Anda di halaman 1dari 10

EdukasI: Jurnal Pendidikan Dasar ISSN 2721-3935

Vol. 3, No. 1, 2022, pp. 91-100 91

Pendidikan Moral Sebagai Wadah Pembentuk Calon Pendidik Yang


Berkarakter
Kadek Ari Wisudayanti
Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri Mpu Kuturan Singaraja, Indonesia
ariwisuda@stahnmpukuturan.ac.id

ARTICLE INFO ABSTRACT


Moral education is a learning that aims to form a person who
Received understands morals, the main focus is the smart young generation
2021-08-19 from elementary to university level. The character or personality of
a teacher not only determines his authority in front of students, but
Revised also in front of the community. The personality characteristics of a
2021-09-03 good teacher are very important for smart teachers so that they can
control and control the behavior of their students through
Accepted habituation patterns. It is a big mistake if a teacher only teaches
2021-09-14 memorization and memory material to students without paying
attention to aspects of attitudes and social skills. Habituation of good
attitudes and provision of social skills are very important to build
student character.

Keywords: moral education, prospective educators, character


education

Pendidikan moral merupakan suatu pembelajaran yang bertujuan


untuk membentuk pribadi yang paham akan moral, fokus utamanya
adalah generasi muda cerdas tingkat SD hingga Perguruan
Tinggi.Karakter atau kepribadian seorang guru tidak hanya
menentukan kewibawaannya di depan siswa, melainkan juga di
depan masyarakat. Karakteristik kepribadian guru yang baik
This is an
open access article sangat penting bagi Guru pintar supaya dapat mengontrol dan
under the CC–BY-SA mengendalikan tingkah laku siswa-siswinya melalui pola
license. pembiasaan. Salah besar jika seorang guru hanya mengajarkan
materi hafalan dan ingatan kepada siswa tanpa memperhatikan
aspek sikap dan keterampilan sosialnya. Pembiasaan sikap yang
baik dan bekal keterampilan sosial sangat penting untuk
membangun karakter siswa.

Kata kunci: pendidikan moral, calon pendidik, pendidikan karakter

http://jurnal.stahnmpukuturan.ac.id/index.php/edukasi Penerbit: STAHN Mpu Kuturan Singaraja


