Anda di halaman 1dari 11

KETERKAITAN ANTARA MORAL KNOWING, MORAL FEELING,

DAN MORAL BEHAVIOR PADA EMPAT KOMPETENSI DASAR GURU

Leonie Francisca1 dan Clara R.P. Ajisuksmo2


1
Magister Psikologi Profesi Universitas Katolik Atma Jaya
2
Fakultas Psikologi Universitas Katolik Atma Jaya
email: francisca.leonie@gmail.com

Abstrak
Penelitian bertujuan untuk mengetahui tingkat pemahaman guru (moral knowing), keinginan
guru (moral feeling) untuk melakukan, dan perilaku guru (moral behavior) pada kompetensi pedagogi,
kepribadian, sosial, dan profesional dalam pendidikan karakter; serta keterkaitan antara moral knowing,
moral feeling, dan moral behavior pada empat kompetensi dasar guru. Penelitian ini menggunakan
pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner, panduan
observasi, dan focus group discussion. Hasil data kuantitatif menunjukkan sekitar 66,67% guru berada
pada taraf cukup memadai di keempat kompetensi dasar guru terkait komponen pembentukan karakter.
Data kualitatif menunjukkan bahwa pada proses pendidikan karakter, kompetensi dasar guru tidak
selalu berdasarkan ketiga komponen pembentukan karakter tersebut. Akibatnya, guru-guru menjadi
kurang tepat saat mengajarkan pendidikan karakter kepada peserta didik.

Kata kunci: kompetensi guru, pendidikan karakter, lembaga pendidikan nonformal

THE CORRELATIONS AMONG MORAL KNOWING, MORAL FEELING,


AND MORAL BEHAVIOR ON FOUR BASIC COMPETENCIES OF TEACHERS

Abstract
This study was aimed at determining the level of teacher's understanding (moral knowing),
teacher’s desire to do (moral feeling), and teacher’s behavior (moral behavior) on pedagogical,
personal, social, and professional competences in character education and determining the
relationship among moral knowing, moral feeling, and moral behavior on the four basic competencies
of teacher. This study used quantitative and qualitative approaches. The data were collected through
questionnaire, manual observation, and focus group discussion. The result shows that 66.67% of
the teachers are at sufficient level in the four basic competencies of teacher related to the character
building components. In the process of character education, each basic competence of teachers is
not always based on the character building components. As a result, teachers become less precise
when giving character education to their students.

Keywords: teacher competence, character education, nonformal education institutions

PENDAHULUAN 20 Th. 2003 tentang Sistem Pendidikan


Beberapa tahun terakhir pemerintah Nasional (UU Sisdiknas) menyatakan
mulai menggalakan kembali pendidikan bahwa di antara tujuan pendidikan nasional
karakter dalam proses pembelajaran di adalah mengembangkan potensi anak didik
sekolah-sekolah bahkan pembentukan untuk memiliki kecerdasan, kepribadian
karakter menjadi salah satu tujuan dan akhlak mulia. Amanah Undang-undang
pendidikan nasional. Undang-undang No. tersebut bermaksud agar pendidikan tidak

