Nurjannah, M.Pd 1
1
STKIP Bina Bangsa Meulaboh.JL Nasional Meulaboh-Tapaktuan Peunaga Cut Ujong
Kec. Meureubo Kab Aceh Barat. E-mail : ibnunurjannah7@gmail.com
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai karakter pada mata pelajaran PKn di
kelas V SD Negeri Paya Peunaga. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Jenis
penelitian ini adalah kualitatif bersifat deskriptif (descriptive research). Subjek dalam
penelitian berjumlah sebanyak 21 orang yang terdiri dari 8 laki-laki dan 13 perempuan,
dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V SD Negeri Paya Peunaga Kecamatan
Meurebo Kabupaten Aceh Barat. Waktu penelitian pada bulan Agustus 2018. Teknik
pengumpulan datanya seperti: observasi dan wawancara. Instrumen seperti: lembar
observasi, dan lembar wawancara. Data penelitian yang akan dianalisis dalam penelitian ini
adalah deskriptif persentase. Hasil penelitian menunjukan bahwa analisis nilai karakter siswa
kelas V SD Negeri Paya Peunaga memiliki kriteria yang berbeda pada setiap nilai
karakternya. Mulai dari hasil observasi analisis pelaksanaan pembelajaran guru mendapatkan
kriteria “Sangat Baik”. Hasil pengamatan nilai karakter dalam proses pembelajaran PKn
untuk nilai karakter nilai karakter jujur dengan kriteria “Baik”, disiplin “Baik”, kreatif
“Baik”, kerja keras “Baik”, rasa ingin tahu “Baik”, dan gemar membaca dengan kriteria
“Sangat Baik”. Berbeda dengan hasil yang diperoleh dari hasil angket yang dikerjakan
peserta didik, penerapan nilai karakter jujur dengan kriteria “Baik”, disiplin “Baik”, kreatif
“Baik”, kerja keras “Sangat Baik”, rasa ingin tahu “Baik”, dan gemar membaca dengan
kriteria “Baik”. Jadi hasil pengamatan nilai karakter yang diperoleh menunjukkan bahwa
siswa dalam pembelajaran PKn mendapatkan kategori dalam kriteria “Baik”.
PENDAHULUAN
Pendidikan karakter saat ini nantinya akan membentuk kepribadian
merupakan topik yang marak atau karakter anak. Merebaknya sikap
diperbincangkan dalam dunia pendidikan. hidup yang buruk dan budaya kekerasan
Pendidikan merupakan salah satu proses atau merakyatnya bahasa ekonomi dan
yang di dalamnya terdapat suatu aturan politik, disadari atau tidak, telah ikut
dan prosedur yang harus dimiliki oleh melemahkan karakter anak-anak bangsa,
setiap peserta didik. Setipa peserta didik sehingga menjadikan nilai-nilai luhur dan
memiliki tanggungjawab yang sama kearifan sikap hidup mati suri. Anak-anak
dalam proses pembelajaran. Pendidikan sekarang gampang sekali melontarkan
menjadi pilar utama untuk memajukan bahasa oral dan bahasa tubuh yang
generasi penerus bangsa demi cenderung tereduksi oleh gaya ungkap
perkembangan intelektual anak. yang kasar dan vulgar. Nilai-nilai etika
Perkembangan intelektual tersebut dan
1
Bina Gogik, p-ISSN: 2355-3774
Volume 6 No. 2, September 2019 e-ISSN: 2579-4647
Page : 13-28
estetika telah terbonsai dan terkerdilkan yaitu kualitas kemanusiaan yang baik
oleh gaya hidup instan dan konstan secara objektif, bukan hanya untuk
(Purwanto, 2011: 2). individu perseorangan, tetapi juga baik
Menurut Suyanto (2010: 43) untuk masyarakat secara keseluruhan.
karakter merupakan cara berpikir dan Pendidikan karakter di pendidikan formal
berperilaku yang menjadi ciri khas tiap dibagi menjadi tiga yaitu: (1) Pendidikan
individu untuk hidup dan bekerja sama, karakter secara terpadu melalui
baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, pembelajaran, (2) Pendidikan karakter
bangsa dan negara. Menurut Ki Hajar secara terpadu melalui manajemen
Dewantara (2011: 25) karakter itu sebagai sekolah, dan (3) Pendidikan karakter
watak atau budi pekerti. Guna mengatasi secara terpadu melalui ekstrakulikuler.
