Abstrak
Penelitian bertujuan untuk mengetahui tingkat pemahaman guru (moral knowing), keinginan
guru (moral feeling) untuk melakukan, dan perilaku guru (moral behavior) pada kompetensi pedagogi,
kepribadian, sosial, dan profesional dalam pendidikan karakter; serta keterkaitan antara moral knowing,
moral feeling, dan moral behavior pada empat kompetensi dasar guru. Penelitian ini menggunakan
pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner, panduan
observasi, dan focus group discussion. Hasil data kuantitatif menunjukkan sekitar 66,67% guru berada
pada taraf cukup memadai di keempat kompetensi dasar guru terkait komponen pembentukan karakter.
Data kualitatif menunjukkan bahwa pada proses pendidikan karakter, kompetensi dasar guru tidak
selalu berdasarkan ketiga komponen pembentukan karakter tersebut. Akibatnya, guru-guru menjadi
kurang tepat saat mengajarkan pendidikan karakter kepada peserta didik.
Abstract
This study was aimed at determining the level of teacher's understanding (moral knowing),
teacher’s desire to do (moral feeling), and teacher’s behavior (moral behavior) on pedagogical,
personal, social, and professional competences in character education and determining the
relationship among moral knowing, moral feeling, and moral behavior on the four basic competencies
of teacher. This study used quantitative and qualitative approaches. The data were collected through
questionnaire, manual observation, and focus group discussion. The result shows that 66.67% of
the teachers are at sufficient level in the four basic competencies of teacher related to the character
building components. In the process of character education, each basic competence of teachers is
not always based on the character building components. As a result, teachers become less precise
when giving character education to their students.
211
JURNAL KEPENDIDIKAN, Volume 45, Nomor 2, November 2015, Halaman 211-221
212
Leoni F. dan Clara P.A.: Keterkaitan antara Moral Knowing...
dan teknologi serta mendidik dengan dalam kurikulum pendidikan calon guru.
nilai-nilai positif melalui bimbingan dan Untuk itu, maka menjadi penting untuk
keteladanan (Kunandar, 2008). terlebih dahulu menguraikan dimensi soft
Dalam pembentukan karakter anak skills menjadi indikator yang terukur dan
didik, guru memiliki posisi sebagai pelaku operasional (Wagiran, Munadi, & Widodo,
utama. Mengajar tidak sekedar mentransfer 2013).
il mu pengetahuan, teknologi, dan Kompetensi guru dalam proses pem-
keterampilan, melainkan juga mentransfer belajaran sangat menentukan kemaju-
kehidupan. Implikasi yang paling dekat an akademik dan nonakademik anak
adalah semua pengajar, tidak pandang didik, dan kemampuan guru dalam proses
mata pelajaran yang diajarkannya memiliki pembelajaran merupakan salah satu pilar
tanggung jawab membangun moral dan utama peningkatan mutu pendidikan. Dalam
karakter anak didik. Sikap dan perilaku Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun
seorang guru sangat membekas dalam diri 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan,
anak didik, sehingga ucapan, tindakan, dan baik lembaga pendidikan formal maupun
kepribadian guru menjadi cerminan anak nonformal, harus memiliki guru yang
didiknya. memenuhi kompetensi dasar guru, yaitu
Beratnya tanggung jawab seorang kompetensi pedagogis, kepribadian, sosial,
guru berimplikasi guru harus mempunyai dan profesional. Keempat kompetensi dasar
beberapa kompetensi untuk melaksanakan tersebut disesuaikan dengan tujuan dan
tugasnya. Wolf menegaskan, seseorang kebutuhan dari masing-masing lembaga
dapat dikatakan berkompeten dalam pendidikan nonformal. Lembaga pendidik-
bidangnya jika dalam hal pengetahuan, an nonformal yang menitikberatkan pada
keterampilan, sikap, serta hasil kerjanya pendidikan karakter, perlu memiliki guru
sesuai standar yang ditetapkan dan/ dengan kompetensi dasar yang didasari oleh
atau diakui oleh lembaganya (Musfah, pemahaman mengenai pendidikan karakter.
