Di lingkungan pendidikan, terutarna pendidikan tinggi, boleh dikatakan setiap waktu istilah
'ilmu' diucapkan dan sesuatu ilmu diajarkan. Tampaknya telah menjadi kelaziman bahwa
sebutan yang dipergunakan ialah 'ilrnu pengetahuan' seperti misalnya pada nama Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan sebutan i1mu Pengetahuan Alam (IPA) atau limu
Pengetahuan Sosial (IPS). Dalam perkembangan terakhir di Indonesia telah pula ditambahkan
istilah 'sains' seperti umpamanya da'am ungkapan 'sains dan teknologi'.
Walaupun setiap saat diucapkan dan dari waktu ke waktu diajarkan, namun tampaknya tidak
banyak dilakukan pembahasan mengenai ilmu itu sendiri. Rupanya apa pengertian ilmu dengan
sendirinya dipahami tanpa memerlukan keterangan lebih lanjut. Tetapi, apabila harus
memberikan perumusan yang tepat dan cermat mengenai pengertian ilmu, barulah orang akan
merasa bahwa hal itu tidaklah begitu mudah. Hal ini sebetulnya sudah terlihat
dalam penyebutan istilah 'ilmu pengetahuan' yang telah demikian lazim dalam masyarakat
termaSuk dunia perguruan tinggi yang sesungguhnya merupakan suatu penyebutan yang kurang
tepat dan tidak cermat. Istilah 'ilmu pengetahuan' merupakan suatu pleonasme, yakni
pernakaian'iebih daripada satu perkataan yang sama artinya. Untuk pengertian yang dicakup
kata Inggris 'science' eukuplah disebut 'ilmu' saja tanpa penambahan perkataan 'pengetahuan'.
Istilah ilmu atau science merupakan suatu perkataan yang cukup bermakna ganda, yaitu
mengandung lebih daripada satu arti. Oleh karena itu, dalam memakai istilah tersebut seseorang
harus menegaskan atau sekurang-kurangnya menyadari arti mana yang dimaksud. Menurut
cakupannya pertarna-tarna ilmu merupakan sebuah istilah umum untuk meenyebut segenap
pengetahuan ilmiah yang dipandang sebagai satu kebulatan. Jadi,dalam. arti yang pertarna ini
ilmu mengaeu pada ilmu pada umumnya (science-in-general).
Arti yang kedua dari ilmu menunjuk pada masing-masing bidang pengetahuan istilah yang
mempelajari sesuatu pokok masalah tertentu. Dalam arti ini ilmu berarti sesuatu cabang ilmu
khusus seperti misalnya antropologi, biologi, geografi, atau sosiologi. Istilah Inggris ‘science'
kadang-kadang diberi arti sebagai ilmu khusus yang lebih terbatas lagi yakni sebagai
pengetahuan sistematis mengenai dunia fisis atau material (systematic knowledge of the
physical or material world).
Istilah 'science' seringkali juga dipakai untuk menunjuk gugusan ilmu-ilmu kealaman atau
natural sciences. Natural sciences inilah yang tampaknya dalam pendidikan di Indonesia
diterjemahkan menjadi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Natural sciences (terjemahannya yang
lebih tepat ialah ilmu-ilmu kealaman) tidaklah sama dengan ilmu alam dalam arti fisika (istilah
Inggrisnya : Physics), Melainkan memiliki cakupan Yang lebih luas daripada fisika. Science
dalarn arti sebagai natural sciences inilah yang biasanya dimaksud dalam ungkapan 'sains dan
teknologi. Sebagai bukti, sebuah kamus istilah firniah merumuskan pengertian 'science and
technology sebagai "The study of the natural sciences and the application of this knowledge for
practical purposes. "2 (Penelaahan dari ilmu-ilmu kealanian dan penerapan dari pengetahuan ini
untuk maksud-maksud praktis).
Dari segi maknanya, pengertian ilmu sepanjang yang terbaca dalam Pustaka menunjuk pada
sekurang-kurangnya tiga hal yakni pengetahuan, aktivitas, dan metode. Dalam hal yang pertama
dan ini yang terumum ilmu senantiasa berarti, pengetahuan (knowledge). Diantara para filsuf
dari berbagai aliran terdapat pemahaman umum bahwa ilmu adalah sesuatu kumpulan yang
sistematis dari pengetahuan (any systematic body of knowledge),3 Seorang filsuf yang
2
meninjau ilmu John G. Kemeny juga memakai istilah ilmu dalam arti semua pengetahuan yang
dihimpun dengan
1Lihat The A merican College DctiOnary,' C.L. Barnhart, Editor-in - Chief, 1958, P. 1086.
2Mc Graw-Hill Dictionary of Scientific and Technical Terms. Daniel N.Lapedes, Editor – in - Chief, 1974, p.
xiv.
3 Henry w. Johnstone, Jr., ed., What is Philosophyg? 1968, introduction, P. 8n
perantaraan metode ilmiah (all knowledge collected by means of the scientific method).4
Dalam kalangan ilmuwan sendiri umumnya juga ada kesepakatan bahwa ilmu terdiri atas
pengetahuan. Ini terbukti dari batasan yang berikut dari seorang ilmuwan:
"Science refers primarily to those systematically organized bodies of accumulated knowledge concerning the
universe which have been derived exclusively through techniques of objective observation. The content of science,
then, consists of organized bodies of data." 5
(I1mu menunjuk pertama-tama pada kumpulan-kumpulan yang disusun secara sistematis dari pengetahuan yang
dihimpun tentang alam. semesta yang melulu diperoleh melalui teknik-teknik pengamatan yang objektif. Dengan
demikian, maka isi ilmu terdiri dari kumpulan-kumpulan teratur dari data.)
