Anda di halaman 1dari 11

NAMA : Umiatin Hasanah

NIM : 06010122030
MATA KULIAH : Ilmu Pendidikan Islam
DOSEN : Prof. Dr. H. Ah. Zakki Fuad, M.Ag.

MATERI XII
Profil Pelajar Pancasila di era kurikulum merdeka

A. Penguatan Profil Pelajar Pancasila

Profil pelajar Pancasila didesain untuk memberikan sebuah jawaban. Satu pertanyaan
besar tentang pelajar dengan profil atau kompetensi seperti apa yang akan dihasilkan oleh
sistem pendidikan kita. Terlebih kita saat ini dihadapkan dengan era suatu pergerakan hal yang
tidak lagi lurus. Sehingga diharapkan dengan pendidikan peserta didik dapat dibekali untuk
dapat menjadi manusia yang unggul, produktif serta dapat menjadi warga negara yang
demokratis. Dapat berpartisipasi dalam persaingan global yang saling berkesinambungan.
Serta tidak lupa hal-hal tersebut harus diimbangi dengan memperhatikannya faktor internal
bangsa yang berkaitan dengan ideolagi dan cita-cita bangsa Indonesia.1

1
Umi nahdiyah, dkk, “Pendidikan pelajar Pancasila ditinjau dari konsep kurikulum merdeka” jurnal basicedu Vol. 3,
No.2 ( 7 agustus 2022), 524.

1
Profil pelajar pancasila di dalamnya mempunyai 6 kompetensi, keenam kompetensi
tersebut ialah:
1. Beriman, Bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, dan berakhlaq mulia.

Pelajar Indonesia yang berakhlak mulia adalah pelajar yang mempunyai akhlak
dalam hubungannya dengan tuhan yang maha esa. Dengan cara memahami ajaran
agama dan kepercayaannya serta menerapkan pemahamannya dalam kehidupan sehari-
hari. Disini peserta didik yang dimaksud adalah peserta yang memiliki akhlak luhur
dalam berhubungan dengan tuhan. Pada profil pelajar Pancasila juga harus memahami
moralitas, keadilan social, kecintaan terhadap agamanya, dan hubungan manusia
dengan alam.

2. khebinekaan global.
Pelajar Indonesia harus mempertahankan kebudayaan luhur, merpertahankan
lokalitas dan identitasnya, dan memiliki sikap terbuka dalam berinteraksi dengan
adanya budaya lain. Adanya sikap penumbuhan rasa menghargai terhadap budaya lain.
maka kemungkinan akan membentuk budaya baru yang positif dan tidak bertentangan
dengan budaya luhur bangsa.

3. Bergotong Royong.
Pelajar Indonesia harus memiliki kemampuan gotong royong, yaitu kemampuan
untuk melakukan kegiatan secara Bersama-sama dengan sikap suka rela agar kegiatan
tersebut dikerjakan dengan lancar, mudah, dan terasa ringan. Seperti gotong royong di
sekolah yakni membersihkan lingkungan sekolah, merawat tanaman, dan membuang
sampah pada tempatnya. Dengan adanya perbuatan diatas akan menimbulkan pelajar
sebagai seorang yang berketerampilan dalam bekerja sama, menunjukkan sikap positif
terhadap orang lain, dan sikap kepedulian terhadap lingkungan sosialnya.2

2
Faiz, A. and Faridah, “program guru sebagai penggerak sumber belajar” jurnal Pendidikan dan pembelajaran Vol.
1, No. 14 (8 April 2022).

2
4. Mandiri.