degradasi moral anak bangsa, saat ini Menurut Kemendiknas (2010: 94)
pemerintah dan rakyat Indonesia tengah nilai karakter berasal dari kajian nilai-nilai
gencar mengimplementasikan pendidikan agama, norma-norma sosial, peraturan
karakter di institusi pendidikan mulai dari atau hukum, etika akademik, dan prinsip-
tingkat dini (PAUD), sekolah dasar prinsip HAM, telah teridentifikasi butir-
(SD/MI), sekolah menengah (SMA/MA), butir nilai yang dikelompokkan menjadi
hingga perguruan tinggi. lima nilai utama, yaitu nilai-nilai perilaku
Menurut Kemdiknas (2010: 15) manusia dalam hubungannya dengan
pendidikan karakter adalah pendidikan Tuhan Yang Maha Esa,dirisendiri, sesama
yang menanamkan dan mengembangkan manusia, dan lingkungan serta
karakter-karakter luhur kepada anak didik, kebangsaan.
sehingga mereka memiliki karakter luhur Nilai-nilai pendidikan karakter pada
itu, menerapkan dan mempraktikan dalam hakekatnya tidak hanya diberikan dalam
kehidupannya, entah dalam keluarga, mata pelajaran Pendidikan
sebagai anggota masyarakat dan warga Kewarganegaraan, namun secara tidak
negara. Sehingga jika proses penanaman langsung nilai-nilai pendidikan karakter
nilai-nilai moralitas secara sempurna, tersebut telah tersirat dalam setiap mata
maka akan menjadi pondasi dasar pelajaran dan setiap guru harus mampu
sekaligus menjadi warna kepribadian menyisipkan nilai-nilai pendidikan
peserta didik ketika dewasa. karakter dalam setiap Rencana Proses
Menurut Zubaedi (2011: 42) Pembelajaran dan mengimplementasikan
pendidikan karakter adalah usaha sengaja dalam setiap proses pembelajaran.
(sadar) untuk mewujudkan kebajikan,
2
Bina Gogik, p-ISSN: 2355-3774
Volume 6 No. 2, September 2019 e-ISSN: 2579-4647
Page : 13-28
Banyaknya tindakan amoral yang ditanamkan pada siswa sejak usia dini,
dilakukan peserta didik seperti karena jika siswa sudah memiliki nilai
mencontek, membolos dan tindakan moral yang baik, maka tujuan untuk
lainnya mengindikasikan bahwa membentuk warga negara yang baik akan
pendidikan formal gagal dalam mudah diwujudkan. Sebagaimana yang
membentuk karakter peserta didik. dikemukakan sebelumnya, dalam
Menurut Sjarkawi (2016: 45) menyatakan prakteknya PKn menghadapi kendala
bahwa perilaku dan tindakan amoral yang mengakibatkan jauhnya tujuan
disebabkan oleh moralitas yang rendah. pembelajaran. Pernyataan dari kelemahan
Moralitas yang rendah antara lain PKn diungkapkan oleh Udin (2013: 37)
disebabkan oleh pendidikan moral di yang menyatakan bahwa proses
sekolah yang kurang efektif. pembelajaran dan penilaian lebih
Pendidikan Kewarganegaraan menekankan pada dampak instruksional
merupakan salah satu konsep pendidikan yang terbatas pada penguasaan
yang berfungsi untuk membentuk siswa materi/pada dimensi kognitif. Dengan
sebagai warga negara yang mempunyai demikian apa yang diperoleh peserta didik
karakter. Pendidikan Kewarganegaraan bukan bersifat kognitif, afektif, dan
terhadap pengembangan karakter psikomotorik namun masih dalam lingkup
dikemukakan oleh Samsuri (2013: 20) kognitif.
yang menyatakan Pendidikan Pelaksanaan nilai karakter masih
Kewarganegaraan memiliki dimensi- banyak kendala yang dihadapi.
dimensi yang tidak bisa dilepaskan dari Berdasarkan hasil observasi di SD Negeri
aspek pembentukan karakter dan moralitas Paya Peunaga pada dasarnya sudah
public warga negara. melaksananakan pendidikan karakter.
Tujuan Pendidikan Namun ada beberapa guru belum
Kewarganegaraan di sekolah dasar tidak mengetahui tentang pelaksanaan
hanya sekedar membekali siswa ke pendidikan karakter, selain itu ada
jenjang selanjutnya tetapi penanaman anggapan dari beberapa guru yang
moral yang diharapkan dapat membentuk menyatakan pendidikan karakter
warga negara yang baik. Menurut merupakan sebuah mata pelajaran yang
Rumiyati (2013: 1) menyatakan bahwa berdiri sendiri.