Pengertian ilmu sebagai pengetahuan itu, sesuai dengan asal-usul istilah Inggris science yang
berasal dari perkataan Latin scientia yang diturunkan dari kata seire. Perkataan yang terakhir ini
artinya mengetahui (to know). Tetapi pengetahuan sesungguhnya hanyalah hasil atau produk
dari sesuatu kegiatan yang dilakukan oleh manusia. Perkataan Latin scire juga berarti belajar (to
learn). Dengan demikian, dapatlah dipahami bilamana ada makna tambahan dari ilmu sebagai
aktivitas (atau suatu proses, yakni serangkaian aktivitas yang dilakukan manusia). Demikianlah
Charles Singer merumuskan bahwa ilmu adalah proses yang membuat pengetahuan (Science is
the process which makes knowledge).6 Pemahaman ilmu sebagai proses atau rangkaian
aktivitas itu juga dikemukakan oleh John Warfield yang menegaskan demikian:
"But science is also viewed as a process. The process orientation is most relevant to a concern for inquiry, since
inquiry is a major part of science as a process. 7
(Tetapi, ilmu juga dipandang sebagai suatu proses. Pandangan proses ini paling bertalian dengan suatu perhatian
terhadap penyelidikan, karena penyelidikan adalah suatu bagian besar dari ilmu. sebagai suatu proses).
Oleh karena ilmu dapat dipandang sebagai suatu bentuk aktivitas manusia, maka dari makna ini
orang dapat melangkah
4 John G. Kemeny, A Philosopher Looks at Science, 1961, p. 175. 5Sheldon J. Lachman, The Foundations of
Science, 1969, p. 13.
6 Dikutip dalam Max Black, Critical Thinking, 1954, p. 402.
7 John Warfield, Societal System : Planning, Policy and Complexity, 1976, p. 42
lebih lanjut untuk sampai pada metode dari aktivitas itu. Menurut Prof. Harold H. Titus, banyak
orang telah mempergunakan istilah ilmu untuk menyebut suatu metode guna memperoleh
pengetahuan yang objektif dan dapat diperiksa kebenarannya (a method of obtaining knowledge
that is objective and verifiable).8
Dua sarjana ilmu sosial juga menganggap lebih cermat mendefinisikan ilmu sebagai suatu cara
yang teratur untuk memperoleh pengetahuan (an organized way of obtaining knowledge)
daripada sebagai kumpulan teratur dari pengetahuan. Intisari dari pengertian itu ialah bahwa
ilmu merupakan suatu metode.9
3
Demikianlah makna ganda dari pengertian ilmu. Tetapi, pengertian ilmu sebagai pengetahuan,
aktivitas,atau metode itu bila ditinjau lebih mendalam sesungguhnya tidak saling bertentangan.
Bahkan. sebaliknya, ketiga hal itu merupakan kesatuan logis yang mesti ada secara berurutan. Ilmu
harus diusahakan dengan aktivitas manusia, aktivitas itu harus dilaksanakan dengan metode tertentu,
dan akhirnya aktivitas metodis itu mendatangkan pengetahuan, yang sistematis. Kesatuan dan interaksi
di antara aktivitas, metode, dan pengetahuan yang boleh dikatakan menyusun diri menjadi ilmu
dapatlah digambarkan dalam suatu bagan segitiga sebagai berikut
Aktivitas
ILMU
Metode Pengetahuan
Bagan di atas memperlihatkan bahwa ilmu dapat dipahami dari 3 stidut, yakni ilmu dapat
dihampiri dari arah aktivitas para ilmuwan atau dibahas mulai dari segi metode atau dimengerti
sebagai pengetahuan yang merupakan hasil yang sudah sistematis. Pemahaman yang lengkap
akan tercapai kalau ketiga segi itu diberi perhatian yang seimbang.
Dalam literatur tentang ilmu dan penelitian terdapat pendapat yang mengikuti pembedaan
James Conant mengenai the dynamic view (pandangan dinamis) dan the static view of science
(pandangan statis tentang ilmu). Pandangan dinamis mengenai ilmu membahas science sebagai
suatu aktivitas, sedang kebalikannya pandangan statis menguraikan ilmu sebagai systematized
information (keterangan yang disisternatisasikan).10 Pemahaman terhadap ilmu menurut
dwi-segi itu kiranya kurang tepat dan belum lengkap. Khususnya the static view of science
kurang tepat karena pengetahuan ilmiah tidak sepenuhnya statis. Pengetahuan itu juga
berubah-ubah, mengalarni perkembangan, tumbuh mekar tetapi kemudian dapat pula tumbang
roboh. Pemahaman secara dikotomi itu belum lengkap karena tidak meninjau ilmu sebagai
metode, suatu prosedur yang meliputi serangkaian tata cara tindakan akal menghadapi
fenomena dan tata langkah pikiran menguji fakta untuk menghasilkan atau menyempurnakan
pengetahuan yang sistematis.