92 EDUKASI: Jurnal Pendidikan Dasar ISSN 2721-3935
Vol. 3, No. 1, 2022, pp. 91-100

PENDAHULUAN pendidikan moral seharusnya dapat


Pendidikan adalah usaha sadar dan membawa peserta didik menjadi dewasa,
terencana untuk mewujudkan suasana mandiri, bertanggungjawab. Memiliki
belajar dan proses pembelajaran agar rasa malu, jauh dari sifat plip plan atau
peserta didik secara aktif mengembangkan tidak konsisten, berakhlak mulia serta
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan berbudi pekerti luhur agar setelah
spiritual keagamaan, pengendalian diri, menyelesaikan pendidikannya tidak lagi
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, bergantung kepada orangtua, masyarakat
serta keterampilan yang diperlukan atau orang terdekat lainnya.
dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara Sekarang ini, banyak problematika
(Nurul Zuriah, 2008:26). Konsep Ki Hajar dalam dunia pendidikan yang tidak sesuai
Dewantara dalam Wahab (2015:89) dengan nilai moral, etika dan norma, serta
tentang pendidikan adalah daya upaya tingah laku yang tercermin dalam
untuk memajukan tumbuhnya budi pekerti kehidupan sehari-hari. Sangat banyak
(kekuatan batin dan karakter), pikiran bahkan kerap kali pelajar melakukan
(intelek), dan tubuh anak. penyimpangan seperti merokok disekolah,
“Pendidikan nilai adalah nilai tawuran antar pelajar, pergaulan bebas,
pendidikan”, bahasa lain bisa berarti: berkelahi dan lain sebagainya. Inilah
“pendidikan moral adalah moral mandat seorang guru atau pendidik untuk
pendidikan”. Moral pendidikan adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan
nilai-nilai yang terkandung secara built in membentuk karakteristik ke arah yang
dalam setiap bahan ajar atau ilmu lebih baik. Tapi Permasalahannya tidak
pengetahuan, seperti build in-nya hanya terdapat pada anak didik.
perasaan, pikiran, rasa lapar, rasa bahagia Terkadang pendidik juga melakukan
atau sedih yang hadir dalam diri setiap kesalahan dalam mendidik, misalnya
manusia. Karena itu, suatu nilai datang memperbolehkan peserta didik untuk
tanpa diundang, hadir tanpa dipikir, jumpa mencontek saat ujian berlangsung.
tanpa dipinta, namun baru bermakna bila Dengan dalih agar sekolahnya
dicerna lewat pendidikan yang mampu mendapatkan presentase kelulusan yang
membermaknakan kebermaknaanya baik sehingga sekolah tidak akan malu.
makna (Mursidin, 2011:9). Ada pula pendidik yang melakukan
Pendidikan moral merupakan kekerasan kepada siswa yang nakal.
suatu pembelajaran yang bertujuan untuk Padahal pemerintah telah melarang keras
membentuk pribadi yang paham akan mendidik dengan menggunakan
moral, fokus utamanya adalah generasi kekerasan. Meskipun tujuannya baik, tapi
muda cerdas tingkat SD hingga Perguruan dapat menumbuhkan trauma psikis
Tinggi. Sementara moralitas yaitu sebuah tersendiri. Hal itu juga dapat merusak
ilmu pengetahuan tentang cara berperilaku moral dari pendidik yang seharusnya
dalam kehidupan. UU pasal 1 menegaskan mengayomi tapi justru sebaliknya.
bahwa tujuan dari sebuah pendidikan Pendidik yang profesional harus
adalah berkembangnya potensi seseorang menyadari bahwa peserta didik yang
yang cerdas, berkepribadian baik dan datang ke sekolah telah memiliki sikap,
memiliki akhlak yang mulia. Melalui kepercayaan dan kebiasaan tentang moral
ISSN 2721-3935 EDUKASI: Jurnal Pendidikan Dasar 93
Vol. 3, No. 1, 2022, pp. 91-100

yang terlebih dahulu ia dapatkan dirumah deskriptif karena penelitian ini


dan di lingkungan. Sehingga mempunyai tujuan untuk memperoleh
menyebabkan berbagai persoalan moral jawaban yang terkait dengan pendapat,
yang signifikan dari segi pengetahuan dan tanggapan atau persepsi seseorang
prinsip anak. sehingga pembahasannya harus secara
Seorang pendidik bertingkah laku kualitatif atau menggunakan uraian kata-
disekolah akan memberikan pengaruh kata. “Penelitian deskriptif mencoba
kepada siswanya. Karena faktanya apa mencari deskripsi yang tepat dan cukup
yang dibicarakan gurunya disekolah akan dari semua aktivitas, objek, proses, dan
lebih di gugu lan ditiru oleh siswanya. manusia”. (Sulistyo-Basuki, 2010:110).
Selain itu, guru mengemban Penelitian deskriptif mengenal
tanggungjawab untuk mengembangkan berbagai bentuk yang dapat dikategorikan
moral siswa yang berorientasi mencapai seperti survei, studi kasus, kajian, kausal-
kesuksesan moral, etika yang baik dan komparatif, kajian korelasi, dan
akhlak yang tinggi. sebagainya. Setiap bentuk penelitian
Karakter atau kepribadian seorang deskriptif mempunyai fungsi dan tujuan
guru tidak hanya menentukan yang berbeda, sedangkan penelitian
kewibawaannya di depan siswa, deskriptif ini termasuk dalam kategori
melainkan juga di depan masyarakat. “studi kasus”. “Studi kasus” merupakan
Karakteristik kepribadian guru yang baik kajian yang mendalam tentang peristiwa,
sangat penting bagi Guru pintar supaya lingkungan, dan situasi tertentu yang
dapat mengontrol dan mengendalikan memungkinkan mengungkapkan atau
tingkah laku siswa-siswinya melalui pola memahami sesuatu hal.
pembiasaan. Salah besar jika seorang guru
hanya mengajarkan materi hafalan dan HASIL DAN PEMBAHASAN
ingatan kepada siswa tanpa A. Pendidikan Moral
memperhatikan aspek sikap dan Moral berasal dari bahasa latin
keterampilan sosialnya. Pembiasaan sikap mos (jamak: mores) yang mengandung
yang baik dan bekal keterampilan sosial arti adat kebiasaan. (Nurul Zuriah,
sangat penting untuk membangun karakter 2008:17) Istilah moral lebih sering
siswa. digunakan untuk menunjukkan kode,
tingkah laku, adat, atau kebiasaan dari
METODE individu atau kelompok, seperti apabila
Metode penelitian adalah cara seseorang membicarakan tentang moral
ilmiah yang dilakukan untuk mendapatkan orang lain. Menurut Helden dalam Syaiful
data dengan tujuan tertentu (2013:241) merumuskan pengertian moral
(Lasa,2009:207). Kata ilmiah dalam sebagai suatu kepekaan dalam pikiran,
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) perasaan, dan tindakan dibandingkan
mempunyai makna bersifat keilmuan atau dengan tindakan lain yang tidak hanya
memenuhi syarat (kaidah) ilmu berupa kepekaan terhadap prinsip dan
pengetahuan sehingga dapat aturan. Menurut Sjarkawi (2014:102)
dipertanggungjawabkan kebenarannya. mengemukakan moral atau moralitas
Penulis menggunakan metode penelitian merupakan pandangan tentang baik dan
94 EDUKASI: Jurnal Pendidikan Dasar ISSN 2721-3935
Vol. 3, No. 1, 2022, pp. 91-100