Pelajar Indonesia merupakan pelajar yang mandiri, yaitu dengan bertanggungjawab


atas sebuah proses dari belajarnya. Pelajar Pancasila juga memiliki Prakarsa atas
pengembangan terhadap dirinya serta atas situasi yang dihadapinya. Pelajar yang
mandiri mampu mengendalikan pikiran, perasaan, serta tindakannya agar tetap optimal
dalam mencapai tujuan pengembangan terhadap dirinya baik dalam aktivitas belajar
sendiri maupun berkelompok dengan orang lain. Adapun elemen-elemen yang menjadi
kunci sebagai profil pelajar mandiri yakni, dengan memunculkan sikap kesadaran
dirinya terhadap situasi yang dihadapi, dan regulasi diri.3

5. Bernalar Kritis

Pelajar Indonesia memiliki sikap kritis dalam upaya mengembangkan dirinya dan
menghadapi berbagai tantangan. Pelajar Indonesia yang mempunyai nalar kritis akan
bersikap secara adil. sehingga dapat membuat keputusan yang tepat dengan
mempertimbangkan banyak hal berdasarkan data atupun fakta yang mendukung.
Adapun yang mempunyai sikap bernalar kritis akan mampu memproses terhadap
informasi baik dari segi kualitatif maupun kuantitatif secara objektif, membangun
keterkaitan antara berbagai informasi, mengalisis informasi, kemudian mengevaluasi
dan menyimpulkannya.
6. Kreatif

Pelajar Indonesia merupakan pelajar yang kreatif. Mampu memodifikasi dan


menghasilkan sesuatu yang bermakna, bermanfaat, dan berdampak yang baik.
Kebermaknaan, kebermanfaatan, dan dampak ini dapat berupa hal yang baik untuk
dirinya maupun lingkungan sekitarnya. Sesuatu yang dihasilkan ini dapat berupa
gagasan, Tindakan, ataupun karya nyata. Berpikir kritis dalam penjelasan diatas adalah
sebuah proses berpikir yang memunculkan sebuah gagasan baru, pertanyaan-

3
Resa hadi, shofia Nurun, Pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan (Jakarta selatan : Perbukuan, 2021), 4.

3
pertanyaan, dan mencoba mengevaluasi dari gagasan tersebut dengan menggunakan
imajinasinya.4

Karena dari pemaparan tersebut saling mempunyai keterkaitan dan saling


menguatkan, maka profil pancasila itu tidak hanya fokus pada perilaku yang
berkemampuan kognitif melainkan juga berfokus pada jati diri sebagai bangsa Indonesia
dan sekaligus menjadi warga yang global. Indonesia juga mempunyai sebuah visi
pendidikan demi mewujudkan negara Indonesia yang berdaulat, mandiri dan
berkepribadian yang melalui terciptanya pelajar pancasila.

Pelajar pancasila adalah sebagai pelajar akhir hayat, karena mempunyai


kompetensi, berkarakter, dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai pancasila. Sehingga
upaya untuk mewujudkan profil pelajar pancasila adalah dengan mengimplementasikan
kurikulum merdeka. Pada kurikulum merdeka siswa diberikan kesempatan untuk
mengembangkan potensi yang ada dalam diri siswa. Selain itu, pada kurikulum merdeka
ini pembelajarannya berbasis basic learning atau menggunakan proyek, sehingga guru dan
siswa diberikan sebuah ruang untuk melihat masalah keseharian dan bagaimana cara untuk
mencari solusi dari permasalahan tersebut (prasetyo 2019).5 Untuk itulah dalam rangka
mendukung terciptanya profil pelajar pancasila, maka pemerintah merancang sebuah
projek untuk menguatkan profil pelajar pancasila agar menjadikan siswa tidak hanya
mengetahui tentang pengetahuan saja, melainkan dapat mengalaminya sendiri.6

Projek ini di dalamnya sebuah siswa diberikan kesempatan untuk mengetahui hal-
hal yang mereka ketahui tentang proses belajar dari lingkungan sekitarnya. Dalam kegiatan
ini, siswa diberikan kesempatan untuk membahas isu penting yang saat itu terjadi, misalnya
seperti tema tentang iklim, kesehatan mental, budaya, anti radikalisme, teknologi dan
kehidupan berdemokrasi. Dengan memahami isu-isu terkini merupakan salah satu upaya
untuk mewujudkan pembelajar yang mempunyai keterampilan belajar di era 21 (mardiyah,
Aldrian and Chitta 2021). Dengan adanya sebuah penguatan profil pelajar Pancasila siswa

4
Resha hadi, shofia Nurun, Pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan, (Jakarta selatan : perbukuan, 2021), 5.
5
Prasetya, F.,”pentingnya model basic learning terhadap pemahaman konsep di ips”, jurnal nasional Pendidikan,
Vol. 3, No. 6 (6 Agustus 2019), 818-822.
6
Imron Arifin, juharyanto, “pelajar Pancasila dari konsep kurikulum merdeka “, jurnal Pendidikan, Vol. 1, No. 7 (5
Maret 2022), 3.