211
JURNAL KEPENDIDIKAN, Volume 45, Nomor 2, November 2015, Halaman 211-221

hanya membentuk insan Indonesia yang terhadap keberhasilan di sekolah. Terdapat


cerdas, namun juga berkepribadian atau beberapa faktor risiko yang menyebabkan
berkarakter, sehingga nantinya akan lahir kegagalan anak di sekolah. Faktor-faktor
generasi bangsa yang tumbuh berkembang risiko tersebut bukan terletak pada kecerdas-
dengan karakter yang bernafas nilai-nilai an intelektual, tetapi pada kecerdasan emosi
luhur bangsa serta agama. Salah satu cara atau karakter, seperti rasa percaya diri,
untuk membangun karakter yang baik kemampuan bekerja sama, kemampuan
adalah melalui pendidikan agama, dimana bergaul, kemampuan berkonsentrasi, rasa
guru merancang berbagai kegiatan bersama empati, dan kemampuan berkomunikasi.
siswa dengan berlandaskan ajaran agama. Pembentukan karakter merupakan
Hal ini tidak berarti hanya mentransfer proses yang panjang dan lama yang
norma-norma agama kepada siswa, tetapi terus berlanjut hingga masa dewasa.
lebih daripada itu adalah mengamalkan Menurut Goleman (1995), keberhasilan
ajaran-ajaran tersebut dalam perilaku seseorang di masyarakat, ternyata 80%
sehari-hari (Marzuki, Murdionono, & dipengaruhi oleh kecerdasan emosi, dan
Samsuri, 2011). hanya 20% ditentukan oleh kecerdasan
Lickona (2012) dan Berkowitz & Bier intelektual. Anak-anak yang mempunyai
(2005) menyatakan bahwa pendidikan masalah dalam kecerdasan emosinya akan
karakter adalah upaya yang dilakukan mengalami kesulitan belajar, bergaul, dan
dengan sengaja untuk mengembangkan tidak dapat mengontrol emosi mereka.
karakter yang baik berlandaskan kebajikan- Permasalahan ini sudah dapat terlihat
kebajikan inti yang secara objektif baik bagi sejak usia anak masih prasekolah dan
individu maupun masyarakat. Pendidikan kalau tidak ditangani dapat terbawa sampai
karakter adalah suatu sistem penanaman usia dewasa. Sebaliknya, anak-anak yang
nilai-nilai karakter kepada seluruh berkarakter atau mempunyai kecerdasan
warga sekolah yang meliputi komponen emosi tinggi dapat terhindar dari masalah-
pemahaman, keinginan untuk melakukan, masalah, seperti kenakalan, tawuran,
dan tindakan untuk melaksanakan nilai- narkoba, miras, perilaku seks bebas, dan
nilai tersebut. perilaku negatif lainnya.
Pendidikan karakter juga merupakan P r o s e s p e m b e n t uk a n k a r a k t e r
pengajaran dari aspek afeksi anak didik seseorang dipengaruhi oleh interaksi
sehingga kecerdasan emosinya dapat yang terjadi antara faktor dari dalam
berkembang dengan baik. Hasil studi diri orang tersebut dan lingkungannya.
Berkowitz & Bier (2005) menunjukkan Pembentukan lingkungan menjadi sangat
terdapat peningkatan motivasi anak penting karena pada dasarnya karakter
sekolah dalam meraih prestasi akademik adalah kualitas pribadi seseorang yang
pada sekolah-sekolah yang menerapkan terbentuk melalui proses belajar (Raka,
pendidikan karakter. Kelas-kelas yang et al., 2011). Salah satu lingkungan
secara komprehensif terlibat dalam tempat pembentukan karakter anak
pendidikan karakter menunjukkan adanya berlangsung adalah sekolah (Marzuki,
penurunan drastis pada perilaku negatif Murdiono, & Samsuri, 2011). Di sekolah,
anak. guru mempunyai peranan yang besar.
Zins, et al. (2001) juga mengompilasi- Hal ini disebabkan karena guru yang
kan berbagai hasil penelitian tentang langsung berhadapan dengan anak didik
pengaruh positif kecerdasan emosi anak untuk mentransfer ilmu pengetahuan

212
Leoni F. dan Clara P.A.: Keterkaitan antara Moral Knowing...

dan teknologi serta mendidik dengan dalam kurikulum pendidikan calon guru.
nilai-nilai positif melalui bimbingan dan Untuk itu, maka menjadi penting untuk
keteladanan (Kunandar, 2008). terlebih dahulu menguraikan dimensi soft
Dalam pembentukan karakter anak skills menjadi indikator yang terukur dan
didik, guru memiliki posisi sebagai pelaku operasional (Wagiran, Munadi, & Widodo,
utama. Mengajar tidak sekedar mentransfer 2013).
il mu pengetahuan, teknologi, dan Kompetensi guru dalam proses pem-
keterampilan, melainkan juga mentransfer belajaran sangat menentukan kemaju-
kehidupan. Implikasi yang paling dekat an akademik dan nonakademik anak
adalah semua pengajar, tidak pandang didik, dan kemampuan guru dalam proses
mata pelajaran yang diajarkannya memiliki pembelajaran merupakan salah satu pilar
tanggung jawab membangun moral dan utama peningkatan mutu pendidikan. Dalam
karakter anak didik. Sikap dan perilaku Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun
seorang guru sangat membekas dalam diri 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan,
anak didik, sehingga ucapan, tindakan, dan baik lembaga pendidikan formal maupun
kepribadian guru menjadi cerminan anak nonformal, harus memiliki guru yang
didiknya. memenuhi kompetensi dasar guru, yaitu
Beratnya tanggung jawab seorang kompetensi pedagogis, kepribadian, sosial,
guru berimplikasi guru harus mempunyai dan profesional. Keempat kompetensi dasar
beberapa kompetensi untuk melaksanakan tersebut disesuaikan dengan tujuan dan
tugasnya. Wolf menegaskan, seseorang kebutuhan dari masing-masing lembaga
dapat dikatakan berkompeten dalam pendidikan nonformal. Lembaga pendidik-
bidangnya jika dalam hal pengetahuan, an nonformal yang menitikberatkan pada
keterampilan, sikap, serta hasil kerjanya pendidikan karakter, perlu memiliki guru
sesuai standar yang ditetapkan dan/ dengan kompetensi dasar yang didasari oleh
atau diakui oleh lembaganya (Musfah, pemahaman mengenai pendidikan karakter.
2011). Dengan demikian, dapat dikatakan Pendidikan karakter adalah pendidikan
kompetensi guru merupakan suatu untuk membentuk kepribadian siswa, yaitu
kemampuan dasar yang harus dimiliki pribadi yang bijaksana, terhormat, dan
seorang guru untuk melaksanakan tugas bertanggung jawab yang hasilnya terlihat
sebagai pengajar dan pendidik, baik dalam dalam tindakan nyata.
proses pembelajaran di lembaga pendidik- Proses pembentukan karakter ada-
an formal maupun nonformal. lah bagaimana anak-anak didik diberi
Dari hasil penelitian Wagiran, Munadi, pengetahuan dan pemahaman akan nilai-
& Widodo (2013; 2014) ditunjukkan nilai kebaikan yang universal (moral
bahwa soft skills atau karakter mempunyai knowing) sehingga pada akhirnya mem-
peran yang strategis untuk menghasilkan bentuk beliefs. Anak-anak tersebut tidak
calon guru yang profesional. Soft skills hanya sampai memiliki pemahaman saja
merupakan bagian dari pendidikan karakter namun sistem pendidikan yang ada juga
karena di dalamnya tercakup pengembang- harus berperan aktif mendukung dan
an diri yang mampu meningkatkan kinerja mengondisikan nilai-nilai kebaikan tersebut
(Hamidah, Rahmawati, & Jaedun, 2013). sehingga semua anak mencintai nilai-nilai
Oleh karena itu hal yang sangat penting tersebut sebagai sebuah kebaik-an untuk
adalah menemukan cara yang strategis dianut (moral feeling). Setelah membentuk
untuk mengintegrasikan soft skills ke pemahaman dan sikap, maka dengan penuh