buruk, benar dan salah, apa yang dapat dan dilakukan pengkondisian moral (moral
tidak dapat dilakukan. Selain itu, moral conditioning) dan latihan moral (moral
juga merupakan seperangkat keyakinan training) untuk pembiasaan (Sjarkawi,
dalam suatu masyarakat berkenaan 2014:66). Menurut Harshorne dan May,
dengan karakter atau kelakuan dan apa dalam Suparno (2002:198) menyatakan
yang seharusnya dilakukan oleh manusia. bahwa Keefektifan pendidikan moral
Pendidikan moral dapat disebut sebagai disekolah ditemukan hal-hal berikut:
pendidikan nilai atau pendidikan afektif. Pendidikan watak atau karakter dan
Dalam hal ini hal-hal yang disampaikan pengajaran agama dikelas tidak
dalam pendidikan moral adalah nilai-nilai memengaruhi perbaikan perilaku moral.
yang termasuk domain afektif. Nilai-nilai Pendidikan etika yang dilakukan dengan
afektif tersebut antara lain, meliputi: cara pengklarifikasian nilai, yakni
perasaan, sikap, emosi, kemauan, pengajaran tentang aturan-aturan
keyakinan, dan kesadaran (Winarno, berperilaku benar dan baik disekolah
2000:89). sedikit berpengaruh terhadap
Pendidikan moral berusaha untuk pembentukan moral sebagaimana yang
mengembangkan pola perilaku seseorang dikehendaki.
sesuai dengan kehendak masyarakatnya. Perilaku moral dianggap sebagai
Kehendak ini berwujud moralitas atau sesuatu yang ditentukan oleh
kesusilaan yang berisi nilai-nilai dan kecenderungan bertindak yang dimotivasi
kehidupan yang berada dalam masyarakat. oleh sifat perilaku dan kebiasaan. Artinya,
Karena menyangkut dua aspek inilah, perilaku moral bukan merupakan hasil
yaitu (a) nilai-nilai, dan (b) kehidupan pertimbangan moral yang berpijak pada
nyata, maka pendidikan moral lebih konsep nilai kemanusiaan dan keadilan.
banyak membahas masalah dilema Sebaliknya, pandangan yang beranggapan
(seperti makan buah simalakama) yang bahwa pilihan perilaku moral pada
berguna untuk mengambil keputusan hakikatnya bersifat rasional sebagai
moral yang terbaik bagi diri dan respon yang bersumber dan diturunkan
masyarakatnya (Nurul Zuriah, 2008:19). dari pemahaman serta penalaran
Pendidikan moral adalah suatu berdasarkan tujuan kemanusiaan dan
program pendidikan (sekolah dan luar keadilan, disebut pandangan baru.
sekolah) yang mengorganisasikan dan Menurut Dewey dalam Nina Syam
“menyederhanakan” sumber-sumber (2011:3) menyatakan bahwa ciri utama
moral dan disajikan dengan pendidikan moral berdasarkan pandangan
memperhatikan pertimbangan psikologis baru tersebut pendidikannya
untuk tujuan pendidikan (Nurul Zuriah, menggunakan pendekatan perkembangan
2008:22). Menurut paham ahli pendidikan kognitif. Disebut kognitif, karena
moral, jika tujuan pendidikan moral akan menghargai pendidikan moral sebagai
mengarahkan seseorang menjadi pendidikan intelektual yang
bermoral, yang penting adalah bagaimana mengusahakan timbulnya berpikir aktif
agar seseorang dapat menyesuaikan diri dalam menghadapi isu-isu moral dan
dengan tujuan hidup bermasyarakat. Oleh dalam menetapkan suatu keputusan moral.
karena itu, dalam tahap awal perlu Disebut perkembangan, karena tujuan
ISSN 2721-3935 EDUKASI: Jurnal Pendidikan Dasar 95
Vol. 3, No. 1, 2022, pp. 91-100