4
diharapkan dapat melakukan aksi nyata dalam menjawab isu-isu yang sedang terjadi.
Sehingga nantinya siswa diharapkan untuk berperan aktif dan ikut berkontribusi nyata bagi
lingkungan sekitar.7

Pemuda dan satuan Pendidikan bisa aktif dalam penerapannya di lapangan untuk
mengembangkan tema-tema yang sesuai dengan budaya dan kondisi di daerah tersebut
(Rosala 2016). Dalam implementasinya, setiap suatu Pendidikan ataupun sekolah di
haruskan untuk melakukan sebuah identifikasi mengenai kesiapan untuk menjalankan
projek penguatan profil pelajar Pancasila. Tujuan dari adanya identifikasi ini adalah untuk
mengetahui seberapa tingkat kesiapan satuan Pendidikan. Sehingga penerapan projek
penguatan profil pelajar Pancasila dapat disesuaikan dengan kondisi sekolah.

Tahapan selanjutnya ialah penentuan sebuah tema untuk ditentukan kemudian


dilakukan sebuah perancangan yang dikemas dalam pembelajaran berbasis proyek dalam
rangka untuk menguatkan profil pelajar Pancasila. Adanya perancangan sebuah proyek ini,
hal-hal yang harus diperhatikan ialah capaian profil pelajar Pancasila yang sesuai dengan
fase siswa tersebut dan siswa tidak harus dikaitkan dengan pencapaian pembelajaran
intrakulikuler. Perbedaan inilah yang membedakan antara kurikulum 2013 dengan
kurikulum merdeka. Jika kurikulum 2013 dalam pengembangan karakternya
diintegrasikan muatan pembelajaran. maka untuk kurikulum merdeka selain untuk
diintegrasikan dengan pembelajaran, juga dalam kurikulum merdeka ini terdapat tugas
khusus yang harus diselesaikan oleh siswa. Yakni sebuah proyek yang mengacu pada
pengembangan profil pelajar Pancasila.8

Pelaksanaan proses pembelajara dalam sekolah diharuskan sebelum itu untuk


menganalisis pembagian waktu yang digunakan dalam proyek dan waktu yang digunakan
untuk pembelajaran regular. Adanya pengaturan waktu di sekolah dapat menyesuaikan
dengan kondisi ataupun situasi sekolah. Dalam melaksanakan proyek profil pelajar
Pancasila ini menyusunanya secara bertahap, dan diawali dengan sebuah identifikasi
masalah. Pada tahap ini guru bisa menggunakan pertanyaan ataupun permasalahan

7
Mardhiyah, R.H, Aldrian, N.F.A. dkk, “pentingnya keterampilan belajar sebagai tuntutan dalam pengembangan
sumber daya manusia”, jurnal umum, Vol. 1, No. 12 (12 maret 2021). 29-40.
8
Sadewa, M. A. “Meninjau kurikulum melalui pendekatan integrasi-interkoneksi prof M Amin Abdullah”, jurnal
Pendidikan dan konseling, Vol. 4.No. 1(4 April 2022). 266-280.

