Anda di halaman 1dari 9

URGENSI KEBIJAKAN PROFIL PELAJAR PANCASILA DALAM MEMBENTUK

KARAKTER SISWA
Hendy Pratama Muhammad Fuad AL-Ahzar
hendy2111331012.webmail.uad.ac.id muhammad2111331028@webmail.uad.ac.id

Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui profil pelajar Pancasila sebagai upaya
membentuk karakter siswa. Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode
atau pendekatan penelitian kepustakaan. bahwa kepustakaan atau studi kepustakaan dapat
diartikan sebagai rangkaian kegiatan yang berkaitan dengan metode mengumpulkan informasi
perpustakaan, membaca catatan dan mengolah bahan penelitian. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa profil pelajar Pancasila merupakan salah satu kebijakan yang mendukung terwujudnya cita-
cita kelanjutan program pendidikan nasional dan penguatan karakter. Profil pelajar pancasila
adalah karakter dan kompetensi yang harus dimiliki siswa Indonesia selama pembelajaran dan
imersi hadirin Menggunakan enam dimensi profil pelajar Pancasila yaitu iman dan taqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, Kebhinekaan global, kemandirian, gotong royong, nalar kritis dan
kreatifitas diharapkan dari bangsa Indonesia. menjadi pribadi yang cerdas dan berkarakter serta
mampu menghadapi tantangan abad 21 dan tentunya untuk mendorong nilai-nilai yang terkandung
dalam Pancasila sebagai filosofi negara kita secara permanen dan akhirnya Kehidupan bangsa
yang sejahtera dan bermartabat dapat diwujudkan sebagai salah satu tugas hukum dasar pada tahun
1945. Strategi pengembangan profil siswa Pancasila diimplementasikan dengan menanamkannya
dalam kegiatan pendidikan formal berupa kurikulum, program koedukasi dan ekstrakurikuler yang
dikemas sebagai kegiatan proyek Penguatan profil siswa Pancasila. Dengan diterapkannya
kebijakan profil pelajar pancasila, diharapkan mereka mampu melakukannya membangun atau
membentuk karakter siswa Indonesia yang lebih baik dan mampu bersaing secara global.
Kata Kunci: Pendidikan karakter, Profil Pelajar Pancasila
Abstrak
The purpose of this study was to determine the profile of Pancasila students as an effort to shape
student character. The method used in this study uses a library research method or approach. that
literature or literature study can be interpreted as a series of activities related to methods of
collecting library information, reading notes and processing research materials. The results of this
study indicate that the profile of Pancasila students is one of the policies that support the realization
of the ideals of continuing the national education program and strengthening character. Pancasila
student profiles are the characters and competencies that Indonesian students must have during
learning and audience immersion. Using the six dimensions of the Pancasila student profile,
namely faith and piety to God Almighty, global diversity, independence, mutual cooperation,
critical reasoning and creativity are expected from the Indonesian people. become a person who is
intelligent and has character and is able to face the challenges of the 21st century and of course to
permanently promote the values contained in Pancasila as the philosophy of our country and finally
the life of a prosperous and dignified nation can be realized as one of the basic legal tasks in 1945.
Strategy the development of Pancasila student profiles is implemented by embedding them in
formal education activities in the form of curricula, co-education programs and extracurriculars
which are packaged as project activities for Strengthening Pancasila student profiles. With the
implementation of the Pancasila student profile policy, it is hoped that they will be able to build
or shape the character of Indonesian students who are better and able to compete globally.
Keywords: Character education, Pancasila Student Profile
PENDAHULUAN
Tantangan abad ke-21 saat ini menunjukkan bahwa dunia semakin saling terhubung. Suatu negara
dan warganya terikat dengan negara lain. Demikian pula tantangan dan peluang abad ke-21
semakin tidak mengenal batas negara. Perkembangan teknologi informasi digital mempercepat
dan memudahkan hubungan masyarakat yang tinggal di suatu negara dengan masyarakat lain di
negara yang berbeda. Setiap negara saling terhubung dan semakin tergantung dengan negara lain,
teknologi informasi membuka peluang bagi setiap orang untuk mengenal negara, konteks dan
budaya yang berbeda. Menjadi warga dunia bukan hanya bagian dari dunia nyata, tetapi juga
bagian dari masyarakat digital. Terkait dengan perkembangan teknologi dalam dunia pendidikan.
