Anda di halaman 1dari 11

ANALISIS DAN RESUME

MATERI I
Mata Kuliah : Filsafat Ilmu
Dosen Pengampu : Dr. Heru Sriyono, M.M., M.Pd

Oleh:
Fatma Maghfirah Harahap (20227379037)
Cindy Adelina Hutabarat (20227379020)
Putri Aulia (20227379082)
Suhra Rahmatia (20227379038)

UNIVERSITAS INDRAPASTA PGRI


FAKULTAS PASCASARJANA
PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
PEMBAHASAN MATERI I
Hakikat Ilmu Pengetahuan dan Filsafat

A. Hakikat Ilmu Pengetahuan dan Filsafat


1. Hakikat Ilmu Pengetahuan
Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) pengetahuan adalah tentang
suatu bidang yang disusun bersistem menurut metode tertentu, yang dapat digunakan
untuk menerangkan gejala tertentu di bidang pengetahuan itu. Menurut Mohammad
Hatta “Definisi ilmu pengetahuan adalah pengetahuan atau studi yang tertaur tentang
pekerjaan hukum umum, sebab akibat dalam suatu kelompok masalah yang sifatnya
sama baik dilihat dari kedudukannya maupun hubungannya.
Pengetahuan merupakan hasil dari suatu kumpulan proses pemikiran individu.
Proses ini adalah kumpulan dari berbagai pemikiran yang akhirnya sampai pada
sebuah kesimpulan disebut suatu pengetahuan. Proses mendapatkan pengetahuan
adalah hasil individu dipengaruhi oleh pengalaman prsepsi, kognisi, dan memori yang
dimiliki, sehingga pada dasarnya setiap orang memiliki pengetahuan terhadap suatu
objek yang berbeda-beda maknanya yang bersifat sangat subjektif.
Pengetahuan pada dasarnya adalah keadaan mental (mental state) yang
mengetahui sesuatu yaitu menyusun pendapat tentang suatu objek, dengan kata lain
menyusun gambaran tentang fakta yang ada di luar akal. Seiring dengan
perkembangan, Pengetahuan berkembang dari rasa ingin tahu yang merupakan ciri
khas manusia karena manusia adalah satusatunya makhluk yang dapat
mengembangkan pengetahuan secara sungguh-sungguh dibandingkan dengan
makhluk ciptaan lainnya yang memiliki keterbatasan hidup (survival). Hal ini
dilakukan untuk mengatasi kebutuhankebutuhan kelangsungan hidup, karena pada
dasarnya hakikat manusia dalam menjalani kehidupan tidak sekedar untuk
mampertahankan kelangsungan hidupnya namun hakikat manusia dalam menjalani
kehidupan tidak hanya monoton saja, melainkan juga memikirkan tentang halhal baru
seperti manusia berusaha memberikan makna dalam kehidupan, manusia juga
memanusiakan diri dan orang lain dalam hidupnya untuk mencapai kesejahteraan
hidup. Pada dasarnya ini semua dilakukan oleh manusia karena pada hakikatnya
manusia dalam hidupnya mempunyai tujuan yang mulia dalam hidup yang lebih tinggi
dari sekedar kelangsungan hidupnya. Sehingga manusia selalu berusaha
mengembangkan pengetahuan yang meliputi apa itu pengetahuan dan bagaimana cara
memperoleh pengetahuan untuk mendorongnya menjadi makhluk yang bersifat khas
di muka bumi ini yang juga merupakan bagian dari kajian filsafat pengetahuan atau
epistimologi.
Berdasarkan dari berbagai definisi pengetahuan, dapat disimpulkan bahwa
pengetahuan adalah suatu hasil dari proses berpikir manusia yang diterima oleh satu
atau lebih panca indera dan menghasilkan suatu kesimpulan yang bersifat subjektif.
Terdapat dua teori yang berbeda dalam memaknai arti dari pengetahuan, yaitu :
a. Rasionalisme
Metode ini beranggapan bahwa sebenarnya manusia tidak dalam proses
belajar mengenai sesuatu hal untuk mendapatkan pengetahuan tetapi anusia hanya
menggunakan ingatannya yang lalu dalam arti “mengingat Kembali apa yang
telah dia ketahui” tentang suatu objek pengetahuan tertentu.
b. Empirisme
Dalam mencari suatu pengetahuan, menurut pandangan ini adalah hasil dari
usaha manusia yang bersifat mutlak dan berlangsung dalam jangka waktu yang
lama, dan didapatkan dari pengalaman setiap manusia. Menurut pandangan
empirisme suatu pengetahuan dapat di organisasikan atau dikelompokkan
berdasarkan tanda-tanda dari berbagai macam pengalaman yang diperoleh.
