Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 10, Nomor 02 November 2020

MEMBANGUN KARAKTER PESERTA DIDIK MELALUI


PENGUATAN KOMPETENSI PKn DAN PENERAPAN
ALTERNATIF PENDEKATAN PEMBELAJARAN

Jasrudin1, Zulfikar Putra2, dan Farid Wajdi3


Universitas Sembilanbelas November Kolaka
Email: jasrudinusn@gmail.com; zulfikarputra2016@gmail.com; wajdicf909@gmail.com.

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui alternatif pendekatan pembelajaran yang dapat
digunakan oleh guru (maupun calon guru) dalam membangun karakter peserta didik melalui
keteladanan nilai, pendekatan perkembangan pengetahuan karakter, pendekatan analisis nilai,
pendekatan klarifikasi nilai, dan pendekatan pembelajaran berbuat. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu penelitian kualitatif secara deskriptif dengan menerapkan studi dokumentasi dan
wawancara. Analisis data berupa reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan/verifikasi.
Pada pembahasan karya ilmiah ini, penulis mengkombain nilai-nilai karakter yang teraktualisasi dari
olah pikir, olah hati, olahraga, serta olah rasa dan karsa seseorang atau sekelompok orang. Hasil
penelitian yang merupakan tahap implementasi, adalah pengalaman belajar dan proses belajar mengajar
yang arahnya pada pembentukan nilai-nilai karakter. Proses ini dilakukan dalam tiga lingkungan yaitu
pendidikan formal (sekolah), informal (keluarga) dan nonformal (masyarakat). Adapun sebagai
kesimpulan dalam upaya yang dapat ditempuh adalah dengan membangun karakter melalui sistem
pendidikan yang tercerminkan dalam bentuk yang lebih luas, di mulai dari tahap implementasi melalui
pengalaman belajar maupun dalam bentuk lebih kecil, yaitu berupa pengembangan nilai/karakter.

Kata Kunci: Membangun karakter, pkn, moral kognitif

ABSTRACT

The purpose of this study was to determine alternative learning approaches that can be used by teachers (and prospective
teachers) in building the character of students through exemplary values, character knowledge development approaches,
value analysis approaches, value clarification approaches, and learning to do approaches. The method used in this
research is descriptive qualitative research by applying documentation studies and interviews. Data analysis in the form
of data reduction, data presentation, and conclusion/verification. In the discussion of this scientific work, the author
combines actualized character values from thought, heart, sports, as well as feelings and intentions of a person or group
of people. The results of the research, which is the implementation stage, are learning experiences and teaching and
learning processes that lead to the formation of character values. This process is carried out in three environments,
namely formal (school), informal (family), and non-formal (community) education. As a conclusion, the effort that can be
taken is to build character through the education system which is reflected in a broader form, starting from the
implementation stage through learning experiences and in a smaller form, namely in the form of value/character
development.

Keywords: Character building, pkn, cognitive moral

42
Jasrudin, Zulfikar Putra, Farid Wajdi. Membangun Karakter Peserta Didik Melalui Penguatan
Kompetensi PKn dan Penerapan Alternatif Pendekatan Pembelajaran.
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 10, Nomor 02 November 2020

PENDAHULUAN didik baik sebagai individu, anggota


masyarakat maupun dalam kehidupan
Krisis multidimensional yang berbangsa dan bernegara (Putra, 2020).
menerpa Indonesia pada tahun 1998 yang Pendidikan Kewarganegaraan
lalu telah membawa dampak luas terhadap sebagai mata pelajaran atau mata kuliah
kehancuran tatanan kehidupan masyarakat yang memiliki tanggung jawab besar
Indonesia, terlebih lagi dengan adanya dalam membangun karakter, di antaranya
dampak yang kurang menguntungkan dari karakter demokrasi dan toleransi peserta
globalisasi, dampak yang terasa dan terjadi didik. Pendidikan Kewarganegaraan
ditengah-tengah masyarakat yakni merupakan pendidikan moral dan wajib
terjadinya dekadensi moral, diantaranya yang diberikan pada setiap jenjang
menurunnya tatakrama, etika dan nilai pendidikan mulai sekolah dasar hingga
karena pendidikan budaya dan karakter perguruan tinggi. Seharusnya, substansi
bangsa melemah. Alhasil, sebagian besar materi yang diajarkan pada materi
siswa sekolah yang berperilaku tidak Pendidikan Kewarganegaraan mampu
sopan dan kadang-kadang menyimpang membangun karakter peserta didik.
dari etika dan budaya Indonesia. Namun, selama ini mata pelajaran atau
Mata pelajaran atau mata kuliah mata kuliah tersebut belum mampu
PKn merupakan salah satu materi ajar membangun karakter peserta didik.
yang wajib bagi segenap peserta didik anaj Sehingga, tidak dipungkiri pemuda saat ini
bangsa republik Indonesia. Dengan bekal masih mengalami krisis karakter.
pembelajaran tersebut, diharapkan peserta Hal tersebut dapat dibuktikan
didik mampu menanamkan nilai-nilai dengan banyaknya tindakan kriminal yang
kebangsaan yang memiliki tujuan sebagai dilakukan oleh pemuda. Jika mencermati
penguat karakter anak bangsa. data dari Badan Narkotika Nasional
Pendidikan Kewarganegaraan (BNN) menunjukkan bahwa pengguna
dapat diartikan sebagai wahana untuk narkoba Indonesia hingga Oktober 2014
mengembangkan dan melestarikan nilai jumlahnya semakin meningkat, pasalnya
luhur dan moral yang berakar pada kurang lebih 4 juta warga Indonesia
budaya bangsa Indonesia yang diharapkan positif sebagai pengguna narkoba.
dapat diwujudkan dalam bentuk perilaku Penggunanya mayoritas adalah pemuda,
kehidupan sehari-hari peserta didik dari 4 juta orang yang positif
sebagai individu, anggota masyarakat menggunakan narkoba, 60% berada dalam
dalam kehidupan berbangsa dan usia 17-27 tahun (Badan Narkotika
bernegara (Acep Supriadi, Harpani Nasional Republik Indonesia, 2014).
Matnuh, 2014). Bahkan hal yang paling menyedihkan lagi
Sejak tahun 2010 Pemerintah adalah bilamana kita kehilangan wawasan
melalui Kemendikbud mencanangkan tentang makna hakikat bangsa dan
pendidikan karakter sebagai gerakan kebangsaan yang akan mendorong
nasional diseluruh tingkat pendidikan. terjadinya disorientasi dan perpecahan.
Salah satu aktor penting yang sangat Salah satu upaya untuk menghindari hal
berperan di sekolah dalam tersebut di atas adalah melalui
mengembangkan nilai-nilai karakter pencanangan kembali akan pentingnya
adalah tenaga pendidik atau guru pendidikan karakter. Namun, hal yang
(Adawiah, 2016). penting dan perlu dipahami bahwa,
Pendidikan Kewarganegaraan karakter peserta didik setidaknya
dapat dimaknai sebagai wahana untuk dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor
mengembangkan dan melestarikan nilai bawaan (nature) dan faktor lingkungan
luhur dan moral yang berakar pada (environment) (Sudirman, 2020).
budaya bangsa Indonesia yang diharapkan Pengembangan nilai karakter
dapat terimplementasi dalam bentuk diintegrasikan pada semua mata pelajaran,
perilaku kehidupan sehari-hari peserta terutama mata pelajaran Pendidikan