213
JURNAL KEPENDIDIKAN, Volume 45, Nomor 2, November 2015, Halaman 211-221

kesadaran anak-anak akan bertindak dengan lain (dengan orang tua, saudara, dan
nilai-nilai kebaikan (moral behavior) yang teman sebaya), anak belajar memahami
dianut sebagai ekspresi martabat dan harga perilaku mana yang baik, yang boleh
diri. dikerjakan dan tingkah laku mana yang
Guru-guru di lembaga pendidikan tidak baik, yang tidak boleh dikerjakan.
nonformal tersebut seharusnya memiliki Proses pembelajaran melalui pengalaman
pengetahuan mengenai kompetensi guru berinteraksi dengan orang lain, dalam hal
yang dibutuhkan dalam proses pendidikan ini guru, membutuhkan seorang guru yang
karakter, menyadari pentingnya kompetensi dapat menjadi role model yang tepat. Peran
guru tersebut dan memiliki keinginan untuk tersebut dapat dijalankan oleh guru dengan
melakukannya, serta melakukannya setiap baik bila guru tersebut memiliki pemaham-
hari. Mereka harus memiliki pengetahuan an dan keinginan untuk menerapkan
dan pemahaman mengenai pendidikan kompetensi kepribadian dalam setiap pro-
karakter sebelum dapat mengajarkan ses pembelajaran yang dilakukan.
dan menanamkan karakter kepada anak Guru perlu memiliki pengetahuan,
didik mereka. Hal ini mengharuskan guru keinginan, dan menerapkan kompetensi
memiliki kompetensi profesional. sosial dalam proses pembelajaran pendidikan
Multiple Intelligences merupakan karakter sehingga proses pembelajaran
salah satu hal yang perlu diperhatikan terjadi melalui komunikasi yang benar,
dalam pendidikan karakter, yaitu dengan tepat, dan efektif. Bila hal tersebut terjadi
memberikan pendidikan karakter sesuai maka guru dapat menyampaikan maksud
karakteristik anak sehingga karakter yang pembentukan karakter dengan tepat dan
diajarkan menjadi lebih cepat ditangkap anak didik dapat menangkap maksud guru
anak dan lebih tahan lama (Khan, 2010). sehingga terjadi proses pendidikan karakter
Menurut Gardner & Hatch (1989), potensi yang benar.
seseorang berhubungan dengan serangkai- Guru yang berkualitas adalah syarat
an kemampuan manusia yang unik serta penting untuk menciptakan pendidikan
cara yang dipilih oleh orang tersebut dalam karakter yang berkualitas. Oleh karena
mengaplikasikan inteligensinya. itu, dalam proses seleksi guru, kompetensi
Multiple Intelligences melihat ke- calon guru harus menjadi pertimbangan
lebihan dan kekurangan seseorang secara utama (Nurkolis, 2012). Pada lembaga
unik dan berbeda-beda sehingga guru perlu pendidikan nonformal tempat penelitian
memahami keunikan setiap siswa yang berlangsung belum memiliki standar
diajarkan olehnya agar dapat merancang kompetensi guru untuk proses seleksi
perencanaan belajar, tujuan belajar, penerimaan guru. Hal ini membuat guru-
dan metode pembelajaran yang sesuai guru yang telah diterima tidak diketahui
dengan potensi anak. Pengetahuan dan tingkatan komponen pembentukan karak-
keinginan untuk memahami kompetensi ter (moral knowing, moral feeling, dan
pedagogis oleh guru akan membuat guru moral behavior) pada empat kompetensi
tersebut lebih dapat melakukan proses guru di pendidikan karakter.
pembelajaran yang sesuai dalam proses Berdasarkan permasalahan tersebut,
pendidikan karakter. maka penelitian ini dilakukan untuk
Menurut Semiawan (2010), pen- mengukur tingatan komponen pembentuk-
didikan karakter dapat terjadi melalui an karakter pada empat kompetensi dasar
pengalamannya berinteraksi dengan orang guru-guru dan keterkaitan antara masing-