2. Filsafat
Filsafat adalah suatu ilmu pengetahuan yang mengenai segala sesuatu dengan
memandang sebab yang terdalam. Filsafat mencari jawaban atas pertanyaan yang
dihadapi dengan berpangkal pada manusia dan pikirannya. Ilmu merupakan lukisan
atau keterangan yang lengkap dan konsisten mengenai hal yang dipelajari dalam ruang
dan waktu. Pengetahuan merupakan hasil tahu manusia akan sesuatu, atau segala
perbuatan manusia untuk memahami suatu objek tertentu. Ilmu pengetahuan dapat
disimpulkan sebagai Kumpulan pengetahuan mengenai suatu hal tertentu
(obyek/lapangan), yang merupakan kesatuan yang sistematis dan memberikan
penjelasan yang sistematis yang dapat dioertanggungjawabkan dengan menunjukkan
sebab-sebab hal/kejadian itu. Filsafat ilmu pengetahuan membuka pikiran untuk
mempelajari dengan serius proses logis dan imajinasi dalam cara kerja ilmu
pengetahuan.
Ilmu pengetahuan diperoleh berdasarkan analisis dengan Langkah-langkah
yang sistematis (metode ilmiah) menggunakan nalar yang logis. Sarana berpikir
ilmiah adalah bahasa, matematika dan statistika. Metode ilmiah menggabungkan cara
berpikir deduktif dan induktif sehingga menjadi jembatan penghubung antara
penjelasan teoritis dengan pembuktian yang dilakukan secara empiris. Secara rasional,
ilmu Menyusun pengetahuannya secara konsisten dan kumulatif, sedangkan secara
empiris ilmu memisahkan pengetahuan yang sesuai dengan fakta dari yang tidak.
Beberapa prinsip umum dalam filsafat ilmu pengetahuan telah ditelaah dalam makalah
ini berdasarkan referensireferensi, baik yang telah disediakan maupun yang dicari oleh
penulis secara mandiri.
Seiring dengan perkembangan, Pengetahuan berkembang dari rasa ingin tahu
yang merupakan ciri khas manusia karena manusia adalah satu-satunya makhluk yang
dapat mengembangkan pengetahuan secara sungguh-sungguh dibandingkan dengan
makhluk ciptaan lainnya yang memiliki keterbatasan hidup. Manusia akan mencari
tahu dengan berlandaskan pada tiga aspek utama yang merupakan tiga cabang filsafat,
yaitu ontologis ( apa ), epistemologis ( bagaimana ), dan aksiologis ( untuk apa ).
Dalam mengkaji aspek ontologis, dari artikel Stanford Encyclopedia of Philosophy
yang menyatakan bahwa aspek ontologis dalam filsafat ilmu tidak hanya terdiri atas
komponen pertanyaan “apa” yang ingin diketahui mengenai suatu hal, tetapi juga
meliputi pertanyaan “apa ciri dari hal tersebut?”, “bagaimana hubungan hal tersebut
dengan hal lain yang bersifat umum?” dan “dengan metodologi apa pertanyaan
ontologis tersebut dapat dijawab?”. Dalam mengkaji aspek aksiologi, dari artikel
encyclopedia of philosophy dijelaskan aksiologi di samakan dengan value and
valuation. Hal tersebut sejalan dengan tahapan metode ilmiah yang menyatakan
bahwa para ilmuwan untuk memecahkan masalah yang dihadapi harus diselesaikan
secara sistematis. (Mirriam Webster dictionary, 2018).
Filsafat ilmu pengetahuan mengarahkan manusia untuk memikirkan dan
merefleksikan kegiatan ilmu pengetahuan dengan berbagai macam hal yang
berkenaan dengan ilmu pengetahuan sebagai objeknya secara rasional, menyeluruh
dan mendasar agar memperoleh pemahaman yang jelas, benar dan lengkap sehingga
diharapkan manusia dapat menemukan kejelasan pemahaman tentang ilmu
pengetahuan dengan segala unsurnya. Dengan demikian diharapkan dapat
menghasilkan dasar pemikiran yang kokoh dan dapat diandalkan dalam menentukan
langkah tindakan yang bijaksana. Selanjutnya membahas ilmu pengetahuan secara
filosofi, pada dasarnya terdapat tiga landasan pembahasan, yaitu landasan ontologis
yang menganalisis tentang objek material dqari ilmu pengetahuan berupa benda
empiris. Kemudian landasan epistemologi yang menganalisis tentang proses
tersusunnya ilmu pengetahuan melalui proses metode ilmiah. Serta landasan
aksiologis yang menganalisis penerapan hasil temual ilmu pengetahuan yang
bertujuan mempermudah pemenuhan kebutuhan dan demi kelangsungan hidup
manusia.