Menurut (Hanafiah, 2022), teknologi pendidikan merupakan alat penunjang dalam
penyelenggaraan pendidikan di era digital dan era pandemi.
Pendidikan diharapkan mampu menciptakan pemahaman, pengetahuan, keterampilan dan karakter
yang diperlukan untuk mencapai keadilan sosial, perdamaian dan kerjasama dalam keberagaman
atau keragaman global. Penelitian yang dilakukan (MGIEP, 2017) menunjukkan bahwa banyak
strategi yang dapat diterapkan di negara-negara Asia, termasuk Indonesia, termasuk reformasi
kurikulum dan kebijakan lain yang memperkuat prinsip kesetaraan dan keadilan sosial. Anjuran
ini sejalan dengan cita-cita bangsa yang tertuang dalam Pancasila, yaitu keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia. Dengan kata lain, orientasi pada tujuan global sama sekali tidak
bertentangan dengan pendidikan yang mengedepankan nilai-nilai luhur dan budaya bangsa,
falsafah Pancasila yang berorientasi pada nilai kemanusiaan dan kesejahteraan sosial serta
keadilan. Warga negara yang mampu melakukan perubahan dan yang memiliki kemampuan serta
kekuatan untuk meningkatkan taraf hidup bangsa sangat diharapkan oleh perubahan sistem
pendidikan nasional. Pendidikan yang mengembangkan akal, rasa, kehendak dan raga diharapkan
mampu membangun dan memperkaya budaya bangsa yaitu sistem nilai, sistem pengetahuan dan
sistem tingkah laku bersama. (Yudi, 2020)
Merujuk pada pendapat Ki Hadjar Dewantara dalam bukunya (VF Musyadad, 2022), bahwa
“pendidikan sebagai proses pembudayaan tidak hanya berorientasi pada pembentukan kepribadian
yang baik, tetapi juga masyarakat yang baik”. Sebagai proses pendidikan, pendidikan harus
memiliki orientasi dua arah yang membina peserta didik yang dapat memahami diri dan
lingkungannya. Tren ini harus diseimbangkan, di mana pendidikan membantu orang menyadari
potensi mereka dan menawarkan setiap orang kesempatan untuk menginvestasikan minat mereka
pada lingkungan di sekitar mereka. Dengan demikian, pendidikan budaya memerlukan
pengembangan daya pikir, daya emosional, daya kreatif dan daya fisik. Karakter merupakan hal
utama yang membedakan manusia dengan hewan. Pemerintah telah lama melakukan upaya
penguatan pendidikan karakter melalui Gerakan Pendidikan Karakter Nasional tahun 2010 yang
dilanjutkan pada tahun 2016 dengan program PPK.(Lubaba & Alfiansyah, 2022)
Pendidikan karakter dapat diartikan sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan
moral, pendidikan budi pekerti (Arifudin, 2022). Dengan kata lain, pendidikan karakter merupakan
bagian integral dari proses pendidikan dan dimaknai sebagai suatu sistem penanaman nilai-nilai
karakter pada anak sekolah, yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kehendak dan
tindakan untuk mewujudkan nilai-nilai tersebut, dan kepada Yang Maha Kuasa. . Tuhan, diri
sendiri, sesama, lingkungan dan bangsa untuk menjadikan mereka manusia yang sempurna. .