43
Jasrudin, Zulfikar Putra, Farid Wajdi. Membangun Karakter Peserta Didik Melalui Penguatan
Kompetensi PKn dan Penerapan Alternatif Pendekatan Pembelajaran.
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 10, Nomor 02 November 2020

Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) nilai moral melalui pembiasaan-


untuk bidang keahlian, dan mata pelajaran pembiasaan baik yang dilakukan
kejuruan sesuai jurusan kejuruan yang disekolah, di antaranya kedisiplinan,
dimiliki sekolah yang bersangkutan, bertanggungjawab, berkata jujur dan yang
sedangkan pengembangan keunggulan lainnya. Sedangkan alternatif pendekatan
lokal sesuai dengan potensi daerah miliki pembelajaran dalam membangun karakter
baik pertambangan, pertanian, dan peserta didik, hal tersebut sebagaimana
perikanan. Nilai-nilai karakter yang wawancara yang dilakukan kepada Bapak
dikembangkan, selain pada kegiatan intra Sofyan selaku guru Agama Islam, yang
tercantum dalam RPP, juga kegiatan mengemukakan bahwa cara yang paling
keseharian dengan model pembiasaan, efektif dalam membangun karakter
yakni nilai religius, kerja keras, disiplin. peserta didik dengan keteladanan.
Kreatif, bertanggungjawab, dan inovatif Keteladanan yang dimaksud adalah guru
untuk siap kerja (Fatimah, 2016). (pendidik) member contoh yang baik
Artikel ini lebih memfokuskan pada mengenai nilai-nilai karakter kepada
pembentukan karakter dalam konteks, siswa/murid. Sebagaimana ungkapan
dengan permasalahan bagaimana mengatakan bahwa perilaku siswa/anak
merekonstruksi karakter peserta didik didik merupakan cerminan dari guru-guru
dengan melalui berbagai alternatif dalam yang mendidiknya.
pelaksanaan belajar mengajar? Adapun Pemahaman tentang apa
tujuannya adalah untuk dapat mengetahui sesungguhnya arti dari karakter tidak
alternatif pendekatan pembelajaran yang semua orang mempunyai pemahaman
dapat digunakan oleh guru (maupun calon yang sama, sehingga banyak tafsir yang
guru) dalam membangun karakter peserta muncul atas pengertian karakter. Karakter
didik. (watak) adalah paduan daripada segala
tabiat manusia yang bersifat tetap,
METODE PENELITIAN sehingga menjadi tanda yang khusus
untuk membedakan orang yang satu
Penelitian difokuskan pada aspek dengan yang lain (Dewantara, 2013a).
pembentukan karakter (nilai-nilai moral) Karakter sering kali disamakan dengan
di SMP Negeri 1 Kolaka. Jenis data adalah apa yang disebut dengan temperamen
data primer dan data sekunder. Subjek yang memberinya pada pengertian yang
penelitian adalah 3 orang guru Mata menekankan unsur psikososial yang
Pelajaran Pendidikan Agama dan 3 orang dikaitkan dengan pendidikan dan konteks
guru PKn. Adapun proses pengumpulan di masyarakat, selain itu karakter juga
data melalui studi dokumentasi dan terkadang dipahami dari sudut pandang
interview serta menggunakan analisis behavioral yang menekankan unsur
kualitatif berupa reduksi data, penyajian somatopsikis yang dimiliki individu sejak
data dan penarikan kesimpulan/verifikasi. lahir. Dalam hal ini istilah karakter
dianggap sama dengan kepribadian.
HASIL PENELITIAN/KAJIAN Kepribadian dianggap sebagai ciri atau
karakteristik atau gaya atau sifat khas dari
Berdasarkan uraian tersebut di seseorang yang bersumber dari pengaruh-
atas, maka hasil penelitian mengenai pengaruh yang diterima dari masyarakat
konsep karakter dan pendidikan karakter, misalnya keluarga pada masa kecil, dan
sebagaimana kutipan wawancara dengan juga bawaan seserorang sejak lahir
Bapak Jamal selaku salah seorang guru (Koesoema, 2010).
PKn menjelaskan sebagai berikut: Konsep Istilah karakter dapat diartikan
karakter merupakan pembahasan sebagai sistem daya juang (daya dorong,
mengenai nilai-nilai moral, etika serta
daya gerak, dan gaya hidup) yang berisikan
segala hal yang berkaitan dengan
tata nilai kebajikan dan moral yang
kepribadian. Sedangkan pendidikan
karakter adalah proses penanaman nilai- berpatri dalam diri manusia. Tata nilai itu
merupakan perpaduan aktualisasi potensi
44
Jasrudin, Zulfikar Putra, Farid Wajdi. Membangun Karakter Peserta Didik Melalui Penguatan
Kompetensi PKn dan Penerapan Alternatif Pendekatan Pembelajaran.
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 10, Nomor 02 November 2020