pendidikan moral untuk mengembangkan yang kuat. Menurut Shaver dalam


tingkat pertimbangan moral sesuai dengan Suparno (2002:142) mengemukakan
tahap-tahap yang telah ditentukan. bahwa sekolah sebagai lembaga
Tingkat perkembangan moral dalam pendidikan bertanggung jawab untuk
kajian ini dijadikan variabel pengukur meningkatkan kemampuan berpikir dan
perolehan belajar siswa karena perilaku kecakapan siswa dalam menetapkan suatu
moral dianggap sebagai hasil berpikir keputusan untuk bertindak atau untuk
yang merupakan refleksi dan pengalaman tidak bertindak. Menurut Goods dalam
belajar seseorang. Wibowo (2001:100) menyatakan bahwa
Konsekuensi dari pandangan pendidikan moral dapat dilakukan secara
rasional adalah bahwa suatu perilaku formal maupun insidental, baik di sekolah
moral dianggap tidak memiliki nilai moral maupun di lingkungan rumah. Akan tetapi
apabila perilaku itu tidak dilakukan menurut Durkheim dalam Wibowo
berdasarkan kemauan sendiri secara sadar (2001:124) menekankan agar pendidikan
sebagai implikasi pemahaman dari nilai- moral dipindahkan dari lingkungan rumah
nilai yang dipelajari sebelumnya. Artinya, ke sekolah karena sekolah mempunyai
betapa bermanfaatnya suatu perilaku tugas khusus dalam hal moral.
moral terhadap nilai kemanusiaan, apabila Lebih tegas lagi menurut Raths
tindakan itu tidak disertai dan didasarkan dalam Wibowo (2001:167) menyatakan
pada perkembangan moral maka tindakan bahwa sekolah harus lebih sensitif pada
itu belum dapat dikatakan sebagai masalah kemampuan berpikir moral dan
perilaku moral yang mengandung nilai keterampilan berperilaku moral. Sekolah
moral. Suatu perilaku moral dianggap bukan saja harus memerhatikan secara
bernilai moral jika perilaku itu dilakukan khusus aspek intelektual dan perilaku
secara sadar atas kemauan sendiri dan moral, tetapi lebih dari dua yaitu seluruh
bersumber dari pemikiran moral yang fungsi dan isi pendidikan di sekolah harus
bersifat otonom. (Frankena dalam Nina didasarkan pada suatu rencana kerja serta
Syam, 2011:98) Dengan demikian dapat kurikulum yang mengarah kepada usaha
disimpulkan, perilaku moral dapat dikatan nyata demi tercapainya peningkatan
bermoral jika perilaku tersebut dilakukan moral. (Wibowo, 2001:86) Menurut Suni
secara sadar atas kemauan sendiri sebagai (2008:61) menyatakan Pasal 1 ayat (1)
hasil berpikir yang merupakan refleksi UndangUndang Nomor 20 Tahun 2003
dan pengalaman belajar seseorang. tentang Sistem Pendidikan Nasional
menegaskan bahwa pendidikan adalah
B. Teori Pendidikan Moral usaha sadar dan terencana untuk
Menurut Dewey dalam Sagala mewujudkan suasana belajar dan proses
(2013:201) menyatakan bahwa pada pembelajaran agar peserta didik secara
dasarnya tujuan pendidikan adalah aktif mengembangkan potensi dirinya
mengembangkan kemampuan intelektual untuk memiliki kekuatan spiritual
dan moral. Prinsip-prinsip psikologi dan keagamaan, pengendalian diri,
etika dapat membantu sekolah untuk kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
meningkatkan seluruh tugas pendidikan serta keterampilan yang diperlukan
dalam membangun kepribadian siswa dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
96 EDUKASI: Jurnal Pendidikan Dasar ISSN 2721-3935
Vol. 3, No. 1, 2022, pp. 91-100