Demikian pula seorang pendidik yang berkarakter dianggap memiliki nilai-nilai dan keyakinan
yang dilandasi oleh hakikat dan tujuan pendidikan serta dijadikan sebagai kekuatan moral dalam
menunaikan tugas-tugas pendidik. Pendidikan karakter sering juga disebut pendidikan nilai,
karena karakter adalah nilai dalam tindakan, nilai dalam tindakan. Karakter juga sering disebut
nilai operasional atau nilai yang beroperasi dalam suatu tindakan (perilaku).(Irawati et al., 2022)
Tujuan pendidikan karakter itu sendiri pada dasarnya adalah untuk mendorong lahirnya manusia-
manusia baik yang berkepribadian menarik, beretika, bersahaja, jujur, cerdas, peduli dan tangguh
(Fardiansyah, 2022). Penumbuhan dan perkembangan karakter yang baik mendorong siswa
tumbuh dengan kemampuan dan komitmen untuk melakukan yang terbaik dan melakukan segala
sesuatu dengan benar dan memiliki tujuan hidup. Individu yang berwatak baik dan kuat adalah
yang berusaha memberikan yang terbaik bagi Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, orang lain,
lingkungan, bangsa, negara dan dunia internasional, dengan mengoptimalkan potensi diri dan
dengan kesadaran, emosi dan motivasi. Menurut beberapa ahli bahwa, pendidikan bukanlah tujuan
untuk tujuan informasi saja sekedar informasi, tetapi juga mendalam mengubah atau mengubah
karakter dan sifat manusia lebih baik memiliki keterampilan yang valid, lebih sopan dalam hal
etika dan estetika yang penting adalah perilaku di dalamnya kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan fenomena objektif yang telah dipaparkan sebelumnya, perlu diambil langkah konkrit
untuk mengimplementasikan profil pelajar Pancasila yang selama ini diterapkan, terutama melalui
pendidikan karakter, yang menggugah penulis untuk mencoba mengungkapkan pemikirannya
tentang implementasi kepemimpinan melalui penelitian, Kualitas pendidikan karakter dalam
implementasi profil siswa pancasila.
METODE
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis dan mendeskripsikan nilai-nilai sebagai blok
bangunan peradaban manusia. Sesuai dengan karakteristik masalah yang disajikan dalam karya
ini, digunakan metode penelitian kualitatif, yaitu. analisisnya ditekankan dalam bentuk kata-kata
tertulis yang dapat diamati melalui data deskriptif. Penulis menggunakan pendekatan kualitatif
untuk menganalisis kajian profil mahasiswa Pancasila untuk kesadaran karakter bangsa.
Maka dengan sendirinya, analisis informasi ini lebih dipusatkan pada penelitian kepustakaan, yaitu
membaca, meneliti dan mengkaji buku-buku dan sumber-sumber sastra yang erat kaitannya
dengan topik yang dibahas. Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode
atau pendekatan penelitian kepustakaan, menurut Zed in (Rahayu, 2020), penelitian kepustakaan
atau kepustakaan dapat diartikan sebagai rangkaian kegiatan yang berkaitan dengan metode
pengumpulan informasi perpustakaan, pembacaan dan penyimpanan, serta pengolahan penelitian.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Menurut Ibnu (Tanjung, 2021), penelitian kualitatif
adalah penelitian yang datanya diungkapkan dalam bentuk verbal dan dianalisis tanpa teknik
statistik. Berdasarkan beberapa definisi penelitian kualitatif di atas, dapat disimpulkan bahwa
penelitian kualitatif adalah penelitian yang materinya dinyatakan dalam bentuk verbal, tidak
menggunakan angka, dan tidak menggunakan teknik statistik dalam analisisnya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Menyikapi berbagai tantangan dan permasalahan yang dibahas dalam pendahuluan, penulis
mencoba menampilkan alternatif pemecahan yang juga merupakan kebijakan pendidikan,
khususnya bidang satuan pendidikan formal, yang juga merupakan kelanjutan dari salah satu
kebijakan pendidikan pengajaran. Permendikbud No. 20 Tahun 2018 pendidikan karakter pada
satuan pendidikan formal. Menghadapi tantangan, seseorang secara alami perlu memiliki beberapa
kompetensi penting untuk dapat berkomunikasi, berinteraksi dan berpartisipasi dalam kehidupan
dunia global.