dari dalam diri manusia serta internalisasi budi pekerti (kekuatan batin, karakter),
nilai-nilai akhlak dengan moral dari luar pikiran (intellect) dan tubuh anak. Bagian-
(lingkungan) yang melandasi pemikiran, bagian itu tidak boleh dipisahkan agar kita
sikap dan perilaku dengan kata lain, dapat memajukan kesempurnaan hidup
karakter adalah nilai kebajikan akhlak dan anak kita” (Dewantara, 2013a).
moral yang terpatri dan menjadi nilai Pendidikan adalah proses pembimbingan,
intristik dalam diri manusia yang pengarahan, dan pengalaman yang
melandasi pemikiran, sikap dan ditransfer kepada setiap individu melalui
perilakunya (Putra, 2018). peranan orangtua, guru, masyarakat,
Karakter adalah nilai-nilai yang lingkungan, budaya, dan negara (Wajdi,
terpatri dalam diri kita melalui pendidikan, 2020).
pengalaman, percobaan, pengorbanan dan Secara diagramatik, bentuk
pengaruh lingkungan yang dipadukan konfigurasi karakter dalam konteks
dengan nilai-nilai dari dalam diri manusia totalitas proses psikologis dan
sehingga menjadi semacam nilai intrinsik sosiokultural tersebut dapat dilihat dari
yang mewujud dalam sistem daya juang konfigurasi sebagai berikut:
yang melandasi pemikiran, sikap dan
perilaku kita. Karakter merupakan ciri
khas seseorang atau sekelompok orang
yang mengandung nilai-nilai, kemampuan,
kapasitas moral dan ketegaran dalam
menghadapi kesulitan dan tantangan.
Sedangkan karakter bangsa adalah kualitas
perilaku kolektif kebangsaan yang khas-
baik yang tercermin meliputi kesadaran Sumber: Kemendiknas 2011 dalam (Wajdi, 2020)
pemahaman, rasa, karsa dan perilaku
berbangsa dan bernegara (Soedarsono, Secara substantif, maka karakter
2013). Pendidikan karakter adalah sebagai terdiri atas tiga yaitu operatives values, values
cara berpikir dan berprilaku yang menjadi in action atau tiga unjuk perilaku yang satu
ciri khas setiap individu untuk hidup dan sama lain saling berkaitan yaitu moral
bekerjasama, baik dalam lingkungan knowing, moral feeling, and moral behaviour.
keluarga, masyarakat, bangsa, dan Negara Karakter yang baik adalah terdiri atas
(Wajdi, 2020). proses psikologis knowing the good, desiring
Terwujudnya dan terbentuknya the good, and doing the good-habit of the mind,
bangsa Indonesia tidak dengan sendirinya habit of the heart and habit of action. Dari
melainkan harus diupayakan, diusahakan ketiga substansi dan proses psikologis
dan diperjuangkan terus menerus. Setiap tersebut bermuara pada kehidupan moral
kali upaya menanamkan nilai-nilai dan kematangan moral individu (Lickona,
kebangsaan "kendor maka merosot 2013).
pulalah semangat kebangsaan bangsa Karakter juga dimaknai sebagai
Indonesia. Pembangunan bangsa kualitas kepribadian yang baik, dalam arti
Indonesia tidak ada hentinya dan tidak tahu kebaikan, mau berbuat baik dan
ada akhirnya selama bangsa Indonesia ini nyata berperilaku baik, yang secara
masih eksis dan masih dikehendaki koheren akan memancar sebagai hasil
eksistensinya. Sehubungan dengan hal olah pikir, olah hati, olah raga, dan olah
tersebut, beberapa tahun belakangan ini rasa/karsa. Kepribadian adalah totalitas
istilah karakter muncul dan mencuat psychophysis yang kompleks dari individu
kembali, adalah sesungguhnya istilah sehingga nampak dalam tingkah lakunya
tersebut sudah lama didengungkan oleh yang unik (Z. Putra, L. O Rasidun, 2020).
tokoh pendidikan Indonesia yaitu Ki Suatu konsep akademis, karakter
Hajar Dewantara. Pendidikan adalah daya memiliki makna substantif dan proses
upaya untuk memajukan bertumbuhnya psikologis yang sangat mendasar. Merujuk
45
Jasrudin, Zulfikar Putra, Farid Wajdi. Membangun Karakter Peserta Didik Melalui Penguatan
Kompetensi PKn dan Penerapan Alternatif Pendekatan Pembelajaran.
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 10, Nomor 02 November 2020