5
kontekstual yang dapat mengembangkan siswa. Dalam kegiatan ini siswa dan guru dapat
berkolaborasi untuk menentukan rancangan belajar yang telah disepakati bersama-sama.
Karena guru yang disebut aktif dan kreatif itu adalah seorang guru yang bisa melibatkan
siswanya dalam proses pembelajaran (Fahri, Lubis and Darwin, 2022). Kemudian setelah
siswa dan guru telah menyepakati proses pembelajran, maka selanjutnya bisa melakukan
sebuah pelaksanaan dan bagian akhir adalah mengevaluasi dengan harapan hasil evaluasi
tersebut untuk perbaikan kedepannya.9

Rancangan tentang pembelajaran siswa dan guru yang telah disepakati, maka
selanjutnya adalah pembuatan modul. Adapun beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
pembuatan modul adalah dimensi, elemen, dan sub-elemen profil pelajar Pancasila.
Adanya suatu program diatas menurut surat keterangan kepala badan standar, kurikulum,
dan asesmen Pendidikan (BSKKAP) dapat mendukung terlaksanakannya kurikulum
merdeka di sekolah. Terkhusus pada elemen dan sub-elemen pada rancangan penguatan
profil pelajar Pancasila yang ditentukan oleh guru dan juga untuk pencapaian tahap pada
fase yang disesuaikan dengan kemampuan ataupun kebutuhan siswa.

Beberapa strategi yang dapat digunakan dalam menentukan elemen dan sub-elemen
diantaranya ialah :

1. Pemilihan elemen dan sub-elemen yang relevan dan baik dengan apa yang dibutuhkan
siswa.
2. Pada tahapan atau fase perkembangan sub-elemen disesuaikan dengan kemampuan
awal siswa.
3. Adanya kesinambungan antara elemen dan sub-elemen dengan rancangan sebelumnya
yang telah dilakukannya (Kemendikbudristek 2021).10

9
Fahri, Lubis, dkk, “pengembangan profil pelajar pancasila era kurikulum merdeka”, jurnal basicedu, Vol. 3, No. 2
(3 februari 2022). 524.
10
Aldrian, N.F.A. and chitta, F. “keterampilan belajar dan pengembangannya”, jurnal umum, Vol. 1, No. 12 (12
Maret 2021). 40.

6
Implementasi pada rancangan penguatan profil pelajar Pancasila bagian akhir yang paling
penting ialah penilaian. Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penilaian diantaranya ialah
metode penilaian yang harus diperhatiakan dan perlu dipertimbangkan dalam melakukan
penilaian. Karena siswa tidak semua cocok dengan tipe penilaian yang tertentu. Dan hal yang perlu
dipertimbangkan dalam pembuatan rancangan yang bertujuan untuk penguatan profil pelajar
Pancasila adalah fokus pada suatu dimensi dan elemen-elemennya. Adapun tujuan penilaian ini
untuk mengetahui kelemahan ataupun kemampuan siswa, dan harapannya Ketika tujuan ini
tercapai akan memudahkan seorang guru untuk memberikan materi yang dipelajari sesuai dengan
kebutuhan siswa masing-masing.

Sekolah-sekolah saat ini di Indonesia belum semua mengimplementasikan kurikulum


merdeka. Namun beberapa sekolah yang telah menerapkan kurikulum prototipe yaitu kurikulum
yang mempunyai konsep hampir sama dengan kurikulum merdeka. Dalam perkembangan
kurikulum prototipe ini telah berubah menjadi kurikulum merdeka yang mana pada kurikulum ini
bukan hanya sekolah penggerak saja yang bisa menerapkan kurikulum merdeka. Namun, sekarang
semua sekolah diberikan peluang untuk mengimplementasikan kurikulum merdeka. Menurut
kepala badan standar kurikulum menuturkan bahwa semua sekolah diperbolehkan menerapkan
kurikulum merdeka tanpa ada seleksi apapun.

Tahapan proses yang dilakukan oleh kementerian Pendidikan adalah untuk melakukan
sebuah pendataan ataupun pendaftaran. Bagi sekolah atau kepala sekolah yang berminat untuk
mengimplementasikan kurikulum merdeka, kemudian setelah kepala sekolah telah mempelajari
dan menelaah tentang kurikulum merdeka dan untuk dinilai satuan pendidikannya supaya
mengetahui bagaimana cara mengimplemenrasikannya. Setelah sanggup dalam menerapkan
kurikulum merdeka ini, maka pihak sekolah diminta untuk mengisi formulir pendaftaran kemudian
di survei supaya mengetahui tingkat kesiapan sekolah.11

11
Rosala D. “membangun pendidikan karakter siswa di sekolah dasar”, jurnal Pendidikan, Vol. 2, No. 3 (5 April
2021), 16.