Profil Pelajar Pancasila

Profil pelajar Pancasila adalah seorang pelajar yang memiliki pemahaman dan kesadaran yang
kuat tentang nilai-nilai Pancasila, yang merupakan dasar negara Indonesia. Pelajar Pancasila
tidak hanya mengerti arti dan makna Pancasila secara teoritis, tetapi juga menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari dan berusaha untuk mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam tindakan dan
perilaku mereka.

Berikut adalah beberapa ciri dan sikap yang dapat diidentifikasi dalam profil seorang pelajar
Pancasila:

a. Memiliki pemahaman mendalam tentang Pancasila: Pelajar Pancasila memahami nilai-


nilai dan prinsip-prinsip dasar Pancasila dengan baik. Mereka mempelajari asal-usul,
tujuan, dan makna dari setiap sila Pancasila, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa,
Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang Dipimpin
oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, serta Keadilan Sosial
bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
b. Menghormati keragaman: Pelajar Pancasila menghargai dan menghormati perbedaan
budaya, agama, suku, ras, dan adat istiadat dalam masyarakat Indonesia. Mereka
menghindari prasangka dan diskriminasi, serta berusaha mempromosikan persatuan dan
toleransi di antara sesama pelajar
c. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan: Pelajar Pancasila memiliki sikap empati dan peduli
terhadap sesama manusia. Mereka mendukung keadilan sosial, menghormati hak asasi
manusia, serta berusaha untuk membantu mereka yang membutuhkan.
d. Berperan aktif dalam kehidupan demokrasi: Pelajar Pancasila terlibat dalam kegiatan
demokrasi di lingkungan sekolah maupun masyarakat. Mereka berpartisipasi dalam
pemilihan umum, menyuarakan pendapat, serta terlibat dalam diskusi dan kegiatan yang
memperkuat partisipasi masyarakat.
e. Berkomitmen pada integritas dan kejujuran: Pelajar Pancasila mengutamakan integritas
dan kejujuran dalam segala aspek kehidupan. Mereka menjunjung tinggi nilai-nilai etika,
tidak terlibat dalam tindakan korupsi atau perilaku curang, serta bertanggung jawab
terhadap tindakan dan keputusan mereka.
f. Menjaga lingkungan dan kelestarian alam: Pelajar Pancasila menyadari pentingnya
kelestarian alam dan bertanggung jawab dalam menjaga lingkungan. Mereka terlibat
dalam kegiatan pelestarian lingkungan, seperti mengurangi penggunaan plastik, mendaur
ulang, serta berpartisipasi dalam kampanye lingkungan.

Profil pelajar Pancasila dapat menjadi panduan bagi para pelajar untuk mengembangkan
kesadaran, pengetahuan, dan pemahaman yang lebih dalam tentang nilai-nilai Pancasila, serta
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari

Salah satu acuan penting yang menjadi kebijakan pemerintah adalah penguatan pendidikan
karakter (PPK) yang diatur melalui Keputusan Presiden RI Nomor 87 Tahun 2017 dan Keputusan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 20. Tahun 2018 tentang Penguatan Pendidikan
Karakter pada Pendidikan Formal. Satuan. PPK merupakan gerakan pendidikan yang dilaksanakan
dengan menerapkan nilai-nilai inti Pancasila. Ada 18 nilai inti yaitu nilai religius, jujur, toleran,
disiplin, pekerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta
tanah air, menghargai prestasi, kemampuan berkomunikasi, cinta damai, gemar membaca,
kepedulian terhadap lingkungan, sosial dan tanggung jawab. Kedelapan belas nilai tersebut
kemudian dikelompokkan menjadi lima nilai inti yang berkaitan dengan religiusitas, nasionalisme,
kemandirian, gotong royong, dan kejujuran. Nilai-nilai PPK merupakan bagian dari mata pelajaran
asli dalam proses penyatuan dimensi-dimensi profil siswa Pancasila. Salah satu indikasi penting
dari kebijakan pemerintah tersebut adalah penguatan pendidikan karakter (PPK) yang diatur
melalui keputusan presiden.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 2017 dan Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 20 Tahun 2018 tentang Penguatan Pendidikan Karakter Pada
Satuan Pendidikan Formal. PPK merupakan gerakan pendidikan yang dilaksanakan dengan
menerapkan nilai-nilai inti Pancasila. Ada 18 nilai inti yaitu nilai religius, jujur, toleran, disiplin,
pekerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air,
menghargai prestasi, kemampuan berkomunikasi, cinta damai, gemar membaca, kepedulian
terhadap lingkungan, sosial dan bertanggung jawab. Kedelapan belas nilai tersebut kemudian
dikelompokkan menjadi lima nilai inti yang berkaitan dengan religiusitas, nasionalisme,
kemandirian, gotong royong, dan kejujuran. Nilai-nilai PPK merupakan bagian dari mata pelajaran
asli dalam proses penyatuan dimensi-dimensi profil siswa Pancasila.