214
Leoni F. dan Clara P.A.: Keterkaitan antara Moral Knowing...

masing komponen pembentukan karakter si untuk dapat memunculkan kompetensi


pada setiap kompetensi dasar guru. Hal ini tersebut.
perlu dilakukan agar dapat menciptakan Teknik analisis data yang dilakukan
dan mengembangkan kompetensi yang dalam penelitian ini adalah teknik anali-
kurang sehingga setiap guru dapat menga- sis data kuantitatif dan kualitatif. Data
jar pendidikan karakter secara optimal. kuantitatif diolah melalui metode statis-
tik deskriptif dan uji korelasi Pearson.
METODE Analisis data kualitatif dilakukan melalui
Penelitian ini menggunakan pen- coding dan content analysis. Penentuan
dekatan kuantitatif dan kualitatif. Pada partisipan penelitian menggunakan teknik
pendekatan kuantitatif digunakan instru- purposive sampling, yaitu teknik pemilih-
men penelitian berupa kuesioner. Kuesio- an penelitian berdasarkan karakteristik ter-
ner terbagi dalam empat bagian. Tiga tentu (Berg, 2007). Hal ini dilakukan agar
bagian pertama diberikan dalam bentuk partisipan penelitian menjadi sumber data
checklist dengan menggunakan pengukuran terbaik untuk mencapai tujuan penelitian,
skala likert. Setiap bagian kuesioner berisi maka partisipan penelitian yang memenuhi
67 pernyataan mengenai indikator masing- karakteristik tersebut adalah seluruh guru
masing kompetensi guru berdasarkan Pasal yang mengajar di sebuah lembaga pen-
28 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor didikan nonformal, yaitu enam orang guru.
19 tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan. Kuesioner bagian terakhir HASILPENELITIAN DAN PEMBAHASAN
berisi pernyataan yang bertujuan untuk Uji normalitas dilakukan mengguna-
mengukur tingkat pengetahuan guru kan metode Kolmogorov-Smirnov .
mengenai tahapan perkembangan anak Hasil seperti yang terlihat pada Tabel 1,
usia 3-9 tahun dalam aspek fisik, kognitif, menunjukkan bahwa data kuesioner dalam
dan sosial-emosional. Kuesioner terdiri distribusi normal sehingga metode statistik
dari 22 pernyataan dan dalam bentuk parametrik dapat digunakan untuk analisis
checklist. data.
Dalam pengumpulan data kualitatif, Dalam penelitian ini, skor kompetensi
penelitian ini menggunakan teknik obser- dasar guru pada masing-masing komponen
vasi dan Focus Group Discussion (FGD). pembentukan karakter akan dibagi menjadi
Observasi digunakan agar dapat menga- tiga bagian, yaitu memadai, cukup memadai,
mati situasi rutinitas guru sebelum mengajar dan kurang memadai. Peneliti membuat
serta melihat interaksi guru dengan anak cut points berdasarkan perhitungan mean
didik, orang tua, dan sesama guru. Teknik dan standar deviasi. Berdasarkan hasil
FGD digunakan untuk memperoleh data perhitungan tersebut diperoleh hasil seperti
dari pertanyaan yang diajukan dan juga yang terlihat pada Tabel 2.
dari interaksi yang terjadi dalam kelompok Pada kompetensi pedagogi terkait
selama diskusi dilakukan (Kitzinger, 1995). moral knowing, moral feeling, dan moral
Sikap, perasaan, dan keyakinan seseorang behavior terlihat bahwa sebagian besar guru
dapat lebih terlihat selama berinteraksi berada pada tingkatan cukup memadai, yaitu
dengan orang lain. Hal ini diperlukan sebanyak 4 orang (66,67%). Terdapat 1 orang
untuk dapat melihat beberapa kompetensi guru (16,67%) pada tingkatan memadai dan
guru, terutama kompetensi kepribadian dan masih ada 1 orang guru (16,67%) berada
sosial, yang membutuhkan situasi interak- pada tingkatan belum memadai.