Menurut pendapat karm, pemahaman yang tertib tentang ilmu dan dengan demikian juga
diharapkan menjadi lebih jelas ialah pernaparan menurut tiga ciri pokok sebagai rangkaian
kegiatan manusia atau proses, sebagai tata tertib tindakan pikiran atau prosedur, dan sebagai
keseluruhan hasil yang dicapai atau produk., Berdasarkan ketiga kategori proses, prosedur, dan
produk yang semuanya bersifat dinarnis (tidak ada yang statis), ilmu dapat dipahami sebagai
aktivitas penelitian, metode kerja, dan hasil pengetahuan. Dengan demikian, pengertian ilmu
selengkapnya berarti aktivitas penelitian, metode ilmiah, dan pengetahuan sistematis.
Ketiga pengertian ilmu itu saling bertautan logis dan berpangkal pada satu kenyataan yang
sama bahwa ilmu hanya terdapat dalam masyarakat manusia. Suatu penjelasan yang sistematis
harus
10 Pendapat Conant dimuat dalarn bukunya Science and Con n on Sense, 1974, p. 24 - 25. Penganut pendapat ini
misalnya Fred N. Kerlinger, foundalions of Behavioral Research, 2nd ed., 1973, p. 7 - 8.
4
dimulai dengan segi- pada manusia yang menjadi pelaku dari fenomenon yang disebut ilmu.
Hanyalah manusia (dalam hal ini ilmuwan) yang memiliki kemampuan rasional, melakukan
aktivitas kognitif (menyangkut pengetahuan), dan mendambakan berbagai tujuan yang
berkaitan dengan ilmu. Jadi, tepatlah bilamana pengertian ilmu pertama dipahami dari seginya
sebagai serangkaian aktivitas yang rasional, kognitif, dan bertujuan. Sesuatu aktivitas hanya,
dapat mencapai tujuannya bilamana dilaksanakan dengan -metode yang tepat. Dengan
demikian, penjelasan mengenai aktivitas para ilmuwan yang merupakan penelitian akan beralih
pada metode ilmiah yang dipergunakan. limu lalu mempunyai pengertian yang kedua sebagai
metode. Dari rangkaian kegiatan studi atau penyelidikan secara berulang-ulang dan harus
dilaksanakan dengan tata cara yang metodis, akhirnya dapat dibuahkan hasil berupa keterangan
baru atau tambahan mengenai sesuatu hal. Dengan demikian, pada pembahasan terakhir
pengertian ilmu mempunyai arti sebagai pengetahuan.
Pemahaman ilmu sebagai aktivitas, metode, dan pengetahuan itu dapat diringkas menjadi bagan
sebagai berikut :
Pemahaman mengenai ilmu dalam tiga pengertian itu (timbul dalam tahun tujuh puluhan)
ternyata memperoleh penguatan dari bahan-bahan bacaan yang dapat diperoleh kemudian.
Seorang filsuf Belgia Jean Ladriere dalarn 1975 menyatakan demikian
“Science may be regarded as the sum of our present knowledge, or as a research activity, or as a
method of acquiring knowledge." (limu dapat dipandang sebagai keseluruhan pengetahuan kita
dewasa ini, atau sebagai suatu aktivitas penelitian, atau sebagai suatu metode untuk
memperoleh pengetahuan).
Dua tahun kemudian seorang ilmuwan Italia Adriano Buzzati Traverso mengemukakan :
"Science, as we have seen, can no longer be looked at only as a body of knowledge or a
particular method to
11 Jean Ladri~re, The Challenge Presented to Cultures by Science and Technology, 1975, p. 19.
acquire it; it must be seen as a social activity as well.12 (Ilmu, sebagaimana kita lihat, tidak
dapat lagi dipandang hanya sebagai suatu kumpulan, pengetahuan atau suatu metode khusus
untuk memperoleh pengetahuan; ilmu harus dilihat sebagai suatu aktivitas kemasyarakatan
pula).
Seorang ahli lain dari Amerika Serikat Enrico Cantore menulis pendapat sebagai berikut :
"The principal forms are: science as an accomplished result, science in the making, and science as an acitivity of
the whole person. In other words, one can speak of science in the formal sense of the term, or in the
methodological sense, or finally in the experiential sense.
The formal meaning of the term, 'science' is the most wide spread. Is stands for the actual contents of scientific
knowledge, the results which are made visible in research papers and school manuals.
A second way of interpreting science is that of viewing it as a process - that is, science in the making, science as a
methodological approach.
5
The third attitude one can adopt consists in considering science as an activity of the whole person. This is what is
frequently called concrete or real science. If understood in this way, science is certainly humanistic, because it is a
factor which molds the entire personality of scientific man. To designate this acceptation I speak of science as
lived experience". 13
(Bentuk-bentuk yang pokok adalah : ilmu sebagai suatu hasil yang dicapai, ilmu dalam proses pembuatan, dan
ilmu sebagai suatu aktivitas dari orang scutuhnya. Dengan kata -kata lain, sescorang dapat berbicara tentang ilmu
dalam makna formal istilah itu, atau dalam makna metodologis, atau terakhir dalam makna pengalaman.
Arti formal dari istilah "ilmu" adalah yang dianut terluas. Ini menunjuk pada isi senyatanya dari pengetahuan
ilmiah, hasil-hasil yang dibuat tampak dalam karya-karya tulis penelitian dan buku-buku panduan sekolah.
Suatu cara kedua - untuk menafsirkan ilmu ialah yang memandangnya sebagai suatu proses -yakni, ilmu dalam
proses pembuatan, ilmu sebagai suatu hampiran metodologis.