2011). Dengan demikian, dapat dikatakan Pendidikan karakter adalah pendidikan
kompetensi guru merupakan suatu untuk membentuk kepribadian siswa, yaitu
kemampuan dasar yang harus dimiliki pribadi yang bijaksana, terhormat, dan
seorang guru untuk melaksanakan tugas bertanggung jawab yang hasilnya terlihat
sebagai pengajar dan pendidik, baik dalam dalam tindakan nyata.
proses pembelajaran di lembaga pendidik- Proses pembentukan karakter ada-
an formal maupun nonformal. lah bagaimana anak-anak didik diberi
Dari hasil penelitian Wagiran, Munadi, pengetahuan dan pemahaman akan nilai-
& Widodo (2013; 2014) ditunjukkan nilai kebaikan yang universal (moral
bahwa soft skills atau karakter mempunyai knowing) sehingga pada akhirnya mem-
peran yang strategis untuk menghasilkan bentuk beliefs. Anak-anak tersebut tidak
calon guru yang profesional. Soft skills hanya sampai memiliki pemahaman saja
merupakan bagian dari pendidikan karakter namun sistem pendidikan yang ada juga
karena di dalamnya tercakup pengembang- harus berperan aktif mendukung dan
an diri yang mampu meningkatkan kinerja mengondisikan nilai-nilai kebaikan tersebut
(Hamidah, Rahmawati, & Jaedun, 2013). sehingga semua anak mencintai nilai-nilai
Oleh karena itu hal yang sangat penting tersebut sebagai sebuah kebaik-an untuk
adalah menemukan cara yang strategis dianut (moral feeling). Setelah membentuk
untuk mengintegrasikan soft skills ke pemahaman dan sikap, maka dengan penuh
213
JURNAL KEPENDIDIKAN, Volume 45, Nomor 2, November 2015, Halaman 211-221
kesadaran anak-anak akan bertindak dengan lain (dengan orang tua, saudara, dan
nilai-nilai kebaikan (moral behavior) yang teman sebaya), anak belajar memahami
dianut sebagai ekspresi martabat dan harga perilaku mana yang baik, yang boleh
diri. dikerjakan dan tingkah laku mana yang
Guru-guru di lembaga pendidikan tidak baik, yang tidak boleh dikerjakan.
nonformal tersebut seharusnya memiliki Proses pembelajaran melalui pengalaman
pengetahuan mengenai kompetensi guru berinteraksi dengan orang lain, dalam hal
yang dibutuhkan dalam proses pendidikan ini guru, membutuhkan seorang guru yang
karakter, menyadari pentingnya kompetensi dapat menjadi role model yang tepat. Peran
guru tersebut dan memiliki keinginan untuk tersebut dapat dijalankan oleh guru dengan
melakukannya, serta melakukannya setiap baik bila guru tersebut memiliki pemaham-
hari. Mereka harus memiliki pengetahuan an dan keinginan untuk menerapkan
dan pemahaman mengenai pendidikan kompetensi kepribadian dalam setiap pro-
karakter sebelum dapat mengajarkan ses pembelajaran yang dilakukan.
dan menanamkan karakter kepada anak Guru perlu memiliki pengetahuan,
didik mereka. Hal ini mengharuskan guru keinginan, dan menerapkan kompetensi
memiliki kompetensi profesional. sosial dalam proses pembelajaran pendidikan
Multiple Intelligences merupakan karakter sehingga proses pembelajaran
salah satu hal yang perlu diperhatikan terjadi melalui komunikasi yang benar,
dalam pendidikan karakter, yaitu dengan tepat, dan efektif. Bila hal tersebut terjadi
memberikan pendidikan karakter sesuai maka guru dapat menyampaikan maksud
karakteristik anak sehingga karakter yang pembentukan karakter dengan tepat dan
diajarkan menjadi lebih cepat ditangkap anak didik dapat menangkap maksud guru
anak dan lebih tahan lama (Khan, 2010). sehingga terjadi proses pendidikan karakter
Menurut Gardner & Hatch (1989), potensi yang benar.