pada konsep good character yang kepada anak, agar kelak dikemudian hari
dikemukakan oleh Aristoteles sebagai anak menjadi pribadi yang mempunyai
…”the life of right conduct-rignt in relation to akhlak yang baik sesuai harapan orang tua.
other persons and in relation to oneself. Pernyataan tersebut menunjukkan
Pengertian ini dimaknai bahwa karakter bagaimana peran pendidikan dalam
dapat diartikan sebagai suatu kehidupan membangun karakter bangsa yang
berprilaku baik/penuh kebajikan yakni berbudaya dan berkarakter.
berprilaku baik terhadap pihak lain. Pihak Pentingnya membangun karakter
lain dalam hal ini adalah Tuhan Yang ini nampak dari adanya perhatian
Mahas Esa, manusia dan alam semesta) pemerintah dalam membangun peradaban
dan terhadap dirinya sendiri. Selanjutnya bangsa, salah satunya dapat dilihat dari
Lickona menjelaskan bahwa dalam dunia pidato Menteri Pendidikan Nasional
modern sekarang ini kita cenderung menyebutkan bahwa “pilihan tema yang
melupakan the virtous life (kehidupan yang diambil dalam peringatan Hari Pendidikan
penuh kebajikan, termasuk didalamnya self Nasional (HARDIKNAS) tahun 2010 ini
oriented virtous atau kebajikan terhadap diri adalah "Pendidikan Karakter untuk
sendiri, seperti self control and moderation Membangun Peradaban Bangsa".
atau pengendalian diri dan kesabaran, dan Pemilihan tema ini menjadi tepat dengan
other oriented virtous atau kebajikan terhadap perkembangan dan perubahan aspirasi
orang lain, seperti generously and compassion masyarakat yang sangat dinamis. Bahkan
(kesadaran berbagi dan merasakan pada peringatan HARDIKNAS tahun
kebaikan) (Lickona, 2013). 2011, Menteri Pendidikan Nasional
Penanaman nilai-nilai karakter menetapkan tema Pendidikan Karakter
dapat diintegrasikan kedalam proses sebagai Pilar Kebangkitan Bangsa dan
belajar mengajar di setiap mata pelajaran. subtema adalah Raih Prestasi Junjung
Materi yang diajarkan dimasukkan unsur- Tinggi Budi Pekerti” (Asosiasiwipknips,
unsur yang berkaitan dengan norma atau 2011). Tema peringatan Hardiknas
nilai-nilai pada setiap mata pelajaran yang tersebut dieksplisitkan dengan sub-tema
kemudian dikembangkan, dieksplisitkan, budi pekerti. Hal ini sesungguhnya jika
dikaitkan dengan konteks kehidupan kita telaah ke belakang sudah lama
sehari-hari. Pembelajaran nilai karakter dikemukan oleh bapak pendidikan
tidak hanya pada tataran kognitif, tetapi Indonesia Ki Hajar Dewantara. Setiap
menyentuh pada internalisasi, dan bangsa mempunyai budaya. Bangsa yang
pengamalan nyata dalam kehidupan berbudaya artinya bangsa yang memiliki
peserta didik sehari-hari di masyarakat. dan menjunjung tinggi budaya yang hidup
Menanamkan sifat disiplin bagi dan berkembang di dalam bangsa
anak tentu bukanlah hal yang mudah, tersebut. mengartikan “kebudayaan berarti
membutuhkan sebuah pembiasaan dan buah budi manusia adalah hasil
ketekunan, dan tentunya perlu perjuangan manusia terhadap dua
keteladanan dari orang tua. (Wahyu et al., pengaruh kuat, yakni zaman dan alam
2015). Dengan kata lain, semua harus yang merupakan bukti kejayaan hidup
dimulai dari orang tua. Sebagai pengasuh manusia untuk mengatasi berbagai
dan pembimbing dalam keluarga, orang rintangan dan kesukaran didalam hidup
tua sangat berperan dalam meletakkan dan penghidupannya guna mencapai
dasar-dasar perilaku bagi anak-anaknya. keselamatan dan kebahagiaan yang pada
Sikap, perilaku dan kebiasaan orang tua lahirnya bersifat tertib dan damai”
selalu dilihat, dinilai dan ditiru oleh anak- (Dewantara, 2013b). Jika dicermati dari
anaknya yang kemudian semua itu secara pengertian budaya tersebut, maka dapat
sadar atau tidak sadar akan menjadi kita simpulkan bahwa sesungguhnya
kebiasaan pula bagi anak-anaknya. kebudayaan merupakan ciri khas suatu
Apapun alasannya orang tua di dalam bangsa yang dapat membedakannya
keluarga harus menanamkan disiplin dengan bangsa lainnya.

46
Jasrudin, Zulfikar Putra, Farid Wajdi. Membangun Karakter Peserta Didik Melalui Penguatan
Kompetensi PKn dan Penerapan Alternatif Pendekatan Pembelajaran.
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 10, Nomor 02 November 2020

Identitas budaya menjadi bagian pada pembentukan nilai-nilai karakter.


dari suatu konsep dan perangkat nilai-nilai Proses ini dilakukan dalam tiga
yang mengatur hubungan antara hamba lingkungan yaitu pendidikan formal, in
dan Pencipta, antar sesama makhluk formal dan non formal (sekolah, keluarga
Tuhan serta antara manusia dan alam dan masyarakat). Masing-masing bagian
semesta. Disamping membentuk budaya akan dikembangkan melalui dua jenis
bangsa, melalui pendidikan juga dapat pengalaman belajar yaitu: intervensi dan
membangun karakter bangsa yang habituasi. Intervensi, dikembangkan
berkarakter. Menurut (Freud, 1957) suasana interaksi belajar dan pembelajaran
menyebutkan, character is striving sistem with yang sengaja dirancang untuk mencapai
underly behaviour. Karakter merupakan tujuan pembentukan karakter dengan
kumpulan tata nilai yang terwujud dalam menerapkan kegiatan terstruktur. Untuk
suatu sistem daya dorong yang melandasi itu peran guru sangat penting dan
pemikiran, sikap dan perilaku yang dapat menentukan, sedangkan pada habituasi
ditampilkan secara mantap. diciptakan situasi dan kondisi yang
Pendidikan yang humanis memungkinkan peserta didik dapat
menekankan pentingnya pelestarian membiasakan diri berperilaku sesuai
eksistensi manusia, dalam arti membantu dengan nilai-nilai dan karakter yang telah
manusia lebih manusiawi, lebih diinternalisasikan melalui proses
berbudaya, sebagai manusia yang utuh intervensi. Proses pembudayaan dan
berkembang menyangkut daya cipta permberdayaan yang mencakup
(kognitif), daya rasa (afektif), dan daya pemberian contoh, pembelajaran dan
karsa (konatif) (Dewantara, 2013a). pembiasaan. Secara makro, kehidupan
Pendidikan adalah proses pembimbingan, berbangsa dan bernegara Indonesia
pengarahan, dan pengalaman yang pelaksanaannya merupakan komitmen
ditransfer kepada setiap individu melalui dari seluruh sektor kehidupan, baik dalam
peranan orangtua, guru, masyarakat, sektor pendidikan nasional maupun yang
lingkungan, budaya, dan negara (Wajdi, lainya. Pada tahap pelaksanaan evaluasi
2020). Upaya membina sikap mental hasil, dilakukan penilaian dalam bentuk
generasi muda ini diantaranya adalah program perbaikan berkelanjutan serta
melalui Pendidikan Kewarganegaraan mendeteksi aktualisasi karakter dalam diri
(Ruchliyadi, 2016). peserta didik sebagai indikator bahwa
Kementrian Pendidikan Nasional proses pembudayaan dan pemberdayakan
mengembangkan Desain Induk karakter itu bejalan sesuai dengan yang
Pendidikan Karakter yang merupakan diharapkan. Sebaliknya, Secara mikro,
kerangka paradigmatik implementasi pengembangan nilai/dekatan terintegrasi
pembangunan karakter bangsa melalui dalam semua mata pelajaran. Sementara
sistem pendidikan, yaitu: Secara makro khusus untuk mata pelajaran Pendidikan
pengembangan karakter dapat dibagi Agama dan Pendidikan Kewarganegaraan
dalam tiga tahap yaitu perencanaan, (PKn), karena memang misinya adalah
pelaksanaan dan evaluasi hasil. Tahap mengembangkan nilai dan sikap, maka
perencanaan, pada tahap ini pengembangan nilai/karakter harus
dikembangkan perangkat karakter yang menjadi fokus utama yang dapat
digali, dikristalisasi dan dirumuskan mengguna-kan berbagai strategi maupun
dengan menggunakan berbagai sumber, metode pendidikan nilai (value/character
antara lain pertimbangan, filosofis: agama, education). Kedua mata pelajaran ini
Pancasila, UUD 1945, UU Sisdiknas; nilai/karakter dapat dikembangkan baik
teoritis: teori tentang otak; empiris: sebagai dampak pembelajaran secara
berupa pengalaman dan praktek terbaik langsung (instructional effects) maupun
(best practices). Tahap implementasi, yang sebagai dampak penyerta (nurturrant effects).
dikembangkan adalah pengalaman belajar Dalam lingkungan satuan pendidikan,
dan proses belajar mengajar yang arahnya dapat dilakukan dengan dengan