215
JURNAL KEPENDIDIKAN, Volume 45, Nomor 2, November 2015, Halaman 211-221

Tabel 1. Hasil Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov


Kompetensi Pedagogi Kepribadian Sosial Profesional
Guru Z p Z p Z P Z p
Moral Knowing ,375 ,999* ,400 ,997* ,304 1,00* ,437 ,991*
Moral Feeling ,314 1,00* ,467 ,981* ,449 ,988* ,562 ,910*
Moral Behavior ,585 ,884* 4,67 ,981* ,370 ,999* ,859 ,452*
*p > ,05

Tabel 2. Klasifikasi Tingkat Kompetensi Guru Terkait Komponen Pembentukan Karakter


Moral Knowing Moral Feeling Moral Behavior
Kompetensi Kategori
n % n % n %
Pedagogi Belum memadai 1 16,67 1 16,67 1 16,67
Cukup memadai 4 66,67 4 66,67 4 66,67
Memadai 1 16,67 1 16,67 1 16,67
Kepribadian Belum memadai 2 33,33 0 0 1 16,67
Cukup memadai 3 50 4 66,67 4 66,67
Memadai 1 16,67 2 33,33 1 16,67
Sosial Belum memadai 1 16,67 1 16,67 1 16,67
Cukup memadai 4 66,67 4 66,67 4 66,67
Memadai 1 16,67 1 16,67 1 16,67
Profesional Belum memadai 1 16,67 2 33,33 0 0
Cukup memadai 3 50 3 50 5 83,33
Memadai 2 33,33 1 16,67 1 16,67

Pada perhitungan kompetensi ke- tingkat memadai dan tidak ada guru yang
pribadian guru terdapat variasi tingkatan berada pada tingkatan belum memadai.
terkait masing-masing komponen pem- Sedangkan, perolehan hasil perhitungan
bentukan karakter. Hasil perhitungan statistik, pada kompetensi kepribadian
kompetensi kepribadian guru terkait terkait moral behavior, terlihat bahwa
moral knowing, mayoritas guru berada sebagian besar berada pada tingkatan cukup
ditingkatan cukup memadai, yaitu sebanyak memadai, yaitu sebanyak 4 orang (66,67%).
3 orang guru (50%). Terdapat 1 orang guru Terdapat 1 orang guru (16,67%) yang
(16,67%) yang memiliki tingkat memadai memiliki tingkat memadai dan masih ada
dan masih ada 2 orang guru (33,33%) pada 1 orang guru (16,67%) yang berada pada
tingkatan belum memadai. tingkatan belum memadai.
Pada kompetensi kepribadian terkait Berdasarkan hasil perhitungan sta-
moral feeling menunjukkan mayoritas guru tistik untuk kompetensi sosial guru terkait
berada pada tingkatan cukup memadai, moral knowing, moral feeling, dan moral
yaitu sebanyak 4 orang (66,67%). Terdapat behavior terlihat mayoritas guru berada di
2 orang guru (33,33%) yang memiliki tingkatan cukup memadai, yaitu sebanyak

216
Leoni F. dan Clara P.A.: Keterkaitan antara Moral Knowing...

4 orang (66,67%). Terdapat 1 orang guru Widyaningsih (2014) bahwa terdapat


(16,67%) yang berada pada tingkatan pengaruh latar belakang dan pengalaman
memadai dan masih ada 1 orang guru mengajar guru terhadap kompetensi guru.
(16,67%) berada pada tingkatan belum Hasil uji korelasi Pearson dapat dilihat
memadai. lebih jelas pada Tabel 3. Berdasarkan hasil
Perhitungan statistik menghasilkan perhitungan uji korelasi antara ketiga
gambaran tingkatan kompetensi profe- komponen pembentukan karakter pada
sional guru yang bervariasi. Pada kompetensi pedagogi diperoleh hasil
kompetensi profesional terkait moral adanya korelasi yang signifikan kuat dan
knowing terlihat mayoritas kompetensi positif antara komponen moral feeling
profesional guru berada di tingkatan cukup dan moral behavior (r = ,956; p < ,05).
memadai, yaitu sebanyak 3 orang guru Hal ini menunjukkan bahwa bila terjadi
(50%). Terdapat 2 orang guru (33,33%) peningkatan atau penurunan pada moral
yang memiliki tingkatan memadai dan feeling maka akan terjadi peningkatan
masih ada 1 orang guru (16,67%) yang atau penurunan juga pada moral behavior,
berada pada tingkatan belum memadai. begitu juga sebaliknya. Sedangkan, antara
Pada perhitungan kompetensi profesional komponen moral knowing dan moral
terkait moral feeling menunjukkan bahwa feeling pada kompetensi pedagogi nilai p
mayoritas berada di tingkatan cukup = ,193 (> ,05); r = .616, artinya tidak ada
memadai, yaitu sebanyak 3 orang guru korelasi yang signifikan. Demikian juga
(50%). Terdapat 1 orang guru (16,67%) pada moral knowing dan moral behavior
yang berada pada tingkatan memadai. tidak ada korelasi yang signifikan (r = ,587;
Sedangkan, pada tingkatan belum p > ,05).
memadai terdapat 2 orang guru (33,33%). Korelasi antara komponen pem-
Pada kompetensi profesional guru terkait bentukan karakter pada kompetensi
moral behavior memperlihatkan bahwa profesional menunjukkan bahwa antara
mayoritas terdapat pada tingkatan cukup moral feeling dan moral behavior terdapat
memadai, yaitu sebanyak 5 orang guru hubungan yang signifikan kuat dan positif
(83,33%). Terdapat 1 orang guru (16,67%) (r = ,864; p < ,05). Sedangkan, antara moral
yang memadai dan tidak ada guru yang knowing dan moral feeling tidak terdapat
berada pada tingkatan belum memadai. korelasi yang signifikan (r = ,372; p >
Guru-guru tersebut dapat memiliki ,05). Hal serupa juga terlihat pada hasil uji
tingkat kompetensi di taraf cukup me- korelasi antara moral knowing dan moral
madai karena beberapa faktor, seperti behavior (r = ,483; p > ,05).
latar belakang pendidikan, lama mengajar, Pada hasil uji korelasi kompetensi pe-
motivasi, dan lain sebagainya. Pada dagogi dan profesional, guru-guru terlihat
penelitian ini hasil tersebut dapat terjadi hanya terdapat hubungan antara moral
karena faktor latar belakang pendidikan feeling dan moral behavior. Sedangkan,
para guru di lembaga pendidikan non- moral knowing tidak menunjukkan
formal tersebut bukan berasal dari lulusan hubungan dengan dua komponen lainnya.
keguruan sehingga guru-guru tersebut Hasil ini dapat terjadi karena latar belakang
memang tidak dibekali dengan kompetensi pendidikan guru-guru yang tidak berasal
yang perlu dimiliki oleh guru profesional dari ilmu keguruan, membuat guru-guru
pada umumnya. Hal ini sejalan dengan tidak memiliki dasar pengetahuan menge-
hasil penelitian yang dilakukan oleh nai kedua kompetensi tersebut. Sekalipun,