Sikap ketiga yang seseorang dapat mengambilnya terdiri atas menganggap ilmu sebagai suatu aktivitas dari orang
scutuhnya. Ini adalah apa yang sering disebut ilmu nyata atau konkret. Kalau dipahami dalam cara ini, ilmu secara
pasti bersifat kemanusiaan, karena ini merupakan suatu faktor yang mencetak seluruh kepribadian dari manusia
ilmiah. Untuk menunjukkan secara jelas arti kata ini saya berbicara tentang ilmu sebagai pengalaman hidup).
12 Adriano Buzzati-Traverso, The Scientific Enterprise, Today and Ton;orron 1977, p. 418.
13 Enrico Cantore, Scientific Man: The Humanistic Significance of Science,1977, p. 6 (huruf rniring dari aslinya).
Masih ada dua pendapat lagi yang telah dikemukakan sebelum tahun tujuh puluhan, namun
tidak secara tegas atau cermat menyatakan ilmu dalam tiga pengertian aktivitas, metode, dan
pengetahuan. Pendapat yang pertama berasal dari Norman Campbell dalam tahun lima puluhan
yang berpendapat bahwa ilmu mempunyai dua bentuk atau segi :
"First, science is a body of useful and practical knowledge and a method of obtaining it. It is science of this form
which played so large a part in the destruction of war and, it is claimed, should play an equally large part in the
beneficient restoration of peace. It can work for good or for evil.
In its second form or aspect, science has nothing to do with practical life and cannot affect it, except in the most
indirect manner, either for good or for ill. Science in this form is a pure intellectual study."14
(Pertama, ilmu adalah suatu kumpulan pengetahuan yang berguna dan praktis dan suatu metode untuk
memperoleh pengetahuan. Ilmu dalarn bentuk inilah yang memainkan suatu bagian begitu besar dalarn
penghancuran perang dan, sebagaimana dituntut, harus memainkan suatu bagian sama besarnya dalam pemulihan
perdamaian yang baik. Ilmu dapat berbuat untuk kebaikan atau untuk kejahatan.
Dalam bentuk atau seginya yang kedda, ilmu tidak bersangkutan dengan kehidupan praktis dan tidak dapat
mempengaruhinya, kecuali dalam cara yang paling tak langsung, baik untuk kebaikan -atau untuk keburukan. Ilmu
dalam bentuk ini adalah suatu penelaahan intelektual yang murni).
Pendapat Campbell tersebut di atas sesungguhnya sudah tepat menyebut tiga hal, yaitu
pengetahuan, metode, dan studi (suatu jenis akfivitas -penelaahan). Hanya sayang logika
pernikirannya kurang cermat dengan mengelompokkan pengertian metode ke dalam
pengetahuan. Juga pernyataannya bahwa ilmu (sebagai pengetahuan praktis) memainkan
peranan besar dalam penghaneuran oleh perang dapat dipersoalkan kebenarannya.
Penghaneuran itu dilakukan olch teknologi persenjataan. Tampaknya pengertian ilmu
(meskipun sebagai pengetahuan praktis) dikacaukan atau dicampuradukkan dengan teknologi.
Dalam tahun enam puluhan Melvin Marx dan William Hillix menulis tentang sifat dasar dari
ilmu. Mereka juga menyebut figa dri dari ilmu sebagai sikap ilmiah, metode ilmiah, dan
kumpulan pengetahuan. Kelemahan pendapat, ini ialah kurang tegas menekankan pengertian
aktivitas ilmiah dan terlampau menonjolkan sikap ilmiah, walaupun sesungguhnya sudah
dipakai kata
6
'thinking' (pernikiran, ini suatu jenis aktivitas dengan budi rohani). Kedua ahli itu selengkapnya
menulis demikian
"Science is a many-sided social enterprise that has been defined in several ways. Some prefer to emphasize a way
of thinking-the scientific attitude-as the major characteristic. For others, science is primarily a way of doing; the
scientific method is seen as the most important feature. Still other prefer to emphasize the product of this method -
the systematically ordered body of knowledge that scientists have produced. None of these emphases can be
accepted to the exclusion of the others. The safest procedure is to accept them all and consider science as the total
enterprise : men thinking with a certain attitude, using scientific methods to produce facts and theories that are
ordered descriptions and explanations of the world."15
(Ilmu adalah suatu usaha kemasyarakatan bersisi banyak yang telah didefinisikan dalarn beberapa cara. Beberapa
lebih mepyukai menekankan suatu cara pemikiran - sikap ilmiah -sebagai cid yang utama. Untuk orangorang lain,
ilmu adalah pertama-tama suatu cara berbuat; metode ilmiah dipandang sebagai ciri yang terpenting. Masih
lainnya lagi lebih menyukai menekankan hasil dari metode itu - kumpulan pengetahuan teratur secara sistematis
yang para ilmuwan hasilkan. Tiada satu dari penekanan-penekanan itu dapat diterima dengan menyingkirkan yang
lain-lainnya. Prosedur yang teraman ialah menerima kesernuanya dan menganggap ilmu sebagai usaha
keseluruhan yang bulat : orang-orang berpikir dengan suatu sikap tertentu, memakai metode-metode ilmiah untuk
menghasilkan fakta-fakta dan teariteori yang merupakan pemerian yang teratur dan penjelasan tentang dunia ini).