47
Jasrudin, Zulfikar Putra, Farid Wajdi. Membangun Karakter Peserta Didik Melalui Penguatan
Kompetensi PKn dan Penerapan Alternatif Pendekatan Pembelajaran.
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 10, Nomor 02 November 2020

dikondisikan agar lingkungan fisik, sosial yang sifatnya masih sangat umum,
dan kultural satuan pendidikan yang me- didalamnya mewadahi, menginsiprasi,
mungkinkan para siswa bersama dengan menguatkan, dan melatari metode
warga satuan pendidikan lainnya terbiasa pembelajaran dengan cakupan teoretis
membangun kegiatan kesehariannya tertentu. Dilihat dari pendekatannya,
mencerminkan perwujudan nilai/karakter, pembelajaran terdapat dua jenis
misalnya menjaga kebersihan sekolah, pendekatan, yaitu: (1) pendekatan
dengan menyediakan tempat-tempat pembelajaran yang berorientasi atau
sampah; dan lain-lain. Keadaan berpusat pada siswa (student centered
lingkungan keluarga dan masyarakat approach) dan (2) pendekatan pembelajaran
sebisa mungkin dapat memberikan yang berorientasi atau berpusat pada guru
konstribusi terhadap terbentuk nilai-nilai (teacher centered approach) (Sudrajat, 2008).
karakter serta diupayakan agar terjadi Upaya menanamkan nilai-nilai
proses penguatan dari orang tua/wali nasionalisme kepada siswa dengan
serta tokoh-tokoh masyarakat terhadap menggunakan berbagai cara dan metode
perilaku berkarakter mulia yang di yang efektif dan menarik dalam rangka
kembangkan dalam satuan pendidikan meningkatkan derajat nasionalisme siswa
menjadi kegiatan keseharian siswa ketika (Acep Supriadi, Harpani Matnuh, 2014).
berada di rumah maupun dalam Karakter berkenaan dengan nilai-
lingkungan masyarakat. nilai dan moral, maka pendekatan
Karakter dapat dibagi menjadi pembelajaran yang dapat digunakan dalam
tiga pilar yaitu: Belajar mengajar di kelas; pendidikan karakter adalah pendekatan
Kegiatan keseharian dalam bentuk budaya yang berkenaan dengan penanaman nilai
satuan pendidikan (school culture); Kegiatan maupun moral. Dengan kata lain proses
ko-kurikuler dan atau ekstrakurikuler serta pembelajaran pembentukan karakter
keseharian di rumah, dan dalam dapat dilakukan dengan berbagai
masyarakat. Dalam aktivitas belajar pendekatan yang dapat meng-akomodasi
mengajar di kelas dapat dipastikan bahwa kemajemukan dan kedinamisan
pengembangan nilai/karaktrer dapat masyarakat sebagai sumber materi
dilaksanakan dengan baik serta me- pembelajaran, akan tetapi tetap
mungkinkan para siswa bersama dengan memperhatikan dan mengembangkan
warga satuan pendidikan lainnya yang nilai-nilai. 5 (lima) pendekatan dalam
terbiasa membangun kegiatan penanaman nilai (Superka, 1976), yakni:
kesehariannya serta mencerminkan Pendekatan penanaman nilai (inculcation
perwujudan nilai/karakter, misalnya approach) adalah suatu pendekatan yang
menjaga kebersihan sekolah, dengan memberi penekanan pada penanaman
menyediakan tempat-tempat sampah; dan nilai-nilai sosial dalam diri siswa. Seorang
lain-lain. guru menjadi contoh yang baik bagi
Berdasarkan permasalahan yang peserta didiknya dengan menanamkan
menjadi fokus penelitian ini, maka berikut nilai-nilai agama, misalnya membiasakan
ini akan disajikan alternatif pendekatan mengucapkan salam bila bertemu dengan
pembelajaran yang dapat digunakan oleh teman. Pendekatan ini merupakan
guru dalam membangun karakter peserta pendekatan tradisional. Banyak kritik
didiknya. Sebelum dikemukakan alternatif dalam berbagai literatur barat yang
tersebut, ada baiknya kita memahami ditujukan kepada pendekatan ini (Ainah &
terlebih dahulu apa yang dimaksud Adawiah, 2016). Pendekatan ini
dengan pendekatan pembelajaran. dipandang indoktrinatif, tidak sesuai
Pendekatan pembelajaran dapat dengan perkembangan kehidupan
diartikan sebagai titik tolak atau sudut demokrasi (Bank, 1985). Pendekatan ini
pandang kita terhadap proses dinilai mengabaikan hak anak untuk
pembelajaran, yang merujuk pada memilih nilainya sendiri secara bebas
pandangan tentang terjadinya suatu proses (Windmiller, 1976). Kehidupan manusia

