berupaya menggalinya.

Dengan demikian, seorang guru harus mampu mendapatkan informasi itu dari siswanya agar bisa
diarahkan untuk hal-hal yang positif yang menunjang karir dan prestasi siswa.

Untuk menjadi teladan bagi siswa, bukanlah perkara mudah. Banyak indikator tingkah laku yang
harus ditunjukkan dalam sikap dan perkataan, baik di sekolah, di lingkungan sekolah, lebih lagi
di lingkungan masyarakat.

Meski tidak mudah, bukan berarti tidak bisa. Untuk itu, setiap guru harus senantiasa berupaya
menjadi teladan bagi setiap siswanya, sehingga keteladanan yang diberikan akan mampu
membawa perubahan yang berarti bagi anak didik dan juga bagi sekolah tempat ia mengabdi.
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan

Keteladanan seorang guru mampu mempengaruhi sikap disiplin siswa. Guru harus mampu
menyadari tugas dan tanggungjawabnya sebagai sorang guru . Seorang guru yang mengetahui
dan menyadari tugasnya sebagai seorang guru yang tidak hanya pengajar namun mendidik, akan
memberikan pelayanan terbaiknya sebagai seorang guru yang bertanggung jawab dan mampu
menjadi teladan yang baik bagi siswanya.
3.2 Saran

Hendak nya seorang guru memberikan pembelajaran dan contoh yang baik kepada peserta didik
agar dapat meningkatkan kedisiplinan mereka. Guru harus mampu mengevaluasi dirinya untuk
terus menerus belajar menjadi guru yang lebih baik lagi
DAFTAR PUSTAKA
Akmaluddin, & Haqiqi, B. (2019). Kedisiplinan belajar siswa di sekolah dasar (sd ) negeri cot
keu eung kabupaten aceh besar (studi K kasus). Jurnal of Education Science (JES), 5(2), 1–
12. file:///C:/Users/7/Downloads/467-554-1-SM.pdf
Seyaningsih, N. (2019). Pengaruh Keteladana Guru Terhadap Kedisiplinan Siswa di MTsN 1
Lampung Timur.
Wahyuni, S. (2021). Pengaruh Kedisiplinan Terhadap Hasil Belajar Siswa di SD Negeri Kassi
Kecamatan Manggala Kota Makassar. 40. http://dx.doi.org/10.31219/osf.io/rk8fn
Wini. (2020). Peran Guru, Menangani Pelanggaran, Disiplin siswa. Asatidza: Jurnal Pendidikan,
1(1), 1–17.

Anda mungkin juga menyukai