Selain itu, profil ini disusun berdasarkan hasil survei kompetensi abad 21 oleh Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan, serta hasil survei sejenis yang dilakukan di Indonesia dan
internasional. Referensi ke kompetensi abad ke-21 mewakili keterampilan dan karakter yang
dibutuhkan untuk menjadi orang yang produktif dan demokratis dalam kehidupan global saat ini
dan besok. Kajian ini dan beberapa dokumen internasional terkait keterampilan abad 21 menjadi
acuan penting untuk menentukan karakter dan kompetensi apa yang harus dipersiapkan. Istilah
pelajar digunakan nama profil ini representatif semua orang terpelajar. Istilah ini lebih
komprehensif daripada "siswa" yang hanya mewakili individu yang sedang berlatih dengan
program ini pelatihan terorganisir. mendapatkan pembelajar seumur hidup adalah satu atribut yang
ditunjukkan dalam profil siswa Pancasila, jadi saya masih berharap bukan lagi pelajar karena
menyelesaikan pendidikannya, Anda selalu bisa menjadi siswa. Profil ini juga tidak menggunakan
istilah "profil kelas". Kecuali satu siswa seumur hidup tidak tahu akhir atau akhir pembelajaran,
profil lulusan meninggalkan kesan karakter itu serta fitur baru yang ditargetkan dicapai ketika
seseorang pergi.
Profil pelajar Pancasila menjelaskan kompetensi dan karakter yang harus dibangun dalam diri
masing-masing individu siswa di Indonesia dapat menjalankan kebijakan pendidikan berpusat
pada pembelajar atau berorientasi pengembangan enam dimensi Profil Pelajar pancasila secara
lengkap dan menyeluruh, yaitu siswa yang 1) beriman, takut akan Tuhan Yang Maha Esa, dan
akhlak mulia; 2) menjadi serbaguna global; 3) bekerja sama; 4) mandiri; 5) penalaran kritis; dan
6) kreatif.
Muatan Karakter dan Kompetensi Profil Pelajar Pancasila
Profil pelajar Pancasila bagi abad 21 adalah seorang pelajar yang memiliki pemahaman yang baik
tentang Pancasila sebagai ideologi negara Indonesia. Berikut adalah beberapa ciri-ciri profil
pelajar Pancasila bagi abad 21:
a. Memiliki pemahaman yang mendalam tentang Pancasila: Seorang pelajar Pancasila
memiliki pemahaman yang baik tentang sila-sila dalam Pancasila, yaitu Ketuhanan Yang
Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang
Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, dan Keadilan
Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Mereka memahami makna dan nilai-nilai yang
terkandung di dalam setiap sila, serta mampu mengaplikasikan nilai-nilai tersebut dalam
kehidupan sehari-hari.
b. Menghargai kebhinekaan dan keragaman: Seorang pelajar Pancasila di abad 21
menghargai kebhinekaan dan keragaman yang ada di Indonesia. Mereka tidak memandang
perbedaan sebagai suatu hambatan, melainkan sebagai kekayaan yang harus dijaga dan
dipertahankan. Mereka memiliki sikap toleransi terhadap perbedaan agama, suku, budaya,
dan pandangan politik, serta menghormati hak asasi manusia setiap individu.