7
B. konsep dan prinsip kurikulum merdeka belajar

Gagasan merdeka belajar disusun oleh Nadim makarim selaku Menteri Pendidikan dan
kebudayaan (Mendikbud) dalam mencetak sumber daya manusia yang unggul itu dengan
mengutamakan implementasi nilai-nilai karakter yang menjadikan daya pikir untuk kreativitas
setiap pelajar berkembang. Merdeka belajar merupakan proses pembelajaran yang dilakukan
secara alami untuk mencapai kemerdekaan. Diperlukannya belajar merdeka karena, supaya
mengerti jika masih ada hal-hal yang membelenggu rasa kemerdekaan, rasa belum merdeka dan
ruang yang sempit untuk merdeka.

Hakikatnya merdeka belajar adalah untuk menggali potensi terbesar para guru dan siswa
untuk berinovasi dan meningkatkan kualitas pembelajaran secara mandiri. Dengan adanya
merdeka belajar siswa akan ikut terlibat dalam peningkatan pembelajaran. Pendidikan dalam
merdeka belajar akan mendukung untuk mewujudkan sebuah kecerdasan melalui berbagai
peningkatan dan pemerataan kualitas Pendidikan, luasnya akses, serta relevansinya dalam
penerapan teknologi. Sehingga dapat mewujudkan Pendidikan kelas berdasarkan pada
keterampilan, komunikasi,, berfikir kritis, dan kreatif.

Merdeka belajar yang dirancang oleh kementerian Pendidikan dan kebudayaan


menambahkan sebuah fakta baru bahwa dalam kurun kurang dari 10 tahun saja, Indonesia telah
melakukan sebuah pembaharuan dan perbaikan kurikulum sebanyak tiga kali. Hal ini bertujuan
untuk menjawab semua kebutuhan Indonesia yang mengalami perubahan setiap zaman, baik
secara internal maupun eksternal. Dengan adanya pernyataan ini, diharapkan Pendidikan di
Indonesia dapat mempersiapkan peserta didik yang memiliki daya saing di masa yang akan datang
(Suhartoyo et al, 2020).12

Kesimpulan dari konsep merdeka belajar merupakan sebuah tawaran untuk penyusunan
Kembali sistem Pendidikan nasional. Penataan ulang sebuah sistem Pendidikan dalam rangka
mendorong perubahan dan kemajuan bangsa yang menyesuaikan dengan perkembangan zaman.
Dengan cara, pengembalian hakikat dari Pendidikan yang sebenarnya yaitu Pendidikan yang
memanusiakan manusia ataupun Pendidikan yang membebaskannya. Dalam konsep belajar, antara

12
Suhartoyo, E, dkk. “pembelajaran kontekstual dalam mewujudkan merdeka belajar”, jurnal pembelajaran
pemberdayaan masyarakat, Vol. 1, No. 3 (10 februari 2020), 161.

8
guru dan murid merupakan subjek dalam sistem pembelajaran. Artinya siswa dan guru itu harus
saling berkolaborasi menjadi penggerak dan mencari kebenaran. Guru disini untuk menggali
kebenaran, daya nalar dan kritisnya seorang murid.13

C. Pelaksanaan profil pelajar Pancasila dalam kurikulum merdeka belajar

Perwujudan profil pelajar Pancasila ini dapat dilakukan dengan adanya sistem kegiatan
pembelajaran intrakulikuler (dalam sekolah), ekstrakulikuler, dan budaya sekolah.