seseorang berhubungan dengan serangkai- Guru yang berkualitas adalah syarat
an kemampuan manusia yang unik serta penting untuk menciptakan pendidikan
cara yang dipilih oleh orang tersebut dalam karakter yang berkualitas. Oleh karena
mengaplikasikan inteligensinya. itu, dalam proses seleksi guru, kompetensi
Multiple Intelligences melihat ke- calon guru harus menjadi pertimbangan
lebihan dan kekurangan seseorang secara utama (Nurkolis, 2012). Pada lembaga
unik dan berbeda-beda sehingga guru perlu pendidikan nonformal tempat penelitian
memahami keunikan setiap siswa yang berlangsung belum memiliki standar
diajarkan olehnya agar dapat merancang kompetensi guru untuk proses seleksi
perencanaan belajar, tujuan belajar, penerimaan guru. Hal ini membuat guru-
dan metode pembelajaran yang sesuai guru yang telah diterima tidak diketahui
dengan potensi anak. Pengetahuan dan tingkatan komponen pembentukan karak-
keinginan untuk memahami kompetensi ter (moral knowing, moral feeling, dan
pedagogis oleh guru akan membuat guru moral behavior) pada empat kompetensi
tersebut lebih dapat melakukan proses guru di pendidikan karakter.
pembelajaran yang sesuai dalam proses Berdasarkan permasalahan tersebut,
pendidikan karakter. maka penelitian ini dilakukan untuk
Menurut Semiawan (2010), pen- mengukur tingatan komponen pembentuk-
didikan karakter dapat terjadi melalui an karakter pada empat kompetensi dasar
pengalamannya berinteraksi dengan orang guru-guru dan keterkaitan antara masing-
214
Leoni F. dan Clara P.A.: Keterkaitan antara Moral Knowing...
215
JURNAL KEPENDIDIKAN, Volume 45, Nomor 2, November 2015, Halaman 211-221
Pada perhitungan kompetensi ke- tingkat memadai dan tidak ada guru yang
pribadian guru terdapat variasi tingkatan berada pada tingkatan belum memadai.
terkait masing-masing komponen pem- Sedangkan, perolehan hasil perhitungan
bentukan karakter. Hasil perhitungan statistik, pada kompetensi kepribadian
kompetensi kepribadian guru terkait terkait moral behavior, terlihat bahwa
moral knowing, mayoritas guru berada sebagian besar berada pada tingkatan cukup
ditingkatan cukup memadai, yaitu sebanyak memadai, yaitu sebanyak 4 orang (66,67%).
3 orang guru (50%). Terdapat 1 orang guru Terdapat 1 orang guru (16,67%) yang
(16,67%) yang memiliki tingkat memadai memiliki tingkat memadai dan masih ada
dan masih ada 2 orang guru (33,33%) pada 1 orang guru (16,67%) yang berada pada
tingkatan belum memadai. tingkatan belum memadai.
Pada kompetensi kepribadian terkait Berdasarkan hasil perhitungan sta-
moral feeling menunjukkan mayoritas guru tistik untuk kompetensi sosial guru terkait
berada pada tingkatan cukup memadai, moral knowing, moral feeling, dan moral
yaitu sebanyak 4 orang (66,67%). Terdapat behavior terlihat mayoritas guru berada di
2 orang guru (33,33%) yang memiliki tingkatan cukup memadai, yaitu sebanyak
216
Leoni F. dan Clara P.A.: Keterkaitan antara Moral Knowing...
217
JURNAL KEPENDIDIKAN, Volume 45, Nomor 2, November 2015, Halaman 211-221
Tabel 3. Hasil Uji Korelasi Pearson antara Kompetensi Guru dengan Komponen
Pembentukkan Karakter
Moral Knowing Moral Feeling Moral Behavior
Kompetensi Guru
r p r p r p
Pedagogi
Moral Knowing - - ,616 ,193 ,587 ,220
Moral Feeling ,616 ,193 - - ,956 ,003**
Moral Behavior ,587 ,220 ,956 ,003** - -
Kepribadian
Moral Knowing - - ,873 ,023* ,976 ,001**
Moral Feeling ,873 ,023* - - ,915 ,011*
Moral Behavior ,976 ,001** ,915 ,011* - -
Sosial
Moral Knowing - - ,909 ,012* ,466 ,351
Moral Feeling ,909 ,012* - - ,779 ,068
Moral Behavior ,466 ,351 ,779 ,068 - -
Profesional
Moral Knowing - - ,372 ,468 ,483 ,332
Moral Feeling ,372 ,468 - - ,864 ,027*
Moral Behavior ,483 ,332 ,864 ,027* - -
*p < ,05
**p < ,01
218
Leoni F. dan Clara P.A.: Keterkaitan antara Moral Knowing...