Pendapat Marx dan Hillix secara tepat menegaskan bahwa ilmu merupakan usaha keseluruhan
yang bulat (total enterprise). Hal. ini juga rnenjadipernaharnan karni terhadap ilmu yang
berbeda dengan pernyataan ahli-ahli terdahulu yang menyebutkan pengertian ilmu sebagai
pengetahuan atau sebagai metode atau sebagai aktivitas (misalnya Ladrie're dan Cantore). Ilmu
sekaligus dan sebagai kebulatan adalah pengetahuan, metode, dan aktivitas. Oleh karena itu,
ilmu dapat diberikan definisi sebagai berikut :
11mu adalah rangkaian aktivitas manusia yang rasional dan kognitif dengan berbagai metode berupa aneka
prosedur dan tata langkah sehingga menghasilkan kumpulan pengetahuan yang sistematis mengenai gejala -gejala
kealaman, kemasyarakatan, atau keorangan untuk tuJuan mencapai kebenaran, memperoleh pemahaman,
memberikan penjelasan, ataupun melak---ukan penerapan.
Penjelasan mengeniai definisi ilmu itu akan berangsur-angsur dipaparkan dalarn tiga bab
selanjutnya.
15 Melvin H. Marx & William A. Hillix, "The Nature of Science", dalam Oscar H. Fidell, ed., Ideas in Science,
1966, p. 8f (Fluruf miring,dari aslinya).
VII
ILMU SEBAGAI AKTIVITAS PENELITIAN
7
Dari pertumbuhan ilmu sejak zaman Yunani Kuno sampai abad modern'ini tampak nyata bahwa
ilmu merupakan aktivitas manusia, suatu kegiatan melakukan sesuatu yang dilaksanakan orang
atau lebih tepat suatu rangkaian aktivitas yang membentuk suatu proses.
Seseorang yang melaksanakan rangkaian aktivitas yang disebut ilmu itu kini lazim dinamakan
ilmuwan (scientist). Sejak istilah natural science (ilmu-ilmu kealaman) dipakai untuk
menggantikan natural philosophy dalam abad XVIII, di negara Inggris orang juga mencari-cari
sebutan khusus'bagi mereka yang mengembangkan natural science itu untuk dibedakan dari
filsuf, sejarahwan, dan kelompok-kelompok cendekiawan lainnya. William Whewell dengan
tulisannya dalam The Quarterly Review terbitan tahun 1834 mengusulkan bahwa kaum terpelajar
yang menelaah alam itu sejalan dengan sebutan artist untuk kelompok seniman hendaknya
merupakan scientist.' W-hewell dalarn bukunya Philosophy of the Inductive Sciences yang terbit
pada tahun 1840 menegaskan lagi hal itu demikian : "We need very much a name to describe a
cultivator of science in general. 1 should incline to call him a Scientist." (Kita sangat
memerlukan suatu narna untuk melukiskan scorang pengdrnbang ilmu pada umumnya. Saya
mesti condong menyebutnya seorang Ilmuwan).
Menurut perumusan Warren Hagstrom, scientist adalah "a man of scientific knowledge - one
who adds to what is known in the sciences by writing articles or books." (seorang
berpengetahuan ilmiah - seorang yang menambah terhadap apa yang diketahui dalam ilmu-ilmu
dengan menulis karangan-karangan atau buku-buku).
Hagstrom memberikan penjelasan selanjutnya mengenai cakupan scientist itu sebagai berikut
1 Sydney Ross, `Scientist' : The Story of a Word", Anhals of Science, Volurne 18, 1962, p. 71 - 72.
"The word 'scientist' was introduced into the English language around 1840 to distinguish those who seek
empirical regularities in nature from philosophers, scholars, and intellectuals in a more general sense (Ross 1962).
Mathematicians and logicians are usually regarded as scientists', although mathematics ceased being regarded as
an empirical science by 1890 - 1910, and today the rubric also covers specialists in the social sciences almost
without qualification. "2
(Kata 'ilmuwan' diperkenalkan ke dalam bahasa-Inggris sekitar 1840 untuk membedakan mereka yang mencari
keajegan dalam alam dengan para filsuf, kaum terpelajar, dan cendekiawan dalarn suatu makna yang lebih unium
(Ross 1962). Ahli matematika dan logika biasanya dianggap sebagai ilmuwan, walaupun matematika berhenti
dianggap sebagai suatu ilmu empirik pada 1890 - 1910, dan kini rubrik itu juga mencakup para ahli khusus dalarn
ilmuilmu sosial hampir tanpa pembatasan.)
Beberapa definisi lainnya mengenai ilmuwan untuk memperdalarn pernaharnan dapat kiranya
dikutipkan di bawah ini
"A person having the training, ability, and desire to seek new knowledge, new principles, and new materials in
some field of science."3
(Seorang yang mempunyai latilian, kernamptian, dan hasrat untuk mencari pengetahuan barxi, asas -asas barxi, dan
bahan-bahan baru dalarn sesuatu bidang ilmu.)
"Those who participate in science in relatively direct and creative ways may be called scientists. All scientists,
insofar as they communicate openly among themselves about their respective scientific activities, may
beyecognized as participants in the scientific community.114
8
(Mereka yang ikut serta dalam ilmu dalarn cara-cara yang secara relatif langsting dan kre-atif dapat disebut
ilmuwan. Sermia ilmuwan, sejauh mereka melakukan komunikasi terbuka di antara mereka mehgenai
aktivitas-aktivitas ilmiah mereka masing-masing, dapat diakui sebagai peserta dalam masyarakat ilmiah.)