48
Jasrudin, Zulfikar Putra, Farid Wajdi. Membangun Karakter Peserta Didik Melalui Penguatan
Kompetensi PKn dan Penerapan Alternatif Pendekatan Pembelajaran.
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 10, Nomor 02 November 2020

berbeda karena perbedaan waktu dan melalui pengamatan dan wawancara


tempat. Kita tidak dapat meramalkan nilai (Windmiller, 1976). Dari hasil observasi
yang sesuai untuk generasi yang akan terhadap anak-anak ketika sedang
datang (Raths et al., 1978). Setiap generasi bermain, dan jawaban mereka atas
mempunyai hak untuk menentukan pertanyaan mengapa mereka patuh
nilainya sendiri. Oleh karena itu, yang kepada peraturan, Piaget sampai pada
perlu diajarkan kepada generasi muda suatu kesimpulan bahwa perkembangan
bukannya nilai, melainkan proses, supaya kemampuan kognitif pada anak-anak
mereka dapat menemukan nilai-nilai mempengaruhi pertimbangan moral
mereka sendiri, sesuai dengan tempat dan mereka. (Kohlberg, 1977) juga
zamannya; Pendekatan perkembangan mengembangkan teorinya berdasarkan
moral kognitif (cognitive moral development pada asumsi umum tentang teori
approach) ini mendorong siswa untuk perkembangan kognitif dari Dewey dan
berpikir aktif tentang masalah-masalah Piaget di atas. Seperti dijelaskan oleh
yang berkenaan dengan moral dan dalam (Elias, 1989), Kohlberg mendefinisikan
membuat keputusan-keputusan moral. kembali dan mengembangkan teorinya
Perkembangan moral menurut menjadi lebih rinci. Tingkat-tingkat
pendekatan ini dilihat sebagai perkembangan moral menurut Kohlberg
perkembangan tingkat berpikir dalam dimulai dari konsekuensi yang sederhana,
membuat pertimbangan moral, dari suatu yang berupa pengaruh kurang
tingkat yang lebih rendah menuju suatu menyenangkan dari luar ke atas tingkah
tingkat yang lebih tinggi (Elias, 1989). laku, sampai kepada penghayatan dan
Dua hal utama menjadi tujuan yang ingin kesadaran tentang nilai-nilai kemanusian
dicapai oleh pendekatan ini. Pertama, universal. Lebih tinggi tingkat berpikir
membantu siswa dalam membuat adalah lebih baik, dan otonomi lebih baik
pertimbangan moral yang lebih kompleks daripada heteronomi. Pendekatan
berdasarkan kepada nilai yang lebih tinggi. analisis nilai (values analysis approach) ini
Kedua, mendorong siswa untuk lebih menekankan pada perkembangan
mendiskusikan alasan-alasannya ketika kemampuan siswa untuk berpikir logis,
memilih nilai dan posisinya dalam suatu dengan cara menganalisis masalah yang
masalah moral (Superka, 1976); (Bank, berhubungan dengan nilai-nilai sosial. Jika
1985). Sebetulnya pendekatan kognitif dibandingkan dengan pendekatan
pertama kali dikemukakan oleh Dewey perkembangan kognitif, salah satu
(Kohlberg, 1977). Selanjutkan perbedaan penting antara keduanya bahwa
dikembangkan lagi oleh Piaget dan pendekatan analisis nilai lebih
Kohlberg (Fraenkel, 1977); (Hersh, 1980). menekankan pada pembahasan masalah-
Dewey membagi perkembangan moral masalah yang memuat nilai-nilai sosial.
anak menjadi tiga tahap (level) sebagai Adapun pendekatan perkembangan
berikut: Tahap "premoral" atau kognitif memberi penekanan pada dilema
"preconventional". Pada tahap ini tingkah moral yang bersifat perseorangan. Dalam
laku seseorang didorong oleh desakan perspektif PKn, pembelajaran yang
yang bersifat fisikal atau sosial; Tahap memberikan kasus “dilema moral” akan
"conventional". Pada tahap ini seseorang menjadi wahana pendidikan yang
mulai menerima nilai dengan sedikit kritis, memfasilitasi peserta diri untuk
berdasarkan kepada kriteria kelompoknya; memberikan argumen moral sekaligus
Tahap "autonomous". Pada tahap ini menunjukkan posisi perkembangan
seseorang berbuat/bertingkahlaku sesuai moralnya terhadap kasus “dilema moral”
dengan akal pikiran dan pertimbangan yang diajukan kepadanya, sehingga lambat
dirinya sendiri, tidak sepenuhnya laun mengembangkan dirinya menjadi
menerima kriteria kelompoknya. Piaget warga negara yang cerdas,
berusaha mendefinisikan tingkat bertanggungjawab dan berkeadaban
perkembangan moral pada anak-anak (Sarbaini, 2016). Ada enam langkah