seleksi masuk hal yang paling ditekankan cukup memadai. Akan tetapi, dari hasil
adalah kepribadian guru-guru sebagai perhitungan uji korelasi, seperti terlihat
syarat utama dan ditekankan mengenai pada Tabel 5, menunjukkan bahwa tidak
pendidikan karakter sebagai tujuan utama adanya korelasi yang signifikan antara
pembelajaran di lembaga pendidikan kedua variabel tersebut. Hal ini dapat
nonfromal tersebut sehingga harus berhati- diartikan bahwa guru-guru memiliki
hati menjaga sikap. pengetahuan tersebut hanya saja mereka
Hasil uji korelasi antara komponen belum mengaitkan pengetahuan tersebut
pembentukan karakter pada kompetensi dengan kompetensi dasar pedagogi. Guru
sosial menunjukkan adanya korelasi masih mengalami kebingungan untuk
signifikan yang kuat dan positif antara mengaplikasikan pengetahuan tersebut
moral knowing dan moral feeling (r = dalam proses pembelajaran di kelas.
,909; p < ,05). Hal ini berarti peningkatan
ataupun penurunan pada moral knowing Tabel 4. Klasifikasi Tingkat Pengetahuan
akan memberikan pengaruh terhadap pe- Guru terhadap Tahapan Perkem-
ningkatan ataupun penurunan pada moral bangan Anak Usia 3-9 Tahun
feeling. Sedangkan antara moral knowing Kategori Skor n %
dan moral behavior tidak terdapat korelasi Belum Memadai (< 6) 0 0
signifikan (r= ,466; p < ,05). Cukup Memadai (7-11) 5 83,33
Korelasi tidak signifikan juga
Memadai (> 12) 1 16,67
ditunjukkan antara moral feeling dan moral
behavior namun terdapat korelasi linear yang
Tabel 5. Hasil Uji Korelasi Pearson antara
cukup kuat (r = ,779; p > ,05). Hasil tersebut
Pengetahuan Guru dan Kompe-
dapat terjadi karena guru-guru mengetahui
tensi Pedagogi
secara teoretis mengenai kompetensi
Pengetahuan Guru r p
sosial, guru-guru juga memiliki keinginan
untuk melakukannya tetapi mereka tidak Kompetensi Pedagogi
mengetahui cara mengaplikasikannya dan Moral Knowing ,269 ,606
pentingnya untuk mengaplikasikannya Moral Feeling ,428 ,397
dalam proses pendidikan karakter. Moral Behavior ,409 ,420
Berdasarkan hasil perhitungan statis-
tik, yang terlihat pada Tabel 4, diperoleh Dari observasi diperoleh data bahwa
hasil bahwa mayoritas guru memiliki pe- belum semua guru dapat menunjukkan
ngetahuan mengenai karakteristik tahapan perilaku kompetensi pedagogi, kepribadian,
perkembangan anak usia 3-9 tahun pada sosial, dan profesional. Sedangkan, dari
kategori cukup memadai, yaitu sebanyak FGD diperoleh hasil semua guru memiliki
5 orang guru (83,33%). Terdapat 1 orang pengetahuan yang memadai mengenai visi
guru (16,67%) yang memiliki pengetahuan dan misi lembaga pendidikan nonformal
tergolong memadai dan tidak ada guru yang tempat mereka mengajar serta menyadari
memiliki pengetahuan tergolong belum pentingnya pembentukan karakter bagi
memadai. masa depan anak, semua guru mengetahui
Dengan hasil ini dapat dinyatakan cara pengajaran yang efektif mengenai
bahwa tingkat pengetahuan guru mengenai pembentukan karakter hanya melalui
karakteristik tahapan perkembangan anak pengalaman mereka langsung menghadapi
usia 3-9 tahun saat ini berada pada taraf anak, dan semua guru kurang memiliki
219
JURNAL KEPENDIDIKAN, Volume 45, Nomor 2, November 2015, Halaman 211-221
220
Leoni F. dan Clara P.A.: Keterkaitan antara Moral Knowing...
221