Selanjutnya pasal 3 menegaskan melaksanakan pendidikan moral dan


bahwa pendidikan nasional berfungsi membantu siswa mengembangkan cara
mengembangkan kemampuan dan berpikirnya dalam menetapkan keputusan
membentuk watak serta peradaban bangsa moralitasnya.
yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, C. Tujuan Pendidikan Moral
bertujuan untuk berkembangnya potensi Adapun tujuan pendidikan moral
peserta didik agar menjadi manusia yang menurut Nurul Zuriah (2008:36) adalah:
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan 1. Anak mampu memahami nilai-nilai
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, budi pekerti di lingkungan keluarga,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan lokal, nasional, dan internasional
menjadi warga negara yang demokratis melalui adat istiadat, hukum, undang-
serta bertanggung jawab. Menurut undang, dan tatanan antar bangsa
Ardhana (2007:143) menyatakan bahwa 2. Anak mampu mengembangkan watak
negara Indonesia merupakan suatu negara atau tabiatnya secara konsisten dalam
yang menaruh perhatian besar pada mengambil keputusan budi pekerti di
masalah pendidikan moral. Kurikulum tengahtengah rumitnya kehidupan
sekolah mulai dari tingkat yang paling bermasyarakat saat ini.
rendah hingga paling tinggi, 3. Anak mampu menghadapi masalah
mengalokasikan waktu yang cukup nyata dalam masyarakat secara
banyak bagi bidang studi yang potensial rasional bagi pengambilan keputusan
untuk pembinaan moral, antara lain yang terbaik setelah melakukan
Pendidikan Agama, Pendidikan pertimbangan sesuai dengan norma
Kewarganegaraan, dan Ilmu Pengetahuan budi pekerti.
sosial. 4. Anak mampu menggunakan
Menurut Rosjidan (2007:128) pengalaman budi pekerti yang baik
bahwa yang penelitiannya menggunakan bagi pembentukan kesadaran dan pola
responden siswa, orang tua siswa, dan perilaku yang berguna dan
guru, mengungkapkan bahwa faktor bertanggung jawab.
penyebab adanya perilaku negatif yang Menurut Bergling dalam Wibowo
dilakukan para remaja ialah karena kurang (2001:146) bahwa mengembangkan dua
efektifnya pendidikan moral disekolah. macam metode pendidikan moral yang
Oleh karena itu, responden menyarankan diprediksi memiliki kemampuan yang
agar pendidikan moral di sekolah lebih sama dalam meningkatkan pertimbangan
ditingkatkan dan diintensifkan. Dengan moral siswa. Kesamaan kekuatannya
demikian berbicara mengenai pendidikan, dapat ditemukan pada tujuannya, yakni
apapun dan bagaimanapun tidak dapat meningkatkan moralitas siswa. Tinggi
menghindari tugas pengembangan moral atau rendahnya moralitas siswa dapat
dan etika. Kemampuan tersebut terkait dilihat dari tingkat pertimbangan
dengan nilai-nilai, terutama nilai yang moralnya. Menurut Kohlberg dalam Nina
bersifat humanis. Oleh karena itu, sekolah Syam (2011:211) bahwa menyatakan
sebagai lembaga pendidikan mempunyai menekankan tujuan pendidikan moral
beban dan tanggung jawab untuk adalah merangsang perkembangan tingkat
ISSN 2721-3935 EDUKASI: Jurnal Pendidikan Dasar 97
Vol. 3, No. 1, 2022, pp. 91-100