PKn sebagai pendidikan nilai, moral, dan
norma tetap METODE
Penelitian ini menggunakan memahami dan menafsirkan makna suatu
pendekatan kualitatif, yang berusaha
3
Bina Gogik, p-ISSN: 2355-3774
Volume 6 No. 2, September 2019 e-ISSN: 2579-4647
Page : 13-28
peristiwa, interaksi dan tingkah-laku
4
Bina Gogik, p-ISSN: 2355-3774
Volume 6 No. 2, September 2019 e-ISSN: 2579-4647
Page : 13-28
manusia dalam situasi tertentu menurut 40% sampai 60% siswa aktif, skor 4
perspektif peneliti sendiri. (Husaini, 2010: bila 60% sampai 80% siswa aktif, skor
81) Pendekatan ini digunakan karena data 5 bila 80% sampai 100% siswa aktif.
yang diperoleh adalah data deskriptif yang Sedangkan untuk melihat “kualitas
berupa kata-kata tertulis dan lisan dari keaktifan” digunakan kualitas
orang-orang serta berupa dokumen atau keaktifan dengan skor : 1 = sangat
perilaku yang diamati. kurang; 2 = kurang; 3 = cukup; 4 =
Jenis Penelitian ini bersifat baik; 5 = baik sekali.
deskriptif (descriptive research) atau a) Lembar Wawancara
suatu penelitian yang ditujukan untuk Lembar Wawancara adalah suatu
menggambarkan fenomena-fenomena teknik yang digunakan untuk
yang ada yang berlangsung pada saat ini mengumpulkan data. wawancara
atau saat yang lampau. Penelitian ini tidak adalah percakapan dua belah pihak
mengadakan manipulasi atau pengubahan dangan maksud tertentu.
pada variabel-variabel bebas tetapi 3.6. Teknik Analisis Data
mengambarkan kondisi apa adanya. Analisis data adalah proses mencari
Upaya tindakan untuk perbaikan dan menyusun secara sistematis data yang
dimaksudkan sebagai pencarian jawab diperoleh dari hasil wawancara, catatan
atas permasalah yang dialami oleh para lapangan, dan dokumentasi, dengan cara
guru dalam melaksanakan tugasnya mengorganisasikan data ke dalam
sehari-hari. kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit,
Lembar observasi ini berisi pedoman melakukan sintesa, menyusun ke dalam
dalam melaksanakan pengamatan pola, memilih mana yang penting, dan
terhadap aktivitas siswa selama yang akan dipelajari, dan membuat
pembelajaran, juga berisi tentang skor kesimpulan sehingga mudah di pahami
atau penilaian banyaknya siswa yang oleh diri sendiri maupun orang lain
aktif dalam kelas yang diteliti, serta (Sugiono, 2013: 244).
kualitas keaktifan siswa dalam proses Dalam menganalisa data, peneliti
belajar mengajar yang bertujuan untuk menggunakan metode deskriptif yaitu
mengamati analisis nilai karakter. metode yang metode penelitin yang
Pemberian skor terhadap “banyaknya berusaha menggambarkan dan
siswa yang aktif” yaitu dengan melihat menginterpretasi objek sesuai dengan apa
persentase keaktifan siswa . Skor 0 bila adanya. Dalam hal ini, peneliti mencoba
siswa aktif < 20% , skor 2 bila 20% untuk mendeskripsikan dan memaparkan
sampai 40% siswa aktif, skor 3 bila
5
Bina Gogik, p-ISSN: 2355-3774
Volume 6 No. 2, September 2019 e-ISSN: 2579-4647
Page : 13-28
hasil dari observasi, wawancara
maupun
6
Bina Gogik, p-ISSN: 2355-3774
Volume 6 No. 2, September 2019 e-ISSN: 2579-4647
Page : 13-28
7
Bina Gogik, p-ISSN: 2355-3774
Volume 6 No. 2, September 2019 e-ISSN: 2579-4647
Page : 13-28
antara laki-laki
8
Bina Gogik, p-ISSN: 2355-3774
Volume 6 No. 2, September 2019 e-ISSN: 2579-4647
Page : 13-28
1
Bina Gogik, p-ISSN: 2355-3774
Volume 6 No. 2, September 2019 e-ISSN: 2579-4647
Page : 13-28
atau lebih cepat itu akan kita sikap disiplin dan juga prilaku yang
berikan rewed atau penghargaan, tidak disiplin itu apa akibatnya dan
jadi pembiasaan-pembiasaan juga contoh kejadian-kejadian yang
melihat anak untuk penyusunan dan terkait dengan pelanggaran karakter
juga membuat perencanaan itu contohnya kecelakaaan atau
terlibat anak sehingga merasakan sebagainya.