217
JURNAL KEPENDIDIKAN, Volume 45, Nomor 2, November 2015, Halaman 211-221

Tabel 3. Hasil Uji Korelasi Pearson antara Kompetensi Guru dengan Komponen
Pembentukkan Karakter
Moral Knowing Moral Feeling Moral Behavior
Kompetensi Guru
r p r p r p
Pedagogi
Moral Knowing - - ,616 ,193 ,587 ,220
Moral Feeling ,616 ,193 - - ,956 ,003**
Moral Behavior ,587 ,220 ,956 ,003** - -
Kepribadian
Moral Knowing - - ,873 ,023* ,976 ,001**
Moral Feeling ,873 ,023* - - ,915 ,011*
Moral Behavior ,976 ,001** ,915 ,011* - -
Sosial
Moral Knowing - - ,909 ,012* ,466 ,351
Moral Feeling ,909 ,012* - - ,779 ,068
Moral Behavior ,466 ,351 ,779 ,068 - -
Profesional
Moral Knowing - - ,372 ,468 ,483 ,332
Moral Feeling ,372 ,468 - - ,864 ,027*
Moral Behavior ,483 ,332 ,864 ,027* - -
*p < ,05
**p < ,01

guru-guru mengetahui secara otodidak, ditunjukkan antara komponen moral feeling


mereka tidak mengetahui pentingnya dan moral behavior (r = ,915; p < ,05).
kompetensi tersebut sehingga tidak ada Komponen moral knowing dan moral
keinginan untuk melakukan. Sedangkan, behavior pada kompetensi kepribadian
menurut Sudjana (2005), dalam proses menunjukkan hubungan korelasi yang
belajar mengajar, 76% kualitas anak didik signifikan paling kuat dan positif di antara
dipengaruhi oleh kompetensi guru, dengan komponen lainnya (r = ,976; p < ,05).
rincian, kemampuan guru mengajar sebesar Korelasi yang signifikan antara ketiga
32,43%, penguasaan materi pelajaran komponen pembentukan karakter ini
32,58%, dan sikap guru terhadap mata menyatakan bahwa peningkatan ataupun
pelajaran terhadap mata pelajaran 8,60%. penurunan pada salah satu komponen
Pada kompetensi kepribadian ter- akan mempengaruhi peningkatan ataupun
dapat korelasi yang signifikan antara ketiga penurunan pada komponen lainnya.
komponen pembentukan karakter. Antara Hasil uji korelasi kompetensi ke-
komponen moral knowing dan moral pribadian pada guru-guru menunjukkan
feeling berkorelasi signifikan yang kuat adanya hubungan antara ketiga komponen
dan positif (r = ,873; p < ,05). Korelasi pembentukan karakter. Kemungkinan
signifikan yang kuat dan positif juga hasil ini dapat terjadi dikarenakan saat