pertimbangan moral siswa. Kematangan 2. Membantu mengembangkan


pertimbangan moral jangan diukur dengan kepercayaan atau pengadopsian satu
standar regional, tetapi hendaknya diukur atau beberapa prinsip umum yang
dengan pertimbangan moral yang benar- fundamental, ide atau nilai sebagai
benar menjungjung nilai kemanusiaan suatu pijakan atau landasan untuk
yang bersifat unviersal, berlandaskan pertimbangan moral dalam
prinsip keadilan, persamaan, dan saling menetapkan suatu keputusan.
terima. Menurut Kohlberg dalam Nina 3. Membantu mengembangkan
Syam (2011:212) menyatakan bahwa kepercayaan pada dan atau
untuk tercapainya tujuan pendidikan pengadopsi norma-norma konkret,
moral tersebut, konsep pengembangan nilai-nilai, kebaikan-kebaikan
pembelajaran yang lebih sesuai adalah seperti pada pendidikan moral
melalui imposisi, tidak menyatakan secara tradisional yang selama ini
langsung sistem nilai yang konkret. Oleh dipraktikkan.
karena itu, dianjurkan agar para pendidik 4. Mengembangkan suatu
di sekolah harus meningkatkan kecenderungan untuk melakukan
pemahamannya mengenai hakikat sesuatu yang secara moral baik dan
pengembangan moral serta memahami benar
metode-metode komunikasi moral. 5. Meningkatkan pencapaian refleksi
Menurut Frankena dalam Nina Syam otonom, pengendalian diri atau
(2011:224) menyatakan bahwa tugas kebebasan mental spiritual,
program pendidikan moral meskipun itu disadari dapat
menyampaikan dan mempertahankan membuat seseorang menjadi
moral sosial, meningkatkan kemampuan pengkritik terhadap ide-ide dan
berpikir moral secara maksimal. Lebih prinsipprinsip, dan aturan-aturan
khusus lagi menurut Maritain dalam Nurul umum yang sedang berlaku.
(2008:123) menegaskan bahwa tujuan
pendidikan moral adalah terbentuknya Menurut Kohlberg dalam Aryani
kejujuran dan kebebasan mental spiritual. (2010:128) bahwa menggabungkan tujuan
Lebih lanjut menurut Frankena, pendidikan moral dengan tujuan
Nina Syam (2011:395) mengemukakan pendidikan Civics (Pendidikan
lima tujuan pendidikan moral sebagai Kewarganegaraan). Dinyatakan bahwa
berikut: selain harus mempertimbangkan
1. Mengusahakan suatu pemahaman tercapainya tujuan moral secara filosofis,
“pandamgan moral” ataupun cara- juga mengembangkan tingkat
cara moral dalam pertimbangan moral yang secara ideal
mempertimbangkan tindakan- menentukan apa yang seharusnya
tindakan dan penetapan keputusan dilakukan. Tujuan moral secara filosofis
apa yang seharusnya dikerjakan, menyerukan kebebasan dan kebiasaan
seperti membedakan hal estetika, berpikir sehingga mampu melahirkan
legalitas, atau pandangan tentang pertimbangan moral yang bernilai
kebijaksanaan. universal untuk seluruh umat manusia.
98 EDUKASI: Jurnal Pendidikan Dasar ISSN 2721-3935
Vol. 3, No. 1, 2022, pp. 91-100