49
Jasrudin, Zulfikar Putra, Farid Wajdi. Membangun Karakter Peserta Didik Melalui Penguatan
Kompetensi PKn dan Penerapan Alternatif Pendekatan Pembelajaran.
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 10, Nomor 02 November 2020

analisis nilai yang penting dan perlu di depan umum); Ketiga: Bertindak
diperhatikan dalam proses pendidikan (berbuat sesuatu sesuai dengan pilihannya,
nilai menurut pendekatan ini menurut diulang-ulang sebagai suatu pola tingkah
(Hersh, 1980) dan (Elias, 1989), Adapun laku dalam hidup (Raths et al., 1978).
langkah Analisis Nilai Tugas Penyelesaian Pendekatan pembelajaran berbuat
Masalah adalah: Mengidentifikasi dan (action learningapproach) ini memberi
menjelaskan nilai yang terkait; Mengurangi penekanan pada usaha memberikan
perbedaan penafsiran tentang nilai yang kesempatan kepada siswa untuk
terkait; Mengumpulkan fakta yang melakukan perbuatan-perbuatan moral,
berhubungan; Mengurangi perbedaan baik secara perseorangan maupun secara
dalam fakta yang berhubungan; Menguji bersama-sama dalam suatu kelompok.
kebenaran fakta yangberkaitan; Menurut (Elias, 1989), (Hersh, 1980), dan
Mengurangi perbedaan kebenaran tentang (Superka, 1976), pendekatan pembelajaran
fakta yang berkaitan; Menjelaskan kaitan berbuat yang diprakarsai oleh Newmann,
antara fakta yang bersangkutan; dengan memberikan perhatian mendalam
Mengurangi perbedaan tentang kaitan pada usaha melibatkan siswa sekolah
antara fakta yang bersangkutan; menengah atas dalam melakukan
Merumuskan keputusan moral sementara; perubahan-perubahan sosial. Menurut
Mengurangi perbedaan dalam rumusan (Elias, 1989), walaupun pendekatan ini
keputusan sementara; Menguji prinsip berusaha juga untuk meningkatkan
moral yang digunakan dalam pengambilan keterampilan "moral reasoning" dan dimensi
keputusan; Mengurangi perbedaan dalam afektif, namun tujuan yang paling penting
pengujian prinsip moral yang diterima. adalah memberikan pengajaran kepada
Pendekatan klarifikasi nilai (values siswa, supaya mereka berkemampuan
clarification approach) ini memberi untuk mempengaruhi kebijakan umum
penekanan pada usaha membantu siswa sebagai warga dalam suatu masyarakat
dalam mengkaji perasaan dan yang demokratis.
perbuatannya sendiri, untuk
meningkatkan kesadaran mereka tentang SIMPULAN
nilai-nilai mereka sendiri. Pendekatan ini
memberi penekanan pada nilai yang Berdasarkan uraian hasil dan
sesungguhnya dimiliki oleh seseorang. pembahasan penelitian, maka simpulan
Bagi penganut pendekatan ini, nilai dari artikel ini adalah upaya yang dapat
bersifat subjektif, ditentukan oleh ditempuh dengan membangun karakter
seseorang berdasarkan kepada berbagai melalui sistem pendidikan, baik secara
latar belakang pengalamannya sendiri, makro, mulai tahap implementasi dalam
tidak ditentukan oleh faktor luar, seperti pengalaman belajar (learning experiences)
agama, masyarakat, dan sebagainya. Oleh apakah melalui pengalaman belajar
karena itu, bagi penganut pendekatan ini intervensi dalam bentuk penerapan
isi nilai tidak terlalu penting. Hal yang kegiatan terstruktur (structured-learning
sangat dipentingkan dalam program experiences) maupun habituasi dalam situasi
pendidikan adalah mengembangkan persistent-life situation) dan reinforcement.
keterampilan siswa dalam melakukan Maupun dalam bentuk mikro berupa
proses menilai. Ada tiga proses klarifikasi pengembangan nilai/karakter, diantaranya
nilai menurut pendekatan ini. Dalam tiga melalui kegiatan belajar mengajar di kelas,
proses tersebut terdapat tujuh sub-proses, kegiatan keseharian dalam bentuk budaya
yaitu: Pertama: Memilih (dengan bebas, satuan pendidikan (school culture), kegiatan
dari berbagai alternative, setelah ko-kurikuler dan atau ekstra-kurikuler
mengadakan pertimbangan tentang serta keseharian di rumah, dan dalam
berbagai akibatnya); Kedua: Menghargai masyarakat. Kegiatan belajar di kelas
(merasa bahagia atau gembira dengan dapat menggunakan pendekatan
pilihannya, mau mengakui pilihannya itu terintegrasi dalam semua mata pelajaran,

50
Jasrudin, Zulfikar Putra, Farid Wajdi. Membangun Karakter Peserta Didik Melalui Penguatan
Kompetensi PKn dan Penerapan Alternatif Pendekatan Pembelajaran.
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 10, Nomor 02 November 2020