Ernan McMullin dalarn hubungannya dengan pengertian ilmuwan merumuskan ilmu sebagai :
2 Warren O. Hagstrom,. " Scie n-tist", dalam David L. Sills, ed., International Encyclopedia of the Social
Sciences, Volume 14, 1968, p. 107.
3 McGraw-Hill Dictionary of Scientific and Technical Terms, 1974, p. 1305.
4 Maurice N. Richter, Jr., Science as a Cultural Process" 19 72, p. 1 (huruf miring dari aslinya).
- the ensemble of activities of the scientst in the pursuit of his goal of scientific observation and understanding.
- everything the scientist actually does that affects the scientific outcome in any way.s
- kumpulan aktivitas ilmuwan dalam mengejar tujuannya pada pengamatan ilmiah dan pemahaman.
- setiap hal yang ilmuwan secara nyata melakukan yang mempengaruhi hasil ilmiah dalarn sesuatu cara.)
llmu secara nyata dan khas adalah suatu aktivitas manusiawi, yakni perbuatan melakukan
sesuatu yang dilakukan oleh manusia. Ilmu tidak hanya satu aktivitas tunggal saja, melainkan
suatu rangkaian aktivitas sehingga merupakan sebuah proses. Rangkaian aktivitas itu bersifat
rasional, kognitif, dan teleologis.
Aktivitas rasional berarti kegiatan yang mempergunakan kemampuan pikiran untuk menalar
yang berbeda dengan aktivitas berdasarkan perasaan atau naluri. Ilmu menampakkan diri
sebagai kegiatan penalaran logis dari pengamatan empiris.
5 Ernan McMullin, ---TheFlistory and Philosophy of Science : A T;Ixonorny", dalarn Roger H. Stuewer, ed.,
Historical and Philosophical Perspectiv,es oj'Science, 1970, p. 16.
6 Bernard Barber, Science and the Social Order, 1952, p. 7- 8.
Ciri penentu yang kedua dari kegiatan yang merupakan ilmu ialah sifat kognitif, bertalian
dengan hal mengetahui dan pengetahuan. Filsuf Polandia Ladislay Tondl menyatakan bahwa
science terutama berarti conscious and organized cognitive activity (aktivitas kognitif yang
teratur dan sadar.) Dijelaskannya, lebih lanjut demikian :
"The most significant aims of science are connected with what has been characterized as the
cognitive or epistemic function of science, whereby science concentrates closest attention on the
cognition of new and previously unknown scientific laws, or on the refinement of the current
state of knowledge of such laws. "7
9
(Tujuan-tujuan terpenting ilmu bertalian dengan apa yang telah dicirikan sebagai fungsi
pengetahuan atau kognitif dari ilmu, dengan fungsi itu ilmu memusatkan perhatian terkuat pada
pemahaman kaidah-kaidah ilmiah yang tak diketahui sebelumnya dan baru atau pada
penyempurnaan keadaan pengetahuan dewasa ini mengenai kaidah-kaidah demikian itu.)
Jadi, pada dasarnya ilmu adalah sebuah proses yang bersifat kognitif, bertalian dengan proses
mengetahui dan pengetahuan. Proses kognitif (cognition) adalah suatu rangkaian aktivitas
seperti pengenalan, pencerapan, pengkonsepsian, dan penalaran (antara lain) yang dengannya
manusia dapat mengetahui dan memperoleh pengetahuan tentang suatu hal;
Ilmu selain merupakan sebuah proses yang bersifat rasional dan kognitif, juga bercorak
teleologis, yakni mengarah pada tujuan tertentu karena para ilmuwan dalam melakukan
aktivitas ilmiah mempunyai tujuan-tujuan yang ingin dicapai. Ilmu melayani sesuatu tujuan
tertentu yang diinginkan oleh setiap ilmuwan. Dengan demikian, ilmu adalah aktivitas
manusiawi yang bertujuan. Tujuan ilmu itu dapat bermacam-macam sesuai dengan apa yang
diharapkan oleh masing-masing ilmuwan.
Dalam hal ini terjadilah kejamakan dan keanekaan tujuan karena masing-masing ilmuwan
merumuskan sesuatu tujuan yang berbeda satu sama lain. Pendapat-pendapat yang berlainan
dari berbagai ilmuwan atau filsuf dapat dikutipkan di bawah ini.
7 Ladislav TondI, Scientific Procedures : A Contribution Cowerning the Methodological Problen,s of Scientific
Concepts and ScienIffic Explatiation, 1973, p. 1. (Huruf rnifing dari aslinya).
b. Francis Bacon berpendapat bahwa "the real and legitimate goal of the sciences is the
endowment of human life with new inventions and riches."9
(tujuan sah dan senyatanya dari ilmu-ilmu ialah sumbangan terhadap hidup manusia dengan
ciptaan-ciptaan baru dan kekayaan).
(Tujuan ilmu ialah menemukan apa yang benar mengenai dunia ini. Aktivitas ilmu diarahkan
untuk mencari kebenaran, dan ini dinilai dengan ukuran apakah benar terhadap faktafakta).
9 Dimuat dalarn Mortimer J. Adler, ed., The Great Ideas : A Syntopicon of. Great Books of the Western World,
Volume 11, 23rd printing, 1980, p. 689,
I0 Jacob Bronowski, "The Values of Science", dalam Abraharn H. Maslow, ed., ]Yew Knowledge in Hunian
Values, 1959, p. 55.