B. Pemahaman tentang Ilmu dan Ilmu Pengetahuan
Pemahaman tentang Ilmu dan Ilmu pengetahuan merupakan seluruh usaha sadar
untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai
segi kenyataan dalam alam manusia. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi
lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya. Ilmu
bukan sekadar pengetahuan tetapi merangkum sekumpulan pengetahuan berdasarkan
teori-teori yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji dengan seperangkat metode
yang diakui dalam bidang ilmu tertentu.
1. Pemahaman tentang Ilmu
Asal kata ilmu adalah dari bahasa Arab, ‘alama. Arti dari kata ini adalah
pengetahuan. Dalam bahasa Indonesia, ilmu sering disamakan dengan sains yang
berasal dari bahasa Inggris “science”. Kata “science” itu sendiri berasal dari bahasa
Yunani yaitu “scio”, “scire” yang artinya pengetahuan. “Science”dari bahasa Latin
“scientia”, yang berarti “pengetahuan” adalah aktivitas yang sistematis yang
membangun dan mengatur pengetahuan dalam bentuk penjelasan dan prediksi tentang
alam semesta.
Di dalam Darwis, A. S. (2019) The Liang Gie mengatakan Dalam karangannya
berjudul “Pengantar Filsafat Ilmu” bahwa ilmu dapat dilihat sebagai aktivitas yang
dilakukan untuk memperoleh ilmu pengetahuan, sebagai metode bagaimana aktivitas
itu dilakukan, dan sebagai ilmu pengetahuan atau produk dari aktvitas tersebut. Ketiga
hal itu merupakan kesatuan logis yang mesti ada secara berurutan dan bersifat
dinamis. Ilmu harus diusahakan dengan aktivitas manusia, aktivitas itu harus
dilaksanakan dengan metode tertentu, dan akhirnya aktivitas metodis itu mendatang
pengetahuan yang sistematis. Dengan kata lain, menurut The Liang Gie, ilmu ialah
“aktivitas penelitian, metode ilmiah, dan pengetahuan sistematis.”
Dalam Bakhtiar tahun (2012) Mohamad Hatta, mendefinisikan ilmu adalah
pengetahuan yang teratur tentang pekerjaan hukum kausal dalam suatu golongan
masalah yang sama tabiatnya, maupun itu menurut kedudukannya tampak dari luar,
maupun menurut bangunannya dari dalam. Dari beberapa definisi ilmu yang
dijelaskan di atas dapat disimpulkan bahwa ilmu merupakan pengetahuan yang
rasional, sistematik, konfrehensif, konsisten, dan bersifat umum tentang fakta dari
pengamatan yang telah dilakukan. Dan berdasarkan definisi di atas terlihat jelas ada
hal prinsip yang berbeda antara ilmu dengan Ilmu pengetahuan.
2. Ilmu Pengetahuan
Menurut Ziman ( dalam Darwis, A. S, 2019 : hal 27) di dalam karangannya
“What is Science?” menelaah bermacam-macam definisi ilmu pengetahuan. Dari
sejumlah definisi mengenai ilmu pengetahuan yang ditelaahnya dikatakan bahwa
definisi berikut ini dipandang lebih tepat dan paling digemari oleh banyak filosof.
“Ilmu pengetahuan adalah kebenaran yang diperoleh melalui kesimpulan logis dari
pengamatan empiris, (berpikir logis dan berpikir induktif). Definisi ini biasanya
didasarkan pada asas induksi, yaitu bahwa apa yang kelihatannya telah terjadi
beberapa kali hampir pasti selalu terjadi dan dapat dipakai sebagai fakta dasar atau
hukum yang memungkinkan dibangunnya suatu struktur teori yang kuat. Pentingnya
pemikiran spekulatif diakui, dengan pengandaian bahwa ia dikendalikan oleh
kesesuaian dengan fakta.
Hasil analisis Ziman mengungkapkan bahwa penyelidikan ilmiah di mulai
dengan pengamatan dan percobaan, dan berakhir dengan generalisasi yang bersifat
problematik dan tidak pernah dapat dengan begitu saja menyatakan bahwa
masalahnya sudah selesai atau tidak boleh diganggu gugat lagi.