218
Leoni F. dan Clara P.A.: Keterkaitan antara Moral Knowing...

seleksi masuk hal yang paling ditekankan cukup memadai. Akan tetapi, dari hasil
adalah kepribadian guru-guru sebagai perhitungan uji korelasi, seperti terlihat
syarat utama dan ditekankan mengenai pada Tabel 5, menunjukkan bahwa tidak
pendidikan karakter sebagai tujuan utama adanya korelasi yang signifikan antara
pembelajaran di lembaga pendidikan kedua variabel tersebut. Hal ini dapat
nonfromal tersebut sehingga harus berhati- diartikan bahwa guru-guru memiliki
hati menjaga sikap. pengetahuan tersebut hanya saja mereka
Hasil uji korelasi antara komponen belum mengaitkan pengetahuan tersebut
pembentukan karakter pada kompetensi dengan kompetensi dasar pedagogi. Guru
sosial menunjukkan adanya korelasi masih mengalami kebingungan untuk
signifikan yang kuat dan positif antara mengaplikasikan pengetahuan tersebut
moral knowing dan moral feeling (r = dalam proses pembelajaran di kelas.
,909; p < ,05). Hal ini berarti peningkatan
ataupun penurunan pada moral knowing Tabel 4. Klasifikasi Tingkat Pengetahuan
akan memberikan pengaruh terhadap pe- Guru terhadap Tahapan Perkem-
ningkatan ataupun penurunan pada moral bangan Anak Usia 3-9 Tahun
feeling. Sedangkan antara moral knowing Kategori Skor n %
dan moral behavior tidak terdapat korelasi Belum Memadai (< 6) 0 0
signifikan (r= ,466; p < ,05). Cukup Memadai (7-11) 5 83,33
Korelasi tidak signifikan juga
Memadai (> 12) 1 16,67
ditunjukkan antara moral feeling dan moral
behavior namun terdapat korelasi linear yang
Tabel 5. Hasil Uji Korelasi Pearson antara
cukup kuat (r = ,779; p > ,05). Hasil tersebut
Pengetahuan Guru dan Kompe-
dapat terjadi karena guru-guru mengetahui
tensi Pedagogi
secara teoretis mengenai kompetensi
Pengetahuan Guru r p
sosial, guru-guru juga memiliki keinginan
untuk melakukannya tetapi mereka tidak Kompetensi Pedagogi
mengetahui cara mengaplikasikannya dan Moral Knowing ,269 ,606
pentingnya untuk mengaplikasikannya Moral Feeling ,428 ,397
dalam proses pendidikan karakter. Moral Behavior ,409 ,420
Berdasarkan hasil perhitungan statis-
tik, yang terlihat pada Tabel 4, diperoleh Dari observasi diperoleh data bahwa
hasil bahwa mayoritas guru memiliki pe- belum semua guru dapat menunjukkan
ngetahuan mengenai karakteristik tahapan perilaku kompetensi pedagogi, kepribadian,
perkembangan anak usia 3-9 tahun pada sosial, dan profesional. Sedangkan, dari
kategori cukup memadai, yaitu sebanyak FGD diperoleh hasil semua guru memiliki
5 orang guru (83,33%). Terdapat 1 orang pengetahuan yang memadai mengenai visi
guru (16,67%) yang memiliki pengetahuan dan misi lembaga pendidikan nonformal
tergolong memadai dan tidak ada guru yang tempat mereka mengajar serta menyadari
memiliki pengetahuan tergolong belum pentingnya pembentukan karakter bagi
memadai. masa depan anak, semua guru mengetahui
Dengan hasil ini dapat dinyatakan cara pengajaran yang efektif mengenai
bahwa tingkat pengetahuan guru mengenai pembentukan karakter hanya melalui
karakteristik tahapan perkembangan anak pengalaman mereka langsung menghadapi
usia 3-9 tahun saat ini berada pada taraf anak, dan semua guru kurang memiliki