c. Mementingkan persatuan dan kesatuan: Seorang pelajar Pancasila mengutamakan
persatuan dan kesatuan bangsa. Mereka menyadari bahwa keberagaman Indonesia dapat
menjadi kekuatan jika dijaga dengan baik. Mereka tidak terpengaruh oleh isu-isu yang
dapat memecah-belah bangsa, dan berusaha menjaga keharmonisan antarwarga negara
dengan menjunjung tinggi semangat gotong royong dan saling menghormati.
d. Mengedepankan semangat demokrasi: Pelajar Pancasila di abad 21 menerapkan semangat
demokrasi dalam kehidupan sehari-hari. Mereka aktif berpartisipasi dalam proses
demokrasi, seperti pemilihan umum dan kegiatan sosial-politik lainnya. Mereka
menjunjung tinggi nilai-nilai kebebasan, keterbukaan, dan keadilan dalam berinteraksi
dengan orang lain.
e. Menjadi agen perubahan positif: Seorang pelajar Pancasila di abad 21 tidak hanya memiliki
pemahaman, tetapi juga berperan sebagai agen perubahan positif dalam masyarakat.
Mereka berusaha untuk melakukan tindakan nyata yang sejalan dengan nilai-nilai
Pancasila, seperti membantu sesama, menjaga lingkungan, dan berkontribusi dalam
membangun masyarakat yang adil dan beradab.
Profil pelajar Pancasila bagi abad 21 menekankan pada kesadaran akan nilai-nilai Pancasila
sebagai landasan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Mereka bukan hanya
memiliki pengetahuan teoritis, tetapi juga mampu mengaplikasikan nilai-nilai Pancasila dalam
praktek sehari-hari dan menjadi teladan bagi generasi lainnya.
Profil Pelajar Pancasila Terformat sebagai berikut: “Pelajar Indonesia adalah siswa seumur hidup
kompetensi, karakter dan perilaku Sesuai dengan nilai-nilai pancasila. pendapat profil dalam satu
kalimat menunjukkan ringkasan dari tiga hal besar, yaitu pembelajar sepanjang hayat, kompetensi,
dan berkarakter sesuai dengan nilai-nilai pancasila. Ketiganya adalah konsep yang sangat besar.
Menjadi pembelajar seumur hidup kemerdekaan diperlukan, di mana seseorang akan mengenali
kebutuhan belajar, motivasi, dan dapat mencari sumber dan menggunakan metode pengajaran yang
tepat dengan dia kemerdekaan ini pada hakekatnya adalah visi pendidikan kata Ki Hadjar
Dewantara.
Dari sudut pandang Ki Hadjar Dewantara berpendapat bahwa pendidikan dasarnya pembangunan
karakter seperti yang tertulis berikut: “Bisnis, karakter atau karakter, itu adalah kesatuan dari
gerakan pikiran, perasaan dan bersedia atau bersedia, yaitu kemudian hidupkan. Apa adanya
"Karakter" adalah posisi setiap orang sebagai pribadi yang mandiri yang dapat memerintah atau
memerintah diri mereka sendiri sendiri Ini adalah pria yang beradab dan inilah tujuan dan maksud
dari deep learning sketsa".
Dimensi Profil Pelajar Pancasila
Profil pelajr pancasila adalah enam kompetensi yang diartikulasikan dimensi kunci. Keenamnya
berhubungan dan menderita begitu banyak masalah aplikasi profil mahasiswa pancasila
perkembangan kebutuhan kesehatan enam dimensi bersama-sama, tidak parsial. enam dimensi ini
adalah
1) iman, takwa Maha Esa dan Mulia,
2) Mandiri,
3) penalaran kritis,
4) kreatif,
5) Kolaborasi dan
6) keragaman global
Mereka harus tumbuh bersama jadi guru tidak sederhana fokus pada satu atau dua dimensi saja.
Mengabaikan keinginan keduanya mencegah pembentukan dimensi lain.