a. Pembelajaran intrakulikuler atau di dalam kelas

Pelajar Pancasila dapat diwujudkan dengan adanya sebuah kegiatan yang ada dalam sekolah
(kelas). Kegiatan ini menggunakan waktu yang sudah ditentukan dalam struktur program sekolah.
Dalam hal ini seorang guru sangat berperan dalam menciptakan sebuah kegiatan pembelajaran
dalam sekolah yang bermakna dan memberikan dampak baik pada pengetahuan serta karakter
setiap siswa. Adapun contoh kegiatan intrakulikuler yang dilakukan di dalam sekolah seperti
membersihkan lingkungan sekolah, upacara hari senin, serta peringatan hari besar nasional, dan
lain-lain.

b. Kegiatan Ekstrakulikuler

Kegiatan ini sudah tidak menjadi asing lagi, karena setiap sekolah terdapat sebuah kegiatan
ekstrakulikuler. Kegiatan ekstrakulikuler ini merupakan kegiatan yang ada diluar jam sekolah
dengan tujuan untuk mengembangkan nilai-nilai tertentu yang dapat memperluas pengetahuan
serta menerapkan lebih lanjut dengan apa yang sudah dipelajari seorang siswa. Kegiatan ini dapat
dilakukan berkelompok ataupun secara individu. Dengan adanya kegiatan ekstrakulikuler ini siswa
dapat mengembangkan sesuai dengan kemampuan ataupun bakat yang dimiliki setiap individu.

Pihak sekolah ataupun guru juga harus ikut berperan besar untuk mendukung adanya
kegiatan ekstrakulikuler yang baik untuk siswa. Dan adanya kegiatan ekstrakulikuler ini menjadi

13
Sherly, Dharma, E, dkk, Merdeka belajar: kajian literatur, (Surakarta: urban green proceeding library, 2020), 183.

9
salah satu untuk mendukung perwujudan profil pelajar Pancasila di sekolah. Karena setiap
kegiatan ekstrakulikuler ini mengandung nilai-nilai karakter dan Pancasila.14

c. Budaya Sekolah

budaya sekolah dibentuk dengan tujuan menjadikannya profil pelajar Pancasila yang
memiliki unsur pengetahuan, kepercayaan, nilai dan organisasi. Untuk membentuk budaya sekolah
sendiri perlu menanamkan nilai-nilai semangat dan nilai akhlak yang baik. Itulah beberapa hal
yang bisa diketahui mengenai perwujudan profil pelajar Pancasila dalam kurikulum merdeka.
Dalam hal ini, peran seorang guru dan sekolah sangat dibutuhkan. Oleh sebab itu, seorang guru
dan sekolah diharapkan mampu untuk meningkatkan kompetensi pembelajaran yang bermakna.15

Dapat disimpulkan terkait pembahasan diatas bahwa pelajar Pancasila merupakan


perwujudan pelajar Indonesia sebagai pelajar sepanjang hayat yang mempunyai kompetensi
menyeluruh dengan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Profil pelajar pancasila adalah
pelajar yang memiliki sebuah kompetensi menyeluruh dan berperilaku yang sesuai dengan nilai
pancasila yang mempunyai enam ciri utama yaitu: beriman, bertaqwa kepada Tuhan yang maha
Esa dan berakhlak mulia, berkebhinekaan global, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan
kreatif. Dengan hadirnya sebuah kurikulum merdeka menjadi salah satu upaya untuk
meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia yang sesuai dengan keadaan zaman. Dalam
kurikulum merdeka siswa dibentuk tidak hanya menjadi cerdas, melainkan juga berkarakter yang
sesuai dengan nilai-nilai pancasila atau bisa disebut perwujudan sebuah profil pelajar pancasila.

14
Eny kusumawati, “sosialisasi kurikulum merdeka untuk mewududkan profil pelajar pancasila”, jurnal pengabdian
kepada masyarakat, Vol. 3, No. 4 (4 Oktober 2022), 7.
15
Ainia, D.K, “Merdeka belajar dalam pandangan Ki Hajar Dewantara dan relevansinya bagi pengembangan
karakter”, jurnal filsafat Indonesia, Vol. 3, No. 3 (4 Oktober 2020), 95.

10
11

Anda mungkin juga menyukai