Ilmu pengetahuan bukan merupakan konsekuensi lebih lanjut dari metode
ilmiah, tetapi ilmu pengetahuan adalah metode ilmiah itu sendiri. Selanjutnya Ziman
mengatakan, bahwa kegiatan ilmiah bukanlah urusan pribadi, melainkan urusan
bersama. Artinya semua orang yang tertarik pada penyelidikan ilmiah dapat
berpartisipasi sebagai rekan yang sederajat. Ilmu pengetahuan itu dibentuk dan
ditentukan oleh hubungan social diantara individu-individu. Tujuan dari ilmu
pengetahuan bukan sekedar untuk memperoleh informasi dan menyampaikan
pandangan-pandangan yang tidak saling bertentangan, tetapi bahwa ilmu pengetahuan
harus bersifat umum untuk mencapai suatu kesepakatan pendapat yang rasional
mengenai bidang yang mungkin sangat luas.
Pengetahuan merupakan proses kognitif dari seseorang atau individu untuk
memberi arti terhadap lingkungan, sehingga masing-masing individu akan memberi
arti sendiri-sendiri terhadap stimuli yang diterimanya meskipun stimuli itu sama.
Pengetahuan mempunyai aspek pokok untuk mengubah perilaku seseorang yang
disengaja (Nurhidayati, 2005)
Menurut Darwis (2019) Ciri-Ciri Umum Ilmu Pengetahuan. Dari berbagai
definisi tentang ilmu pengetahuan dapat di identifikasi beberapa ciri ilmu pengetahun,
antara lain sebagai berikut :
1) Ilmu bersifat rasional, artinya proses pemikiran yang berlang-sung dalam ilmu
harus dan hanya tunduk pada hukum-hukum logika.
2) Ilmu itu bersifat objektif, artinya ilmu pengetahuan didukung oleh bukti-bukti
(evidences) yang dapat diverifikasi untuk menjamin keabsahannya.
3) Ilmu bersifat matematikal, yakni cara kerjanya runtut berdasarkan patokan
tertentu yang secara rasional dapat dipertanggungjawabkan, dan hasilnya berupa
fakta2 yang relevan dalam bidang yang ditelaahnya.
4) Ilmu bersifat umum (universal) dan terbuka, artinya harus dapat dipelajari oleh
tiap orang, bukan untuk sekelompok orang tertentu.
5) Ilmu bersifat akumulatif dan progresif, yakni kebenaran yang diperoleh selalu
dapat dijadikan dasar untuk memperoleh kebenaran yang baru, sehingga ilmu
pengetahuan maju dan berkembang.
6) Ilmu bersifat communicable artinya dapat dikomunikasikan atau dibahas bersama
dengan orang lain.
a. Karakteristik Ilmu Pengetahuan.
Menurut Tamrin (2019) Tidak semua pengetahuan menjadi ilmu
pengetahuan, namun mempunyai karakteristik khusus. Adapun karakteristik
khusus ilmu pengetahuan adalah sebagai berikut:
a) Disusun secara metodis, sistematis, dan kohern (bertalian) tentang suatu
bidang tertentu dan kenyataan (realitas).
b) Dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu di bidang
(pengetahuan) tersebut. Unsur penting ilmu pengetahuan adalah penataan
secara terperinci dan mampu memperjelas sebuah bidang pengetahuan.
Semakin dalam ilmu pengetahuan menggali dan menekuni hal-hal yang
khusus dari kenyataan (realitas) semakin nyatalah tuntutan untuk mencari
tahu tentang seluruh kenyataan. Semakin dalam pencarian kebenaran suatu
fenomena semakin cermat pula ilmu itu. Prinsipprinsip metodis dan kejelasan
ilmu merupakan rangkaian berpikir filsafat.
b. Fungsi Ilmu Pengetahuan.
Menurut Dila Rukmi Octaviana dan Reza Aditya Ramadhani (2021) Fungsi
ilmu pengetahuan adalah sebagai berikut:
a) Dapat mengetahui berbagai pengetahun yang telah disusun secara
sistematis berdasar syarat-syarat dan metode untuk dapat menjadi ilmu
pengetahuan.
b) Dapat berfungsi secara fungsional dalam suatu sistem, artinya yang terdiri
dari bagian-bagian dan antar bagian saling berhubungan satu sama lain.
c) Dapat membuat hipotesa yang akan diuji kebenarannya.
d) Dapat mengendalikan berbagai hal berdasarkan teori-teori dalam ilmu
pengetahuan
C. Pengertian dan Pemahaman tentang Filsafat
Pengertian dan pemahaman filsafat secara umum dapat diartikan sebagai
pengetahuan yang mempelajari tentang ilmu-ilmu filsafat. Pada kesempatan kali ini, kita
tidak mengulas pengertian secara umum. Tetapi juga akan mengulas pengertian dan
pemahaman tentang filsafat.