Misalnya sikap cinta tanah air adalah buah dari evolusi dimensi “iman, takwa”. Maha Esa dan
Berbudi Luhur” karena salah satu unsurnya adalah akhlak patriotik Sikap cinta tanah air terbangun
kecuali akhlak manusia percaya, juga karena kebangkitan emosi perhatian, perhatian, dan ramah
terhadap orang lain lingkungan, yang merupakan unsur dimensi umum. Selain itu dimensi
keragaman global perkembangan identitas dan kemampuan untuk merefleksi diri sebagai bagian
dari kelompok budaya dan bangsa Indonesia dan bagian darinya warga dunia. Pengembangan
dimensi Keanekaragaman global membuahkan hasil cinta tanah air relatif karena Anda bisa
melihatnya dia juga bagian dari komunitas dunia.
KESIMPULAN
Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa profil siswa Pancasila merupakan rumusan
cita-cita pendidikan nasional dan sintesanya berbagai referensi, termasuk hasil penelitian di
Indonesia dan juga internasional. Profil pelajar pancasila adalah jawabannya untuk pertanyaan
yang properti siswa indonesia dan jawabannya dirangkum dalam sebuah pernyataan: “Pelajar
Indonesia adalah pelajar sejati kualitas hidup, karakter dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai
pancasila. Begitulah pelajar Indonesia siswa dengan 6 dimensi dikembangkan secara optimal dan
seimbang. Keenam dimensi tersebut adalah: 1) percaya, tuhan Maha Esa dan Mulia, 2) keragaman
global, 3) kerja sama, 4) mandiri, 5) penalaran kritis dan 6) kreatif.
Mencoba untuk mengkonfirmasi Mengembangkan profil mahasiswa pancasila menentukan
struktur kurikulum harus diperluas, bukan hanya dikelola program dalam kurikulum, tetapi juga
program yang di luar umum dan kurikulum. Program pembelajaran kooperatif di luar kelas dan
tidak seformal aktivitas dalam kota potensi pembentukan yang tinggi karakter dan kualifikasi
umum atau keahlian global Profil Pelajar Pancasila. Klarifikasi untuk semua orang dimensi dan
tahapan perkembangan dari tahap ke tahap diharapkan membantu guru merencanakan program
dan kegiatan pembelajaran mengoptimalkan pembangunan karakter dan kompetensi secara
keseluruhan melacak kemajuan setiap profil untuk siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Irawati, D., Iqbal, A. M., Hasanah, A., & Arifin, B. S. (2022). Profil Pelajar Pancasila Sebagai
Upaya Mewujudkan Karakter Bangsa. Edumaspul: Jurnal Pendidikan, 6(1), 1224–1238.
https://doi.org/10.33487/edumaspul.v6i1.3622
Lubaba, M. N., & Alfiansyah, I. (2022). Analisis Penerapan Profil Pelajar Pancasila Dalam
Pembentukan Karakter Peserta Didik Di Sekolah Dasar. Sains Dan Teknologi, 9(3), 2022–
2687.
Hanafiah. (2022). Penanggulangan Dampak Learning Loss dalam Meningkatkan Mutu
Pembelajaran pada Sekolah Menengah Atas. JIIP-Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan, 5(6), 1816–
1823
MGIEP. (2017). Rethinking Schooling For The 21st Century: The State of Education for Peace,
Sustainable Development and Global Citizenship in Asia. UNESCO: MGIEP.
Yudi. (2020). Pendidikan yang Berkebudayaan: Histori, Konsepsi, dan Aktualisasi Pendidikan
Transformatif. Bandung: Gramedia.
VF Musyadad. (2022). Supervisi Akademik untuk Meningkatkan Motivasi Kerja Guru dalam
Membuat Perangkat Pembelajaran. JIIP-Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan, 5(6), 1936–1941.
Arifudin, O. (2022). Optimalisasi Kegiatan Ekstrakurikuler dalam Membina Karakter Peserta
Didik. JIIP-Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan, 5(3), 829–837.
Sofyan, Y. (2020). Peranan Konseling Dosen Wali Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar
Mahasiswa Di Perguruan Tinggi Swasta Wilayah LLDIKTI IV. Jurnal Bimbingan Dan
Konseling Islam, 10(2), 237–242.

Anda mungkin juga menyukai