memiliki tanggung jawab. Berdasarkan hasil penelitian
5. Pembelajaran penilaian karakter wawancara dengan guru wali kelas V SD
dengan cara eklisif itu tidak terlalu Negeri Paya Peunaga antara lain:
nampak tetapi secara koperasif itu 1. Setiap hari para peserta didik
memasukan semua ranah yaitu akhlaknya bagus kemudian didalam
memasukan kedalam pembelajaran kelas anak kreatif, aktif dalam
tidak hanya diPKn saja sebenarnya pertanyaan ini dibidang pelajarn
karakter ini juga disemua mata PKn anak kelas V juga mempunyai
pelajaran karena nilai-nilai yang sopan santun.
dikembangkan dari pendidikan 2. Pendukung itu harus didukung oleh
kewargaannegaraan ini maka disitu kepala sekolah, guru, komite atau
lebih dikuatkan lagi. walid murid dengan demikian saya
6. Pasti, antara lain ada absensi dan merasa senang juga di SD Negeri
kehadiran siswa, keluar masuk Paya Peunaga bahwa kesemua
siswa juga kita bahas, tepat waktu stikholder itu berperan aktif jadi
atau tidak kedisiplinan merupakan dengan sendirinya dengan perannya
hal yang mendasar dan pondamen aktif kami semua peserta didik yang
bisa berhasil tidaknya penanaman kami bimbing mampu didalam
karakter pada anak-anak jadi kelas saat pembelajaran
memegang peranan sangat penting berlangsung.
bagi karakter itu. 3. Yang saya nilai sikap dan tingkah
7. Pertama guru bisa menjadikan lakunya dengan adanya sikap dan
teladan dan juga memberikan tingkah laku yang bagus dengan
keteladanan berbentuk instrument- sendirinya anak mempunyai
instrumen yang lain yang bisa karakter yang lebih bagus dan juga
menunjang pada materi yang tepat nilai yang bagus karena tanpa
pada karakter kedisiplinan bisa adanya kesopanan tindak lanjutnya
melaui cerita dan contoh diman dengan sendiri guru agak
1
Bina Gogik, p-ISSN: 2355-3774
Volume 6 No. 2, September 2019 e-ISSN: 2579-4647
Page : 13-28
kepayahan tetapi kelas V ini
anak-anaknya
1
Bina Gogik, p-ISSN: 2355-3774
Volume 6 No. 2, September 2019 e-ISSN: 2579-4647
Page : 13-28
mudah diberi penilaian yang cukup 7. Iya, jelas sekali, karena pendidikan
baik. karakter anak-anak lebih
4. Menganalisis setiap bidang studi menjerumus kepada kedisiplinan,
kami menilai aktivitas dan jadi dengan kita menilai dengan
kedisiplinan anak, cara belajar karakter guru juga lebih mudah
aktifnya, kemudian didalam mengetahui bagaiman karakter
pelajaran siswa itu kreatif atau tidak anak-anak dalam kelas kemudian
kalau memang anak aktif dan karakter individu juga kita lebih
kreatif nilainya lebih bagus, kalau mengetahui secara jelas dan
anak pendiam kami memberikan odentik.
pengayaan, dimana anak belum Hasil Dokumentasi
ketahui tentang pelajaran atau pun Berdasrkan hasil dokumentasi
nilai harian semester semuanya lingkungan sekolah SD Negeri Paya
baik. Peunaga mulai dari halaman depan
5. Kalau penilaian karakter siswa sekolah dan taman-taman kecil di depan
pengaruhnya pada sikap anak dan kelas ditumbuhi dengan rumput hijau serta
karakternya untuk menujukan yang tanaman-tanaman hias. Tanaman hias juga
lebih baik seandainya anak tidak terdapat di ruang guru, ruang kepala
mempunyai sikap yang berkarakter sekolah, dan ruang-ruang kelas siswa.
berarti didalam pelajaran itu agak Tanaman hias di lingkungan SD Negeri
malas dan anak tidak mengetahui Paya Peunaga beragam jenisnya
sebanyak mungkin baik dibidang diantaranya yakni bunga mawar, bunga
PKn dan juga pelajaran lain anggrek, dan lain-lainnya.