1. Pengertian Filsafat Secara Etimologi
Menurut Cecep Sumarna (2020) Filsafat berasal dari kata philosophia atau
philosophos. Keduanya terstruktur dari dua suku kata, yakni philos yang berarti cinta
dan sophia atau shofos yang berarti wisdom atau bijaksana. Harun Hadiwijono (1980)
menyebut kata filsafat dengan filosofien, yang berarti mencintai kebijaksanaan,
mencintai kebijaksanaan menjadi kata kunci dalam kajian ini.
Ali Mudhafir (1996) berpendapat bahwa filsafat dalam bahasa Indonesia
memiliki pandangan kata falsafah (Arab), philosopia (Inggris), philosopie (Jerman,
Belanda dan Prancis). Kata-kata tadi berasal dari sumber yang sama, yakni dari bahasa
Yunani, philosopia (philein dan philos), yang berarti mencintai dan berteman. Kata
shopos berarti bijaksana atau shopia yang berarti kebijaksanaan. Dengan demikian
secara bahasa, kata filsafat dapat diterjemahkan sebagai cinta kebijaksanaan atau
berteman dengan kebijaksanaan.
Harun juga dicatatkan bahwa di kalangan para ilmuwan disebutkan bahwa kata
filsafat setidaknya mengandung dua arti secara etimologi yang sedikit berbeda dengan
penjelasan di atas (Cecep Sumarna, 2020) menyatakan yang Pertama, apabila istilah
filsafat mengacu pada asal kata philein dan shopos, maka ia berarti mencintai hal-hal
yang bersifat bijaksana (kata sifat). Kedua, apabila filsafat mengacu pada asal kata
philos dan shopia, maka ia berarti teman kebijaksanaan (filsafat menjadi kata benda).
Pilihan itu terjadi karena filsafat berubah menjadi sebuah ilmu, yang karenanya
menjadi sebuah ilmu, maka di situlah relativitas akan dengan mudah didapati.
2. Pemahaman tentang Filsafat
Dalam memahami makna filsafat harus diartikan sebagai usaha berpikir manusia
secara mendalam, sehingga dasar-dasar persoalan, landasan historis, dan tujuan yang
berjangka panjang harus mampu disusun dalam kerangka keberlangsungan (vision)
kebangsaan. Atas dasar itu (Cecep Sumarna, 2020) mengutip pikiran Harun Nasution
di atas, secara etimologi, filsafat dapat didefinisikan sebagai: (1) Pengetahuan tentang
hikmah; (2) pengetahuan tentang prinsip atau dasar segala sesuatu; (3) usaha untuk
mencari kebenaran; dan 4) membahas secara mendasar dari segenap realitas yang
mampu ditangkap.
Menurut Suaedi (2016) pengertian filsafat tersebut memberikan pemahaman
bahwa filsafat adalah suatu prinsip atau asas keilmuan untuk menelusuri suatu
kebenaran objek dengan modal berpikir secara radikal. Objeknya mengikuti realitas
empiris dikaji secara filsafat untuk menelusuri hakikat kebenarannya suatu entitas
menggunakan metode yang disebut metode ilmiah (kebenaran ilmiah).
Ciri-ciri filsafat yaitu menyeluruh, mendasar, dan spekulatif (Suaedi, 2016).
Berikut merupakan ciri berfilsafat.
a. Menyeluruh, artinya pemikiran yang luas karena tidak membatasi diri dan tidak
hanya ditinjau dari satu sudut pandang tertentu. Pemikiran kefilsafatan ingin
mengetahui hubungan antara ilmu yang satu dan ilmu-ilmu lainnya, hubungan
ilmu dan moral, seni, serta tujuan hidup.
b. Mendasar, artinya pemikiran yang dalam sampai pada hasil yang fundamental
atau esensial objek yang dipelajarinya sehingga dapat dijadikan dasar berpijak
bagi segenap nilai dan keilmuan. Filsafat tidak hanya berhenti pada kulit-kulitnya
(periferis) saja, tetapi sampai menembus ke kedalamannya (hakikat).
b. Spekulatif, artinya hasil pemikiran yang diperoleh dijadikan dasar bagi pemikiran
selanjutnya. Hail pemikiran berfilsafat selalu dimaksudkan sebagai dasar untuk
menelusuri bidang-bidang pengetahuan yang baru. Namun demikian, tidaklah
berarti hasil pemikiran kefilsafatan tersebut meragukan kebenarannya karena
tidak pernah tuntas.