Prinsip moral secara filosofis tidak atau tidak seorang guru adalah
membedakan seluruh peraturan, pusat perhatian siswa. Setiap
sedangkan nilai moral secara konkret perkataan, tindakan dan perilaku
didasarkan pada aturan khusus yang guru pintar akan mendapat
berlaku untuk suatu masyarakat tertentu. penilaian dari siswa. oleh karena
(Kohlberg dalam Aryani, 2010:129) itu, guru pintar harus pandai dalam
Menurut Beddoe dalam Nurul (2008:119) menjaga sikap dan perilaku
menyarankan agar pendidikan moral dimanapun dan kapanpun supaya
hendaknya dilaksanakan dengan dapat memberikan contoh yang
mengembangkan suatu kehidupan yang terbaik.
memungkinkan seseorang memiliki sikap 2. Menjadi Motivator
respect yang mendalam kepada orang lain. Menilai siswa dari segi akademis
Pembelajaran yang dianjurkan ialah memang penting, namun perlu
dengan cara memecahkan masalah diingat bahwa menghargai
melalui konflik moral agar mampu kebaikan yang dilakukan siswa
meningkatkan pertimbangan moral. juga sangat perlu. Bentuk apresiasi
atau pengakuan atas usaha yang
D. Peran Guru dalam Pembentukan telah dilakukan siswa dapat
Karakter Siswa menumbuhkan motivasi siswa
Karakter atau kepribadian seorang baik dalam belajar maupun
guru tidak hanya menentukan menjadi pribadi yang lebih baik.
kewibawaannya di depan siswa, Penting sekali bagi Guru pintar
melainkan juga di depan masyarakat. memahami kepribadian setiap
Karakteristik kepribadian guru yang baik siswa supaya dapat memberikan
sangat penting bagi Guru pintar supaya bentuk motivasi yang sesuai tanpa
dapat mengontrol dan mengendalikan menyakiti.
tingkah laku siswa-siswinya melalui pola 3. Memberikan Pengajaran tentang
pembiasaan. Salah besar jika seorang guru Nilai
hanya mengajarkan materi hafalan dan Seorang guru yang hebat mampu
ingatan kepada siswa tanpa menginspirasi siswa-siswinya.
memperhatikan aspek sikap dan Materi atau pengetahuan tentang
keterampilan sosialnya. Pembiasaan sikap pelajaran dapat dengan mudah
yang baik dan bekal keterampilan sosial siswa dapatkan melalui buku-buku
sangat penting untuk membangun karakter bacaan. Sedangkan tidak semua
siswa. bacaan mengandung nilai-nilai
1. Menjadi Role Model dan pesan moral yang juga sangat
Salah satu ciri guru yang baik penting dalam menaklukkan
adalah mampu menjadi contoh tantangan di masa depan. Nilai-
bagi siswanya. Ki Hajar nilai kebaikan dan pesan moral
Dewantara mengajarkan ing dapat Guru pintar sisipkan dalam
ngarso sung tuladha yang artinya setiap mata pelajaran yang
seorang guru memberikan contoh diajarkan. Contohnya saat Guru
yang baik. Guru pintar, disadari pintar mengajar pelajaran
ISSN 2721-3935 EDUKASI: Jurnal Pendidikan Dasar 99
Vol. 3, No. 1, 2022, pp. 91-100

Matematika. Seyogyanya Guru dapat melakukan nya


pintar juga menyisipkan nilai-nilai melalui games, role playing, atau
seperti kesabaran, kejujuran, memberi kesempatan setiap siswa
pantang menyerah dalam menjadi pemimpin kelas atau
menyelesaikan masalah, dan pemimpin kelompok saat belajar.
lainnya. Jadi pembelajaran Guru Melakukan refleksi setelah
pintar tidak hanya berhenti pada melakukan aktivitas juga bentuk
memberikan deretan rumus atau penanaman leadership. Jangan
hapalan saja. malu untuk mengakui kesalahan
4. Mengajarkan Sopan Santun dan meminta maaf karena
Sopan santun terdengar sangat seorang leader juga manusia biasa
biasa dalam kehidupan sehari-hari. yang tidak luput dari kesalahan.
Meskipun demikian, Sopan santun Yang membuatnya hebat adalah
sangat penting untuk diajarkan mau mengakui kesalahan,
kepada siswa untuk menjaga sikap meminta maaf, dan tidak akan
dan mengetahui mana yang benar mengulangi kesalahan yang sama.
dan salah. Jika siswa melakukan
hal yang kurang pantas, Guru E. Pendidikan Moral sebagai Landasan
pintar jangan langsung Pembentuk Pendidik Berkarakter
menghakimi dan langsung Pendidikan moral calon pendidik
memberikan label pada siswa yang bermoral kuat dan cerdas dapat
tersebut. Dekati kemudian koreksi dilakukan dengan membekali diri dengan
Tindakan tersebut dengan cara niat tulus ikhlas dengan misi menjadikan
yang baik karena kadang kala siswa sebagai generasi penerus yang
bukan siswa sengaja bertindak hebat, cerdas, dan berkarakter. Jika
tidak sopan, tetapi mereka belum seorang guru melakukan dengan niat yang
tahu caranya bertindak secara iklas, niscaya akan tercipta karakter-
sopan dan santun. karakter unggul terutama dalam hal moral.
5. Tanamkan Jiwa Leadership Jangan mengajar hanya semata-mata
Jiwa kepemimpinan wajib dimiliki karena gaji atau profesi. Membekali diri
oleh seluruh siswa. pendidik dengan kreatifitas yang tinggi.
Bahkan leadership merupakan Hal ini sangat diharapkan terdapat pada
salah satu karakteristik guru setiap guru. Karena guru yang kreatif
profesional. Leadership tidak memiliki cara pengajaran sebagai berikut:
dapat dihasilkan secara instan. 1. Banyak sekali hal-hal kreatif
Selain Guru pintar memberikan tercipta yang akan membuat siswa
contoh bagaimana sikap menjadi senang dan semangat dalam
kepemimpinan, jangan bosan belajar. Jika guru hanya
untuk membantu siswa melatih menyampaikan pelajaran secara
jiwa kepemimpinan mereka. berulang dengan cara yang sama,
Banyak hal yang Guru pintar dapat siswa akan mudah bosan.
lakukan untuk melatih jiwa 2. Menjadi Pendidik yang inspiratif
kepemimpinan siswa. Guru pintar yaitu terbuka dan membuka
100 EDUKASI: Jurnal Pendidikan Dasar ISSN 2721-3935
Vol. 3, No. 1, 2022, pp. 91-100