terutama dibidang agama SD Negeri Paya Peunaga
akhlaknya. merupakan sekolah terlihat bersih, siswa
6. Iya, jelas sekali, kami sangat dapat berperan dalam menjaga kebersihan
bertanggung jawab tentang lingkungan sekolah dengan cara tidak
pelajaran PKn, karena pelajaran membuang sampah sembarangan, selain
PKn juga menanamkan moral itu siswa juga bisa memungut sampah
kepada anak-anak yang sangat baik, yang berserakan dan membuangnya pada
tanpa ada pelajaran PKn juga tempat sampah yang telah tersedia agar
semua pelajaran lain tidak tidak ada sampah yang berserakan di
mendukung dengan pelajaran PKn lingkungan sekolah. Serta, siswa
anak di didik dengan baik. diharapkan tidak mencorat-coret tembok
1
Bina Gogik, p-ISSN: 2355-3774
Volume 6 No. 2, September 2019 e-ISSN: 2579-4647
Page : 13-28
dan bangku yang merupakan sarana
pembelajaran, dengan
1
Bina Gogik, p-ISSN: 2355-3774
Volume 6 No. 2, September 2019 e-ISSN: 2579-4647
Page : 13-28
begitu, bangku dan tembok akan tetap kegiatan eksplorasi, elaborasi, konfirmasi,
terlihat bersih tanpa adanya coretan- dan kegiatan penutup. Perbedaan
coretan yang dibuat oleh siswa dan siswi. penggunaan model pembelajaran ini
Selain membuang sampah pada memberikan pengaruh yang berbeda pula
tempatnya, menjaga kebersihan bangku pada pemahaman siswa terkait materi
dan tembok, siswa juga diwajibkan untuk yang dijelaskan oleh tiap-tiap guru.
melaksanakan piket kelas yang sudah Seperti halnya di SD Negeri Paya Peunaga
menjadi ketentuan, juga pihak sekolah pelaksanaan pembelajaran yang
membuat satu peraturan yang didalamnya berlangsung di kelas V menggunakan
berisi anjuran bagi siswa dan siswi untuk beragam model pembelajaran yang
menjaga kebersihan lingkungan sekolah. berbeda-beda antara guru PKn satu
Hal yang paling pokok untuk peran siswa dengan yang lainnya. Sejauh ini metode
dan siswi dalam menjaga kebersihan ini pembelajaran yang pernah dilakukan guru
adalah kesadaran diri masing-masing Pendidikan Kewarganegaraan SD Negeri
individu untuk menjaga kebersihan Paya Peunaga. Penggunaan metode
sekolahnya agar sekolah tetap dalam pembelajaran yang pernah dilakukan
keadaan bersih sehingga kegiatan belajar adalah ceramah, diskusi, tanya jawab, dan
mengajar menjadi nyaman. Terlihat di terkadang ada permainan. Lanjutnya,
lapangan bahwa kesadaran siswa untuk metode pembelajaran ceramah dan tanya
membuang sampah pada tempatnya, tidak jawab terkadang dirasa kurang menarik,
mencoret meja/kursi dan tembok dan apalagi ketika pelajaran tersebut berada di
menjalankan jadwal piket menyapu kelas jam terakhir. Namun ketika ceramah itu
sudah baik tapi keasadaran untuk saling diselingi dengan cerita-cerita menjadikan
mengingatkan menjaga kebersihan dan suasana kelas lebih menarik lagi.
mengambil sampah yang bukan dari Teknik Penilaian Hasil Pembelajaran
mereka sendiri masih kurang. Pendidikan Kewarganegaraan Dalam
Karakter.
Pelaksanaan Pembelajaran Penilaian Pendidikan
Pembentukan Karakter
Pada pelaksanaan pembelajaran Kewarganegaraan dalam karakter berbeda
yang berlangsung di kelas berbagai model dengan penilaian Pendidikan
pembelajaran yang dilakukan tiap-tiap Kewarganegaraan yang lain. Teknik
guru memiliki ciri khasnya masing- penilaian yang digunakan untuk hasil
masing. Hal ini terlihat dari mulai pembelajaranPendidikan
kegiatan pendahuluan, kegiatan inti yang Kewarganegaraan dalam karakter masih
meliputi sederhana yaitu penilaian sikap dengan
1
Bina Gogik, p-ISSN: 2355-3774
Volume 6 No. 2, September 2019 e-ISSN: 2579-4647
Page : 13-28
1
Bina Gogik, p-ISSN: 2355-3774
Volume 6 No. 2, September 2019 e-ISSN: 2579-4647
Page : 13-28
2
Bina Gogik, p-ISSN: 2355-3774
Volume 6 No. 2, September 2019 e-ISSN: 2579-4647
Page : 13-28
2
Bina Gogik, p-ISSN: 2355-3774
Volume 6 No. 2, September 2019 e-ISSN: 2579-4647
Page : 13-28