Menurut Jujun Suriasumantri (2013) Pokok permasalahan yang dikaji filsafat
mencakup tiga segi yakni apa yang disebut benar dan apa yang disebut salah (logika),
mana yang dianggap baik dan mana yang dianggap buruk (etika), serta apa yang
termasuk indah dan apa yang termasuk jelek (estefika). Ketiga cabang utama filsafat
ini kemudian bertambah lagi yakni, pertama, teori tentang ada: tentang hakikat
keberadaan zat, tentang hakikat pikiran serta kaitan antara zat dan pikiran yang
semuanya terangkum dalam metafisika, dan kedua politik: yakni kajian mengenai
organisasi sosial atau pemerintahan yang ideal. Kelima cabang utama ini kemudian
berkembang lagi menjadi cabang-cabang filsafat yang mempunyai bidang kajian yang
lebih spesifik di antaranya filsafat ilmu.
Menurut Edi Sumanto (2015) pembagian ahli yang satu tidak sama dengan
pembagian ahli-ahli lainnya, kita melihat lebih banyak persamaan daripada perbedaan.
Dari pandangan para ahli tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa filsafat dalam
coraknya yang baru ini mempunyai beberapa cabang, yaitu metafisika, logika, etika,
estetika, epistemologi, dan filsafat-filsafat khusus lainnya.
a. Metafisika: filsafat tentang hakikat yang ada di balik fisika, hakikat yang bersifat
transenden, di luar jangkauan pengalaman manusia.
b. Logika: filsafat tentang pikiran yang benar dan yang salah.
c. Etika: filsafat tentang perilaku yang baik dan yang buruk.
d. Estetika: filsafat tentang kreasi yang indah dan yang jelek.
e. Epistomologi: filsafat tentang ilmu pengetahuan.
f. Filsafat-filsafat khusus lainnya: filsafat agama, filsafat manusia, filsafat hukum,
filsafat sejarah, filsafat alam, filsafat pendidikan, dan sebagainya. Seperti telah
dikatakan, ilmu filsafat itu sangat luas lapangan pembahasannya. Yang ditujunya
ialah mencari hakikat kebenaran dari segala sesuatu, baik dalam kebenaran
berpikir (logika), berperilaku (etika), maupun dalam mencari hakikat atau
keaslian (metafisika). Maka persoalannya menjadi apakah sesuatu itu hakiki (asli)
atau palsu (maya).
DAFTAR PUSTAKA
Darwis, A. S. (2019). Filsafat Ilmu Pengetahuan Perpektif Barat dan Islam. Aceh : Publising
cet, 1.
Octaviana, D. R., & Ramadhani, R. A. (2021). HAKIKAT MANUSIA: Pengetahuan
(Knowladge), Ilmu Pengetahuan (Sains), Filsafat Dan Agama. Jurnal Tawadhu, 5(2),
143-159.Diakses 27 maret 2023 dari
https://www.jurnal.unugha.ac.id/index.php/twd/article/download/227/145
Tamrin, A. (2019). Relasi Ilmu, Filsafat Dan Agama Dalam Dimensi Filsafat Ilmu. SALAM:
Jurnal Sosial dan Budaya Syar-i, 6(1), 71-96. Diakses 27 maret 2023 dari
https://core.ac.uk/download/pdf/325992741.pdf
Suriasumantri, Jujun. (2013). Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan.
Sumarna, Cecep. (2020). Filsafat Ilmu. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Suaedi. (2016). Pengantar Filsafat Ilmu. Bogor: IPB Press
Sumanto, Edi. (2015). Filsafat Jilid I. Bengkulu: Vanda.
Suriasumantri, J.S. (2015). Ilmu dalam Perspektif. Yayasan Pustaka Obor Indonesia: Jakarta
Suriasumantri, Jujun S., Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, cet. XVI, Jakarta : Sinar
Harapan, 2003
Wahana P. Filsafat Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta. Pustaka Diamond. 2016. h. 69-87.
Bakhtiar, Amsal. Filsafat Ilmu. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2010

Anda mungkin juga menyukai