219
JURNAL KEPENDIDIKAN, Volume 45, Nomor 2, November 2015, Halaman 211-221

pengetahuan mengenai tahap perkembang- tahuan yang sama sehingga tingkatan


an anak sesuai usianya. kompetensi guru-guru dapat berkembang
secara bersama-sama. Upaya lain yang
SIMPULAN dapat dilakukan adalah membuat panduan
Hasil penelitian ini menunjukkan dan standar penerimaan guru sehingga
bahwa tingkat komponen pembentukan pihak lembaga pendidikan nonformal
karakter (moral knowing, moral feeling, dapat mengetahui tingkat kompetensi
dan moral behavior) guru di sebuah guru tersebut berdasarkan komponen
lembaga pendidikan nonformal, pada pembentukan karakter dan kompetensi
kompetensi pedagogi, kepribadian, sosial, yang masih perlu dikembangkan untuk
dan profesional umumnya berada pada menunjang proses pembelajaran pendidik-
taraf cukup memadai. Hal ini menyatakan an karakter.
bahwa sebagian besar guru memiliki cukup
pengetahuan, cukup memiliki keinginan DAFTAR PUSTAKA
untuk melakukan, serta cukup menunjuk- Berg, B.L. 2007. Qualitative Research
kan perilaku kompetensi pedagogi, ke- Methods for The Social Sciences. (6th
pribadian, sosial, dan profesional. ed). Boston, MA: Pearson Education,
Guru-guru juga memiliki inisiatif un- Inc.
tuk memperkaya diri dengan pengetahuan- Berkowitz, M.W., & Bier, M.C. 2005.
pengetahuan baru demi menunjang proses What Work in Character Education:
pembelajaran. Hanya saja pengetahuan A Research-Driven Guide for Practi-
baru tersebut menjadi kurang tepat saat tioners. Washington, DC: Character
diaplikasikan oleh guru-guru dalam proses Education Partnership
pembelajaran. Hal ini dikarenakan guru- Gardner, H., & Hatch, T. 1989. “Multiple
guru tersebut mempelajari pengetahuan Intelligences Go to School: Educatio-
yang benar-benar baru dan dilakukan nal Implications of The Theory of
secara otodidak sehingga mereka cenderung Multiple Intelligences”. Educational
menebak-nebak cara mengaplikasikan Researcher, 18(2), 4-10.
pengetahuan tersebut. Proses pengembang- Goleman, D. 1995. Emotional Intelligence.
an kompetensi ini pun dilakukan oleh guru- New York: Bantam.
guru secara individu sehingga setiap guru Hamidah, S., Rahmawati, F. & Jaedun,
mengalami perkembangan kompetensi yang A. 2013. "Pembelajaran Soft-Skills
tidak merata. Pada setiap kompetensinya, Terintegrasi bagi Penumbuhan Karak-
guru-guru tersebut tidak selalu berdasarkan ter Pekerja Professional Bidang
tiga komponen pembentukan karakter. Boga". Jurnal Kependidikan, 43(2),
Akibatnya, dalam prosesnya pendidikan 164-173.
karakter menjadi kurang utuh dan optimal. Khan, Y. 2010. Pendidikan Karakter
Berdasarkan simpulan tersebut Berbasis Potensi Diri. Yogyakarta:
penelitian ini menyarankan adanya upaya EGA Distribus.
oleh pihak lembaga pendidikan nonformal Kitzinger, J. 1995. “Qualitative Research:
tersebut untuk mengadakan pelatihan Introducing Focus Groups”. British
pengembangan kompetensi dasar guru Medical Journal, 311(7000), 299-302.
berdasarkan tiga komponen pembentukan Kunandar. 2008. Guru Profesional:
karakter. Hal ini perlu dilakukan agar Implementasi Kurikulum Tingkat
masing-masing guru memperoleh penge- Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses

220
Leoni F. dan Clara P.A.: Keterkaitan antara Moral Knowing...

dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: PT Asosiasi Psikologi Pendidikan Indo-


Raja Grafindo Persada. nesia, Malang, Jawa Timur.
Lickona, T. 2012. Mendidik untuk Mem- Sudjana, N. 2005. Dasar-dasar Proses
bentuk Karakter: Bagaimana Sekolah Belajar Mengajar. Bandung: Sinar
dapat Memberikan Pendidikan Tentang Baru Algensindo.
Sikap Hormat dan Bertanggung Jawab. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003
(Terj.: Wamaungo). Jakarta: PT. Bumi tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Aksara. Wagiran, Munadi, S., & Widodo, S.F.A.
Marzuki, Murdiono, M., & Samsuri. 2013. "Model Penguatan Soft Skills
2011. "Pembinaan Karakter Siswa dalam Pewujudan Calon Guru
Berbasis Pendidikan Agama". Jurnal Kejuruan Profesional Berkarakter".
Kependidikan, 41(1), 45-53. Jurnal Kependidikan, 43(1), 87-94.
Musfah, J. 2011. Peningkatan Kompetensi Wagiran, Munadi, S., & Widodo, S.F.A.
Guru: Melalui Pelatihan dan Sumber 2014. "Pengembangan Model Penguat-
Belajar Teori dan Praktik. Jakarta: an Soft Skills dalam Mewujudkan
Prenada Media Group. Calon Guru Kejuruan Professional
Nurkolis. 2012. “Urgensi Reformasi Berkarakter." Jurnal Kependidikan,
Manajemen Guru di Era Otonomi Dae- 44(1), 92-102.
rah”. Jurnal Manajemen Pendidikan, Widyaningsih, A. 2014. "Pengaruh Latar
1(2), 138-154. Belakang Pendidikan dan Pengalaman
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Mengajar terhadap Kompetensi
Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Profesional Guru MA Negeri 1 Sura-
Nasional Pendidikan. karta Tahun Ajaran 2013/2014".
Raka, G., Mulyana, Y., Markam, S.S., Se- Skripsi. Universitas Muhammadiyah
miawan, C.R., Hasan, S.H., Bastaman, Surakarta.
H.D., & Nurachman, N. 2011. Pen- Zins, J.E., Weissberg, R.P., Wang, M.C.,
didikan Karakter di Sekolah: dari & Walberg, H.J. 2001. "Social and
Gagasan ke Tindakan. Jakarta: PT. Elex Emotional Learning and School
Media Komputindo. Success: Maximizing Children’s
Semiawan, C.R. 2010. "Peran Pendidikan Potential by Integrating Thinking,
dal am P em bangunan K ara kte r Feeling And Behavior". The CEIC
Bangsa". Makalah disajikan dalam (Centeron Education in the Inner
Konferensi Nasional dan Workshop Cities) Review, 10, 1-9.

221

Anda mungkin juga menyukai