wawasan bagi siswa maupun dirinya Membekali diri pendidik dengan


sendiri. Wawasan yang kreatifitas yang tinggi. Hal ini sangat
dimaksudkan disini adalah diharapkan terdapat pada setiap guru.
membuka pikiran-pikiran baru dan
berbagai cara baru demi DAFTAR PUSTAKA
mensukseskan tugasnya dalam Azhar, Arsyad. 2002. Media
pembelajaran. Guru inspiratif juga Pembelajaran. Jakarta: PT Raja
dapat menjadi salah satu fasilitas Grafindo Persada
kesuksesan siswa dalam belajar. Kunandar. 2007. Guru Profesional
Implementasi Kurikulum Tingkat
PENUTUP Satuan Pendidikan (KTSP) dan
Karakter atau kepribadian seorang Persiapan Menghadapi Sertifikasi
guru tidak hanya menentukan Guru. Jakarta: Raja Grafindo
kewibawaannya di depan siswa, Persada
melainkan juga di depan masyarakat. Nasution M.A.2004. Sosiologi
Karakteristik kepribadian guru yang baik Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
sangat penting bagi Guru pintar supaya Nata, Abuddin. 2010. Ilmu
dapat mengontrol dan mengendalikan Pendidikan Islam. Jakarta:
tingkah laku siswa-siswinya melalui pola Prenada Media Group
pembiasaan. Salah besar jika seorang guru Parkay W, Forrest. 2010. Menjadi seorang
hanya mengajarkan materi hafalan dan Guru. Jakarta: Permata puri Media
ingatan kepada siswa tanpa Rusman. 2013. Model-model
memperhatikan aspek sikap dan pembelajaran. Jakarta: Raja
keterampilan sosialnya. Pembiasaan sikap Grafindo Persada
yang baik dan bekal keterampilan sosial Supriadi Didi dkk. 2012. Komunikasi
sangat penting untuk membangun karakter Pembelajaran. Bandung: PT.
siswa. Pendidikan moral adalah suatu Remaja
program pendidikan (sekolah dan luar Rosdakarya Uzer, Usman Moh. 2002.
sekolah) yang mengorganisasikan dan Menjadi Guru Profesional.
“menyederhanakan” sumber-sumber Bandung: PT. Remaja
moral dan disajikan dengan Rosdakarya.
memperhatikan pertimbangan psikologis
untuk tujuan pendidikan. Pendidikan
moral calon pendidik yang bermoral kuat
dan cerdas dapat dilakukan dengan
membekali diri dengan niat tulus ikhlas
dengan misi menjadikan siswa sebagai
generasi penerus yang hebat, cerdas, dan
berkarakter. Jika seorang guru melakukan
dengan niat yang iklas, niscaya akan
tercipta karakter-karakter unggul terutama
dalam hal moral. Jangan mengajar hanya
semata-mata karena gaji atau profesi.

Anda mungkin juga menyukai