11 Mario Bunge, Scientific Research I : The Search for System, 1967, p. 25 - 6.
12 Enrico Cantore, Scientific Man : The Huniahistic Significance of Science, 1977, p. 3.
(Tujuannya ialah menemukan struktur yang terpahami dari realitas yang dapat diamati atau
alam.)
(Tujuan ilmu di satu piliak ialah pemahaman selengkap mungkin mengenai peilalian di antara
pengalaman inderawi dalarn keseluruhannya, dan di piliak lain ialah pencapaian tujuan ini
dengan pemakaian sejumlah minimum pengertianpengerflan dasar dan hubungan-hubungan).
(Tujuan langgeng dari usaha ilmiah, seperti halnya semua usaha manusiawi, saya bayangkan,
ialah mencapai suatu pandangan yang dapat dipahami tentang alam semesta.)
(Tujuan penghabisan ilmu ialah menemukan ketertiban dalam alam. Sernua metode ilmu pada
dasarnya adalah usaha untuk menemukan ketertiban demikian itu.)
(Setiap orang akan men~etujui bahwa tujuan dan aktivitas ilmu terdiri atas perolehan
pengetahuan yang senantiasa lebih luas dan lebih dalam mengenai sifat dasar dari kenyataan).
(Tujuan penghabisan dari usaha ilmiah ialah, tentu saja, penggabungan dari keterangan
eksperimental yang diuji secara cermat dengan suatu teori bersifat menafsirkan yang
menjelaskan fakta-fakta).
(Tujuan dasar ilmu ialah teori. Barangkali secara kurang tersembunyi, tujuan dasar ilmu ialah
menjelaskan gejalagejala alarniah. Penjelasan demikian itu disebut teori).
(Tujuan utama ilmu ialah mencapai pemahaman ilmiah mengenai dunia ini).
(Tujuan khusus ilmu dengan demikian ialah penernuan dan perumusan dalarn istilah-istilah
umum keadaan yang menefltukan terjadinya berbagai macam peristiwa, pernyataanpernyataan
yang dirumuskan secara umum mengenai keadaan yang menentukan demikian itu berguna
sebagai penjelasanpenjelasan bagi peristiwa-peristiwa yang bersangkutan).
(1lmu bertujuan penetnuan kaidah-kaidah (dengan pengamatan, percobaan dan deduksi) dan
pemakaiin kaidahkaidah untuk maksud peramalan dan penjelasan mengenai fakta-fakta yang
diamati atau dapat diamati).
(Kami menyarankan bahwa tujuan ilmu ialah mencari penjelasan-penjetasan yang metnuaskan
mengenai apa saja yang menggugah kita sebagai memerlukan penjelasan).
24 Ernest Nagel, "The Nature and Aim of Science", dalam Sidney Morgenbesser, ed., Philosophy of Science
Today, 1967, p. 13.
25 David E. Newton, Science and Society,'1974, p. 34.
26 Arthur Pap, Elements of Analytic'Phfiosophy, 1949, p. 6
27 Karl R. Popper,---TheAim of Science", dalam Raymond Klibansky, ed.,Contemporary Philosophy A Survey,
Volume Ill, 1969, p. 129. (Huruf miring dari aslinya)..
(Tujuan ilmu tidak berubah sejak permulaart revolusi keilmuan dalam abad ketujuh belas. Ilmu
masih bersangkutan dengan dunia gagasan-ini mencari suatu penafsiran rasional tentang
gejala-gejala alamiah).
w. Pendapat I. I. Rabi
"The aim of science is to make the universe, including man himself, understandable to
mankind.29
(Tujuan ilmu ialah membuat alam semesta, termasuk manusia sendiri, dapat dimengerti oleh
urnat manusia).
(Tujuan ilmu sebagaimana umum diakui dewasa ini meliputi perolehan pengetahuan
digeneralisasi yang sistematis mengenai dunia alamiah; pengetahuan yang membantu manusia
memahami alam, meramalkan peristiwa-peristiwa alamiah dan me,ngendalikan
kekuatan-kekuatan alamiah).
28 Willard J. Poppy & Leland L. Wilsort, Exploring Physical Sciences, 1973, p. 423.
29 1. 1. Rabi, "Science for Nonscientigts',' Thi kjan. Teb. 1969, dikutip dalam Enrico Cantore, Atomic Order : An
introduction to the Philosophy of Microphysics, 1969, p. 317
30 MauriceX Richter, Jr., Science as a Cultural Process, 1972, p. 14.
31 Edwin R. A. Seligman., "What Are the Social Sciences?", Encyclopaedia of the Social Sciences, Volume 1,
1957, p. 3.
kurangnya dapat diperikan (to make the world intelligible, or at least describable~.32
(Kadang-kadang dikatakan tentang ilmu bahwa tujuannya ialah membuat ramalan-ramalan atau
membuat penjelasanpenjelasan mengenai fenomena sebagai suatu latar belakang yang mungkin
bagi ramalan. Kita harus selanjutnya menganggap sebagai suatu unsur khas
(Tujuan utama ilmu ialah penernuan mengenai sifat dasar dan kaidah-kaidah dari benda-benda
dan peristiwa-peristiwa sehingga kita dapat memahami dan menjelaskan mereka).