maupun matapelajaran yang mempunyai Konsepsi, Keteladanan, Sikap Merdeka I


misi khusus seperti Pendidikan Agama (Pendidikan). Majelis Luhur
dan PKn. Melalui keduanya dapat Persatuan Tamansiswa.
dikembangkan melalui instructional effects Dewantara, K. H. (2013b). Ki Hadjar
maupun nurturrant effects. Sehubungan Dewantara: Pendidikan Pemikiran,
dengan kegiatan belajar di kelas, maka Konsepsi, Keteladanan, Sikap Merdeka II
pembentukan karakter siswa hendaknya (Kebudayaan). Majelis Luhur
dilakukan dengan berbagai alternatif Persatuan Tamansiswa.
pendekatan pembelajaran yang sesuai Elias, J. L. (1989). Moral education: Secular
dengan penanaman nilai/moral, hal ini and religious. Krieger.
mengingat pembentukan karakter itu Fatimah. (2016). Pengembangan
menyangkut nilai/moral. Oleh karenanya Pendidikan Karakter dan
alternatif pendekatan pembelajaran yang Keunggulan Lokal dalam Kurikulum
dapat digunakan di antaranya adalah Kejuruan di SMK Negeri
pendekatan penanaman nilai, pendekatan Kabupaten Tapin. Jurnal Pendidikan
perkembangan moral kognitif, pendekatan Kewarganegaraan, 6(11), 882–899.
Fraenkel, J. R. (1977). How to teach about
analisis nilai, pendekatan klarifikasi nilai,
values: An analytic approach. Prentice-
dan pendekatan pembelajaran berbuat.
Hall.
Freud, S. (1957). Some character-types
DAFTAR PUSTAKA met with in psycho-analytic work. In
The Standard Edition of the Complete
Acep Supriadi, Harpani Matnuh, M. Psychological Works of Sigmund Freud,
(2014). Internalisasi Nilai Volume XIV (1914-1916): On the
Nasionalisme Dalam Pembelajaran History of the Psycho-Analytic
PKn Pada Siswa MAN 2 Model Movement, Papers on Metapsychology and
Banjarmasin. Jurnal Pendidikan Other Works (pp. 309–333).
Kewarganegaraan, 4(8), 120462. Hersh, R. H. (1980). Models of Moral
https://ppjp.ulm.ac.id/journal/inde Education: An Appraisal.
x.php/pkn/article/view/462 Koesoema, D. (2010). Pendidikan
Adawiah, R. (2016). Profesionalitas guru dan Karakter: Strategi Mendidik Anak di
pendidikan karakter (kajian empiris di Zaman Global. Jakarta: Grasindo.
SDN Kabupaten Balangan). 6(11), Kohlberg, L. (1977). The cognitive-
939–946. developmental approach to moral
Ainah, S., & Adawiah, R. (2016). Strategi education. Dlm. Rogrs, D. Issues in
Guru PKn Menanamkan Karakter adolescent psychology: 283-299. New
Sopan Santun dalam Pembelajaran Jersey: Printice Hall. Inc.
Pendidikan Kewarganegaraan di Lickona, T. (2013). Pendidikan karakter,
SMP Negeri 3 Banjarmasin. Jurnal panduan lengkap mendidik siswa
Pendidikan Kewarganegaraan, 6(11). menjadi pintar dan baik (terjemahan
Asosiasiwipknips. (2011). Sambutan Menteri Lita S). New York: Bantam Book (Buku
Pendidikan Nasional Pada Peringatan Asli Terbit Tahun 1991).
Hari Pendidikan Nasional Tahun 2011 Putra, Z. (2018). Implementasi
Senin, 2 Mei 2011. WordPress.Com. pendidikan Pancasila sebagai
Badan Narkotika Nasional Republik character building mahasiswa di
Indonesia, H. (2014). Executive Universitas Sembilanbelas
Summary Refleksi Akhir Tahun 2014. November Kolaka. Implementasi
Badan Narkotika Nasional Republik Pendidikan Pancasila Sebagai Character
Indonesia. Building Mahasiswa Di Universitas
Bank, J. A. (1985). Teaching Strategies for the Sembilanbelas November (USN) Kolaka,
Social Studies. New York: Longman, 1(1), 9–13.
Inc. https://doi.org/10.12928/citizenshi
Dewantara, K. H. (2013a). Ki Hadjar p.v1i1.9515
Dewantara: Pendidikan Pemikiran, Putra, Z. et al. (2020). Paradigma
51
Jasrudin, Zulfikar Putra, Farid Wajdi. Membangun Karakter Peserta Didik Melalui Penguatan
Kompetensi PKn dan Penerapan Alternatif Pendekatan Pembelajaran.
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan: Volume 10, Nomor 02 November 2020

Membangun Pendidikan Sudrajat, A. (2008). Pengertian


Kewarganegaraan Panduan Kuliah Di pendekatan, strategi, metode, teknik,
Perguruan Tinggi. Ahlimedia Book. taktik, dan model pembelajaran.
Raths, L. E., Harmin, M., & Simon, S. B. Online)(Http://Smacepiring. Wordpress.
(1978). Values and teaching Com).
Columbus. Ohio: Merrill. Superka, D. P. (1976). Values Education
Ruchliyadi, D. A. (2016). Pendekatan Sourcebook: Conceptual Approaches,
Student Active Learning Materials Analyses, and an Annotated
Pembelajaran Kewarganegaraan Bibliography.
(Pkn) Di Pendidikan Dasar Dan Wahyu, Akhyar, Z., & Maryana. (2015).
Menengah Sebagai Best Practise Menanamkan Nilai Disiplin Anak
Untuk Membentuk Karakter Warga Pada Lingkungan Keluarga Di Desa
Negara Yang Baik. Jurnal Pendidikan Sungai Pinang Lama Kecamatan
Kewarganegaraan, 6(2), 994–1001. Sungai Tabuk Kabupaten Banjar.
Sarbaini, S. (2016). Pertimbangan Moral Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan,
Menurut Gender Peserta Didik 5(10).
Dalam Pembelajaran Pkn Di Sma Wajdi, F. (2020). Nilai-Nilai Karakter Etnis
Korpri Banjarmasin. Jurnal Bajo Relevan Dengan Nilai Karakter
Pendidikan Kewarganegaraan, 6(11), Bangsa. Makassar: Yayasan Barcode.
120615. Windmiller, M. (1976). Moral
Soedarsono, S. (2013). Karakter Mengenal development. Understanding
Bangsa Gelap Menuju Terang. Elex Adolescence: Current Developments in
Media Komputindo. Adolescent Psychology. Boston: Allyn and
Sudirman, S. (2020). Keteladanan Guru Bacon.
Dan Kontribusinya Terhadap Z. Putra, L. O Rasidun, dan D. K. P.
Karakter Kebangsaan Siswa Di (2020). Kepribadian Sebagai Suatu Ilmu.
SMA Negeri Di Kota Padang Bandung: Alfabeta.
Panjang. Jurnal Pendidikan
Kewarganegaraan, 10(1), 48–61.

52
Jasrudin, Zulfikar Putra, Farid Wajdi. Membangun Karakter Peserta Didik Melalui Penguatan
Kompetensi PKn dan Penerapan Alternatif Pendekatan Pembelajaran.

Anda mungkin juga menyukai