Berbagai pendapat darl ilmuwan dan filsuf yang beraneka ragarn mengenai tujuan ilmu tersebut
di atas dapat diikhtisarkan
sebagai berikut :
Ackerman mengendalikan dan memahami alam
Bacon sumbangan ciptaan dan kekayaan baru
Bronowski mencari kebenaran
Bunge meningkatkan pengetahuan, kesejahteraan, dan kekuasaan
Cantore menemukan struktur kenyataan/alam
Einstein memahami pengalaman inderawi
Goode & Flatt memahami dunia
Gouldner memperluas pengetahuan mengenai dunia
Hempel & Oppen-
heim : menjelaskan gejala pengalaman
38 A. Wolf, A History of Science, Technology and Philosophy in the 16th & 17th Centuries, Volume 11, 1959, p.
450.
Demikianlah, dari segenap kutipan di atas ternyata bahwa ilmu mengarah pada berbagai tujuan.
Tujuan-tujuan yang ingin dicapai atau dilaksanakan itudapat secara teratur diperinci dalam
urutan berikut :
- pengetahuan (knowledge)
- kebenaran (truth)
- pemahaman (understanding, comprehension, insight)
- penjelasan (explanation)
- peramalan (prediction)
- pengendalian (control)
- penerapan (application, invention, production)
Ilmu diperkernbangkan oleh para ilmuwan untuk mencapai kebenaran atau memperoleh
pengetahuan. Dari kedua hal itu ilmu" diharapkan dapat pula mendatangkan pernaharnan
kepada manusia mengenai alarn sernestanya, dunia sekelilingnya, atau sekarang bahkan juga
mengenai masyarakat lingkungannya dan dirinya sendiri. Berdasarkan pernaharnan itu ilmu
dapat memberikan penjelasan tentang gejala alarn, peristiwa masyarakat, atau perilaku manusia
yang perlu dijelaskan. Penjelasan dapat menjadi landasan untuk perarnalan yang selanjutnya
bisa merupakan pangkal bagi pengendalian terhadap sesuatu hal. Akhirnya ilmu juga diarahkan
pada tujuan penerapan, yaitu untuk membuat aneka serana yang akan membantu manusia
mengendalikan alarn atau mencapai sesuatu tujuan praktis apa pun. Dengan dernikian, ilmu
tidak mengarah pada tujuan tunggal yang terbatas melainkan pada macam-macam tujuan yang
tampaknya dapat berkernbang terus sejalan dengan pernikiran para ilmuwan. Hal ini diakui oleh
Stephen Toulmin dernikian.39
16
"Science has not one aims but many, and its development has passed through many contrasted stages. Like all
great critical activities, Science has not one, but a number of related aims; it must try to satisfy these as far as
possible in harmony, and it is entitled to take on fresh aims---.
(Ilmu tidak memiliki satu tujuan melainkan banyak, dan pertumbuhannya telah melampaui banyak tahap -tahap
yang bertentangan. Seperti haInya semua aktivitas kritis, ilmu tidak mempunyal satu melainkan sejumlah tujuan
yang bertalian ; ini harus berusaha memenuffi sernuanya sejauh mungkin dalam keserasian, dan ilmu berhak
menentukan tujuan-tujuan baru).
Dengan ketiga sifat yang rasional, kognitif, dan bertujuan ganda itu sesuatu aktivitas
termasuk dalarn pengertian ilmu. Suatu hal yang kiranya perlu dijelaskan lebih lanjut ialah
wujud aktivitas yang bagairnana te.rgolong sebagai science. Dari akar kata Latin scire yang
dapat berarti to learn (belaj ar) tampaknya tidak menyimpang dari kenyataan apabila science
merupakan rangkaian aktivitas mempelajari sesuatu. Aktivitas mempelajari sesuatu berarti
mempergunakan pikiran secara aktif. Dalarn kepustakaan asing rangkaian aktivitas atau proses
pernikiran itu lazirn dinyatakan dengan perkataan study, inquiry, pursuit, quest, atau search
untuk mencapai kebenaran, memperoleh pengetahuan, dan mendapatkan
39 Stephen Toulmin, Foresight and Understanding A n Enquiry into the Aims of Science, 1961, P. 17 & 115.
pemahaman. Penelaahan (study) bukanlah menunggu secara pasif sampai sesuatu pengetahuan
datang sendiri, mclainkan secara giat dengan pikiran nlengejar, mencari, dan menggali
pengetahuan mengenai sesuatu hal yang menarik perhatian. Aktivitas yang demikian itu kini
dalam istilah dunia keilmuan disebut penelitian (research).
Sebagai rangkuman, pengertian ilmu sebagai rangkaian aktivitas pemikiran manusia atau proses
penelitian dapat diringkas menjadi bag'an yarig berikut :
- mencapai kebenaran
- memperoleh pemahaman
-3. Telcologis - memberikan penjelasan
- melakukan penerapan dengan melalui
perarnalan atau pengendalian
40 Asa S. Knowles, ed., The International Encyclopedia of Higher Education, Volurne 1, 1977, p. 516a.
17
Sebuah definisi lain dari Dean Schooler, Jr. merumuskan ilmuwan sebagai "individuals who are
perceived to ' develop knowledge using scientific methods"41 (orang-orang yang terlihat
mengembangkan pengetahuan dengan memakai metode-metode ilmiah). Dengan demikian,
pengertian ilmu dapat beralih dari aktivitas menjadi metodenya. Jadi, ilmu selain berarti
aktivitas penelitian juga berarti metode ilmiah.
41 Dean Schooler, Jr., Science, Scientists, and Public Policy, 197 1; p. 26.